Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Bertahan Hidup

Status
Please reply by conversation.
Kecepatan Angin


Hutan larangan menjelang pagi hari kabutnya malah semakin tebal, membuat tubuh telanjang Namriel mulai menggigil kedinginan.

Kedua payudara terpampang di alam bebas terlihat begitu indah terkena sedikit pelita bulan yang hampir tenggelam.

Suara ayam hutan yang berkokok dan cuitan burung-burung mulai terdengar tanda bahwa mereka bersiap memulai aktifitasnya sebentar lagi.

Beberapa Ent bergerak-gerak ingin mencoba menyelamatkan Namriel dari ikatannya namun jangkauan ranting mereka tak cukup sampai untuk meraih tubuh Namriel.

Tangan dan kakinya masih terikat kencang di pepohonan menyebabkan tubuh ramping mulusnya masih tertahan, tenaga wanitanya tak cukup kuat untuk mematahkan ikatan tali yang dililit Ardian.

Teori simpul tali-temali yang dipakai Ardian bukanlah sembarangan, ia dapatkan ilmu simpul pengikat tersebut dari pelatihan militernya dahulu, semakin berontak malah ikatan tersebut semakin terasa kencang.

Syukurlah, menjelang matahari terbit, salah seorang wanita pemburu mendapati Namriel.

Namriel Veleinor yang tadinya terikat kini dibebaskan oleh salah satu wanita dari sukunya, setelah terbebas tentu saja ia bergegas ke rumah pohon untuk mengadu kepada ayahnya bahwa adiknya telah diculik salah satu dari kaum manusia.

Keadaan tersebut membuat Kepala suku Eikthyrnir yang bernama Earldhorath Veleinor murka.

“Kumpulkan semua prajurit terbaik! Hari ini juga kita akan mencari anakku Sariel sampai ketemu!” ucap Earldhorath dengan ekspresi muka marah.

Tak biasanya para anggota suku rusa keluar dari hutan larangan, apalagi kini mereka terpaksa akan keluar saat siang hari.

Selama ini kaum mereka mengasingkan diri menjauh dari suku-suku lain karena tak mau mencari masalah dengan suku lain.

Suku yang sering bersosialisasi dengan merekapun hanyalah suku beruang, itupun karena kepentingan barter.

Tujuh pemanah profesional dan sepuluh prajurit bertombak dikerahkan untuk misi pencarian anaknya yang bernama Sariel Veleinor.

Karena khawatir, Namriel dan ayahnya pun juga ikut turun gunung untuk mencari keberadaan Sariel.

“Baiklah kita berangkat!” perintah Earldhorath yang diiringi langkah para prajuritnya.

Sementara itu jauh di dalam ruangan pusat piramida, seorang jelmaan naga berdiri dengan gagahnya sambil menggenggam Forbidden One yang kini wujudnya telah berubah menyerupai pedang milik Ardian.


Fitur cermin Forbidden One memang memungkinkan meniru senjata jenis apapun, namun karena pedang yang dimiliki Ardian merupakan salah satu senjata legendaris maka kekuatan dari pedang yang digenggam Shabh hanyalah setengah dari kekuatan aslinya.

Walaupun begitu, kehebatan dan kekuatan sebuah pedang tidak semata-mata berasal dari material pedang itu dibuat, namun juga bergantung pada siapa pemakainya, orang-orang biasa mengenalnya dengan istilah “the man behind the gun”, karena ini cerita mengenai pedang maka kontennya bisa dirubah sedikit menjadi “the man behind the sword”.

Baju zirahnya yang berwarna hitam juga terlihat kokoh sekeras baja, dari tubuhnya masih terpancar aura hitam yang menyesakkan dada bagi siapapun yang mendekatinya.

Ruangan di dalam piramida yang minim cahaya menyebabkan Shabh bertambah kuat, ia bagaikan bertarung di kandangnya sendiri menyebabkan kepercayaan dirinya bertambah drastis.

Koin-koin emas menggunung terlihat samar karena ruangan tersebut dalam kondisi gelap, bebatuan dengan ukiran indah pun juga terlihat samar menghiasi dinding ruangan piramida.

Lantai dasar ruangan ini terbuat dari batu yang disusun rapi seperti trotoar jalanan namun bentuknya jelas jauh lebih indah, lebih rapi juga lebih kokoh.

Posisi Ardian sebagai tandang ditambah lagi dengan fisiknya yang lelah karena baru saja berjalan tanpa henti semalaman dari hutan larangan membuat tubuhnya mulai loyo hampir di ambang batasnya.

Dengan tenaga yang tersisa ia ayunkan pedang hitam kepunyaannya itu lagi ke arah lawan, namun Shabh dengan mudah menangkisnya, ia sisihkan tangkisannya ke arah kiri.

“Splash!” satu sayatan kembali mendarat di tubuhnya saat Ardian lengah karena terengah-engah kelelahan sehabis mengayunkan pedang.

Tebasan pedang Shabh tepat mengenai lengan Ardian, menyebabkan lengan sebelah kirinya terluka dan berdarah.

Luka yang diakibatkan sayatan pedangnya terasa sepuluh kali lipat lebih perih daripada luka biasa karena pedangnya mengandung aura kutukan.

Ia tahu bahwa ia tak cukup kuat mengalahkan Shabh dalam kondisi normal sehingga ia harus cari cara selain menghadapinya secara face to face.

Sembunyi merupakan jalan satu-satunya untuk menandingi kecepatan Shabh untuk saat ini, setidaknya dia bisa mengulur waktu sampai matahari terbit, karena dengan adanya cahaya matahari yang terpantul di ruangan ini akan mengurangi kekuatan dari Shabh yang sejatinya merupakan bayangan.

Ia sadar pipi dan lengannya sakit masih saja mengeluarkan darah karena sayatan pedang tiruan, namun ia mencoba mengabaikannya, tak ada waktu untuk mengeluh kesakitan baginya saat ini.

Bergegas ia sembunyi dibalik peti-peti emas berharap keberadaannya tersamarkan dalam gelap.

“Pengecut, tak ada gunanya bersembunyi!” ketus Shabh.

Setelah kucing-kucingan cukup lama, akhirnya matahari mulai bersinar, menyebabkan ruangan semakin terang karena pantulan cahaya di beberapa kristal-kristal yang tertempel di atap piramida.

Ardian mengendap berjalan sepelan mungkin diantara peti-peti emas, dari balik persembunyiannya ia pungut beberapa koin emas lalu melemparkannya tepat ke arah kristal bercahaya di dekat Shabh.

Pantulan cahaya dari koin-koin emas tersebut menyilaukan pandangan Shabh untuk sesaat.

Ia terpaksa menggunakan pedang tiruannya untuk menutupi matanya dari silau koin-koin yang terkena pantulan cahaya tersebut.

Setidaknya sekarang Ardian mulai yakin dengan dugaannya tadi bahwa cahaya merupakan kelemahan Shabh.

Tanpa jeda Ardian kembali memungut beberapa koin lalu melemparinya lagi, namun kini diiringi tebasan sekuat tenaga dari Ardian.

“Swosh . . .”

Serangan shockwave hitam meluncur ke tubuh Shabh dengan cepat lalu mengenainya, menyebabkan tubuhnya tersungkur ke belakang namun Shabh masih berhasil menahan serangan tadi dengan tumpuan kakinya.

Seperti biasa efek samping ayunan pedangnya itu membuat jantung Ardian berdegub lebih kencang hingga mengakibatkan ia sampai terengah-engah kelelahan.

Cara ini terlihat berhasil namun anehnya serangan tadi tak terlalu berefek pada tubuh Shabh, serangan magis hitam yang berasal dari pedang Ardian nampaknya tak bisa melukainya.

Fisiknya yang kuat dan ditambah lagi baju zirah keras yang dipakainya menjadikan Shabh kebal terhadap serangan magis, dengan begitu tubuhnya hanya bisa dilukai dengan tebasan pedang langsung atau serangan fisik.

Setelah serangan tadi, Ardian kembali bersembunyi dibalik peti-peti emas mencoba mencari momen menyerang yang tepat.

“Huaaarrrggh . . .” suara Shabh kesal karena tak suka dengan cahaya, dengan ayunan pedangnya ia hancurkan semua kristal yang ada di atap piramida satu per satu.

“Sial! Kalau begini trik melempar koin sudah tak bisa kulakukan lagi, apa yang harus kulakukan sekarang untuk melawannya?” gumam Ardian di balik kegelapan.

“Sampai kapan kau akan bersembunyi? dasar pengecut!”

“Muncullah atau kubunuh elf cantik ini!. . .” perkataan Shabh geram sambil berjalan mendekat ke arah Sariel yang sedang berlindung di pojokan.

“Tidak! Urusanmu hanya denganku, kau juga tak punya hak untuk mengatur cara bertarungku!” teriak Ardian khawatir, langkahnya semakin mendekat ke Sariel.

“Hahaha kau benar, tapi cara bertarung secara sembunyi-sembunyimu itu sangat menjijikkan terlihat seperti tikus kotor” ucapan Shabh yang kini sudah berada tepat di depan Sariel.

“Dan kau juga tak punya hak untuk melarangku membunuh elf cantik ini kan?” perkataan Shabh sambil bersiap mengayunkan pedangnya ke arah Sariel dengan tatapan kejam.

“Aaaaaak” ucap Sariel lirih ketakutan.

Sebenarnya Sariel memiliki kecepatan setara angin, namun ia terlanjur ketakutan dan panik karena tak tahan dengan aura hitam menyesakkan yang dikeluarkan Shabh sehingga tubuhnya hanya mematung karena saking takutnya.

“Tidak! Teriak Ardian kini sambil berlari ke arah Sariel secepat mungkin.

Lalu “splash” darah segar kembali mengucur, cairan merah tersebut bukanlah berasal dari Sariel, melainkan keluar dari luka sayatan baru di punggung Ardian.

“Hahahaha manusia memang konyol!” ucap Shabh sambil berjalan kebelakang menikmati pertunjukan yang dirasanya bodoh itu.

“Kakak!” Teriak Lina khawatir dari balik jeruji magis, ia tak tega melihat kakaknya tersayat-sayat pedang hingga berdarah-darah.

Teriakan kesedihan Lina tadi membangunkan kekuatan yang tersembunyi dari liontin yang dimilikinya.

Purification Necklace secara ajaib mengaktifkan kemampuannya untuk menghapus kutukan, air suci perlahan keluar dari liontin kepunyaan Lina, air suci tersebut berasal dari serpihan kekuatan suci Denif.

Tubuh Lina sedikit demi sedikit dikelilingi air suci membuat tubuhnya licin sehingga rambut-rambut sihir pengikat terkutuk yang dikendalikan Shabh tak mampu menahan tubuh Lina.

Tubuhnya kini terbebas namun ia kini terpaksa telanjang bulat karena kemampuannya meloloskan diri tadi menyebabkan pakaian Lina masih tertinggal tersangkut di rambut-rambut terkutuk.

“Woah . . . woa . . . woah . . .” ucap Bjarldor tertegun, kedua bola matanya tak berkedip melihat tubuh telanjang Lina yang mengkilap dan terlihat licin menggoda.

Lina tahu ia harus tenang, jika Shabh menyadarinya mungkin ia akan dipenjara magis kembali dengan sihir rambut terkutuk.

“Lizbeth, Bjarldor kalian tidak apa-apa?” bisik Lina sambil mencoba membebaskan Lizbeth dan Bjarldor dengan air suci yang dimiliki Lina.

Air-air suci tersebut mengelilingi tubuh Lina yang telanjang hingga kini ia terlihat anggun bagai pengendali air.

Dengan kemampuan air suci tersebut ia akhirnya berhasil membebaskan Lizbeth dan Bjarldor dari ikatan rambut terkutuk.

“Hurray . . . huahah . . .” tawa Bjarldor karena terbebas dari jeratan rambut terkutuk.

“Jangan berisik, aku punya ide untuk membantu kakakku mengalahkan makhluk itu!” ucap Lina berbisik pada Lizbeth dan Bjarldor menjelaskan rencananya.

Sementara itu tubuh Ardian masih tersungkur tepat di pelukan Sariel, luka tebasan pedang tersebut cukup dalam membuatnya kesakitan.

“Ardian! Kamu tak apa?” Ucap Sariel khawatir sambil memegangi tubuh Ardian yang dirasanya berat.

Sariel menyadari bahwa Ardian sebenarnya merupakan orang yang baik karena barusan ia bersedia mengorbankan diri demi melindunginya dari sabetan pedang.

Karena merasa hutang nyawa tersebut Sariel menimbang, bermaksud menyerahkan sylph yang dimilikinya kepada Ardian untuk sementara.

Baginya kemenangan Ardian merupakan jalan satu-satunya agar semua orang bisa keluar dari tempat ini dengan selamat.

Sylph merupakan makhluk kecil bersayap, sylph tersebut sebenarnya adalah makhluk berwujud spirit yang mewakili beberapa elemen di bumi ini.



Istilah-istilah elemen dalam cerita ini:

Ventus = Angin

Denif = Air

Ard = Bumi/tanah

Ignia = Api

Freyr = Matahari

Elune = Bulan

Shabh = Bayangan



Namun pada umumnya para elf biasa melakukan kontrak dengan sylph berelemen angin (Ventus Sylph).


Namun cara satu-satunya untuk mentransfer sylph dari tubuh Sariel ke tubuh Ardian hanya dengan cara ciuman tulus.

Tanpa berpikir panjang Sariel memberanikan diri untuk memberikan ciuman pertama dalam hidupnya itu ke bibir Ardian yang kini tubuhnya tepat berada dipangkuannya.

“Cup” sedikit air mata menetes dari mata Sariel mengalir perlahan ke pipi tanda bahwa ciuman tersebut amat tulus demi menyelamatkan dan memenagan pertarungan Ardian.

Satu kecupan dari bibir Sariel tepat mengarah ke bibir lelaki di depannya itu, maka kini tubuh Ardian perlahan diselimuti aura angin, menjadikan tubuhnya terasa begitu ringan untuk digerakkan, itu terjadi karena kekuatan sylph bersifat meningkatkan kecepatan penggunanya.

“Sariel?” ucap sylph angin yang bentuknya amat kecil yang kini keluar dalam bentuk roh berada tepat di atas pundak Ardian.

Sylph, bantulah laki-laki ini!” ucap Sariel kepada spirit kecilnya.

“Tapi tanpaku energi kehidupanmu bisa . . .” lanjut sylph kecil.

“Tak apa, aku bisa menahannya, pinjamkanlah kekuatanmu padanya untuk sementara” ujar Sariel memantapkan keputusannya.

“Hem . . . Baiklah Sariel!” jawab sylph kecil yang kini matanya beralih berfokus pada Shabh.

“Terimakasih Sariel” ucap Ardian bangkit perlahan sambil memegang pedangnya sebagai tumpuan.

Sariel hanya tersenyum manis, ketiadaan sylph angin di tubuhnya menyebabkan energi kehidupannya menipis lalu perlahan ia tergeletak pingsan bagai puteri tidur.

Walaupun tubuh Ardian mulai lemas dan geraknya terbatas karena punggungnya berdarah disebabkan luka tebas, dia tetap menggenggam pedang yang ia miliki dengan mantap.

“Shabh!” teriaknya.

Dengan cepat ia berlari meluncur ke arah Shabh yang sedang berdiri, dengan adanya bantuan sylph kepunyaan Sariel kini kecepatan Ardian bisa menandingi kecepatan Shabh, ia meluncur bagai angin berniat mengarahkan pedangnya tepat ke arah jantung Shabh.

“Swosh . . . Splash . . .”

“Gubrak . . . Krincing . . .Krincing . . .” Suara peti dan beberapa koin emas yang tertabrak tubuh Ardian yang kini tersungkur diantaranya.

Sayang sekali, tubuh Ardian belumlah terbiasa menggunakan kecepatan sylph sehingga serangannya melenceng, kecepatan angin tersebut malah membuat tubuhnya terlempar di tumpukan emas.

“Aduh . . .” Suara Ardian tertahan, baginya kecepatan angin tersebut mengagetkan kinerja tubuh dan otot-ototnya.

“Hmh” ucapan Shabh yang menertawakan remeh lawannya yang tersungkur itu dengan tawa sinis.

Masih belum, walaupun tubuh ardian sudah pada ambang batasnya namun tekadnya masih belum mau menyerah, dia segera bangkit dan berlari menebas ke arah Shabh kembali.

"Mengalirlah saja, bayangkan kau adalah angin!" saran sylph kecil pada Ardian yang sedang berlari.

Lalu “Splash”

Langkah Ardian yang cepat kali ini arahnya tepat, menyebabkan satu sayatan cukup dalam berhasil didaratkannya di lengan Shabh, karena langkah angin yang dipakai Ardian menyebabkan Shabh tidak bisa menghindari serangan terlalu cepat barusan.

“Lamban” ujar Ardian sedikit menyombongkan diri sambil bersantai.

Satu luka sayatan cukup dalam terlihat mengeluarkan darah berwarna hitam beberapa tetes.

“Sylph angin ya? Hahaha lumayan bisa menghiburku” tanggapan Shabh sambil mengarahkan jarinya untuk mengambil cairan hitam dari luka di lengannya, ia lalu merasai darahnya sendiri yang berwarna hitam tanpa rasa risih.

“Slurp . . . Hmmmm”

“Sudah sangat lama sekali sejak terakhir kali aku melihat darahku sendiri, hahahaha” ujarnya.

“Makannya jangan sombong dengan kekuatan yang kau miliki!” ucap Ardian mulai berbangga diri karena telah berhasil mendaratkan satu serangan.
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd