Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Bertahan Hidup

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Bukit Kebahagiaan

Tangan kanan Ardian menggenggam jari-jari Agni begitu keluar dari gerbang cermin Forbidden One, sedangkan tangan kirinya masih menggenggam biji pohon kehidupan yang ukurannya kira-kira sebesar apel itu.

“Apa yang kau tunggu!” ucapan pertapa Kalea.

Tak menunggu waktu lama akhirnya biji Yggdrasil di genggaman Ardian itu ia tanam tepat di tengah bukit kesedihan, tempat pusat Borneo yang mata air yang selalu tercemar itu.

“Accelerate tempus in posterum” rapalan mantra keluar dari bibir lizbeth yang manis.

Dengan kemampuan Lizbeth, tanaman yggdrasil itu tumbuh dengan cepat karena manipulasi waktu, namun sebagai gantinya mata indahnya kembali kelelahan dan tertutup.

Pohon ajaib itu pun berdiri dengan kokoh, akarnya menyebar ke segala arah secara perlahan, memunculkan juga daun-daun hijau yang rindang, udara sekitarnya yang dingin di tengah salju pun seketika menjadi sejuk.

Semua kabut lenyap, racun yang berasal dari mata air bawah tanah pun akhirnya bisa hilang sampai ke akarnya, kini mata air itu menyediakan air yang jernih dan begitu segar.

Pekerjaan pertapa Kalea dirasa sudah tak diperlukan di tempat ini, ia kemudian berpamitan ingin mengunjungi kampung halamannya yaitu Eikhtyrnir setelah sekian lama ia mengorbankan dirinya untuk memurnikan mata air di tempat ini.

“Terimakasih pertapa Kalea, semoga anda selalu diberkati dewi Elune”

“Sampaikan salam saya kepada ayahanda, kabarkan kepada beliau bahwa saya baik-baik saja” ucapan Sariel kepadanya di ujung perpisahan.

“Baiklah puteri Sariel” ucap Kalea lalu ia pergi.

Cahaya senja perlahan mulai gelap, semua orang kelelahan dan tertidur tergeletak begitu saja di bawah pohon yggdrasil, suasananya tenang membuat semua orang bisa nyaman.

“Kruk-kruk-kruk . . .”

“Ardian terjaga, ia terganggu oleh bunyi suara perut yang kelaparan, suaranya terdengar begitu keras.

Ia menengok ke kanan kiri, mencoba mencari tahu sumber bunyi itu.

“Kruk . . .” Suara lucu itu kembali terdengar.

Usut punya usut, ternyata bunyi itu berasal dari perut Agni, ia terbaring pasrah, payudaranya yang menonjol terombang-ambing kesana kemari dibalik gaun cantiknya, jari lentiknya ia gunakan untuk memegangi perut rampingnya yang kelaparan.

Ardian segera mendekatinya, “apa kamu sakit Agni?”

“Dingin . . . dan aku lapar . . .” bisiknya lirih.

Ia kedinginan karena biasanya ia selalu tinggal di tempat yang hangat di dunia bawah tanah dekat dengan perut bumi, ia juga kelaparan karena sudah lama ia tidur di sana tanpa makanan.

“Kemarilah . . .” ucapan Ardian sambil mendudukkan Agni di pangkuannya mencoba memberikan pelukan.

“Kamu hangat” ucap Agni sambil memeluk Ardian dengan erat, dua buah gundukan mulus yang terlihat sebagian itu kini terjepit diantara dada Ardian dan tubuhnya sendiri.

Ardian pun juga merasakan sensasi empuk dari dua buah dada Agni yang terasa samar dibalik armor feather miliknya.

Ia kemudian mengeluarkan bekal makanannya yang berupa kacang-kacangan dari kantung celananya.

“Makanlah makananku Agni!” ucap Ardian, ia menawarkan kacang-kacangan bekalnya yang didapat dari suku rusa.

Bibir manisnya lalu mencoba mengunyah makanan itu namun ia segera memuntahkannya ke samping.

“Makanan macam apa ini? Rasanya tak enak!” ketusnya sambil cemberut lalu kembali memeluk tubuh Ardian yang hangat, seperti anak ayam yang mendekap induknya.

“Ayo kita cari Lizbeth . . . mungkin dia tahu sedikit informasi tentangmu, selain itu mulai sekarang kamu harus berkenalan dan ramah dengan teman-teman barumu”

Ardian lalu bangkit, bermaksud mengajaknya mencari Lizbeth, namun tubuhnya masih enggan melepaskan pelukan hangat yang begitu nyaman itu.

Ardian mulai melangkah, ia biarkan begitu saja pelukan gadis itu, lalu ia tetap berjalan sambil menggendong Agni menuju sisi lain pohon yggdrasil raksasa ini, sejenak ia melihat, memperhatikan keindahannya, di dedaunannya ternyata mulai terdapat beberapa sylph liar yang tertarik mengitari pohon kehidupan ini, mereka terlihat seperti cahaya warna-warni yang berlalu-lalang, jika saja Sariel mengetahui hal ini ia pasti akan sangat gembira.

Namun tak tega rasanya Ardian membangunkan Sariel, karena ia pasti sedang kelelahan setelah tadi sore sudah berusaha keras menjaga pintu gerbang dimensi yang terhubung dengan dunia bawah itu.

Lizbeth, terlihat duduk bersandar pada pohon ini sambil bergumam, sepertinya ia sedang berbincang dengan sisi Beatrice yang ada dalam dirinya.

“Lizbeth! Apa matamu baik-baik saja?” tanya Ardian yang hanya dijawab Liz dengan senyuman manis, matanya terlihat sudah berangsur sembuh.

“Jagalah Agni sebentar, aku akan mencari kayu bakar”

Ardian kemudian berlalu ke kegelapan, matanya memang masih mata manusia biasa yang tak bisa melihat dalam gelap, namun ajaibnya ketika ia berada di dalam kegelapan, seolah ada indera lain yang aktif menyebabkan perasaannya semakin tajam merasakan keadaan sekitar.

Dengan mudah ia menemukan ranting-ranting pohon dalam gelap, beberapa salju yang menempel di ranting kayu itu juga ia bersihkan.

“Klonthang” suara kumpulan ranting kayu yang menghempas ke tanah, kayu-kayu itu baru saja ia kumpulkan.

“Liz, tolong nyalakan ini . . .” permintaan Ardian kepada Lizbeth, dari tangannya menyala api plasma merah membakar kayu tersebut lalu terciptalah api unggun yang mulai menghangatkan sekitar.

“Di dunia atas ternyata ada api?” Ucap Agni kegirangan, ia kemudian mendekati api unggun tersebut.

“Hey Agni, apa yang kamu lakukan? Bukankah itu menjijikkan dan berbahaya?” tanggapan Liz heran melihat Agni mengendap di perapian.

Agni terlihat mengendus-endus api unggun itu secara dekat, membuat beberapa api mengenai hidungnya, orang biasa mungkin akan kepanasan jika menirukan aksinya.

“Ini baru makanan lezat!” ucapnya kemudian melahap api di depannya itu, noda hitam karena tergores arang sampai memenuhi pipinya.

Setelah kenyang ia kemudian mendekat kembali ke tubuh Ardian yang di pangkuannya telah terbaring tubuh Lizbeth, lalu paha Ardian kini menjadi bantal kedua gadis cantik itu.

Pipinya yang sedikit kotor noda arang itu kemudian Ardian basuh dengan mata air yang mengalir dari bawah yggdrasil hingga bersih.

Sensasi empuk squishy muncul ketika jari-jari Ardian menyapu pipinya yang kenyal bagai marshmallow.

Kedua tanduk birunya yang kecil dan baru tumbuh itu Ardian usap, bermaksud untuk membersihkannya juga, namun Agni malah menggelinjang, matanya yang berwarna biru terlihat sayu, sepertinya ia merasakan hasrat bercinta yang amat tinggi ketika tanduknya diusap.

Ia bangkit sampai-sampai Lizbeth terpaksa tersingkir, ia kemudian mulai memeluk Ardian dari depan, namun karena ukuran tubuhnya yang pendek dan kecil, mukanya terpaksa sedikit mendongak untuk bisa berhadapan dengan Ardian.

Wajah keduanya saling berhadap-hadapan, dengus napas mereka pun saling terasa menghembus.

Tiba-tiba lidahnya menjulur, lidah itu terlihat merah muda dan mengkilap dipenuhi air liur bening kental yang sangat menggoda, beberapa air liur itu menetes membasahi celana Ardian.

Entah apa yang dipikirkan Agni, mungkin prosesi aneh itu merupakan ritual bercinta yang umum bagi para demon.

Ardian segera menyambutnya, menyambut lidah yang indah itu dengan mulutnya.

“Slurp . . .Slurp . . .” Suara pergulatan lidah mereka berdua, Lizbeth yang menontonnya sampai-sampai mulutnya ternganga melihat pergulatan lidah dua insan berlainan jenis di depannya itu.

“Slurp . . . Ahhh . . . .Slurp . . . Ahhh” suara peraduan lidah mereka semakin membuat Lizbeth juga terangsang sampai-sampai ia meremasi dadanya sendiri.

Sejenak keduanya melepas lidah mereka masing-masing, Agni menciumi leher Ardian hingga ke semua sudut, tak ada satu titik pun di leher ardian yang luput dari sapuan lidah Agni.

Pakaian bagian atas milik Ardian ia lepaskan dengan halus dan pelan, menambah suasana erotis bagi Lizbeth yang melihatnya.

Ia kemudian menjulurkan lidahnya kembali, namun kali ini sangat mengejutkan dan diluar dugaan.

Tangan Ardian ia tuntun untuk menampar wajahnya sendiri yang masih menjulurkan lidah itu.

“Plak” tangan Ardian menampar pipi Agni hingga beberapa liurnya terlempar menetes kemana-mana.

Bukannya kesakitan, ia malah kegirangan mengangguk-angguk dan mendesah semakin keras, lidah becek itu kemudian menyapu secara vertikal, dada, pusar, sampai pada bawah pusar tak terlelakkan dari sapuan lidah lembut itu hingga akhirnya ia mencari-cari batang Ardian dari balik celananya.

Ia melucuti celana Ardian dengan buas, lalu melahap batang yang besar itu seakan batang kelamin di depannya itu sedang ia cuci dengan lidah dan liurnya yang segar.

Rambut kemaluan Ardian hingga basah kuyup terkena lelehan liur Agni yang menetes membasahi sampai kemana-mana.

Agni bangkit lalu menanggalkan gaun demon yang dipakainya, lalu begitu saja duduk di pangkuan Ardian yang jelas-jelas di tengahnya terdapat penis yang mengacung tegang maksimal itu.

“Blesh” darah perawan Agni yang berwarna biru kehijauan mengalir sedikit dari vaginanya yang sempit, namun ia tak memperdulikannya.

Seolah ia tak menghiraukan rasa sakit, ia hanya memikirkan kenikmatan yang mendera tubuhnya yang mungil.

Agni sangatlah aktif, ia adalah gadis paling agresif diantara para gadis yang pernah disenggamai Ardian.

Tempo goyangannya amatlah kasar, membuat Ardian merasa nikmat, geli-geli sedap.

Ia tundukkan wajah Ardian agar menjamahi kedua payudaranya yang indah hingga kedua matanya merem melek.

Lama sudah ia menyiksa Ardian dengan kenikmatan lubang perawannya yang sempit.

Agni merasakan sesuatu akan meledak dari alat kelaminnya, ia susah payah berusaha menjauhi batang penis Ardian yang sedang gencar-gencarnya memompa vaginanya.

Ia hendak squirt, namun batang Ardian memenuhi liang senggamanya yang sempit hingga cairan squirt itu tertahan tak kuasa untuk keluar.

Setelah tatapan sayunya memohon beberapa kali, akhirnya Ardian izinkan ia untuk menjemput puncak kenikmatannya.

“Srrrr srrrr srrrr” suara cairan itu muncrat beberapa kali dengan derasnya bagai kencing yang terbang begitu kepala penis Ardian di cabut.

Sampai akhirnya ia lemas, bersamaan dengan itu pula Ardian menghentakkan kepala penisnya dalam-dalam lagi, menggenjotnya dengan full speed hingga akhirnya sperma di kantung testisnya mengucur secara vertikal ke atas memenuhi rahim Agni yang imut cantik jelita.

“Ahhhhhhsh” desahan Agni terdengar keras ketika penis Ardian melepaskan bibit-bibit sperma yang mampu memenuhi rahimnya, lalu tubuhnya tergeletak lemas menikmati sisa-sisa kenikmatan dan kepuasan yang sedang dirasakannya.

Satu kali tentu saja belum membuat batang Ardian puas, kini giliran Lizbeth yang menjadi korban pelampiasan nafsu Ardian, hingga malam itu mereka bertiga melakukannya secara berulang hingga lelah.

Pagi menjelang, matahari telah mulai bersinar lagi, suara burung-burung kecil berkicau indah menyambut prosesi bangun tidur para insan yang berada di bawah pohon kehidupan.

Masalah di tempat ini sudah selesai, pastinya warga Fenrir kini sudah sembuh dari penyakit tingkah laku aneh yang disebabkan air terkontaminasi, tak ada lagi bukit kesedihan yang berkabut tebal, mata air yang tercemar pun juga telah berhasil dimurnikan kembali secara permanen.

“Mulai sekarang mari kita ubah nama tempat ini menjadi Bukit Kebahagiaan” ucap Ardian yang kemudian disetujui oleh para wanita termasuk Burbuja.

Warga fenrir dan serigala-serigala peliharaannya kini sudah tak perlu lahi khawatir akan kondisi air yang mengalir di perkampungan mereka.

Akhirnya Ardian berpamitan kepada Burbuja lalu melanjutkan petualangannya ke suku terdekat selanjutnya yaitu suku Huginn Muninn, sukunya para manusia yang gemar pemerkosaan.

Kali ini ia harus ekstra hati-hati menjaga Lina dan wanita lainnya, karena yang akan mereka temui kali ini adalah suku gagak hitam yang terkenal kapak bengis dan ahli dalam dark magic.

Perjalanan pun berlanjut, Ardian, Lina, Lizbeth, Sariel, dan Agni berjalan perlahan menembus salju yang kembali turun tipis begitu mereka keluar dari wilayah Bukit Kebahagiaan.

Langkah demi langkah mereka lewati hingga mereka sampai ke perkampungan Huginn Muninn (gagak hitam).

Suara siul bersahut-sahutan, siul itu merupakan tanda bahwa orang asing tengah memasuki wilayah mereka.

Semua laki-laki warga suku itu bersiap dengan senjata kapak dengan dipimpin kepala suku mereka yang mengenakan jubah hitam.

Aroma sperma di tempat ini menyeruak hingga menusuk hidung, terlihat di sudut-sudut perkampungan terdapat beberapa wanita telanjang yang dililit akar, dikunci kayu, ada yang disekap, ada yang diikat membentuk huruf X, dari vagina, anus, dan mulut mereka semua masih mengalir sperma segar.

Itu menandakan bahwa pagi ini baru saja warga suku ini melakukan ritual pemerkosaan rame-rame pada para wanita malang di tengah perkampungan itu.

Beberapa perapian terlihat menyala menghalau dinginnya salju.

“Ardian? Ardian . . . Tolong selamatkan kami“ ucap lirih dari mulut seorang mantan pramugari yang penuh sperma segar, ia adalah Veni, wanita yang dahulu sempat berkenalan dengan Ardian di rawa-rawa wilayah Slidrugtanni, naas tubuhnya hanya dihargai dengan 2 ekor babi.

“Aku datang dengan damai, turunkan kapak kalian!” pembicaraan Ardian menghadap kepala suku mereka.

“Bukankah kau adalah laki-laki yang pernah ku temui di rawa-rawa itu?” ucapan salah satu warga Huginn Muninn yang dahulu menjadi pemimpin pemburu.

‘Ya, aku ingat kau” jawab Ardian.

“Namaku adalah Mork, yang bergelar Muninn, dan dia adalah saudara tuaku Krul yang bergelar Huginn” ucapnya pada Ardian.

Huginn Muninn ternyata merupakan sebutan gelar agung mereka sepertihalnya gelar Fir’aun di mesir.

Mereka adalah dua bersaudara yang memimpin suku gelap ini.

“Mereka telah lancang menginjak tanah ku, mereka semua harus dimusnahkan” ucapan Huginn.

“Tunggu saudaraku! Jangan berbuat gegabah, mari rundingkan ini dengan baik-baik” ucapan Muninn menanggapi keputusan kakak tertuanya.

Muninn terlihat lebih bijaksana daripada kakaknya, namun walau bagaimanapun, kakak tertua lah yang berhak mengambil keputusan karena ia dianggap sebagai kepala suku di tempat ini.

“Aku tahu pedang yang kau miliki itu memiliki kekuatan gelap yang besar, serahkan padaku atau para wanitamu akan kami perkosa!” ancam Huginn.

“Coba saja!” ucapan Ardian menantang dengan percaya diri, ia lupa bahwa wilayah ini merupakan daerah kekuasaan Huginn Muninn yang informasinya masih sangat minim baginya. Ardian hanya tahu bahwa mereka ahli dalam menggunakan kapak batu, selebihnya ia tak tahu.

“Bersiaplah Muninn!” ucapan Huginn, sedangkan adiknya segera bersiap dengan senjata kapak.

Huginn mengeluarkan tangan yang disembunyikannya di balik jubah hitamnya, ketika tangan itu keluar, Lizbeth dan Sariel menyadari ada yang tidak beres.

Tangan tersebut memiliki energi bumi yang begitu besar, sepertinya lengannya itu telah tercemar serpihan kekuatan Ard (elemen tanah).

“Dang” suara peraduan Shabh Sword dengan lengan Huginn yang keras, pedangnya yang tajam dan keras dengan mudahnya ditahan oleh lawannya hanya dengan tangan kosong.

“Apa-apaan dia itu, dia bisa menahan pedangku hanya dengan tangan kosong?” ungkapan terkejut Ardian di dalam hati.

Pertarungan sengit terjadi beberapa lama hingga akhirnya tangannya berhasil bersentuhan dengan Ardian dan semua wanitanya.

"Tunggu, ada tali yang mengikat kita, tali itu terhubung ke lengan orang itu!" ucapan Agni yang menyadarinya begitu mata birunya aktif.

Bukan tanpa alasan Huginn sekedar menyentuh semua orang dengan lengannya, ternyata terdapat sebuah "link" yang menghubungkan anggota Ardian dengan lengannya yang misterius.

"Noktarogargh" rapal mantera misterius Huginn sambil menggenggam jari-jarinya sendiri membentuk kepalan.

"Kakak, sepertinya ini terlalu berlebihan! mereka terlalu banyak, lenganmu bisa-bisa tak mampu menampung kekuatan mereka semua" ucapan Muninn yang khawatir terhadap kakaknya.

"Perasaan apa ini?" batin Lizbeth, tubuhnya seakan kehilangan kemampuan magisnya, ia mendeteksi mana miliknya tersedot habis dan terkunci.

Begitu pula dengan wanita lainnya, Lina tak mampu menggunakan kemampuan liontinnya, Lizbeth tak bisa mengeluarkan jurus magis pengulangan waktu dari emosinya, Sariel tak bisa mengeluarkan kedua sylph miliknya, Bahkan Agni pun tak mampu mengeluarkan api birunya.

Hanya Ardian yang masih mampu bertarung, ia sama sekali tak terpengaruh segel lengan elemen tanah milik Huginn karena ia memang sama sekali tak memiliki kekuatan magis.

Semua kekuatan magis miliknya selama ini hanya berasal dari Shabh Sword.

Dengan mudah Ardian tumbang, ilmu beladiri militernya yang tanpa bantuan magis Shabh Sword tak mampu menandingi kehebatan tangan misterius milik Huginn, shabh sword akhirnya terebut dengan mudahnya, tubuh Ardian babak belur dihajar oleh lengan keras milik Huginn itu.

Kelompok Ardian baru pertama dikalahkan dan dipermalukan seperti ini, seperti pepatah mengatakan, di atas langit masih ada langit, pahlawan pun tak selamanya menang.

Teknik penyegel kekuatan memang teknik yang terlihat sederhana, namun ternyata efeknya sangat dahsyat.

Tubuh Ardian dan para wanita diseret dan dikurung di penjara bawah tanah dengan kasar.

"Semua wanitamu esok akan kuperkosa, oh iya satu lagi, kau itu lemah, kau bukanlah apa-apa tanpa pedang saktimu ini!" ejek Huginn sambil berlalu membawa Shabh Sword ke kediamannya, ia berniat meninggalkan Ardian membusuk di penjara bawah tanah.

Ardian merenung, ia merasa perkataan Huginn itu tidaklah salah, bahwa ia sama sekali bukan apa-apa tanpa pedangnya, ia sama sekali bukan siapa-siapa tanpa Shabh.

"Seandainya aku bisa mengulang waktu!" ucap penyesalan Ardian di dalam hatinya, ia menyesal telah membawa masuk para wanita ke tempat ini.

Para wanita pun menangis di kotak jeruji penjara yang berbeda, mereka menangis karena melihat Ardian babak belur, juga karena mengetahui nasib mereka yang akan diperkosa esok hari.
 
Kenapa disetiap cerita jagoan sepertinya selalu takabur dgn kekuatannya....dan selalu menyesal........eh....
:getok:
 
Bimabet
Welcome back gan, akhirnya ada update ny lagi, nah ada lawan seimbang buat adrian baru menarik ceritanya, di tunggu next ny gan...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd