Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Bercinta Beda Kasta

Status
Please reply by conversation.
Episode 10

'Tok tok tok!' Suara pintu kamarku diketuk. "Non sarapannya" suara Lina di depan pintu. Aku terbangun masih dengan keadaan telanjang. Semalam setelah ditinggal pak Didik aku akhirnya menuntaskan dengan bermastrubasi. Namun hal itu hanya membuatku rileks dan bisa tertidur tapi tidak mencapai kenikmatan dari apa yg kubayangkan jika dengan penis pak Didik.

"Masuk Lin" aku menutup diriku di balik selimut. Lina masuk tanpa menyadari aku tanpa pakaian apapun di balik selimut ini. "Acara pesta panen jam berapa Lin?" Aku sangat antusias menanyakan itu karena di sanalah aku bisa bertemu pak Didik. "Biasanya mulai siang hari Non, dimulai dengan makan besar bersama, lalu akan ada panggung mulai dari penampilan anak-anak di kampung sini, sampai nanti malem biasanya dangdutan untuk bapak-bapaknya" Lina menjelaskan apa saja yg akan terjadi di Pesta Panen. "Nanti kalo mau kesana bisa bareng saya non" ajak Lina. "Kalo Pak Bahar udah berangkat duluan untuk bantu persiapan acaranya" lanjutnya. Aku pun mengangguk tanda mengerti.

Lina kemudian keluar dari kamarku. Aku memakan sarapanku dan mandi untuk persiapan ke pesta panen.

Sekitar jam 11 siang aku mendengar parade pesta panen terdengar melewati villa. Lina pun menawariku untuk pergi sekarang mengikuti parade sampai ke lapangan desa, dimana acaranya akan diselenggarakan. Aku pun menyetujui Lina dan segera keluar dari villa untuk mengikuti paradenya.

Anak-anak kecil berbaju daerah diilingi alat musik tradisional sambil menari ke arah lapangan. Di belakangnya banyak orang tua dari anak2 tersebut mengikuti dan juga warga desa lainnya yg juga mengarak hingga lokasi acara. Aku celingak celinguk mencari Pak Didik, tapi belum kulihat. "Cari siapa non?" Lina bertanya melihat ku mencari-cari wajah pak Didik di sela-sela kerumunan. Aku hanya menggelengkan kepala menjawab pertanyaan Lina.

Seiring berjalannya parade mengelilingi desa, warga yg mengikuti parade semakin ramai. Kami berjalan berdesak-desakan ketika jalan ke arah lapangan menyempit karena kiri dan kanannya merupakan sawah dan kebun. Ketika berdesak-desakan aku merasakan ada yg mencubit pantatku dari belakang. Secara reflek aku langsung melihat ke belakang. Benar saja, Pak Didik tiba-tiba sudah berada di belakangku. Karena jalan berdesakan pasti tidak ada yg melihat apa yg Pak Didik lakukan. Kadang ia meremas pantatku, kadang menekan jarinya tepat di vaginaku, kadang juga menempelkan selangkangannya di pantatku dimana aku bisa merasakan penisnya sudah tegang dibalik celananya.

Perjalanan menuju lapangan ini sudah membuatku bergairah. Aku bisa merasakan vaginaku cukup basah dengan rangsangan pak Didik di belakangku. "Capek ya non?" Tanya Lina yang mendengarku terengah-engah. Aku hanya mengangguk saja karena dia tidak boleh tahu aku melenguh karena Pak Didik yg berada di belakangku.

Akhirnya kami tiba di lapangan. Jarak kami merenggang. Pak Didik pun tidak lagi menjamahkan tangannya dan menjaga jarak. Kini ia berjalan di sampingku. Di lapangan kami semua melihat pertunjukan anak-anak di desa ini. Di tengah pertunjukan Pak Didik menyentuh tanganku. Dia memberi tanda agar aku mengikutinya.

"Lin, aku ke pinggir dulu ya, mau ngadem di bawah pohon" izinku kepada Lina. "Mau ditemenin non?" Tanya Lina yg segera kutolak dengan alasan aku ingin dia menikmati acaranya. Aku pun berjalan keluar dari kerumunan mencoba mengikuti Pak Didik. Pak Didik masuk ke arah kebun jagung. Karena tingginya pohon jagung membuatku sulit mengikuti langkah Pak Didik. Aku pun agak berbisik memanggil namanya "Pak.. pak didik.. dimana?"

"Kesini non.. ke arah sini" aku mendengar suaranya dari arah kanan dan segera aku melangkah ke sana. Sudah cukup jauh aku berjalan di antara kebun jagung karena suara panggung pertunjukan di lapangan tadi sudah semakin kecil terdengar.

"Non, kesini" aku mendengar suara pak Didik dari arah kiri. Lalu kusibak pohon jagung di sebelah kiriku dan kuliat ada sebuah gubuk kecil. Sepertinya itu adalah gubuk tempat beristirahatnya petani. Kulihat pak Didik sudah duduk di bangku kayu menungguku sambil merokok. Lalu dia membuka resleting celananya mengeluarkan penisnya yang sudah tegang. "Nih Non isepin dulu sambil bapak abisin rokoknya" perintahnya seakan aku ini bukan anak dari majikannya tempat ia bekerja. Dan entah kenapa aku malah bernafsu diperlakukan seperti itu.

Akupun berlutut dihadapannya. Tanganku lalu menggenggam penisnya yg besar dan berurat. Aku kecup kepala penisnya. Aku ludahi dan kukocok perlahan dengan tanganku. Kulihat wajahnya dan ia hanya tersenyum puas melihatku tunduk dengan penisnya. Aku pun mulai memasukan kepala penisnya ke dalam mulutku. "Sllrpp..sllrpp..slrpp" kubergantian mengulum dan mengocokkan penis pak Didik. Setelah 5 menit ku oral, Pak Didik tampak telah selesai dengan rokoknya. Aku pun dimintanya berdiri.

Lalu ia mulai membantuku untuk membuka seluruh pakaian di tubuhku. Ada perasaan deg-degan saat ia menelanjangiku karena ini di area terbuka dan siapa saja bisa tiba-tiba muncul dari balik kebun jagung menemukan kami disini. "Tenang aja Non, ini udah jarang yg tau gubuk ini karena adanya di tengah kebon dan jauh dari mana-mana" ucap pak Didik yg melihat wajahku sedikit cemas. Sambil melepaskan pakaianku satu persatu, ciuman pak Didik terus menjalar dari wajah, ke tengkuk, pundak lalu hingga lidahnya main di dadaku.

Aku memejamkan menikmati rangsangan pak Didik. Vaginaku yg tadi sudah basah kini kembali dimainkan oleh jari-jari pak Didik. "Ahhh..ehhmmmm" aku mendesah menerima rangsangan di dada dan vaginaku bersamaan.

"Kresk..kreskk.." tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara dari arah kebun jagung. Tiba-tiba muncul 3 orang dari balik sana. "Anjir dik, tadik nyasar gw, udah lama ga saung sini" salah seorang bapak-bapak. Pak Didik memelukku agar aku tetap tenang. "Tenang San, ini temen-temen bapak disini." Mata pak Didik mengedip memberi kode agar aku kembali menjadi Santi wanita penjaga warung remang-remang.

"Gila, ga sabar amat lu curi start, biasanya kan malem abis dangdutan" ucap salah satu dari mereka. "Ya kan kalo malem Si Santi jaga di warung". Sepertinya ini maksud Lina kemarin malam ketika mewanti-wanti Pak Bahar mengajakku ke pesta panen. Sepertinya ada juga kebiasaan pesta sex di perkebunan ini.

"Asli mulus banget" salah seorang dari mereka melihatku yang bugil di pelukan pak Didik. "Gila tuh toket, kenyang gw kalo nyusu disitu" yg lain menambahkan. "Masih muda nih, pasti memeknya rapet sih" yg terakhir ikut mengomentari.

Aku yg kini telanjang di gubuk di tengah kebun ini semakin bergairah membayangkan apa yang akan dilakukan keempat laki-laki ini. "Abang-abang mau ngeliatin Santi sama pak Didik apa ikut juga? Kok diem aja?" Aku kembali menjelma menjadi Santi sang wanita warung remang.



Mereka lalu membuka celananya masing-masing melihatkan penis-penis nya yang tegang. Aku kini dikelilingi 4 penis tukang-tukang yg siap memberikan kepuasan kepadaku. "Sebelum mulai, ini Santi buat gw lunasin utang-utang gw ke lo semua ya? Mahal ini.." Ucap pak Didik ke 3 temannya. Sial, ternyata aku dimanfaatkan oleh Pak Didik untuk membayar hutangnya, padahal aku sukarela untuk memuaskan penis-penis ini.

Semuanya bersalaman tanda mereka setuju dengan perjanjian ini. Aku pun mulai menggenggam penis dengan kedua tanganku. Secara bergantian aku mengocok keempat penis dihadapanku. Batang penis hitam berurat dan bau khas orang kampung membuat vaginaku basah. Setelah sekitar 10 menitan kami berubah posisi. Kini aku menungging posisi doggy. Satu penis berada di depan wajahku untuk aku service dengan mulutku. Di belakang aku merasakan batang penis menekan masuk ke dalam vaginaku.

Kini aku maju mundurkan tubuhku mengocok penis dengan mulut dan vaginaku bersamaan. "Plak plak plak, sllrrp..sllrpp..slrppp.. ehhmm.. aahhh." walaupun kami berlima disini, tidak ada suara lain selain suara persetubuhan kami.

Keempat penis itu semua bergantian antara vagina dan mulutku. Aku bagaikan alat pemuas nafsu yang dipakai bersamaan. Hampir satu jam diposisi ini sudah 3 kali aku merasakan orgasme. Sedangkan mereka ketika ingin mencapai klimaks mereka akan minta bergantian sehingga mereka belum ada yg klimaks. Di situasi ini aku justru merasa aku yang beruntung karena penis-penis ini justru terus memuaskanku tanpa henti.

"San, abang mau keluar" tiba-tiba penis yang ada di mulutku mencapai klimaksnya. Sebagian ada tertelan tapi sebagian lagi ia tumpahkan di wajahku. Setelah itu penis lain bergantian untuk kembali mengocok di mulutku. Lagi-lagi tidak lama kemudian penisnya berkedut dan klimaks di dalam mulutku. Aku menelan hampir seluruh sperma penis kedua.

Kini penis ketiga pindah dari vaginaku untuk mengocokkan penisnya di depan wajahku. Vaginaku langsung ditancap oleh penis Pak Didik. Tidak lama penis didepan wajahku memuncratkan seluruh spermanya di wajah hingga rambutku. Wajahku terasa hangat oleh lelehan spermanya. Setelah semburannya selesai ia meminta untuk membersihkan sisa-sisa spermanya dengan lidahku.

Sementara di belakang hentakan Pak Didik pun semakin cepat. Aku yg sudah belepotan sperma semakin horny dan sudah ingin klimaks. "Ahh.. pak Didik.. Santi.. mau sampe.. aaahh.." aku mengejan. Vaginaku menjepit kencang penis pak Didik.

Pak Didik pun tidak bisa lagi menahan kenikmatan itu dan ia pun klimaks di dalam vaginaku. Vaginaku pun merasakan hangatnya lelehan sperma pak Didik. Lebih dari 15detik aku merasakan tubuhku bergetar mencapai klimas yg belum pernah kurasakan sebelumnya.

Mereka semua membakar rokok mereka sambil ngobrol. Aku mencoba membersihkan wajahku yg penuh sperma, tapi tidak ada air, sehingga aku hanya memeperkan spermanya di tubuh dan dadaku.

"Gila lo San, memek nya jepit banget. Mana toketnya gede lagi, jadi istri abang yg kedua yah?" Sahun salah seorang dari mereka. Yg lain pun sama-sama berebut ingin memperistriku. "Ya mendingan Santi kaya gini kan, bukan istri siapa-siapa, jadi abang-abang bisa make Santi gantian" ucapku genit yg akhirnya menghentikan cek cok diantara mereka.

"San, yuk sekali lagi" ucap seseorang dari mereka. Ia memintaku mendekat dan menaiki tubuhnya. Penisnya sudah kembali tegang ketika aku mendekat. Kini dengan posisi women on top aku mengatur sendiri tempo keluar masuk penisnya. "Aahh.. kontol abang.. Santi suka.." aku bicara sambil menikmati sodokan penisnya di rahimku.

Saat aku sedang keenakan, tiba-tiba ada seorang lagi di belakangku. Lalu ia menempelkan kepala penisnya di lubang pantatku. Kutengok ternyata Pak Didik. "Ahh.. pelan-pelan pak.. masih sakit" jawabku ketika penis Pak Didik memaksa masuk ke pantatku yg sempit.

"Anjir, Dik si Santi bisa dientot pantatnya juga. Gila sih ga semua yg di warung mau loh." Ucap teman pak Didik yg belum kebagian dan hanya melihat aku di double penetrate. "Makanya gw bilang ini mahal, puas kan lo make si Santi cuma bayar pake utang gw?" Pak Didik menjawab dengan meyakinkan. Kini sodokan kedua penis keluar masuk vagina dan pantatku berbarengan.

Aku pun segera mencapai klimaks. Lalu pak Didik pun merasa sempitnya lubang pantatku membuatnya tidak bertahan lama. "Santi sampe...aaaah" 'crttt..crrtt..crrtt' lalu tidak lama pak Didik juga klimaks 'croot..croot..croot' dan tidak lama penis di vaginaku pun ikut klimaks 'crooot..croot..croot'

Lelehan sperma keluar dari lubang pantat dan vaginaku ketika kedua penis itu keluar dari lubangnya. Lalu dua orang lagi yg tadi menonton menghampiriku. Tanpa memberikan waktu istirahat aku kembali di double penetrate oleh mereka. Kali ini seseorang terlentang dibawahku, penisnya masuk ke pantatku. Satu lagi di atasku dengan posisi misionaris memasukan penisnya ke vaginaku.

Dengan licinnya lubangku karena sperma sebelumnya, ritme keduanya langsung menggunakan tempo cepat. "Aahh..ahh..aahh..terus..aaahh" aku merasa tubuhku melayang disetubuhi kedua penis ini. Setelah 15 menit kami semua klimaks dengan waktu yg hampir bersamaan pula.

Benar-benar kepuasaan yg belum pernah kurasakan sebelumnya menikmati didouble penetrate berurutan dengan 4 penis yg berbeda.

*****

Setelah bermain dengan Pak Didik dan ketiga temannya. Aku kembali ke area pertunjukan. "Ohh.. Non Nadia disini" tampaknya Lina telah beberapa waktu mencariku. "Aku mau pulang duluan ya" ucapku ke Lina. Walaupun aku tidak minta Lina untuk mengantarku, tapi ia tetap ingin memastikan aku sampai ke villa.

"Yasudah, sekalian temanin aku keliling perkebunan sini yuk Lin. Kalo sama kamu kan ga akan nyasar" pintaku ke Lina yang ia setujui. Lalu kami pun mengambil rute sedikit memutar sebelum ke Villa. Tidak ada satu orangpun yg kulihat sepanjang perjalanan ini, sepertinya semua warga sedang berkumpul di area pertunjukan Pesta Panen.

Akhirnya kami melewati sebuah sungai. Airnya jernih khas area pegunungan. "Lin, kita ke sungai itu ya" Lina puh mengikutiku dari belakang. Awalnya aku hanya mencuci muka dan kakiku. Tapi kesegaran airnya membuatku ingin mandi disana. Tanpa izin dengan Lina aku pun membuka pakaianku dan langsung nyebur ke dalam sungai. "Non, kok mandi sih?" Lina sudah terlambat untuk melarangku.

Ia lalu menghampiriku sambil memberikan kainnya. "Pakai ini non, pamali telanjang di sungai ini" ucap Lina yg kali ini serius. Aku pun menuruti ucapannya untuk menghormati area ini. Jaga-jaga agar tidak terjadi hal-hal aneh disini. Lina hanya menunggu di pinggir sungai sedangkan aku menikmati dinginya air pegunungan yg membuaktu relaks setelah permainan dengan Pak Didik dan teman-temannya.



Aku tidak melihat waktu selama berenang disana, sampai tiba-tiba aku merasakan ada tetesan air jatuh dari langit. Lina berteriak dari arah pinggir sungai "Non, sepertinya akan turun hujan". Akupun segera kepinggir sungai untuk kembali bersama Lina ke villa.

Baru saja aku selesai berpakaian, hujan turun dengan begitu lebat. Kami berdua berjalan cukup cepat tapi tubuh kami sudah cukup basah. Tiba-tiba dari arah belakang ada motor menghampiri. "Kak Lina!" Pengendara itu memanggil Lina. "Dodi!" Ternyata pengendara motor itu Dodi, adik Lina. Ia memang ingin pulang karena hujan lebat yang tiba-tiba turun. "Dod, anter non Lina biar cepet sampe villa ya, kakak jalan aja" ucap Lina. Aku awalnya menolak meninggalkan Lina, tapi ia sangat persuasif dan dalam keadaan tergesa-gesa aku pun naik ke motor Dodi.

Dodi langsung menjalankan motornya secepat mungkin. Jalan perkebunan yg tidak terlalu mulus dan Dodi membawa motornya cukup cepat membuat aku harus memeluk erat dirinya. Dadaku menempel dipunggungnya dan bergoyang-goyang mengikuti goncangan akibat jalan berlubang.

Hampir 15 menit akhirnya kami tiba di villa. Saat aku ingin membuka pintunya, ternyata di kunci. Karena tadi tergesa-gesa Lina lupa menitipkan kunci villa kepadaku. Aku dan Dodi pun terpaksa menunggu di teras villa. Bajuku yg sudah basah kuyup menampakkan dadaku yg tercetak jelas.



Dodi tidak banyak bicara, tapi aku tau daritadi dia memperhatikan dadaku dan sesekali meraba selangkangannya sendiri. Jiwa nakalku terpancing di situasi ini. "Dod, sini dong, aku kedinginan" aku memanggil Doni merapat untuk duduk di sebelahku. Aku pun menarik tangannya agar merangkul tubuhku.

Tangan kananku menyentuh pahanya yg tertutup oleh celana yg juga sudah basah kuyup. "Dod, udah punya pacar belum?" Tanyaku. Dodi hanya mengangguk. "Udah pernah, sama pacarnya?" Tanyaku lagi. Awalnya Dodi ragu menjawab pertanyaanku, tapi akhirnya ia pun perlahan menangguk. "Gede an punyaku apa punya pacar Dodi?" Tanyaku sambil membusungkan dadaku.

"Emm.. ee.. punya Non Nadia" jawabnya malu. "Sini tangannya" aku menarik tangan satunya lagi untuk meraba payudaraku. Awalnya Dodi menahan tanganku. "Kalo kak Lina udah sampai, kamu ga akan ada kesempatan ini lagi loh" ucapku yang akhirnya membuat Dodi tidak ragu lagi. Tangan kanannya langsung meraba dada kananku, tangan kiri yg tadinya merangkul di pundakku, kini lebih turun hingga jemarinya bisa meremas dada kiriku.

Wajahnya mendekatiku lalu tidak lama kemudian kami berciuman. Ciuman dan remasan didadaku semakin membakar birahiku. Tangan kananku yg tadi di pahanya, kini bergerak ke atas menggenggam penisnya dari luar celananya. "Kita ga punya banyak waktu" ucapku yg langsung dimengerti oleh Dodi. Ia membuka resleting celananya dan mengeluarkan penisnya.

Aku pun kini berlutut di hadapannya. Tanganku mulai mengocok-ngocokan penisnya. Tampak wajah Dodi sedang dalam kondisi birahi tinggi. "Non, jepit pake toketnya" tanpa diperintah lagi ku angkat sedikit kaosku lalu karena tubuh yg sudah basah akibat kehujanan, kocokan penis Dodi di dadaku cukuplah mudah.

Aku naik turunkan tubuhku sambil menjepitkan dadaku pada penis Dodi. "Aaaah..aaaahhh.." lenguhan terdengar dari mulut Dodi. Tidak lama ia mengejan dan menekan penisnya ke arahku. "Crooot..crott..crott" semburan spermanya mengenai daguku dan sisanya meluber di kedua dadaku.

Tidak lama kemudian aku mendengar pagar villa terbuka. Lina tampak disana dan sedikit berlari ke arah teras. Begitu ia sampai, Dodi sudah mengenakan pakaiannya lagi. Sisa sperma di daerah leher dan dadaku tidak tampak karena kondisi tubuhku yg basah kuyup. "Maaf Non, tadi lupa Lina kasih kuncinya ya" sambil ia mencoba membuka pintu Villa.

"Gapapa Lin, ada Dodi tadi yg nemenin aku, makasih ya Dod" ucapku ke Dodi yg dibalas dengan senyuman lebar di wajahnya.

=======

Bersambung hal 53
Mantep hu scene yang sama pak didik dkk
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd