Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Bercinta Beda Kasta

Status
Please reply by conversation.
Episode 5

Posisi kakiku mengangkang. Seorang lelaki muda sedang menggenjot penisnya di vaginaku. "Aahh.. memek enak... aahhh" ucapnya menikmati jepitan vaginaku saat penisnya keluar masuk. Ya hari ini aku kembali mencoba bercinta dengan orang seusiaku lagi. Aku berkenalan dengan dia melalui aplikasi kencan online.

Setelah makan malam dan nonton, kini aku berakhir di apartemennya dan disetubuhinya. Dan dugaanku benar, aku tidak tertarik lagi bercinta dengan laki-laki seusiaku, aku tidak tertarik lagi dengan aroma parfum mahal khas anak orang kaya. Aku juga tidak terlalu merasa menikmati sodokan penis kecil pemuda ini. Padahal tipe-tipe lelaki ini dulu adalah tipeku. Wangi, bersih, tampan, kaya. Tapi kini aku sudah berubah.

"Ahh.. aku keluar" tubuhnya mengejang. Tidak sampai 10 menit dia sudah orgasme. Untung saja dia menggunakan kondom. Ga sudi vaginaku disembur kontol loyo miliknya. Akhirnya aku dan dia membersihkan diri dan aku pun memanggil taksi online untuk menjemputku.

"Padahal kalo mau nginep gapapa loh" ucapnya. Aku hanya beralasan dicari ibuku kalo tidak pulang. Padahal dalam hatiku ga sudi aku digarap lagi cuma buat kepuasan dia seorang.

Ya sudah kupastikan aku tidak lagi mendapat kepuasan dari penis anak orang kaya. Vaginaku hanya bisa dipuaskan oleh penis para tukang.

***

Minggu ini adalah minggu ujian. Intan berencana menginap di rumahku untuk belajar bersama. Kebetulan orang tuaku sedang ke luar negeri jadi aku ada teman di rumah selain satpam, supir dan pembantuku.

Di kamar lantai 2 aku bisa melihat pagar rumahku dibuka satpam. Jam 10 tepat, terlihat mobil Intan masuk ke garasi rumahku. Aku segera turun menunggu di ruang tengah sambil menyiapkan buku-buku dan soal latihan untuk belajar.

Aku tunggu cukup lama juga Intan turun dari mobil dan masuk ke rumahku. Suaranya sih sayup-sayup kudengar. Sepertinya dia sedang ngobrol dengan satpam rumahku. Akhirnya kudengar pintu terbuka dan Intan pun masuk. Aku kaget melihat Intan menggunakan pakaian tipis tanpa menggunakan bra. Dadanya jelas menonjol dan menerawang.



"Gile ya lu, ke rumah gw masa eksib sih" sambil kucubit pinggulnya ya buru-buru ia tepis sambil tertawa. "Ye.. bukan buat satpam lo juga kali. Kebetulan aja itu. Hihi" jawabnya genit. Pantes tadi kudengar mereka ngobrol lama di garasi rumahku, ternyata memang ada alasan untuk Intan dan pak Satpamku lama-lama berbasa-basi.

"Belajarnya disini? Ga di kamar lo?" Tanya Intan. "Iya di sini aja, di kamar gw banyak distraksi, yg ada lo nonton TV atau ketiduran di ranjang gw. Mau lulus ga lo taun ini?" Tanyaku akan keseriusannya agar bisa lulus setelah tidak naik kelas 2 kali. Akhirnya Intan menyetujui dan kami belajar di ruang tengah.

Jam 12 siang pembantu laki-lakiku membawakan makan siang ke meja ruang tengah. "Mas Ujang, Mba Yuni kemana?" Aku menanyakan Mba Yuni karena biasanya dia yg mengurus urusan makan dan dapur. "Oh itu, Mba Yuni barusan ke Dokter Non." Walaupun Mas Ujang menjawab pertanyaanku, tapi matanya menatap Intan, lebih tepatnya ke arah dada Intan.

Intan tidak melihatnya karena ia sibuk dengan latihan soal. Aku pun berterima kasih sudah diantarkan makanan agar ia segera pergi. Aku dan Intan pun istirahat belajar dan mengisi tenaga dengan makan siang.

"Wah, gila ini pembantu lu enak banget masakannya." Intan makan dengan lahap. Mba Yuni memang dikursuskan masak oleh orang tuaku. Makanannya pasti enak dan sehat. Aku pun sangat menyukai makanan bikinannya. "Boleh ya gw tanya ke dapur resepnya?" Izin Intan kepadaku. Ya aku sih tidak keberatan.

Selesai makan kami sepakat istirahat sejenak belajarnya. Kami berdua istirahat di kamarku. "Jadi siapa aja yg udah ngentotin lo di kamar ini?" Intan langsung menyelidikiku. Ya hanya mantan pacarku yg terakhir itulah yg pernah main ke kamarku. Itupun hanya sekali dua kali ketika orang tuaku tidak di rumah. Sisanya main di rumahnya atau di apartemenku.

"Satpam sama Mang Ujang masa belum pernah?" Tiba-tiba Intan malah menuduhku main dengan mereka membuatku mencubit dan menggelitiknya hingga ia menyerah. "Ga lah, gw ga siap kalo orang rumah tau" jawabku. "Wah, lo harus cobain punyanya satpam sih" Intan seperti menerawang pengalamannya dengan seorang satpam sambil senyum-senyum sendiri. "Awas aja lu kalo satpam gw lo godain" ancamku ke Intan. Ia hanya tertawa mendengar laranganku.

Dari kamarku di lantai 2, aku bisa melihat pagar rumahku dibuka. Mba Yuni baru kembali dari dokter. Tapi tidak terlihat pucat, mungkin tidak terlalu parah pikirku. "Tuh Mba Yuni udah pulang, lo samperin aja di dapur" ucapku ke Intan. Lalu ia beranjak dari tempat tidurku keluar kamar dan turun menuju dapur.

Ketika di kamar sendiri, aku jadi memikirkan perkataan Intan yaitu bercinta dengan satpam dan pembantuku. Satpamku namanya Pak Pardi, usianya hampir 50thn. Sudah kerja dengan ayahku dari dulu, mulai dari supir kantor hingga akhirnya jaga di rumah. Pembantuku Mang Ujang, mungkin 35th, keponakannya Pak Pardi di kampung. Dulu preman kampung, berandal. Pernah hampir mati digebukin lawan setelah itu jadi tobat dan mau kerja yg bener. Makanya di tubuhnya banyak tato dan bekas luka jaitan.

Interaksiku dengan mereka secukupnya, tidak terlalu akrab hanya sapa-sapaan ringan saat bertatap muka. Memang sih semenjak usiaku 17tahun dan tubuhku mulai "jadi" kadang aku melihat mereka memandangi tubuhku dengan cara yg berbeda. Tapi aku tidak merasa risih, karena mereka di rumah ini memang untuk membantu keluargaku.

Kupikir lama juga aku melamunkan 2 pejantan penjaga rumahku ini, tapi Intan kok belum beres dari dapur Mba Yuni ya. Akhirnya aku inisiatif ke dapur mencari Intan. "Mba Yuni, Intan kemana?" Tanyaku saat hanya menemukan Mba Yuni sendirian di dapur. "Oh tadi abis nanya resep masakan, terus mba diminta tulisin di kertas, tuh udah selesai mba tulis, tapi Non Intan belum balik lagi tuh buat ambil resepnya." Ucap Mba Yuni.

"Mba Yuni sakit?" Tanyaku karena ingat dia baru kembali dari dokter. "Oh, anu, ngga Non. Eh iya maksudnya, Mba tadi pagi mual-mual" ucapnya seakan ada yg ditutup-tutupi. "Istrahat aja Mba biar fit lagi" ucapku basa-basi. Mba Yuni hanya mengiyakan perkataanku.

Aku berpikiran yg tidak-tidak terhadap Intan. Aku tau harus menemuinya dimana. Aku berjalan ke arah bagian depan rumah. Sampai garasi aku mendengar suara Intan. Aku mengendap perlahan.

"Bener ya janji, abis Intan kasih liat, gantian Intan yang liat" suara genit Intan yg sudah kuduga sedang bicara dengan Pak Pardi atau Mang Ujang. Aku tidak bisa melihatnya dibalik tembok ini.



"Waah.. gede non" suara pak Pardi terdengar. "Duh, jadi pengen pegang" suara Mang Ujang lanjut terdengar. Gila pikirku, dua-duanya Intan goda sekaligus. "Eits, tadi janjinya apa?" Intan menagih mereka.

Aku hanya mendengar mereka berdiri dari tempat duduknya. Suara resleting di turunkan. "Waaw.. ini belum tegang segede ini?" Intan terdengar tidak percaya dengan apa yg dia liat. "Ya bener lah Non, pegang aja kalo ga percaya, masih lemes" suara pak Pardi.

"Plak!" Suara tangan Intan ditepis saat ingin menggenggam penis mereka. "Tadi janjinya kan cuma liat aja Non" kini giliran Mang Ujang yg memainkan birahi Intan. "Jadi boleh saling pegang nih?" Tanya Pardi menggodanya. "Ehm..aku tanya Nadia dulu ya" tiba-tiba Intan berdiri dan merapikan tangtopnya lagi.

"Eh eh, jangan Non. Jangan sampe Non Nadia tau, kita gamau dipecat" ucap Pak Pardi. Intan pun lalu berpikir sejenak. "Hmm.. yawda nanti kita lanjutin ya pak, mang, Intan masih harus lanjut belajar" ucap Intan ke mereka. Aku yakin satpam dan pembantuku itu cukup kentang ditinggal Intan. Aku pun bergegas kembali ke kamar lebih dulu daripada Intan.

Tidak lama Intan kembali ke kamarku. Aku pura-pura tidak tahu. "Mba Yuni baik banget mau ngajarin terus akhirnya tadi dia bantu nulisin resepnya juga" ucap Intan sambil menunjukkan secarik kertas yg sebenarnya tadi sudah kulihat.

"Yuk belajar lagi" ajakku kepada Intan. Kami pun belajar soal latihan lagi. Tapi aku bisa melihat Intan tidak fokus. Pikirannya tidak pada buku dan soal. Mungkin ia sedang memikirkan bagaimana bisa mendapat izin dariku untuk bercinta dengan Satpam dan pembantuku.

"Duh pengen makan bakso deh" tiba-tiba Intan ngidam bakso. "Lagian udah cukup banyak tau kita belajarnya" lanjut Intan. Kupikir pun begitu, lumayan banyak soal yg sudah kami kerjakan, kita berhak untuk mengistirahatkan kepala. Kulihat sudah jam 4 sore. Cukup lama belajar kami dari jam 10 tadi.

"Kita makan di tempat langganan gw aja" ucap Intan mengajakku bersiap keluar. Aku pun berganti pakaian lalu ikut ke mobil Intan. Pak Pardi membukakan pagar, dan aku bisa melihat Pak Pardi berlaga senormal mungkin seperti tidak ada apa-apa antara dia dan Intan.

Intan membawa mobilnya masuk ke perumahan kecil tidak jauh dari rumahku. Aku sebenarnya mengira tempatnya di mall atau di pinggir jalan, tidak di dalam perumahan. Akhirnya Intan berhenti di depan sebuah rumah. Tidak besar, tapi 2 lantai. "Ini rumah siapa tan?" Tanyaku. Aku hanya melihat sebuah gerobak yg sudah tidak terpakai di garasi rumah. "Ini dulu tukang bakso keliling yg suka lewat depan rumah gw. Tapi sekarang udah ga keliling lagi, karena dia sudah punya anak buahnya dari kampung untuk keliling dagangin baksonya" Intan mulai bercerita.

"Kalo ga salah sudah ada 5 gerobak yg keliling dari rumah ini" lanjut Intan. "Wah jadi semacam juragan bakso keliling ya" aku melihat-lihat sekeliling halaman rumahnya yg cukup berantakan.

Intan langsung ngeloyor masuk ke rumah itu. "Pak Wahyu? Halo pak?" Intan sedikit berteriak memanggil pemilik rumah. Tidak lama seorang pria usia 50thunan keluar dari arah dapur. Kulitnya hitam karena dulu harus keliling berjualan dorong gerobak. "Eh Non Intan, tumben ga bilang-bilang mau kesini" ucapnya sambil menjabat tangannya dan cipika-cipiki. Aku mulai berpikir sepertinya Intan mengajakku kesini bukan hanya menikmati bakso saja.

"Iya Intan abis dari rumah temen, deket sini, jadi pengen mampir deh" ucap Intan mengenalkan diriku ke pak Wahyu. Saat bersalaman aku bisa melihat wajahnya yg ingin menerkam tubuhku. "Yawda Bapak bikinin baksonya ya 2 porsi. Non duduk aja dulu" ucap Pak Wahyu. Kami pun duduk di sofa lusuh di ruang tengah. "Jadi Pak Wahyu sekarang cuma bikinin baksonya aja, pegawainya lah yg keliling" Intan kembali bercerita. Aku penasaran dengan rasa baksonya, tapi lebih penasaran lagi sama hubungan Intan dan Pak Wahyu.

"Lo sama pak Wahyu..." aku berbisik, tanpa melanjutkan pertanyaanku Intan sudah tau maksudku. "Lo juga pasti suka deh" Intan menjawab ambigu apakah suka baksonya atau permainan pak Wahyu. Tidak lama Pak Wahyu datang membawa 2 piring bakso. "Silakan non" ucap Pak Wahyu.

Kami pun mulai menghabisi bakso buatan pak Wahyu. Kuakui memang baksonya enak, ga salah sih kalo Intan memang suka. Setelah habis, aku merasa tubuhku menjadi panas, padahal aku tidak pakai sambal. Intan lalu melihat aku yg gelisah. "Pak Wahyu, kasih obat ya di makanan Nadia?" Intan bertanya. Pak Wahyu hanya tersenyum. "Yah Pak, Nadia mah pasti mau walaupun ga dikasih ramuan juga, makanya Intan bawa kesini." Ucap Intan yg membuat Pak Wahyu terkejut. "Maaf Non.." Pak Wahyu seakan merasa bersalah telah mencampurkan ramuan perangsang di mangkok baksoku.

Aku merasa vaginaku semakin gatal. "ahh..pak Wahyu.. ehhmm.. tanggung jawab.." ucapku manja berselang desahan. Pak Wahyu lalu mengajakku duduk di sofanya. Ia langsung membuka celanaku membuatku bugil dari pinggang ke bawah. "Memek orang kaya emang ga selalu spesial" komentar pak Wahyu ketika memandang vaginaku yg terpampang di hadapannya.

Wajahnya langsung ditanamkan di selangkanganku. Lidahnya langsung menyapu memainkan vaginaku. 'Slrrpp..slrrpp' lidahnya rakus menjilat dan menyedot vaginaku. "Aaaahh.. aah" entah kenapa walaupun hanya dimainkan dengan lidah, tapi vaginaku merasakan kenikmatan yg bereda. Aku meremas-remas kepala pak Wahyu dan terus menekankan kepalanya di selangkanganku.

"Terus pak Wahyu.. ahhh" Hanya berselang 5 menit aku sudah sampai ke klimaks. "Nadia mau keluar pak.. aaahhh" aku sedikit berteriak, entah apa isi ramuan itu yg jelas orgasme kali ini lebih enak dari biasanya. 'Crrt..crrt' oh Tuhan.. baru pertama kalinya aku sampai squirt. Cairanku membasahi wajah dan baju pak Wahyu. "Waw. Baru pertama ya non sampe squirt gini?" Ucap pak Wahyu seakan bangga dengan hasil kerjanya.

Pak Wahyu lalu membuka baju dan celananya hingga dialah yg bugil duluan di ruangan ini. Penisnya tidak panjang, tapi diameternya cukup besar membuatku membayangkan vaginaku pasti bisa melar. Aku masih duduk mengangkang di sofa mengumpulkan nafas akibat klimaks spesialku. Intan pun mulai beraksi melihat aku yg masih menikmati sisa-sisa orgasme dan di depannya ada penis pak Wahyu yang sudah tegang.

"Sini pak sama Intan dulu" Intan yg duduk di sofa memanggil Pak Wahyu agar mendekat. Penis pak Wahyu kini sejajar dengan wajah Intan. "Udah lama nih ga ketemu kontol satu ini" ucap Intan ketika memegang penis pak Wahyu. "Inget ga non dulu pertama kali bapak kasih liat kontol bapak non Intan bilang apa?" Tanya pak Wahyu. "Waktu itu aku bilang, kontol orang kampung gede-gede gini semua ya, hahaha" ucap Intan "semenjak itu Intan mulai penasaran nyari kontol-kontal lain" lanjut Intan menceritakan awal ia mulai mencari penis tukang. Intan dan pak Wahyu tidak bicara lagi ketika Intan mulai mengoral penis Pak Wahyu. Aku bisa melihat usaha Intan membuka mulut sebesar-besarnya agar penis pak Wahyu bisa masuk.

"Ah.. sepongan Non Intan memang gada yg ngalahin" puji Pak Wahyu kepada Intan. Intan tersenyum mendengar pujian pak Wahyu. Aku pun memperhatikan teknik sepongan intan. Bagaimana kombinasi antara lidah, hisapan di mulutnya dan kocokan tangannya memanjakan penis pak Wahyu. Melihat aku yg memandangi permainan Intan, pak Wahyu memanggilku. "Sini non Nadia, mendekat." Akupun tidak menunggu panggilan kedua, aku langsung ikut berlutut disamping Intan. Kini aku dan Intan bergantian menjilati penisnya pak Wahyu. Pak Wahyu saat ini pasti tidak pernah memimpikan situasi ini ketika penisnya dioral dua wanita muda cantik yg lebih kaya darinya.

Intan lalu membuka tangtopnya, ia lalu mengapit penis Pak Wahyu di dadanya. Dengan banyaknya air liur kami berdua di batang penisnya membuat dengan mudahnya Pak Wahyu menyodok-nyodokan penisnya di dada Intan. "Ahhh.. mantap bener service Non Intan. Ga pernah kurang" ucap Pak Wahyu yg mempercepat tempo kocokan penisnya di dada Intan. Tidak lama kemudian aku melihat kocokan pak Wahyu melemah dan 'crooot..crooot' sperma Pak Wahyu keluar sangat banyak di dada dan perut Intan. Aku tidak pernah melihat ejakulasi sebanyak itu.



Setelah semburan spermanya berhenti. Ia melepas penisnya dari jepitan dada Intan. "Ini untuk Non Nadia" pak Wahyu mengarahkan penisnya yg masih berlumuran spermanya ke wajahku. Aku pun dengan telaten menjilati permukaan penisnya hingga bersih. "Makasih non Intan udah kenalin saya ke Non Nadia yg udah pinter banget nge-service kontol tukang" ucap Pak Wahyu dengan senyum penuh kepuasan.

"Pak Wahyu memang biasa ngulik ramuan Nad. Makanya tadi lo bisa sampe squirt dan lo liat tuh spermanya bisa banyak banget gini." Intan memberitahu rahasia Pak Wahyu sambil tangannya meratakan sperma pak Wahyu di seluruh tubuhnya.

"Dulu waktu muda bapak pernah kerja jadi asisten tabib di kampung, jadi sedikit-sedikit bapak curi ilmunya. Hehe." ucap pak Wahyu menambahkan. Dia belajar campuran rempah2an yg jarang orang ketahui. Baksonya bisa enak dan laku pun karena campuran bumbu rahasia yg ia pelajari.

Tiba-tiba pintu ruang tamu terbuka. Sejumlah laki-laki masuk ke dalam rumah. Aku sempat kaget karena tidak mengetahui siapa mereka. Tapi kemudian pak Wahyu menyapa mereka. "Oh sudah pada beres kelilingnya?" Tanya pak Wahyu. Aku mulai menghitung, jumlahnya ada 8 orang. Ini pasti tukang bakso keliling anak buahnya Pak Wahyu.

"Oh lagi ada Non Intan?" Salah satu dari mereka mengenal Intan. Intan hanya membalas dengan senyumnya. Oh apakah yg akan terjadi antara aku dan Nadia di tengah-tengah 9 tukang bakso ini. Lalu gatal di vaginaku kembali terasa. Efek ramuan itu belum hilang. Intan melihatku yg masih terkena efek ramuan Pak Wahyu. "Tenang aja Nad, lo pasti kuat" ucapnya.

======

Bersambung Page 25 atau Hari Sabtu, yg mana duluan.
Anal gan biar mantepg
 
Satpam2 rumahnya Nadia juga dikasih donk hu akses ke tubuhnya Nadia....trus suatu saat ketika mereka (satpam2 dan Nadia) lagi asik ml kepergok gitu sama sepupunya Nadia (cewek juga) yg lagi nginep dan karena takut ketauan Nadia suruh satpamnya utk perkosa sepupunya itu dan akhirnya sepupunya itu jg ketagihan kontol2 satpamnya dan akhirnya si Nadia, sepupunya, dan Intan, sering orgy bareng dirumahnya Nadia sama satpam2nya itu....hehehe kasih ide cerita aja sih hu
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd