Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Bertahan Hidup

Status
Please reply by conversation.
makasih crot updetan nya ya Huu.....Semangat Trus Haremnisasinya yaaaa....semua Haremnya tinggal di satu rumah ya Huu..biar efisien dan mantap jiwa ngegilirnya..
 
tema ceritanya keren suh...mari di explore lagi. jadikan ardian raja sesungguhnya...bbooyyaah
 
Pintu Kebijaksanaan

“Shring . . . Ding . . . Ding . . . Ding . . .” beberapa kali suara nyaring terdengar, suara-suara itu tidak lain berasal dari peraduan dua buah pedang identik di dalam ruangan piramida terbalik yang remang-remang.

Secerca cahaya kecil masih terlihat samar di serpihan kristal-kristal remuk yang berada di atap piramida.

Dengan hadirnya sylph angin, kini beberapa luka telah berhasil diukir oleh pedang Ardian di sekujur tubuh Shabh.

“Sepertinya kau mulai kewalahan Shabh?” ujar Ardian yang mengejek lawannya itu, padahal dirinya sendiri juga terlihat tak kalah mengenaskan dengan luka sayatan di sekujur tubuhnya dan ekspresi mukanya yang terengah-engah.

“Hahahah apa kau meremehkanku? Asal kau tahu, itu tadi baru pemanasan, sekarang akan kutunjukkan padamu apa itu yang dinamakan kecepatan!” ucap Shabh yang memasang kuda-kuda menyerang tanda mulai serius melawan Ardian.

Ia memang menyebut baru pemanasan, namun nyatanya tubuh shabh juga sudah hampir di ambang batasnya.

Aura hitam kelam yang menakutkan milik Shabh yang senantiasa menyelimuti tubuhnya itu kini berhenti terpancar, ia kerahkan seluruh energinya yang tersisa untuk fokus menyerang dan mengabaikan pertahanannya sendiri.

Sebenarnya jika ia mau, ia bisa saja mengalahkan Ardian secara instant dengan wujud naga, namun sebagai ksatria ia enggan melakukannya karena alasan kehormatan.

Kali ini Shabh mempraktekkan apa itu yang dinamakan Best Defend is Attack (pertahanan terbaik adalah menyerang).

Kakinya mulai melangkah, langkah kakinya seperti tak menyentuh tanah karena saking cepat gerakannya.

“Haaaaaaaa”

“Splash . . .Swosh . . .sret . . .sret . . .sret . . .Dugh”

Pola serangannya kini berubah menjadi jauh lebih cepat, dalam waktu hanya satu detik, tiga luka sayatan kembali terlihat di tubuh Ardian dan tubuhnya terlempar karena serangan terakhir Shabh menendang perut Ardian hingga tubuhnya tersungkur di koin-koin emas kembali.

Shabh melukai Ardian hanya berupa sayatan-sayatan di tempat yang bukan vital bermaksud menyiksa Ardian sedikit demi sedikit, entah apa yang direncanakannya.

“Apa-apaan itu tadi, kecepatan ini jauh berbeda dengan kecepatannya di awal!” batin Ardian yang kini memegangi perutnya sendiri yang terasa mulas karena tendangan kaki Shabh di serangan penutup tadi.

Kecepatan gerak Shabh meningkat secara drastis, tentu saja itu terjadi karena Shabh mulai serius melawan Ardian dengan mengerahkan seluruh kemampuannya.

Ia terpaksa menunjukkan kecepatan asli dari kegelapan untuk bisa menandingi kecepatan angin.

Banyak orang mengetahui bahwa kecepatan tertinggi di dunia ini adalah kecepatan cahaya, namun banyak orang luput bahwa kecepatan dari kegelapan (ketiadaan cahaya) adalah setara dengan kecepatan cahaya itu sendiri.

Pertarungan kali ini tidaklah imbang lagi, kecepatan angin melawan kecepatan bayangan, tentu saja kecepatan bayangan menjadi lawan yang amat berat.

Di tengah-tengah keputusasaannya, Ardian sempat melihat Lina dan Lizbeth yang sedang berjalan mengendap-endap, ia menyadari bahwa rekannya tersebut pasti sedang merencanakan sesuatu.

“Hai Shabh, kurasa kau terlalu lama kesepian menjaga harta-harta ini hingga membuatmu menjadi makhluk gila seperti ini” ucap Ardian mengejek, berniat mengulur waktu agar rencana rekannya bisa berjalan dengan lancar.

“Huargh . . . tau apa kau tentang diriku! “Jika saja aku bisa memilih, aku berharap yang memiliki harta dan senjata-senjata ini adalah kaum dwarf atau elf saja, tapi tidak untuk manusia”

“Jadi dari awal, masalahnya adalah kau tak ingin senjatamu jatuh ke tangan manusia sepertiku?”

“Benar sekali, manusia tak bisa menghargai apa itu pengorbanan dan rasa sakit, dan juga sejak dahulu manusia selalu memandang naga sebagai monster, termasuk tatapanmu kepadaku sekarang”

"Tidak! Aku berhadapan denganmu karena ingin menyelamatkan rekan-rekanku . . ." bantah Ardian.

“Asal kau tahu, ras manusia sifatnya jauh lebih gila daripada ras lainnya, tak ada di dunia ini ras serakah yang tega memerangi rasnya sendiri selain manusia”

Persiapan sepertinya sudah selesai, Bjarldor, Lina dan Lizbeth berada di posisinya masing-masing, Ardian masih saja penasaran dengan rencana apa yang akan mereka lakukan, namun ia mencoba percaya terhadap rekannya itu.

“Nolite Audire Mutt!” ucapan mantera yang keluar dari bibir Lizbeth tak beberapa lama.




“Nolite Audire Mutt!” sebuah mantera yang menyebabkan musuh tak bisa mendengar pembicaraan bahkan teriakan sekalipun.




“Sekarang Bjarldor!” Ucap Lina berteriak dengan keras, namun tetap tak terdengar oleh Shabh.

Bjarldor berlari dengan dengan langkah kecilnya khas manusia kerdil, dengan cepat ia pukulkan Hellfire Hammer ke arah pedang Shabh.

“Duang . . .!”

Suara tumbukan palu sakti simbol matahari kepunyaan Bjarldor menghantam pedang yang dipegang Shabh hingga pedang tersebut bergetar dan mengeluarkan cahaya.

Cahaya yang dikeluarkan Hellfire Hammer begitu menyilaukan hingga memaksa Shabh melepaskan pedangnya itu.

“Klonthang . . .”

Suara pedang tersebut jatuh ke lantai, tak lama kemudian berubah ke wujud aslinya ke cermin bundar yang menggelinding ke arah Sariel yang sedang pingsan.

Sebelum Shabh sadar apa yang tengah terjadi, Lizbeth kembali merapalkan mantera lainnya.

“Vien Aresto Momentuma!”ucap mantra Lizbeth yang terdengar kemudian.




“Vien Aresto Momentuma!” sebuah mantera untuk memperlambat aliran waktu untuk sementara di area tertentu.




“Sekarang kak Ardian!” teriak Lina memberi aba-aba kepada kakaknya itu.

Mendengar aba-aba Lina barusan, Ardian kemudian tersadar, waktu dirasanya berjalan melambat bagai slow motion akibat mantra manipulasi waktu yang diucapkan Lizbeth barusan.

Sebenarnya ia masih kepikiran dengan ucapan Shabh tadi yang tak menyukai manusia sebagai pemilik benda-benda di ruangan ini.

Namun karena situasi genting dan ini merupakan kesempatan emas, maka ia tidak sia-siakan kesempaan ini.

Dengan cepat ia pegang pedangnya dengan mantap lalu menusuk tepat ke dada sebelah kanan milik Shabh.

Tanpa pedang, Shabh tak memiliki kesempatan untuk menangkis serangan kali ini.

“Jleb . . . !”

Pedang Ardian menusuk tepat di jantung Shabh membuatnya menjerit kesakitan.

“Huarrraagghhhhh!!!!” Teriaknya sambil mendongakkan kepalanya lalu berteriak karena kesakitan, teriakannya terdengar amat menakutkan bagi siapa saja yang mendengarnya.

Zirah hitamnya yang tadi terlihat kokoh kini hancur tertembus kekuatan pedang terkutuk yang dimiliki Ardian.

Langkahnya terlihat tergopoh-gopoh, dengan langkah lunglai Shabh kini melangkah bersembunyi di balik peti-peti yang gelap.

Namun tak disangka dari arah kegelapan, beberapa rambut meluncur ke arah Lizbeth dan Lina, seketika itu pula ia tarik tubuh kedua gadis kesayangan Ardian itu ke dalam kegelapan, lalu entah apa yang terjadi di kegelapan tersebut, yang pasti bukan skidipappap.

“Sekarang siapa yang terlihat pengecut? Bebaskan mereka berdua pengecut!” protes Ardian.

Tap . . . Tap . . . Tap . . .

Suara langkah kaki Shabh yang perlahan, ia telah menanggalkan baju zirahnya bagian atas hingga kini ia bertelanjang dada.

Badannya berwarna ungu pucat, diantara otot-ototnya terlihat samar pembuluh darah berwarna kehitaman, walaupun begitu ia tetap terlihat tegap berwibawa.

Ternyata postur tubuhnya tak kalah bagus dengan tubuh Ardian, hanya saja selama ini bentuk badannya yang terlihat jantan itu tertutupi baju zirahnya yang berat.

Tangan berototnya kini mengepal kuat.

Masih terlihat jelas di bagian dadanya terdapat luka tusukan yang masih mengalir darah hitam, entah mengapa Shabh masih sanggup berdiri padahal Ardian yakin sudah menusuk tepat ke arah jantungnya.

“Kaak . . . Toooowong!”

“Tuaaam Selmmmatkam kaaamiii!”

Suara minta tolong kedua gadis yang sekarang mulutnya terbungkam jeratan rambut-rambut hitam, membuat suara merekapun tak jelas.

Tubuh kedua gadis tersebut melayang tepat di kanan dan kiri Shabh, keduanya telanjang.

Mulut Shabh mulai terbuka merapalkan mantera pamungkas misterius secara pelan dan hikmat.




"The shadow is my breath"

"Anger is my soul"

"Sword is my true form"

"I have been sleeping for thousands of years"

"So much pain I have passed"

"Therefore I pray"

"Dragon Cry"




Sebentar kemudian beberapa sisik menyelimuti tubuh Shabh, dengan cepat sisik-sisik bermunculan disekujur tubuhnya, terlihatlah ia kini seperti manusia yang dipenuhi sisik hitam.

Jari-jarinya pun mengeras dan meruncing seperti cakar naga.




Dragon Cry
sebuah sihir jenis enhance body, menggunakan seluruh mana yang tersisa untuk menyelimuti tubuh dengan kulit naga, menjadikannya bebas untuk mengamuk tanpa membutuhkan senjata apapun.




Splash . . . Splash . . .

Kedua cakar Shabh yang runcing menembus jantung Lina dan Lizbeth.

Satu tayangan tak terduga terpaksa Ardian saksikan, ia melihat dengan kedua bola matanya sendiri ucapan minta tolong dari Lina yang belum selesai namun sudah terputus ajal.

“Tidak! . . . Tidak! . . .

Tubuh Ardian menggigil, seakan tak percaya dengan apa yang ia lihat di depannya itu.

Semangatnya yang tadi berapi-api kini padam, berubah menjadi ekspresi tatapan kosong yang amat dingin.

Bahkan wajahnya tak bisa mengeluarkan ekspresi marah, sedih, apalagi ekspresi gembira karena saking terkejutnya..

Wajahnya begitu kosong, ia maju sambil mengayunkan pedangnya ke kanan dan ke kiri, ekspresi kosongnya ini menjadikan serangannya tak terkontrol namun anehnya ia menjadi sangat tenang, menyebabkan ayunan pedangnya tak lagi menguras tenaga.

“Bagus sekali, begitulah caranya mengayunkan pedang!”

Ucap Shabh sambil mengangguk-angguk dan tersenyum.

Shabh tetap berdiri di tempatnya, tak mengelak dengan serangan Ardian, hingga pedang Ardian kini menembus dada Shabh untuk yang kedua kali.

Sejenak kemudian ia sadar, pertarungan ini bukanlah pertarungan orang baik melawan orang jahat, namun ini merupakan pertarungan ideologi.

Ia mencoba menarik pedang miliknya itu dari dada Shabh yang berlubang, namun sesuatu hal janggal terjadi.

Shabh malah menahan tangan Ardian agar tetap di tempatnya, tubuh Shabh perlahan terurai menjadi bayangan-bayangan yang terserap ke pedang Ardian.

“Kau memang manusia gila, namun kuakui kau cukup bijak, kedua gadismu masih terikat di kegelapan, yang tadi itu hanya ilusi semata”.

“Apa kau tak berbohong?” ucap Ardian penuh harap.

“Tentu saja, sejak awal apakah kau tidak menyadari? Pintu yang kalian lewati baru tiga pintu, yaitu keterampilan, kekuatan, dan kecerdasan”

“Pedang inilah wujud dari pintu kebijaksanaan, kini aku akan menyegel diriku sendiri kedalam pedang ini dan untuk pertama kalinya aku akan mencoba mempercayai ras manusia, jadi jangan mengecewakan aku! Ayunkanlah pedang ini dengan ketenangan dan tanpa ekspresi agar tenagamu tak terkuras.

"Oh iya, jangan lupa suruh dwarf kecil itu membuatkanku sarung agar aku tak kedinginan, hahahah” ucap humor Shabh yang kemudian terurai sepenuhnya ke dalam pedang milik Ardian.

Pedang yang tadinya berupa gagang saja jika tak digenggam, kini menjadi utuh saat digenggam maupun tidak, besinya terlihat kokoh hitam mengkilat, namun mata pedangnya masih terlihat tumpul, ketajamannya akan meningkat seiring berjalannya waktu, bergantung bagaimana kemampuan berpedang penggunanya.

Rambut pengikat milik Shabh juga hilang bersamaan dengan masuknya shabh ke dalam pedang.

“Kakak!”

“Tuan!”

Kedua gadis terlihat telanjang bulat memamerkan payudaranya yang begitu indah bergelantungan ke kanan dan ke kiri saat mereka berlari menghampiri Ardian, lalu ketiganya mulai berpelukan mesra.

“Aduh sakit!” ucap lirih Ardian karena lukanya tersentuh.

Segera Lina membersihkan lukanya dengan air suci Denif untuk membersihkan luka yang diselimuti kutukan, lalu Lizbeth juga segera mengobatinya dengan “Healing Aura”, tak beberapa lama Tubuh Ardian utuh kembali namun staminanya masih lemah.

“Sariel!” ucap Ardian terperanjat yang tiba-tiba teringat dengan elf yang pingsan di pojokan bangunan.

Semua orang mendekati Sariel, dengan tatapan meminta izin Ardian menatap Lina.

Lina mengangguk pelan penuh harapan, diikuti kecupan ke bibir Sariel untuk mengembalikan Sylph angin ke dalam tubuh Sariel kembali.

Sariel mulai siuman, dengan kembalinya Sylph angin, maka kekuatan Ventus kembali mengalir di sekujur tubuh Sariel melengkapi energi kehidupannya menjadikannya sadar kembali.

Sariel menitikan air mata, bersyukur naga yang menakutkan baginya itu kini sudah tak nampak batang hidungnya.

Ardian menenangkannya dengan pelukan dan kalimat penenang, “Tenanglah, sudah tidak apa-apa, semuanya sudah selesai . . .”

Lalu semuanya berpelukan bergantian kecuali Bjarldor.

Bjarldor hanya memeluk palunya sendiri, rasa cintanya terhadap "Hellfire Hammer" menjadikannya tak lagi melirik wanita, namun tetap saja itu teorinya, nyatanya kemaluannya menegang ketika melihat pelukan-pelukan antara para wanita dan Ardian.

Ardian pungut pakaian Lina dan Lizbeth lalu memakaikannya dengan tangannya sendiri.

Tentu saja Emas di dalamnya akan dibagi rata 50:50 namun dilain waktu.

Setengah bagian untuk Bjarldor dan setengah bagian lagi untuk Lizbeth.

Kemudian pada akhirnya mereka mulai melangkahkan kaki keluar dari piramida ini, mulai menyongsong sinar mentari yang telah beberapa hari tak mereka lihat.
Sariel pasti dicari sukunya kan? Apa g bakal ribut nanti? Wah...jd penasaran:mantap::mantap::mantap:
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd