POV SUAMI
Menjelang Magrib kami semua dipanggil untuk makan malam. Ternyata bukan hanya kami yang sebelumnya sudah makan nasi goreng terlebih dahulu, tapi rupanya yang lain juga karena sudha pada kelaperan.
Pak Bob:” Mohon maaf bapak Ibu, kalian sudah pada kelaperan, karena logistic sedikit terlambat, sekarang sdh banyak tersedia makanan dan minuman di dapur dan kulkas, bias di bawa juga untuk di isikan di kulkas kamar masing-masing nanti”
Kami semua hanya manggut-manggut tidak ada yang komentar. Kami pun segera makan meski sdh sedikit kenyang.
Selesai makan kami kumpul duduk-duduk di sofa sambil menonton tv, suasana sedikit kaku dan canggung. Sampai akhirnya Pak Bob mencoba mencairkan suasana.
Pak Bob:” gimana kalau kita semua berenang?
Dewi:” Masa berenang malam-malam om? Apa gak masuk angin, lagian kamu gak bawa baju renang”
Pak Bob:” gak perlu takut masuk angin, yang takut masuk angin nanti aku angetin, paling barang aku nanti yang masuk, dan gak usah pakai baju renang , gak pakai apa-apa lebih bagus, hehe” semua pun tertawa.
Diah:” kebanyakan ibu-ibu jilbaban semua, masa renang pakai jilbab”
Pak Bob:” Kalau masalah jilbab mau pakai atau enggak gak ada yang larang di sini, bukan mau tanding to”
Fadli:” udah kalian ibu-ibu renangnya pakai jilbab sama kutang dan cangcut doang sebagai ganti bikini”
Dewi:” besok pagi saja dech kalau renang, pagi-pagi kan lebih seger tuch kalau berenang? Gimana? Mending kita karaokean saja ini malam”
Diah:” kalau aku sich setuju sama Dewi, gimana yang lain Ida? Popy dan Ruri”
Ida:” Kalau aku ikut saja mbak”
Diah:” Yang lain?
Yang lain pun akhirnya setuju.
Pak Bob:” baguslah, bosan kita Cuma duduk-duduk saja”
Kami semua pun beranjak menuju ruang karaoke. Ruangannya lumayan luas juga, tapi ternyata sofanya tidak cukup dengan begitu banyak orang. Terpaksa kami memindahkan sofa dari ruang lain.
Mula-mula Dewi dan Diah yang nyanyi duet menyanyikan sebuah lagu kenangan. Aku sendiri hanya menyaksikan di samping istriku karena aku memang kebetulan tidak pandai bernyanyi . Beberapa orang bergantian bernyanyi dan memang mulai agak membosankan.
Fadli:” gimana kalau sekarang nyanyi sambil joget dech”
Saya:” Ia betul, malah ngantuk aku, lagunya yang agak ngebeat atau dangdut gimana?
Pak Bob:” nah aku setuju sama Pak Dendi, yang laki bisa nenamin joget, gimana kalau Bu ida yang nyanyi dari tadi yang cewek Cuma Bu Ida yang belum nyanyi”
Ida:” Aku gak bias nyanyi om”
Wilton:” cobalah lah mah”
Ida:” Nggak ah, papah saja yang nyanyi”
Diah:” Ayo Ida gak usah malu-malu”
Ida menggelengkan kepalanya.
Pak Bob:” gpp kalau gak bias joget aza yang nyanyi Dewi, bisakan dangdut”
Saya:” Kalau Dewi semua bisa, nge-rapp aza yang gak bias kayaknya”
Aku memberikan semangat kepada istri saya.
Pak Bob:” tunggu sebentar saya ambil minuman dulu” sambil berjalan keluar lalu tak lama balik lagi membawa plastik berisi beberapa botol bir dan minuman keras lainnya.
Pak Bob:” buat yg minat saja, untuk menghangatkan suasana”.
Dewi:” pah, masa sich aku harus nyanyi sambil bergoyang, agak aneh kan pakai hijab gini masa?
Saya:” santai aza mah, minum dulu ini biar rileks” sambil memberikan segelas bir”
Dewi mulai meminumnya, walau belum terlalu terbiasa namun pengalaman sama pak Fadli dulu membuat dia berani meminumnya. Apalagi Popy dan Ruri juga terlihat minum dengan santai, Fadli dan Wilton menyemangati Idan dan Diah agar mau minum juga, walau terpaksa mereka mulai ikut minum walau sedikit demi sedikit.
Dewi pun segera bangkit dan berjalan ke tengah ruang karaoke, dengan bantuan minuman tadi membuat dia lebih pede, mulai melantunkan sebuah lagu dgn genrenya dangdut yg berjudul goyang dumang. Sedikit bergoyang meski masih terlihat kaku dan aneh perempuan berhijab dan memakai baju kurung yg cukup lebar bergoyang dangdut.
Yang lain mulai ikut bergoyang.
Pak Bob:” Ayo Bu Dewi, goyangannya yg lebih hot dong, nanti saya sawer”
Diah:” Ia Wi, semangat”
Dewi mencoba lebih banyak lagi bergoyang, sudah sedikit lebih luwes. Lagu pertama sdh habis dan Dewi pun hendak duduk di kursi. Tapi Fadli tiba-tiba bangkit dan menuntun Dewi kembali ke tengah.
Fadli:” Bu Dewi kita duet ya”
Dewi:” lagu apa yg Pak, eh om?
Fadli:” gadis apa janda, bisa?
Dewi:” Boleh om saya coba ya”
Akhirnya mereka berdua mulai bernyanyi bareng. Suasana mulai sedikit panas, Dewi terlihat semakin rileks dan pede dan semakin berani bergoyang, Fadli pun mulai memanfaatkan situasi dengan bernyanyi sambil menggandeng pinggang Dewi bahkan turun sampai memegang buah pantat Dewi istri saya.
Pak Bob tampak gelisah lalu bangkit mendekati mereka, dari sakunya mengeluarkan uang 100 ribuan dan mulai memberi saweran dengan ditaruh ditempelin di pantat Dewi, di wajahnya, Dewi hanya cekikikan sambil terus melanjutkan nyanyi. Saya pun berinisiatif bangkit menarik tangan Diah untuk ikut bergoyang. Ruri dan Popy pun juga bangkit dan menarik Wilton, tinggal Ida yang masih sendiri duduk di sofa.
Lagu sudah berganti lagi, Kali ini Dewi menyanyikan lagu cinta satu malam dengan dipeluk oleh Fadli dari depan dan Pak Bob dari belakang. Saya tidak mau kalah saya berjoget dengan memeluk Diah dengan tangan saya tepat di buah pantatnya yang besar sementara tangan Diah di leher saya, diah sama-sama menggunakan baju kurung seperti Dewi hanya lebih ketat menempel di badannya yang semok sedang Dewi memakai baju kurung yang lebar. Sementara Wilton dipeluk depan belakang sama dua gadis muda yang memakai rok mini.
Saya mendengar Dewi kembali bernyanyi sambil cekikikan, ternyata seseorang masuk kedalam baju kurung Dewi, terlihat bentuk belakang kepalanya tertutup baju kurug Dewi tepat diselangkangan, saya lihat Pak Bob bergoyang agak jauh di depan Dewi, berarti Pak fadli yang ada di selangkangan Dewi.
Saya menjadi Panas, saya remas-remas pantat Diah yang sedang bergoyang, bibirnya saya lumat, kami pun berciuman, akhirnya saya bias merasakan si bibir tebal keturunan arab ini. Suasana di dalam ruangan sudah berubah menjadi mesum. Tiba-tiba Dewi sedikit menjerit.
Dewi:” auw, itil aku” lalu menutup mulutnya dan ketawa ketiwi lalu kembali bernyanyi. Bisa jadi si Fadli lagi mengerjai memek istri saya dari dalam baju kurungnya.
Sementara Pak Bob yang merasa dicuekin tampak menuju sofa mencoba menarik Ida untuk berdiri, tapi ida menolak, saya lihat Pak Bob duduk rapat di sebelah Ida dan saya tidak memperhatikan lagi apa yang terjadi selanjutnya, saya focus dengan Diah. Dewi sudah tidak terdengar bernyanyi, tapi sepertinya Popy yang bernyanyi mari bercinta Aura kasih membuat suasana semakin hot saja.
Saya berbisik ke Diah:
Saya:” Pindah ke sofa yuk Mbak”
Diah:” Diah, umur kita hampir sama koq” sambil mengangukkan kepalanya. Kami pun segera pindah ke Sofa yang kosong.
POV WIFE
Saat ini Pak Fadli ada di dalam baju kurung saya tepat diantara dua paha saya. Tanggannya meraba-raba memek saya dari balik celana dalam dan bahkan menekan itil saya.
Saya sudah tidak bias berkonsentrasi untuk bernyanyi lagi sehingga mix saya berikan ke Popy. Saya masih tetap berdiri, saya lihat suami saya sedang berciuman dengan Diah di sofa, sementara Pak Bob saya lihat juga sedang memaksa Ida untuk berciuman di sofa satunya.
Sementara jari-jari Fadli semakin nakal, sudah masuk ke dalam celana dalam saya dan dicolok-colokan ke memek saya yang mulai basah.
Saya mulai merasa tidak nyaman untuk terus berdiri. Saya menepuk-nepuk pundak Fadli untuk keluar.
Saya:” Om keluar dong, kita pindah ke sofa saja, aku pegel berdiri terus”
Tak lama Fadli pun segera keluar, lalu langsung menggendong saya menuju sofa yang kosong yang di ambil terpisah dari luar tadi.
Saya:” Auw, pelan Om, kaget aku main gendong aza” Fadli Cuma tersenyum ke arah saya.
Saya direbahkan di atas sofa, sementara Fadli berjongkok di pinggiran sofa. Saya sudah tidak bias memperhatikan yang lain, apa yang sedang mereka lakukan saya tidak tahu hanya terdengar suara Wilton dan Popy atau Ruri gak jelas juga yang sedang bernyanyi.
Fadli menaikan bagian bawah baju kurung saya sampai ke perut, saya membantu dengan mengangkat pantat saya. Baju kurung bagian bawah saya sudah terlipat sampai ke perut. Sehingga terpampanglah kemaluan saya yang gemuk yang masih terbungkut cangcut warna aub-abu bermerk calvin kl***.
Fadli:” saya sudah lama kangen sama Ibu Dewi” sambil mendekatkan mulutnya di telinga saya. Saya pun senyum dengan semanins mungkin kepadanya.
Fadli kembali focus ke selangkangan saya. Tangannya kembali mengelus-elus memek saya dari balik celana dalam. Tangannya menarik-narik bulu kemaluan saya yang keluar dari sisi celana dalam.
Saya:” akh, sakit tau, om nakal baok aku ditarik-tarik” aku memang sedikit tidak nyaman.
Fadli:”Hehe, maaf bu Dewi, saya Cuma suka liat baok bu Dewi yang lebat sampai pada keluar, saya jadi gemes”
Saya:”tapi jangan di tarik gitu om, sakit” sambil memasang wajah memelas biar lucu.
Tiba-tiba saya lihat suami saya berdiri di belakang Fadli sambil menggendong Diah. Saya spontan menutup kemaluan saya, padahal ngapain malu juga.
Suami:” Mah, Papah sama Mbak Diah pindah ke kamar ya, mau pakai kamar Pak Fadli saja, berat soalnya kallau harus angkat Diah ke atas”
Diah:” Jadi aku berat ya, haha badan aku memang berlebih”
Fadli:” Pakai saja Pak” tanpa menoleh ke belakang.
Saya lihat suami saya pun keluar dari ruangan karaoke.
Saya:” Om, apa kita pindah juga? gak nyaman di sini…”
Fadli:” Ok, kita ke atas ke kamar bu Dewi saja, biar suami bu Dewi tidak terganggu” saya menganggukan kepala.
Fadli:” Tapi saya gak kuat kalau harus gendong ke atas”
Saya pun berdiri dan membenahi pakaian saya yang berantakan. Saat berdiri saya lihat di Sofa paling ujung pak Bob sudah menindih Ida yang tampak masih sedikit berontak, sementara kancing baju kemejanya sudah pada lepas sehingga Payudaranya yang terbungkus kutang warna merah dan tampak lebih besar dari punyaku menjadi santapan tangan nakal pak Bob, sementara kulihat suaminya yang sudah mabuk berat masih bergoyang sambil menggerayangi Popy dan Ruri.
Pak Fadli segera menuntun saya keluar room karaoke.
Saya sempat berpapasan dengan Sari, dia nampak cuek dan berusah tidak melihat kami walaupun dia tahu aku digandeng pria yang bukan suamiku, mungkin Pak Bob sudah biasa membawa cewekceweknya ke sini, sehingga tidak aneh lagi bagi Sari, yang mungkin agak aneh kenapa perempuan-perempuan yang sekarang banyak yang berhijab.
Segera setelah masuk dalam kamar Pak Bob memeluk saya dan mencium bibir saya. Lidah kami saling bertautan, kami berciuman dengan hot, mungkin pengaruh alcohol semakin membuat kami bersemangat untuk bercinta, ada hubungannya nggak ya…
Pak Fadli mendorong saya ke ranjang hingga saya terlentang. Dia ikut naik dan mengangkangkan kaki saya. Seperti di bawah tadi dia kembali mengulung ujung bawah baju kurung saya sampai ke perut.Tangannya kembali mengusap-usap memek saya dari balik celana dalam.
Fadli:” Bu Dewi, aku lepas cangcutnya ya”
Saya:” Ia Om” sambil mengangkat pantat saya. Cangcut abu-abu saya pun terlepas. Pak Fadli tidak segera membuangnya malah mengendus cangcut saya dengan hidungnya.
Saya:” Ikh, om jorok…malu tau, cangcut aku basah ya om”
Fadli malah tersenyum kepada saya.
Fadli:” saya suka dengan wanginya”
Saya:” huuh, malah di dramatisir” Pak Fadli sekarang malah menaruh cangcut saya dengan dimasukan di atas kepalanya.
Saya:” Ikh geli om”
Fadli:” hehe, biarin, biar cangcut Dewi nempel terus dengan aku” Sambil kedua tangan mulai mengelus pahaku.
Fadli:” memek bu Dewi indah sekali dengan hutan yang begitu rimbun”
Saya:” Om ngejek ya, baok aku gak karuan,tapi suami aku sukanya begini”
Fadli:” aku suka koq, beneran, aku bisa leluasa menikmatinya tanpa diganggu suamimu”
Saya:” tapi tadi saat berangkat ke sini koq Om malah pilih bareng ceweknya Pak Bob”
Fadli:” Karena dia kan minta mau bareng perempuan yang lain, dan menawarkan, kalau tadi saya pilih bu Dewi gak nyambung”
Saya:” Ah, Om mau yang muda ya, gimana tadi di mobil om kentot gak Si Ruri?
Sambil tangannya kini meraba-raba memek saya Pak Fadli kembali menjawab:
Fadli:” ya pasti dong, masa aku anggurin, agak susah sich awalnya aku nyetir sendiri tapi berhasil juga aku tembus memeknya si Ruri”
Saya:” Enak dong memek ABG? Kenapa aku jadi sedikit cemburu ya…
Fadli:” Biasa saja dia paling sudah banyak yang make juga, eh ngomong-ngomong istriku tadi dientot pak Bob gak? Aku Tanya dia gak mau cerita” sambil jari-jari tangannya mulai dicolokan ke memek aku.
Saya:” ia dong om, mana mau Pak Bob melewatkan kesempatan mengentot cewek montok seperti istri Om, pertamanya aku dulu yang dikentot, terus setelah kontolnya bisa bangun lagi, istri om yang dikentot, kenapa Mbak Diah gak mau cerita?
Fadli:” wah gak tau, dia minta aku cerita ke dia, giliran aku Tanya gimana dia di mobil tadi malah bilang males ah ceritanya” lalu Pak Fadli membenamkan kepalanya di selangkangan saya. Lidahnya menari-nari mencari lubang memek saya.
Saya:” Aww, om” lidah Fadli menerobos tepat dilubang memek saya.
Fadli:” kenapa sayang?
Saya:” enggak apa-apa koq, hehe enak, lidah om masuk tadi di memek aku”
Fadli:” mau yang lebih enak? Saya menganggukan kepala.
Fadli kembali menjilati memek saya, jembut saya menjadi basah oleh liurnya dan cairan kemaluan saya sendiri.
Kaki saya semakin mengangkang agar dia semakin leluasa. Lidah Pak Fadli mulai bergerak ke arah klitoris saya lalu dijilatinya biji sebesar kacang tersebut.
Saya:” Ooooh, ia om kena itilku, aduh” Fadli semakin bersemangat saja. Tangan kirinya ikut memilin itil saya sedang lidahnya kembali menerobos memek saya.
Saya:” Akh terus om, yang dalam oh, bisa keluar aku” Fadli semakin bersemangat saja.
Saya:” ia om, terus itil aku enak banget ah….” Saya pun mengejang, tidak disangka begitu cepat saya keluar. Saya lihat Pak Fadli bangkit mulutnya belepotan.
Saya:” maaf ya om hehe”
Fadli:” Enak nich cairan ibu, dulu aku gak bias leluasa jilatin memek bu Dewi karena ada suami bu Dewi”
Aku tidak menjawab tapi memejamkan mata menikmati apa yang baru saja terjadi.
Selang lima menit Pak Fadli meminta saya melepas baju kurung saya. Saya pun segera melepasnya, tinggalah kutang warna cream dan jiblab yang masih melekat dikepala saya. Fadli juga segera melepas baju dan celananya sampai telanjang bulat. Dia meminta saya duduk dan dia berdiri di atas kasur.
Saya paham yang diinginkannya, saya segera memegang kontol bengkoknya dan mulai perlahan mengelus-elus lalu memasukan ke dalam mulut saya. Kontolnya yang memang sudah keras dari tadi semakin keras saja.
Fadli:” Bu Dewi saya lepas kutangnya ya, saya mau kontol saya dijepit susu Bu Dewi” tanpa menunggu jawaban dia jongkok dan melepas kait beha saya yang ada di belakang. Dia pun menghirup kutang saya.
Fadli:” wah segar, lalu melemparnya ke bawah ranjang.
Saya segera menempatkan kontol Pak Fadli di antara 2 payudara saya lalu mulai saya jepit. Fadli ikut memaju mundurkan kontolnya. Saya memegang kedua susu saya sambil meju mundur. Cairan asi saya mulai keluar dan menjadi pelumas bagi kontol Fadli, saya oleskan disepanjang batang kontolnya dan kadang kontolnya saya tempelkan di puting susu saya.
Fadli:” Akh, cukup Wi, kamu terlentang” sambil mendorong saya.
Saya segera mengangkang dan Fadli memegang kedua lipatan lutut saya dan mulai mengarahkan kontol bengkoknya dan Bleeees… kontolnya pun mulai masuk dan dia mendorong perlahan sampai semua kontolnya tertelan memek saya. Walau tidak sebesar kontol Pak Bob atau sepanjang kontol Dendi suami saya tapi sensasi kontol bengkoknya membuat saya melayang. Fadli pun mulai mengentot saya.
Kepalanya dibenamkan di payudara saya dan mulai menjilati susu saya.
Saya:” akh, oh my god enak kontol om bengkok rasanya sering nyangkut di dalam memek aku, hehhe”
Fadli semakin semangat menggenjot saya, tangannya bergerak memaikan itil saya.
Saya:” Akh om, Dewi paling gak kuat kalau sudah dimainin itil dewi, oh gila enak, kentot gue ah”
Ranjang ikut bergoyang seirama persetubuhan haram dua insan yang bukan merupakan pasangan yang sah.
Fadli:” banyaknya asi kamu bu Dewi, manis dan hangat” sambil terus melumat puting susu saya dan mengenyotnya.
Saya:” Ia om, abis biasanya rutin nyusuin Revan, akh geli pelan dong nyupangnya” Pak Fadli memberi cupangan disekitar puting susu saya.
Ploook…plokkk. Bunyi pantat saya yang berbenturan dengan selangkangan Pak Fadli.
Saya:” Dewi gak kuat om, akh tekan itil dewi akh” saya mengejang dan kembali orgasme dibuatnya. Skor pun 2-0.
Tampak kepuasan dari wajah Fadli sudah berhasil menggagahi istri mantan bawahannya dan sudah dua kali juga membuat orgasme si istri bmantan bawahannya tersebut.
Fadli:” Bu Dewi nungging ya” saya bangkit dengan perlahan karena badan saya masih sedikit lemas. Pak Fadli menempatkan kembali kontolnya di lubang memek saya dan menekannya…blleeesss.. si kontol bengkok kembali memasuki lubang kenikmatan saya.
Luar biasa saya terasa melayang. Suara saya saat mendesah saya yakin dapat terdengar sampai luar kamar.
Sambil sebelah tangan memegang ujung hijab saya dia kembali mengentot saya dengan begitu semangat.
Ploook….ploook benturan pantat saya dengan pankal pahanya semakin nyaring. Kini Fadli semakin cepat mengentot saya. Sambil memeluk dari belakang dan tangannya meremas-remas susu saya. Sepertinya dia sudah mau keluar.
Plookk…ploook….
Fadli:” oh Bu Dewi, memek kamu memang nikmat, si memek empot ayam, tidak sia-sia aku menunggu kesempatan seperti ini terulang lagi” Suara Fadli semakin berat.
Saya:” Ia om, nikmatilah memek aku, gagahi istri bekas bawahan om sepuasnya”
Fadli:” kamu lagi subur Bu Dewi”
Saya:”oh, ahhh memang kenapa om?
Fadli:” Saya mau hamili ibu”
Saya:” Saya pakai obat di minta suami aku, takut aku bunting”
Fadli:” sayang sekali padahal aku niatnya mau hamilin kamu sayang”
Saya:” Taka pa Om gak hamil tapi om sudah berhasil lagi nodain aku”
Fadli:” Akh kamu nakal aku keluar” sambil menekan pantatnya kuat-kuat crooot…crooot peju Pak Fadli menyemprot dindin memek aku dan membuat aku orgasme pula.
Saya:” Akh aku dapet lagi om enaknya ewean kali ini sama Om Fadli” lalu saya tersungkur. Kontol si Fadli masih berkedut-kedut di dalam memek aku.
Fadli:” anget memekmu bu Dewi, kalau tidak pakai obat sudah bunting kamu”
Saya:” Sperma om panas ih”
Fadli pun berguling ke kiri saya pun membalikan badan dan terlentang, tak terasa peju si Fadli mulai mengalir ke paha.
Saya:” banyak banget pejunya om, padahal siang om ngentot sama Ruri”
Fadli:” hooh, udah minum jamu campur telor biar banyak kaut dan banyak peju aku”
Saya:” memang ngaruh?
Fadli:” gak tau juga…”
BERSAMBUNG