Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Binalnya Istriku Dewi.

Bimabet
Niat nya cm pngen nikmatin doank tnpa komen. Tp apa daya, konfliknya makin bnyk. Jdi kaga betah nie tngan pengen ikut ketik² bwt komen. Wkwk
Alurnya jadi keluar jalur lumayan jauh ya om, tp dipermulus dgn sikap dan sifat dendi yg mulai berubah dan agak liar. Tp disatu sisi, dewi jg makin binal dan makin termotifasi dgn jiwa pelacurnya dan ambisi utk menambah pundi² uangnya. Hahaha
Tp, layak ditunggu...gmna biduk rmh tangga dendi dan dewi dgn sederet mslh dan nafsu yg melingkari rmh tangga mereka.
Oh iya, jgn lupa om @mupeng26 program meniduri istri² kuli bangunan yg udh meng gangbang dewi diceritakan lg. Wkwkwk
Keren om...
😁🤤👍
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
PART 71

POV SUAMI




Saya terbangun sekitar pukul setengah tujuh, Ifah maupun Tabah sudah tak terlihat berada di dalam kamar.

Saya pun segera mengenakan kaos lengan pendek dan celana kolor saja dan keluar dari kamar. Ku lihat di teras Pak Hadi sedang menggendong si Tabah, terus kemana Yuniar dan Ifah dan kenapa pak Hadi tidak berangkat ke sawah.

Cuaca pagi ini terasa begitu dingin sehingga saya belum memutuskan untuk mandi.



Karena pengen kencing saya pun segera menuju ke kamar mandi di dapur, di dapur ini tak ku dapati Yuniar dan ifah bahkan meja makan pun masih kosong dan segera saja saya masuk dalam kamar mandi. Kamar mandi pun kosong tak ku dapati pakaian kotor baik punya Ifah atau Yuniar.

Setelah cuci muka dan kencing saya pun keluar dari kamar mandi. Lalu saya duduk di meja makan, perut terasa sudah mulai keroncongan tapi tak ada makanan di meja. Tak sengaja saya melihat ke pintu ke luar dapur yang tidak tertutup rapat. Kata Ifah di belakang ada sumur. Apa jangan-jangan mereka lagi di belakang.



Karena penasaran saya pun segera membuka pintu tersebut. Ternyata di belakangnya adalah sebuah kebun yang di tanami singkong, pohon pisang dan ada beberapa pohon berukuran besar, entah pohon apa saya tidak tahu namanya, kebun tersebut di kelilingi pagar yang terbuat dari potongan kayu tipis-tipis tapi tidak terlalu rapat ada beberapa celah yang bisa dari luar melihat ke dalam atau sebaliknya dari dalam melihat keluar mengelilingi kebun setinggi leher saya sepertinya.

Tapi tak ku dapati Yuniar dan Ifah dan tak ada sumur juga. Saya pun turun dan kebetulan ada sandal jepit meski jauh lebih kecil dari ukuran kaki saya.

Saya pun segera berjalan masuk ke dalam kebun dan akhirnya saya melihat sebuah sumur yang terletak di samping kebun sebelah kiri atau tepatnya di belakang rumah bukan belakang dapur, tapi masih menjadi satu bagian dengan kebun dan di kelilingi oleh pagar kayu yang sama. Ku lihat ada juga tempat mandi dan tempat mencuci yang bawahnya di semen dan lebih tinggi sekitar 50 cm dari tanah.



Tempat mandi tersebut terbuka untuk bagian atasnya, tidak ada atap, hanya di kelilingi tembok mungkin tingginya sedikit di atas perut orang dewasa. Ku lihat seseorang sedang mandi tapi posisinya sedikit menunduk dan membelakangi saya, sepertinya sich Ifah.

Saya pun segera berjalan perlahan-lahan menuju ke sana dan ternyata ku lihat ada juga Yuniar di dekat sumur sedang mencuci baju. Yang bikin senang sekaligus konak, Yuniar hanya memakai kaos singlet warna putih tanpa lengan samar-samar bhnya yang berwarna hitam pun membayang di balik kaos singletnya, rambutnya di ikat dan bawahannya hanya memakai rok dalam warna biru langit transparan yang panjangnya hanya sedikit di bawah lutut. Celana dalamnya yang warna hitam pun bebas saya lihat.



Kebetulan posisi dia membelakangi saya sedang menimba air dari sumur. Tampak juga tiga bak cucian dan dua ember berukuran besar. Sementara ku lihat Ifah sedang mandi dan mengguyur badannya dari pancoran di kamar mandi yang ternyata tidak ada pintunya jadi saya ada dapat melihat tubuh telanjangnya. Perlahan kontol saya pun berdiri semakin tegak dan saya pun harus membenahi celana saya. Rupanya ada bak berukuran besar untuk menampung air di atas kamar mandi.



Mereka berdua tidak menyadari kedatangan saya. Saya pun sudah berada di belakang Yuniar yang masih menimba air dan memasukannya ke dalam ember.

Saya:”Mau saya bantuin bu eh mah?

Yuniar yang tidak mengetahui kedatangan saya sedikit terperanjat.

Yuniar:”Astagfirulloh kirain siapa, kaget mamah”

Ifah yang mendengar obrolan di luar pun berdiri dan melihat kepada saya. Saat Ifah berdiri susunya tampak bergelantungan karena dinding kamar mandi hanya setinggi perutnya.



Ifah:”Eh aa”

Yuniar:”Ia kirain siapa, aa ngapain ke sini?

Saya:”Gpp, iseng aza di dalam gak ada siapa-siapa aa cari sampai ke sini, sini mah, biar aa saja yang nimba”

Yuniar:”Udah gpp, kamu mah di dalam saja nonton tv” ucap Yuniar sambil menuang air ke ember dan sedikit menungging. Pemandangan tersebut sontak membuat saya menelan ludah.



Ifah:”Gpp mah, kalau si aa mau bantu, itung-itung olah raga, jangan olah raganya Cuma ngewein aku di kasur aza hihi, siapa tahu perutnya yang buncit jadi rata” ucap Ifah yang masih tetap berdiri sambil mengusap shampoo ke rambutnya.

Yuniar pun berbalik dan memberikan ember timba kepada saya.

Yuniar:”Ya udah kalau gitu, aa yang nimba airnya, biar mamah nyuci, biar cepet kan kita mau jalan-jalan” ucap Yuniar.



Saya pun segera mengambil tali timba yang terbuat dari karet tebal berwana hitam tersebut.

Saat menyerahkan tali timba Yuniar bisa melihat tonjolan di balik kolor saya dia pun mesem dan tersenyum penuh arti kepada saya.

Yuniar:”Pagi-pagi udah ngeceng aza kanjut aa hihi” ucapnya dengan suara cukup keras.

Ifah:”Masa mah, kurang mungkin pelayanan neng tadi malem hehe”

Saya pun hanya senyum-senyum saja tanpa membenarkan posisi kontol yang memang kelihatan ngaceng dari celana kolor yang saya kenakan.



Saya pun mulai mengambil air dari dalam sumur, ternyata cukup dalam juga memakan waktu yang cukup lama dan masih ada satu ember berukuran jumbo yang harus di isi.

Sambil menimba air dari sumur saya pun memperhatikan Yuniar yang tampak berjongkok dan menuangkan detergen ke bak cucian yang tampaknya berisi baju-baju ada juga seprai sementara satu bak cucian yang berukuran lagi belum di sentuh dan tampak berisi pakaian dalam dan baju kaos dan baju bayi.



Sambil menimba air, mata saya tertuju kepada pantat besar Yuniar yang begitu menggairahkan. Sementara istri saya tampak sudah jongkok kembali sambil mencuci kepalanya di pancoran air.

Saya:”Neng, gak takut ada yang ngintipin, kamar mandinya gak ada pintunya terus pendek dindingnya” ucap saya.

Yuniar pun menoleh ke saya sejenak lalu berbicara lebih dulu dari pada Ifah yang saya tanya.



Yuniar:”Neng, suami kamu gak rela, tubuh kamu bisa diintipin orang, hehe”

Ifah:”Gpp aa, kalau ada yang ngintip, itung-itung ibadah hehe, lagian palingan anak kecil yang suka ngintipin Ifah atau mamah mandi di sini”

What? Berarti mereka berdua sering mandi di sini dan suka ada anak kecil ngintipin mereka.

Yuniar:”Ia a, biasa saja di desa kayak di sini mah, coba aa mandi ke sungai di bawah, banyak ibu-ibu mandi di sungai, dinding kamar mandinya cuma dari bamboo ada juga yang mandi dipancuran, bulucun deuih, kalau kita masih mending di sini mandinya, hemat biaya listrik dan air, Cuma olahraga nimba air hihi” ucap Yuniar.



Mendengar ucapan Yuniar saya pun menjadi penasaran apa benar ada perempuan yang mandi di pancuran sungai seperti yang Yuniar bilang.

Ifah:”Ntar kapan-kapan Ifah ajak aa ke sungai, lumayan liat ibu-ibu mandi telanjang di pancuran hihi” ucap Ifah sambil ketawa cekikikan.

Saya:”Who boleh tuch sayang, aa jadi penasaran”

Ifah:”Dasa mesum mah, semangat dia di ajak ke sungai hihi, mau lihatin ibu-ibu mandi”



Yuniar:”Ya gpp, normal, asal jangan pengen kawin lagi aza hihi”

Tanpa sadar air di ember sudah penuh dan hampir saya timpa lagi.

Yuniar:”Penuh a, taruh aza ke bak cucian” ucapnya.

Saya pun menumpahkan air ke bak cucian yang lebih besar.



Saya:”Yang kecil mau diisi juga mah?

Yuniar:”Nanti saja a, satu2 dulu” ucapnya

Saya pun kemudian memilih duduk jongkok sedikit di belakang Yuniar sambil senderan di dinding tembok sumur sehingga saya masih bisa melihat pantatnya Yuniar dan juga posisi saya hampir sejajar dengan jalan masuk ke kamar mandi yang tak ada pintunya atau mungkin pintunya copot.



Ifah:”Aa mau bantuin nyuci baju apa ngintipin Ifah mandi?

Saya:”Hehe, kamu sendiri neng, gak malu apa kalau tiba-tiba bapak ke sini, lihat kamu mandi telanjang gitu? Ucap saya.

Ifah:”Biarin aza ya mah, udah sama-sama dewasa kan udah tak bilangin kalau aa ke sungai di bawah sana, udah biasa ibu-ibu pada mandi padahal suka juga banyak laki-laki mandi di sana juga, cuma tempatnya aza yang beda, malah kalau suami istri atau saudara gabung aza laki dan perempuan”

Yuniar:”Makanya neng, kapan2 bawa biar gak kaget lagi kalau nanti dia lihat kamu mandi telanjang di situ atau lihat ibu nanti mandi telanjang juga di situ hihi” ucap Yuniar.

Ucapan Yuniar membuat saya berharap Yuniar nanti mandi di kamar mandi ini juga.



Ifah:”Aa, kita mau berangkat jam berapah?

Saya:”Kalau aa mah tergantung kalian aza, secepatnya makin bagus” ucap saya.

Ifah:”Nanti abis nyuci baju yah”

Saya hanya mengangguk tanda setuju.



Saya:”Eh mesin cuci yang neng pesan kapan datang? Bukannya harusnya pagi ini?

Ifah:”Agak siangan a, tokonya aza bukanya suka siang jam setengah sembilanan” ucap Ifah.

Sementara Yuniar tampak sibuk mengucek-ngucek pakaian yang habis diberi detergen.

Sementara Ifah kini berdiri sambil menghadap saya dan mengeringkan tubuhnya dengan handuk.



Ifah:”Apa ngelihatin gitu, ngintipin heunceut aku ya?

Saya:”Gak diintipin juga sengaja di lihatin gitu”

Yuniar pun sempat ikut menengok sebentar dan kembali sibuk dengan kerjaannya.

Ifah pun tampak sudah memakai handuk dan diikatkan di dadanya. Handunkya begitu pendek hanya menutup sedikit pahanya dan sebagian susunya menyembul keluar.



Ifah:”Aa gak mau mandi sekalian, biar nanti kami selesai nyuci baju aa sudah siap juga”

Saya:”nanti saja dech masih males” ucap saya. Padahal saya masih betah ngintipin bokongnya Yuniar di balik rok dalam transparan terlihat cdnya yang berwarna hitam dengan renda-renda dipinggirannya menggugah hasrat kelelakian saya.

Yuniar:”Mandi sekarang saja aa, biar mamah cuci baju aa sekalian” ucap Yuniar.

Saya lihat Ifah pun sudah keluar dari kamar mandi.



Ifah:”Betul, mandi sekarang aza, mandi di sini aza gpp nyobain sekali-kali mandi di tempat mandi orang gunung, gak ada pintunya, tadinya ada tapi rusak, bapak gak tau malas benerin atau sengaja gak mau benerin” ucap Ifah.

Saya pun menjadi penasaran gimana rasanya mandi di tempat terbuka kayak gini.

Saya:”ya udah aa mandi, tapi nanti handuknya gimana?

Ifah:”Itu ambil aza di tempat jemuran, itu handuk neng juga” ucap Ifah.



Saya lihat memang di belakang tempat mandi ada tiang jemuran dan ada pula beberapa helai pakaian dan pakaian dalam tergantung di sana.

Saya pun segera berdiri dan mengambil handuk putih yang saya tahu itu punya istri saya Ifah.

Saya pun segera melilitikan ke badan saya dan menuju ke kamar mandi kembali.

Saya lihat Ifah sudah jongkok di samping mamahnya sambil membantu membilas pakaian yang jumlahnya setumpuk.



Ifah:”Masih banyak koq a airnya di dalam bak, aa langsung mandi saja” ucap Ifah.

Saya pun segera melucuti pakaian saya. Ifah dan Yuniar tampak melihat ke arah saya membuat saya sedikit berdebar-debar. Tapi ya sudah cuek saja. Setelah semua pakaian saya lepas saya pun berdiri dan menaruh handuk beserta pakaian saya di atas tembok kamar mandi.

Kontol saya sedikit menciut mungkin masih ada rasa malu pada diri saya di lihatin oleh mertua saya. Saya lihat di belakang kamar mandi ada lubang juga berukuran besar selain lubang kecil di sudut kamar mandi.

Mungkin ini tempat buang air besar.



Ifah:”A, ke siniin pakaian kotor aa” ucap Ifah.

Saya:”Ambil saja sini neng”

Ifah:”Ke siniin aa, neng udah kadung jongkok nich” ucapnya.

Mau gak mau saya pun membawa baju saya dan memberikannya ke Ifah sambil berjalan telanjang.



Tampak Ifah dan Yuniar tertawa sambil melihat ke arah saya.

Saya pun menjadi sedikit serba salah tapi perlahan kontol saya tak bisa diatur mulai ngaceng.

Ifah:”Hihi, kita lihatin kontolna si aa langsung bangun mah”

Yuniar:”Ia neng, gede banget hihi dan panjang pisan kontol laki kamu, padahal tadi waktu di dalem kanjutnya mengkerut hihi” ucap Yuniar tanpa malu menatap ke selangkangan saya.



Hal tersebut membuat saya betul-betul gemas dan kontol saya malah semakin mengeras.

Ifah:”Sempaknya taruh bak yang kecil a, bajunya dan kolor kasihkan ke mamah aku aza” ucap Ifah sambil kembali menunduk membilas baju di tangannya.

Saya pun hendak menaruh celana dalam saya di bak kecil tapi dicegah oleh Yuniar.

Yuniar:”Ke siniin aza semua a, termasuk sempak aa biar langsung mamah cuci” ucap Yuniar.

Saya pun memberikan semua pakaian saya kepada Yuniar dan buru-buru balik ke kamar mandi.



Yuniar:”Gede sempaknya neng, sesuai isinya hihihi” ucap Yuniar sambil membentangkan celana dalam saya.

Ifah:”Hehe, mamah bisa saja, eh aa koq malah bengong cepetan mandi” ucap Ifah mengagetkan saya yang dari tadi hanya bengong saja.

Saya pun segera saja membuka penutup pancuran air dan menguyur badan saya. Tak saya perhatikan lagi Ifah dan Yuniar.

Segera saya menyabuni badan saya menggunakan sabun yang digunakan oleh Ifah.



Ifah:”aa jangan coli ya di dalam hihi” terdengar Ifah berbicara kepada saya.

Saya pun menoleh ke arah Ifah dan dia sengaja mengeluarkan satu susunya sambil dia remas-remas.

Terdengar Yuniar ikut berkomentar.

Yuniar:”Si neng mah, gimana gak coli, dilihatin begituan” ucap Yuniar sambil tersenyum kepada saya.

Kini posisi saya jongkok dan kontol saya pun kembali mengeras tapi tersembunyi di balik paha saya.



Ifah pun memasukan kembali susunya ke dalam handuk yang dia pakai tapi ternyata ulahnya tak berhenti tiba-tiba dia menarik tangan ibunya.

Yuniar pun otomatis bergeser hampir dan lurus ke kamar mandi tak berpintu.

Yuniar:”Apaan neng?

Ifah tak menjawab malah kedua tangannya bergerak melalui belakang badan ibunya dan lalu meremas-remas susunya Yuniar.



Ifah:”Liat aa hihi”

Yuniar:”apaan sich kamu neng hihi” ucap Yuniar sambil cekikikan juga dan segera mendorong Ifah.

Ifah:”Haha, pasti ngaceng kan kanjut aa, mana neng lihat, jangan disembunyikan”

Saya tidak menjawab malah segera mengguyur badan saya yang penuh sabun dengan air kembali.

Ifah:”hihi pakai malu segala si aa, nanti neng kasih hadiah special dech, mana neng pengen liat kontol aa ih” ucap Ifah lagi.



Yuniar:”Udah jangan ngegodain laki kamu terus, nanti kita gak kelar-kelar nyucinya neng” ucap Yuniar.

Ifah:”Abis gemes banget neng sama a Dendi, beda banget sama 2 suami kontrak neng yang dulu, a Dendi lebih pendiem dan malu-malu hihi” ucap Ifah sambil tertawa.

Saya:”Memang mau ngasih hadiah apa? Ucap saya.

Ifah:”Maunya apa hehe, sini balik badan, mamah aku juga pasti penasaran pura2 saja si mamah jangan godain padahal dia mau lihat juga kontol aa yang sudah tegang” ucap Ifah.

Yuniar:”Kamu ini neng hehe” Yuniar pun terkekeh.



Saya pun balik badan dan kontol saya memang ngaceng sempurna.

Ifah dan juga Yuniar yang ikut bergeser ke samping Ifah menatap ke kemaluan saya.

Ifah:”Hehe, ngaceng puoool kontolna, aa boleh dech coli, neng kasih cangcutnya mamah neng yang habis dipakai, mana ya” ucap Ifah sambil menarik bak kecil cucian yang masih belum di isi air yang kebanyakan berisi pakaian dalam dan juga sepertinya baju-baju bayi.



Ifah:”Nah ini ketemu, yang warna putih lambang kesucian dan ada renda-rendanya”

Yuniar:”Apaan sich kamu neng, bikin mamah malu aza, balikin cangcut mamah ke bak cucian hihi” ucap Yuniar tapi cuma ucapan kemudian dia sibuk membilas kembali hanya saja posisinya kini tepat di samping Ifah dan tegak lurus ke kamar mandi tak berpintu.

Ifah:”Biarin mah, biar si aa betah di sini, kemaren aza dia coli pakai cangcutnya mamah hehe, ini ada noda kuning2nya dikit di cangcutnya hehe, nah aa” ucap Ifah sambil melempar celana dalam ibunya ke arah saya. Saya pun segera menutup pancuran air dan menangkap cdnya Yuniar.



Ku lihat Yuniar hanya melihat saya sebentar lalu kembali sibuk membilas baju.

Saya pun berpikir sejenak sambil memegang cd warna putih milik Yuniar

Ifah:”Malah bengong, daripada coli sembunyi-sembunyi mending terbuka gini kan hihi”

Akh peduli amat, kontol saya terasa makin keras harus dilampiaskan biarin saja dech toh sepertinya istri saya dan mertua saya cuek entah mereka mengoda saya atau ada maksud lain.

Sudah kepalang tanggung, saya pun membentangkan cdnya Yuniar yang berukuran besar sesuai barangnya.



Benar ada sedikit noda kke kuningan pas di bagian bawah cd yang terdiri dari kain dua lapis. Saya pun menghirupnya sejenak dan masih tercium bau khas memek dan sedikit bau pesing.

Ifah dan Yuniar tampak cekikikan. Saya sudah tidak perduli lagi. Belum bisa merasakan isinya, bungkusnya juga gpp.

Saya pun segera membungkus kontol saya dengan cdnya Yuniar tersebut dan mulai mengocok kontol saya sambil menatap dada Yuniar dan istri saya.



Ifah:”Hihi lihat mah, berani sekarang si aa, cangcut mamah dipakai ngebungkus kontolnya si aa”

Yuniar:”Udah ah, mamah juga jadi malu sendiri”

Ifah:”Ah mamah nich gak seru, kasih hadiah satu lagi mah ya”

Yuniar:”Hadiah apa lagi?

Ifah:”Ifah buka ya kaos singlet mamah” ucap Ifah tanpa menunggu jawaban dari Yuniar tangannya bergerak ke kaos kutang Yuniar dan menariknya ke atas. Yuniar pun tak protes dan mengangkat tanganya, tampak ketiak Yuniar yang ditumbuhi sedikit bulu-bulu kehitaman membuat kontol saya semakin keras.



Tak butuh waktu lama kaos singlet Yuniar pun terlepas dan kini bagian atas Yuniar hanya tertutup bh yang tampak kekecilan. Sebagian besar buah dadanya yang tampak urat-uratnya yang kebiruan terlihat.

Saya pun menatap dengan nanar sambil mengocok kontol saya semakin cepat.

Ifah:”Ifah gak boong kan, tuh hadiahnya, silahkan dinikmati hihi”

Yuniar hanya mesem mendengar ucapan ifah dan kembali menunduk melanjutkan membilas cucian kotor.

Posisinya yang menunduk membuat tonjolan dadanya makin terlihat membesar dan saya yakin ukurannya sedikit lebih besar dari Ifah.



Saya:”uuugh…uuughhh…uughhhhh”

Ifah pun kemudian dengan sengaja menggunakan tangan kananya mengangkat kedua payudara mamahnya.

Yuniar:”Neng, udah ah malu” ucap Yuniar sambil tetap menunduk.

Tapi efek tersebut membuat saya tidak tahan lagi.

Saya:”aaaagh Neng” ucap saya dengan suara parau dan croooot…crooot…crooot

Sperma saya mebasahi cdnya Yuniar.



Ifah:”Udah bucat a? tanya Ifah.

Yuniar pun tak urung mengangkat kepalanya dan focus melihat selangkangan saya.

Ifah:”Udah bucat mah hihi”

Yuniar tak menjawab hanya tersenyum tapi kali ini dia tetap menatap ke selangkangan saya.



Yuniar:”Ke siniin kalau udah cangcutnya mamah a, biar mamah cuci” ucap Yuniar yang membuat saya sedkit kaget.Sambil gelagagapan saya pun melepaskan cd Yuniar dari kontol saya yang kini sedikit mulai layu.

Yuniar:”Ambilin neng, lega sekarang ya a, dari tadi ngaceng kanjutnya ditahan-tahan terus hihi” ucap Yuniar nakal dan kali ini dia lebih berani menggoda saya.

Ifah pun bangkit dan mengambil cd ibunya dari tangan saya. Saya pun cuek segera mengguyur badan saya kembali dengan air dari pancuran.



Ifah:”Banyak banget pejunya si aa, lihat mah” ucap Ifah sambil membentangkan cd ibunya.

Yuniar:”Ia neng, pasti sekarang lututnya suami kamu langsung lemas hihi, keluar banyak”

Ifah:”Cob amah, cium baunya, sedap” ucap Ifah sambil mendekatkan cd ibunya ke hidungnya Yuniar.

Yuniar:”Ikh bau banget hehe, udah akh mamah cuci cangcut mamah” ucap Yuniar sambil segera mengambil cd miliknya dari tangan Ifah dan memasukan ke bak yang besar berisi air yang sudah ditambahi detergen.



Ifah:”Hihi, gimana a, pengalaman mandi di tempat terbuka, pamer kontol sama ibu mertua segala hihi” ucap Ifah menggoda saya.

Saya hanya tertawa kecil dan segera menyabuni badan saya lagi karena tadi saya habis mengeluarkan peju.

Akhirnya saya pun selesai mandi dan segera melilitkan handuk di badan saya.

Saya pun segera keluar dari kamar mandi tersebut.



Ifah:”Aa bantuin nyuci ya, biar gentian mamah aku mandi, biar kita berangkat jalan-jalannya gak terlalu siang” ucap Ifah.

Saya:”Mandi di sini?

Ifah tidak menjawab tapi Yuniar yang menjawab.

Yuniar:”Ia, mamah mandi di sini kasep, mau ngintip ya hihi” ucap Yuniar makin berani menggoda saya, pengennya saya gabrug aza dia sekarang.



Saya:”Ya udah aa pakai baju dulu” ucap saya

Ifah:”Gak usah, kelamaan, nanti mamah aku keburu selesai mandinya hihi” ucap Ifah sambil cekikikan.

Saya pikir betul juga.

Saya:”Ya udah mah aa bantuin nyucinya” ucap saya.

Yuniar:”Ia, nyobain sekali-kali nyuci pakai tangan a, besok kan udah pakai mesin cuci” ucap Yuniar sambil berdiri dan melewati saya sepertinya dia menuju ke tempat jemuran.



Saya pun segera berjongkok di tempatnya Yuniar tadi.

Tak lama Yuniar sudah balik lagi sambil membawa handuk di tangannya.

Saya pun berbisik di dekat telinga Ifah.

Saya:”Dulu 2 suami neng, neng sama mamah godain kayak aa gini juga gak?

Ifah:”Ya nggak lah, mana mamah nafsu, udah tua-tua, gak seru godainnya juga” ucapnya juga sambil berbisik.

Berarti aku benar-benar beruntung.



Ifah:”Udah malah ngelihatin mamah aku mulu, nyuci-nyuci” ucap Ifah tapi dengan berbisik di telinga saya.

Yuniar pun melihat Ifah berbisik kepada saya.

Yuniar:”Kenapa neng?

Ifah:”Gpp, si aa bukannya nyuci malah ngeliatin mamah mulu”

Yuniar:”Hihi, masa sich mamah yang udah tua begini masih menarik buat dia”



Ifah:”Mamah belum tua banget lah, paling beda berapa tahun kan sama aa?

Saya:”Ia, aa mau 33 sekarang”

Ifah:”Ya, beda 5-6 tahunan hihi” ucap Ifah.

Sementara Yuniar tampak mulai melucuti pakaiannya, mulai dari rok dalam kemudian bh.

Ifah:”aa, mau nonton mamah aku mandi apa mau nyuci? Hihi” ucap Ifah kembali protes karena saya kembali bengong.



Saya:”Hehe dua-duanya neng”

Yuniar pun menoleh sambil tersenyum.

Mata saya pun tertuju kepada kedua payudara Yuniar yang menggantung berukuran jumbo, urat-uratnya terlihat menonjol kebiruan apalagi kulitnya putih malah lebih putih dari Ifah. Pentil susunya pun panjang dan besar berwarna kehitaman. Sayang dia menghadap ke pancuran air sehingga posisinya menyamping dari posisi saya.



Ifah:”aa, nakal terus matanya mah, malah melototin susunya mamah bukannya nyuci hihi” ucap Ifah lagi karena saya dari tadi gak nyuci-nyuci.

Yuniar pun menoleh dan sedikit memutar badannya membuat dia kini berhadapan dengan kami. Tokednya menjadi lebih jelas.

Yuniar:”Si aa mah kasih nyuci yang ringan-ringan aza neng, itu di bak satunya biar semangat dikit, suruh nyuci cangcut sama kutang kita aza hihi” ucap Yuniar dan kembali memutar badannya menghadap pancuran air.



Ifah:”Hehe, ia ya, aa nyuci cangcut neng sama mamah aza, kana a suka sama cangcut sampai pakai coli hihi” ucap Ifah sambil menarik bak cucian yang berukuran lebih kecil.

Ifah:”Aa pindah sini, biar neng dekat ke bak yang besar” ucapnya.

Dengan senang hati tentu saya pun berpindah ke posisi Ifah sehingga kini saya benar-benar tegak lurus ke arah Yuniar.



Sementara Yuniar sedang melepaskan pakaian terakhir yang menempel di tubuhnya yaitu celana dalam hitam berenda. Kemudian dia berbalik dan menaruh pakaiannya di atas dinding tembok kamar mandi.

Sekilas saya dapat melihat memeknya yang berbulu, saya hanya sekilas sehingga saya tidak bisa melihat belahannya karena tertutup bulu kemaluannya.

Ifah:”Udah aa nyuci sekarang, cangcut samak utang aza yang aa cuci, di situ ada sempak bapak juga, biar ifah yang cuci sama baju-baju tabah” ucap Ifah.

Saya pun segera mengambil air untuk disiramkan ke dalam bak cucian. Sementara mata saya tertuju kepada Yuniar yang kini sudah jongkok dan mulai mengguyur badannya dengan air dari pancuran buatan.



Ifah:”Eh a jangan, airnya buat apa?

Saya:”Buat ini (sambil menunju bak cucian)”

Ifah:”Gak usah, aa cuci satu-satu saja pakai sabun colek yang itu, biar lebih terasa” ucap Ifah.

Betul juga pikir saya, kalau direndam pakai detergen kan langsung basah semua gak ada sensasinya cdnya Yuniar nanti.



Saya pun kembali menaruh air ke dalam ember.

Ifah:”Cuci cangcutnya aza ya a, tapi yang bersih” ucap Ifah mengulangi perkataan sebelumnya.

Saya:”Ia, toh aa juga dulu pernah ngalamin nyuci manual gini, waktu ngekos kuliah dulu” ucap saya.

Ifah:”Ia percaya, mah, kutang sama cangcut mamah yang baursan dipakai kasih si aa juga biar di cuciin” ucap Ifah kepada mamahnya.



Yuniar yang baru mau menyabuni badannya setelah basah oleh air pun tampak mengurungkan niatnya lalu berdiri mengambil semua pakaian kotornya dan berjalan menuju ke saya.

Saya pun tentu saja melotot dan saya tak perlu malu lagi toh mereka sengaja kasih pertunjukan buat saya.

Mata saya tertuju ke selangkangan Yuniar yang kini terlihat garis memeknya karena bulunya basah oleh air.

Yuniar:”Ini a, cuci sampai bersih ya hihi” ucap Yuniar sambil memberikan pakaian kotornya.



Saya pun menerima sambil menatap nanar ke selangkangan dan teteknya Yuniar.

Yuniar pun kemudian berbalik dan terlihat pantat besarnya bergoyang-goyang dan terlihat masih cukup padat.

Sementara Ifah tampak tidak lagi memperhatikan saya atau Yuniar sibuk membilas pakaian.

Kesempatan itu saya gunakan untuk mengendus cdnya Yuniar. Tercium bau khas memek dan kali ini tidak tercium bau pesing.

Yuniar tampak memergoki saya tapi dia tampak cuek melihat saja dan lanjut menyabuni badannya.



Saya pun segera menaruh bh dan rok dalam Yuniar ke bak cucian sedang cdnya langsung saya cuci.

Sedang asyik mencuci cd terdengar tangisan anak kecil dan semakin dekat. Saya pun menoleh ke arah suara dan tampak Pak Hadi mendatangi kami sambil menggendong si Tabah.

Pak Hadi pun sudah berada di belakang kami.

Hadi:”Neng nangis terus nich, mungkin mau minum susu, tapi bapak buatin susu formula gak mau minum malah nagis terus” ucap Pak Hadi.



Ifah pun segera berdiri dan mengambil Tabah dari tangan Pak Hadi.

Ifah:”Cup…cup..anak mamah aus ya, mimi ya” ucapnya sambil menggendong Tabah.

Ifah:”Pak, gantiin bentar Ifah nyuci ya, masih banyak itu, mamah lagi mandi, kita kan mau pergi, neng mau nyusuin tabah dulu” ucap Ifah.

Hadi:”Ia, biar bapak nyuci, suami kamu pun malah kamu suruh nyuci segala” ucap Pak Hadi yang melihat saya lagi mencuci cd istrinya.



Ifah:”A Dendi Cuma kebagian nyuci cangcut sama kutang aza, bapak nyuci yang berat-berat ya, masih ada selimut dan seprai” ucap Ifah.

Hadi:”Ia neng” ucap Pak Hadi sambil jongkok di sebelah saya.

Saya pun mulai salah tingkah karena lurus di depan saya mertua perempuan Yuniar yang merupakan istri hadi lagi mandi di kamar mandi tanpa pintu telanjang bulat. Sekarang suaminya berada di samping saya.

Apalagi saya lagi mencuci cd istrinya.



Tapi tampak Pak Hadi biasa saja tidak ada gelagat aneh apapun. Sepertinya bagi dia ini biasa saja istrinya mandi telanjang di hadapan menantunya.

Sementara ku lirik Ifah sudah duduk di belakang tembok rumah yang kebetulan ada kursi kayu panjang tanpa senderan. Ifah tampak sedikit menurunkan handuknya dan sedang menyusui si Tabah.

Hadi:”Kita berangkat jam berapa nanti nak? Tanya Pak hadi kepada saya.

Saya:”Ya secepatnya pak setelah semua siap” ucap saya yang kini sudah mulai tenang. Saya pun mengambil satu cd lagi yang saya yakin kepunyaan Yuniar bukan milik Ifah. Cd berwarna orange dengan motif jaring di bagian depannya.

Saya pun langsung mencuci cd tersebut dengan air dan sabun colek.



Tapi tetap saja kehadiran Pak Hadi membuat saya sedikit tidak leluasa. Saya hanya sesekali melihat kepada Yuniar.

Yuniar:”Eh a, kita jadinya nginep apa nanti langsung pulang ke rumah? Kata ifah ada rencana mo nginep” ucap Yuniar yang tengah menyabuni tetek dan badannya dengan sabun dalam posisi menyamping.

Saya:”Ya, kalau Pak Hadi mau, kita nginep aza mah, sekali-sekali sekalian refreshing” ucap saya.

Yuniar tiba-tiba memutar badannya dan berjalan tetap dengan posisi jongkok mendekati pintu masuk kamar mandi yang tanpa pintu ini.



Otomatis Yuniar sedikit menangkang dan saya pun tak melewatkan untuk melihatnya.

Yuniar pun kini jongkok di tepat di depan saya di jalan masuk ke kamar mandi sambil tetap menyabuni badannya.

Yuniar:”Pah gimana, kita nginep aza ya sekali-kali nginep di hotel, kalau si neng kan udah sering, kita sich belum” ucap Yuniar berbicara kepada Hadi sambil kali ini dia mengangkang lebih lebar. Kalau kondisi normal tentu suaminya pasti marah tapi pak Hadi tetap cuek melihat posisi istrinya yang begitu menantang.



Saya sekarang yakin sudah ada sesuatu dulu diantara mereka dan termasuk istri saya sehingga Hadi tidak masalah istrinya saya tonton sedang telanjang. Saya pun tidak ragu lagi untuk menatap Yuniar lama-lama.

Hadi:”Gimana ya, kerjaan di sawah harus bapak tinggal”

Yuniar:”Kerjaan apa, paling bagi air, kan bisa minta tolong sama tetangga dulu Pak, paling satu hari saja” ucap Yuniar yang kini sudah mulai menyabuni pahanya dan ssegera menyabuni memeknya. Otomati pahanya pun semakin dilebarkan.

Kontol saya pun sudah mengeras lagi dengan sempurna di balik handuk sehingga saya harus membetulkan posisi beberapa kali.



Yuniar pun tampak menyadari kondisi saya dan beberapa kali tersenyum kepada saya.

Sungguh kondisi sekarang sangat gila.

Hadi:”Ya sudah kalau gitu bapak ikut saja”

Yuniar:”Ya syukur kalau papah mau” ucap Yuniar masih dengan posisi yang sama. Kini dia tengah menyabuni memeknya sambil mengangkang di depan saya.



Yuniar:”Pah, masa si aa tadi kaget lihat Ifah mandi di sini, telanjang di kamar mandi kayak gini” ucap Yuniar.

Hadi:”Terus?

Yuniar:”Ya, bapak ajak dia sekali-kali mandi di kali di bawah sana, biar dia lihat gimana ibu-ibu pada mandi bulucun di tempat terbuka hihi”

Hadi:”Boleh, kamu mau nak, kita sekali-kali mandi di kali, pemandangan kayak ibu begini udah biasa di sungai di bawah” ucap Hadi.



Saya:”Masa sich pak”

Yuniar:”Makanya lusa dech kalian berdua mandi di sungai, nanti kamu gak bakal kaget kalau lihat seperti mamah sekarang, nyuci memek di depan kamu kayak gini, cuek aza” ucap Yuniar tanpa tedeng aling-aling.

Saya masih tidak percaya pasti ini hanya permainan Yuniar, suaminya dan Ifah.

Saya:”Masa sich, kata Ifah tempat mandi cewek dan cowok terpisah”

Yuniar pun menjawab kembali sambil tetap mengangkang menyabuni memeknya.



Yuniar:”Memang di sungai ada dua tempat yang banyak pancuran airnya a, tapi deketan dan sebenarnya terserah mau gabung cewek cowok juga gak ada yang marahin, buktiin sendiri dech, di sini daerah cewek-cewek atau ibu-ibu yang suka kawin kontrak, jadi Cuma mandi telanjang di depan cowok sich ibu-ibu di sini biasa” ucap Yuniar.

Saya masih sedikit tidak percaya apa benar begitu.

Sementara Pak Hadi hanya mesem-mesem saja.



Dan tiba-tiba…

Yuniar:”Aaaah gak kuat pengen pipis...” lalu cuuuuuuuur….cuuuuur tiba-tiba memek Yuniar terbuaka dan air kencing pun keluar dari memeknya. Saya sunguh tak menyangka lagi Yuniar mertua saya berani kencing di depan mata saya. Kali ini Pak hadi sedikit protes.

Hadi:”Mamah ini pakai kencing depan si aa, gak sopan” ucapnya tapi kembali menunduk dan melanjutkan membilas baju.



Yuniar:”Gak tahan Pah, tiba-tiba pengen pipis” ucap Yuniar.

Mungkin apa yang diucapkan Yuniar tentang orang mandi di sungai ada benarnya tapi saya yakin gak separah apa yang saya lihat dari yang ditunjukan Yuniar, pasti ini ada sesuatu persekongkolan.

Yuniar:”Udah a, mamah mau nyelesaikan mandi, kasihan aa pah, dari tadi ngelihatin memek mamah terus, bisi sange hihi” ucap Yuniar kepada saya dan suaminya. Wajah saya sekarang pasti memerah.



Yuniar pun kemudian memutar badannya dan merangkak menuju pancuran air lalu mengguyur tubuhnya.

Sementara Pak hadi hanya tersenyum kepada saya dan lanjut mencuci.

Aku menoleh ke belakang Ifah sudah tidak ada di tempatnya. Mungkin dia membawa tabah masuk ke dalam.

Saya pun terus mencuci celana dalam istri saya dan mertua saya juga bh mereka.

Yuniar pun tampak sudah selesai mandi dan dia berdiri sambil mengelap tubuhnya dengan handuk.



Saya:”Mah, gak takut ada yang ngintip? Ucap saya karena tentu saja tetek Yuniar terlihat bergelantungan bebas sementara dinding kamar mandi rendah tak mampu menutupinya.

Yuniar:”Dari tadi mamah udah diintipin kan sama aa, aa udah liat nenen mamah , bool sama memek mamah hihi” ucap Yuniar vulgar seklali padahal di depan suaminya.

Saya pun menjadi termakan sendiri oleh ucapan saya.

Saya menoleh Pak hadi tapi dia malah tertawa.



Yuniar pun tampak sudah melilikan handuk ke badannya dan segera keluar dari kamar mandi.

Yuniar:”Udah a, biar mamah lanjutin, aa siap-siap saja, atau mau makan dulu, paling Ifah lagi siapin sarapan” ucap Yuniar.

Saya pun terpaksa menyingkir walaupun sebenarnya masih betah tapi memang perut saya keroncongan juga.

Saya:”Ya udah mah, pak, saya tinggal”

Hadi:”Ia nak, kami juga nanti segera siap-siap setelah beres nyuci” ucap Hadi.



Saya pun segera meninggalkan mereka dan masuk ke dalam rumah.

Benar tampak Ifah sedang memasak nasi goring.

Saya:”Neng, ada yang aneh, pasti ada sesuatu dech”

Ifah:”apa yang aneh a” tanya balik Ifah yang masih memakai handuk saja.

Saya:”Itu, bapak kamu koq gak marah, padahal aa jelas-jelas lihatin istrinya mandi telanjang, malah pas mamah nyuci memeknya depan aa, bapak cuek aza”



Ifah:”Makanya nanti aa ikut neng mandi di sungai biar gak kaget”

Saya:”Ah gak mungkin”

Ifah:”Ya udah kalau gak percaya, aa siap-siap dulu dech, kita jadi nginep gak?

Saya:”Jadi, bapak kamu udah mau”

Ifah:”Ya udah aa pakai baju dulu, nanti neng menyusul” ucap saya.



Saya pun segera pergi dan masuk ke kamar. Tampak si tabah sudah tertidur di ranjangnya yang saya belikan, mungkin dia sudah kenyang nyusu.

Saya pun segera memakai baju santai kaos dan celana pendek jeans tak lupa saya menyiapkan koper beserta baju ganti. Saya pun baru sadar justru belum ada memesan hotel. Ya urusan nanti dech, nyari yang kosong apalagi di kota gede banyak hotelnya.



Setelah siap, paling tinggal Ifah mempersiapkan baju yang mau di bawanya saya pun pergi ke dapur.

Tampak Ifah sudah selesai dan sudah mempersiapkan piring dan sendok juga.

Ifah:”Aa makan duluan saja ya, neng pasti lama, mau dandan dan siap-siap juga” ucap Ifah.

Saya:”Ia, kebetulan udah dari tadi laper, neng dangdan yang cantik ya”

Ifah:”Ia sayang, ayo makan pasti laper tadi kan habis crooot di cangcutnya mamah aku hihi” ucap ifah menggoda saya.



Plaaak… saya pun menampar pantat semok dia.

Ifah:”aaaw..hihi aku tinggal ya cinta”

Saya hanya menganggukan kepala dan saya punh segera makan setelah ifah meningggalkan saya.

Saat saya selesai makan Pak Hadi dan Yuniar pun masuk dari pintu belakang.

Saya:”Mah, Pak, saya makan duluan”

Yuniar:”Ia gpp, kita siap2 dulu ya a”

Hadi:”Mari nak”

Saya:”Ia pak”

Mereka pun segera meninggalkan saya.



Saya pun segera menuju ke ruang tengah setelah mereka pergi.

Karena saya sudah siap saya pun keluar dari rumah untuk memanaskan mesin mobil.

Di dalam mobil ku buka ponsel saya, masih tak ada jawaban dari istri saya.

Saya pun segera menelpon Donatus.

Tak lama Donatus pun menjawab panggilan dari saya.



Donatus:”Ia bos”

Saya:”Kamu di mana?

Donatus:”Di kontrakan bos”

Saya:”Di rumah ada yang jaga gak?

Donatus:”waduh gak ada bos, Sony dan Pangkur gak bisa nyerep, mereka sampai pagi di tempat karaoke tadi malam”



Saya:”Ya udah gpp, asal jangan malam saja yang kosong”

Donatus:”Siap bos”

Saya:”Eh gimana tadi malam, tamu istri saya 2 orang beneran?

Donatus:”Ia bos”

Saya:”Kamu tahu mereka ngapain?



Donatus:”Tahu bos, saya sempat ngintip”

Saya:”Ya uda gpp, itu sudah seizing dari saya”

Donatus:”Ia, makanya saya pun gak ada ganggu mereka, mereka gak nginap, setelah mereka selesai ngewein istri bos mereka pulang”

Saya:”Ok, info saya terus kalau ada apa-apa yang mencurigakan”

Donatus:”Siap bos”

Saya:”Ok”

Saya pun menutup panggilan.



Saya pun duduk di mobil sambil menunggu mereka siap sambil mendengarkan music.

Akhirnya saya mendengar Ifah memanggil saya.

Saya segera keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah.

Tampak mereka sudah siap berangkat.

Ifah:”Udah siap aa, barang aa yang mau di bawa sudah di maksukan ke dalam koper ini semua?

Saya:”Udah, ya udah kita berangkat sekarang saja yuk” ucap saya.



Tampak mereka semua memang sudah rapi. Ifa memakai baju gamis warna biru tua dan jilbab warna putih sedang Yuniar memakai baju gamis yang sebenarnya modelnya sama dengan baju Ifah hanya warnanya pink dan jilbabnya putih juga. Sedang Pak Hadi memakai celana jeans biru dan kemeja lengan panjang warna putih garis-garis hitam tipis-tipis.

Ifah pun sudah membaw Tabah dalam gendongannya.

Saya pun segera membawa koper milik saya dan beberapa barang lainnya. Begitu juga Pak Hadi.

Kami pun segera memasukan barang bawaan ke mobil dan masuk ke dalam mobil.



Ifah duduk di sebelah saya sambil menggendong Tabah yang masih saja tidur dan Yuniar dengan suaminya di kursi tengah sedang kursi belakang saya lipat agar barang bawaan kami masuk semua.

Saya:”Neng mesin cuci gimana?

Ifah:”katanya baru mau diantar a”

Saya:”Terus kita nunggu?

Ifah:”Gak usah, udah neng bilang titip tetangga sebelah dulu”

Saya:”Bayarnya gimana? Ucap saya karena sedikit bingung.



Ifah:”Gampang saja, nanti di transfer pun bisa kalau barang sudah datang” ucapnya.

Akhirnya saya pun segera melaju meninggalkan Rumah Ifah walau belum jelas sebenarnya tempat mana yang mau saya tuju.

Kami pun sudah sampai di gerbang Desa.

Saya:”Kita ke mana ya neng?

Ifah:”Kemana ya? Sambil tampak berpikir.

Saya pun memarkir mobil terlebih dahulu di tepi jalan.



Ifah:”Gimana aa saja dech”

Saya:”Ya udah, kita ke puncak dech, aa cari hotel atau villa dulu dech, harusnya kalau hari kerja gini masih banyak kosong, besok pasti sudah banyak yang booking” ucap saya sambil mengambil ponsel saya dan mulai mencari villa yang cocok di salah satu aplikasi terkemuka.

Saya pun memilih tempat yang kira-kira cocok. Akhirnya saya pun menemukan yang menurut saya sich cocok.



Saya:”Gimana kalau kita sewa villa Jambul*wluk neng, aa sama Dewi dulu pernah sekali nginep di sana, daerah cia*i” ucap saya sambil menunjukan gambar villa kepada Ifah.

Ifah pun segera melihat-lihat review gambar yang ditampilkan salah satu aplikasi hotel dan travelling.

Saya:”nanti kita check in jam satuan, kebetualan masih ada yang kosong, tapi yang type 3 kamar gimana, tenang banyak tempat wisata sekitaran situ”

Ifah:”Kalau neng sich terserah aa saja dech, kit amah penumpang ok saja kan mah”

Yuniar pun menimpali ucapan Ifah.



Yuniar:”Ia, penumpang mah nurut sama supir aza”

Saya:”Bukannya gitu, kata mamah neng sudah sering tidur di hotel, mungkin punya rekomendasi lain, boleh, tidak masalah kalau dirasa tempatnya bagus” ucap saya.

Ifah:”Neng di bawa ke hotel sering dulu a, sama suami kontrak neng yang pertma, tapi hotelnya rat-rata itu saja, toh neng di bawa ke hotel Cuma buat diewe, di rumah kan mungkin dia kurang nyaman, pengen suasana tenang buat nidurin neng” ucap Ifah dengan sangat jujur.



Saya:”Hehe, ya kalau aza”

Yuniar:”Ia, kata si neng hotelnya itu-itu saja, kamarnya biasa juga katanya a, si neng dibawa Cuma buat diewein aza” Yuniar kembali menimpali.

Sepertinya Yuniar dan Ifah terbiasa berbicara vulgar biarpun ada pak Hadi padahal saya lihat merek semua rajin sholat, di rumah Cuma saya saja yang tidak sholat.



Saya:”Ya udah, berarti ikut aa saja ya, biar aa booking dan pesan sekarang villanya, lumayan ada tiga kamar, dua lantai, dua kamar di atas dan satu di bawah” ucap saya lagi.

Ifah:”Kita ok saja a”

Saya pun segera memesan villa dengan type Three-Bedroom Premier Villa, karena Cuma itu yang masih tersisa.

Waktu sama Dewi dengan type hampir sama hanya sedikit di bawah levelnya.

Saya:”Yuk kita jalan” ucap saya sambil mulai melaju di jalan raya.

Yuniar:”Tuch a, kelihatan dari sini sungai di bawah desa kita, banyak yang mandi di sana”

Saya:”Mamah anterin aa nanti hari minggu pagi mandi di sana hehe” ucap saya maksudnya sebenarnya sedikit bercanda.



Yuniar:”Oh jadi mau mamah yang anterin, boleh, biar kita nanti mandi bareng di situ hihi” ucap Yuniar sambil cekikikan semantara ku lihat dari spion Pak Hadi malah memejamkan matanya seperti mau tidur.

Yuniar:”Boleh gak Pah, mamah mandi bareng sama si aa”

Hadi pun ku lihat membuka matanya.

Hadi:”Kalau si aanya mau mandi bareng sama mamah silahkan aza” ucap Pak Hadi datar.



Yuniar:”Mau a, mandi bareng sama mamah?

Saya:”Mau banget mah”

Ifah:”dasar mesum”

Yuniar:”Hihi, eh papah ngantuk kah? Tanya Yuniar sama suaminya



Hadi:”Dingin, jadi ngantuk”

Ifah:”Padahal kita tinggal di tempat yang suhunya dingin, tapi baru kena ac dikit si bapak udah ngantuk aza” ucap Ifah.

Saya:”Ya biarin bapak tidur dulu, biar nanti seger jalan-jalannya” ucap saya.

Yuniar:”Istria a di bandung gak nanya2 aa gimana?

Saya:”Tahunya saya kerja aza mah”

Yuniar:”Jahat banget sich hehe, eh maaf kelepasan” ucap Yuniar.

Ucapan Yuniar barusan memang langsung sedikit membuat saya bad mood.



Ifah:”katanya kalau waktunya udah tepat si aa mau bilang ke teh Dewi mah, doain saja teh Dewi mau nerima Ifah sebagai madunya”

Yuniar:”Berat si neng, ya mamah bukannya bagaimana-bagaimana tapi kamu jangan terlalu banyak berharap dulu, si aa memang udah baik banget beda sama 2 suami kontrak kamu dulu, tapi pasti istrinya gak akan mudah nerima”

Pembicaraan malah mengarah ke hal yang tidak mengenakan.



Saya:”Udah jangan ngomongin itu dulu ah, jadi bête aku” ucap saya.

Ifah:”Hehe ia maaf, ngomong-ngomong mau kemana dulu kita a?

Saya:” Kita ke mana ya, kita ke kebun rayal saja dech,gimana” ucap saya.

Akhirnya kami pun memutuskan untuk menuju ke kebun Raya salah satu ikon kota ini.



Saya pun tidak terlalu terburu-buru dalam membawa mobil cukup santai saja apalagi setelah kecelakaan yang dialami Hakim membuat saya lebih berhati-hati.

Si Tabah pun sudah bangun dan dia terlihat senang sekali naik mobil, saya pun segera teringat anak kandung saya Revan. Saya menjadi rindu sekali dengan dia.

Kecerian Tabah tapi membuat saya sedikit terhibur.

Saya:”Neng si tabah ini sudah bisa jalan apa belum sich?

Ifah:”Udah a, Cuma mager dia, sukanya digendong mulu”

Saya:”Padahal harusnya lagi lincah-lincahnya”



Ifah:”Kadang gitu kalau di rumaha tapi kadang manja minta di gendong mulu sama mamahnya”

Saya:”Mungkin enak di gendong abis ada yang empuk di situ hehe” ucap saya.

Ifah:”Susu, aa juga kan betah di sini mah hihi” ucap Ifah sambil menunjuk susunya.

Sementara si Tabah tampak makin bertingkah dia sudah bisa menyebut satu dua kata di umurnya yang baru dua puluh bulan.



Kami pun tidak sadar sudah sampai di kebun raya. Setelah parikir dan membayar tiket masuk kami pun berjalan-jalan di sekitaran kebun Raya. Saya pun menggendong si Tabah agar dia bisa lebih dekat dengan saya.

Hampir 3 jam kami berada di kebun Raya dan jam sudah menunjukan pukul setengah satu. Kami pun memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu. Setelah makan siang kami pun segera menuju ke hotel Jambul*wuk.



Kurang lebih 40 menit kami pun tiba di Villa Jambul*wuk Conv*ntion H**l yang kami tuju. Setelah menemui receptionis kami pun harus menuju ke villa yang sudah kami booking. Villa-villa di sini cukup unik, bangunannya kebanyakan dari kayu dan di setiap villa terdapat nama2 daerah di Indonesia.

Kami pun segera menemukan villa yang kami sewa. Pemandangan depan villa kami cukup cantik ada pohon-pohon seperti pohon cemara bahkan ada satu pohon kelapa menjulang tinggi.



Yuniar:”Wah indah banget ya Pah, asyik kalau kita bisa sering berlibur kayak gini” ucap Yuniar.

Hadi:”Asyik sich asyik tapi kantong bisa bolong”

Yuniar:”Kana da si aa hihi”

Saya:”Kalau di temenin mamah sama Ifah sich hayuk aza kita sering-sering liburan, tapi saya juga harus nyari waktunya”

Ifah:”Temenin gimana maksudnya?

Saya:”hehe ya gimana-gimana”

Yuniar:”Uda ah gak sabar mamah pengen lihat dalamnya”



Saya pun segera membuka pintu kaca dan segera kami masuk ke dalam. Ifah pun segera menurunkan Tabah dan memang ternyata si tabah sudah bisa jalan, selama ini saya hanya melihat dia digendong saja. Kami tiba di ruang tamu yang langsung bersebelahan dengan dapur mini.

Yuniar:”Wah kayak rumah saja ada ruang tamu ada tv ,nyaman banget ya, ada dapur juga, tahu gini kan bawa sesuatu buat di masak” ucap Yuniar.

Saya:”Gampang mah, nanti kita beli di supermarket, mamah mau masak apa saja boleh, Kamarnya ada tiga, terserah mau tidur di mana, kalau saya sama Ifah mau di atas saja biar gampang nongkrong di balkon”. Ucap saya

Yuniar:”Asyik, kita bergadang nich, bakar-bakar enak kayaknya, Kita di atas juga kalau gitu, biar deketan” ucap Yuniar. Jawaban yang memang saya inginkan.



Kami pun berkeliling sejenak melihat seluruh isi villa dan akhirnya segera naik ke lantai dua di mana tangganya terbuat dari kayu. Kami semua pun memutuskan memakai kamar yang di atas. Ifah dan Yuniar segera membereskan barang bawaan kami sedang saya, Tabah dan Pak Hadi memilih nongkrong di balkon yang tengah sambil melihat pemandangan perbukitan dan kota dari kejauhan.



Hadi:”Wah enak ya nak, kalau jadi orang kaya yang bisa liburan tiap hari”

Saya:”Ia pak, tapi kita juga harus bersyukur, meski sekali-kali masih bisa liburan” ucap saya sambil menjaga si Tabah yang berjalan ke sana kemari.

Hadi:”Wah kalau sambil ngopi asyik nich pak”

Saya:”Ada bawa kah pak?

Hadi:”Ada kalau kopi, tapi kopi instant” ucap hadi yang segera masuk ke dalam kamar mungkin meminta dibuatkan kopi.



Saya pun duduk di kursi sambil memangku si Tabah. Hati terasa sedikit tentram menyaksikan pemandangan di depan villa.

Tak lama Pak Hadi kembali masuk dan duduk di samping saya.

Hadi:”Lagi dibuatin nak, sama si mamah” ucapnya.

Lalu Ifah muncul dan sudah tak mengenakan jilbab.

Ifah:”Mana aa, si dedek biar neng susuin dulu, kasihan dari tadi belum nyusu lagi” ucap Ifah.



Saya:”Kalau aa kapan mau neng susuin? Ucap saya bercanda karena Pak Hadi sepertinya tidak masalah kita istri dan anaknya seiring bicara vulgar.

Ifah:”Ikh mesum, nanti malem aza ya hihi” ucap Ifah sambil memangku tabah masuk ke dalam.

Plaaak saya pun menampar pantat bahenolnya tanpa merasa malu lagi meski ada bapak mertua saya di sebelah saya. Padahal Pak Hadi tetap terlihat alim meski membiarkan kelakuan nakal istri dan anaknya dan saya pun belum mendengar kata-kata vulgar dari dia kecuali waktu saya ngintip dia sedang berhubungan badan dengan istrinya.



Ifah:”aawww, bapak, a Dendi ini seneng banget nabokin bool Ifah” ucap Ifah dengan suara manja.

Hadi:”Bool kamu sich gede banget neng kayak emak kamu persis” ucap Pak Hadi.

Ifah pun sudah masuk ke dalam kamar.

Hadi:”Mana kopi nich gak dating-dateng juga” ucap Hadi berbicara sendiri sambil celingak-celinguk.

Tapi tak lama datang Yuniar sambil membawa dua cangkir kopi dan menaruhnya di meja depan kami.



Yuniar:”Awas ya panas, kursinya Cuma dua ya, aku duduk di mana nich”

Saya:”Sini mah, aa pangku” ucap saya bercanda.

Yuniar:”Udah berani ya kamu godain mamah depan suami aku hihi” ucap Yuniar sambil bersender di pagar.

Sementara Pak Hadi terlihat cool malah menyeruput kopinya. Saya tidak bisa menebak seperti apa pak hadi ini dia tetap tenang dengan situasi begini.



Yuniar:”Indah banget pmandangannya ya aa, sebenarnya di kampung juga banyak sich mirip-mirip begini, tapi mungkin karena di villa jadi terlihat lebih indah” ucap Yuniar.

Saya:”Ia, nanti sore kita jalan-jalan mah, belanja-belanja lah”

Yuniar:”Ia, jadi pengen nyate mamah”

Hadi:”Tapi kan gak ada tempat bakarnya?

Saya:”Kita beli saja satenya pak”



Yuniar:”Gak seru kalau beli kita bakar sendiri aza, tapi kira-kira boleh gak ya”

Saya:”Boleh saja asal kita bersihkan kali mah, atau di bawah saja kita bakar-bakarnya?

Yuniar:”Mamah maunya di atas sini”

Saya:”Ia, nanti kita beli semua yang diperlukan” ucap saya.



Hadi:”Papah jadinya sampai lupa gak jumatan”

Yuniar:”Ia mamah juga belum sholat pah, ah mamah mau mandi dulu biar seger, siapa mau ikut? Ucap Yuniar dengan nada genit.

Saya:”Aku mah”

Yuniar:”Haha, izin sama suami aku” ucapnya sambil berjalan masuk ke dalam kamar. Hampir saja saya kelepasan menampar pantat mertua saya tersebut.



Padahal tangan saya sudah terayun saya pun segera pura-pura menggaruk-garuk rambut saya.

Hadi:”Di minum kopinya nak”

Saya:”Ia pak” ucap saya dan segera mengambil kopi saya dan mulai meminumnya sedikit demi sedikit.

Saya:”Pak saya mau istirahat dulu, ngantuk nich” ucap saya.

Hadi:”ia silahkan nak, bapak mungkin tidur di sini, agak-agak ngantuk juga”

Saya pun pamit ke pak hadi dan masuk ke dalam kamar.

Kamar saya dan Pak Hadi memang tersambung.



Saya pun segera menuju ke tempat tidur yang ternyata sudah digabung oleh Ifah. Yang tadinya ranjang twin pun jadi seperti ranjang single.

Saya pun segera naik ke atas ranjang.

Ifah:”Kenapa?

Saya:”Capek, ngantuk, mau tidur dulu dech, bangunin nanti jam setengah 4 biar kita jalan-jalan” ucap saya.

Ifah:”Ia, bobo aza dulu” ucapnya sambil menyusui Tabah.



Saya:”Tapi aa juga pengen nyusu dulu neng” ucap saya kepada Ifah.

Ifah:”Ya udah, tunggu sebentar, paling bentar lagi si dedek bobo” ucapnya.

Ku lihat memang susu Ifah begitu menggoda, selain karena memang berukuran besar juga penuh dengan asi.

Akhirnya si Tabah pun tertidur
 
PART 72

Ifah pun segera memindahkan posisi tabah ke pinggir dan menaruh bantal agar mengahalangi di tidak jatuh.



Ifah pun segera menyodorkan susunya kepada saya.

Saya pun segera mencaplok susu kanan Ifah yang tadi habis dihisap oleh anaknya.

Masih banyak asinya dan terpenting masih hangat.

Saya pun segera menyedotnya dalam-dalam.



Tiba-tiba pintu kamar di terdengar di buka karena memang tidak saya tutup rapat, dan terdengar suara Yuniar.

Yuniar:”neng, salaki (suami) kamu mana? Bisa antar mamah belanja sekar…eh “ ucapan dia terhenti mungkin kaget melihat saya lagi menyusu sama Ifah.

Ifah:”Nich, lagi nyusu sama aku”

Saya pun sontak melepaskan susunya Ifah dari mulut saya.



Terlihat Yuniar berdiri depan pintu dengan rambut basah terurai memakai handuk warna putih dan terlihat sudah mengenakan bh berwarna merah marun.

Yuniar:”maaf, mamah ganggu ya, aa lagi asyik nyusu”

Saya:”Gpp mah, kenapa mau diantar belanja sekarang”

Ifah:”Ia, nanti sore saja mah, biar kita istirahat dulu” ucap Ifah menimpali.



Yuniar:”Anu neng, mamah lupa bawa cangcut sama kutang buat ganti, sebenarnya bukan lupa, udah mamah siapin sepertinya mamah lupa masukan ke koper pasti masih numpuk di atas meja rias” ucap Yuniar.

Ifah:”Aya-aya wae agh, terus kumaha atuh(gimana dong)?

Yuniar:”Ya, tadinya mau minta anterin belanja sekarang sama si aa, mamah mau beli cangcut sama kutang baru”

Ifah:”Terus itu yang dipakai?

Yuniar:”Yang di pakai dari rumah neng, terpaksa mamah pakai lagi, tapi agak gak nyaman”

Saya:”Udah kalau gitu gak usah pakai cangcut aza mah hehe”

Yuniar:”Maunya kamu itumah hihi”



Ifah:”Gimana a, mau diantar sekarang?

Saya:”Ya udah, gpp biar aa antar” ucap saya.

Yuniar:”Ya udah ntar sore gpp, Tabah juga lagi tidur”

Ifah:”Berangkat berdua aza diantar si aa atau kalau bapak mau ikut bisa”

Saya:”Bapak biar istirahat mah, biar kita berangkat berdua saja” ucap saya semangat.



Ifah:”Tapi neng juga sebenarnya mau beli daleman baru sich a”

Yuniar:”Ya udah gpp nanti sore saja, mamah juga udah pakai yang tadi, biar santai gak buru-buru aa juga bisa istirahat dulu” ucap Yuniar.

Saya pun menjadi kecewa padahal berharap bisa jalan berdua dengan Yuniar jadi bebas godain dan coba grepe dia.

Ifah:”Ia, nanti sore saja, biar semua ikut” ucap Ifah.

Saya:”Ya udah kalau gitu aa mau tidur dulu” ucap saya masih kecewa.



Yuniar:”Ya udah kalau gitu, lanjut nyusunya a”

Saya:”Kalau mau nyusu sama mamah boleh” ucap saya dan langsung kuping saya dijewer sama Ifah.

Ifah:”Udah berani ya hihi” tapi tak ada nada marah.

Yuniar:”Nenen mamah gak ada asinya kayak Ifah a, ada-ada aza” ucapnya sambil berbalik keluar dari kamar tanpa menutup pintu kamar.





Saya:”Mimi lagi” ucap saya dan kembali rebahan.

Ifah pun kembali menyodorkan toketnya kali ini yang kiri.

Saya pun segera mengihsapnya dan menyedot asi dari toket Ifah.

Saya pun kemudian tidak ingat dan tertidur dengan masih menete kepada Ifah.



Saya bangun setengah 4 setelah dibangunkan oleh Ifah yang tampak sudah rapi dan tampak sudah mandi. Ifah memakai jilbab warna hitam dan baju gamis ketat warna cokelat muda yang mencetak setiap lekuk tubuhnya.

Saya:”Seksi sekali kamu neng, pakai baju ketat banget?

Ifah:”Ia, baju lama a, bukan ketat memang kekecilan tapi masih bagus jarang dipakai, dipakai kalau seperti sekarang lagi jalan-jalan atau ada kondangan” ucapnya.



Saya pun memegang pantat Ifah yang bahenol dan meremasnya.

Saya:”Cangcut kamu sampai nyeplak gini sayang” ucap saya karena memang garis celana dalam istri saya begitu terlihat dari luar

Ifah:”Kenapa gak boleh cangcut neng nyeplak gini? Ucapnya sedikit judes

Saya:”Boleh, malah aa suka” ucap saya



Ifah:”Udah mandi sana, biar kita cepet jalan-jalan” ucap Ifah.

Saya:”ia, ini juga mau mandi” ucap saya dan segera menuju ke kamar mandi.

Setelah mandi dan memakai baju saya pun segera turun dari lantai dua karena sepertinya semua orang sudah di bawah. Benar saja mereka sudah kumpul di ruang tamu sambil menonton tv.Tampak Yuniar pun sudah ganti baju memakai legging hitam yang sangat ketat dan kaos lengan pendek warna putih dan memakai deker di dalamnya untuk menutupi tangan. Pakaiannya membuat dia terlihat jauh lebih muda dan sexy. Cukup berani juga dia tampil seperti ini gumam saya di dalam hati.



Ifah:”Tuh, ayah udah siap” ucapnya sama Tabah yang tampak berjalan ke sana kemari.

Saya:”Ayo, jalan sekarang”

Ifah:”Ayo, gak cari makan kita a?

Saya:”Makan dong, mau di hotel apa makan di luar”

Ifah:”Di luar saja aa, kita makan dulu ya, laper Ifah”

Kami pun kemudian berangkat menginggalkan Villa.



Kami pun mencari restoran dulu sebelum memutuskan untuk jalan ke tempat lain. Kami pun selesai makan sekitar jam 5 lebih dan kini sudah berada di dalam mobil.

Saya:”Mau kemana kita, udah sore banget”

Ifah:”Cari mall yang dekat saja a”

Saya:”aa gak begitu hapal,Cuma tahu B*W Mall aza” ucap saya.



Saya:”Agak jaun nich B*W Mall, sekita 40 menitan dari sini, gpp ya, itung-itung jalan-jalan” ucap saya.

Yuniar:”Gpp aa, gak setiap hari kita jalan-jalan” ucap Yuniar.

Ifah:”Ia, sambil liat-liat keramaian kota, biasanya kita di rumah terus” ucap Ifah.

Saya pun membawa mobil dengan lebih cepat supaya cepat sampai.



Akhirnya 40 menitan kurang kita pun sampai di tempat tujuan. Tampak cukup ramai juga mungkin karena besok hari libur bagi sebagian pekerja.

Kami pun segera masuk ke dalam mall. Saya kebagian menggendong Tabah.

Saya:”Kita nyari apa dulu nich?

Yuniar:”Kita belanja makanan dan daging dulu aza ya”

Ifah:”aa yang bayarin kan?

Saya:”Ia lah, kana a yang ngajak” ucap saya.



Ifah:”Hehe, ifah lupa bawa dompet, hp juga ketinggalan di kamar”

Saya:”Ya udah gpp, gak ada yang nyari juga kan”

Ifah:”Kalau aza, ada yang nyari mau kawin kontraksama Ifah hihi”

Saya pun menampar pantat Ifah di depan kedua mertua saya.

Ifah:”Aggh malu banyak orang nepok-nepok bool si aa mah”

Saya pun hanya cengar-cengir betul juga orang sekitar sempat menoleh kepada kami.



Saya:”Gimana kalau aa antar bapak sama tabah ke arena bermain anak dulu, biar tabah seneng” ucap saya.

Ifah:”Boleh, nanti bapak yang jagaian gpp kan pak? tanya Ifah ke Pak Hadi.

Hadi:”Ya gpp neng, ayo nak” ucap Pak Hadi kepada saya.

Saya:”Kalian belanja aza dulu, nanti aa nyusul” ucap saya.

Saya pun segera mengantar tabah dan Pak Hadi ke area bermain anak. Setelah saya urus semuanya saya pun kembali kepada Ifah dan Yuniar.



Setelah berputar-putar akhirnya ketemu juga.

Saya pun segera menuju kepada mereka yang tampak sedang memilih-milh daging.

Saya pun segera menghampiri mereka diam-diam. Setelah dekat tanpa pikir panjang saya pun menepok pantat mereka masing-masing sekali.

Plaaak…plaaak…

Yuniar dan Ifah pun sontak kaget dan hampir teriak sambil menutup mulutnya.



Ifah:”Ih aa, kirain siapa bikin kaget aza, beraninya pikir kita geplak pantat orang, taunya aa”

Yuniar:”Ia neng, kaget mamah juga, udah berani si aa, mentang-mentang papah kamu gak ada dia berani nepok bool mamah” ucap Yuniar.

Ifah:”Ia, sengaja dia mah, singkirin si bapak, biar bisa celamitan” ucap Ifah seperti marah dan kembali memilih milih daging.



Yuniar:”aa jagain kita ya, takutnya ada yang mau godain hihi” ucap Yuniar dan kemudian melakukan hal yang sama dengan Ifah.

Yes akhirnya berhasil juga, puas sekali bisa menepok pantat besar Yuniar meski tidak terlalu keras.

Saya pun sengaja di belakang mereka sambil melihat pantat-pantat besar di hadapan saya.

Yuniar:”Aa suka daging apa?

Saya:”apa saja mah, ayam, sapi& kambing asa jangan B2” ucap saya.



Yuniar:”Kambing aza ya, biar strong hihi”

Ifah:”Tapi gak ada kayaknya mah, sapi semua ada juga daging hayam” ucap Ifah.

Yuniar:”Ia gak ada, kita beli satenya saja di jalan ya a”

Saya:”Siap mah”

Akhirnya kami pun selesai berbelanja. Karena barang bawaan menjadi banyak saya pun berinisiatif mengantar dulu ke mobil. Mereka pun menunggu saya di kursi panjang yang tersedia di dekat tempat stand jualan ice cream.

Saya pun segera kembali dan mereka masih berada di sana.

Saya:”Kita ambil bapak dan Tabah ya”

Ifah:”Nanti saja aa, kita mau beli daleman dulu nanti sekalian pulang saja ajak mereka” ucap Ifah.



Saya:”Tapi aa rencananya mau beliin bapak baju, Tabah juga” ucap saya.

Ifah:”neng sama mamah dibeliin juga gak?

Saya:”Ia pasti dong, beli aza aa bayarin”

Yuniar:”Asyik ini mah neng hihi”

Saya:”Asal inget imbalannya nanti di villa hehe”

Ifah:”Minta imbalan, imbalan apa, aa mau dikeroyok kah sama mamah dan aku hihi” ucap Ifah.



Yuniar:”Tenang nanti kita keroyok hihi” ucap Yuniar.

Saya:”Dikeroyok di mana?

Yuniar:”Di kasur kan hihi”

Saya:”Hehe bercanda, aa tinggal bentar ya” ucap saya sambil segera pergi untuk mencari tabah dan Pak Hadi.

Setelah bertemu Pak Hadi dan cucunya saya pun segera membawa mereka kepada Ifah dan Yuniar.



Ifah:”Yuk, sekarang kita kemana dulu sayang?

Saya:”Tempat baju muslim aza neng”

Akhirnya kami memutuskan untuk mencari took baju muslim di dalam mall.

Setelah ketemu, kami pun masuk ke dalam toko,



Seorang perempuan muda berhijab dan tampil modis dengan celana panjang hitam dan kemeja seragam kerjanya menghampiri kami. Dia pun menanyakan kami mencari pakaian apa.

Saya:”Ayo neng, kamu mau beli apa, belikan juga buat bapak mungkin baju koko atau terserah bapak maunya apa” ucap saya.

Akhirnya Ifah pun memilihkan 3 stel baju koko untuk Pak Hadi karena memang Pak Hadi juga menginginkannya.



Kita pun membelikan baju koko anak balita untuk Tabah.

Ifah:”Sekarang tinggal untuk kita”

Yuniar:”Suami kamu justru belum beli apa-apa?

Ifah:”Dia gak suka baju koko, sholat aja gak pernah” ucap Ifah sambil berbisik kepada ibunya tapi saya pun dapat mendengarnya.



Yuniar:”Ya, tinggal buat kita neng”

Pak Hadi yang dari tadi diam pun ikut nimbrung bicara.

Hadi:”Nah yang ini pasti lama nak Dendi, kalau para perempuan beli baju, lama milihnya”

Saya:”Ia biasa itu mah pak” ucap saya.

Hadi:”Kita tunggu di luar saja pak, pasti lama” ucap pak Hadi lagi.



Saya:”pp pak, saya temenin mereka, kalau bapak mau tunggu di luar sialhkan” ucap saya.

Hadi:”Ya udah, bapak tunggu di luar ya, biar Tabah bapak bawa, sekalian cuci mata”

Yuniar:”Cuci mata lihatin cewek-cewek sexy di mall pah?

Hadi:”ia heheh”

Yuniar:”Dasar, gak mau kalah sama si aa yang muda, ganjen juga papah, si papah mah memang gak mau nunggu istrinya belanja aa, bosan katanya”

Saya:”Ya sudah pak ini tabahnya, saay juga kadang2 sama juga kayak pak hadi mah” ucap saya dan menyerahkan Tabah ke tangan Pak Hadi.



Pak Hadi pun segera keluar dari toko.

Yuniar:”Neng, kamu mau pilih yang gimana?

Ifah:”Yang gimana ya, kita beli yang kembaran mah, biar baju kita samaan”

Yuniar:”ya udah ayo”

Saya:”Mbak, yang bagus baju gamis buat perempuan yang mana, yang model baru ?

Mbak pelayan toko pun mengarahkan kami ke baju-baju gamis terbaru dan modelnya macam-macam.



Ifah dan Yuniar pun segera memilih-milh baju gamis yang ada di situ.

Memang benar kata Pak Hadi, tampak mereka lama sekali melihat yang ini kemudian melihat yang itu.

Ifah:”Memang tipis-tips begini ya mbak baju gamisnya?

Pelayan:”Ia Kak, memang rata-rata begini”

Ifah:”ini mah bisa-bisa kalau dipakai warna cangcut yang kita pakai kelihatan dari luar mah” ucap Ifah kepada yuniar.



Yuniar:”Ia neng, tipis banget”

Saya:”Tapi kalau aa mah suka yang seperti ini neng” ucap saya.

Ifah:”Ya ia, laki-laki pasti suka cewek pakai yang seperti ini”

Pelayan:”Biasa memang yang seperti ini di dalamnya kita pakai pakaian lapisan lagi Kak, pakai legging atau yang lainnya”

Saya:”Ia tuch neng, kamu beli saja, aa mah ok yang model-model begini”



Ifah:”mah, sia aa maunnya kita beli yang seperti ini”

Yuniar:”Ya udah gpp neng, kita beli saja, kamu mau yang warna apa? Ucap Yuniar.

Ifah:”Yang cokelat muda ini saja mah”

Yuniar:”Ya udah mamah juga, jadi masing-masing satu ya”

Ifah:”Ia dech, eh kak, yang model lainnya ada gak, yang gak tipis kayak gini”



Pelayan:”kebetulan kayak gini rata-rata tapi nah yang sebelah sana kainya sudah dua lapis kak, di dalamnya ada lapisannya lagi”

Yuniar dan Ifah pun menuju ke tempat yang di tunjukan si pelayan.

Ifah:”Ini mendingan mah, tapi kayaknya kecil-kecil ngepress di body kita”

Yuniar:”Ia neng, ada yang lebih longgar dari ini mbak?

Pelayan:”Ukuran nanti kita carikan di gudang bu, kak”



Ifah:”Ya udah neng ambil dua yang model ini, beda warna yang pink sama biru langit, mamah?

Yuniar:”Mamah yang merah marun itu sama yang hitam mbak, carikan yang ukurnanya lebih besar dari ini”

Pelayan:”Baik , tunggu sebenatar kak” pelayan pun mengambil baju gamis hasil pilihan Ifah dan Yuniar dan pergi meniggalkan kita.

Ifah:”Lama ya a?

Saya:”Gpp, sampai pagi pun aa temenin” ucap saya.



Tak lama perempuan yang tadi pun balik lagi.

Pelayan:”Yang hitam dan biru langit ada yang ukuran lebih besar, tapi yang merah sama pink ini udah yang paling besar, stocknya kosong”

Ifah:”Gpp ya mah, ambil saja”

Yuniar:”Ia gpp, laki kita paling senengnya lihat kita pakai yang ngepress neng”

Ifah:”apalagi si aa” ucap Ifah.



Akhirnya selesai juga, kulihat sudah mau jam 8. Kami pun segera meninggalkan toko tersebut dan mendapati Hadi sedang berdiri sambil menggendong Tabah di luar toko.

Hadi:”Udahan, si tabah ini sampai ketiduran”

Yuniar:”Belum Pah, mamah lupa masukan cangcut mamah sama kutang mamah buat ganti, jadi terpaksa harus beli”

Hadi:”ada-ada saja kamu mah”

Ifah:”Ya udah biar Ifah gendong pak”

Saya:”aa saja neng”

Akhirnya saya pun gantian dengan Pak hadi menggendong Tabah yang sudah tertidur.



Kami pun buru-buru mencari toko pakaian dalam yang ternyta tidak hanya menjual pakain dalam tapi ada juga beberapa jenis pakaian.

Segera kami masuk ke dalam toko tersebut.

Ifah:”Mau beli pakaian dalam yang kayak gimana mah, banyak banget modelnya di sini”

Yuniar:”Yang biasa saja neng”

Ifah:”Mumpung dibayarin si aa, ya beli yang bagus mah”

Yuniar:”Yang bagus tuch yang gimana, palingan beda jenis kainnya aza” ucap Yuniar.



Tak lama datang seorang pelayan perempuan memakai jilbab kuning dan pakaian seragam serba merah.

Pelayan:”Ada yang bisa dibantu, ibu dan bapak”

Yuniar:” mau nyari pakaian dalam, tapi mau lihat-lihat dulu”

Pelayan:”Di sin tempatnya, banyak modelnya, mari saya temanin” ucapnya ramah.



Saya pun membuntuti di paling belakang. Saya lihat si pelayan cukup montok juga, dengan celana panjang kain warna hitam yang ketat mencetak pantatnya dan segitiga cdnya pun tercetak di pinggulnya. Lumayan buat cuci mata di saat saya mulai lelah.

Istri saya dan Yuniar pun berhenti dan tampak melihat-lihat celana dalam yang berada di gantungan.

Yuniar:”yang gini aza neng”

Ifah:”Mamah mau beli berapa?



Yuniar:”Paling 3 aza, kan besok pulang”

Saya:”Banyak juga gpp mah, buat stock hehe, aa bayarin koq”

Ifah:”Sekalian aa pilihin dong yang bagus hihi”

Yuniar:”Boleh tuch” ucapnya sambil melihat ke saya dan suaminya sejenak. Sementara si mbak pelayan hanya diam di sebelah Ifah.



Ifah:”Aa suka warna apa?

Saya:”apa ya, apa saja dech”

Ifah:”aa suka pas neng pakai cangcut warna apa?

Saya:”Hitam, merah, pink aa suka”

Ifah:”Kita pilih yang warna itu saja mah, tinggal modelnya”

Yuniar:”Tapi ini kecil-kecil neng, pantat kita kan gede, mana muat”

Pelayan:”Ukuran bisa dicarikan nanti bu”



Saya:”Gimana kalau pilih yang model ini? Ucap saya sambil menunjukan sebuah celana dalam berwarna hitam kepada Ifah dan Yuniar.

Yuniar:”Mini banget itu mah kekecilan aa, mana muat di mamah dan ifah”

Pelayan:”Ini memang modelnya begini bu, jadi kalau di pakai sebagian besar buah pantat kita kelihatan, memang modelnya, ukurannya tenang aza bervariasi banyak, pasti muat di ibu berdua”

Ifah dan Yuniar pun saling pandang.



Ifah:”Ya udah, saya tiga mbak yang model ini, pink, hitam dan merah kalau ada”

Yuniar:”Mamah juga dech tiga”

Pelayan:”ia kak, nanti saya ambilkan ukurannya no berapa?

Ifahdan Yuniar pun menyebutkan ukuran no cdnya masing-masing yan ternyata hampir sama hanya punya yuniar no nya sedikit lebih besar sesuai pantatnya yang memang lebih besar.



Yuniar:”Beli yang cangcut yang model biasa juga neng, takutnya gak nyaman pertama pakai yang ini”

Ifah:”I amah, yang ini dech standar mbak, ambilkan 5 ya, warnanya bebas dech” ucap Ifah.

Pelayan:”ia biar saya ambilkan nanti ibunya bisa pilih”

Yuniar:”Ya sudah mamah juga sama saja, tinggal pilih kutang aza” ucapnya.

Ifah dan Yuniar pun kemudian memilih-milih bh dan mengambil beberapa potong dan di berikan kepada si pelayan.



Si Pelayan pun segera pergi sepertinya menuju ke gudang.

Yuniar:”Kalau ganti di sini boleh gak ya, mamah gak nyaman pakai cangcut sama kutang yang tadi pagi, banyak keringet”

Ifah:”Boleh palingan, a, bisa gak?

Saya:”Bentar, nanti aa tanya sama pelayan” ucap saya sambil menghampiri si pelayan dan dengan sedikit malu saya pun menanyakan ke si pelayan apa bisa ganti di sini dan apa ada tempatnya.



Setelah dapat informasi saya pun balik kembali.

Saya:”Bisa neng”

Yuniar:”Nanti antar ya a”

Saya:”Ia mah”

Tak lama si pelayan pun datang dan Ifah serta Yuniar masih memilih-milih lagi warna yang cocok. Setelah selesai kami pun menuju ke kasir untuk melakukan pembayaran.



Setelah selesai membayar saya pun mengantar Yuniar yang akan ganti pakaian dalam sementara yang lain menunggu di meja kasir.

Kami pun sampai ke tempat ganti yang hanya tertutup oleh korden warna biru dan hanya ada du ruangan.

Yuniar:”Mamah masuk dulu ya a, aa jagain di sini”

Saya:”Ia, aa gak ke mana-mana koq mah”

Yuniar pun segera masuk ke dalam. Cukup lama saya menunggu, ingin mengintip tapi ada beberapa orang lalu lalang.



Tiba-tiba dari balik korden muncul tangannya Yuniar sambil menggenggam cd dan bh berwarna merah.

Yuniar:”aa, bisa carikan plastic buat kutang sama cangcut mamah”

Saya:”Biar aa sakuin saja mah” ucap saya tanpa menunggu jawaban Yuniar saya mengambilnya dari tangan Yuniar dan segera menyakuinya.

Yuniar pun tak lama keluar dari ruang ganti.



Saya:”Udah mah?

Yuniar:”Udah”

Saya:”Udah dipakai yang gantinya?

Yuniar:”Udah dong memang kenapa?

Saya:”Kirain belum, mana aa cek” ucap saya sudah berani karena yakin dia tak akan marah. Saya pun memegang pantat Yuniar dari balik leggingnya saya rasakan garis cdnya dan saya tarik.



Yuniar:”Aaaw” sambil menutup mulutnya.

Yuniar:”kenapa cangcut mamah aa tarik” ucapnya dengan suara pelan karena ada ibu-ibu yang masuk ke dalam ruang ganti.

Saya:”Ngecek aza mah, mamah udah pakai cangcut apa belum”

Yuniar:”Dasar” ucanya sambil mencubit pinggang saya.



Saya:”Ya udah, nanti kelamaan yang lain nunggu” ucap saya dan plaaak sambil menampar pantatnya Yuniar.

Yuniar:”aaaw, teu uyahan, wani ya nepok bool mamah, mentang-mentang gak ada suami mamah” ucapnya tapi tidak ada nada marah.

Yuniar pun berjalan lebih dulu di depan saya pantatnya pun bergoyang-goyang.

Ingin rasanya saya menampar pantat tersebut lagi.



Kami pun sampai di meja kasir tempat yang lain masih menunggu.

Ifah:”Yuk ah, udah malam”

Saya:”Ia ayo, mana biar si Dedek aa yang gendong lagi” ucap saya.

Ifah pun menyerahkan si Tabah kepada saya.

Kami pun segera keluar dari toko dan berjalan ke luar mall.



Setelah sampai di parkiran saya pun memasukan dulu barang belanjaan ke dalam bagasi.

Saya:”Ayo, malah pada di luar masuk”

Ifah pun segera membuka pintu depan

Sambil menggendong Tabah yang sudah saya berikan sama dia, Ifah pun naik ke atas mobil saya membantu dengan mendorong pantatnya karena dia sedikit kesulitan saat mau naik.



Sementara Yuniar pun tampak sudah mau naik. Saya pun melakukan hal yang sama dengan mendorong pantatnya Yuniar di depan Pak Hadi yang Cuma dia saja padahal dia melihat saya memegang pantat istrinya. Saya sengaja nekad melakukannya untuk memperjelas situasi apa Pak hadi tidak akan marah kalau saya ikut menikmati tubuh istrinya nanti.

Yuniar:”Udah, pakai pegang bokong mamah segala, mamah bisa naik sendiri” ucapnya sambil bergeser ke ujung satunya.

Pak Hadi pun segera saja naik juga dan duduk di samping istrinya. Saya segera menutup pintu mobil dan segera juga naik ke dalam mobil.



Tampak ifah sedang menyusui si Tabah yang masih tetap terpejam tapi mulutnya tampak menyedot pentil susu ibunya.

Saya:”Udah, langsung pulang, gak ke mana-mana lagi?

Ifah:”Ia, langsung pulang saja a”

Saya pun segera mengemudikan mobil dan melaju keluar dari parkiran.



Kini kami sudah berada di jalan raya.

Yuniar:”Jam berapa ini a?

Saya pun melihat jam tangan saya ternyata sudah jam 9 malam.

Saya:”Jam Sembilan ternyata mah”

Yuniar:”a, nyari sate kambing ya”



Saya:”Siap mah”

Hadi:”Kenapa beli sate kambing, katanya mau bakar-bakar sambil nyate juga di villa mah”

Yuniar:”Ia pah, tapi gak ada daging kambing, Cuma daging sapi saja buat sate dan ikan buat di bakar, panggangan kita udah beli semua lengkap, Cuma gak ada sate kambing gak lengkap”

Ifah:”Gak lengkap gimana mah? Tanya Ifah sambil menoleh ke belakang.



Yuniar:”Ini kan di daerah puncak neng, lagi liburan cuaca dingin banget, enak makan sate kambing, terutama buat para suami kita, biar staminanya kuat hihi”

Ifah:”Oh ia jug amah”

Yuniar:”begadang kita neng hihi, sekali-kali kayak anak muda”

Ifah:”Ia mah, kita berdua siap mengangkang sampai pagi hihi” ucap Ifah vulgar.



Yuniar:”Ia neng, makanya mamah mau beli sate kambing biar dua jagoan kuat staminannya ngentot sampai pagi” ucap Yuniar tampa tedeng aling-aling.

Hadi:”Mamah ini ngomongna jorang pisan teu di saring dulu”

Yuniar:”Gpp kali pah, kan udah pada dewasa, eh mumpung lagi liburan di puncak pah, ayo ngomong sama aa Dendi” ucap Yuniar.



Saya pun menoleh ke belakang melalui spion tengah karena nama saya disebut-sebut.

Ifah:”Apaan mah?

Hadi:”Gak tau neng si mamah”

Yuniar:”Ah papah mah, bilang aza, siapa tahu si aa mau bayarin ayo, kapan lagi”

Saya pun menjadi penasaran tapi kebetulan ada tukang sate di depan jadi saya pun berhenti.



Saya:”Beli sate dulu mah, biar aa yang turun mau berapa tusuk?

Yuniar:’Berapa ya, kita mau nyate juga, 25 tusuk saja a, sate kambing”

Saya:”Ok dech mah” saya pun segera turun dari mobil.

Terdengar mereka bertiga ngobrol algi sepertinya membahas masalah pak Hadi yang tadi.



Lebih kurang 15 menit saya pun balik lagi ke mobil sambil membawa sate kambing.

Saya pun sudah kembali di belakang kemudi.

Saya:”Maaf mah, bisa simpan di belakang” ucap saya sambil memberikan plastic berisi sate kepada Yuniar.

Yuniar pun segera menyimpannya di belakang.

Saya:”Gak ada yang mau di beli lagi? Biar langsung melaju?



Ifah:”Gak ada a, langsung pulang saja”

Saya pun kembali melaju di jalan raya, ternyaya makin malam malah terasa makin ramai sehingga sedikit macet.

Ifah:”aa, ada yang mau bapak aku bicarain” ucap Ifah.

Saya pun sudah menduga sich tadi tapi menjadi berdebar-debar apa ini tentang Yuniar, apa pak Hadi mau bilang membolehkan saya menyetubuhi istrinya. Pikiran saya berkecambuk, entah kenapa Yuniar memilik daya tarik luar biassa bahkan lebih dari Ifah.

Saya:”Ia, bicara saja, bebas sama aa mah”

Hadi:”Mamah aza yang bilang” ucap Hadi kepada istrinya.



Yuniar:”ah, bapak pakai malu-malu segala, diantara kita padahal udah gak perlu lagi ada yang dibikin malu ya aa, kita sudah seperti keluarga”

Saya:”ia dong mah, kita kan keluarga”

Yuniar:”Gini a, si papah, ya mertua kamu punya fantasi seks” ucap Yuniar berhenti sejenak belum melanjutkan ucapannya.

Saya sudah mengira mungkin dia punya fantasi istrinya dikeroyok.

Yuniar:”Jadi eh, fantasi si papah itu katanya pengen ngentot perek di puncak, dia denger temennya yang liburan sewa psk, jadi dia kepingin juga udah lama” ucap Yuniar.

Yah, ternyata di luar dugaan saya.



Saya:”Ia terus gimana mah?

Yuniar:”Nah mamah kan bolehin kemauan si papah ini tapi mamah pengen nonton, jadi bisa gak aa carikan ceweknya sekaligus aa bayarin, satu orang saja tapi yang mau di pakai berdua sama aa juga” ucap Yuniar.

Ya, betul-betul meleset dari dugaan saya.



Saya:”Bisa, nanti coba aa tanya-tanya sama security di villa, mudah2an dia tau” ucap saya sedkiti kecewa.

Yuniar:”Tuh, bisa pah, nanti papah bisa bilang sama temen papah di desa, bisa bangga-banggain liburan kita, papah ngewein perek hihi” ucap Yuniar.

Saya:”Bapak suka yang kayak gimana? Biar jelas” tanya saya.

Yuniar:”Tuch ditanya mau yang kayak gimana?

Hadi:”Yang cakep dan sexy nak”

Saya:”Wah terlalu umum itu pak, misal umurnya bapak mau yang muda, abg atau gimana?

Yuniar:”Dia maunya yang sedang saja gak terlalu muda dan juga tidak terlalu tua biar servisnya pengalaman, ya kirasan 26 sampai 30 tahunan nyarinya a”



Saya:”Ok, terus kirteria lainnya?

Yuniar:”Yang bohay a, kayak mamah hihi”

Saya:”Siap, satu orang aza ya?

Ifah:”Ia satu aza, kalau dua, kita gak kebagian jatah nantinya hihi”

Tak terasa kami pun sudah sampai. Ku lihat hampir jam sepuluh. Kami pun segera parker dan turun dari mobil. Saya dan Pak Hadi mengeluarkan barang belanjaan dan membawanya ke dalam villa sedang para ibu sudah duluan masuk ke dalam villa.



Saya:”Aa keluar dulu ya neng, mau tanya-tanya”

Ifah:”Ia aa, jangan lama-lama”

Saya:”Bapak mau ikut gak?

Hadi:”Bapak di sini saja nonton tv nak”

Yuniar:”Mamah masak dulu a sama si neng, kalau sudah dapat cepet masuk ya, pasti udah laper lagi, neng, si dedek tidurkan di kamar bawah dulu biar ke dengeran kalau nangis”



Ifah:”Ia” jawabnya pendek dan membawa tabah ke kamar.

Saya pun segera keluar dari kamar dan berjalan-jalan di luar.

Saat berjalan di luar tiba-tiba seseorang yang mengunakan sepeda motor mendekati saya. Saya pun langsung waspada takut punya niat jahat.

Orang tersebut yang kemudain ku tahu namanya Anto berhenti di depan saya dan turun dari motornya.



Anto:”Ada yang bisa di bantu pak?

Saya:”Gak mas, Cuma jalan-jalan saja”

Anto:”Maaf nich sebelumnya, kalau mau nyari buat nemenin di dalam, bisa sama saya” ucapnya.

Kebetulan sekali karena saya memang lagi mencari.



Saya:”Boleh dech, kita nyari tempat ngobrol”

Kami pun duduk di sebuah bangku di dekat taman.

Anto:”Mau berapa orang pak, saya Anto? Ucapnya mengenalkan diri.

Saya:”saya Dendi, Satu orang saja pak, tapi kriterianya agak susah?

Anto:”Tenang saja, stock saya banyak, mereka mau saja diapain pun”



Saya:”Cowoknya dua orang gimana?

Anto:”Bisa”

Saya:”Dia mau sampai pagi?

Anto:”rata-rata begitu pak”

Saya:”Tapi di villa ada istri saya dan istri bapak saya juga, si cewek gak keberatan?



Anto:”Tunggu, istri bapak gak keberatan bapak sewa psk?

Saya:”Gak”

Anto:”Berarti gak masalah”

Saya:”Saya mau yang bohay, yang umurnya antara 25-30”

Anto:”Oh bisa, sebentar, bapak lihat-lihat di ponsel saya”

Si Anto pun mengeluarkan ponselnya dan membuka galeri menunjukan photo-photo perempuan separo badan.



Saya:”Mau yang ini saja dech, kayaknya bohay dan cakep juga, pakai tindik segala hidungnya”

Anto:”Dia baru punya anak satu, Oh itu kebetulan istri saya, dia belum dapat pelanggan, saya bawa langsung pak”

Saya pun terkejut mendengarnya.

Saya:”Istri bapak?

Anto:”ia”

Saya:”Berapa?

Anto pun menyebutkan sebuah angka dan saya pun sepakat.



Anto meminta saya menunggu katanya tempatnya tidak jauh dia akan segera kembali.

Saya pun duduk menunggu di sana.

Sekitar 10 menitan anto pun sudah balik lagi dengan membonceng seorang perempuan ya kalau di lihat sekarang sepertinya lebih tua dari di photo tapi tidak masalah dech yang penting bohay dan bening.

Anto pun segera turun dan menemui saya dan si perempuan menunggu di motor.



Anto:”Gimana pak?

Saya:”Ok, saya harus bayar dp?

Anto:”nanti saja sama istri saya sesuai perjanjian”

Saya:”Ok”

Anto pun memberi kode kepada si perempuan untuk turun. Wanita tersebut segera menghampiri kami.



Lumayan juga sich tapi mala mini saya punya target Yuniar dan harus berhasil.

Anto:”ini mah, kamu temenin bapak ini, namanya Pak Dendi dan katanya ada satu lagi di dalam villa,ini istri saya namanya Leni”

Anto:”Saya tinggal ya, besok jam 8 papah jemput”

Leni:”Ia pah”

Berarti memang benar mereka suami istri.



Saya:”Saya panggil apa ya?

Leni:”Terserah akang saja”

Saya:”Leni saja ya”

Leni:”Ia kang”

Saya :”ayo” ucap saya sambil menuntun tangannya dan kami pun berjalan menuju ke villa saya.



Saya:”Di villa ada istri dan mertua saya tidak keberatan?

Leni:”Suami saya sudah bilang, kalau mereka tidak keberatan saya gak masalah”

Saya:”Ok kalau gitu”

Kami pun berjalan lebih cepat.



Memang bohay si leni ini pantatnya gede juga ditambah dia pakai celana jeans ketat warna biru dan kemeja lengan panjang tapi ngatung hingga puser dia kelihatan. Hidungnya ada tindiknya.

Kami pun sampai di depan pintu villa dan saya pun segera membawa Leni masuk.

Tampak Ifah dan Yuniar sepertinya sedang memasak sesuatu dan sibuk membuat bumbu di dapur.

Yuniar:”Sudah dapat a?

Saya:”Udah, ini Leni, kenalin dulu Pak” ucap saya ke Hadi.

Hadi pun berkenalan dengan Leni.



Yuniar dan Ifah pun segera mendatangi saya dan saya kenalkan juga.

Saya:”Itu mamah mertua saya, mamah Yuniar istrinya Pak Hadi dan ini istri saya” ucap saya kepada Leni.

Leni sedikit terkejut karena melihat Ifah dan Yuniar yang memakai jilbab.

Yuniar:”Santai saja ya neng sama kita mah, kita mewujudkan fantasi suami, khususnya suami saya dia mau maen sama… ya gitu dech” ucap Yuniar tidak enak mau menyebutnya.



Leni:”Oh, psk maksudnya, gpp mah, makanya saya agak heran kalian terlihat alim”

Yuniar:”Hehe, ayo duduk temenin si bapak, santai saja ya, nanti kalian pakai kamar itu, tapi masih ada anaknya anak saya, nanti kitap pindah”

Leni pun duduk di samping pak Hadi yang tampak sedikit gugup.



Leni pun melihat ke saya dan saya berkedip kepada dia.

Leni pun tampak tak sungkan melingkarkan tangannya di pundak Pak Hadi.

Saya:”Kalian masak apa?

Ifah:”Masih godok daging dulu pah, kita makan satenya dulu dech”

Yuniar:”Ia ayo duduk semua, kita makan sate dulu, nasinya belum matang masih masak”



Ifah pun segera membuka sate dan menaruhnya di piring.

Yuniar:”Neng len, gpp bergadang? Ucap Yuniar sambil menyantap sate.

Leni:”Kalau say amah udah biasa bergadang mah, kalau siang tidur heheh” ucap Leni sambil mengelus dagu pak Hadi yang tampak masih belum nyaman.leni pun kemudian ikut mengambil sate begitu juga pak hadi.

Yuniar:”Ayo di makan satenya, biar kalian greng, katanya sate kambing bisa meningkatkan libido”

Saya:”Sebenarnya aa punya minuman, kalau boleh bar aa bawa siapa tahu leni mau? Ucap saya sambil melihat ke Ifah.



Ifah:”Maksudnya minuman apa a?

Saya:”Untuk menghangatkan badan”

Yuniar:”Arak neng”

Ifah:”aa suka minum?

Saya:”Kadang-kadang”

Ifah:”Yau udah, bawa saja, siapa tahu bapak mau nyoba juga hihi”



Saya pun segera ke atas dan terlebih dahulu menyikat beberapa tusuk sate kemudian saya turun kembali dan membawa sebuah botol minuman, ya saya hanya bawa satu botol saja.

Saya:”Ini, aa Cuma bawa satu”

Leni:”Minuman mahal ini”

Ifah:”Neng ambilkan gelasnya ya” Ifah pun bangkit dan kemudian mengambil gelas.



Ifah:”Gelasnya ini ada 4 aza, dua kotor belum di cuci”

Yuniar:”Gpp gentian”

Saya:”a buka ya, siapa yang mau nyoba minum ambil saja” ucap saya sambil menuangkan sedikit ke dalam gelas dan menenggaknya.

Leni:”Boleh kang” ucanya ambil mengambil gelas.

Saya pun menuangkan setengah gelas untuk Leni.



Leni pun meminumnya sedikit dan memberikan ke pak Hadi.

Pak hadi pun melihat ke saya dan istrinya.

Yuniar:”Gpp sekali kali pah, nyobain gimana rasanya hehe”

Hadi pun meminumnya dan tampak raut mukanya sedikit berubah.



Ifah:”A, neng boleh nyoba, jadi penasaran juga”

Saya:”Tapi dosa neng, gpp?

Ifah:”Gpp, mana tuangkan”

Saya pun menuangkan hingga setengah gelas.



Ifah:”Pelit ama Cuma segini?

Saya:”Coba dulu, nanti aa tambahin”

Ifah pun meminumnya tapi Cuma sedikit.

Ifah:”Gak enak banget ih, tapi koq banyak ya yang suka minum ginian”

Yuniar:”Mana mamah juga jadi penasaran”

Ifah pun memberikan ke Yuniar.



Yuniar pun meminumnya cukup banyak.

Yuniar:”Ia neng, enaknya apa ya?

Leni:”Kalau rasanya memang gitu mah, tapi mungkin nanti lebih gimana”

Yuniar:”Gimana apanya neng?

Leni:”Ya misal kalau ngewek nanti terasa lebih enak dan nikmat” ucap Leni sambil mencium pipi pak Hadi.



Yuniar:”Masa, mana mamah minum lagi penasaran” ucap Yuniar dan menghabiskan gelas yang tadi.

Saya pun mengisinya kembali.

Leni:”Si bapak ini diem wae, hehe”

Yuniar:”Malu neng, tapi bawa ke kamar, pasti ganas hihi’ ucap Yuniar sambil kembali meminum air di gelasnya.

Saya pun minum kembali untuk menemani Yuniar.



Ifah:”Di bawa ke kamar aza mbak, biar saya pindahkan anak saya” ucap Ifah sambil berjalan lebih dulu ke kamar untuk mengambil si Tabah.

Yuniar:”Udah pah, masuk kamar saja”

Leni pun menuntun Pak Hadi yang tampak hanya senyum-senyum saja dan mereka pun masuk ke dalam kamar.

Sementara Ifah tampak naik ke lantai dua.



Yuniar:”Biar si papah seneng-seneng dulu a, mamah mau ngecek daging” ucapnya dan segera meninggalkan saya.

Ifah pun sudah turun kembali dan menghampiri saya.

Ifah pun duduk di samping saya.

Ifah:”Minta lagi a, jadi penasaran”

Saya pun kembali menuangkan minuman ke dalam gelas Ifah.



Yuniar pun datang kembali dan duduk di samping Ifah.

Yuniar:”Penasaran ya neng?

Ifah:”Ia, apa bener kalau nanti ngewe jadi lebih nikma a?

Saya:”Gak tau, kita bukitiin nanti, aa jadi dikeroyok kan?

Yuniar:”Huh maunya, aa keroyok leni saja sama si papah hihi” ucap Yuniar sambil berdiri.



Ifah:”Kemana Mah?

Yuniar:”Mau kencing neng, kebelet” ucap Yuniar.

Ifah:”Dagingnya udah matang?

Yuniar:”Udah, kamu potong-potong dulu ya”

Ifah:”Ia”

Yuniar pun segera naik ke lantai atas. Saya pun melihat pantatnya yang bergoyang-goyang.



Ifah:”Udah jangan dilihatin mulu, aa naik saja sana”

Saya:”Bisa memang?

Ifah:”Ya bisa, bapak kan sudah ada yang nemenin”

Saya:”Kalau mamah gak mau?

Ifah:”Kalau mamah gak mau, aa perkosa aza, Cuma ini kesempatan aa, neng nunggu di sini sambil nonton tv”

Saya:”Serius?



Ifah:”ia, perkosa saja, pasti mamah gak bakal mau” ucap Ifah

Saya:”Wah bahaya kalau gitu, padahal mamah kayak ngasih kode?

Ifah:”Neng bilang perkosa aza, gk bakaln kenapa-napa, kalau aa ajak terang-terangan gak bakal mau, neng jamin, tapi kalau aa paksa juga gak bakal marah, neng jamin gak bakal marah sesudahnya, tapi pasti ngelawan”

Saya pun menjadi sedikit bingung.

Ifah:”Malah bengong, mamah tuh mau ngerasain diperkosa, udah ngerti?



Saya:”Oh, siap” saya pun dengan terburu-buru naik ke lantai 2.

Apa Yuniar punya suatu fantasi juga, apa benar yang diucapkan Ifah, sudahlah nekad saja apalagi saya sudah terpengaruh oleh minuman.

Saya pun mengendap-ngendap ke depan pintu kamar Yuniar yang tidak tertutup. Tak terlihat Yuniar mungkin masih di toilet.

Saya pun segera masuk ke dalam dan terdengar pintu kamar mandi di buka dan keluarlah Yuniar sambil membenahi celana leggingnya.



Yuniar sedikit terkejut melihat saya.

Yuniar:”Eh aa, mana si neng?

Saya:”Ifah masih di bawah mah, mungkin sedang motong-motong daging”

Yuniar:”Y sudah mamah ke bawah ya” ucapnya berjalan melewati saya tanpa bertanya kenapa saya ada di dalam kamar dia.



Begitu Yuniar sudah lewat di depan saya segera saya memeluknya dari belakang dan meremas kedua susunya.

Yunar:”Aaw, aa apa-apaan ini, uuugh lepasin” ucapnya tapi dengan suara tidak terlalu keras dan di bawah terdengar suara tv lebih nyaring dari sebelumnya.

Saya:”Aa udah lama pengen berduaan sama mamah” ucap saya sambil tetap memeluk Yuniar yang mencoba berontak. Saya pun menjilati kuping Yuniar dari balik hijabnya.



Yuniar:”Aaaaah aa lepasin aaaa, gak boleh ini dosa”

Yuniar yang smepat diam kini berontak dan membuat lantai kayu terdengar cukup berisik.

Saya pun menarik Yuniar yang tetap memberontak dan menjatuhkannya di kasur twin yang juga sudah ditempeklan jadi satu seperti di kamar saya dan Ifah dan segera saya menindih dia.

Mulut saya segera menciumi wajahnya Yuniar.



Yuniar:”Jangan aa, lepasin mamah aaagh, papah tolong mamah mau diperkosa si aa” teriak Yuniar tapi suaranya justru tidak terlalu keras jadi pasti gak mungkin terdengar oleh Pak hadi apalagi suara tv cukup kencang.

Saya justru semakin terangsang oleh perlawanan Yuniar.

Saya pun segera melumat bibir Yuniar dan kedua tangan saya menahan kedua tangan Yuniar yang masih memberontak dan saya bentangkan di samping kepalanya.



Yuniar:”Mmmmmz, lepasin aaagh anjing,mmmmmmpz” Yuniar sempat menggunakan lututnya dan seidikit mengenaik sisi selangkangan saya.

Saya pun segera menekan dia dengan lebih keras lagi. Kembali saya menciumi mulutnya Yuniar.

Yuniar:”aaagh…mmmmpz,najiiis,,,mmmmmmmmmz” ucap Yuniar tapi malah dia membuka mulutnya dan lidah malah dijulurkan dan segera saya isap. Dia pun kembali berontak.

Yuniar:”uuughhh…uuughhhhh” tapi mulutnya malah melayani mulut saya. Lidah kami saling bertautan.



Saya pun menaikan jilbab Yuniar dan tampak lehernya yang putih.

Kini mulut saya segera mendarat di lehernya.

Yuniar:”Lepasin anjing jangan aaaaaah” sambil teriak Yuniar kali ini sedikit lebih keras dan mungkin terdengar sampai ke bawah, tapi sebenarnya kalau dia mau dia bisa teriak lebih keras lagi.Tangannya pun terus berontak dan kepalanya bergerak ke sana kemari.



Yuniar:”Aaagh jangan dicupangin uuughh” teriaknya dengan suara seperti tadi begitu saya mendaratkan gigitan cukup keras dan lama di lehernya hingga menimbulkan warna merah.

Yuniar:”Aaaah ampun uuuhhhhh”

Saya pun segera mebalik badan Yuniar hingga tengkurap dan saya tarik kedua deker di tangannya hingga terlepas.

Yuniar:”Lepasin a, jangan perkosa mamah aaagh ampun. Lepasin” ucapnya kini dengan suara seperti nangis dan terisak. Saya pun sedikit kaget apa benar dia minta di lepasin.

Tapi saya pun sudah terlanjur nafsu. Saya tarik keras kaosnya untuk saya buka tapi dia malah berontak lagi. Lalu crrrrek…



Terdengan bunyi sobekan dan rupanya kaos putih yang dikenakan Yuniar pun sobek. Kaosnya tetap saya tarik hingga akhirnya terlepas melalu kepalanya.

Tampak Yuniar hanya menengankan bh warna hitam yang tadi baru di beli di mall,

Saya pun membalik badan Yuniar dan segera menciumi bagian atas payudaranya yang menonjol tidak tertutupi oleh bh dia.



Yuniar:”Aaaah jangan aa, lepasin uuugh” ucapnya sambil berontak membuat ranjang berdirit.

Tangannya sebenarnya kini sudah bebas, dia bisa saja memukul saya tapi tangan dia hanya berusaha mendorong kepala saya agar menjauh dari dadanya.

Yuniar:””Aaaghu aaampun aaaaa, jangan dilepas aaaah kutang mamah aaaagh robek” teriak Yuniar karena saya sengaja menarik kedua cup bh dia tanpa melepas kaitnya yang berada di belakang.

Breeet..kain yang menghubungkan kedua cup bh Yuniar pun robak hingga saya kini dengan mudah menggeser keduanya hingga toket yang lama saya khayalkan kini terpampang di depan wajah saya..



Tampak Puting susu Yuniar begitu panjang cokelat kehitaman begitu juga areolanya pun begitu kehitaman dan berukuran besar. Saya pun segara mencaplok pentil susunya yang sebelah kanan.

Saya pun segera menghisap pentil susunya Yuniar. Meski tidak ada asinya tapi tetap terasa nikmat dan puas karena sudah beberapa hari saya mengincarnya.

Sementara satu tangan saya lainnya meremas-remas toked gedenya yang jauh lebih gede dari punya Diah istrinya Fadli.



Yuniar:”Aaaawh, jangan, jangan dihisap aa, ampun gusti, jangan aaaagh” erang Yuniar sambil tetap meronta tapi rontaanya cumak sekedar rontaan saja saya yakin Yuniar bisa lebih meronta lagi apalagi kini lengannya bebas. Tangannya hanya meremas-remas kepala saya dan kadang sedikit mendorong kepala saya agar jangan menjauh.

Yuniar:”aaagh jangan dicupang a, nenen mamah aaaagh, nanti kelihatan papahnya Ifah uuuhghhhh, jangaaaaaan” Yuniar kembali meronta kali ini lebih keras begitu saya menggigit susunya di dekat pentilnya hingga menimbulkan warna merah sebesar uang koin seratus warna emas jaman dulu.



Tidak sampai di situ saya pun memberikan dua cupangan lagi.

Yuniar:”Aaagh ampun uuuhh isep pentil kirinya aaaah uuuuhhh” ucap Yuniar tanpa sadar ketika kepala saya sudah berpindah menjilati susunya yang sebelah kiri.

Lidah saya pun mulai menjilati pentil susu Yuniar yang sebelah kiri.

Yuniar:”Aampuuuun geliiiii aaaa uuughh ampuuuun”

Saya pun kemudian mencaplok pentil susu Yuniar yang sebelah kiri dan saya pun menghisapnya. Saya pun melihat ke atas tampak tangan Yuniar kini meremas seprai di sebelah kiri dan kanan tak lagi menghalangi kepala saya.



Saya pun lebih leluasa menyedot pentil susunya Yuniar.

Yuniar:”Aaaagh udah aa, lepasin puting susu mah, jangan diisep terus uuugh gusti geli ampuuun”

Saya:”Pentil susu mamah gede banget dan panjang, aa suka” ucap saya kemudian kembali mencaplok pentil susunya Yuniar.

Yuniar tampak memejamkan matanya sambil menarik-narik kain sperai hingga tampak kusut.



Saya pun memberikan gigitan kecil di sekitar pentil susu Yuniar dan memberikan warna kemerahan. Kali ini tidak ada protes dari Yuniar.

Kemudian saya menarik tangan kiri Yuniar lalu saya balik dan segera saya benamkan mulut saya di ketiak Yuniar yang ditumbuhi bulu-bulu halus.

Yuniar:”aaaaw, jangan dijilat ketek mamah aaaaah tidaaaak, geliiiiii”

Yuniar kembali memberontak tapi saya mendekapnya dengan lebih bertenaga lagi.



Ketiak Yuniar pun seketika menjadi basah oleh liur saya.

Yuniar:”aaagh ketiak mamah aa cupang juga uuuugh” Yuniar mengerang ketika saya memberi cupangan di ketiaknya.

Kini giliran tangan satunya saya balik dan mulut saya segera menyapu ketiak Yuniar yang satunya lagi dan saya perlakukan sama seperti sebelumnya. Ketiak kanan Yuniarpun basah oleh ludah saya.



Setelah puas dengan ketiak Yuniar saya dengan cepat bangkit dan membalik kembali badan Yuniar. Saya menarik legging Yuniar, sontak Yuniar kembali berontak dan meronta.

Yuniar:”Jangan, udah, lepasin” dalam hati pintar juga Yuniar berakting. Dia berontak dengan cukup kuat hingga pelukan saya dipahanya terlepas tap isaya masih bisa memegang kakinya sebelah dan saya menariknya lalu saya kembali menindihnya dengan posisi dia tengkurap. Tangan saya kembali berusaha menurunkan celana legging dia.



Saya pun berhasil menarik celana legging Yuniar sampai turun ke paha, tampak pantat besar yuniar hanya terbungkus cd warna hitam.

Saya pun segera menarik legging tipis tersebut sementara Yuniar berbalik terlentang dan tangannya menahan leggingnya dari tarikan saya.

Saya pun menarik tangan Yuniar agar melepaskan pegangannya dan begitu terlepas saya cepat menarik legging tersebut hingga saya pun berhasil.

Yuniar:”aaagh jangan aaa, jangan” Yuniar pun mundur sampai ujung ranjang. Saya pun segera menciumi legging Yuniar sambil menteringai.



Yuniar:”a, jangan perkosa mamah a, inget, aa menantu mamah”

Saya:”Dan mamah mertua yang suka menggoda menantunya hehe, malah sampai pipis di depan menatunya” ucap saya dan segera melepas baju kaos saya dan celana pendek jeans saya.

Mata Yuniar tertuju kepada gundukan di selangkangan saya yang masih terbungkus celana dalam.

Saya pun segera melepaskan celana dalam saya dan kontol saya pun segera mengacung.

Yuniar pura-pura menutup matanya sambil terisak-isak, kalau benar-benar dia tidak mau saya perkosa ini kesempatan buat dia kabur dan teriak tapi dia hanya diam saja.



Saya pun segera menubruk Yuniar dan menariknya ke tengah ranjang. Yuniar kembali meronta-ronta.

Yuniar:”Jangan a, lepasin mamah, jangan perkosa mamah tolong ini dosa mmmmpz” tapi saya langsung melumat mulutnya dan menciumi bibir dia.

Saya pun berhasil kembali menindih dia.

Setelah puas menciumi Yuniar lagi saya pun bergerak dengan cepat ke bawah dan menarik celana dalamnya Yuniar. Yuniar langsung bangun berusaha mati-matian mempertahankan celana dalamnya agar tidak saya lepas.

Yuniar:”aagh jangan aaaaa, jangan tarik cangcut mamah, lepasin anjing, bajingan, bangsat kamu” ucapnya memaki saya dengan suara cukup keras saya sedikit kaget juga dan kesal. Akhirnya saya tarik kedua tangan Yuniar dan begitu lepas tangannya saya tindih dengan lutut saya sementara tangan saya menarik kuat-kuat pinggiran cd tipis warna hitam yang dia kenakan yang baru kami beli di mall.



Breeet…bunyi kain robek dan cd yang di kenakan Yuniar pun robak dan saya tarik paksa hingg memek Yuniar pun terbuka, cd dia masih menempel di paha kirinya bagian kanan yang berhasil saya robek.

Yuniar:”Anjing, sampai kamu robek cangcut mamah”

Saya tak menanggapinya tapi saya dorong Yuniar hingga terlentang. Tampak memeknya yang dipenuhi bulu-bulu keriting. Saya buka kakinya lebar-lebar sampai terangkat tinggi dan saya benamkan wajah saya di memek dia.



Baru saja lidah saya menyapu bibir memeknya, Yuniar pun meronta-ronta lebih keras hingga saya sedikit terpelanting. Benar-beanr si Yuniar ini ingin diperlakukan sebagai perempuan yang diperkosa, pikir saya di dalam hati.

Yuniar:”Aaaagh jangan dijilat memek mamah bangsaaat”

Saya pun segera memegangd memeluk pantat Yuniar dengan erat. Perlahan saya naik dan menindih Yuniar.



Saya pun berbisik di telinga Yuniar.

Saya:”Ini saatnya aa memperkosa memek mamah hehe”

Yuniar kembali meronta.

Yuniar:”Jangaaaan, tidaaaak, jangan perkosa mamah a, please”



Saya pun segera melebarkan kedua kaki Yuniar dan saya tahan dengan kaki saya. Kini tiba-tiba Yuniar diam seperti membiarkan saya segera menyetubuhi dirinya.

Saya pun mencoba mengarahkan kontol saya ke memek Yuniar tapi kembali Yuniar meronta hingga meleset.

Saya:”aaagh diam” ucap saya sambil menekan badan Yuniar lebih keras hingga dia sedikit meringis ke sakitan.

Kesempatan tersebut membuat saya berhasil mengepaskan posisi kontol saya dengan memeknya Yuniar.



Saya segera mendekap badan Yuniar dengan kedua tangan saya memeluk badannya. Tangan saya melingkar di bawah pundak dia.

Lalu bleeees….saya berhasil melesakan kontol saya hingga setengahnya ke memek Yuniar yang saya rasa belum sudah cukup basah.

Yuniar:”Tidaaaaak jangan aaaaaaa” Yuniar kembali meronta.



Saya pun sekuat tenaga menahan gerakan dia dan saya sodokan lebih dalam lagi kontol saya ke memek dia yang terasa begitu hangat.

Bleseeeek…

Yuniar:”Tidaaaak…aaa jangan nodain mamah please aaaakh” Yuniar merengek dengan wajah yang menurut say lebih ke wajah sange.



Saya pun kembali menghentakan kontol saya hingga seluruh batang kontol saya terbenam di memeknya mertua saya ini.

Yuniar:”Tidak, aaaaaah, aa jangan rampas kehormatan mamah tidaaaak..jangan dientooot” teriak Yuniar cukup keras. Saya sudah tidak perduli. Saya pun segera menggenjot memeknya Yuniar.

Plooook..poooook…ploooook….

Benturan paha saya dengan pantatnya Yuniar terdengar nyaring mengisi seluruh kamar dan ranjang pun berderit kencang.



Kepala Yuniar menggeleng ke kiri dank e kanan sambil terpejam dan mulutnya sedikit terbuka.

Saya pun segera melumat bibirnya yang cukup sensual.

Yuniar:”mmmpz, aaagh mmmmmmmmzppp aaaagh zina aaaaah…zinaah”

Kemudian saya pun berpindah menjilati lehernya Yuniar dan jilbabnya yang sudah awut-awutan saya singsingkan. Lidah saya segera menelusuri lehernya .



Yuniar:”ampun Papah, mamah diperkosa si aa, neng mamah diperkosa suami kamu uuuugh..uuughhh mamah dikontolin laki kamu neng uuuhh” racau Yuniar dengan mata terpejam.

Saya pun berbisik di telinga Yuniar.

Saya:”Gimana mah, kontol aa lebih gede dan panjang kan dari kontolnya bapak”

Yuniar:”Ia kontol aa lebih gede dan panjang a, tapi ini dosa, ini zinah, Nazis aaagh cabut a kanjutnya uuugh” Yuniar kembali meronta tapi malah membuat terasa makin nikmat.



Memeknya betul-betul memijat dari dalam. Saya baru ingat belum meminum obat dari Donatus.

Saya:”Memek mamah enak banget, lebih enak empotannya dari memeknya Ifah” bisik saya di telinga dia. Tiba-tiba Yuniar membuka matanya dan saya pun tersenyum.

Yuniar kembali meronta.

Yuniar:”Tidaaaaak, jangan zinahi mamah aa, udah cabut kontolnya sekarang”

Saya:”Mamah beneran mau aa cabut kontol aa dari memek mamah, aa cabut sekarang”

Yuniar:”Jangan a, entot lagi” ucapnya pelan.

Saya:”Kalau gitu janga meronta terus” ucap saya



Saya pun mempercepat sodokan kontol saya di memeknya Yuniar. Plooook…ploooook…ploooook…

Yuniar:”aaghhh sakit memek mamah, udah jangan zinahi mamah uugh” racau Yuniar tapi kini tak lagi meronta.

Saya:”Memek mamah bener-bener nikmat mah, rapet” ucap saya memuji Yuniar yang kini kembali memejamkan matanya.

Keringat mulai membasahi tubuh kami berdua.



Yuniar:”aaagh zinahin mamah aaaaaaa…aa uugh enak kontolna uugh” Yuniar mulai meracau lagi dan memeknya terasa makin hangat.

Yuniar:”Sodok yang kenceng a uuugh..uughhhhh”

Ploooook…plooook…plooook…

Saya pun semakin mempercepat sodokan kontol saya.

Yuniar:”Aaaagh, gak kuat aaaah ampun uuughhhhh” lalu Yuniar tiba-tiba melingkarkan kedua kakinya ke punggung saya dan mengejang.



Saya pun segera melumat bibirnya dan kami pun berciuman, sementara memeknya terasa berkedut tanda dia baru mencapai orgasme. Setelah beberapa lama saya pun mencabut kontol saya dan menarik Yuniar dangan sedikit kasar.

Saya:”Nungging kamu Yuni” ucap Saya.

Yuniar:”Jangan perkosa mamah lagi a, udah” ucapnya tapi menuruti permintaan saya dan segera menungging.

Saya:”Enak aza, mamah udah keluar, aa kan belum” ucap saya sambil menampar pantatnya.



Plaaaak…plaaaak..

Yuniar:”aaaaw, a, sampai merah gini bool mamah” ucap Yuniar sambil memeriksa pantatnya.

Saya memang meminta posisi ini karena saya gemas dengan pantat Yuniar yang begitu besar dan padat.

Saya segera menarik Yuniar mundur dan bleeesek….

Saya pun membenamkan kontol saya kembali ke dalam memeknya Yuniar.



Yuniar:”aagh ampun papah, neng mamah diperkosa lagi sama si aa, uuughhh…uuughhhh, tapi enak aaah diperkosa”

Ploook..plooook..plooook

Saya pun segera menyodokan kontol saya dan mengentot Yuniar dia kecepatan penuh. Berkali-kali kepala Yuniar terdongkak ke depan. Tiba-tiba terdengar suara si tabah menangis.

Yuniar:”Aaaaah, uugh, si dedek ini ganggu aza orang lagi enak ewean” ucap Yuniar karena saya pun menghentikan sodokan kontol saya.



Yuniar:”Apa mamah ambil dulu a? Yuniar pun menoleh kepada saya.

Tapi lalu terdengar orang berjalan di tangga dan tampak Ifah naik dia pun segera melihat kepada kami dan tersenyum.

Saya pun kembali menyodokan kontol saya ke memeknya Yuniar.

Yuniar:”Neng tolooong, mamah diperkosa aaaah”

Tapi Ifah malah mengacungkan jempolnya yang dijepit dua jari lainnya dan segera masuk ke kamar sebelah.



Ploook…plooook…plooook..

Yuniar:”aaagh, ampuuun, jangan zinahi mamah aaaaagh”

Saya pun memegang ujung jilbab Yuniar dan segera mengentotnya lebih kencang lagi.

Ploook…ploook…plooook..plaaak..plaaak…

Yuniar:aaaaw, sakit uuughhh” teriak yuniar yang sepertinya kali ini kesakitan betulan. Pantatnya tampak memerah akibat saya tabokin.

Sementara terlihat Ifah menggendong tabah sambil buru-buru turun tampak melihat kepada kami.

Yuniar:”Neng aaaagh, tolong mamah diperkosa uyuughhhhh”

Saya merasakan sprema saya sudah mulai di ujung.

Saya pun segera mencabut kontol saya dan mendorong Yuniar hingga terlungkup.

Saya pu menariknya dengan kasar hingga dia terlentang kembali.



Yuniar tampak segera melebarkan kedua kakinya.

Bleeesek…

Saya pun kembali menyodokan kontol saya ke dalam memeknya Yuniar….

Ploook…plooook…plooookkk

Yuniar:”aaag ampun uuughhh, udah cabut kontolnya aaaah”

Saya pun semakin membabi buta. Sodokan saya semakin tidak beraturan.

Ploook…ploook…ploook…

Yuniar:”aaagh gak kuat uuuuhhhhhh…ampun mamah diewe menantu aaah” erang dia sambil kembali melingkarkan kedua kakinya di pinggang saya.

Saya:”Terima di mertua binal peju gua” ucap saya….

Ploook…ploook..ploook



Yuniar:”Tidak, jangan di dalam memek mamah aaaaaah…aaaaghhhh” tapi justru kakiinya makin kuat melingkar di punggung saya.

Saya:”aku hamilin kamu mertua binal”

Yuniar:”Jangan di dalam memek a uuuuh….dinodain aaaagh”

Crooot…croooot…croooooot…



Sprema saya pun membanjiri memeknya Yuniar yang juga diikuti oleh Yuniar yang mengejang dan tangannya mencakar punggung saya sehingga menimbulkan sedikit rasa perih.

Yuniar:”aaah tidaaaaak….uuuughhhhh…uuughhhhhh…mmmmmpzzzz mamah digadabah neng uuuuuh”

Saya segera melumat bibir Yuniar dan kami pun berciuman cukup lama.



Yuniar:”mmmpz…aa uugh kita udah berzina aagh” ucap Yuniar sambil melepaska mulutnya dari mulut saya.

Saya:”Maaf ya, aa udah memperkosa mamah, abis mamah godain aa mulu” ucap saya masih mendindih tubuh Yuniar.

Yuniar:”Ia, aa jahat banget udah gadabah mamah, mamah malu sama suami mamah, mamah udah ternoda, kehormatan mamah udah dirampas”

Saya:”Memek mamah enak banget, makasih mah, empotannya luar biasa”

Yuniar:”Berat a, peju aa banyak banget masuk ke memek mamah sampai panas gini iiih memeknya mamah” ucap Yuniar mendorong tubuh saya dan saya pun berguling ke samping dia.



Yuniar dan saya kembali terdiam, saya masih memanfaatkan untuk meremas-remas toketnya yuniar.

Yuniar:”si Papah udah belum ya ngeweknya sama si Leni?

Saya:”Gak tau mah, mamah liat aza ke bawah”

Yuniar:”Masih lemes abis diperkosa sama kamu, agak perih memek mamah tadi waktu diewe sama aa” ucap Yuniar sambil meraba-raba memeknya.



Yuniar:”Banyak banget pejunya a, ini sampai meluber keluar dari memek mamah” ucap Yuniar sambil menunjukan jarinya yang basah oleh sperma saya.

Yuniar:”Kasihan Ifah, nanti aa minum obat kuat ya, mamah dan Ifah bakal ngeroyok aa”

Saya:”Siap mamah kan udah janji waktu di mall”

Yuniar:”Ia, uh lemes banget, enak banget tadi ewean” ucap Yuniar.



Saya:”Mamah memang punya fantasi diperkosa ya?

Yuniar:”ia, dulu waktu Ifah nikah sama Hakim kan di bawa sama adik kamu, rumah mamah kerampokan, rampoknya tiga orang, mamah hampir saja diperkosa sama mereka”

Saya:”Tapi gak berhasil? Saya jadi ingat kejadian istri saya dewi yang juga diperkosa oleh perampok.

Yuniar:”Untung teriakan mamah kedengaran bapak, bapak kan kebetulan ngeronda jadi mamah sendiri di rumah, jadi rampoknya pada kabur”

Saya:”Mamah sempat diapain aza?

Yuniar:”Belum diapa-apain baru ditindihin, keburu datang yang ronda, tapi aneh habis kejadian itu mamah jadi ngebayangin gimana ya kalau diperkosa hihi”



Saya:”Mamah gak takut hamil, tadi aa buang peju di memek mamah”

Yuniar:”Tenang aza mamah kb koq jadi gak bakal hamil”

Saya:”Mamah gak pengen punya anak lagi?

Yuniar:”udah punyaa cucu, masa mau punya anak lagi a, jangan ditarik gitu pentil susu mamah sakit a”

Saya:”Gemes sich mah, panjang gini dan gede”



Yuniar:”sakit tapi a, kalau digituin nenennya mamah” ucap Yuniar yang kini tangannya meremas-remas kontol saya.

Saya:”kalau mamah mau hamil lagi, bilang aza, biar aa hamilin”

Yuniar:”Ih amit-amit, cukup zina gini aza a, jangan sampai mamah hamil sama menantu, udah ah mamah mau mandi dulu ya”

Saya:”Ok, aa mau tiduran dulu, nanti kalau mamah udah selesai mandi bangunin aa ya”

Yuniar:”Ia, ini kutang mamah, padahal baru beli sampai robek gini, cangcut mamah juga sampai sobek gini”

Saya:”Tenang, bisa aa beliin lagi mah”

Yuniar pun tersenyum dan memunguti pakaiannya yang berserakan dan berjalan menuju ke kamar mandi.



Saya memilih memejamkan mata dan selanjutnya saya pun tertidur.
 
PART 73

POV SUAMI



Saya terbangun karena ada yang menguncang-guncang tubuh saya, ternyata Yuniar. Dia sudah rapi dan cantik mengenakan jilbab warna ungu dan baju gamis hijau muda kombinasi putih yang tadi baru dibeli di mall. Baju gamis yang begitu ngepress yang kata si pelayan harus memakai pakaian lain lagi di dalamnya karena cukup tipis.

Yuniar:”Bangun aa”

Saya:”Jam berapa mah?

Yuniar:”Jam berapa mamah juga gak tau, hp mamah tertinggal di bawah”

Saya pun mengambil celana saya dan melihat jam dari ponsel.



Saya:”Jam 12 lebih sudah mah”

Yuniar:”Ya udah, aa mandi biar segar, mamah mau bantuin Ifah, dan nyiapin buat bakar-bakar”

Saya pun bangkit dan menggeliat, badan saya memang terasa capek sekali dan masih kurang karena tidur hanya sebentar.

Yuniar:”Mamah ke bawah ya” ucap Yuniar sambil berbalik dan berjalan ke luar. Baju yang dipakainya memang ngepress banget, pantat bulat Yuniar tercetak jelas begitu juga garis celana dalamnya yang samar-samar sepertinya celana dalam berwarna hitam juga tapi kali ini yang ukurannya mini yang tidak menutup seluruh buah pantatnya.

Plaaak…



Yuniar:”Aaaw, ih seneng banget ya nabokin bool orang”

Saya:”Ia, apalagi boolnya gede kayak bool mamah” ucap saya.

Yuniar pun tersenyum dan kemudian berjalan keluar dari kamar.

Saya pun menatap pantat tersebut bergoyang-goyang. Meski baru mencicipi tubuhnya tadi, penampilan Yuniar kembali menggoda hasrat dan birahi saya.



Saya pun menelan ludah saya dan segera bangkit. Saya pergi ke kamar saya untuk mandi. Rupanya si tabah sudah ada di kasur lagi, berarti pas saya tidur ifah sempat menyimpan dia di kamar.

Saya pun segera mandi agar badan segar. Setelah mandi baju yang tadi saya kenakan karena saya memang tidak membawa banyak baju ganti.

Saya pun segera turun dari lantai dua ke lantai satu. Saya pun menemukan Ifah dan Yuniar sedang duduk di meja sambil memasuk-masukan daging ke tusukan sate.



Saya pun segera duduk di samping Ifah.

Ifah:”Gimana lemes gak?

Saya:”Udah seger lagi sekarang mah hehe”

Ifah:”Gimana heunceutnya mamah aku a?

Saya:”Enak gak kalah sama memek kamu neng hehe”

Ifah:”Si aa, lebih suka neng bialng heunceut mah dari pada memek hihi” ucap Ifah.



Yuniar:”Udah, ayo kamu bantuin kita a, masuk-masukin dagingnya ke tusukan sate” ucap Yuniar.

Saya:”Buka kebalik mah, daging yang ditusuk sama tusuk sate”

Yuniar:”Memek yang ditusukmah sama kontol hihi”

Saya pun kemudian bantuin mereka menusuk daging dengan tusuk sate.

Akhirnya selesai juga.



Saya:”Mana bapak sama Leni koq belum keluar?

Ifah:”Mungkin abis ngewek ketiduran”

Saya:”aa boleh keluar bentar, mau nyari minuman lagi”

Ifah:”Ya udah, penasaran juga neng pengen minum lagi, beneran gak mah, ngewek tadi lebih enak abis mabok?

Yuniar:”Ia neng kepala mamah agak berat tadi pas ewean sama si aa”



Saya pun meninggalkan mereka untuk mencari minuman.

Mungkin lebih kurang 20 menit saya kembali membawa 2 botol minuman.

Tak kudapati istri saya dan Yuniar di ruang tamu. Saya pun segera masuk dan mengunci pintu villa.

Saya lihat pintu kamar pak Hadi pun sudah terbuka dan kuliat ranjang saja yang seprainya acak-acakan.



Saay pun segera naik ke lantai dua dan tampak mereka sudah berkumpul di balkon utama. Saya pun segera bergabung. Saya menaruh plastic berisi miras di atas meja.

Tampak Yuniar sedang berjongkok di depan panggangan sambil membolak balik arang. Ifah di sampingnya dan Pak Hadi bersender di tepi pagar balkon.



Ifah:”Ada a?

Saya:”Ada, mana Leni koq gak gabung?

Yuniar:”Lagi pipis katanya”

Saya pun memilih duduk di kursi.

Saya:”Gak perlu aa bantuin?

Yuniar:”Gak usah, ini sudah jadi tinggal mulai panggang, masukan neng satenya, kita bakar sate dulu”



Ifah pun mengikuti permintaan dari yuniar ibunya.

Ifah:”A, itu masih banyak sate kambingnya, aa makan saja sama bapak ya, udah aku hangatin tadi”

Saya:”Ia, pak mari duduk”

Hadi pun segera duduk di samping saya. Kursi dan meja sudah di pepetin ke dinding jadi agak jauh dari Ifah dan Yuniar yang kini sudah mulai membakar sate.



Saya pun segera menyantap sate kebetulan saya laper habis menyetubuhi Yuniar.

Saya:”Gimana leni pak? tanya saya ke pak Hadi.

Belum sempat pak Hadi jawab, Leni muncul, dia Cuma pakai celana jeans dan atasannya hanya memakai bh warna cream.

Dia pun tampak melihat ke kami satu-satu.

Saya:”Len, duduk sini saya pangku” ucap saya semakin berani karena saya tau pak hadi sudah tahu pasti saya sudah ngentotin istrinya karena tadi berisik sekali.



Leni:”Gpp nich?

Ifah:”Gpp say, bebas aza sama kita-kita mah” ucap Ifah istri saya.

Leni pun segera duduk dipangkuan saya. Ku lihat leher leni banyak bekas cupangan, dahsat juga berarti pak Hadi.

Saya pun segera memeluk Leni dari belakang apalagi udara terasa dingin mungkin udah setengah satu lebih.

Saya:”Gak dingin Len, Cuma pakai kutang doang?

Leni:”Gak, kan sekarang dipeluk sama akang hehe”

Sementara pak hadi Cuma diem saja sambil memakan sate.



Saya pun memberikan sate kepada Leni.

Leni:”Aduh, pakai disuapin segala, malu sama istrinya aa aku jadinya”

Ifah:”Gpp ah, pakai malu segala hihi, udah sama2 dewasa” ucap ifah.

Yuniar:”neng leni udah pernah nikah belum, kalau kawin mah saya yakin sering hehe, jangan tersinggung ya”

Leni:”Hehe, saya udah nikah dan masih punya suami mah”



Yuniar:”Hah, yang bener? Suami kamu ngijinin kamu kerja kaya gini?

Leni:”Malah dia yang nyariin pelanggan buat say amah, tadi juga suami saya yang bertemu sama kang Dendi”

Yuniar:”Owh, sebenarnya Ifah anak saya sama Dendi juga nikah kontrak, tapi katanya sich mau serius mereka”

Leni:”Banyak juga tempat saja juga mah yang nikah kontrak, tapi saya kan punya suami jadi milihnya kerja kayak gini”

Yuniar:”Punya anak gak neng?

Leni:”Punya satu mah, udah kelas 5 sd” ucap leni kembali.



Yuniar:”santai aza yang neng, gpp begadang sampai pagi, maklum saya dan anak orang desa jarang-jarang liburan”

Leni:”Gpp dong mah, apalagi saya dibayar”

Yuniar:”Ya jangan merasa gitu, anggap saja keluarga dech, mamah juga orang susah sama saja” ucap Yuniar.

Leni:”Aku bantuin gak mah?

Yuniar:”Udah, neng disitu saja, temenin suami anak mamah” ucapnya.



Saya pun mulai berani, tangan saya bergerak ke selangkangan Leni dan meremas-remas memeknya dari luar jeans yang dia kenakan, saya dia pakai celana jeans jadi sedikit sulit buat saya untuk merasakan tekstur memeknya.

Sambil demikian saya pun terus menyuapi Leni dengan sate kambing.

Ifah tiba-tiba menoleh kepada saya dan pak Hadi.



Ifah:”Pak, gentian neng ya, bantuin mamah bakar ikan” ucap Ifah.

Pak Hadi pun tampak sedikit malas tapi berdiri juga.

Yuniar:”Kalau papah masih lemes, gpp biar mamah saja” ucap Yuniar.

Hadi:”Gpp mah, mana biar papah yang kipasin”

Saya:”Bukannya kita tadi beli kipas kecil kan mah? Seingat saya tadi yuniar membeli kipas angin kecil.



Yuniar:”ia beli a, tapi kabelnya gak nyampe ke sini”

Saya:”Wah lama kalau gitu, di dekat sini ada toko yang masih buka gak ya?

Leni:”Ada, cari saja di depan, mungkin ada yang jualan kang”

Saya:”Neng, mau ikut gak, aa mau nyari terminal”

Ifah yang baru duduk pun berdiri lagi.

Gantian leni yang pindah ke tempat duduk Ifah tadi.



Kami pun keluar dari villa dan segera menuju parkiran. Kami segera naik ke dalam mobil.

Ifah:”Gimana tadi a sama mamah?

Saya:”Ia, mamah punya fantasi diperkosa neng, jadi aa perkosa saja mamah kamu hehe”

Ifah:”Hihi, sampai bagbig brug gitu kedengeran dari bawah, kayak ada pemerkosaan beneran aza”

Saya:”Neng gak bilang dari dulu?

Ifah:”Hehe, udah yang penting aa udah ngerasain heunceutnya mamah aku kan hihi”



Tak terasa kami sampai di sebuah mini market. Saya pun turun bersama Ifah. Kami pun membeli terminal dan minuman dingin. Segera kami pun kembali ke villa.

Sampai di villa saya segera memasang terminal dan kipas angin. Kini kami bisa mengipasi ikanbakar dan sate menggunakan kipas. Saya pun duduk di kursi sambil kali ini memangku Ifah.

Ifah:”Kak len, sambil sepongin kontol suami neng mau gak? Ucap ifah kepada leni yang hanya duduk bersender sambil ongkang kaki.



Leni:”Itu mah tugas saya mbak” ucap leni sambil segera turun dari kursinya.

Ifah pun berpindah ke kursi tempat Leni duduk.

Leni pun berdiri dan membuka celana pendek saya dan menurunkannya beserta cd saya.

Pak hadi pun menoleh kepada saya begitu juga Yuniar mengubah posisinya menjadi menyamping tidak lagi membelakangi.



Leni:”Mbak ifah, saya isep kontol suaminya ya” ucap Leni sambli jongkok dan segera memasukan kontol saya ke dalam mulutnya.

Saya pun tak mau kalah, saya keluarkan ke dua toket leni dari bhnya dan tampak toketnya cukup besar juga dengan putingnya yang berwarna cokelat kehitaman cukup besar juga, ada bekas dua cupangan di payudara kirinya yang pasti ulah pak Hadi.



Sambil kontol saya dihisap Leni saya pun meremas-remas kedua toket leni.

Leni:”Mmmpz…uuughhhh…uuuhhhh”

Leni:”Gede dan panjang akang kontolnya” ucapnya dan kembali memasukan kontol saya ke mulutnya.



Saya:”aaagh gila enak banget uuugh” saya pun tak sadar meleguh karena memang sepongan Leni begitu nikmat tak kalah dari istri saya Dewi. Rupanya dia pandai melakukannya.

Ku lihat Ifah menatap saya sepertinya dia sedikit cemburu.

Saya pun menarik kepala istri saya dan kami pun berciuman.



Yuniar:”Ih, ini belum selesai malah udah pada mau ngewe” ucapnya tapi kami tak memperdulikannya.

Hadi:”Yang ini udah selesai mah, mana piringnya?

Yuniar:”Di dalam pah, deket pintu kamar belum sempat di bawa ke sini, sekalian ambilin baju hangat mamah di koper tiris pisan” ucap Yuniar. Ku lihat pak hadi pun berjalan masuk ke dalam.



Saya dan Ifah sudah berhenti berciuman, sementara leni masih asyik menghisap kontol saya.

Saya:”Neng, geser dikit, takutnya tiba-tiba ada orang lihat” ucap saya sambil melihat ke villa sebelah kiri yang lampu balkonya nyala takutnya orangnya tiba-tiba keluar sementara sebelah kanan terhalang pohon kelapa jadi aman.

Ifah pun mengerti dan menggeser kursinya menghalangi pandangan dari samping kepada Leni.



Yuniar:”Makanya di kamar aza kalau pada mau ewean, atau nanti saja kalau udah selesai bakar-bakarnya”

Saya:”Udah len, nanti saja”

Leni:”Gak enak ya?

Saya:”Enak banget, tapi khawatir ada yang lihat dan gak enak sama mamah, biar kita bantuin biar cepat selesai” ucap saya.

Leni pun melepaskan tangannya yang menggenggam kontol saya.



Saya pun segera memakai celana lagi. Pak Hadi pun tampak sudah datang membawa piring dan mantel buat istrinya.

Yuniar pun berdiri dan segera Leni menggantikan posisinya.

Leni:”Biar leni bantuin mah”

Yuniar pun segera memakai mantel dan duduk dipangkuan saya, kini dia pun tak malu lagi. Sementara pak Hadi sudah berada di samping Leni bantuin Leni bakar ikan.



Ifah:”Ih, mamah gak malu ada bapak, maen duduk aza dipangku si aa”

Yuniar:”Hehe reflek, gpp, kan lagi liburan, kita bebas dulu” ucap Yuniar sambil tertawa.

Akhirnya selesai juga bakar Ikan dan satenya. Kita pun kini semua duduk di lantai di atas tikar yang kita bawa dari rumah. Yuniar pun turun dan balik lagi sambil membawa magicom dan menaruhnya di depan kami.



Akhirnya kami pun makan bersama-sama terasa nikmat apalagi habis melakukan hubungan badan Cuma Ifah yang tentunya belum kena tusuk, kami juga sambil makan sambil minum minuman yang tadi saya beli baik minuman dingin maupun minuman keras. Sungguh pemandangan tidak biasa perempuan berjilbab ikut minum minuman keras.

Kami pun makan sambil mengobrol dan bercanda.

Yuniar:”Gimana tadi Len suami mamah, gigit gak?

Leni:”Ia gigit, sampai merah2 susu aku mah hehe” ucap leni sambil sedikit mengeluarkan susunya dari balik bh yang nampak bekas-bekas merah.



Yuniar:”Ia percaya, leher kamu aza banyak bekas cupangan hihi” ucap Yuniar padahal leher dia pun ada bekas cupangan saya.

Ifah:”Empuk ya dagingnya enak”

Yuniar:”Ia, kamu gak dingin neng?

Ifah:”Leni aza gak pakai baju biasa saja mah”



Leni:”Ia, tadi mah gerah hehe, sekarang mah dingin tapi males mau ambil baju di dalam” ucapnya.

Yuniar:”Pah gimana tadi? Papah puas kan hehe” tanya Yuniar kepada suaminya.

Hadi:”Ya gitu mah” jawab Pak hadi masih malu-malu.

Yuniar:”Gitu gimana Pah? Yang jelas, enak gak memeknya Leni hihi” ucap Yuniar terus terang.



Hadi:”Enak mah, enak banget” ucap Pak Hadi sedikit malu-malu terlihat dari tingkahnya yang menjadi terlihat sedikit grogi.

Yuniar:”Pah, pas papah ngewe sama Leni tadi ada kejadian”

Hadi:”Kejadiaan apa mah? Tanya hadi dengan wajah penasaran.

Yuniar:”Maaf pin mamah ya pah” ucap Yuniar sambil melihat ke saya. Saya pura-pura sibuk makan saja.



Hadi:”kenapa mah?

Leni:”Ia, kenapa mah?

Yuniar:”Tadi kan mamah habis pipis terus tiba-tiba di dalam kamar sudah ada Dendi” ucap Yuniar kembali melihat ke saya. Saya menjadi sedikit dag-dig-dug juga apa Hadi tidak tahu rencana Yuniar.

Hadi:”Kenapa Mah, bilang yang jelas” ucap Pak Hadi.

Yuniar:”Dendi pah, dia tadi memperkosa mamah waktu papah ewean sama Leni di bawah” ucap Yuniar sambil memasang wajah sedih dan menundukan kepalanya.



Hadi terlihat tenang sementara Leni tampak terkejut, pasti dia tidak paham keadaannya.

Yuniar:”Mamah sudah ternoda pah, kehormatan mamah dirampas sama aa Dendi” ucap Yuniar dengan suara datar tapi kepalanya tertunduk.

Hadi:”Terus?

Yuniar:”Pejunya ditembakin di memek mamah juga pah”

Sementara kulihat Ifah seperti menahan tawa sambil mencubit paha saya.



Hadi:”Mamah nikmatin gak waktu diperkosa sama Dendi?

Yuniar:”Ia, mamah juga nikmatin pah, maaf, abis kontolnya Dendi gede dan lebih panjang dari kontol papah”

Sementara leni tampak bengong tak percaya, pasti pikir keluar macam apa yang bersama dia sat ini.

Hadi:”Berarti gak ada masalah kalau gitu mah” ucap Pak hadi biasa saja.

Yuniar:”Papah gak marah?

Hadi:”Nggak, papah juga kan enak-enakan di bawah, mamah enak-enakan di atas jadi sama”

Leni:”pantes tadi kedengerannya rebut banget mah di atas, rupanya ada perkosa-perkosaan hehe” ucap Leni.



Yuniar:”Hehe, ya udah dihabisin biar kalian pada kuat nanti kalau mau ngewe lagi, hihi”ucap Yuniar.

Saya:”Maaf ya Pak, habisnya bapak tahu sendiri mamah sering goda saya, pas pagi aza mandi telanjang depan saya, jadi saya gak tahan, jadi tadi ada kesempatan saya perkosa mamah pak” ucap saya ke pak Hadi.

Hadi:”Jadi kamu perkosa betulan perkosa istri saya?

Yuniar:”Ia, kan papah denger sendiri keributannya pastinya, memang mamah bohong, Dendi udah perkosa mamah tadi, betulan Pah”



Hadi:”Ya sudah, mamah juga sich betul kata Dendi, suka godain terus, kirain tadi Cuma rekayasa”

Leni:”Udah ah, yang penting sama-sama enak hihi”

Ifah:”Ia, Neng malah belum kebagian”

Yuniar:”Habis ini neng, kita keroyok suami kamu, biar si Papah puas-puasin sama Leni lagi” ucap Yuniar.



Saya:”Eh mah, ini cangcut mamah yang dipakai ke mall tadi, masih aa sakuin” ucap saya sambil mengeluar bh dan cd Yuniar yang berwarna merah dan saya berikan ke Yuniar.

Yuniar:”Ah si aa Mah, mamah kan jadi malu”

Hadi:”Tuch, segala cangcut yang habis dipakai mamah, malah dititipin nak Dendi segala gimana gak ngundang”

Yuniar:”Udah ah, jangan dibahas lagi” ucap Yuniar sambil menyimpan dalamannya yang barusan saya kasih di bawah pantatnya.



Akhirnya kami pun selesai makan.

Yuniar:”Besok saja kita beresinnya ya”

Kami pun setuju saja. Hadi dan Leni lebih dulu turun dari lantai dua menuju kamar mereka dengan bergandengan tangan, meski sudah di atas 40, Pak hadi masih terlihat kekar bahkan lebih kekar dari saya yang lebih muda mungkin karena dia sering kerja di sawah.

Sementara saya segera menggandeng Ifah dan Yuniar menuju kamar yang saya tempati. Saya pun memegangi pinggang mereka berdua begitu juga sebaliknya.

Ini yang ketiga saya akan menggarap bareng ibu dan anak setelah sebelumnya Heni dan anaknya Fani lalu Hanum dan ibunya Anis.



Kami pun sampai di dalam kamar dan saya pun lebih dulu merebahkan badan saya di atas kasur.

Ifah:”Neng, mandi dulu ya a, dari tadi belum mandi”

Yuniar:”Ya udah, biar si aa mamah yang nemenin dulu”

Ifah pun tersenyum dan berlalu menuju ke kamar mandi.

Setelah Ifah masuk ke kamar mandi, Yuniar pun segera naik ke atas ranjang.



Yuniar:”Udah siap ngewe lagi ? ucapnya sambil membuka resleting celana pendek saya.

Saya:”Bentar mah” ucap saya sambil menahan tangannya Yuniar. Saya pun segera berdiri dan turun dari ranjang.

Saya:”Haus, pengen minum dulu” ucap saya sambil mengambil botol minuman dari koper saya. Sesunggunya itu bukan minuman biasa tapi sejenis jamu mungkin yang diberikan donates. Saya pun segera meminumnya. Saaya pun berharap efeknya bisa cepat karena mau langsung praktek.



Yuniar:”Minum apa sich?

Saya:”Air mineral saja mah” ucap saya sambil memasukan botol minuman tersebut, karena botolnya berwarna biru tua (berwana gelap) sehingga tidak bisa ditebak isinya air putih atau bukan.

Yuniar:”Kirain obat kuat hehe, tapi sudah makan sate kambing, kan katanya greng hihi” ucap Yuniar.

Saya pun segera melepas celana saya berikut celana dalam juga dan naik ke atas ranjang.



Yuniar:”Aduh, dah gak sabar, masih manyun aja kontolnya udah panjang hihi” ucap Yuniar dan langsung memegang kontol saya.

Saya pun berdiri membiarkan Yuniar beraksi.

Yuniar pun mulai mengocok-ngocok kontol saya.

Yuniar:”Tadi waktu mamah diperkosa sama aa belum banyak pegang kontolnya aa, belum ada isep juga hihi” ucap Yuniar dengan mata tertuju kepada kontol saya.



Kontol saya pun perlahan semakin membesar dan semakin keras.

Yuniar:”Hihi, udah gede lagi a, ini kontol yang tadi udah ngerusak kehormatan mamah sebagai istri yang baik” ucapnya.

Yuniar pun membukan mulutnya dan menjulurkan lidahnya. Lidahnya mulai menjilati kepala kontol saya.

Lidahnya menggelitik lubang kencing saya.



Yuniar:”Ini kontol yang tadi udah merobek-robek memek mamah, udah mengaduk-aduk memek mamah hihi” ucapnya. Kini lidahnya sedikit bergerak ke bawah kepala kontol saya.

Saya:”Mertua binal, isep kontol mantumu” ucap saya dan segera mendorong kontol saya ke dalam mulutnya Yuniar.

Yuniar sedikit melotot dan terkaget-kaget.



Yuniar:”Mmmmmmpz…mmmmmmpzzzz…mmmmmpzzz cploooook…cppploooook”

Yuniar pun mulai menghisap kontol saya.

Tangan saya pun tak tinggal diam sambil meremas-remas teteknya Yuniar.

Yuniar pun meleguh sambil melirik ke si Tabah yang sedang tidur, takut terganggu.



Yuniar pun melepaskan kontol saya dari dalam mulutnya.

Yuniar:”Apa kita nanti eweannya di kamar mamah aza a, takutnya si Tabah kebangun?

Saya:”Tunggu Ifah saja mah” ucap saya dan menyodorkan kembali kontol saya ke mulut Yuniar.

Yuniar pun kembali membuka mulutnya dan mencaplok kontol saya. Sambil menghisap kontol saya tangannya pun mengurut-urut batang kontol dan buah zakar saya.



Saya:”Aaakh, nikmat mah, uuughhhh” saya pun mengerang dan mendorong maju mundur kepala Yuniar yang terbungkus jilbab warna ungu.

Kontol saya pun semakin mengeras di dalam mulutnya Yuniar.

Yuniar pun berusaha keras memasukan seluruh batang kontol saya ke dalam mulutnya hingga beberapa kali hampir tersedak.



Yuniar:”mmmmmmmmpppppzzz…mppppz aaaaagh…aaaaaaghhhhhh…aaaaghhh”

Akhirnya saya pun menarik keluar kontol saya dari mulut Yuniar.

Saya pun menarik Yuniar untuk berdiri.

Saya pun segera melucuti baju gamis Yuniar. Baju gamis tersebut pun melucur ke bawah dan terlepas dari badan Yuniar.



Kini perempuan berbadan montok bertoket gede dan berpantat besar tersebut berdiri di hadapan saya hanya memakai jilbab ungu di kepalanya dan bh warna hitam yang mungil hingga sebagian susunya tidak mampu tertutupi dan celana dalam mungil berwarna hitam.

Saya pun segera memeluk Yuniar dan meremas-remas pantat besarnya.

Yuniar pun meleguh beberapa kali.



Yuniar:”uuuughhhh….uugghhhhh, remes bool mamah menantu nakal, uugh lecehkan mamah, uuuuughhh”

Sementara Kontol saya menyodok-nyodok perutnya Yuniar karena dia sedikit lebih pendek dari saya.

Lalu tiba-tiba pintu kamar mandi dibuka dan muncul Ifah hanya memakai handuk saja.

Ifah pun segera berdiri di depan meja rias sambil melihat kepada saya.

Ifah:”wah si mamah udah mau dibugilin aza”

Yuniar:”ia neng, mamah mau diperkosa lagi sama si aa”



Saya tidak menghiraukan omongan mereka. Saya segera berjongkok di depan Yuniar dan melebarkan kedua kaki Yuniar. Satu kakinya saya tumpangkan di paha saya.

Saya pun menggeser celana dalam Yuniar ke sebelah kanan hingga tampak memeknya yang tembem berbulu lebat dan keriting. Segera saya singkirkan bulunya hingga belahan memeknya dapat saya lihat.

Yuniar:”Neng, memek mamah mau dijilatin sama si aa”

Ifah:”Awas loh mah, si aa pinter banget lho jilatin memek, jilatin heunceut” ucap ifah yang tampak sedang mengeringkan rambutnya dengan pengering rambut.



Lidah saya pun sudah mulai menyapu belahan memeknya Yuniar. Yuniar pun tampak memejamkan matanya hanya bibirnya yang terlihat bergetar.

Perlahan lidah saya menelusup ke dalam memeknya Yuniar.

Yuniar:”Aaagh, asup uuuh lidahnya si aa ke heunceut mamah neng uuughhh enak aaaah”

Ifah:”Bikin bucat si mamah a” ucap Ifah.

Saya tak melihat lagi ke arah Ifah, focus menjilati memek ibunya.



Yuniar:”aaaagh gak tahan A, tunggu biar mamah tiduran aza” ucapnya.

Saya pun melepaskan mulut saya dari memeknya Yuniar.

Ifah:”Bentar mah, kita geser lagi kasurnya, biar satu buat si Tabah bobo satunya buat kalian ngewek” ucap Ifah.

Saya pun segera turun dan membantu Ifah dan Yuniar menggeser ranjang hingg kini terpisah dengan tempat tidur yang digunakan untuk Tabah.



Yuniar:”ayo a lanjutkan lagi” ucapnya gak sabar sambil segera naik ke ranjang dan mengangkang lebar.

Saya pun segera ikut naik ke ranjang dan segera berada di antar ke dua kaki Yuniar.

Yuniar:”Copot aza aa cangcutnya mamah, biar leluasa” ucap Yunniar meminta saya melepas celana dalamnya.

Saya pun segera menarik turun celana dalam mini yang dikenakan Yuniar. Saya menghirupnya sebentar dan membuangnya ke lantai.



Yuniar:”Si aa suka yang ciumin cangcut orang neng, pantes dia suka coli pakai cangcut mamah” ucap Yuniar.

Ifah:”Padaha bau ya hihi”

Yuniar:”Enak aza, cangcut mamah wangi, tanya saja si aa”

Sementara saya tak berkomentar satu patah katapun.

Saay segera tengkurap dengan muka saya tepat di depan memeknya Yuniar.



Yuniar:”Baok heunceut mamah lebah ya a, aa suka yang lebat atau gundul?

Ifah:”Si AA jutsru suka heunceut yang bulu baoknya lebat mah, soalnya istrinya teh Dewi juga lebat bulu heunceutnya” ucap Ifah.

Saya pun kembali tak berkomentar tapi lidah saya segera saya sapukan lagi di bibir memeknya Yuniar.

Yuniar:”Aaagh geli uuuuh…neng uuuuuuhhhh”

Perlahan lidah saya segera menelusup masuk ke dalam memeknya Yuniar yang kini saya rasakan sudah mulai basah. Kedua tangan saya segera saya gunakan untuk membuka memeknya Yuniar. Saya sapukan lidah saya di klitorisnya Yuniar yang berukuran lebih besar dari semua perempuan yang itilnya pernah saya jilatin.



Yuniar:”Ampuuun enak banget aaaah kena itil mamah neng”

Ifah:”Kenapa Mah?

Yuniar:”Sia aa sedotin itilnya mamah aaaaah gila nikmat uuugh” ucap Yuniar saya segera mengapitkan kedua kakinya di kepala saya.

Yuniar pun menggelinjang ke kiri dan ke kanan.



Tiba-tiba Yuniar mengerang lalu mengejang dan menjepit kepala saya dengan kedua kakinya lebih ketat.

Yuniar:”Aaaaagh gak kuat uuuugh kontooooool” ucapnya.

Saya pun merasakan semprotan cairan di bibir saya.

Lalu Yuniar kemudian terdiam hanya nafasnya yang terdengar tak beraturan.

Saya pun segera melebarkan kaki Yuniar dan mengangkat kepala saya karena nafas saya terasa sedikit sesak.



Sementara itu Ifah pun segera naik ke ranjang dengan sudah telanjang bulat.

Ifah:”Jilatin juga dong heunceutnya neng a” ucap Ifah

Saya:”Mamah, biar aa rebahan, mamah naik ke badan aa ya” ucap saya.

Yuniar pun segera paham dan perlahan bangkit dan duduk di dekat anaknya.



Saya pun segera merebahkan badan saya dan memberi kode ke pada Ifa untuk mendekat.

Ifah:”Mah, mamah naikin si aa,biar si aa jilatin heunceutnya neng”

Yuniar:”Ia” jawab Yuniar pendek mungkin dia masih sedikit merasa lelah.

Ifah pun segera mengangkaki muka saya dengan posisi menghada ibunya.

Memeknya tercium harum karena baru habis mandi dan mungkin menggunakan sesuatu.



Sementara Yuniar sudah memegang kontol saya dan mengarahkan ke memeknya.

Yuniar:”A, kontolnya mamah masukin ke memek mamah ya” ucapnya sambil perlahan menurunkan badannya.

Bleeesek…perlahan kontol saya pun memasuki memeknya ibunya Ifah.

Sementara tangan saya menyingkirkan bulu-bulu memek Ifah dan segera menyapu bibir memeknya.

Yuniar:”Aaagh asup kabeh uuuug kontooooool enak aaaah” ucanya sambil mulai naik turun di atas badan saya.



Ifah:”Aaag lidah aa masuk ke heunceut neng uuuhhhhhh”

Yuniar:”Kontolnya di memek mamah neng uughhh, menantu nakal, mertua sendiri dikontolin uuugh…uuughhh” ibu dan anak pun saling bersahutan mengerang dan mendesah.

Untung saja si Tabah tidurnya nyenyak sekali tidak terganggu oleh suara-suara yang timbul dari pertempuran kami.



Yuniar:”uuuggggggh penuh neng, nojos sampai ke Rahim mamah kontolnya si aa uuughhhhh”

Ifah:”Ayo aa, zinahi mamah aku, mamah udah lama pengen zinah, tapi baru nemu aa sebagai orang yang pas uuuuhhhh” ucap Ifah memberi semangat.

Saya:”Mah, copot kutangnya, aa mau pegang susunya mamah” ucap saya sambil tetap menjilati memeknya istri saya.



Yuniar pun tampak segera mencopot kutang yang menutupi susunya dan membuangnya di lantai.

Tangan saya kini segera meremas-remas susunya Yuniar.

Yuniar:”uuuugh…enak neng uuugh…mamah lagi zinah neng, tapi enak aaaaah”

Ifah:”Ia…uhhhhh, bapak juga lagi zinah di bawah mah, padahal bapak orang baik-baik semua gara-gara mamah aaagh” Lalu saya merasa sebuah semburan mengenai muka saya rupanya Ifah terkencing-kencing.



Ifah pun langsung berdiri dan turun dari ranjang dan berjongkok di lantai. Terlihat air kencing masih keluar dari memeknya.

Ifah:”adu a, maafin Ifah, tau-tau Ifah terkencing-kencing”

Yuniar:”Hah, kamu kencingin muka suami kamu neng?

Saya:”Ia gpp neng, wajah aa jadi kerasa hangat, tapi bau pesing hehe, asin lagi, masuk mulut aa” ucap saya karena tak bisa menghindar juga karena Yuniar berada di atas ke dua paha saya.



Ifah:”Maaf ya a, abis nikmat banget dan neng terangsang banget lihat mamahnya neng dikontolin suami neng sendiri di depan neng” Ucap Ifah yang kembali berdiri dan tampak berjalan mengambil handuk.

Dia pun segera mengelap wajah saya yang basah oleh air seni dia.

Saya:”Sini Mah, cium aa” ucap saya sambil terus meremas-remas susunya Yuniar yang ikut bergoyang-goyang.

Yuniar pun tampak tak jijik segera telungkup dan mencium bibir saya.

Lidah kami pun saling bertautan.



Sementara Ifah tampak mengambil kursi dan duduk di dekat kami melihat saya suaminya menyetubuhi mamahnya.

Yuniar:”mmmmmpzzz..cepeten kentot mamahnya aaaa, mamamh mau dapet lagi” ucapnya.

Saya pun mengambil alih situasi dan menyodokan kontol saya dari bawah dengan cepat ke memeknya Yuniar.

Yuniar:”aaaghhh….kentot yang kenceng sayang aaaaaaa….rampas kehormatan mamah aaaaah, ewe mamah, nodain mamah aaaagh” erang Yuniar dan kemudian dia pun mengejang dan memejamkan matanya.



Bersamaan dengan itu terdengar tangisan dari anaknya Ifah. Rupanya Tabah terbangun karena kaget akibat suara erangan Yuniar yang kali ini lebih keras.

Ifah sekilas ku lihat berdiri dan setengah berlali memutari ranjang. Mungkin dia segera menghampiri anaknya.

Sementara saya yang belum keluar tidak memperlambat sodokan saya malah semakin mempercepat sodokan kontol saya.



Yuniar:”aaaw ampun uuuuuuuuugghh…aaaaaa..aa…aaaagh zinahi mamah…aaaghh…aaaghhh…aaagh”

Plooook…plooook..plooook hantaman paha saya terdengar semakin nyaring mengahantam buah pantat Yuniar yang berukuran sangat besar.

Saya pun tak memperdulikan si tabah yang terganggu tidurnya apalagi kini tak terdengar tangisannya mungkin dia lagi nyusu dengan Ifah.



Ploook…plooook…ploooook…

Yuniar:”aaghhhhh hosssshhhh..hhooooh ampun uuugh zinahi mamah aaaagh ampun uugh nikmat kontooooool”

Bersamaan dengan teriakan kontol dari Yuniar saya pun mengejang dan menekan pantat Yuniar lebih kebawah sementara saya dari bawah menjejalkan kontol saya dalam-dalam dan crooot….crooooot…crooooot…

Sprema saya pun memenuhi memeknya Yuniar.



Yuniar:”aaaagh dosa uughhh peju muncrat uuugggg” dan Yuniar pun mengejang kembali dan terlukai lemas menindih saya.

Saya pun segera memegang kepalanya dan melumat bibirnya Yuniar. Kami pun berciuman dengan mesra. Ku lihat Ifah tengah duduk di kasur sebelah sambil menyusui si Tabah dan menyaksikan pergulatan saya dengan mamahnya.

Yuniar:”aaagh masih keras aza aa kanjutnya, ngeganjel banget di memek mamah uuugh” ucap Yuniar dan langsung berguling ke samping saya.

Yuniar pun kini terlentang di sebelah saya.



Yuniar:”neng, kalau udah selesai nyusuinnya, tidurin di sebelah mamahnya si tabah, jadi nanti kamu eweannya sama si aa di kasur itu” ucap Yuniar.

Ifah:”Ia, bentar lagi, si dedek masih nyedot pentilnya neng koq”

Yuniar:”Laki kamu pakai obat ya neng, ini kanjutnya masih ngaceng aza padahal udah buang peju di dalem memek mamah” ucap Yuniar sambil memegang kontol saya yang basah dan mengkilat oleh carian saya dan cairan dia.







BERSAMBUNG…..
 
Pinter jg si Dendi, mertua laki2 di sogok pake cewe lain,.. mertua perempuan digasak sendiri :lol:

makasih om @mupeng26
 
Bimabet
Plis fokus ke dewi aja, biar sesuai judul. Kalo selingan ke suami juga gapapa, tapi jangan terlalu panjang. Maaf sebelumnya🙏
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd