Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Binalnya Istriku Dewi.

PART 68

POV SUAMI


Saya pun terpaksa harus memenangkan Ifah.

Saya:”Udah gpp, jangan sedih lagi ya, udah malam kita tidur” ucap saya sambil mengusap-ngusap kepala Ifah.

Ifah pun akhirnya tenang dan dia pun kemudian pamit mau mandi dulu.

Saya:”Udah neng besok aza sekalian mandinya, kenapa harus malam-malam?

Ifah:”Gak tau a, pokonya neng gak nyaman kalau bobo habis ewean tapi gak mandi dulu” ucap Ifah.

Saya:”Ya udah, kalau gitu aa tidur duluan ya, gpp kan?

Ifah:”Ia, aa cepet tidur biar besok tidak ke siangan” ucap Ifah



Ifah pun dengan masih telanjang bulat kemudian mengambil handuk digantungan dekat pintu dan membalutkan ke tubuhnya. Sementara saya segera memejamkan mata dan tertidur. Ternyata saya tertidur sangat lelap. Tahu-tahu sudah pagi, ifah pun sudah tak terlihat lagi di tempat tidur begitu juga si tabah anaknya.

Saya pun segera mengambil handuk untuk mandi, saat berbeda saya keluar dari kamar tampak Yuniar berdiri di depan pintu keluar sambil mengayun ambing si Tabah. Yuniar kali ini berbeda dari biasanya, dia memakai celana kain warna cokelat muda yang ketat dan sangat mencetak pinggul besarnya sementara atasannya memakai baju belang-belang lengan panjang dan jilbab warna hitam.



Mata saya langsung tertuju pada pantat besarnya. Garis celana dalam yang dipakai Yuniar tampak begitu jelas walau saya tidak bisa menebak warnanya. Saya cukup lama memandangnya hingga tersaya ada yang bangun di balik handuk saya apalagi saya tak memakai apa-apa lagi. Saya pun segera menutup pintu dan menimbulkan suara agak keras dan segera saya berjalan cepat meninggalkan Yuniar. Sempat sekilas ku lihat Yuniar kaget karena suara pintu dan berbalik. Tapi saya segera pergi tanpa menoleh lagi ke belakang.



Saya pun segera masuk ke kamar mandi, kali ini saya tidak menemukan pakaian kotor di dalamnya, baik punya Ifah istri saya atau pun punya Yuniar. Saya pun segera mandi sekalian menghilangkan hawa nafsu yang melanda.

Saat keluar dari kamar mandi tampak Ifah sedang mempersiapkan untuk sarapan. Dia terlihat begitu cantik dengan balutan baju gamis lebar warna biru muda dan jilbab warna putih.

Ifah:”Kalau sudah pakai baju langsung ke sini aza ya a, kita sarapan bareng” ucapnya.

Saya:”Oh, ia neng, aa pakai baju dulu” ucap saya dan segera keluar dari dapur.



Saat mau masuk ke kamar ku lihat Yuniar sudah ada di luar sambil menggendong si Tabah. Saya pun berdiri dan kembali menatap bool Yuniar yang besar dan padat, ingin rasanya saya meremasnya dan kemudian menyodomi dia. Eh, tiba-tiba Yuniar berbalik dan memergoki saya bahkan saya pun gak sadar kontol saya sudah berdiri dan pasti di lihat jelas oleh dia karena Cuma tertutup handuk.

Yuniar pun kemudian tersenyum kepada saya dan saya pun membalas senyumannya dan segera masuk ke dalam kamar.

Selesai ganti baju saya pun segera keluar dari kamar, ku lihat yuniar masih di teras tapi kini duduk di atas kursi. Saya pun segera pergi ke dapur.

Ifah pun sudah menunggu saya bahkan piring buat saya sudah disiapkan.





Saya pun segera duduk di depan Ifah.

Ifah pun segera menangambilkan nasi kuning yang tampak masih hangat dan berasap.

Saya:”Neng, besok hari Jumat aa izin dari kantor, jadi aa punya tiga hari libur buat sama kamu di sini”

Ifah:”Oh, Alhamdulillah, jadi besok aa libur ya”

Saya:”Ia, aa alasan ke atasan aa mau belanja buat keperluan di rumah da nada keperluan pribadi lainnya” ucap saya sambil menerima piring yang sudah diisi oleh Ifah termasuk telur dan ikannya.



Ifah:”Kita jalan-jalan ke sawah besok a, liat sawah bapak” ucap Ifah.

Saya:”Justru aa mau ajak neng, bapak dan ibu juga jalan-jalan ke luar, sekalian aa mau beli mesin cuci buat kalian”

Ifah:”Asyik, tapi gak tau ya bapak mau apa tidak ya?

Saya:”Ya kamu bujukin dech, aa juga pengen beliin baju buat neng, ibu, tapi kemaren gak tau ukurannya takut gak pas” ucap saya.

Ifah:”Ia, nanti neng bujuk bapak, kalau mamah sich pasti mau” ucapnya.



Saya:”Tabah sama mamah kamu gak ikut saran sekalian?

Ifah:”Kata ibu kita di suruh duluan” ucapnya. Saya pun segera sarapan.

Selesai sarapan saya pun segera berangkat ke kantor karena masih harus melalui perjalanan yang cukup jauh.

Sampai di kantor saya pun segera larut dalam pekerjaan.

Saat beberapa menit lagi menjelang istirahat siang tiba-tiba Dewi melakukan panggilan video kepada saya.



Saya:”Hallo mah?

Wife:”Hallo Pah, apak kabar kamu hari ini?

Saya:”Alhamdulillah baik ,gimana kamu mah sama anak-anak?

Wife:”Alhamdulillah baik semua pah, mereka kangen sama Papah, terutama mamah hihi” ucap istri saya sambil mengelus-elus perutnya yang makin membesar.



Istrinya tampak anggun memakai jilbab putih dan baju hamil warna merah kombinasi putih.

Wife:”Pah, kamu gak bisa pulang lebih cepat?

Saya:”Waduh gimana ya, paling cepat senin, tadinya malah selasa, tapi senin malam bissa dech, papah udah ada di rumah” ucap saya.

Wife:”Gak bisa pulang dulu pah, nanti kan malam Jumat hihi” ucap istri saya.

Waduh saya sudah terlanjur janji dengan ifah besok akan membawa dia dan keluarganya jalan-jalan.



Saya:”Waduh, kayaknya gak bisa mah, papah lembur malam ini”

Wife:”Yah, padahal mamah lagi pengen banget mah” ucap istri saya dengan raut wajah yang langsung sedih.

Saya langung bisa menangkap keinginannya.

Saya:”Waduh gimana ya mah, senin papah pulang koq”

Wife:”Papah tega, lebih mentingkan pekerjaan dari istrinya” ucap istri saya dan langsung mematikan panggilan.



Saya pun menjadi tidak tenang, segera saya menghubingi istri saya dan sampai dua kali tidak diangkat, tapi akhirnya yang ketiga diangkat juga.

Saya:”Maafin papah mah, tp mau gimana lagi” ucap saya

Wife:”Papah cariin solusi dong, mamah kan udah izinin kalau papah lagi kepengen di sana bisa nyari cewek, nah sekarang mamah yang lagi di sini tiba-tiba lagi kepengen ngewe Pah” ucap istri saya terus terang.

Saya:”Ya udah kalau begitu, mamah terima penawaran si Mega mah, mamah boleh dech ngewe sama si Willy tapi sekali ini saja” ucap saya sangat terpaksa.



Istri saya tampak berpikir dan mengerutkan dahinya.

Wife:”Bukannya mamah gak mau ngelayanin mas Willy, tapi dia kan gratisan maunya” ucap istri saya.

Saya:”Jadi mamah maunya orangnya bayar?

Saya:”Ia, jadi kebutuhan mamah terpenuhi dapat duit pula hihi” ucapnya sambil tertawa.



Saya:”Lah, berarti harus ada yang booking mamah kalau gitu” ucap saya

Wife:”Banyak yang mau booking mamah koq Pah, tapi gak mamah tanggepin, gimana boleh?

Saya:”Ya terpaksa untuk sekali ini boleh, tapi kalian harus melakukannya di rumah, mamah gak boleh keluar, orangnya yang harus datang ke rumah” ucap saya lagi.

Wife:”Tapi kan malu Pah, ada Hanum dan Bu Heti?

Saya:”Itu urusan mamah, gimana mengaturnya dech, papah udah beri izin, tapi syaratnya begitu” ucap saya.



Wife:”Ya udah, mamah setuju dech, makasih ya Pah, papah kalau pengen main sama perek juga boleh ya, tapi pakai kondom”

Saya:Ia” ucap saya padahal saya malah sudah punya istri baru hehe.

Wife:”Ya udah Pah, udah jam makan siang ini, papah jangan lupa maem ya”

Saya:”Ia, ini papah mau nyari restoran buat makan siang”

Wife:”Yas udah, dadah papah, makasih udah pengertian, muaaaach” ucap istri saya.

Saya:”Muaaah” dan istri saya pun menutup panggilan saya.



Saya pun ada sedikit kecewa karea sudah mengizinkan Dewi melacur lagi tapi tak punya pilihan dan saya pun tidak bisa egois sendiri, saya pun sudah menghianati dia dengan menikahi Ifah.

Singkat kisah sore itu pun saya pulang lebih awal karena besok mau libur dan saya sudah izin dengan Pak Chris CFO.

Saya pun segera melaju menuju ke kota Bo*or.

Di jalan saya mampir membeli martabak dan makanan lainya untuk Ifah dan orang tuanya juga untuk saya sendiri.

Karena saya pulang jam 4, jam lima lebih saya pun sudah memasuki gerbang desa.

Saat melintas ke rumah Pak Indra saya melihat seorang perempuan keluar dari warung sebelah rumah Pak Indra.

Saya terkejut karena saya mengenalnya bahkan pernah menidurinya. Dia adalah Nina, salah satu pegawai di vila pak Bob. Saya pun sempat mau berhenti tapi saya urungkan karena tentu akan banyak pertanyaan dari dia.



Tampak dia berjalan searah dengan saya. Saya pun menjalankan mobil dengan sangat pelan sekali. Dia kini masih di depan saya. Nina memakai kaos warna hijau lengan pendek dan rok sedikit di atas lutut.

Nina pun masih berjalan saat saya sudah sampai di depan rumah Pak hadi. Saya pun belum berbelok dan masih memarkir mobil di tepi jalan. Saya perhatikan dia sampai belok di sebuah gang. Saya pun mulai merencanakan sesuatu.



Setelah Nina pergi saya pun segera berbelok masuk ke dalam halaman rumah Pak Hadi.

Kali ini pintu langsung di buka dari dalam dan tampak Ifah keluar menyambut saya.

Dia pun tampak makin senang melihat saya membawa oleh-oleh.

Ifah:”Asyik, apa itu a?

Saya:”Ini ayam K*C sama martabak ucap saya sambil memberikan kepada Ifah.



Saya pun segera memarkir mobil di samping rumah, saya berencana membuat tambahan bangunan sekedar untuk garasi karena masih sedikit ada rasa khawatir parker di luar rumah apalagi mobil kantor.

Kemudian saya pun segera masuk ke dalam rumah. Tampak Yuniar dan Ifah sedang membuka bawaan saya di ruang tamu.

Saya pun segera duduk di hadapan mereka.



Saya:”Tabah mana neng?

Ifah:”Sama bapak, tuh lagi nonton tv” ucapnya sambil menunjuk ke ruang tengah.

Saya pun harus sadar karena terdengar tv menyala tapi tak kelihatan Pak Hadi dari posisi saya duduk.

Yuniar:”Mamah kasihkan martabak ini ke bapak kamu dulu ya neng, kalau ayam begini dia gak suka” ucap Yuniar sambil berdiri melewati saya.

Mata saya pun bergerak mengikuti pantat Yuniar. Ifah pun memergokin saya.

Ifah:”Ehem”

Yuniar yang sudah pergi pun menoleh kepada saya dan tersenyum.



Ifah:”aa suka bool gede ya hihi”

Saya:”Ia dong, makanya aa nikahin Ifah”

Ifah:”Terus mamah Ifah mau diembat juga?

Saya:”Kalau boleh?

Ifah:”Ih, makin berani” ucapnya sambil menempelkan jari di hidungnya.



Ifah:”A, aku ambilkan piring ya, sampai lupa, kita makan di sini aza ya”

Saya:”Gpp memang makan di sini?

Ifah:”Memang siapa yang larang, kecuali kalau ada tamu’ ucpanya sambil berlalu menuju ke dapur.

Tak lama Ifah pun sudah kembali sambil membawa piring.

Ifah pun segera duduk di sofa di hadapan saya.



Ifah:”Eh a, kalau mau beliin mesin cuci, kita pesan aza, bisa langsung diantar ke rumah dari tokonya, besok pagi juga bisa diantar ke sini”

Saya:”Oh bagus, boleh neng”

Ifah:”Ia, nanti Ifah telpon yang punya tokonya”

Saya:”Ambil yang paling bagus neng dan yang ukurannya besar”

Ifah:”Ia aa, nanti neng pesan yang kilonya paling gede, gede kayak kontol aa” hihi ucap Ifah.



Tiba-tiba kulihat Pak Hadi menghampiri kami.

Hadi:”Pakai repot-repot a, bawain jajanan”

Saya:”Gpp koq pak, gak sengaja lihat di pinggir jalan, ya beli” ucap saya.

Hadi:”Neng, nanti kamu gentian sama ibu jaga tabah, bapak mau ke masjid dulu” ucapnya.

Ifah:”Ia, santai saja Pak” ucap Ifah.



Hadi pun segera keluar dari rumah hendak ke masjid. Saya pun merasa tidak enak apalagi saya sudah lama tidak sholat.

Saya:”Neng, aa mandi dulu ya”

Ifah:”Ia a, nanti gentian minta tolong jaga tabah, soalnya dia lagi bangun gak bobo” ucapnya.

Saya pun segera masuk ke dalam kamar dan pergi ke kamar mandi.



Selesai mandi tampak Ifah masih duduk di sofa sambil memangku Tabah dan tak saya dapati Yuniar, mungkin sedang sholat.

Saya:”ibu mana neng?

Ifah:”Sholat a, perhatian banget sama mamah aku”

Saya:”bukan, soalnya aa lagi mandi, terus ibu wudhu di mana?

Ifah:”Di belakang, kan ada kamar mandi juga, maksudnya di luar, ada sumur juga” ucap Ifah.



Saya pun segera masuk ke dalam kamar dan memakai baju supaya bisa ganti menjaga Tabah.

Setelah selesai saya pun kembali ke ruang tamu dan langsung menuju ke sofa.

Saya:”Neng, biar si Tabah sama aa dulu, neng sholat dulu” ucap saya.

Ifah:”Ia aa, aa pangku bentar ya” ucapnya sambil menyerahkan anaknya yang sudah hampir tertidur.

Ifah pun segera pergi menuju dapur untuk mengambil wudhu.



Tak lama Ifa sudah muncul lagi dengan rambut sedikit basah, jilbabnya disampirkan di samping lehernya.

Tiba-tiba terdengar suara handpone saya berbunyi dari dala, kamar.

Saya:”Neng, minta tolong dong ambilin hp aa” ucap saya kepada ifah yang baru saja mau masuk ke dalam kamar.

Ifah tak menjawab tapi segera masuk dalam kamar dan kemudian keluar lagi membawa ponsel saya.



Ifah:”Udah mati a, dari teh Dewi?

Saya pun segera menerima hp dari Ifah dan membuka ponsel saya.

Saya:”Bukan, dari security di rumah aa” ucap saya karena tertera nama Donatus.

Ifah:”Ya udah, neng sholat dulu a” ucap Ifah dan segera masuk ke dalam kamar.

Saya pun segera menelpon Donatus sambil tetap memangku Tabah.



Saya:”hallo”

Donatus:”Hallo bos, mau memberi info”

Saya:”Ada info apa?

Donatus:”Tadi ada dua lelaki datang ke rumah bos, sekarang mereka lagi di dalam” ucapnya.

Saya pun berpikir sejenak, apa mereka yang booking istri saya, tapi koq sampai dua orang.



Donatus:”Hallo bos, saya nunggu intruksi?

Saya:”Oh, biar saja, itu tamu istri saya, kamu pastikan saja kondisi aman, mungkin mereka nginap”

Donatus:”oh gitu, ya sudah kalau begitu bos”

Saya:”Ok, kabarin saja kalau ada apa-apa”

Donatus:”Ok, siap bos”

Saya pun segera menutuo panggilan, awalnya saya mau menelpon istri saya tapi saya urungkan.



Saya pun mengirim pesan wa kepada istri saya.

Saya:”Mah, koq sampai 2 orang…?

Tak ada jawaban dari istri saya sampai Yuniar keluar dari dalam kamar.



POV WIFE



Sudah beberapa hari aku ditinggalkan suamiku untuk tugas di Jakarta, sebenarnya aku senang karena suamiku naik jabatan dan tentu saja penghasilannya bertambah tapi ternyata saat dia pergi beberapa hari saja saya mulai merasa kesepian dan entah kenapa saya merasa sangat ingin berhubungan badan. Padahal dulu sewaktu hamil begini saya kurang bernafsu apalagi saat perut sudah semakin membesar.



Apa karena saya merasa kesepian akibat ditinggal Dendi ke jkt, saya tidak tahu pasti. Akhirnya tadi siang saya pun menghubungi suami saya dan meminta dia cepat pulang tapi ternyata tetap tidak bisa hanya bisa berkurang satu hari dari rencana dia pulang selasa menjadi hari senin.

Akhirnya saya pun meminta suami saya untuk mengizinkan agar saya bisa menerima bookingan. Sepertinya dengan berat hati dia pun mengijikan saya. Sebenarnya saya bisa saja menyetujui kak Mega untuk melayanin suaminya si Willy tapi saya pikir-pikir dari pada melayanin kakak ipar saya dengan gratis lebih baik saya menerima bookingan, bisa mendapatkan kenikmatan seks juga mendapat uang.



Tidaklah sulit bagi saya untuk mendapatkan bookingan, sejak saya terjun ke dunia perlendiran ini hampir setiap hari banyak pesan atau pun panggilan kepada saya dari orang-orang yang pernah membooking saya tapi hampir tak saya hiraukan. Ada dari pak Bob, Koh Halim, Tirta juga Rudi bahkan si Asep masih sering menghubungi saya baik miscal atau mengirim pesan wa menanyakan kabar, tapi tak saya hiraukan apalagi kalau sama dia yang paling gratisan walau pun mungkin kalau disuruh bayar bisa saja dia mau tapi karena tempat kerjanya dekat dengan rumah saya tidak mau dia mengetahui siapa saya sebenarnya meskipun kini saya tak pernah pergi berbelanja lagi ke tempat kerja si Asep lagian dia juga tak punya nyali mendatangi rumah saya. Bahkan si Jamal yang baru beberapa hari memboking saya pun beberapa kali menghubungi saya dan mengirim pesan wa yang menyatakan keinginannya membooking saya lagi.



Saya pun kadang membalas tapi lebih banyak saya acuhkan. Saya pun membuka ponsel saya lagi dan melihat-lihat pesan dari mereka. Akhirnya saya menemukan pesan yang menarik yang berasal dari Om Tirta.

Sudah puluhan kali dia wa saya dan baru saya buka sekarang, sepertinya ini wa dia minggu lalu. Saya pun segera membalasnya.

Saya:”Serius Om, tapi saya sedang hamil sekarang, apa masih cukup menarik buat temen bisnis Om Tirta?

Tirta:”Tumben kamu bales wa Om, apa kabar, kamu kirim saja photo kamu yang sedang hamil tapi jangan telanjang, hehehe, pakai jilbab dan gamis lengkap, temen Om tertarik ke kamu karena Om pernah tunjukin photo kamu yang berhijab dan pakai gamis dia tertarik banget” ucap Om Tirta di pesan wa yang dia kirim kepada saya.



Saya pun segera mencari photo saya sesuai kriteria yang diminta Tirta di ponsel saya. Setelah menemukan dan dirasa bagus saya pun mengirimnya kepada Tirta. Tak lama muncul balasan kembali dari Tirta.

Tirta:”Sudah Om forward ke temen Om, tunggu tanggapan dia”

Saya:”Ok, kabarin aku nanti Om kalau dia misalkan mau, kita tentukan tanggalnya”

Tirta:”Ok”

Tirta:”Eh ini udah ada balasan dari temen Om, katanya dia malah makin bergairah, dia minat sama kamu Wi”



Saya pun tersenyum…

Segera saya mengirimkan pesan wa kembali kepada Om Tirta.

Saya:”Ok, kalau gitu tinggal menentukan kapan waktunya Om, tapi saya tidak bisa dibooking ke hotel, harus di rumah seperti sama Om dulu”

Tirta:”Kalau soal harga sudah deal, kami berdua loh?

Saya:”Udah, ok, ngomong2 gimana kelanjutan hubungan Om sama bibi aku, bi lestari?

Tirta:”Bibimu masih mengurus sidannya, katanya tinggal sekali siding lagi, kalau udah resmi bercerai om bakal nikahin dia, tapi sebelum Om nikahin dia, Om nikahin kamu dulu aza”



Saya:”Kalau ke Dewi bukan nikahin Om, tapi om ngawinin Dewi, lebih tepatnya ngewein Dewi hehe”

Tirta:”Ya itu, Om sdh wa teman Om, katanya gimana kalau malam ini juga, kebetulan temen Om lagi di band*ng?

Saya:”Oh, bagus Om, kebetulan suami aku lagi dinas di Jakart*, jadi bebas kita hihihi”

Tirta:”Ok, berarti deal, bagus dech kalau suami kamu lagi gak ada, kamu siap2 ya, temen Om lebih ganas dari Om”

Saya:”Masa, boleh kirim photo temen Om? Kontolnya gede gak Om? Hihii”

Tirta:”Om gak tahu soal gede atau nggaknya, ini baru pertama kali booking cewek buat berdua, ntar photonya Om kirim”

Saya:”Hehe,Ia Om, yang penting duitnya gede hihi”

Tak lama Tirta pun mengirim sebuah photo.



Saya pun segera membukanya, orangnya ternyata belum tua, mungkin seumuran suami saya dan terlihat atletis karena kebetualn photo yang dikirim tampak seperti dia habis berolah raga. Cukup ganteng juga dan kulitnya bersih meski tidak terlalu putih.

Tirta:”Gimana?

Saya:”Masih muda kayaknya ya Om”

Tirta:”Hehe, ia, mungkin umurnya 35-an, dia anak pengusaha kaya dari Band*ng juga, tapi kebetulan dia ngurusin bisnis bapaknya yang di jkt”

Saya:”wah, berarti kalau deal bisnis Om, aku kecipratan dong?

Tirta:”Haha, kamu minta saja sama temen Om nanti”

Saya:”Agh Om pelit hehe” balas saya sambil disertai emo kesal.



Tirta:”udah, kamu minta sama temen Om, pasti dikasih, apalagi kalau dia puas, kamu siap2 Wi, tapi gak ada yang ganggu kita nanti kan?

Saya:”Aman Om, berarti sekitar jam berapa om mau ke rumah?

Tirta:”Mungkin jam 7-an malam atau paling cepat habis magrib”

Saya:”Ok dech Om, biar saya siapkan makan malam juga” balas saya lagi.

Akhirnya saya pun segera bersiap-siap, saya pun mengabari Bu Heti dan Hanum bahwa nanti malam ada tamu agar mereka mempersiapkan buat makan malam.



Jam 5 sore saya pun sudah siap, sudah selesai mandi dan sudah wangi pula.

Saya kenakan jilbab putih dan baju gamis panjang berwarna dasar putih dengan motif bunga-bunga bewarna hijau tua dan yang cukup lebar karena saya sedang hamil. Tapi justru karena saya lagi hamil baju gamis saya pun menjadi terlihat ketat. Saya pun berlengak-lenggok di depan kaca meja rias. Saya lihat pantat bulat saya tercetak dengan jelas begitu juga segitiga cangcut saya terlihat begitu jelas dan jika dilihat lebih lama maka warna merahnya bisa kelihatan.



Saya kenakan stocking juga serta wajah saya pun sudah kelihatan saya make up menor, bulu alis sudah saya tebalin dan lipstick warna merah pun saya gunakan dibibr saya. Saya pikir sudah cukup maksimal. Saya pun duduk di sofa sendirian, sementara anak-anak bersama dengan Hanum menonton tv di ruang tengah, sambil menunggu kehadiran Om Tirta dan teman bisnisnya.



Sekitar jam 6 sebuah mobil sedan masuk ke dalam pekarangan rumah saya. Saya yakin itu mereka. Saya pun segera membuka pintu rumah sambil tetap berdiri menunggu mereka turun dari mobil.

Tak lama keluar duluan Tirta dari sebelah kiri, dia masih memakai setelan jas hitam, kemeja putih dan celana panjang, tak lama dari sebelah kanan keluar temannya yang memang photonya ada dikirim Tirta kepada saya.

Akupun sedikit bersorak di dalam hati karena ternyata memang tampan dan terlihat masih muda, badannya tegap dan cukup tinggi serta berotot pula. Dia hanya mmemakai kaos lengan pendek yang membuat lekuk tubuhnya tercetak dan celana jeans selutut.

Saya:”Yes, ganteng banget, beruntung gue” ucap saya di dalam hati.

Sepertinya mereka tidak membawa sopir.



Donatus sempat mendatangi mereka dan berbincang sebentar dan kemudian Donatus pun manggut-manggut terhadap saya.

Donatus pun segera balik ke posnya, paling dia mau laporan sama suami saya.

Tirta dan temannya pun segera naik ke teras rumah dan mendatangi saya, tampak Tirta membawa bungkusan warna hitam.

Tirta:”Selamat malam ibu Dewi, sudah lama menunggu kami hehe?

Saya:”Malam om, gak juga, langsung masuk saja Om” ucap saya, sempat melirik temannya Tirta sejenak dan kemudian saya segera berbalik dan segera duduk di sofa.



Mereka pun masuk mengikuti saya lalu menutup pintu dan terdengar Tirta sepertinya bersiul. Kami pun sudah duduk di sofa panjang dengan saya duduk di paling ujung sebelah kanan dan Tirta bersama temannya di ujung sebelah kiri.

Tirta:”Wah Bu Dewi sudah cantik sekali betulkan rey”

Rey:”Ia Pak, luar biasa” ucap teman Om Tirta sambil tersenyum kepada saya.

Saya:”Hehe, makasih, bisa saja kalian memuji, Om gak dikenalin temennya” ucap saya.



Tirta:”Oh, Om sampai lupa, kenalkan ini rekan Om, namanya Reynal”

Temennya Tirta pun segera mengulurkan tangannya dan kami pun berjabat tangan.

Rey:”Reynal, panggil saja Rey”

Saya:”Dewi, terserah mau manggil apa hehe” ucap saya cengengesan. Cukup lama si Rey menggenggam tangan saya.

Tirta:”Udah” ucapnya sambil menepuk tangan kami berdua.



Rey pun tersenyum dan segera melepaskan tangan saya. Saya pikir usianya tak jauh beda dengan suami saya, tapi si Rey kelihatan lebih segar mungkin karena rajin olah raga, badanya bagus dan tidak terlihat tonjolan di perutnya.

Saya:”Bentar ya, aku bawakan minum”

Tirta:”Tidak usah, saya udah bawa kalau minuman” ucap Tirta sambil menunjukan isi dari bungkusan plastic yang dibawanya yang ternyata ada 4 botol minuman keras branded.



Saya:”Kalau itu kan lain Om, atau kalian mau langsung makan malam saja” ucap saya

Rey dan Tirta pun saling berpandangan.

Tirta:”Boleh Bu Dewi, biar kita cepat ke acara utama hehe”

Saya:”Ya, kalau itu masih lama Om, anak-anak aku aza belum pada tidur”

Tirta:”Rey udah gak sabar hehe”

Saya:”Ya udah kita makan malam aza yuk” ajak saya dan mereka pun segera berdiri.



Mereka pun mengikuti saya dan kami pun melewati ruang tamu.

Tampak Hanum dan anak-anak sedang duduk di atas karpet sambil menonton tv.

Saya:”Han, udah siap makan malamnya?

Hanum:”Udah tante, sudah siap”

Saya:”Anak-anak udah pada makan?

Hanum:”Sudah tan, tapi bareng Hanum”

Saya:”Ya udah tante tinggal ya” ucap saya dan memberi kode kepada Tirta beserta Rey untuk mengikuti saya.



Kami pun segera menuju meja makan dan segera kami duduk di sana. Tak kudapati Bu heti mungkin dia sudah di dalam kamarnya.

Saya:”Ayo, pasti kalian lapar kan?

Tirta:”Iya sich, btw, siapa itu yang di ruang tengah? Cakep juga”

Saya:”Itu baby sister di sini, jangan diganggu masih perawan hihi” ucap saya berbohong.

Tirta:”Wah, masih perawan ya, kelihatan sich hehe” ucapnya sambil melirik Rey yang dari tadi lebih banyak diam.



Saya:”Udah, kita makan malam dulu, katanya udah gak sabar” ucap saya sambil tersenyum.

Tirta:”Hehe ia, kita udah gak sabar nich, pengen melukin kamu Wi”

Saya:”Hehe, ia, apalagi cuaca dingin Om abis hujan hihi” ucap saya dengan senyum genit kebetulan memang habis hujan.



Kami pun segera saja makan malam. Mungkin setengah jam lebih kami pun selesai dan jam kulihat baru menunjukan pukul 7 lebih.

Tirta:”Terus gimana nich sekarang, kita harus nunggu anak-anak kamu tidur Wi?

Saya:”Ya gimana Om, masa mau mulai sekarang hihi, eh kalian tunggu saja di gasibu belakang, dekat kolam renang” ucap saya.



Tirta:”Wah ada kolam renang ya sekarang, baru nyadar aku banyak berubah ya, abis renovasi rumah ya”

Saya:”Ia om dikit-dikit, kalian bisa minum-minum dulu di sana, nanti saya nyusul”

Tirta:”Lewat mana, eh minta gelas dua ya buat minum” ucap Tirta

Saya:”Lewat situ saja, ia ambil di rak saja Om” ucap saya sambil menunjuk pintu dapur yang tembus ke kolam renang.



Akhirnya mereka pun setuju dan kemudian keluar dari dapur menuju kolam renang sambil membawa gelas dua untuk mereka mabok. Sementara saya segera menemui Hanum dan anak-anak di depan.

Saya pun duduk di sofa sementara Hanum dan anak-anak di bawah.

Saya:”Han, minta tolong panggilkan Bu heti bereskan bekas makan tante sama tamu tante” ucap Saya.

Hanum:”Oh, biar Hanum aza tan” ucap Hanum sambil segera berdiri.



Saya:”Gak usah, kamu minta bu Heti saja, kamu temenin anak-anak ya”

Hanum pun mengangukan kepalanya dan segera kebelakang mungkin menuju kamar Bu heti.

Saya lihat anak-anak aysik menonton kartun di nick Juni*r. Tak lama Hanum pun kembai datang.

Hanum:”Udah tan”

Saya:”Makasih Han, kamu di sini saja ya, temenin anak-anak tante,eh ajak nonton di kamar tante saja ya Han, Neng, Dedek nonton tvnya di kamar saja ya, di temenin tante hanum koq” ucap saya.

Intan dan revan pun saling berpandangan.



Saya:”Han…” saya memberi isyarat agar hanum membujuk anak saya Revan dan Intan agar mau nonton tv di dalam kamar dengan tujuan agar mereka cepat tertidur.

Hanum:”Yuk, nontonnya di kamar aza, sambil tidur-tiduran” ucap Hanum kepada Revan dan Intan. Setelah Hanum yang mengajak tampaknya revan dan Intan pun mau.

Saya:”Makasih ya Han, tante mau nemenin tamu tante dulu”

Hanum:”Ia, memang mereka siapa ya tan, eh maaf” ucap Hanum sambil kemudian menutup mulunya dengan telapak tangan kanan.



Saya:”gpp, kamu boleh koq tahu, mereka tamu tante, yang booking tante, kamu tahu kan profesi tante selain ibu rumah tangga merangkap pelacur” ucap saya dengan enteng kepada Hanum.

Hanum pun menganggukan kepalanya.

Saya:”Jadi tolong jagain anak-anak ya Han, tante ada di gazebo kolam renang kalau kamu perlu apa-apa, mungkin mereka juga nanti ngewein tante di sana, tolong agar anak-anak jangan sampai nyari tante, kalau mereka nyari kamu telp tante saja ya”

Hanum:”ia tan, tenang saja, saya jagain Revan dan Intan” ucap Hanum.

Intan:”Memang mamah mau kemana?

Saya:”Mamah mau nemenin om-om yang tadi dulu di kolam renang, Intan sama Kak hanum ya, kalau ada perlu sama mamah minta Kak hanum telpon mamah”

Intan:”Ia “ jawabnya singkat.



Saya pun menganggukan kepala dan Hanum beserta anak-anak saya pun segera masuk ke dalam kamar.

Setelah mereka semua masuk ke dalam kamar, saya pun segera berdiri dan berjalan menuju ke kolam renang.

Setelah keluar dari dapur terasa sekali di luar begitu dingin, saya putuskan mengambil mantel dulu di kamar. Saya pun balik lagi ke kamar untuk mengambil mantel. Tampak Hanum dan anak-anak tiduran di ranjang Intan sambil menonton tv. Saya pun segera keluar kembali menuju ke kolam renang.



Saya pun segera menuju gazebo dan tampak mereka berdua sedang ngobrol sambil minum minuman keras, tampak dua botol sudah dibuka oleh mereka di mana satunya malah telah kosong. Mereka pun tampak sumringah melihat saya datang.

Saya pun segera duduk di tepi gazebo dengan kedua kaki menjuntai ke tanah sementara mereka di dalam gazebo.

Tirta:”Kenapa di situ Bu Dewi, di dalam sini, dari pada di situ dingin, kalau di dalam gak perlu pakai mantel pun pasti hangat, kita hangatin haha” ucap Tirta yang sepertinya sudah terpengaruh oleh minuman keras.

Rey:”Telanjang juga pasti hangat, bakal kita hangatin hhehe” Rey yang sebelumnya lebih banyak diam kini sudah sangat berani.



Saya:”Tapi Dewi kan lagi hamil Om, kalau duduk lesehan gitu agak gak nyaman” ucap saya menyampaikan yang sebenarnya.

Tirta:”Ya udah, biar agak tinggi, sini Bu Dewi biar om pangku saja hehe” ucap Tirta.

Saya pun tak menjawab dan segera naik ke gazebo.

Saya:”Dipangku Rey saja Om” ucap saya.

Tirta:”Sama Om saja, mentang-mentang ada yang mudaan” ucap Tirta.



Saya pun mesem dan segera duduk dipangkuannya Tirta sambil kedua kaki saya sedikit saya selonjorkan. Tirta pun menarik mantel saya dan saya pun membantu dia membuka mantel saya dan kemudian saya taruh di samping kami.

Titra langsung saya meremas-remas toket saya.

Saya:”Aaagh Om nakal, maen remes aza tetek Dewi” ucap saya .

Tirta:”Makin montok aza susu kamu Wi, lihat Rey udah mupeng” ucap Tirta.

Dan saya pun segera menatap Rey sambil tersenyum kepadanya. Muka Rey tampak merah apa memang sedang menahan nafsu.



Saya:”Aagh Om, jangan diremes terus aaagh nenennya Dewi, tuch kan jadi basah” ucap saya karena asi saya mulai keluar sehingga bagian depan dada saya sekarang terlihat basah. Sementara si Rey menatap tanpa berkedip sambil meneguk minuman dari gelasnya perlahan-lahan, aku dapat melihat tonjolan dibalik celana yang dia kenakan.

Tirta:”Ternyata masih ada saja asi kamu BU Dewi, aku kira sudah gak ada hehe” ucap Tirta tapi kali ini dia tidak lagi meremasi toket saya.



Tangannya malah menarik kedua kaki saya agar mengangkang. Saya pun mengikuti keinginannya.

Kini saya dipangku Tirta dengan posisi mengangkang. Agar nyaman saya pun menyenderkan badan saya di dadanya Tirta.

Tirta:”Kita kasih Pak Rey tontonan cantik” ucapnya sambil menarik perlahan-lahan baju gamis saya hingga naik ke atas lutut saya. Bersamaan dengan itu si Rey yang berada tepat di depan saya pun menundukan kepalanya mengintip ke selangkangan saya yang agak terbuka.

Tirta:”Dibuka lebih lebar sayang, biar Pak Rey bisa lihat lebih jelas keindahan yang kamu punya” ucap Tirta sambil mulai mengelus-elus paha saya yang hanya terbungkus oleh stocking warna hitam yg cukup transparan.



Saya pun segera melebarkan kedua paha saya.

Saya:”Tapi Om, kan malu, cangcut aku nanti kelihatan sama Rey” ucap saya dengan nada genit.

Tirta:”Justru itu yang mau dilihat Pak Rey sayang” ucap Tirta lagi sambil meremas-remas paha saya.

Rey pun kini mendekat dan memegang kedua lutut saya dan melebarkannya, sementara Tirta semakin menarik baju gamis saya hingga kini paha saya terbuka lebar begitu selangkangan saya.

Tirta:”Tanya sayang ke Pak Rey, dia bisa lihat dengan jelas sekarang atau tidak, dia rajanya mala mini cinta” ucap Tirta sambil kini tangannya berpindah kembali meremas-remas toket saya sementara bibirnya mulai menciumi pipi saya.



Saya:”Malu Om uuh, Rey kamu bisa lihat dengan jelas?

Rey:”Ia sayang, aku bisa lihat lebih jelas sekarang” ucapnya sambil kini tangannya mulai meraba memek saya yang hanya terbungkus oleh celana dalam dan stocking.

Breeet….

Saya:”aaaw..”

Tirta:”Kenapa sayang?

Saya:”stocking aku dirobek sama Rey Om”



Tirta:”Hehe, itu baru stocking, belum nanti cnagcut kamu dirobek dia dan heunceut kamu dirobek kontol kami hahaha”

Saya:”Cangcut mah jangan dirobek atuh Rey, kalau heunceut aku muat buat kontol kalian berdua hihi” ucap saya sambil tertawa genit.

Tirta:”Tanya lagi sayang..warnanya apa?

Saya:”Apa om, oh…Rey kamu uuggh, cangcut aku warna apa sayang?

Rey:”Kamu pakai cangcut warna merah sayang, sexy sekali, kayaknya lebat bulu memek kamu ya” ucap Rey



Tirta:”Buka dikit cangcut kamu Bu Dewi, biar Rey bisa lihat keindahan heunceut kamu” Ucap Tirta.

Saya:”Aah malu oom uuh” ucap saya tapi saya pun mengeser cangcut saya ke sebelah kanan hingga memek saya yang berbulu lebat kini terbuka dan bisa dilihat oleh si Rey makin jelas.

Rey:”Ooow lebatnya bulu memek kamu sayang” ucapnya sambil kini tangannya langsung mereba memek saya.

Tirta:”Bulu heunceut dia memang lebat Pak, suaminya suka bulu memek istrinya lebat”

Saya:”Aaagh Rey, suami aku suka baok heunceut aku lebat say aaah” saya mulai mengelinjang karena Rey mulai mencolokan satu jarinya ke dalam memek saya,



Tirta:”kenapa sayang? Tanya dia sambil kini dia kembali menarik baju gamis saya membuat saya sedikit menangkat pantat saya agar Tirta bisa menarik baju saya. Tirta pun menggulung baju gamis saya sampai ke perut.

Saya:”Heunceut Dewi dicolok pake jari sama rey om”

Tirta:”Hehe, minum dulu kamu sayang, biar nyaman” ucapnya sambil mengambil gelas berisi minuman keras dan memberikannya kepada saya.



Saya:”Tapi om, saya gak biasa minum itu, nanti mabok”

Tirta:”Dikit saja sayang” ucapnya sambil menempelkan gelas di bibir saya. Saya pun terpaksa membuka bibir saya dan meminumnya sedikit. Tirta pun kembali menaruh gelas dan kini tangannya mengusap-usap perut saya.

Sementara Rey sudah menarik jarinya tapi kini dia semakin mendekat ke selangkangan saya.

Tirta:”Rey, kamu mau jilatin heunceutnya dia?

Rey:”Yes pak”



Tirta:”Pak Rey mau jilatin heunceut kamu sayang, kamu tau yang harus kamu lakukan kan”

Saya:”Ia om, Rey, aku lepas cangcut aku ya, tapi tolong tarik stocking saya, biar saya lepas sekalian”

Rey pun menarik stocking saya dan kemudian tangannya pun menarik cangcut saya hingga kini bagian bawah saya sudah tidak tertutup oleh apa-apa.

Tirta:” Naikin kedua kaki kamu Bu Dewi ke paha Om”

Saya pun dengan susah payah menaruh kedua paha saya dan bertumpu di paha Tirta yang duduk bersila. Saya pun dapat merasakan benda menggembung di selangkangan Tirta apalagi saya sudah tidak memakai cangcut lagi.



Tirta:”Ayo hajar bos, jilat heunceutnya buat dia keenakan” ucap Tirta kepada Rey.

Rey pun segera tengkurap dan kepalanya sudah berada di depan selangkangan saya.

Dia pun sudah menempelkan kepalanya di memek saya dan mulai menjilati bibir memek saya.

Saya:”Aaagh, uuughhhh” saya pun mulai mendesah dan nyengir seperti orang kepedesan.

Tirta:”Kenapa Bu Dewi?

Saya:”Aaaghhhh, lidaaah…lidaaah Rey masuk ke heunceut aku Om aaagh”

Rey pun tampak sempat menggerakan matanya melihat ke arah saya untuk sejenak.



Lidah Rey semakin dalam menelusup ke dalam memek saya yang kini telah basah dan mengeluarkan cairan pelumas.

Saya:”uuuugghhhh…aaaaghhh” leguh saya sambil kedua tangan saya mencengkram kedua lengan Tirta yang tampak santai hanya mengelus-elus perut saya sedangkan kontolnya saya rasakan sudha mengeras di dalam celananya dan terasa bergerak-gerak pelan.



Tirta:”Kenapa lagi bu Dewi?

Saya:”Itil aku Om ooooh”

Tirta:”Kenapa itilnya bu Dewi?

Saya:”Aaagh itil aku diisep aaah sama Rey”

Tirta:”Enak gak Bu Dewi, itilnya diisep Pak Rey”

Saya:”Aaagh anjing enak uuugh” ucap saya sambil kepala saya bergerak ke kiri dan kanan menikmati isapan Rey yang tak kalah hebat dari isapan Dendi suami saya.



Tiba-tiba kami dikejutkan oleh suara anak saya Intan.

Intan:” Mamah lagi ngapain koq gak pakai celana?

Rey yang tampak paling terkejut hingga dia segera bangkit dan hampir menabrak gelas. Sementara saya dan Tirta relative tenang, Tirta tentu saja tenang karena dia pernah mengobok-ngobok memek saya depan Intan waktu dulu.



Saya sedikit kaget Cuma karena kenapa Intan bisa ada di sini dan lolos dari pengawasan Hanum.

Saya:”Mamah lagi layanin Om-Om berdua, Intan masih ingat kan sama Om Tirta, pacarnya tante lestari”

Intan:”Oh ia ingat Mah” ucap Intan sambil naik ke atas gazebo dan matanya tak lepas dari selangkangan saya yang tampak bulu-bulunya sedikit basah.

Sementara Rey telah duduk tampak bingung dan dia juga heran melihat saya dan Tirta tampak tenang-tenang saja.



Saya:”Intan ngapain ke sini bukannya lagi nonton sama Kak Hanum?

Intan:”Intan tadi abis pipis trus nyari mamah, gak taunya ada di sini”

Saya:”Intan balik ke kamar ya, nanti di cariin kak Hanum”

Dan benar saja, belum sempat Intan menjawab Hanum telah muncul dan dia pun tentu saja terkejut melihat saya yang sedang dipangku oleh Tirta dengan posisi mengangkang tanpa memakai cangcut lagi.



Hanum pun segera menundukan kepalanya, entah malu melihat saya atau takut dimarahi karena Intan bisa lolos.

Saya:”Tuh kak Hanum” ucap saya ke Intan. Sementara dua pejantan dari tadi Cuma diam saja.

Hanum:”Maaf tan, tadi katanya Intan pipis, padahal pipis di kamar mandi dalam kamar eh saya keasikan nonton malah Intan gak balik-balik lagi” ucap Hanum yang berdiri di depan Gazebo sambil menundukan kepalanya.

Intan:”Kak, Intan di sini saja sama mamah”

Hanum:”Jangan, ayo ke kamar lagi kita nonton, nanti Kakak dimarahin mamah”

Intan:”Intan mau di sini saja” ucap Intan lagi.



Saya:”Ya udah Han, gpp, intan biar sama tante di sini, mmmmzmzzz” Ucapan saya tertahan karena Tirta melumat bibir saya di depan Hanum. Sementara tampak rey seperti protes tapi Tirta memberi isyarat dengan jari di bibirnya.

Hanum:”Gpp Tan?

Saya:”Gpp say,Ini Om Tirta malah maini itil tante, Ah Om Tirta, nanti ah mainin itilnya aku, aku lagi ngobrol sama Hanum,eh Han, kalau Revan udah tidur belum? Ucap saya sementara Tirta dengan nakalnya jempolnya memainkan klitoris saya dan Hanum pun tampak sedikit mengintip.

Hanum:”Belum, masih nonton”

Saya:”Ya udah cepet kamu balik ke kamar, temenin Revan”

Hanum:”Baik tan” ucapnya dengan tetap menunduk lalu segera berbalik dan meninggalkan gazebo.



Rey:”Ini gimana? Tanya dia yang sepertinya ditujukan kepada Tirta.

Tirta:”Hehe, tenang saja Pak Rey, saya dulu pernah ngobok-ngobok memeknya Bu Dewi tidak hanya di depan suaminya, tapi di depan anaknya, ya anaknya yang ini” ucap Tirta dengan bangganya.

Rey:”Masa pak?

Tirta:”Tanya saja sama bu Dewi”

Rey:”Ia kah Dew?



Saya tak menjawab pertanyaan daripada Rey tapi memilih berbicara dengan Intan anak saya.

Saya:”Neng, di sini dingin, nah neng terus mau ngapai di sini? Tanya saya kepada Intan.

Intan:”Mau maen hp aza mah, sambil nemenin mamah” ucap Intan.

Saya:”Ini anak, memang suka liat ibunya legi melacur hihi” ucap saya kepada Tirta.

Tirta:”Udah kasihkan ponsel kamu Bu Dewi, kalau ponsel saya bahaya banyak film dewasa hehe”

Saya pun mengambil hp dari saku gamis saya dan memberikannya kepada Intan.



Saya:”Neng, ini mantel mamah, kalau kamu dingin” ucap saya dan segera Rey mengambilnya dan digunakan untuk menylimuti Intan yang duduk di dekat bilik gazebo.

Intan:”Makasih Om” dengan sikap cueknya sambil mulai memainkan ponsel saya.

Saya:”Intan maen hp aza ya, mamah lagi jadi pelacur dulu, mamah mau layanin om-om, kalau mamah merintih itu bukan kesakitan yang neng, tapi keenakan, jadi jangan khawatir” ucap saya kepada Intan.

Intan:”Pelacur itu apa ya mah? Intan malah bertanya begitu karena tentu dia tidak mengerti apa itu pelacur.



Saya dengan masih dipangku oleh Tirta dan masih mengangkang lebar pun berpikir dan segera menjawab pertanyaan Intan.

Saya:”Jadi pelacur itu gimana ya hehe, nanti heunceut mamah, eh maksudnya memek mamah bakal dimasukin oleh kontolnya Om-Om di sini gitu”

Intan:”Oh, kayak waktu memek mamah dimasukin kontolnya Papah dan Om Wily ya?

Saya:”Ia sayang seperti itu, udah ya, Om-om kasihan udah pada gak tahan” ucap saya lagi.

Intan:”Ia mah, intan maen hp aza” ucap Intan dan matamnya sudah focus ke layar ponsel.



Rey:”Gila kamu Dewi, bikin saya gak sabar aza untuk ngentotin kamu”

Tirta:”Apa saya bilang pak Rey, dia ini ibu rumah tangga sekaligus pelacur yang sangat binal”

Rey:”Ia pak, bapak gak salah pilih”

Saya:”Ya udah, henuceut Dewi udah kedinginan inidari tadi begini” ucap saya begitu nakal.

Ku Lihat rey berdiri dan tanpa ragu mencopot celana pendek jeansnya di depan Intan berikut celana sempaknya. Segera mencuat kontolnya dan luar biasa ukuran kontolnya sepertinya lebih besar dari punya Pak Bob meski masih kalah kalau dibanding Punya Julian dan David dan panjangnya mungkin tak jauh beda dengan kontol Dendi suami saya.



Rey pun segera mendekati saya.

Tirta:”Bu Dewi Mau langsung bapak ewe?

Rey:”Gak, saya minta diisep dulu Pak” ucap Rey dan menyodorkan kontolnya ke depan muka saya.

Tirta: Bu Dewi turun saja sambil tetap ngangkang, biar heunceutnya saya jilat” ucap Tirta.

Saya pun beringsut turun dari pangkuan Tirta sambil duduk mengangkang karena kalau jongkok saya sudah gak sanggup lama-lama.



Saya pun segera memegang kontol Rey, ya ternyata benar-benar gemuk dan kontolnya cukup hitam meski kulit rey sebenarnya tidak hitam.

Sementara Tirta sudah tengkurap di depan selangkangan saya.

Tiba-tiba Tirta berbicara kepada Intan.

Tirta:”Intan, om mau jilatin memek mamah kamu dulu ya, minta izin” ucapnya.

Intan kulihat melirik sebentar dan kemudian menjawab.



Intan:”Ia Om, mamah memang suka dijilatin memeknya sama papah juga” ucap Intan.

Rey:”Wah, anakmu suka lihat kamu ngentot sama suami kamu ya Wi”

Saya tidak menjawab tapi segera mulai menjilati kontol si Rey mulai dari buah zakarnya.

Sementara Tirta membuka bibir memek saya menggunakan kedua tangannya.

Tirta:”Neng Intan, liat om buka bibir memek mamah kamu, liat lubangnya besar bewarna pink” ucapnya

Intan Cuma melihat sejenak dan kembali focus ke hp.



Saya:”Udah dong om, jangan godain anak Dewi, Dewi malu, masak heunceut Dewi di buka begini depan anak Dewi sendiri” ucap saya sambil memukul-mukulkan kontolnya Rey ke muka saya.

Tirta:”Hehe, Bu Dewi memang masih punya malu”

Saya:”Ah Om nakal,uugh” erang saya karena Tirta sudah mulai menjulurkan lidahnya dan mengenai itil saya.



Saya pun langsung mencaplok kontolnya si Rey yang terasa begitu penuh di mulut saya. Saya pun mulai memaju mundurkan kepala saya sambil mengihsap kontolnya Rey.

Si Rey pun tangannya tak diam segera menarik ke atas baju gamis saya. Tangannya mulai meremas-remas toket saya yang masih terbungkus kutang warna merah maron.

Saya:”uugh…uuuugghhhh” saya pun meleguh karena lidah Tirta sudah mulai menelusup ke dalam memek saya yang tadi sempat on tapi kemudian turun karena kedatangan Intan dan Hanum, hanya leguhan saya tertahan oleh kontol si Rey di mulut saya.



Kontol si Rey pun semakin mengeras dan aku pikir jauh lebih besar dari tadi aku berusaha memasukan seluruh kontolnya ke mulut saya hingga hampir tersedak karena say tidak bisa menelan semua batang kontolnya.

Saya:”Ooogggkkk..hwueeeek”

Intan:”Mamah gpp? Anak saya Intan tampak menatap saya karena khawatir.

Saya:”gpp neng, kontolnya Om Rey gede banget dan panjang kayak punya papah kamu, mamah gpp” ucap saya dan kembali memasukan kontolnya si Rey ke mulut saya.

Sementara saya pun merasakan memek saya semakin basah oleh ulah si Tirta.



Tirta pun sudha memasukan 2 jarinya mengocok memek saya.

Saya pun melepaskan kontol si Rey dari mulut saya.

Saya:”Aaaagh enak Om uuugh anjiiing enak aaaagh ia mainin juga itilnya gitu aaaagh” saya pun mengerang tak karuan tapi tiba-tiba si Tirta malah menarik tangannya dari memek saya.

Saya:”Aaagh Om, koq dicabut?

Tirta tidak menjawab tapi menoleh kepada si Rey.



Tirta:”udah banjir heunceutnya Bu Dewi Pak Rey, sudah bisa bawa ewe dia sekarang”

Rey pun tampak menyeringai.

Saya:”Rey, kamu mau ewe aku sekarang?

Rey:”iia Dewi” ucapnya dengan suara sedkit bergetar.

Rey pun tampak melepas kaos yang dikenakannya hingga kini dia telanjang bulat.



Saya lihat Tirta juga melucuti pakaiannya sendir sampai telanjang bulat, dia pun mendekati saya dan menarik baju gamis saya melewati atas kepala saya.

Setelah terlepas diapun menggulung pakaian kami dan menaruhnya di sudut gazebo.

Tirta:”Pak Rey, Bu Dewi bisa menggunakan baju kita buat bantal, kasihan dia kan lagi hami” ucapnya.

Rey pun menganggukan kepalanya dan segera menutun saya mendekati gulungan baju yang dibuat oleh Tirta.

Dia pun menambahinya dengan celana dan baju yang tadi dia pakai sehingga menjadi cukup tebal.



Saya pun segera merebahkan kepala saya di sana. Sekarang pakaian yang tersisa menempel di tubuh saya hanya jilbab dan kutang saja.

Saya pun menekuk kedua kaki saya dan membukanya lebar-lebar. Rey pun segera memposisikan diri di tengah-tengah selangkangan saya.

Sementara Tirta tampak berdiri dan menuangkan sisa miras yang ada di botol ke kontolnya yang sudah ngaceng.

Setelah itu dia pun mendekati saya dan dia duduk bertumpu ke kedua lututnya dan menyodorkan kontolnya ke mulut saya.

Saya pun segera mencaplok kontolnya si Tirta.



Semntara Rey mulai menggesek-gesekan kontolnya di memek saya. Sementara kedua tangannya mengeluarkan susu saya yang dari tadi masih tersembunyi di kutang saya.

Saya:”uuughhh” saya pun meleguh mesti tertahan oleh kontol di mulut saya.

Rey:”Dek, sini” ucapnya kepada anak saya.

Saya:”mmmpzzzz” saya hendak protes tapi Tirta menekan kontolnya di mulut saya.



Intan pun mendekat ke samping saya.

Rey:”Om, mau ewe mamah kamu dulu ya” ucap Rey sambil tersenyum melecehkan saya, matanya tampak begitu merah mungkin karena pengaruh minuman keras yang dia minum.

Intan tidak menjawab hanya melihat saya sebentar kemudian melihat Rey lagi.

Rey:”Dek, kamu lihat ya, Om bakal menzinahin mamah kamu, mamah kamu seorang pelacur, pantas dizinahin” hehe ucapnya sambil mulai mendorong kontolnya perlahan-lahan hingga kepalanya sudah masuk dan nyantol di memek saya.



Intan:”Zinahin itu apa Om?

Rey:”Zinahin itu kontol om di masukan ke memeknya mamah kamu kayak gini uuugh” ucap Rey sambil menekan kontolnya hingga sekarang setengahnya sudah tertelan memek saya.

Saya:”Mmmzzz mmmmzzz” suara saya tertahan karena Tirta kembali menekan kontol maju mundur di mulut saya.

Intan:”Berarti kalau begitu sama papah aku juga namanya zinahin ya Om”

Rey:”Kalau sama papah kamu itu kewajiban namanya Dek hehe, kalau sama yang lain yang bukan papah kamu namanya mamah kamu lagi dizinahihn atau berzinah” ucap Rey dan terus menyodokan kontolnya semakin dalam memek saya.



Saya:”mmmmz aaagghhh”

Rey:”Lihat mamah mu neng, keenakan dizinahin Om” ucap Rey sambil meremas-remas susu saya hingga asi saya pun ada yang muncrat ke mukanya.

Rey:”Wah, susu mamah kamu memang ada asinya Dek” ucap Rey sambil membuka mulutnya dan memencet kembali toket saya hingga asi saya kembali muncrat ke mulutnya.

Intan tampak memperhatikan dengan serius apa yang dilakukan Rey dan seolah lupa dengan hapenya.



Kini seluruh batang kontol si Rey sudah memenuhi memek saya, ternyata memang jauh lebih besar dari kontol Pak Bob dan tentu lebih panjang.

Saya:”Aaaagh anjing enak aaaagh uuugh neng kamu maen hp lagiiii di sanaaaah, mamah lagi ewean dulu sama Om Rey yang ganteng” ucap saya nyerocos begitu Tirta mencabut kontolnya dari mulut saya.

Sementara si Rey sudah maju mundur ngentotin memek saya.

Ploook…ploook…plooook…

Bunyi benturan paha si Rey yang menghantam pantat saya terdengar nyaring di malam yang sunyi. Saya hanya berharap tidak terdengar oleh si Donatus, harusnya sich tidak karena jaraknya jauh, tapi saya tidak tahu juga bisa saja si Donatus mengintip karena dia punya kunci pintu luar dekat pavilion sebagai akses masuk ke kolam renang.



Tirta:”Gimana Pak, luar biasa kan bisa ngewein seorang ibu rumah tangga sambil ditonton anaknya? Ucap Tirta yang kini duduk sambil mengocok-ngocok kontolnya sendiri sambil menyaksikan saya disetubuhi teman bisnisnya.

Rey:”Uuugh luar biaaaasa Pak Tirta, sensasinya gila, aku saja tidak perna ngewein bini aku depan anakku, eh ini saya bisa ngewein bini orang depan anaknya hehe” ucap Rey tertawa puas.

Saya:”Neng, udah maen hp sanaaaah, jangan nontonin terus mamah diewe aaaagh uuug remes yang kuat susu aku uuugh” ucap saya sambil kini kedua tangan saya berpegangan di pundak si Rey.

Intan hanya bengong tanpa komentar dan masih melihat saya.



Rey memeberi kode kepada saya agar mencopot kutang saya.

Saya:”Lepaskah kutang aku Rey?

Rey:”iiiaaaa” ucapnya dengan suara berat.

Saya pun segera menggunakan satu tangan saya bergerak ke punggung mencopot kait kutang saya. Setelah lepas Rey pun menarik kutang saya hingga lepas dan menaruhnya di samping saya.



Rey:”Di sini saja dek, itung-itung belajar, lihat mamahmu melacur hehe” ucapnya sambil menurunkan kepalanya dan segera mencaplok susu saya dan menghisap puting susu saya berusaha menyedot asi saya keluar. Dan benar saja asi saya pun keluar lagi dan segera diisap lebih kuat oleh si Rey.

Saya:”Neng, sanaaah maen hp jangan lihatin mamah terus diewe aaaagh” ucap saya terus meminta Intan agar maen hp saja, saya pun entah kenapa menjadi sedikit malu padahal sudah biasa Intan melihat saya disetubuhi tapi memang kebanyakan oleh suami saya dan oleh Wily sekali.



Intan kini menuruti permintaan saya segera bergerak ke pojokan yang posisinya bersebrangan dengan saya yang sedang disetubuhi Rey.

Intan pun tampak kembali memainkan hpnya. Sementara Tirta kembali mendekat dan segera kontolnya saya pegang dan saya kocok-kocok.

Rey:”Aaagh kenapa kamu suruh anak kamu maen hp, biar dia nonton aza gimana mamahnya jadi pelacur professional hehe, siapa tahu dia mengikuti jejak mamahnya jadi pelacur”

Saya:”Anjiiing gak boleh, anak aku gak boleh jadi pelacur, biar mamahnya aza yang jadi pelacur aaaaagh ewe yang kenceng Rey aku gak kuaaaaat”



Rey pun mempercepat sodokannya sambil kembali menghisap susu saya yang satunya.

Dia pun memberi cupangan di susu saya yang pertama tadi dia hisap, tampak tanda merah berukuran sebesar uang logam seratus rupiah zaman dulu di dekat puting susu saya.

Saya:””Aaagh aku gak kuat aaaah kontol enak uuuuuug” saya pun menjadi semakin belingsatan dan saya lihat intan kembali focus melihat saya yang teriak-teriak tidak karuan.

Rey pun semakin mempercepat sodokan kontolnya.

Plooook…plloooooook….ploooook



Saya:”aaagh…aaaagh…aggghh aku gak kuat aaagh henceut aku aaagh bucaaaaat”

Saya pun mengejang menggapai orgasme saya yang pertama. Tangan saya kini keduanya mencengram dan mencakar punggung si Rey. Sementara si Rey segera melumat bibir saya. Tirta sudah tidak saya perdulikan mungkin ngocok sendiri lagi.

Rey:”Aaagh gua dicakar ni pelacur uughhh” ucap Rey tapi segera menciumi bibir saya.

Saya:”Aaagh berat Rey, kamu neken perut aku” ucap saya tapi rey tak menghiraukan.

Lidah kami pun saling bertautan dan Rey tidak mengurangi volume sodokan kontolnya di memek saya.



Sementara tampak Tirta memberi kode kepada Rey untuk gentian.

Saya:”Aaagh udah masukan aza kontol kalian berdua sekaligus ke heunceut aku” ucap saya.

Rey:”Memang kamu binal Dewi, mau dimasukin 2 kontol sekaligus, memek kamu robek tau rasa” ucap Rey sambil mencabut kontolnya dari memek saya.

Tirta pun segera menggantikan posisi Rey dan memasukan kontolnya ke memek saya.

Bleseeek…dengan mudahnya kontol Tirta yang sebenarnya cukup gede juga dengan mudah memasukim memek saya.



Plooook….ploooook…plooook..

Segera Tirta menggenjot saya dengan sangat cepat membuat kepala saya beberapa kali terdongkak ke belakang.

Saya:”Aaaagh…aaaagh..aaaagh Om uuuuggggh…”

Intan:”Mamah gpp?

Tirta:”Mamah kamu gpp Tan, justru lagi keenakan diewe sama Om”

Saya:”Ia, mamah gpp sayang, mamah menjerit keenakan diewein Om Tirta aaagh…uuughh” ucap saya dan diakhiri desahan karena Tirta menghajar saya dengan kasar.



Rey yang dari tadi diam saja pun segera mendekati saya lagi dan menyodorkan kontolnya ke mulut saya.

Saya pun segera mencaplok kontol gede tersebut hingga mulut saya terasa penuh.

Saya:”Uuughhhh…uuuuughhhhh…gguuuummmmmmmppppzzzzz” erangan saya tertahan oleh kontol Tirta yang berada di mulut saya.

Plook…ploooook…plooook

Tirta pun semakin cepat menggenjot memek saya. Tangannya meremas-remas payudara saya dan masih ada sedikit asi yang keluar.



Tirta:”Memang heunceut mamah kamu nikmat Intan, kamu gak boleh jadi pelacur kayak mamah kamu,sebab nanti kamu dikejar-kejar terus sama para hidung belang uuuhhh” ucap Tirta kepada Intan yang tampak menyaksikan persetubuhan terlarang ibunya bukan dengan ayahnya. Tampak persetubuhan haram saya lebih menarik dari gim di hp yang sedang dia mainkan.

Saya:”Mmmmmppzz…uuughhh..jiiiing…aaakakkhmmmmmz” saya tidak bisa berbicara dengan jelas karena mulut say disumpat kontolnya si Rey. Tangan Si Rey berebutan dengan tangan Tirta meremas-remas susu saya.

Tirta:”Aaagh…Om gak kuat lagi Intan….Om mau buang peju om di heunceut mamah kamu” ucap Tirta.



Saya:”Aaaghhh…mmmmmppppzzzzzz uuughh anjiiiing aaaaagh” teriak saya begitu kontol si Rey terlepas dari mulut saya.

Bersamaaan dengan itu sodokan kontolnya Tirta makin cepat dan tak beraturan hingga akhirnya Tirta menjejalkan kontolnya dalam-dalam ke memek saya.

Tirta:”Aaaaaghgggh…terima peju gua pelacur uuuugh aaaaaaah” teriak Tirta.

Saya:”aaaagh anjiiiing, kamu ngewein aku depan anakku aaaaah”

Lalu crroooooot…crooooot…croooot saya rasakan sperma Tirta membanjiri memek saya.



Saya pun mengejang menggapai orgasme yang kedua.

Saya:”Aaagh…kontoooool…aaaagh….aaaaagh”

Intan pun tampak bengong melihat saya yan teriak-teriak tak karuan. Meski dia pernah melihat saya disetubuhi papahnya atau Wily tidak sampai seheboh ini, mungkin karena dilakukan di ruang terbuka dan Intan hanya melihat seklias-sekilas saja tidak dari awal saya disetubuhi sampai tuntas seperti sekarang.

Tirta pun kemudian mendekap saya dan menciumi bibir saya.

Kami saling berciuman untuk beberapa saat sampai saya merasa sedikit sesak dan perut saya agak sakit.



Saya:”Mmmppppz, Om uuuugh berat aaagh” sambil melirik Rey yang tampak mengocok-ngocok kontolnya sendiri karena dia belum keluar.

Tirta pun sepertinya menyadari kalau Rey menunggu giliran. Dia pun segera bangkit dan mencabut kontolnya perlahan-lahan. Saat kontolnya di tarik sebagian sperma Tirta ikut keluar dan membuat di bulu memek saya terlihat warna putih kental menempel di sana.

Tirta:”Intan, sini bentar….”

Intan pun mengesot mendekat dan tepat di samping saya.



Tirta:”Lihat Tan, heunceut mamah kamu penuh peju Om Tirta, kalau mamah kamu gak lagi hamil, pasti dia bakal hamil sama Om hehe” ucap Tirta bangga melecehkan saya di depan anak saya.

Saya:”Intan gak begitu paham apa itu heunceut kalau memek dia ngerti Om” ucap saya sambil ngos-ngosan.

Intan hanya senyum-senyum saja entah apa yang ada dipikirannya, mudah2an dia gak ada bilang ke temennya atau orang lain apa yang dilihatnya, kelakukan bejat mamahnya.

Saya:”Udah Om, kasihan Rey belum bucat, neng, maen game lagi ya di hp, mamah masih mau ewean lagi sama Om satunya” ucap saya sambil menunjuk kepada Rey.

Intan:”Ia mah, cepetan ya, neng ngantuk”

Saya:”Ia sayang”

Intan pun kembali ke posisi semula.



Tirta:”Hehe sorry pak keenakan saya sampai saya bucat duluan”

Rey:”Gpp pak, eh Dewi kamu mau istirahat dulu atau boleh langsung saya ewe? ucapnya tapi dengan nada suara bergetar menahan sange.

Saya:”Kita langsung ewean sekarang aza sayang, kasihan anak aku nunggu lama mamahnya selesai ngewek” ucap saya.

Rey:”Gak capek?

Saya:”Capek sich say, tapi aku kan tinggal ngangkang aza, kamu yang coblos heunceut aku, kamu yang genjot hehe”

Rey pun segera menggantikan posisi Tirta, sementara Tirta pindah duduk di tepi Gazebo sambil membuka satu botol lagi minuman keras.

Sementara Rey segera menjejalkan kontolnya ke dalam memek saya lagi.



Bleeees…

Saya:”Aaaagh…Rey” saya pun mendesah sambil menatap Rey dengan tatapan sayu.

Sementara Rey justru bergeser membelakangi saya sambil rebahan dan saya pun kini harus berposisi miring. Satu kaki saya diangkat oleh Rey. Posisi tersebut tentu saja membuat Intan dapat melihat jelas kontolnya Rey keluar masuk memek mamahnya.

Saya:”aaagh…uuugh neng, enak mamah gpp” ucap saya kepada Intan.

Rey:”Lihat Dek, kontol Om membelah memek mamahmu, Om pinjam mamah dulu ya, buat om gagahin” ucap Rey.



Intan hanya melihat sesekali sambil mainin hp dia. Apakah saya sudah sangat keterlaluan membiarkan Intan melihat saya disetubuhi dihadapan dia, tapi justru saya merasa lebih bergairah digagahi oleh lain di depan anak saya sendiri.

Ploook…plooook…ploooook…

Benturan Paha Rey yang menghantam pantat saya begitu nyaring terdengar. Sementara kedua tangan Rey mendekap saya erat dari belakang dan berpegangan di bahu saya.

Sementara mulai kurasakan jilatan dibelakang ketiak saya.



Saya:”uugh Rey, kamu suka dengan ketiak saya yang lebat”

Rey tidak menjawab tapi lidahnya sudah menelusup ke ketiak saya. Saya pun sedikit menekuk ketiak saya agar Rey lebih leluasa menjilati ketiak kiri saya.

Saya:”Aaagh neng, Om jorok, ketiak mamah yang bulunya lebat dijilatin sama Om Rey uuuugh”

Sementara itu sodokan si Rey pun semakin cepat saja. Ternyata posisi miring begini cukup nyaman juga buat saya.



Saya:”Aaagh Rey geli uuuuuh,aaaah kontoooool, uuugh aku gak kuatr sayang aaaaaagh” erang saya.

Plooook….plooook…ploooook

Sodokan Rey pun semakin tidak karuan dan tidak beraturan serta nafasnya terdengar semakin berat.

Rey:”Uuugh enak memek mamahmu dek bisa ngempot uuugh” ucap Rey diakhiri erangan.

Sementara ketiak kiri saya sudah sangat basah oleh keringat saya dan jilatan bekas Rey tadi.



Ploook….plooook…ploooo

Rey:”Aaaaah aku gak kuaaaat”

Saya:”Barengan saya aaaaghhhh”

Rey:”Aaagh terima peju ku Dewiiiii” croooot…crooot…croooot

Saya pun merasakan sembuaran sperma di memek saya dan membuat memek saya semakin hangat setelah sebelumnya disemprot peju Om Tirta.



Saya:”aaagh enak uuuuhhhhh…uuughhhhhh…uughhhhhh,enak neng uuugh,,,enak banget ewean aaagh” ucap saya dan kembali orgasme.

Kami pun kemdian terdiam dan Rey hanya memberi sodokan-sodokan kecil saja.

Setelah beberapa lama Rey pun mencabut kontolnya dan beringsut menjauhi saya.

Saya pun segera terlentang dan mengangkang. Tampak Tirta yang mendekati saya.

Tirta:”Neng, lihat peju Om berdua luber dari heunceut eh memek mamah kamu” ucap Tirta.

Intan pun segera berdiri dan mendekati saya, matanya tertuju ke memek saya entah kenapa saya merasa excited.



Intan:”Mah, udah, ayo cepet pakai baju” ucap Intan.

Saya:”Bentar ya sayang, mamah masih lemes abis digilir sama si Om berdua”

Intan pun duduk di samping saya.

Saya pun bergeser dari tumpukan baju yang jadi ganjal buat kepala saya.

Tirta dan Rey pun segera mengambil baju mereka.



Saya:”Kalian mau tidur di hotel terus besok pagi balik lagi ke sini atau nginep di rumah aku?

Tirta:”Kalau di sini masih ada kamar kosong, biar pagi-pagi kami bisa ngentotin kamu di kolam renang” ucap Tirta.

Saya:”Ya udah, kalian tidur di pavilion depan ya, kuncinya minta saja sama security di depan, bilang saya yang suruh” ucap saya.

Tirta:”Gimana pak Rey? Daripada ke hotel kita butuh waktu, kalau di sini pagi-pagi sekali kita bisa ngentotin bu dewi lagi seperti keinginan pak Rey di kolam renang”



Rey:”Ok, gpp tidur di sini, kalau kami tidur sama kamu gak boleh ka Wi?

Saya:”Kalau satu orang saja mungkin boleh, berdua sempit, ranjang ada dua tapi satunya buat Intan anak aku”

Rey:”Ya udah saya tidur sama kamu saja”

Tirta:”Wah gak adil dong, masa saya tidur sendiri, kalau saya sama baby sister kamu saja gimana Bu Dewi”

Saya:”Wah gak bisa Om, dia masih segel, gak boleh” ucap saya.



Rey:”Ya udah Pak, kita tidur di hotel saja, pagi2 kita bisa balik ke sini”

Tirta:”Ok kalau gitu”

Saya:”Y udah gimana kalian saja”

Mereka pun segera memakai pakaiannya masing-masing.



Tirta:”Kita balik ke hotel dulu, untuk bayaran yang mala mini segera Om transfer, besok beda lagi”

Saya:”Makasih Om”

Mereka pun segera pamit dan keluar lebih dulu meninggalkan kolam renang.

Tinggal saya berdua dengan Intan.

Saya:”neng ambilin cangcut mamah dong” ucap saya kepada Intan untuk mengambil cangcut saya yang tergetak di dekat botol minuman yang berserakan.



Intan pun segera memberikan cangcut saya dan segera saya mengenakannya kembali.

Saya pun segera memakaia semua pakaian saya kecuali stocking saya yang sudah saya robek hanya saya ambil dan saya pun segera menuntu Intan.

Saya:”Ayo neng, kita tidur ya”

Intan:”Ia, kasihan mamah pasti capek, kasihan juga dedek dalam perut mamah” ucap Intan.

Saya:”Ia mamah lemes tapi habis enak-enakan ewean neng, kalau sudah dewasa kamu tahu nikmatnya biar lemes hihi” ucap saya.

Kami pun menginggalkan kolam renang dan segera masuk ke rumah.



BERSAMBUNG
 
Saran buat penulis,klo bisa diberi index hu,supaya pembaca lebih mudah untuk menemukan cerita, sehingga lebih hemat waktu, makasih
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd