"I-iya, baginda..." ia berhenti dan berbalik dan akan mendekat lagi.
"Suruh masuk Saptadasa ketua kelompok penghibur di depan sana... Sekarang gilirannya..." kataku menunjuk-nunjuk ke arah pintu yang tertutup rapat.
Dengan lemas ia menunduk lagi. "Baik, baginda..." lalu berbalik dan menuju pintu beranjak keluar dan memanggil peri Aruna yang kumaksudkan tadi. Tak lama peri ketua kelompok penghibur dengan banyak bakat kesenian itu masuk kamar dengan extravaganza-nya, baik berkat kostum dan pembawaan dirinya. Tak lupa postur tubuhnya yang bohay abis dengan sex-appeal yang kuat.
"Ada yang bisa hamba hibur, baginda raja?" tanyanya dengan riang.
"Saptadasa bisa fela..."
Semua perkembangan berkesinambungan bertautan dari satu tahap ke tahap berikutnya.
Istana Mahkota Merah telah rampung pembangunannya, tetapi yang namanya membangun itu tidak ada henti-hentinya karena setelah selesai-pun, kelompok pembangun terus menambahkan ruangan-ruangan baru untuk peri-peri baru di masa mendatang. Sehingga bagian belakang istana semakain panjang dan lebar saja dengan bangunan baru berisi kamar-kamar beserta infrastruktur pendukungnya. Begitu juga dengan ruangan kamar bagi peri Candrasa yang posisinya di bawah tanah, di bawah halaman istana. Ruang luas buat peri yang betah di kegelapan itu terhubung langsung dengan dungeon, ruang sel dan interogasi yang memang ada di bawah tanah. Hingga aku bisa dengan mudah meninjau ke kegelapan tempat itu dari dalam istana saja.
Dari
Menjadi
Jauh juga loncatnya... saya jadi penasaran apa yang dilakukan Saptadasa
Oke nih, Aseng bertarung lagi. Melawan naga pula Semoga bisa mengalahkannya sendiri.
Apa efek cederanya (rabun) Aseng? Semoga tidak terbawa-bawa ke dunia nyata