Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Binalnya Istriku Dewi.

PART 76

POV SUAMI



Aku terbangun karena suara tangisan Tabah. Aku masih berpelukan dengan istriku Ifah dalam keadaan telanjang bulat.

Ifah pun segera melepaskan pelukanku dan bangkit dan menggendong anaknya.

Saya:”Kenapa dia neng?

Ifah:”Pup ternyata a, neng ganti popok dia dulu ya, aa tidur lagi aza baru jam 6”ucap Ifah.



Saya pun memutuskan untuk melanjutkan tidur karena memang masih ngantuk sekali karena habis bergadang sampai pagi.

Saya pun terbangun kembali ketika ada cahaya terang pas di muka saya. Saya pun membuka mata dan ternyata cahaya tersebut masuk melalui kaca jendela yang tirainya sudah dibuka. Ku lihat sudah jam 8 pagi.

Tak ku dapati Ifah maupun si Tabah di tempat tidur.

Saya pun segera pergi ke kamar mandi untuk mandi. Selesai mandi saya pun segera memakai pakaian saya hingga rapi dan saya gunakan celana pendek biar santai saja.



Saya segera turun ke lantai satu dan ku dapati Pak Hadi sedang santai sambil duduk bersama si Tabah menonton kartun dan Ifah beserta Yuniar juga sudah rapi, mereka memakai baju gamis yang kami beli tadi malam. Ifah memakai baju gamis berwarna merah dengan jilbab hitam sedang Yuniar memakai gamis warna cokelat muda dan jilbab abu-abu kembang-kembang warna merah. Gamis mereka selain ketat juga cukup tipis. Mereka tampak sedang asyik memasak saya pun berjalan mengendap-ngendap hanya Pak Hadi yang menyadari kedatangan saya.



Saya pun sudah berada di belakang mereka. Saya perhatikan garis cd mencetak bulatan pantat mereka tampak begitu jelas apalagi sepertinya mereka tidak menggunakan kain apa-apa lagi di dalamnya. Samar-samar cd Yuniar sepertinya berwarna pink sedang cd Ifah mungkin berwarna putih karena gamis merah yang dia kenakan merah gelap sedikit sulit memastikan 100% warna cd dia.

Plaaak…plaaak… saya pun menampar pantat besar kedua perempuan tersebut, meski ada Pak Hadi saya tidak ragu lagi setelah kejadian semalam.



Yuniar:”aaaw” sambil memegang pantatnya begitu juga Ifah mereka berdua bersamaan menoleh kepada saya.

Ifah:”Ih, aa ngagetin aza”

Yuniar:”Ia nich,makin berani sekarang ya, nabok bool mertua hihi” ucap Yuniar sambil tampak melihat kepada Pak Hadi.

Saya pun hanya tersenyum puas pagi-pagi sudah sarapan pantat2 yang empuk.



Saya:”masak apa nich?

Yuniar:”Masak nasi, sama ikannya sisa yang tadi malam”

Ifah:”Tunggu aza di sana a, sama si bapak”

Saya:”Leni kemana? Tanya saya karena memang tidak melihat Leni.

Ifah:”Udah pulang, udah neng selesaikan pembayarannya koq”

Saya:”Oh, ok dech” saya pun segera menuju Pak Hadi dan duduk di hadapan dia.



Yuniar:”Kita pulang jam berapa a?

Saya:”Jam 12 saja mah, kita keluar dari villa”

Yuniar:”Ok,berarti masih bisa santai-santai dulu dong”

Saya:”Ia, biar sampai di rumah sore atau magrib lah” ucap saya.



Saya seperti mendapat sebuah keluarga baru dan sejenak saya melupakan keluarga saya yang sebenarnya.

Saya pun ikut nonton tv dengan Pak Hadi tapi kami saling diam tidak ada yang bicara satu patah katapun hanya si Tabah yang tertawa-tawa lucu melihat kartun di tv.

Tak lama Ifah dan Yuniar datang sambil membawa makanan.

Yuniar:”ayo sarapan dulu” ucapnya sambil menaruh piring di atas meja.

Kami pun segera sarapan. Selesai sarapan Ifah dan Yuniar langsung beres-beres mempersiapkan barang-barang kami jangan sampai ada yan tertinggal.



Saya dan Pak Hadi juga Tabah memilih nongkrong di balkon sambil minum kopi.

Ternyata kejadian semalam malah membuat kami berdua menjadi kaku, kami dari tadi masih diam tak ada yang berbicara.

Akhirnya Yuniar pun muncul dan melihat neneknya si tabah langsung minta pangku. Yuniar pun segera memangku Tabah dan berdiri sambil senderan di pagar balkon.



Yuniar:”wah lagi pada asyik lihat pemandangan ya, pada diem aza” ucap Yuniar yang melihat kami Cuma diam-diaman saja.

Saya:”Ia mah, lagi menikmati keindahan alam dan segarnya udara pagi” ucap saya.

Saya:”Eh, Ifah man amah?

Yuniar:”Si neng mau tidur lagi katanya masih ngantuk, aa gak tidur lagi, kan nanti harus nyetir?

Saya:”Nggak, malah kalau tidur lagi saya suka pusing mah, sini duduk mah, biar aa pangku” ucap saya sambil sedikit melihat dengan sudut mata saya ke pak Hadi yang tampak Cuma mesem mendengar perkataan saya yang sangat berani.





Yuniar:”Udah berani ya si aa pah, nanti mamah gigit kontol dia baru nyaho hihi” ucap Yuniar juga tak kalah berani.

Saya:”aduh jangan dong mah, ini asset saya yang sangat berharga”

Yuniar tiba-tiba berjalan keluar sambil membawa si tabah.

Pak Hadi:”kemana mah?

Yuniar:”Mau ngasihkan si Tabah ke mamahnya, siapa tahu mau dinenenin” ucapnya.



Kembali tinggal saya dan Pak Hadi berdua saja. Kopi saya malah sudah habis lebih dulu. Tapi tak lama Yuniar pun sudah balik lagi dan kembali senderan di pagar.

Saya:”Sini mah, biar aa pangku, biar hot dikit hehe” ucap saya lagi-lagi sangat berani.

Yuniar:”Marahin Pah, masa mamah diminta si aa duduk dipangkuannnya” ucap Yuniar yang malah berjalan ke pak Hadi dan duduk di atas pangkuan Pak Hadi.

Pak Hadi hanya mesem-mesem saja tak berkomentar.



Saya:”Yah, padahal…”

Yuniar:”Padahal apa a?

Saya:”aa udah mau ngaceng hehe”

Yuniar:”Teu uyahan, kontol aa nu ngaceng, koq bisa ngaceng?

Saya:”Liat pantat mamah”



Yuniar:”Memang kenapa dengan pantat mamah? Ucap Yuniar sambil melihat juga ke suaminya yang Cuma diam saja.

Saya:”Gede, dan cangcut mamah nyeplak banget, aa tahu lho warnanya?

Yuniar:”Masa, memang aa tahu warnanya, hayo mamah pakai cangcut warna apa? Ucap Yuniar semakin menggoda saya dan berefek ke kontol yang semakin menengang di dalam celana saya.



Saya:”Mamah pakai cangcut warna pink, benerkan?

Yuniar:”Hehe ia, mamah pakai cangcut warna pink, kutangnya juga pink, beneran pah? Kelihatan dari luar warna cangcut mamah? Ucap Yuniar kepada Pak Hadi suaminya.

Hadi:”Ia, kan baju gamis mamah tipis banget, udah gitu ketat jadi bener kata si aa cangcut mamah nyeplak di bokong mamah dan samar-samar kelihatan warnanya pink” ucap Pak Hadi.

Yuniar:”Hehe, salah bajunya ini, memang tipis-tipis dari sananya” ucap Yuniar dan diakhiri dengan tertawa renyah.



Hadi:”Harusnya kan pakai celana lagi di dalamnya”

Yuniar:”Ia, kalau nanti-nanti pasti pakai celana lagi pah, ini Cuma karena lagi liburan aza, biar si aa seneng hihi” ucap Yuniar.

Saya:”Gpp kalau di rumah juga kayak gini aza mah, kan yang lihat Cuma bapak sama aa”

Yuniar:”Maunya, emang masih ngaceng?

Saya:”Masih hehe”

Yuniar:”Pah, mamah boleh duduk dipangku sama si aa?

Hadi:”Boleh, asal mamah seneng” ucap Pak Hadi santai.



Yuniar pun berdiri dan plaak… Pak Hadi menampar pantat montok istrinya.

Yuniar:”Awww, koq papah nampar pantat mamah ih” ucap Yuniar manja.

Hadi:”Habis mamah udah kayak pelacur aza, di depan papah mau duduk dipangku cowok lain” ucap Pak Hadi.

Yuniar:”Hehe,jadi gak boleh nich”

Hadi:”Udah sana” ucapnya.



Yuniar pun berjalan mendekati tempat saya duduk dan mendaratkan pantatnya di pangkuan saya. Tangan saya segera memeluk pinggangnya.

Yuniar:”Makin berani ya aa, depan suami mamah berani-beraninya minta mamah duduk di pangkuan aa”

Saya:”Soalnya pasti mamah juga gak keberatan hehe” ucap saya sambil kedua telapak tangan saya naik ke dada Yuniar dan meremas kedua payudara jumbonya.



Yuniar:”Aaaw, Papah, ini nenen mamah diremes sama si aa” ucapnya dengan nanda manja dan menjauhkan tangan saya dari payudaranya dan dipegangin di perutnya.

Hadi hanya tersenyum dan tampak mengeluarkan cerutu dan segera menyalakan korek gas. Hadi pun menumpangkan kakinya di atas meja dan matanya menatap saya dan istrinya yang sedang saya pangku.

Yuniar:”a, takut ada yang lihat” ucap Yuniar sambil kepalanya berputar ke sana ke mari melihat situasi di sekeliling vila kami.



Saya:”aman mah, sebelah kanan kita kayaknya memang kosong, gak ada tamu, sebelah kiri kan terhalang pohon kelapa, jadi gak bakal kelihatan dech kecuali ada orang berjalan di bawah vila kita, tapi dari tadi sepi aza”

Hadi:”Tenang, papah awasin mah”

Yuniar:”Ih papah baik sekali, istrinya mau serong dijagain hihi”

Hadi Cuma tersenyum dan tampak menghirup cerutunya dalam-dalam.



Yuniar:”Kalau papah mau sambil ngocok, ngocok aza, gpp hihi” ucap Yuniar kepada Pak hadi suaminya.

Saya pun semakin berani, saya naikan dan saya singsingkan sedikit jilbab abu-abu Yuniar ke atas telingannya. Tampak lehernya Yuniar, saya pun segera melumat lehernya Yuniar.

Yuniar:”aaagh geli uuuhhhh”ucap Yuniar sambil meleguh tanpa malu di depan Pak Hadi.

Tampak Pak Hadi sudah memasukan tangannya ke dalam celana dia. Sepertinya dia terangsang melihat istrinya saya lecehkan.



Mungkin pak Hadi category cuckold juga.

Tangan saya kembali meremas susunya Yuniar, saya remas-remas dengan sangat kuat.

Yuniar:”aagh Pah, uugh susu mamah diremes-remas lagi sama si aa aaah” ucap Yuniar dan tampak memejamkan matanya.

Saya pun semakin terangsang lalu saya naikan kedua kaki Yuniar ke atas meja bersentuhan dengan kaki suaminya.



Saya pun sedikit bergeser hingga kini posisi kami menyamping dari pagar balkon setelah sebelumnya menghadap paga balkon.

Saya naikan baju gamis Yuniar perlahan-lahan hingga berhenti sedikit di atas pahanya. Satu tangan saya, saya gunakan untuk mengelus-elus pahanya Yuniar.

Yuniar:”Ughhh nakal banget, masa mamah ngangkang begini di depan suami mamah tapi sambil dipangku sama aa” ucap Yuniar sambil matanya melihat saya.



Pak Hadi pun menggeser badannya hingga berhadapan dengan saya dan istrinya.

Saya pun melebarkan paha Yuniar dan saya gulung baju gamis cokelat muda yang dia pakai sampai di pangkal paha. Kini memeknya yang Cuma tertutup celana dalam warna pink terpampang di pangkuan saya di hadapan suaminya Pak Hadi.

Tangan saya pun segera meraba memeknya Yuniar di depan suaminya.

Yuniar:”Uughhh, aa nakal banget ah, pengang heunceut mamah di depan suami mamah aaaagh” Yuniar mengerang ketika tangan saya mulai meremas memeknya.



Saya:”Tuch kan, bener mamah pakai cangcut warna pink” ucap saya sambil mengusap-usap memeknya Yuniar kembali.

Yuniar:”Ia, kan mamah udah ngakuin tadi uuuuuugh, pah tangan si aa nakal nich, masuk ke dalam cangcut mamah” ucap Yuniar sambil menatap sayu suaminya yang tampak asyik mengihsap cerutu sambil mengocok kontolnya dari dalam celananya.



Sementara tangan saya sudah masuk melalui bagian atas cd Yuniar.

Rambut kemaluan Yuniar terasa kasar di telapak tangan saya.

Jari saya pun segera menelusuri bibir memeknya Yuniar dan membuat Yuniar meleguh.

Yuniar:”uughhhhh, Pah, heunceut mamah dipegang-pegang sama si aa aaaaghhhhh”

Yuniar menengadahkan kepalanya dan mulutnya terbuka sambil matanya terpejam. Saya pun segera melumat bibirnya dan kami pun berciuman di depan Pak Hadi suaminya sendiri.

Yuniar:”muaaach..muaaacch…muaacccchhhhhh…mmmmpzzz”

Saya:”Gede uughhh” ucap saya.

Yuniar:”Memek aku ya a, heunceut aku memang gede a, sesuai bodynya hihi…mmmpzzzzz….muaaachh…muaaachh…muaaaaccch” ucap Yuniar



Satu jari saya pun mulai menulusup masuk ke dalam memeknya Yuniar. Sementara jempol saya memainkan itilnya Yuniar.

Yuniar:”Aaaagh aa….uuughh Pah, itil mamah aaagh dimainin si aa aaaaghhhh” erang Yuniar sambil kini menatap sayu wajah suaminya yang tampak merah padam meski terlihat berusaha santai. Kini Pak Hadi sudah mengeluarkan kontolnya dari balik celana panjangnya dan mengocok dengan tangan kiri karena tangan kanannya masih memegang cerutu.



Saya mulai memasukan dua jari saya dan mengocok memeknya Yuniar lebih cepat lagi.

Yuniar:”uughhh 2 jari si a masuk ke memek mamah Pah, uugh heunceut mamah dikocok jari si aa aaaaghhhh…anjing uugh nikmat” erang Yuniar sambil kedua tangannya berpegangan di kursi.

Saya sedikit mengangkat badan Yuniar karena hendak melepaskan celana saya.

Yuniar pun menyadarinya dan sedikit mengangkat pantatnya. Saya pun segera menurunkan celana saya dan celana dalam saya hingga ke lutut.

Kontol saya pun sudah sangat keras saya gesek-gesekan di bibir memeknya Yuniar.



Yuniar segera memegang kontol saya dan mengocok-ngocok kontol saya, sementara jari saya mengocok memeknya.

Yuniar:”Kontol si aa udah keras banget Pah”

Saya:”Mah, masukan sekarang ya aa udah gak tahan” ucap saya berbisik di telinga Yuniar.

Saya pun segera menarik jari saya dari memek Yuniar karena memeknya sudah terasa sangat basah.



Yuniar:”Pah, si aa pengen masukin kontolnya ke heunceut mamah boleh ya”

Hadi:”Ia boleh”ucap Hadi dengan suara bergetar.

Yuniar:”Udah masukan a, si papah udah bolehin kontol aa di masukan ke heunceut mamah” ucap Yuniar dengan nada manja.

Saya pun hanya menggeser sedikit celana dalam Yuniar hingga bagian lubang memeknya terbuka. Segera saya arahkan kontol saya ke memeknya Yuniar. Yuniar pun spontan menekan pantatnya.

Perlahan kontol saya memasuki memeknya Yuniar yang mengangkang sambil saya pangku.

Yuniar:”Aaaah, pah, kontol si aa membelah heunceut mamah uugh masuk pah, liat ke sini uuugh itu kontol si aa masuk ke heunceut mamah” ucap Yuniar kepada suaminya. Padahal dari tadi suaminya memang meilhat ke arah kelamin kami.



Yuniar pun mulai naik turun sambil saya imbangi dari bawah.

Yuniar:”Aaaah, mamah dizinahi si aa lagi pah uuugh, papah malah ngocok uughhh enak kontol si aa keras banget aaaah”

Ploook…plooook..ploook…

Pantat besar Yuniar menghantam kedua paha saya.



Sementara saya naikan baju gamis Yuniar sampai ke dada dan saya keluarkan kedua payudara montok dan langsung saya remas-remas. Puting susunya saya pilin-pilin.

Yuniar:”aaaaagh Pah, enak ewean sama si aa aaaagh…aaagh…zinahi mamah a, uuugh…uugghhhh”

Tiba-tiba Yuniar memutar bandannya tanpa melepas kontol saya yang tertancap di memeknya sehingga posisinya kini membelakangi suaminya.



Saya pun kembali menarik & menaikan gamis Yuniar sampai punggung hingga Hadi bisa melihat pantat istrinya.

Saya pun segera meremas pantat Yuniar dengan kedua tangan saya sementara mulut saya segera mencaplok susunya Yuniar.

Yuniar:”aaaagh Pah, si aa nakal isep nenen mamah uuughhhhh”

Lalu tiba-tiba terdengar dengusan Pak Hadi.



Hadi:”uuuughhh…uuughhhh…uughhhh”

Ku lihat Yuniar menolehkan kepalanya ke arah Pak Hadi.

Yuniar:”Aaagh papah bucat ya uugh koq bucat dalam celana sich uuugh” ucap Yuniar sambil mempercepat gerakan dia naik turun di atas pangkuan saya.

Saya pun melepaskan susunya Yuniar dan menoleh ke Pak Hadi.



Tampak Pak Hadi berdiri dan membenahi celananya. Tampak ada noda lembab di depan celananya yang mungkin basah karena dia baru mengeluarkan sperma.

Yuniar:”aaaagh enak aaaaa aa genjot, ewe mamah yang kenceng aaaagh” ucap Yuniar sambil mengerang keenakan.

Saya pun mengambil alih kendali dengan memegang pantat Yuniar. Saya naik turunkan pantat Yuniar dengan cepat dan terasa memek Yuniar semakin basah dan lengket.



Yuniar:”aaagh ampuuun gak kuat uuugh enak banget ewean aaaaah” erang Yuniar dengan suara cukup keras.

Saya pun sontak melihat ke sana kemari mengawasi situasi disekitar khawatir ada orang lain selain pak Hadi yang melihat perbuatan kami. Untung ku lihat situasi di dekat kami sepi walau kalau di lihat di jalan yang agak jauh dari villa kami banyak orang dan mobil lalu-lalang.

Ploook…plooook…ploook…

Benturan pantat Yuniar dengan paha saya semakin nyaring terdengar.



Yuniar:”aaagh mamah gak kuat pah, ewean jero sama si aa aaaagh bucatin aa, hamilin mamah aaaagh”

Tangan saya pun bergerak semakin cepat menaik turunkan pantat Yuniar.

Yuniar:”aaagh mamah gak kuat aaaaaah enak banget”

Saya:”Barrreengaaan mah uuughhh”

Ploook..ploook…ploook…



Crooot…croooot…croooot sprema saya pun tak tertahankan lagi keluar di dalam memeknya Yuniar dan bersamaan dengan itu Yuniar pun mengejang dan memeluk saya dengan erat. Kepala Yuniar berada di samping kepala saya. Nafas kami pun tersengal-sengal.



Yuniar:”Pah, si aa bucat di dalam heunceut mamah uugh anget banget”

Hadi:”Gpp, kan mamah kb” ucap Hadi yang kulihat sudah duduk kembali di kursi sambil menumpangkan kaki di meja dan kembali menghisap cerutu yang baru.

Saya:”Uugh enak banget ya mah, memek mamah luar biasa empotannya”

Yuniar:”hihi masa, enak mana sama heunceut 2 istri kamu”

Saya:”Sama-sama enak, tapi kayaknya empotan mamah lebih gimana” ucap saya dan langsung melumat bibirnya Yuniar.

Yuniar:”mmmmmmpppz…muuuuuach….muaaaach” kami pun berciuman beberapa kali dan lidah kami saling melilit.



Saya:”Mamah mau turun?

Yuniar:”Biar dulu, enakkan kontol aa masih nancep di heunceut mamah, biar gancet sekalian hihi”

Saya:”Ia” ucap saya pendek sambil meremas-remas pantatnya Yuniar yang masih tertutup cd warna pink.

Kontol saya masih sedikit keras sehingga masih tersangkut di memek Yuniar, saya pagi ini memang tidak minum obat kuat dari Donatus.



Kami kembali berciuman tanpa memperdulikan pak Hadi.

Akhirnya kontol saya pun semakin mengecil meski masih di dalam memek Yuniar.

Yuniar pun bangkit dan turun dari pangkuan saya. Dia pun memasukan kembali payudaranya kedalam bh yang dia kenakan dan membenahi celana dalamnya. Tampak noda muncul di depan cd dia karena cairan sprema saya yang sebagian meleleh keluar saat dia berdiri tadi.



Yuniar:”uugh, peju aa jadi ngotorin cangcut mamah, liat pah, bekas peju si aa di cangcut mamah” ucap Yuniar sambil membelakangi saya dan menunjukan selangkangannya dihadapan suaminya.

Pak Hadi tampak sempat memegang memek istrinya tapi tidak berkomentar.

Yuniar:”Mamah mau nyuci heunceut dulu ya pah, aa” ucapnya.

Saya:”Ia” ucap saya dan segera memakai celana saya lagi.



Yuniar pun segera meninggalkan saya dan Pak Hadi.

Saya:”Memek mamah memang luar biasa pak, nikmat banget” ucap saya tanpa sadar dan seketika saya pun kaget dengan ucapan saya dan saya menutup mulut saya.

Hadi:”Ia, si mamah dari dulu pengen nyobain kontol laki-laki lain, dia suka sekali nonton bokep, semua sejak dia mau diperkosa maling tapi gagal” ucap Pak Hadi santai.

Saya yang sempat takut dengan ucapan saya pun menjadi santai.



Saya:”Pak, maaf nich, Cuma nanya saja, kalau bapak sebelum ini pernah nyobain memek lain selain punya istri?

Hadi:”Terus terang baru kali ini nak, ini pengalaman pertama dan luar biasa”

Saya:”Tadi Ifah bilang takut sama bapak, bapak gak akan perkosa Ifah kan nanti kalau saya sudah tidak di rumah”

Hadi:”Haha, kamu ini curang nak, istri bapak kamu ewein bapak gak boleh ngewein istri kamu, haha, tenang bapak Cuma bercanda, cukup sekali itu saja, hehe, kecuali Ifah yang mau haha” ucap Pak Hadi tertawa renyah saya pun tak menyangka, akhirnya suasana di antara kami cair juga.



Tiba-tiba Yuniar sudah datang kembali dan langsung duduk di pangkuan suaminya.

Yuniar:”Ada apa nich pada ketawa-ketawa?

Saya:”Gpp mah, Cuma ngobrol santai saja” ucap saya.

Yuniar:”aa, mendingan istirahat dulu, biar segar nyetirnya, soalnya mamah mau ngewe berdua saja sama si bapak hihi”

Hadi:”memang mamah masih kurang barusan diewe sama menantu kita?

Yuniar:”memang papah gak mau ewean sama mamah”

Hadi:”Yam au, kan selama di sini kita belum ngewe”

Saya:”Ya udah, saya mau tidur nemenin Ifah mah”

Yuniar:”Ia, mamah sama bapak mau di kamar bawah ya”



Akhirnya kami pun keluar dari balkon, saya masuk ke dalam kamar di mana Ifah tampak terlelap tidur karena kelelahan tentunya dan Yuniar bersama suaminya turun ke lantai satu.

Saya pun segera berbaring mengapit si Tabah yang tidur ditengah-tengah kami. Tampak salah satu susunya Ifah berada di luar bhnya, mungkin dia ketiduran setelah menyusui. Saya sempat ingin menghisapnya tapi kasihan dia tertidur sangat lelap. Saya pun segera memejamkan mata dan tertidur.



Saya pun terbangun sekitar jam 11 siang dibangunkan oleh Ifah. Kami pun segera berkemas-kemas dan bersiap-siap untuk pulang.

Sekitar 30-40 menit kemudian kami sudah berada di dalam mobil untuk melakukan perjalanan pulang.

Saya:”Kita langsung pulang atau bagaimana?

Ifah:”Langsung pulang aza ya, atau mau kemana dulu mah?

Yuniar:”ia pulang aza dech”

Saya:”Ya udah, kita pulang, nanti ketemu restoran kita mampir makan siang dulu”

Kami pun segera melaju meninggalkan villa.



Setelah sempat berhenti makan siang kami pun segera pulang menuju rumah Ifah dan ibu bapaknya.

Kami sempat mampir di toko electronic untuk membeli tv dan ac yang akan saya taruh di kamar. Setelah itu kami melanjukan perjalanan. Sekitar jam 3 sore kami pun sampai di rumah.

Ternyata mesin cuci pesanan ifah pun sudah ada di teras rumah, katanya tidak jadi di kirim kemaren tapi baru di kirim siang ini sesuai permintaan Ifah.



Sampai di rumah aku pun langsung memasang antena tv parabola kecil, setelah selesai saya pun tidur karena kelelahan. Begitu juga malamnya kami semua tak berlama-lama langsung pergi tidur, taka da aktivitas seks walau malam minggu.



BERSAMBUNG…
 
PART 77

POV SUAMI




Besok paginya aku pun dibangunkan oleh Ifah sekitar pukul 6 pagi.

Ifah:”Bangun a, mau ikut mandi di kali gak? Ucap Ifah yang tampak masih memakai baju daster warna cream semi transparan lengan pendek yang dipakainya tadi malam tapi kepalanya sudah mengenakan jilbab warna hitam

Saya:”Hoam, jadikah mau mandi di kali?

Ifah:”Ia, katanya aa penasaran pengen mandi di kali?

Saya:”Berdua aza?

Ifah:”ia, ibu jagain si tabah, bapak udah berangkat ke sawah”



Saya pun segera turun dari ranjang. Ku lihat Ifah mengambil handuk dua dan satunya diberikan kepada saya. Saya pun segera menerimanya. Dari belakang saya dapat melihat bayangan warna hitam di pantat istrinya begitu juga di punggungnya, sepertinya Ifah meanggunakan pakaian dalam berwarna hitam.

Saat keluar dari kamar ku lihat di teras Yuniar sedang duduk di lantai memakai baju gamis merah dan jilbab warna putih bermain dengan si Tabah.



Ifah:”Ayo a, kita berangkat sekarang”

Saya:”bentar neng, aa cuci muka dulu”

Ifah:”Gak perlu, kan nanti aa mandi di sana” ucap Ifah.

Bener juga ya sudah saya pun segera keluar mengikuti Ifah yang tampak mengambil ember yang sudah ada di depan pintu.



Saya dan Ifah pun segera melewati Yuniar yang sedang duduk melihat ke jalan.

Ifah:”Mah, neng sama si aa mandi di kali dulu ya”

Yuniar:”Oh, ia neng, jagain suami kamu nanti ngaceng kemana-mana hihi”

Ifah:”Ya biarin mah, normal kalau kontolna ngaceng mah hihi”

Saya pun hanya mesem-mesem saja.



Ifah:”A, kita pakai motor ke kalinya, kalau jalan lumayan jauh”

Saya pun segera mengambil motor matic yang terparkir tak jauh dari teras rumah.

Ifah dan saya pun segera berboncengan menuju ke kali. Ifah menunjukan jalan menuju ke kali.

Di sepanjang jalan ternyata banyak juga biar di kampung perempuan dan laki-laki yang berolah raga baik jalan santai, lari atau pun naik sepeda.



Saya pun membawa motor dengan pelan dan hati-hati karena jalan menuju ke kali ternyata tidak begitu bagus dan berbatu.

Dari ke jauhan tampak sungai mulai ke lihatan berada di tengah-tangah di mana kiri dan kanannya adalah sawah. Ada sebuah jalan yang hanya bisa di masuki dua buah motor. Kami pun segera masuk ke jalan tersebut.

Baru mungkin 10 meteran saya terkejut karena saya berpapasan dengan Nina yang membawa motor bebek, ya yang beberapa hari pernah saya lihat dan kini saya yakin itu dia. Nina pun memandang saya dengan terkejut juga. Karena ada Ifah saya pun tetap melaju.



Sepertinya Nina pun baru mandi di kali, meski memakai baju lengkap tampak terlihat sedikit basah begitu juga rambutnya dan dia membawa ember yang ditaruh di jepit kedua kakinya.

Saya:”Neng, kamu kenal sama perempuan barusan?

Ifah:”kenapa aa naksir ya?

Saya:”Aa kayak pernah kenal, dia kerja di villa temennya aa, kalau gak salah namanya Nina, betul gak ya?



Ifah:”Ia, aku kenal, memang namanya teh Nina, kalau gak salah ia, dia pernah kerja di villa bantu-bantu, tapi setahu Ifah sekarang dia sudah tidak kerja di sana, ada kasus”

Saya:”Ia kah kasus apa, kerja di mana memangnya sekarang? Tanya saya sedikit kaget

Ifah:”Dia buka warung kopi, suaminya kerja di bengkel”

Saya:”Oh, eh udah sampai” ucap saya karena memang kami sudah sampai di dekat sungai. Hanya saja tidak mungkin membawa motor ke bawah karena jalannya curam dan hanya ada jalan yang dibuat seperti tangga rumah dan dipinggirnya ada bambu panjang sebagai pegangan sementara kiri dan kanan pepohonan.



Ifah pun segera turun dan saya pun segera mematikan motor dan memarkir di bawah pohon besar di situ ada juga sebuah motor bebek terparkir di sana.

Ifah:”Kita harus turun lewat jalan ini, hati-hati licin, tempat pemandiannya ada dua tempat yang dekat sini, ada yang 12 pancuran sama 4 pancuran, nanti kita lihat soalnya biasanya masih pagi rame”

Saya dan ifah pun mulai menuruni jalan tersebut dengan sedikit hati-hati sepertinya ada bekas hujan, sepertinya tadi malam turun hujan meski tidak lebat.



Saya:”Eh kata kamu nina keluar karena kasus? Kasus apa? nyuri? Tanya saya sambil turun perlahan di depan Ifah yang berjalan di belakang saya.

Ifah:”Bukan, denger-denger Nina mau diajak ngewe sama majikannya, tapi gak mau, terus nina mau diperkosa sama majikannya”

Saya sedikit terkejut juga mendengarnya, tapi masuk akal, Pak Bob seperti apa orangnya.

Ifah:”Eh, berarti majikannya temen aa ya?

Saya:”Sebenarnya temenya istri saya, ya kelihatan orangnya kayak gitu, Dewi aza pernah digodain sama dia” ucap saya, padahal bukan Cuma digoadin tapi disetubuhin.



Nina:”Oh, kirain temen aa, ia katanya gitu, orangnya mesum, sering bawa cewek yang bukan istrinya ke villa, denger dari tetangga sich, bukan dari Nina” ucap Ifah lagi.

Saya:”Oh, terus nina berhasil diperkosa gak sama majikannya itu?

Ifah:”Katanya hampir, udah nyaris telanjang, tapi ditolong sama suami pembantu temennya teh nina juga, karena kan dia jerit-jerit”

Saya:”Oh, terus?



Jarak dari atas sampai ke sungai ternyata lumayan jauh dan curam jadi kami jalan sangat pelan dan hati-hati.

Ifah:”Jadi teh nina lapor polisi, tapi akhirnya damai, denger-denger di kasih uang banyak teh ninanya, jadi nyabut laporan ke polisi”

Saya pun manggut-manggut, untuk Pak Bob yang pengusaha tentu tak sulit sogok menyogok.

Ifah:”karena hujan jadi agak licin jalannya”

Saya:”Ia, gak ada jalan lagi neng?

Ifah:”Ada jalan lain tapi yang paling sama, kayak gini juga, karena sungainya jauh di bawah” ucap Ifah.



Akhirnya pun kami sampai ke tepi sungai.

Ku lihat memang seperti kata Ifah di tempat kami turun ada tempat mandi yang pinggirannya kiri & kanan Cuma di tutupi pagar bambu yang tidak terlalu rapat dan rendah juga dan yang posisi menghadap ke sungai malah terbuka alias tak ada pintu dan dari atas orang bisa melihat ke dalam karena letak tempat mandi jauh lebih rendah dan tak beratap. Sementara di kejauhan tampak tempat mandi yang sama yang sepertinya jauh lebih luas tapi tampaknya penuh dengan orang dan terlihat di atas pun masih banyak yang menunggu giliran mandi.



Saat itu puh saya dapat melihat seorang perempuan telanjang bulat sedang mandi di bawah pancuran yang ada 4. Sementara di atas bibir pemandian di mana ada batu besar duduk seoarang lelaki hanya memakai handuk dengan badan basah sepertinya habis mandi, yang ternyata pak Indra, sepertinya saat saya menuruni jalan berbukit Pak Indra tidak menyadari saya yang turun tapi setelah di bawah dia baru sadar begitu juga saya.



Indra:”Eh pak Dendi, lagi di sini ternyata?

Saya:”Eh pak Indra, ia pak, koq bapak sembunyi di semak-semak gitu?

Indra:”Ia, habis mandi nongkrong dulu, sambil nungguin ibunya anak-anak mandi, soalnya lama kalau cewek mandi, saya tungguin takut ada yang ngewein hehe” ucap Pak Indra vulgar sambil tersenyum kepada saya dan Ifah. Perempuan yang sedang mandi yang ternyata istri Pak Indra pun ikut berkomentar. Perempuan tersebut selanjutnya ku ketahui bernama Riska. Jauh lebih muda dibanding pak Indra bahkan mungkin sepantaran istri saya Dewi. Badanya ramping tidak gemuk rambutnya panjang sampai ke pantat dia wajahnya putih bersih bahkan sedikit lebih cantik dari Ifah meski usianya lebih tua dari Ifah.



Riska:”Eh, jorang si bapak”

Indra:”Ya ia, kamu mandi ditaranjang kitu (telanjang begitu), mun aya nu nempo lalaki, mandi sosorangannan bisa diewe maheh (kalau ada yang lihat lelaki,mandi sendirian bisa ditidurin kamu” ucap Indra sambil tertawa.

Riska:”Lain seneng kalau istrinya ada yang merkosa?

Indra:”Ia, berarti kamu masih cantik, masih laku hehe” ucap Pak Indra lagi.



Riska:”Eh kalian malah bengong, mau mandi kan ayo masuk fah, itu laki baru kamu tuch ya”

Ifah:”ia a, malah bengong kita a, ayo masuk” ucap ifah sambil menuntun saya sedikit memutar dan masuk ke dalam tempat pemandian yang di bawahnya penuh dengan batu sementara air mengalir terus menerus tanpa berhenti.

Ifah:”Ia teh Riska, ini suami aku, kang Dendi, kang Dendi ini teh Riska” ucap ifah memperkenalkan kami berdua.



Riska pun segera mengulurkan tangan kanannya tanpa malu padahal dia lagi telanjang. Saat dia mengulurkan tangannya saya dapat melihat bulu ketiaknya cukup lebat, spontan pemandangan tersebut membuat mr Joni saya berdiri apalagi saya Cuma memakai kolor saja. Di tambah susunya Riska pun kemana-mana cukup besar meski tak sebesar punya Ifah dan Yuniar dan pentilnya panjang kehitaman. Sementara selangkangannya tak dapa kulihat karena dia jongkok dan merapatkan kedua pahanya.



Saya pun menerima uluran tangan dia, mudah-mudahan dia dan suaminya tidak melihat perubuhan di celana saya.

Cepat-cepat saya pun melepaskan tangan istri pak Indra karena merasa tidak enak orangnya ada di atas.

Riska:”Koq malah bengong, bukannya mau mandi hihi? Ucap Riska lagi sambil memutar badannya. Saat dia berputar selangkangannya sedkit terbuka. Saya bisa melihat rimbunnya selangkangan Riska. Tapi karena rimbunnya saya tidak dapat melihat dengan jelas memeknya dia.



Ifah:”Oh ia, ayo a lepas bajunya”

Saya:”Tapi aa malu neng” jawab saya dengan suara pelan karena memang saya sedikit malu.

Ifah:”Makanya neng pilih di sini, kalau di sana rame, pasti aa lebih malu” ucapnya sambil menunjuk tempat pemandian satunya yang memang banyak orang di sana.



Indra:”Hehe, pakai malu segala Pak Dendi, udah sama2 dewasa ini, kalau orang di sini biasa begini, hemat air dan listrik di rumah hehe”

Ifah:”Ia, mana biar neng bantu lepasin” ucap Ifah.

Ifah pun langsung menarik kaos yang saya kenakan, sontak saya pun mengangkat tangan saya hingga kaos pun terlepas. Ifah lalu menarik terun celana saya hingga tinggal cd yang tersisa, untung kontol saya sudah lemas kembali hingga tidak terlihat tonjolan berarti.



Ifah kemudian menarik celana dalam saya. Saya pun spontan menutupi kemaluan meski yang memperhatikan Cuma pak Indra karena istrinya membelakangi saya.

Ifah:”Udah sana hihi” ucap Ifah sambil menepuk pantat saya. Saya pun segera bergerak ke pancuran yang paling ujung namun Ifah segera mencegah saya.

Ifah:”Ngapain a jauh-jauh, di sini aza, dekat teh Riska” ucap Ifah.



Riska:”Ia, aku gak gigit koq a” ucapnya sambil menoleh kepadaku dan tersenyum walau sedikit tidak jelas karena tampak dia lagi gosok gigi.

Saya pun meilhat Ifah sejenak dan ifah mengangkat jarinya menunjuk ke tempat kosong di sebelah Riska. Saya pun segera berada di samping Riska istrinya Indra yang sedang gosok gigi.

Saya pun segera berada di bawah pancuran yang airnya mengalir terus menerus tersebut dan mengguyur kepala saya. Sementara kuliat istri saya Ifah memasukan pakaian saya ke dalam ember. Ifah pun mulai melepas jilbabnya, saya mulai dag-dig dug juga karena di atas ada Pak Indra. Apakah Ifah akan telanjang juga seperti saya rasa tidak rela menyelimuti pikiran saya hingga saya dari tadi Cuma diam membiarkan air mengalir membasahi tubuh saya.



Riska:”Koq bengong, bengong terus si aa ini,hati-hati lho kesambet setan di tempat beginian mah jangan bengong mulu atuh” ucapnya.

Saya pun hanya cengengesan saja dan kulihat Ifah sedang melepas baju dasternya. Kini Ifah istri saya pun tinggal mengenakan pakaian dalam saja. Ku lirik ke atas tampak Pak Indra melotot ke arah Ifah hampir tanpa berkedip. Saya sedikit kaget ketika tiba-tiba Pak Indra berbicara kepada Ifah.



Indra:”Fah, mamah kamu gak diajak sekalian mandi di kali?

Ifah:”Dia jagain anak aku kang, kang bapak ke sawah” ucap Ifah.

Indra:”Sayang ya, padahal bisa puas cuci mata hehe”

Riska:”Dasar mesum, seneng ya lihat susu yang montok-montok”

Indra:”Hehe, yang kapan lagi bisa lihat susu yang montok-montok kalau bukan di pemandian sungai, apalagi di daerah kita yang susunya gede kan Cuma Ifah dan mamahnya si Yuniar hehe” ucap Pak Indra sangat berani bicara begitu di hadapan istrinya.



Riska Cuma mesem-mesem saja dan kemudian menjawab.

Riska:”Jadi susu mamah kecil ya, gimana a, susu aku kecil ya” ucap Riska sambil meremas-remas kedua susunya dan menoleh kepadaku. Aku pun sontan sedikit gelagapan.

Saya:”Gede koq segitu mah” ucap saya.

Sementara tampak Ifah sedang melepas bh yang dia kenakan sambil berjalan membawa ember ke dekat saya dan Riska.



Riska:”Kata si aa susu mamah gede kan, yang kalau dibanding teh Yuniar ya kalah, mereka kan dari bibitnya sono susunya udah pada gede” ucap Riskka kepada suaminya yang terlihat senyum-senyum melihat ke arah Ifah, sementara Ifah Cuma cuek saja dan sudah melepas bh dia, Ifah sudah berada di samping saya sehingga kini saya di apit Ifah dan Riska.

Ifah pun menaruh bh dia di ember dan menyisakan celana dalam hitam yang masih menempel di tubuhnya.



Ifah pun kemudian mengambil ember berukuran lebih kecil yang dibawa bersama ember besar yang ternyata berisi perlengkapan untuk mandi dan memberikan kepada saya.

Saya:”Neng, mau mandi sambil pakai cangcut? Tanya saya kepada Ifah.

Ifah:”Nggak, ini neng mau lepas cangcut neng” ucap Ifah dan segera menunduk dan melepas celana dalamnya yang berwarna hitam.

Aku pun menoleh kepada Indra yang tampak memperhatikan betul apa yang dilakukan Ifah.



Ifah pun sudah melepas celana dalamnya dan menaruh di dalam ember besar.

Indra:”Wah, lebat yang sekarang baok memek kamu Fah hehe” ucap Indra tak sopan kepada Ifah padahal jelas-jelas ada saya suaminya.

Ifah:”hihi ia kang, aa Dendi juga sukanya bulu heunceut ifah lebat” ucap Ifah tanpa malu-malu padahal saat pertama kali bertemu lagi setelah sekian lama, saat saya melamar dia dia terlihat begitu kalem dan alim.

Riska:”Eh dulu kan botak ya heunceut kamu Fah, kalau gak salah kita pernah mandi bareng juga” ucap Riska kepada ifah yang kini sudah berjongkok di samping saya.



Ifah:”ia teh, suami yang dulu sukanya heunceut aku botak hihi, menyesuaikan dengan keinginan suami hehe” ucap Ifah yang mulai mengguyur badannya.

Riska:”Berarti suami kamu sekarang sama dengan suami aku, suka kalau baok heunceut aku lebat” ucap Riska. Sementara saya yang sudah mulai menyabuni badan saya pun menoleh kepada Riska, Riska pun tampak mulai menyabuni badannya.

Ifah:”Eh, kirain teteh udah mau selesai mandinya, ternyata baru sabunan?

Risak:”Ia, tadi nyuci cangcut, kutang yang habis di pakai sama sempak dan baju-baju” ucap Riska sambil tersenyum dan menoleh kepada saya juga.



Ifah:”Eh jadi keingetan, aku juga mau nyuci dulu” ucap Ifah sambil mengeluarkan sabun colek dari ember kecil dan menyiramkan air ke dalam ember yang berisi pakaian kami yang tadi kami pakai.

Tiba-tiba kita mendengar bunyi gdubraaaak…..

Riska:”Aaaaw…”

Ifah:”aapaaan tuch?

Indra:”Papah jatuh mah, kepeleset” ucap Indra yang tampak tersungkur di dekat batu.



Spontan saya pun berdiri dan tanpa sadar lagi mandi telanjang bersama orang lain.

Saya:”Waduh, perlu saya bantuin pak”

Riska:”Awwwww hihi”

Indra:”Gak perlu pak” ucap Indra yang kemudian bangkit dan naik kembali ke atas batu. Tapi tampak badannya sedikit kotor terutama handuknya.



Indra:”Kenapa Mah?

Riska:”Eh gpp pah, kaget liat kontolna si aa ngagantung panjang hihi”

Saya pun segera menutup selangkangan saya dan jongkok kembali.

Ifah tampak hanya senyum-senyum saja.

Indra:”Ah mamah, manfaatkan kesempatan dalam kesempitan aza, masih sempat-sempatnya ngintipin kontol orang padahal suaminya habis jatuh”

Riska:”aaah, bapak, eh papah juga jatuh karena keasyikan lihatin heunceutnya Ifah kan, inget ada suaminya disebelah mamah hihi” ucap Riska.



Ifah:”Aduh koq aku dibawa-bawa sich,nich aku sembunyikan heunceut aku teh hihi” ucap Ifah sambil merapatkan pahanya dan melanjutkan membilas baju.

Riska:”Itu kamu kotor lagi pah, udah turun, mandi lagi, sekalian kalau mau lihatin heunceutnya Ifah bisa dari dekat hihi” ucap Riska kepada suaminya yang membuat saya langsung merasa sedkit sesak mendengarnya tapi juga kontol saya perlahan berdiri, memek istri saya mau dilihatin orang lain sembari saya mandi di dekat dia.

Saya pun melihat ke atas dan tampak Indra sedang berjalan turun.



Indra:”Ia, kotor papah, harus mandi lagi ni mah”

Saya pun segera berdiri hendak berpindah ke ujung namun tangan saya dipegang Riska.

Riska:”aa mau ke mana?

Saya:”Saya mau pindah ke sebelah istri saya, biar pak Indra di sini”

Riska:”Udah gak usah, lanjut di sini saja mandinya” ucap Riska yang kini posisinya ternyata sudah membelakangi pancuran dan menghadap kepada saya.



Ifah:”Ia, biar di situ aza aa, kalau di ujung sini aa kan Cuma bisa ngelihatin Ifah, bukannya ke sini mau mandi lihatin cewek-cewek lain mandi telanjang hihi” ucap Ifah sekaligus mengingatkan saya dan membongkar rahasia aza. Betul juga kalau Indra yang diposisi sekarang tentu saya lebih rugi.

Saya pun segera jongkok kembali sementara Indra sudah melepas handuknya dan berdiri di samping Ifah yang masih mencuci pakaian.



Sementara Riska yang kini posisinya membelakangi pancuran air sedang membilas rambutnya. Kini posisinya mengangkang lebar, bulu-bulu memeknya yang lebat basah terkena air tentu membuat saya sekarang bisa melihat belahan memeknya. Karena suaminya sudah terang-terangan memelototi memek istri saya tadi saya pun tak ragu lagi menatap memeknya Riska sambil saya membasahi rambut saya dengan shampoo.

Saya pun melihat dengan sudut mata saya Indra sudah jongkok dan menyiram badannya dengan air pancuran.



Riska pun cuek saja meski dia tahu pasti saya memelototi memek dia. Malah kini dia mulai menyabuni memeknya.

Riska:”Heunceut aku mah kecil a, mungil gak segede heunceutnya ifah istri aa” ucap Riska yang membuat saya terkejut.

Ifah:”Ia, badan teteh kan beda dengan saya, body saya mirip mamah besar, jadi heunceut aku juga besar hihi” ucap Ifah sambil tertawa.



Indra:”Udah nyucinya atuh Fah, mandi, kang Indra pengen liat heunceut besar kamu lagi nich” ucap Indra vulgar dan tanpa tedeng aling-aling padahal ada saya suami Ifah di situ. Apalagi Indra kini seperti istrinya mandi dengan membelakangi pancuran dan tanpa malu mengocok-ngocok kontolnya yang besar juga saya tak begitu yakin besar punya saya atau dia hanya kontol Indra sepertinya jauh lebih pendek dari kontol saya.

Ifah:”Bentar, sabar kang, Ifah tinggal nyuci cangcut Ifah sama sempak si aa” ucap Ifah yang tampak mulai membuka kembali pahanya agak lebar menunjukan memeknya yang penuh bulu-bulu kriting tapi karena terkena air belahan memek Ifah pun mudah dilihat.



Kontol saya pun semakin mengeras, selain karena pelecehan Indra kepada istri saya juga karena Riska yang sedang menyuci memeknya sambil mulutnya terbuka seperti sedang masturbasi dan jelas-jelas menggoda saya, apakah semua yang mandi di sini suka seperti ini, mungkin saya harus tanyakan Ifah nanti kalau sudah pulang.

Saya pun tanpa sadar mengocok-ngocok kontol saya sendiri di depan Riska istri Indra.

Sementara ifah tampak masih sibuk mencuci celana dalam dia dan celana dalam saya.



Riska:”Fah, boleh teteh sabunin suami kamu, kamu belum selesai nyucinya kan?

Indra:”Ia, biar gentian nanti Ifah sabunin Papah”

Ifah:”Boleh, memang aa belum sabunan? Lain udah?

Saya:”Udah sebagian” jawab saya sedikit seperti orang bingung.



Riska:”Sini aku sabunin a” ucap Riska sambil mengambil sabun yang saya letakan di atas batu dan segera menyabuni badan saya di depan istri saya. Ifah hanya melihat sebentar dan kemudian menyelesaikan mencuci celana dalam saya.

Indra:”Udah Fah, kanjut aa ngaceng ini”

Ifah:”Memang kalau ngaceng kenapa kang hihi” tanya ifah.

Indra:”Ya, kalau dipegangin Ifah seperti kontolna Pak dendi dipegang istri saya pasti enak hehe” ucap Indra.

Memang kini Riska sedang menyabuni kontol saya.



Riska pun menyabuni kontol saya tapi lebih tepatnya mengocok kontol saya dan memberikannya sabun.Sementara Ifah pun ku lihat mulai memegang kontol Indra sambil dia duduk di batu. Bedanya Ifah tak memberikan sabun di kontol Indra.

Sementara tampak Indra memberi isyarat kepada ifah agar mengambil sabun yang sekarang sudah tidak digunakan oleh Riska untuk menyabuni kontol saya dan tergelatak di bebatuan.



Ifah pun mengambilnya dan memberikan kepada Indra. Indra tampak kepalanya berkeliling ke sekitar melihat situasi dan lallu langsung menyabuni tubuh istri saya. Saya pun langsung panas dan tangan saya pun langsung meremas-remas dadanya Riska.

Riska:”Aaaw…aaaaghhhh hihihi”

Indra:”Kenapa mah?

Riska:”Nenen mamah ini diremes-remes sama si aa Dendi hihi”



Sementara ku lihat Indra mulai menyabunin memeknya istri saya. Ifah pun hanya senyum-senyum kepada saya padahal nyata-nyata memeknya lagi diobok-obok oleh Pak Indra.

Saat kami sedang asyik-asyiknya terdengar suara lelaki mengobrol mendekati ke arah kami. Sontak kami semua kaget dan melihat ke atas tampak dua orang laki-laki tepatnya abg sedang menuruni jalan curam menuju sungai.

Sontak kami kembali ke posisi masing-masing dan melakukan seperti orang mandi selayaknya.



Dua orang abg itu pun sepertinya sudah sampai dan saya lihat duduk di tempat Indra tadi sempat duduk.

Ifah:”Aa, udahan yuk” ucapnya dengan suara pelan sambil membasuh seluruh badannya yang penuh busa sabun.

Indra:”Pak, kapan-kapan kita lanjutkan ya, kita tukeran sekalian” ucap Indra kepada saya dan saya paham maksud dia tukeran.

Riska pun tersenyum kepada saya.

Ifah:”Si aa udah pulang ke bandung besok”

Saya:”Kapan-kapan saya kabarin pak Indra”



Kami pun segera mengakhiri acara mandi kami. Riska dan Ifah tanpa rishi berdiri dan mengelap badan mereka yang basah, otomatis orang di atas dapat melihat jelas susu dan memek mereka.

Saya yang mengelap badan saya sambil jongkok juga Indra pun protes.

Saya:”Neng, memek kamu kelihatan sama mereka” ucap saya dengan suara agar keras agar 2 orang abg di atas tidak terus menatap istri saya tapi mereka tampak cuek saja.



Ifah:”Biar aza a, anak seumur mereka udah biasa lihat heunceut, ia kan kalian udah biasa lihat heunceut ibu-ibu kalau mandi di sini” ucap Ifah

Abg:”IA teh” jawab mereka serempak.

Riska:”Ia a, pelit amat Cuma dilihatin aza koq heunceut istri kamu gak dimasukin anu mereka hihi” ucap Riska tampak binal.



Saya pun tak berkomentar lagi apalagi Indra pun cuek, kami berdua sudah melilitkan handuk di badan kami masing-masing.

Para istri pun demikian sudah memakai handuk mereka.

Indra:”Mari pak, kita barengan, sialan pakai ada yang datang” ucapnya menggerutu.

Kami pun segera keluar dari pemandian dan hendak berjalan naik.



Plaaak….

Ifah:”awwww”

Indra:”Gede banget bool kamu Fah, dari dulu aku pengen ngeremes-remes” ucap Indra dan langsung meremas-remas pantat istri saya setelah sebelumnya dia menampar pantatnya.

Ifah:”Aaagh Pak Indra nakal ih”

Saya pun tak mau kalah kebetulan Riska berjalan di depan saya, saya segera memegang pantat Riska dan meremas-remasnya juga.



Saya:”Bool istri bapak juga padat empuk dan gede juga” ucap saya.

Riska:”Ih, dasar para lelaki masih nafsu ya” sambil menjauhkan tangan saya dan Ifah pun melakukan hal yang sama dan langsung menggandeng tangan saya.

Saya yakin dua anak abg di atas pasti mupeng berat.

Indra pun segera mendahului kami dan menuntun istrinya menaiki jalan yang cukup curam.



Kami pun berjalan perlahan-lahan menaikinya.

Riska:”Paling barudak (anak-anak) tadi langsung coli yap ah”

Indra:”ia mah, nggangguin kita lagi enak, padahal papah baru kesampaian bisa pegang memeknya istri pak Dendi hihi”

Riska:”Dasar mesum”

Indra:”Ya dari dulu papah paling Cuma bisa lihat saja kalau Ifah dan mamahnya mandi di sungai, mamah gak izinin”

Riska:”soalnya dulu suami Ifah gak ada yang nafsuin hihi, beda yang sekarang” ucap Riska dan saya pun mengerti alasan atas semua kejadian di bawah tadi.



Riska:”Eh kalian diam aza, masih pada sange ya”

Ifah:”Hihi, ia, heunceut ifah gatel teh pengen ditancepin kontol hihi” ucap Ifah begitu vulgar sambil tertawa dan melihat saya sejenak.

Tak sadar kami pun sudah sampia di atas. Indra pun segera mengambil motor bebek yang ternyata milik dia dan saya pun mengambil motor matic yang terparkir di sebelahnya. Sekarang ada motor besar terparkir yang pasti punya dua anak laki-laki tadi.



Saya dan istri saya begitu pun Pak Indra dan istrinya sudah naik ke motor. Pak Indra pun melaju lebih dulu dan cukup cepat karena mungkin dia sudah terbiasa dengan kondisi jalan di sini.

Saya:”Neng, kejadian seperti tadi sudah sering terjadi ya?

Ifah:”Nggak, sumpah, kalau yang seperti tadi baru kali ini, tapi kalau neng mandi di sana yang udah biasa dilihatin laki-laki, yang lain juga gitu”

Saya:”Masa, terus tadi kenapa sampai begitu?



Ifah:”Gak tahu, mungkin kan denger sendiri tadi pak Indra ngobrol sama istrinya”

Saya:”Tapi koq neng gampangan, pasrah gitu aza memeknya diraba-raba?

Ifah:”jadi aa marah sama neng?

Saya:”Gimana ya….”

Ifah:”aa juga kan sama teh riska”

Saya:”Tapi kan yang mulai duluan inisiatif Indra dan kamu mahu”



Ifah:”aa marah ma neng, ku lihat aa suka, kontol aa aza ngaceng pas lihat neng pegang kontol pak indra, terus kenapa aa biarin waktu di villa neng dinodain sama bapak? Ucap Ifah suaranya sedikit meninggi.

Saya:”Ia maaf, aa Cuma cemburu aza” ucap saya mengalah.

Ifah:”Ia neng minta maaf, neng pikir aa bakal suka, soalnya gak mungkin juga pak Indra biarin aa grepe istirnya tanpa dia melakukan hal yang sama”

Saya:”Udah gak usah dibahas ah, neng gak malu banyak orang lihat tuch di pinggir jalan neng Cuma pakai handuk, paha ke mana-mana” ucap saya begitu kami sudah masuk ke jalan kampung.



Ifah:”Mandi telanjang di sungai di lihatin orang, susu, heunceut udah biasa” ucap Ifah dengan suara masih tinggi.

Saya:”hehe masih ngambek sama aa”

Ifah:”Nggak, tapi neng sange hihi,abis heunceut neng diraba-raba Pak Indra nanggung pengen ditancep kontol aa hihi” ucap Ifah sambil memeluk saya dengan erat.

Kami pun sudah sampai ke rumah dan segera saya memarkir motor.



Di teras tak nampak lagi Yuniar dan saya pun bersama Ifa h segera masuk ke dalam rumah dan masuk ke kamar.

Saya:”Tabah mana ya sama mamah?

Ifah:”Paling jalan-jalan ke tetangga atau jajan ke warung”

Saya:”Kita ngewe yuk neng?

Ifah:”Nanti aza a, aa mau gak ngerasain ewean di saung di sawah?



Saya:”Wah boleh juga tuch”

Ifah:”Ya udah pakai baju, kita sarapan terus ke sawah” ucap Ifah.

Saya pun segera memakai baju begitu juga Ifah.
 
PART 78

POV Wife


Pagi itu aku duduk sendiri di teras rumah. Hatiku tengah galau berat. Hanum sedang pergi mengantar Intan ke sekolah dan Anis bersama Bu Heti sedang berbelanja ke super market untuk kebutuhan sehari-hari dan Revan ikut dengan mereka.

Sore atau malam nanti suamiku akan pulang ke rumah, aku khawatir tidak bisa menahan amarah sehingga semua rencanaku akan gagal. Aku sedang memikirkan bagaimana aku bersikap kepada suamiku dan menahan emosi agar semua rencanaku berjalan semestinya dan aku dapat mengetahui apa suamiku menyeleng atau tidak dibelakangku, yang pasti dia sudah berbohong namun aku belum tahu alasannya.



Saat sedang melamun aku mendengar pintu pagar digedor-gedor dari luar. Saya pun kaget dan segera berdiri untuk mencari tahu. Ternyata ada seseorang memukul-mukul pagar menggunakan tongkat kayu. Orangnya kurus dan tingginya mungkin hampir sama dengan saya dan kelalanya plontos. Memakai kaus lengan pendek warna putih dan celana jeans. Tangannya penuh dengan tattoo, yang berikutnya ku ketahui bernama Irman.

Bruuuk..bruuuk..

Orang tersebut segera menyadari bahwa ada saya di teras rumah. Saya pun menjadi sangat takut apalagi tidak ada security yang jaga, Donatus sudah pulang sejak jam setengah enam dan gak ada gantinya.



Irman:”Hey kamu, kemari”

Saya hanya berdiri mematung tak bergerak sedikit pun.

Irman:”Ini rumah Dendi dan Dewi, betul tidak?

Saya:”Ia, tapi suami saya sedang kerja tak ada di rumah”ucap saya, tanpa sadar saya sudah memberi tahu bahwa saya sendirian.



Irman:”Saya tidak ada perlu sama suami kamu, saya suaminya Anis, nama saya Irman”

Saya pun terkejut mendengarnya, saya pun mendatanginya dengan segera, hati saya sedikit tenang, saya berharap dia tidak berbuat hal-hal yang tidak diinginkan.

Saya:”Saya Dewi, majikannya istri bapak, tapi dia sedang pergi belanja”

Irman:”Tidak apa saya akan menunggu”



Saya pun merasa tidak enak dan membukakan pagar yang sebenarnya sich si Irman pun bisa membuka sendiri.

Ku taksir umur si Irman sekitar 35-an ke atas. Wajahnya sich lumayan tapi terlihat matanya liar dan merah sepertinya dia mabuk, saya pun dapat mencium bau minuman saat posisi kami berdekatan waktu saya membuka pintu pagar.



Saya:”Mari pak, bapak bisa tunggu di teras rumah” ucap saya berusaha ramah.

Saya pun berjalan lebih dulu dan naik kembali ke teras rumah.

Begitu naik ke teras rumah saya sangat terkejut karena tiba-tiba si Irman mendekap saya dan menempelkan benda yang terasa dingin di leher saya.



Irman:”jangan teriak dan jangan macam-macam kalau mau Selamat, atau belati ini akan merobek leher kamu”

Saya pun langsung lemas dan diam tak berkata apapun.

Irman menarik tangan saya, sepertinya si Irman mengikat tangan saya dengan tali dan sempat-sempat nya dia meremas pantat saya beberapa kali.

Saya:”Awww uughhh”

Irman:”Diam” ucapnya dan menyeret saya masuk ke dalam rumah.



Saya pun diseret masuk ke dalam rumah. Sampai di ruang tamu kemudian saya pun di seret lagi hingga ke ruang tengah atau ruang keluarga.

Saya:”Ampun, kenapa harus begini?

Irman:”Diam, jangan banyak komentar, atau nyawa kamu melayang, duduk di kursi” ucap dia sambil mendorong saya hingga terduduk di sofa.

Saya pun pasrah dan memilih duduk di sofa.



Si Irman lalu membuka-buka semua laci lemari tv. Dia pun menemukan lakban hitam dan segera mengambil gunting juga yang ada di laci. Dia lalu melakban mulut saya.

Saya pun di seret kembali masuk ke dalam kamar saya yang kebetulan paling dekat dengan ruang keluarga.

Saya pun diangkat dan direbahkan di atas kasur. Ku lihat si Irman kemudian membuka lemari dan tampaknya sedang mencari barang berharga.



Saya tidak terbiasa menyimpan banyak uang tunai di dalam rumah paling 2 atau 3 juta saja. Irman tampak memporak porandakan pakaian saya hingga berhamburan.Saya masih dapat melihat dia tersenyum sepertinya dia menemukan sesuatu. Astaga dia mengambil perhiasan yang saya sembunyikan yang dulu pernah pura-pura dicuri oleh perampok kenalannya Luna. Tampak dia mengambil tas suami saya dan memasukan perhiasan tersebut dia juga menemukan sejumlah uang dari laci lemari.

Semua pakaian saya dan suami dihambur-hambur oleh dia. Setelah tak menemukan barang apa-apa lagi dia pun kembali ke saya dan menggeladah saya. Dia pun menemukan handphone dari saku bajhu daster saya dan segera dia masukan ke dalam tas dia.



Tak lama dia membawa tas dan keluar dari kamar. Saya sudah pasrah mudah-mudahan dia segera pergi, biar saja sebaigan harta saya hilang.

Cukup lama dia tidak kembali dan saya cukup yakin dia sudah pergi lalu saya dengar suara motor Hanum datang dan saya pun semakin senang saja.

Tapi ternyata bayangan saya tak seindah kenyataan sekitar lima sampai sepuluh menit kemudian tiba-tiba saya melihat Hanum yang sudah diborgol dengan tali rapia dan seperti saya tangannya diikat kebelakang juga mulutnya sudah dilakban diseret ke dalam kamar.



Hanum pun segera melihat saya dan dia berusaha berontak sambil menangis, tapi si Irman tidak perduli padahal Hanum adalah anaknya. Dia pun segera menyeret Hanum dan memintanya duduk di sofa yang ada di dalam kamar.

Irman:”Kamu duduk di situ neng, jangan macam-macam, jangan sampai bapak lupa bahwa kamu adalah anak bapak” ucap Irman dan membuat saya yakin si Irman benar suaminya Anis.

Hanum pun menundukan kepalanya dan sesegukan.



Irman lalu kembali mencari-cari sesuatu di dalam kamar, speertinya dia masih mencari barang berharga entah barang apa lagi yang dia temukan waktu keluar dari kamar tadi yang sempat saya kira dia sudah pergi.

Mungkin sekitar setengah jam berikutnya aku mendengar pintu depan di buka dan terdengar suara tawa cekikikan anak saya Revan.

Saya justru semakin takut dibuatnya.

Irman yang mendengar pun setengah berlari segera keluar dari kamar.



Saya pun mendengar sedikit kegaduhan dari ruang tamu dan sekitar 10-15 menit kemudian Irman sudah balik lagi dan menggiring Anis, Bu Heti dan anak saya Revan yang semuanya dalam kondisi terikat dengan tangan kebelakang dan mulut dilakban. Revan digendong oleh Irman dan Irman mengarahkan mereka semua ke sofa.

Anis tampak menangis dan seperti bicara sesuatu tapi tertahan oleh lakban.

Mereka semua duduk di sofa berhimpitan termasuk Revan.



Anis dan Hanum pun tampak menangis dan bercucuran air mata.

Sementara Irman ku lihat berdiri aku tak bisa melihat ekpresi mukanya karena membelakangi saya.

Tapi sepertinya Irman melepaskan celananya sendiri dan sedikit menurunkan celana dalam dia.

Irman:”Bangun kamu Heti” ucapnya dan segera menarik Bu Heti untuk berdiri.



Bu Heti tampak sangat ketakutan. Irman langsung memutar badan Bu Heti hingga membelakangi dia.

Lalu Irman mengeluarkan belati dan ditempelkan ke leher Bu Heti.

Irman kemudian membuka lakban yang menutup mulut bu Heti.

Heti:”Mau apa kamu Irman, lepasin saya”

Irman tampak mengesek-gesekkan kontolnya ke pantat Bu Heti.



Irman:”Diam kamu, jangan coba-coba melawan atau belati ini yang berbicara”

Sementara Itu Hanum, Anis dan Revan tampak menangis ketakutan.

Bu Heti pun seketika diam Karena tahu Irman bisa nekad.

Irman lalu menarik bu Heti yang memang lebih pendek dari dia untuk berbalik kembali dan berjongkok setelah lebih dulu melepas tali di tangannya.

Bu Heti pun mengikuti keinginan si Irman.



Irman langsung mengarahkan kontolnya ke mulut Bu Heti.

Heti:”Jangan Kang, saya kan istri temen akang juga dan temen istri akang”

Irman:”Justru itu, aku udah lama pengen ngerasain memek elo Heti, kawan karib Anis hehe, jangan banyak ngomong, aing bisa nekad” ucap Irman sambil mengacung-ngacung belatinya.

Bu Heti pun menoleh kepada Anis dan Anis yang masih terisak menganggukan kepalanya sebagai tanda agar bu Heti menurut saja agar tidak disakiti.



Bu Heti pun segera membuka mulutnya dan mulai menghisap kontol Irman. Perlahan ku lihat kontol si Irman semakin membesar, aku bisa cukup jelas melihat karena jarak saya dengan sofa mereka duduk tidaklah jauh.

Bu Heti tampak mulai menangis tapi tetap membiarkan Irman mendorong keluar masuk kontolnya di mulut dia.

Irman:”Uugh udah, gak enak sepongan elo” ucap irman dan menarik Bu Heti untuk berdiri.



Bu Heti lalu dia balikan dan di dorong hingga menungging dan tersungkur dipangkuan Anis.

Anis:”mmmmpzzzz….mmmmpppz” Anis berontak sambil menangis dia tahu apa yang akan dialkukan suaminya kepada Bu Heti.

Bu Heti pun menangis dan terisak-isak,

Heti:”Kang, mohon jangan gadabah saya, saya punya suami dan anak hiks..hiks”

Irman:”Haha, diem, atau belati ini menembus perut kamu” ucap Irman sambil meremas-remas pantat Bu Heti.



Irman tampak sudah tidak sabar, dia pun menurunkan celana kulot Bu Heti hingga pantat besarnya hanya tertutup cangcut warna hijau, tapi itu pun tidak lama. Irman menarik dengan kasar bagian pinggir cangcut bu Heti hingga koyak dan robek dengan dua kali tarikan.

Breeet…

Heti:”aaawww, Kang jangan perkosa saya, please”

Irman:”Udah, diam kamu” ucap Irman dan segera menggesek-gesekkan kontolnya di memek Bu Heti.



Bleeees…

Heti:”Aaaw, anjing setan sia aaaaa” Bu Heti menjerit dan melolong cukup panjang begitu kontol Irman menembus memeknya yang tentu masih sangat kering. Sementara Irman tidak perduli dia jejalkan seluruh kontolnya dan mulai mendorong keluar masuk.

Irman:”Kalau memek loe belum basah jadi terasa sempit banget ya hahaha uuughhh” ucap Irman sambil memegang pantat Bu Heti dia pun memaju mundurkan pantatnya.



Ploook…ploook…plooook…

Hantaman paha irman ke pantat Bu heti berkali-kali membuat suara yang cukup nyaring.

Bu heti beberapa kali terdorong dan berpegangan erat di paha Anis yang terus terisak-isak melihat teman sekaligus tetangganya dinodain oleh suaminya.



Irman:”Enak memek loe uuugh tapi agak sakit juga kontol aing ah…masih belum basah memek loe”

Plooook…plooook…plooook…

Irman pun semakin mempercepat sodokan kontolnya ke memek Bu Heti sementara tangannya meremas-remas susunya Bu Heti.

Heti:”ampun udah kang cabut kontolnya aaaagh perih memek Heti uuuuughhhh”



Irman tak memperdulikan Bu Heti yang kesakitan tapi terus menyodokan kontolnya malah lebih cepat.

Ploook…plooook…ploooook

Heti:”ampun uuugh…ampun nyeri momok urang kang uuughhhh ampun”

Bu Heti terus merintih kesakitan lalu tiba-tiba Irman menarik kontolnya dan Bu Heti langsung terlungkup di pangkuan Anis dan menangis.



Irman lalu mengikat kembali tangan bu Heti kebelakang dan melakban mulutnya juga. Bu Heti dia biarkan tetap di bawah sofa.

Irman kemudian melepas sempak dia yang masih menggantung hingga kini dia benar-benar tak bercelana.

Irman pun segera menghampiri saya membuat saya semakin ketakutan. Saya sudah tahu apa yang bakal menimpa saya. Saya memang sudah terbiasa diperkosa meski bohongan atau malah beneran saat digangbang para tukang tapi kini situasinya betul-betul berbeda.



Si Irman tidak hanya diselimuti nafsu seks juga nafsu amarah.

Irman:”Sekarang giliran kamu dewi, kamu pasti yang ngebujuk istri saya untuk terus di sini, kamu juga yang bantu pembayaran hutang gua ke si kades, tapi perawan anak gua diambil oleh laki loe, anak aing diewe ku salaki maneh, aing bakal balas dendam, giliran memek loe yang bakal gue ewe”

Irman tidak melakukan hal yang sama kepada saya seperti yang dilakukan ke Bu Heti yaitu melepas lakban di mulutnya dan tali di tangannya sebelum memperkosa dia.



Irman langsung menaikan daster saya hingga ke pinggang.

Terdengar Anis terisak dan seperti berkata sesuatu tapi tertahan oleh lakban begitu juga Hanum.

Saya:”Ammmpppzzz, jangan uughhh, jangan saya lagi hamil” ucap saya meski terdengar tidak jelas.

Irman:”Gemuk banget memek elo Dewi” ucap Irman sambil mengelus memek saya yang tinggal terbungkus oleh cangcut mungil dan tipis warna putih.



Irman:”Lagi bunting lagi, memek elo gemuk banget ya, selain elo cantik barang elo memang menarik, pantes laki elo doyann ngewe sampai anak aing diperawani, banyak bulunya lagi hahaha” ucap Irman dan segera menarik cangcut saya .

Saya pun mencoba berontak tapi taka da artinya Irman dengan mudah menarik cangcut saya hingga lepas.

Irman:”Uuugh harum cangcutna, bau memek hahaha” ucap Irman dan kemudian melepar cangcut saya entah kemana.



Irman lalu mengangkangkan paha saya dan membuat saya terlentang dari posis awal miring karena tangan saya di belakang. Saya pun merasakan begitu sakit karena tangan saya kini terjepit dan posisi begitu tidak nyaman.

Irman:”Diam aza dan nikmati”ucap Irman yang sudah berada di antara dua kaki saya.

Irman pun sudha menempelkan kontolnya di memek saya.



Irman:”Lebat pisan baok kamu Dewi” ucapnya dan bersamaan dengan itu bleees kontolnya yang sebenarnya tidak besar dan tidak panjang juga masih lebih besar dan panjang kontol Dendi membelah bibr memek saya dan didorong sekaligus hingga masuk semua.

Saya:”uughh..uughhh sakiiiiit uughh” ucap saya tertahan lakban dan memang luar biasa sakit mungkin ini juga yang dirasakan bu Heti karena memek kami sama-sama beum basah dan langsung dimasuki kontol meski tidak terlalu besar.



Irman pun tertaawa puas.

Irman:”Haha, gimana reaksi suamimu Dewi jika dia tahu kamu aku ewe hahaha, ini pembalasan karena lakimu sudah berani ngewe anak aing rasakan siah” ucap irman.

Ploook…ploook..ploook Kontol si irman pun sudah keluar masuk memek saya.

Saya:”Uuughh..uughh sakiiiit ampuuun uuughhh” saya tetap berusaha bersuara meski tidak jelas karena mulut saya tertutup lakban. Dia benar-benar kesetanan. Entotan si Irman semakin cepat saja.



Apalagi jika dia tahu istrinya pun sudah digagahi oleh suami saya tentu dia akan semakin marah.

Saya:”uuugh..uughhhh”

Irman tiba-tiba melepakan lakban yang menutup mulut saya.

Irman:”Lebih enak ngewein cewek yang bisa merintih hahha”

Saya:”Anjing, sakit heunceut aku uuugh udah ampuuun” ucap saya.

Irman:”Hah, gak nyangka cewek jilbaban kayak loe bisa ngomong jorang, pantes elo biarin laki loe ngewein anak gua hah, rasakakeun memek kamu gua bikin robek” ucap Irman dengan mata melotot.



Ploook..ploook…plooook

Saya:”aaaagh ampun perih uuughhh hiks…hikkkss” tangisan saya pun mulai mengisi ruangan kamar.

Irman:”Diem loe, atau belati ini akan merobek perut bunting elo” ucap Irman sambil mengambil belati yang sempat dia taruh di tepi ranjang.

Saya pun seketika diam dan terisak-isak.



Plooook..plooook…plooook hantaman paha Irman ke pantat saya semakin terdengar nyaring.

Lalu breeet… Irman merobek bagian depan daster saya menggunakan belati dia.

Dia pun segera memotong kutang saya hingga jadi dua dan buah dada saya pun terbuka lebar.

Irman segera meremas-remas susu saya.



Saya:”Aaagh ampun kang ampun uughh udah akang mau harta ambil saja malah akan saya tambahin tapi lepasin saya jangan perkosa lagi uuuuhhh”

Irman:”Gue memang mau harta tapi mau memek elo juga, elo dan suami elo kaya jadi bisa beli keperawan anak aing hah” ucap Irman.

Irman:”Hah, ada air susunya rupanya elo ya, eh elo kan lagi hamil tapi banyak banget asi loe”



Irman lalu tiba-tiba menindih saya hingga perut saya terhimpit dan sakit sekali.

Saya:”ampuuuun sakiiiit perut gue anjing setan kamu jangan tindih uuugh”

Ku lihat Anis dan Hanum pun berontak dari sofa. Anis lalu bangkit dan berjalan mendekati saya.

Irman pun melihat karena suara gaduh dan tangisan dari Anis.

Jbeeeb…



Sebuah tendangan menghantam perut Anis hingga jatuh terlentang dank u lihat kepalanya sempat membentur lantai dengan keras. Hanum pun segera menghampiri ibunya yang sepertinya pingsan. Tapi karena kondisi terikat tak banyak yang bisa dia lakukan.

Saya:”Sakiiiiiit ampun lepasssiiiin anjiiiing setan sakit uuhhhh”

Irman tak memperdulikan jeritan saya dia tetap mengentot saya dan mulutnya malah kini menghisap puting susu saya. Tak ada rasa nikmat karena perut saya terhimpit badan dia.



Saya pun sudah pasrah dengan hal terburuk yang terjadi.

Saya:”Elo mau tahu bajingan, bini elo udah perna diewe juga sama laki gua hah, kalau gak percaya tanya anak mu dan istrimu malah pernah dibawa liburan dan diewe bareng-bareng anak dan istrimu, istrimu pasti gak bilang ya hahaha” terika saya tertawa sambil terisak.

Irman:”Anjing bangsat” plaaaak sebuah tamparan mendarat dipipi saya dan kini Irman mendekap saya.

Rasa sakit di perut saya begitu luar biasa dan saya sudah tidak kuat lagi.



Irman:”Setan rasakan kontol aing hhhhuuuuuuuuh” irman melelong dan berusaha melumat bibir saya dan saya sudah tidak kuat bergerak lagi, sakit di perut saya sudah sangat luar biasa.

Saya masih sempat merasakan sembuaran sprema di memek saya.

Irman:”aaaagh..aagaahhhh…aaaghhhh, rasakan setan”

Dan seketika saya pun tidak ingat apa-apa lagi.



Saya tersadar dan merasakan sakit luar biasa di perut saya. Saat membuka mata saya tak tahu ada di mana tapi sepertinya sich rumah sakit dan saya melihat dendi suami saya yang sebenarnya saya begitu cinta dan sayang sama dia bersama ibu saya berdiri di samping ranjang.

Saya pun langsung menangis sejadinya-jadinya.

Ibu:”Udah neng, jangan nangis lagi, kamu udah aman sekarang hiks..hiks” ucap Ibu melarang saya menangis tapi dia juga menangis sambil mengusap kepala saya.



Ibu:”Jangan banya gerak dulu neng”

Kesadaran saya pun mulai pulih sepenuhnya, jarum impus tertancap di lengan kiri saya dan kulihat perut saya yang tertutup selimut sepertinya sudah agak kemps.

Seketika saya pun kembali menangis karena sudah tahu apa yang menimpa saya.

Ku lihat Dendi pun menangis terisak dan begitu terpukul.



Saya yang masih menyimpan amarah kepada suami saya pun menangis semakin keras.

Ibu:”Udah neng, istighfar, ini musibah, bayi kamu udah tenang di sana” ucap ibu tapi juga tetap menangis.

Ku lihat Dendi lari keluar dari ruangan meninggalkan saya dan ibu berpelukan sambil menangis.

Tak lama ku lihat kak Mega masuk ke dalam dan langsung menangis juga.



Dia berlari dan memeluk saya dan ibu.

Aku pun mendengar pintu kembali di buka dan tak tahu siapa yang masuk.

Ibu:”ada dokter neng”

Dokter:”Ibu syukur Alhamdulillah sudah sadar, biar kita suntik dulu ya, biar lebih tenang”

Mega dan ibu pun sedikit menjauh sambil tetap terisak-isak.



Dokter:”Maaf ya bu, permisi” ucapnya sambil menyuntikan obat melalui kabel impus.

Saya pun sudah mulai tenang meski tetap menangis.

Dokter:”Ibu, mbak, dibantu tetehnya biar bisa istirahat, tidur, jangan pikirkan macam-macam dulu, karena sudah sadar mungkin 1 sampai 2 jam lagi akan kita pindah dari iccu ke ruangan biasa”

Ibu:”Ia dok, makasih banyak”

Dokter:”Saya permisi dulu ya bu”

Dokter tersebut pun segera meninggalkan ruangan tempat saya di rawat.



BERSAMBUNG…
 
Tuh satpam lama banget ya liburnya? Kok bisa suaminya anis bisa tau si dewi ama si dendi.... :|:gila::gila:
 
Turut berdukacita.atas meninggalnya anak dr bu dewi......ulah Dendi kawin kontrak dpt pelajaran yang berharga harus bertanggung jawab..........
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd