Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG BENI

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Sekitar jam 11 siang, Setelah Dila berbaring istirahat dikasur kamarnya,mood Dila tiba-tiba saja uring-uringan ga karuan entah mengapa dia menjadi seperti sebal dan bete melihat wajah suaminya sendiri, Fauzi yang melihat tingkah laku istrinya seperti itu hanya bisa keheranan dan berpikir mungkin dia hanya sedang tidak ingin di ganggu.

“Mah, papah mau jemput Fara dulu ya di sekolah, mama istirahat aja dulu”. Memang jam segini adalah waktunya anaknya pulang dari taman kanak-kanak, biasanya mereka kompak untuk antat jemput sang anak tali sekarang hanya Fauzi saja yang akan menjemput Fara.

“Ya udah sana, jemput aja si Fara sama papah, mama mau tidur dulu!!”. Mendengar ucapan Dila ketus seperti itu, Fauzi hanya diam saja tanpa bisa melawan.

Setelah Fauzi berangkat untuk menjemput anaknya, Dila yang pada saat ini merenung di kasur dia menjadi sangat bersalah atas sikapnya kepada Fauzi, dia berpikir kenapa tiba-tiba Sikap nya menjadi seperti itu.

Beberapa Minggu terlewati sikap Dila yang dulu ramah kini perlahan-lahan mulai berubah sekarang dia menjadi lebih dingin dan ketus terhadap Fauzi, bahkan tak segan-segan untuk membentak suaminya sendiri hanya karena hal sepele, Fauzi pun seolah tak berkutik mengahadapi sikap Dila, dia hanya bisa menerima saja asalkan sang istri bahagia, untuk masalah ranjang dengan Fauzi, Dila hanya sebatas melakukan kewajiban saja tanpa ada rasa cinta dan keromantisan, Fauzi bagaikan bercinta dengan gedebog pisang, bahkan sekarang Fara dan Dila sudah sangat akrab dengan Beni, karena mungkin Fara menganggap Beni adalah teman sebayanya karena Fara melihat Beni sepantaran dengannya, bahkan ada satu moment Mereka bertiga bermain bersama di kamar Fara dimana Dila juga ikut menemani mereka, Fauzi yang melihat hal itu menganggap hal yang wajar karena anggapan Fauzi melihat sosok Beni adalah figur keayaahan karena memang usianya juga sudah kepala 6, tapi tidak dengan Dila dia berandai-andai jika Benj adalah suaminya dan ayah dari Fara.

“Mah tolong dong buatin papa teh panas”.teriak Fauzi dari arah ruang tamunya.

“Bikin aja sendiri, mama lagi maen sama Fara dan Pak Beni, ganggu aja sih!!!”. Dengus Dila kesal.

“iya...iya mah,papa bikin sendiri...jangan marah dong”. Melas Fauzi

“Bacoott”!!!. Timpal.Dila lagi

Fauzi yang mendengar umpatan Dila hanya bisa diam tak.berani melawan

“mama marah-marah mulu sama papa deh...kan kasian papa mah”. Kata Fata yang belum begitu mengerti.

“abisnya papa kamu ganggu kita lagi maen aja...”.

“iya dik Fara sayang kalo orang lagi sibuk itu jangan di ganggu ya... dengerin mama kamu ya mulai sekarang....karena kalo ga dengerin mama itu dosa loh...karena surga ada di telapak kaki ibu...bener ga bu Dila?”. Ikut ikut menambahkan dan secara tidak langsung mensugesti Fara yang masih polos agar rencana nya berhasil.

“bener tuh sayang... Mulai sekarang Fara harus nurut apa kata mama ya sayang...jangan dengerin papa kamu lagi ya mulai detik ini”.

“iya deh mah, Fara mau nurut kata mama aja deh...lagian papa juga suka gamau kalo di ajak maen sama aku...huh”.

“anak pinter”.

“Sebentar ya mama ambilin kamu cemilan sama minum buat pak Beni”.

“iya mah”.

Dila kemudian menuju dapur, tadi dia disuruh sama Fauzi menolak dengan ketus dan umpatan tapi sekarang dengan inisiatif nya Dila mengambilkan makanan dan minuman buat Fara dan Beni.

Ketika di Dapur

“Loh mah itu makanan dan minuman buat siapa?”. Tanya Fauzi

“buat Fara sama pak Beni”.

“tadi aja papa minta tolong mamah malah marah-marah... tapi ko Fara sama pak Beni dibuatin minuman..”.

“Eh pah...papah kan bisa bikin sendiri...Fara masih kecil jadi mama buatin, kalo pa Benj kan papa tau sendiri gak akan nyampe kali dia mau ngambil gelas di atas lemari...kamu ini aneh deh!!!....udah deh ga usah manja bikin aja sendiri... punya suami ko manja bener!!!”. Begitu jawaban Dila terhadap suaminya.

Beni yang mendengar keributan didapur teresebut hanya bisa tersenyum licik melihat perubahan pada diri Dila dia dengan sabar menunggu eksekusi sesuai rencananya.

Ketika pagi hari tiba pada saat semuanya memulai aktivitas masing-masing, Fauzi sudah berangkat ke kantor dan Fara sudah masuk sekolah, kini di rumah hanya ada Dila dan Beni, Dila pada saat itu ingin ke kamar mandi pada saat melewati kamar pembantu dia sekilas melihat Beni yang sedang ganti baju entah sengaja atau tidak pintu kamar tersebut tidak tertutup rapat jadi orang bisa melihat kedalam dengan aga jelas, Dila nampak kaget melihat kondisi tubuh Beni, bagaimana tidak tubuhnya seperti anak SD tapi dia melihat kontol yang menjulai panjang tak bersunat, lebih besar dan panjang dari suaminya bahkan itupun belum sepenuhnya bangun.

Seketika nafsu birahi Dila bangkit melihat kontol jumbo, Tiba-tiba muncul keinginan dalam dirinya untuk merasakan bagaimana enaknya jika kontol besar itu menggesek keluar masuk memeknya, apakah akan muat dan tidak akan sakit begitu pikirannya berkecamuk. Bukannya beranjak pergi Dila masih saja mengintip kegiatan Beni, di lain sisi, Beni bukannya tidak mengetahui ia sedang di intip oleh nyonya majikannya dia malah sudah tau dari tadi bahwa dia sedang di intip seolah dia sengaja berlama-lama telanjang Memamerkan kontol kebanggaan yang begitu perkasa sengaja memancing gairah sang majikan, kembali Dila berusaha mengendalikan diri dari rangsangan birahi sebisa-bisanya tapi rasanya percuma saja syahwatnya tidak bisa di bendung baru kali ini dia merasakan sensasi seperti ini tidak pernah seumur hidupnya mengalami birahi yang sangat buas dalam tubuhnya bahkan dengan sang suami saja hanya sebatas kewajiban saja, dalam hati kecilnya ada semacam perasaan tidak enak dan bersalah yang tumbuh menyaksikan aurat orang lain yang bukan muhrimnya bahkan berbeda keyakinan dengan dirinya, tapi otak dan urat sensitif Dila berkata lain.

Dila masih saja terkesima sampai tidak sadar kalau Beni sedari tadi sudah memandang dan berhadapan. “Eh, ada apa bu..?” katanya sambil menatap ke arah sang nyonya dengan bangga dan tak ada rasa takut Beni masih dalam keadaan telanjang dan Dila melihat kontol itu mengacung ke atas sehingga terlihat lebih besar lagi.

Dila terkejut dan malu sehingga cepat-cepat berlari kembali ke kamar lagi sambil nafas jadi terengah-engah. Seketika dirinya diliputi perasaan aneh, malu, bersalah dan sange semua bercampur aduk, belum pernah dia melihat laki-laki telanjang sebelumnya selain suami, dan yang dia lihat sekarang adalah lelaki dengan postur cebol, bahkan jika sedang berhubungan sex dengan suaminya, Fauzi masih menutupi tubuhnya dengan selimut, sehingga tidak terlihat seluruhnya tubuh pasutri ini.

Lagi-lagi Beni tersenyum licik dia bergumam pelan.

“hmmm...nikmatilah Dila... nikmati pemandangan yang kamu liat tadi, sebentar lagi kamu akan tunduk padaku, hehehe...”.

Dikamar Dila melamun memikirkan apa yang barusan terjadi otaknya mencoba mencerna apa yang terjadi terhadap dirinya.

“kenapa dengan aku ya...aaahhh...ko aku jadi bergairah gini...uuuh...ah penis itu lebih besar daripada mas Fauzi...uuuhh pak Beni..”.

Dalam kesangeannya Dila tanpa sadar melakukan masturbasi dengan menyebut nama Beni, dia ingin segera menghilangkan rasa gatal yang menyelimuti tubuhnya.

“Waah...wahh...ibu Dila sedang ngapain, colmek ko malah manggil nama saya..”.

“Eeh..pak Beni...bukan begitu...saya hanya...”.

Dila gelagapan dipergoki aksinya oleh Beni, sudah kadung kepalang basah, sange yang tak terhankan, akal yang hilang, urat malu yang sudah putus, tanpa ragu lagi Dila memuntahkan isi hati dan pikirannya kepada Beni, tanpa berpikir sebab akibat.

“Pa Beni tolong puasin saya, vagina saya gatal dari tadi...ouuhh...aahh...tolong saya pa... kenapa bisa kaya gini”. Rintih Dila

“Aduuh maaf bu saya ga berani takut hehehe”. Beni masih jual mahal dan mempermainkan mental Dila terlebih dahulu.

“lagian mana mau sih ibu sama orang cebol kaya saya begini...dan sebentar lagi juga Pak Fauzi datang sama non Fara, hehehe”.

“Aahh...saya gak peduli... cepat pa...uuuhh vagina saya gatel”. Dila terus merengek meminta segera di puaskan oleh Beni, ya sekarang Dila sudaj seratus persen jatuh dalam genggaman Beni, dirinya sudah dikuasai oleh ilmu hitam milik Beni, dalam hati dan pikirannya hanya ada Beni.

“baikalh kalo ibu maksa...itu bukan vagina bu, itu namaua memek”.

“Aah...iya pak.. memek saya gatek”.

“Hehehe...bagus sekarang kalo mau kontol saya...ibu harus nurut semua kemauan saya, hehehe”.

“baik pa... asalkan saya dipuaskan terus... ouuhh”.

Dengan beraninya Beni mulai memegang toket Dila dan mengusap-usapnya dengan lembut. Diangkatnya tangan Dila agar tak menghalangi akisinya dan diciumi dengan lembut. Dan yang menggairahkan Dila , jari-jari tangan Dila dijilat dan dihisapnya. Dia semakin terbuai dan terangsang oleh perbuatan Beni. Tiba-tiba saja diletakkannya tangan Dila tepat di atas kontolnya yang menonjol. Tangan Dila terasa mengejang menyentuh benda yang keras dan liat tersebut.

“ini kan yang kamu mau?”. Tanya Beni

“oohh...iya pak...ini yang saya mau”.

“lebih besar mana dengan suamimu.. hah!!... Jawab lonte”. Mendapat perkataan kasar seperti itu dari Beni malah membuatnya semakin bergairah.

“Penis pak Ben lebih gede”. Jawab Dila

“ini bukan penis tolol...ini namanya kontol...kalo penis itu punya suami kamu yang lemah”.

“Aaahh....iya...pak... kontol jumbo aku mau...”.

“Sepong dulu dong sayang”.

“Slruupl....srlrup... mulutnya dengan lincah menghisap dan mengulum betang kontol Beni sampai mengeluarkan erangan nikmat.


“akh akh....ukkkh...yesss....nikmat sekali kontol mu pak”.

“mulai sekarang jangan panggil aku pak tapi sayang atau nama saja”. Perintah Beni

“iya sayangku...uuuhhhh”.

'creeepppp slreppppppp mmmmfffhhhh’

Tak kuat menahan sepongan maut mulut Dila, sejurus kemudian Beni menumpahkan spermanya dalam mulut Dila yang masih mengulum batang kontolnya yang tak sepenuhnya masuk semua karena ukurannya yang begitu panjang.

“telan semua lonteku, hehehe”. Suruh Beni

Dila menelan semua peju milik Beni hingga tak terisisa, walaupun sudah keluar tetap saja kontol Beni masih berdiri tegak, tak ada tanda-tanda akan layu.

“Uuuhhh sayang peju mu gurih sekali ternyata...ahahh”.

“Tenang saja sayang peju masih banyak... sekarang ayo kita ke menu utamanya”.

“Nungging kamu cepat”. Perintah Beni lagi.

“ayo Beni masukkan kontolmu ke dalam memekku ini”. Dila sudah melupakan jati dirinya sebagai seorang isteri saleh, yang hanya di pikirkannya saat ini adalah kenikmatan dari kontol tak bersunat mulik Beni, urat malunya sudah putus tak peduli lagi akan semua hal.

“berikan kontolmu sayang....aku butuh kontol”

“ayo sayang kocok memekku dengan kontol besarmu”

Beni mulai menggenjot memek Dila yang sudah basah dan gatal, Beni mendoggy Dila dengan berdiri tentu hal untuk menyesuaikan posturnya karena tidak mungkin jika Beni menekuk lututnya.

”aahhhh ahh....gila ni memek sempit bener...”

“hyaaah hyaah ini karna kontol mu sayang yang terlalu besar....aaahhh...terus pak Ben pentokin ke rahimku...hamili aku sayang buatkan adik untuk Fara aaaahh...uuuhhh....anjing nikmat bener”.

”akan ku hamili sesuai dengan keinginan mu sayang....aahhh... bagaimana dengan suamimu jika kamu hamil bukan dari benih dia?”...Beni terus menggoda Dila

“peduli setan dengan dia.... aku sekarang milikmu Ben”. Jawab Dila dengan tegas sambil terus mendesah

“hahahaha...oke mulai sekarang kamu tidak boleh lagi ngentot dengan dia...hanya aku yamg berhak atas tubuhmu....hahahaha”.

'hyaaaaanh''akh kah ah..ah..ah...ah iya sayang mulai sekarang aurat ku haram diliat oleh dia....uuuoohhh terus sayang genjot yang dalam...aahh...aahhh”.

benar-benar sudah gila seorang istri begitu mudahnya jatuh ke perangkap orang cebol beda agama dengan dia.

Beni terus memegangi pinggul Dila sementara kontolnya terus menyodok nyodok memek Dila yang semakin basah, tak ingin monoton Beni kemudian berinisiatif meminta di gendong oleh Dila.

“Kita ganti gaya sekarang kamu gendong aku kamu yang ewe aku”. Perintah Beni

“aahhh iya sayang”.

Alhasih sekarang Beni di gendong oleh Dila, dimana tidak terlalu berat Dila menggendongnya karena ukuran tubuh Beni seperti anak SD, malahan Pinggul Dila yang menyodok-nyodokan memeknya ke kontol Beni, bilamana pada umumnya gaya ini adalah wanita yang di angkat oleh si pria dengan kaki melingkar pada tubuh sang pria, ini kebalikannya, malahan Beni yang di angkat dengan begitu dia dengan mudah menyusu pada toket Dila yang besar juga dengan puting dan areola warna kecoklatan, Dila seperti memiliki bayi lagi, bayi cebol tua.

Dengan gaya seperti ini Dila tak kuat lagi menahan gelombang orgasme yang akan datang, semakin dia mempercepat goyangannya pinggulnya ean akhirnya Dila kejang hebat cairan squirting nyembur ke tubuh Beni.

“Aaaahahhh....bangsaaaat....enaaaakkk....uuuhhh anjing.... belum Pernah aku kaya gini....uuuhhhh.... nikmat”. Erangan Dila begitu menggema di kamarnya.

“aku belum selesai lonte...kita maen lagi”. Beni masih perkasa tanpa tanda-tanda akan keluar dalam waktu dekat, dia tak memberikan waktu istirahat pada Dila yang baru saya squrting.

Sudah hampir dua jam mereka ngentot Dila sudah tak terhitung berapa kali dia orgasme, dan sudah hampir waktunya juga Fauzi dan Fara pulang ke rumah.

“Uuuhhh aku mau keluar nih lonte...hehehe...aku keluarin di rahim kamu..ya... supaya Fara dapet adik”. Ujar Beni

“ouuhh iya keluarin aja di dalam sayang ahhhh...”.

“Akkkhhhh....rasain nih pejuh kafir lonte .binal...uuuhhh...semoga jadi anak hehehe”. Akhirnya Beni pun menyemburkan peju panasnya didalam memek Dila, begitu pun Dila dia kembali orgasme untuk kesekian kalinya, lelehannya sampe merembes keluar.

“ahhha Beni sayang puas sekali aku ngentot sama kamu, mulai sekarang kamulah yang akan memuaskan ku”. Ucap Dila

“aku gak mau”. Tiba-tiba saja Beni berkata seperti itu yang membuat Dila keheranan

“Kenapa sayang?”. Tanya Dila keheranan

“aku gak mau di anggap sebagai alat pemuas saja...tapi aku ingin di anggap lebih oleh kamu, aku ingin menggantikan suami bodoh dan lemahmu itu”. Tegas Beni

“tapi bagaimana caranya, lagipula bagaimana nanti ngejelasin ke Fara”.

“Sudah kamu jangan tanya caranya bagaimana, itu urusan aku yang penting untuk sekarang kamu hanya perlu mengikuti perintah ku saha”

“Baiklah aku akan mengikuti cara main kamu”.

Langsung keduanyapun berciuman dengan mesra layaknya seorang kekasih yang di mabuk asmara, dengan masih sama-sama telanjang hanya Dila saja yang masih menggunakan hijabnya karena sejak ngentot tadi hijabnya dilarang di lepas oleh Beni.

Pada saat keduanya baru beristirahat tiba-tiba suara gerebang rumah terbuka.

 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd