Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Bertaut

similimi

Semprot Holic
UG-FR
Daftar
24 Jul 2014
Post
301
Like diterima
1.029
Bimabet
Prolog

"Keras kepalaku sama denganmu
Caraku marah, caraku tersenyum
Seperti detak jantung yang bertaut
Nyawaku nyala karena denganmu"



4 juni 2020. Di sebuah kafe, melodi yang mungkin sering kali diperdengarkan oleh orang banyak, terkesan biasa memang, hanya romantisasi lirik dari sebuah musik, tetapi setiap telinga punya caranya sendiri untuk menangkap makna dari sebuah kata yang bernada, meresonansi setiap memori yang pernah terjadi di masa lalu.

*flashback*

11 mei 2019
. Awal mula aku seorang mahasiswa semi abadi, bertemu dengan seorang perempuan berparas cantik nan mempesona, bagi sebagian orang ia nampak biasa saja, tetapi bagiku ia sungguh luar biasa.

Alfia Rahma, itulah namanya, seorang gadis pendek yang menginjak usia 22 kala itu, kami tak saling kenal tapi seperti ada benang merah yang mengikat tak terlihat.

Alfia: "Punya korek ga mas?" Tanyanya kala itu.
Aku: "Oh ada nih mbak". Seraya menyodorkan korek kejemarinya yang lentik.
Alfia: "makasih". Sambil sudut matanya memberi senyum kecil yang samar dibalik wajahnya yang tetap datar.
Aku: "Bawa aja, gapapa kok. Saya masih punya". Tolakku ketika dia ingin mengembalikan korek yang kuberi.
Alfia: "Oh yaudah, jurusan apa mas?"
Aku: "MGT mbak, sendirinya kuliah disini? Perasaan baru liat soalnya"
Alfia: "iya mas, ekstensi dari Diploma." Jawabnya datar sambil menghembuskan asap rokok di bibir manisnya yang tipis.
Aku: "Oh gitu mbak, ada kelas?"
Alfia: "Ada mas, sebentar lagi, sebat dulu sebelum masuk" ia sedikit tersenyum kali ini.
Aku: "Dimana mbak kelasnya? Mata kuliah apa?
Alfia: "MK II mas, di gedung A7, kalo masnya ada kelas?" ujarnya menanyaiku kembali
Aku: "Wah kebetulan sama mbak, dosennya Pak Ed kan?"
Alfia: "Iya mas, bareng aja kalo gitu, saya juga belum punya temen satu kelas."
Aku: "Saya Revando mbak." Sambil menjulurkan tangan.
Alfia; "Alfia". Singkat namun berkesan bagiku.

Itulah awal mula aku mengenalnya pertama kali.
 
*Pelukan Pertama*

Beberapa minggu setelah pertemuan awal itu, kami semakin dekat terlebih aku teman pertamanya diperkuliahan, sehingga sering kali ia meminta bantuan perihal tugas atau menanyakan karakter dosen yang ia hadapi. Momen-momen biasa seperti ngobrol atau sebat sebelum kelas menjadi langganan dihampir setiap pertemuan, lucunya kami tidak bertukar kontak sekalipun, meski begitu kami seperti tahu kemana dan dimana harus bertemu saat dikampus, hingga pada satu mata kuliah, kami berada di dalam satu kelompok dimana tugas tersebut mengharuskan kami untuk bertukar kabar mengenai proses tugas yang diberikan oleh dosen.

Alfia: "Van, saya minta nomer kamu boleh?"
Aku: "Boleh aja, catet ya"
Alfia: "Oke nanti saya kabarin ya soal tugasnya"
Aku: "Oke"

Kamipun berpisah dan saling berkirim pesan mengenai tugas tersebut, karena cukup rumit untuk mengerjakan secara terpisah maka kami memutuskan untuk mengerjakan bersama saat waktu senggang.

*KFC TG KJ*

Pukul 10.00 aku sudah sampai disana, ditempat kami berjanjian bertemu, selang beberapa lama iapun datang, ia tampak anggun seperti biasanya, dengan tubuh yang tidak tinggi dan tidak gemuk, ia terlihat lebih muda 2-3 tahun dari usia sesungguhnya. Waktu tak terasa berputar cepat sembari mengobrol seputar dunia kuliahan dan juga macam-macam cerita, pukul 16.00 mata kami cukup lelah melihat belasan lembar kertas hasil merekap data mentah, cuaca sedikit mendung, kami memilih duduk diluar, karena kami sama sama perokok, setelah beristirahat sejenak dari tugas, akupun mulai sedikit berbasa-basi.

Aku: "Abis ini mau kemana?"
Alfia: "Kekostan, nerusin detailnya sedikit, lalu diketik". Jawabnya sambil mulai merapikan barang yang ia bawa.
Alfia: "Kamu kemana Van?"
Aku: "Nongkrong dikampus, wi-fian paling, masih sore buat pulang."
Alfia: "Yaudah bareng aja, kostan saya sebelum kampus kalo dari sini"

Akhirnya kami beranjak, berjalan kaki dari tempat kami nugas, ditengah perjalanan tiba-tiba hujan, klise memang seperti banyak permulaan cerita dewasa lainnya yang diawali hujan. Ia pun menawarkan untuk neduh di kostannya. Karena jarak kampus masih jauh akupun meng-iya kan tawarannya.

*Di dalam Kostan*

Aku: "Boleh ngerokok?"
Alfia: "Silahkan aja, saya juga mau ngerokok kok sebentar lagi"

Batang demi batang habis terbakar, tapi hujan tak kunjung reda, hingga sebuah dering telpon memecahkan kebisuan kami.

Alfia: "Ada apa Don?" entah apa yang mereka bicarakan, karena menguping bukanlah salah satu hal yang sering aku lakukan.
Alfia: "yaudahlah, terserah aja Don." ucapnya mengakhiri panggilan tersebut.

Masih hening, setelah beberapa menit berdiam dan sibuk dengan ponselnya, akhirnya Alfia berbicara singkat sekali bertanya.

Alfia: "Tau 20 second of Hugs ga Van?"
Aku: "Taulah, cerita di situs tercinta ini kan?" Sayangnya aku tidak menjawab seperti itu, hanya anggukan dikepala saja.
Alfia: "Saya lagi kalut Van, mau bantu?" tanyanya pelan.
Aku: "Bo-Boleh." Jawabku canggung dan sedikit terkejut karena paham apa maksud dari permintaan tolong darinya.


Lima menit.
Sepuluh menit.


Kami berpelukan dalam posisi duduk, ia menangis dan aku melamun, entah apa yang kupikirkan saat itu. Ia sedikit beranjak sambil sedikit bercanda.

Alfia: "Pegel Van."
Aku: "Yaudah udahan, baju saya basah nih."
Alfia: "Sebentar." ia bangkit lalu perlahan menyuruh saya untuk bersandar ke tembok, akupun bergeser, mungkin ia akan duduk disebelahku sambil merangkul atau mengakhiri sesi 20 second of Hugs yang berkepanjangan ini.

Ternyata dugaanku salah, ia menaiki pahaku dan memelukku dari depan. Aku hanya bisa pasrah karena dia kembali terisak pelan, tepukan pada pundakpun kuberikan sebagai gesture untuk menenangkannya.

Lima menit. Ada sedikit gejolak pada bagian bawah celanaku yang sedikit merangsek naik. Aku menepuknya perlahan dan beralasan gerah.

Alfia: "Sebentar lagi."
Aku: "Tapi sakit."

Memang benar adanya, sangat sakit dibagian bawah, tertekan oleh berat masa seorang perempuan, apalagi bokongnya cukup untuk memberikan tekanan yang membangunkan replika mini dibawah sana, terlebih aroma parfumnya cukup menggiurkan.

Aku: "Ga kerasa apa?" tanyakku
Alfia: "Kerasa kok, keras."
Aku: "Saya normal lho."
Alfia: "Yaudah iya." seraya bangkit dari pangkuanku dan tersenyum.

Semesta mereda, memberikan jalanku untuk kembali kedalam kesadaranku, hujan sudah hilang entah sejak kapan. Yang kutahu bahwa sekarang sudah pukul 20.00. Setelah berbenah dan meminjam kamar mandi, tentu saja bagian bawahku harus dibenahi, sudah tertimpa benda kenyal dan salah posisi membuatnya sulit untuk terlelap kembali. Aku pulang dengan tenang, iapun tenang.

Aku; "Saya pamit ya."
Alfia: "Oke Van, makasih ya, tugas biar saya aja yang ngetik."
Aku: "Syukurlah kalau begitu," Jawabku sembari berjalan keluar.
Alfia: "Van, ini bukan yang pertama dan terakhir kan?"
Aku: Tersenyum dan mengangguk, setelahnya menghilang ditelan gelapnya jalanan.

BERSAMBUNG.
 
tinggal nunggu exe alfia...ehh kentang...lanjut bos
 
*As Closer as We Get, as Deeper as We Fall*

Seminggu berlalu, kami semakin akrab. Meskipun ada yang masih mengganjal untukku. Siapa yang menelponnya, dan apa yang membuatnya kalut sehingga membutuhkan pelukan? Pertanyaan itu membuat sedikit rasa canggung saat kita bertemu, belum lagi saat itu aku sedang dekat dengan teman satu jurusanku. Dia bernama Dini. Dini berusia 20 tahun, dengan perawakan yang lebih tinggi dan sedikit lebih berisi dari Alfia, keduanya sama-sama menarik. Kedekatanku dengan Alfia tentu saja mengganggu jalannya hubunganku dengan Dini, dan Dinipun menyadari bahwa waktu yang aku miliki dikampus lebih banyak dihabiskan bersama Alfia, ia paham bahwa aku dan Alfia satu kelompok tugas, tetapi yang tidak bisa ia mengerti kenapa bisa secepat itu aku dekat dengan Alfia, karena aku adalah tipe mahasiswa yang kaku dan jarang berinteraksi dengan mahasiswa lainnya, aku bukan kutu buku atau orang culun, hanya saja cara mereka bergaul dan berteman tidak masuk dengan caraku.

Disuatu ketika Dini dan aku sedang berada di kelas yang sama.

Dini: "Lu deket sama anak baru itu?"
Aku: "Ga terlalu sih, kenapa gitu?"
Dini: "Kaya yang sering bareng ngeliatnya"
Aku: "Kan lagi ngerjain tugas bareng, biar lulus matkul MK II udah cape ngulang gua."
Dini: "Tumben mikir bener nih anak, nanti beres kelas ke kostan gua dulu ya."
Aku: "Ngapain?"
Dini: "Butuh bantuan soal laptop."
Aku: "Yaudah."

Kelaspun tidak lama bubaran, aku mengikuti permintaan Dini untuk membantunya, ya hitung hitung mengisi waktu luangku hari itu.

*Kostan Dini*

Aku: "Mana laptopnya, sini gua benerin."
Dini: "Itu dipojokan, windowsnya harus di aktivasi, ga ngerti gua caranya."
Aku: "Oke gampang itu mah."

Setengah jam berlalu, masih sibuk dengan laptopnya Dini dan keheningan di dalam ruangan 4x6 m yang dipenuhi ornamen khas wanita, pernak-pernik dan lain sebagainya, fyi. Ini bukan kali pertama aku singgah di kostan Dini, sudah beberapa kali aku kesini, tidak terlalu sering cuma sulit juga untuk dihitung jumlah pasti.

Dini: "Lu deket sama Alfia?"
Aku: "Kan tadi udah dijawab." Masih menatap monitor Laptopnya yang sedang kuperbaiki. Tanpa kesiapan apapun Dini menarik kepalaku kearahnya dan mengecup bibirku.
Dini: "Gua sayang sama Lu, tapi tunggu kita beres skripsi dulu kalo mau pacaran." lanjutnya sambil mendekatkan diri membuka sedikit bibirnya, aku tak menjawab ucapannya saat itu, yang kulakukan hanyalah mencium bibir Dini yang sudah siap untuk dinikmati, tak terburu-buru, walau sudah nafsu tapi tahan dulu pikirku saat itu, biarkan Dini merasakan perasaannya terbalas melalui ciuman ini. Lima menit bibir kami saling berpagut, aku mengambil nafas dengan melepaskan ciuman hangat antara kami berdua, tapi Dini tak ingin berhenti, ia turun mencari leherku, sambil tangannya mengusap kemaluanku dari luar celana jeans yang semakin menyempit, belum lama adegan panas ini di mulai, suara dering ponsel memecah birahi, aku memegang ponselku, Dini yang beranjak dari leherku bertanya.
Dini: "Siapa?"
Aku: "Alfia." Aku belum mengangkat panggilan itu.
Dini: "Tutup hpnya sekarang."
Aku: "Oke." Belum sempat ku menaruh ponselku, ada chat masuk dari Alfia yang isinya "Soal tugas, penting bentar lagi deadline.
Aku: "Baca nih." Menunjukan ponselku pada Dini
Dini: "Yaudah." Tapi tangannya tidak beranjak dari kemaluanku sama sekali.
Aku: "Abis tugas gua kesini lagi, masih ada yang harus diurus disini." sambil mengangkat tangan Dini yang mengelusi kemaluanku dan mengecup bibir Dini sekali lagi.
Dini: "Janji ya kesini lagi."
Aku: "Iya, Janji Sayang." Dinipun tersenyum dan mengizinkanku mengurusi tugas dengan Alfia.

*Di luar kostan Dini*

T-Tuuuut-T-Tuuuut, suara ponselku dan tanda tulisan berdering, menunggu Alfia mengangkat panggilan suara dariku.

Alfia: "Halo Van."
Aku: "Iya, Halo, mau ngerjain tugas dimana? Saya masih disekitaran kampus, mau ditempat kemarin aja?"
Alfia: "Dikostan saya aja Van, biar ga harus janjian keluar lagi."
Aku: "Oke, saya jalan kesitu."

Lima belas menit kemudian aku sudah sampai didepan kost Alfia.

*Kostan Alfia*

"Halo Alfia, Revan nih" mengetok pintu kamar Alfia beberapa kali, pintu pun terbuka dan Alfia mempersilahkan aku masuk, baru juga masuk dan menutup pintu kamarnya, Alfia langsung memelukku dan berkata lirih "Sorry ini bukan soal tugas Van." kondisi kentang dengan Dini membuatku mudah terangsang kali ini, aku menarik sedikit kepala Alfia keatas dan melumat bibirnya penuh nafsu, dan Alfiapun melawan balik membuat aku sedikit kewalahan, tanpa disadari kedua tanganku sudah meremas kedua bokongnya dan membuat Alfia sedikit mendesah "Ahh Van", gumamnya sambil meladeni ciumanku, entah bagaimana kami berdua sudah saling melumat di dekat kasur, perlahan kaos Alfia sudah sedikit terangkat karena tanganku terus menerobos masuk mencari payudaranya. Tergenggam sudah dan aku mulai meremas pelan bagian payudaranya yang masih tertutupi bra. Ciumanku pun sedikit mereda, karena Alfia sedikit mundur dan duduk di kasur miliknya, sehingga bibir dan tanganku terlepas bersamaan dengan duduknya Alfia, belum sempat melakukan apa-apa celana jeans dan bawahanku sudah diturunkan sehingga kemaluanku mengacung sejajar dengan wajah Alfia.

Ia dengan santai menggenggam dan menatap kemaluanku, aku sedikit terdiam sesaat sebelum rasa hangat menjalar di kepala kemaluanku, ia mengulum kemaluanku dengan sangat ahli, di naik turunkan kepalanya menelusuri kemaluanku dengan ritme yang sedang dan diselingi dengan jilatan lidah yang menggoda, cukup kewalahan aku dibuatnya, akupun mengelusi rambut Alfia pelan pelan, mata kami bertemu dan ia tersenyum tertutup kemaluanku yang masih mengisi penuh mulutnya. Lima menit sudah ia menjelajahi tiap inci kemaluanku, aku menahannya dan menariknya keatas, kembali ku lumat bibirnya sambil kutelanjangi dia sampai tak bersisa apapun yang menutupi tubuhnya, lumatanku menjalar pelan turun ke lehernya, ia menggelinjang manja "Ahh geli Van, saya udah basah banget." Mendengar ucapannya kemaluanku semakin cenat-cenut, puas dengan lehernya jilatanku turun ke sela-sela payudaranya, meluncur menuju perutnya yang ramping lalu naik kembali ke sela payudaranya, kedua tanganku sudah habis menggerayangi setiap lekuk tubuhnya, Alfia hanya bisa mendesah pelan, aku tak melihat bagaimana ekspresinya karena aku fokus dengan kegiatanku. Kini payudara kirinya sudah berada dimulutku dan kunikmati pelan pelan, kuhisap lembut dan memainkan putingnya dengan lidah dan gigiku, gigitan kecil pada payudara kiri dan jepitan tangan pada payudara kanannya membuat Alfia mencengkram rambutku dan menarik kepalaku ke atas, sambil menatapku dengan ekspresi yang sangat-sangat terangsang "masukin Van, saya udah basah banget." Ia tak banyak bicara, bahkan untuk urusan senggama saja ia tak banyak mendesah, hanya sering sekali gelisah.

Dengan arahan tangannya kemaluanku berada ditengah kemaluannya, kudorong perlahan, hangat sekali. Ia sedikit mengerang "Ahh, bentar dulu jangan langsung di goyang Van" akupun mendiamkan kemaluanku didalam sana sambil menciumi Alfia dengan penuh nafsu, ia semakin menggelinjang, hal itu membuat kemaluan dan pinggulnya menggoyang kemaluanku pelan, sungguh nikmat, pinggangnya terus bergoyang meminta untuk disodok, akupun menyodok kemaluan Alfia dengan tempo sedang, sambil sesekali menciumi bibir, leher ataupun payudara Alfia, lima menit kocokan sedang, aku yang dilanda birabi tinggi mempercepat kocokanku yang direspon dengan desahan Alfia,

"Ahhh Van, Ahhh."
"Agak kenceng lagi Van."
"Sodok yang dalam Van."
"Iya terus, enak Van."

Sodokanku semakin cepat dan tak teratur menghujam kemaluan Alfia. Satu menit. Dua menit. Tiga menit. Sepuluh menit, masih dengan tempo yang berantakan menghujani kemaluannya dan desahan Alfia semakin tak karuan.

"Van, terus Van"
"Ahh Van"
"Iya gitu Van, yang dalem Ahh"
"Bentar lagi Van, Aku mau keluaaarh, Ahh terus Van Ahhh Ahhh"
"Kee-Kelluaaarhhh Ahhh Van Ahhhh, berhenti Van bentar" ucapnya patah patah karena guncangan yang kuberikan, aku memperlambat sodokanku pada kemaluannya dan berdiam sebentar. Ia masih tersengal-sengal, dan tersenyum sambil berkata "Makasih Van, enak banget" akupun ikut tersenyum dan tak menyangka dengan mudahnya bisa bersenggama denga Alfia. Sempat hening dengan kemaluan yang masih menempel dan berkedut Alfia memecah kebisuan.

Alfia: "Mau saya yang diatas?"
Aku: "Eh, sekarang jam berapa?" Alfia tak menjawab hanya menunjuk jam dinding di kostan kamarnya. Pukul 19.30. Mampus pikirku, ingat janji kepada Dini.

Aku: "Boleh dilanjut nanti? Saya ada janji keluar hari ini"
Alfia: "Tapi ini belum keluar lho kamu." sambil menggoyang pinggulnya pelan-pelan dan hangat, basah sekali kemaluannya, aku menyodoknya pelan dan singkat lalu mencabutnya dari kemaluan Alfia.
Aku: "Ini bukan pertama dan terakhir kan?" Alfia tersenyum dan membiarkanku membersihkan diri dan mengenakan kembali pakaianku.
Alfia: "Kamu hebat, walau kamu tadi nafsu bangey sama saya, tapi kamu ga cuma ngejar dan numpanh buang sperma doang, malah saya yang keluar duluan" ujarnya sambil menggunakan pakaiannya kembali. Aku tersenyum dan pamit sambil mengecup bibir dan meremas kedua payudaranya.
Aku: "Simpan ini untuk nanti di waktu yang lebih leluasa."

Akupun bergegas menuju kostan Dini untuk menuntaskan janji.

*BERSAMBUNG*
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd