Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Binalnya Istriku Dewi.

Kayanya bu dewi dalam 3 minggu ini sibuk threesome sama bos nya nih 😂

Ditunggu updatenya hu
 
PART 34

POV Husband


Hari sabtu ini istri saya sudah berangkat dijemput bosnya si David untuk pergi ke Jakarta, istri saya sudah meminta izin ke saya, juga menceritakan semuanya, deal alias kesepakatan dia dengan si David.
Saya sempat mempertanyakan masalah Luna, katanya sdh ada perkembangan positif tapi tidak mungkin hari ini karena besok libur tentu akan sulit mencari alasan ke suaminya ketika si Luna pergi dari rumahnya .
Terpaksa saya masih harus bersabar lagi.

Saya pun memilih bermain bersama anak-anak, tapi lama kelamaan menjadi bosan juga. Sekarang sudah jam 1 siang, anak-anak sedang pada tidur siang, saya bengong sendiri menonton tv.

Saya melihat-lihat hp, lalu tiba-tiba teringat akan teh Heni. Apalagi saat kemaren waktu deal istri saya untuk melayani seorang anggota dewan pun kita tidak bertemu langsung hanya via telepon, padahal dia meminta saya datang ke rumahnya.
Akhirnya saya putuskan untuk main ke rumahnya, apalagi jam segini mungkin masih sepi. Saya pun segera menemui bu Heti untuk menitipkan anak-anak dan bilang kalau saya ada urusan dan kemungkinan bisa nginep di tempat temen. Saya tidak terlalu khawatir menginggalkan rumah karena ada Jaka di rumah, Jaka sekarang sdh kerja di kantor saya sebagai admin meski di department yang berbeda dengan saya.

Sambil mengingat-ngingat kembali lokasi tempat Heni saya pun meluncur membawa mobil Fortu*er milik istri saya. Karena jarak yang tidak terlalu jauh, 20 menitan saja saya sdh sampai di area pasar kosam*I.

Saya sempat bingung mencari gang yang dituju, karena dulu memang pergi bersama Wilton suami si Ida.
Akhirnya ketemu juga, saya memang lupa nama gangnya tapi ada beberapa ciri yang saya ingat, saya pun masuk ke dalam gang dan akhirnya sampai ke tempat di mana dulu, saya dan wilton parkir. Si Tukang parkir langsung melambaikan tangan dan mengarahkan ke posisi mana saya harus parkir. Setelah parkir saya pun berjalan menuju ke Rumah Heni.

Akhirnya sampai juga, mungkin sekarang sudah jam 1, cuaca terasa sangat terik.
Pagar tertutup rapat, saya pun agak ragu-ragu mau masuk ke dalam.
Saya putuskan untuk menelepon Teh Heni dan ternyata langsung di angkat.
Saya:” Hallo Teh Heni …”
Heni:” Hallo, Dendi ya..”
Saya:” Ia”
Heni:” Wah sombong nich gak mau main ke sini…mau nyari job lagi buat istri kah, saya masih ada stock orang nich..” ucapnya langsung nyerocos.

Saya:” Hehe, nggak, saya ini ada depan pagar rumah Teh Heni, tapi tertutup rapat”
Heni:” Yang bener, ya udah tunggu, saya bukain”
Saya pun segera menutup panggilan ke Heni.

Tak lama kulihat seorang perempuan berbadan bohay yang tak lain adalah Heni keluar hanya memakai daster warna ungu kombinasi putih motif kembang-kembang tanpa lengan, kenapa tanpa lengan ya, mungkin dia seneng pamerin ketiaknya kali.

Heni segera menghampiri pagar dan membukanya.
Heni:” Ayo masuk A, kenapa gak ngabarin dulu”
Saya tidak menjawab tapi segera masuk melewati pintu pagar, Heni segera menutup pintu pagar kembali.
Saya:” Sengaja biar kejutan”
Heni:” Bisa saja” sambil mencubit lengan saya.
Saya:” Uhh, panjang kuku jempolnya”
Heni:” Alah, segitu aza”
Heni pun berjalan mendahului saya, saya mengikutinya dari belakang, pantatnya bergoyang-goyang. Di halaman ku lihat cukup banyak motor, mungkin karena hari Sabtu jam segini sudah rame.

Saya dan Heni pun segera masuk ke dalam rumah dan Heni mempersilahkan duduk di sofa dekat pintu.
Saya pun segera duduk di sofa tersebut, saya lihat keadaan rumah sepi, tak terlihat suami Heni dan anaknya yang pernah saya lihat waktu bersama Wilton.
Sementara Heni duduk di belakang meja yang semacam meja receptionistnya itu.

Saya:” Kenapa gak pakai security saja teh untuk jaga pintu pagar tuch”
Heni:” Kalau pakai penjaga, pertama rugi harus bayar, biaya lagi dan kedua terlihat mencolok, jadi mereka yang datang buka pagar sendiri udah biasa”
Saya:” Oh gitu ya”
Heni:”Bentar aku ambilkan minum ya, atau mau minuman dingin biar kuambil dari kulkas” Sambil menunjuk kulkas yang ada di dekat situ.

Saya:” Tidak usah repot-repot, gampang itu”
Tapi kulihat Heni tetap mengambil minuman fant* dua botol dan satunya ditaruh di samping saya.
Heni lalu kembali duduk di tempatnya semula.

Heni:” Gimana kabarnya istri AA, gak diajak main ke sini?
Saya:” Baik, tapi lagi ada tugas kantor ke luar kota, makanya saya maen ke sini”
Heni:” Ohhh..sering-sering aza kalau gitu istrinya ke luar kota biar AA sering main ke sini hehe”
Saya hanya mesem saja.

Saya pun mengambil minum yang diberikan Heni dan meminumnya.
Heni saya lihat berdiri dan pindah duduk di sebelah saya.
Heni:” Jadi AA sengaja ke sini?
Saya:” Ia, kangen sama teteh”
Heni:” Bisa aza, dari kemaren aku tanya kapan mau ke sini gak ada jawaban hehe” sambil kembali mencubit lengan saya.

Saya:”Aduh,sakit tau..nich aku balas”, sambil aku jawil payudara kiri Heni menggunakan tangan kanan saya, kebetulan dia duduk di sebela kiri saya.
Heni:” Aw, kepencet pentilnya”
Saya:” Hehe, enak tapi, kalau aku dicubit perih, kuku jempol teh Heni panjang gitu”
Heni:” Haha, sorry, gak usah cemberut gitu, ia jadi AA mau dipijit”
Saya:” Mau yang plus-plusnya aza”
Heni:” Hahaha…ia udah pasti itu tergantung nego sama terapistnya”
Saya:” Nego sekarang saja…”
Heni:” Maksudnya sama saya lagi…?

Saya:” Ia dong kangen ini” sambil aku angkat tangan kiri Teh Heni hingga ketiak berbulunya terlihat, saya pun menjulurkan lidah, tapi buru-buru Heni menarik tangannya.
Heni:” Aw, AA ini nakal banget ya…”
Saya:” Ayo, udah gak tahan ini?
Heni:” Segitunya, kayak lama gak dapat jatah..”
Saya:” Ia, istri saya ngasih jatahnya sama orang lain terus, sama suaminya jadi jarang” ucapku memasang muka sedih.

Heni sempat terdiam menatapku beberapa saat.
Heni:” Ciyus..?
Saya:” Gitu dech, banyak job”
Heni:” Hehe, tapi bukannya aku gak mau AA, belum lama, paling 30 menitan sebelum AA datang aku habis ngentot sama suami”
Saya:” Ogh, jadi teteh lemes, ya udah sama yang lain gpp dech”
Heni:” Bukan lemes, masih sangguplah teteh ngelayanin aa, tapi di kamar suami aku tepar, masa aku bangunin karena aku mau ngentot sama aa…”
Saya:” Kan bisa pakai kamar lain…?
Heni:” Kayaknya siang ini beneran gak bisa, gimana AA saya beri si Kokom dulu, nanti malam baru sama Teteh, boleh sampai pagi, itupun kalau kontol aa kuat hehe, gimana?

Saya:” Siapa Kokom itu, memang kalau sampai pagi nanti suamui teteh tidur di mana?
Heni:” Qomariyah, teteh pernah cerita kan, sehari-hari kalau di rumah pakai jilbab kayak suami aa, tapi kalau kerja ya nggak, dan dia Cuma kerja pagi sampai sore aza, malam gak kerja, kalau mau sampai pagi, urusan suami aku nati aku atur yang penting bayarannya sesuai hehe”
Saya:” Cakep gak si Kokom itu?
Heni:” Relatif kalau cakep, tapi banyak yang suka”
Saya pun menjadi penasaran seperti apa si kokom itu.

Heni:” Ya udah biar ku panggil bagaimana?
Tapi sebelum aku jawab obrolan kami terhenti karena datang dua orang lelaki dari tengah rumah, sepertinya mereka habis di pijit.
Heni pun segera berdiri lalu menyapa mereka.
Heni:” Udahan aa?
Cowok 1:Udah Teh”
Heni:” Puas dong, jangan lupa kembali lagi”
Cowok 1:” Ia pasti teteh, kami permisi” kata salah satu cowok sambil tangannya menjawil dagu Heni. Lalu ke dua orang tersebut berjalan menuju pintu diikuti Heni dan mereka pamit.

Heni pun kembali duduk di samping saya.
Heni:” Jadi aku panggilin?
Saya:” memang dia lagi gak ada tamu?
Heni:” Gak ada, tadi pagi ada 2 orang tapi sdh pulang…”
Saya:” Udah bekas orang dong..”
Heni:” Tenang, semua wajib pakai kondom, tapi khusus aa kalau gak mau pakai kondom nanti aku bilangin ke Kokom, gimana?
Saya:” Ok dech kalau begitu…”
Heni pun bangun dan lalu hendak berjalan meninggalkan saya.
Plaakkk…saya tepok pantat semoknya.

Heni:” Aw, sakit tahu”
Saya:” Hehe cepetan Teh, saya lagi bête nich”
Heni:” Pengen ginian ya” sambil mengacungkan kepalan tangan kananya dengan ibu jari di jepit dua jari lainnya.
Lalu Heni pun berlalu.

Saya bengong sendiri, tapi tak lama Heni datang lagi dengan seorang wanita yang lebih pendek, perawakannya mirip Ida, tapi sedikit lebih gemuk dari Ida, memakai kaos putih tanpa lengan bergambar hello kity dan memakai celana kulot warna coklat muda.

Heni dengan perempuan tersebut lalu menghampiri saya yang sedang duduk.
Heni:” Kenalin nich AA, Kokom..oke kan”
Kokom pun mengulurkan tangannya dan saya segera menyambutnya.
Kokom:” Kokom Pak”
Saya:” Dendi, gak usah panggil Pak, panggil aa saja seperti Teh Heni biar akrab”
Kokom:” Ia a..”
Kokom kulihat lumayan manis juga, mesti kulitnya sawo matang, rambutnya dijepit ke atas menambah manis tampilannya.

Heni:” Ya udah a, langsung ke kamar saja, sdh teteh bilangin ke kokom aa gak suka pakai kondom, aa boleh gak pakai kondom, aa beruntung Kokom lagi gak subur jadi boleh buang di memek” Ucap Heni vulgar, mungkin ditempat beginian ngomong begitu bisa di mana saja, tidak harus di kamar dan sama siapa saja.
Kokom:” Ih Teteh, jadi malu”
Heni:” wajar, memang kamu punya kemaluan kan hehe”
Kokom:” Ya udah aa ayo” sambil mengulurkan tangannya dan memegang pergelangan tangan saya.

Saya pun segera berdiri lalu Heni kembali ngomong ke Kokom.
Heni:” Titip ya Kom, berikan servis paling special ya”
Kokom:” Tenang teteh, yuk a”
Sambil menuntun saya, saya berjalan bersama Kokom meninggalkan Heni melalui tengah rumah.

Lalu kami keluar lewat dapur dan berjalan menuju bangunan yang mirip barak walau masih menyambung dengan ada teras dengan bangunan utama.
Saya lihat di depan yang mirip barak ada beberapa perempuan dan laki-laki sedang duduk-duduk. Kokom cuek saja melewati mereka dengan menuntun saya masuk melalui pintu utama yang terbuka, kami melewati beberapa kamar yang tertutup lalu berhenti di depan sebuah kamar di tengah-tengah.

Kokom segera membuka pintu dan kami pun segera masuk. Kamar tersebut tidak begitu luas, hanya ada lemari, tv dan sebuah ranjang kecil, dinding pembatas antar kamar dan bagian depannya terbuat dari triplek, hanya bagian belakang yang tembok.

Kokom:” Duduk dulu a, atau kalau mau ke kamar mandi dulu silahkan”
Kebetulan saya ingin kencing, saya pun membuka pintu kamar mandi yang ada di bagian belakang, ternyata kamar mandinya hanya ditutupi seng saja sampai dada dan atasnya terbuka, paling tidak kepala kita kelihatan, tapi di belakang cuma kebun singkong saja. Tanpa atap juga.

Saya pun segera kencing, di situ tersedia air dalam sebuah drum. Setelah selesai saya pun kembali masuk ke dalam kamar. Saya sedikit terkejut karena Kokom sekarang sudah mengganti celana kulotnya dengan rok kain yang sangat pendek warna hitam sedang atasanya masih memakai kaos putih yang tadi dipakainya.

Kokom:” Aa mau di pijit dulu apa langsung?
Saya:” Dipijit dulu, kebetulan pegal-pegal..”
Kokom:”Ya udah, bajunya dilepas aza aa”
Saya pun segera melepas semua baju dan hanya meninggalkan celana dalam saja.
Kokom mengarahkan saya untuk tengkurap di tempat tidur. Saya pun segera mengikuti intruksinya.
Setelah saya tengkurap, Kokom pun naik ke atas ranjang dan menduduki pantat saya. Saya pun menoleh kebelakang, pahanya mulusnya pun tersingkap karena kain roknya terlipat.

Kokom pun sepertinya menuangkan seusatu ke punggung saya, dan kemudian mulai memijit saya. Ternyata pijitannya cukup enak dan bertenaga, beda dengan pijitan Dewi,malah lebih enak dari pijitan bu Heti.

Sambil di pijit saya pun mengajak ngobrol Kokom.
Saya:”Kokom blh sambil ngobrol dan nanya-nanya gak? Saya memanggil nama karena saya yakin umurnya masih jauh di bawah saya
Kokom:” Boleh a, asal kalau nanya jangan yang susah-susah hehe”
Saya:” Bukan nanya ujian koq, tapi kalau keberatan jawab gak usah dijawab cuma dari pada diem aja”

Kokom tetap memijit saya lalu menjawab.
Kokom:” Ia a..”
Saya:” Sudah lama kerja di sini?
Kokom:”Lumayan hampir 5 bulanan aa..”
Saya:” Oh Lumayan juga ya, pantes pijitannya enak”
Kokom:” Biasa saja a, kalau aa nyari yang pijitannya enak bagusan sama yang sudah lama banget, ada Rita, Noni terkenal di sini pijitannya enak..”
Saya:” Tapi teh Heni rekomendasikan kamu ke saya, tapi saya pikir gak salah pijitan kamu memang enak koq…”
Kokom:” kata Teh Heni karena aa suka yang pakai jilbab, tapi kalau kerja saya gak pakai jilbab, masa kerja di tempat beginian pakai jilbab hihihi”
Ucapkan sambil tertawa sendiri.

Saya:”Ia, saya suka yang pakai jilbab karena istri saya juga berjilbab”
Kokom:” Oh…Kata Teh Heni aa suka yang bulu keteknya lebat, aku ada juga sich tapi perasaan gak lebat banget..”
Saya menoleh kebelakang dan Kokom mengangkat sebelah tangannya ke atas memperlihatkan bulu ketiaknya, memang tidak terlalu lebat tapi tetap tampak hitam.

Saya pun tadi tidak terlalu memperhatikan, baru sadar sekarang keteknya berbulu juga.

Saya:”Teh Heni tau aja selera saya hehe”
Pijatan Kokom sudah sampai pinggang saya dan sepertinya mau pindah ke pantat.
Kokom:” Sempaknya saya buka ya a..”
Tanpa menunggu jawaban saya Kokom menarik celana dalam saya, saya pun mengangkat badan saya untuk memudahkan Kokom menarik cd saya.

Cd saya pun sudah terlepas, dan kontol saya pun sdh ngaceng karena melihat keteknya Kokom tadi. Sehingga sedikit tidak nyaman karena saya tengkurap. Kini Kokom mulai memijit pantat saya dan mengolesan minyak juga, sekarang dia menduduki betis saya.

Saya merasakan sedikit berbeda dari saat Kokom duduk di pantat tadi, saya rasa sekarang kulit saya bersentuhan langsung dengan kain celana dalam Kokom, sementara sebelumnya rok Kokom melipat. Saya pun menoleh ke belakang sebentar, dan benar saja kali ini Kokom mengangkang dan roknya tidak melipat jadi betis saya langsung bersentuhan dengan selangkangannya.

Kokom pun memijat pantat saya, tangannya kadang turun dan menyentuh buah zakar saya. Saya pun coba menggesekan betis saya ke memek dia, terasa dia sedikit bergerak kaget mungkin tapi tidak complain, beberapa kali saya ulangi, dan dia diam saja.
Bahkan beberapa kali Kokom meremas buah zakar saya dan mengoleskan minyak juga. Pijatan Kokom sudah berpindah ke kaki saya.

Kokom:”Depannya a..” sambil berpidah dan duduk di samping saya yang masih tengkurap.
Saya pun segera berbalik terlentang, tangan saya menutupi kontol saya yang sdh tegang dari tadi.
Kokom:” hehe gak usah ditutupin a, Kokom udah biasa lihat koq”
Saya pun mesem dan menaruh kedua tangan saya di samping .

Kokom:” Hehe, udah celegeng aza kontolnya Aa”
Saya:” Gimana gak ngaceng, lihat paha mulus kamu, terus buah zakar aku diremas mulu”
Kokom:”Hehe, ya udah saya lanjut lagi ya” Ucap Kokom sambil menggeser duduknya, kini berada di samping dada saya, lalu dia menuangkan cairan lotion/minyak ke badan saya dan mulai memijit bagaian bawah bahu saya.
Saya:” Koq gak duduk kayak tadi?
Kokom:” Maksudnya a?
Saya:” Tadi kan kamu dudukin pantat saya, sekarang duduk di sini” sambil saya menepuk paha saya sebelah kiri dan kanan.

Kokom:” Nanti itunya patah kalau saya dudukin heheh” ucapnya sambil menyentil kontol saya.
Saya:” aw sakit, Hehe, justru makin keras kalau di dudukin”
Kokom saya lihat tersenyum lalu berpindah dan duduk di antara kedua paha saya, kontol saya tepat di hadapannya, dia menutup kontol saya dengan roknya.
Kokom:” Hehe, gak keliatan…” ucapnya sambil tersenyum.
Kokom kembali memijati saya, kali ini dia memijati dada saya, lebih tepatnya mengelus-elus.

Saya kembali mengajak Kokom mengobrol.
Saya:” Kom kamu sdh punya anak?
Kokom:” Sudah a, sdh 2 malah, makanya aku harus ikut kerja keras, suami aku buruh bangunan”
Saya:” Suami tahu Kokom kerja di sini?
Kokom:” Tahu a, ya namanya kebutuhan a, tapi aku kerja pagi sampai sore saja, kadang-kadang malam kalau lagi butuh uang banget, soalnya kalau pagi sampai sore jarang juga tamunya, kecuali sabtu minggu agak lumayan”
Saya:” Oggh.., kenapa gak pilih malam saja”
Kokom:” Ya, kan malam saya harus layanin suami”

Saya:” Terus kalau siang anak-anak kamu siapa yang jagain?
Kokom:” Ada, di titipin sama kakak saya..”
Saya:” Oh, tapi kakak kamu gak tahu kan kamu kerja di sini?
Kokom:” Tahu, kakak saya juga kerja di sini, tapi malam”
Saya:” Oh..sorry banyak nanya”
Kokom:” Gpp biasa saja”
Sambil memijati dada saya, beberapa kali badan Kokom ikut maju mundur dan memeknya beberapa kali berbenturan dengan kontol saya. Sayang dia masih memakai celana dalam.

Kali ini tangan Kokom bermain-main mengusap puting susu saya membuat saya meleguh geli tapi juga enak.
Saya:” Uggh gak tahan aku Kom”
Kokom:” Tiba-tiba Kokom menudukan badannya dan menjulurkan lidahnya menjilati puting susu saya.
Saya:” Aggh,…” Reflek tangan saya meremas-remas pantat besar Kokom, kontol saya saya sodokan ke arah memeknya.
Kokom:” Aw, kontolnya nakal aa, nyodok-nyodok memek aku”
Saya:” Gak tahan aku Kom, cepetan ah, udah pijitnya”
Kokom pun tersenyum, lalu bangkit dan turun ke betis saya. Sengaja dia menggesekan memeknya dari mulai Paha sampai betis saya.

Kontol saya kini kembali terlihat, sdh tegak sempurna, tak lagi tertutup rok Kokom.
Kokom pun kembali menundukan kepalanya dan mulai menjulurkan lidahnya dari bawah ke atas menjilati kontol saya, tangannya memainkan buah zakar saya.
Lalu Kokom pun memasukan kontol saya ke mulutnya….Slurrruup…sluuurrrup..
Saya:” Uggh..” ternyata Kokom cukup lihai juga tehnik nyepongnya.
Karena dari tadi saya sdh ngaceng, saya meminta Kokom berhenti.
Saya pun mendorong Kokom hingga terlentang, lalu saya melepaskan kaos milik Kokom.
Kokom:” Sabar a, aw” Kokom menjerit, karena begitu kaosnya terlepas saya segera menjilati ketiaknya, agak bau asem sich tapi malah membuat saya semakin terangsang. Lidah saya menelusuri setiap lekuk dan ketiak Kokom, membuat bulu ketiak kokom basah.

Kokom:” Aggh A, ampun geli banget,Kokom gak kuat ketek kokom di jilatin” Kokom berusaha meronta tapi saya tahan dan tak saya hiraukan saya tetap menjilati ketiaknya , setelah puas di ketiak satu saya pindah ke ketiak lainnya.
Kokom:” Ah, ampun a, geli hihi” tangannya berusaha menahan kepala saya, tapi tak saya hiraukan.
Setelah puas saya mulai berpindah menjilati bagian atas payudara Kokom yang tertutup bh warna hijau.
Kokom:” Ah, biar Kokom lepas beha dulu” Aku pun bangkit sejenak membiarkan Kokom melepas bhnya.
Setelah lepas saya segera mencaplok puting kokom yang cukup besar dan panjang coklat kehitaman, saya segera menjilatinya dan menghisapnya, sayangnya biar besar tapi tak ada asinya.

Kokom:” Aggh, ugggh…” Kokom mulai meleguh keenakan.
Setelah puas di satu payudara saya berpindah menjilati payudara lainnya.
Puas bermain di payudaranya, saya segera melepaskan cd Kokom, kini memeknya yang berbulu cukup lebat terbuka lebar, saya memang tidak berniat menjilatinya, karena tentu saja sdh ada kontol yang masuk ke memeknya sebelumnya.

Saya segera merenggangkan kedua kaki Kokom sampai lebar, kontol saya gesekan ke permukaan memek kokom.
Kokom:” Masukan saja kontolnya a, momok kokom udah gak tahan..”
Saya pun perlahan mendorong kontol saya, mulai dari kepalanya masuk ke memek kokom dan terus saya dorong sampai seluruh kontol saya tertelan memek Kokom.

Perlahan saya mulai menyetubuhi Kokom, memeknya lumayan enak, meski sdh tidak sempit tapi terasa meremas-remas kontol saya.
Kokom:” Ughhh, genjot aa”
Ranjang tempat kami berzinah berderit seirama goyangan kami, tapi samar-samar saya pun mendengar deritan dan desahan sepertinya dari kamar sebelah.
Saya:” Eggh, Kom sepertinya disebelah ada tamunya juga ya “
Kokom:” Hempzzz, ia a, itu kamar si Sely, dia siang malam stand by di sini, kayaknya sama lagi ewean juga kayak kita, kencengin aa” ucap kokom sambil menggerakan pantatnya mengimbangi gerakan saya.

Sambil menyetubuhinya tangan saya pun meremas-remas susu Kokom, lumayan besar juga dan terlihat ikut bergoyang seirama hentakan saya. Saya pun mempercepat kentotan saya. Bosan dengan posisi ini saya meminta Kokom yang di atas.

Saya pun segera rebahan, dan Kokom segera menaiki paha saya. Lalu dia memegang kontol saya dan mengarahkan ke lubang memeknya, setelah tepat dia menurunkan pantatnya…dan bleeeesss…kontol saya kembali tertelan memek kokom.

Sambil memegangi pantatnya saya naik turunkan badan Kokom.
Saya:” Ugggh memek kamu seperti mijit-mijit, enak Kom”
Saya pun memeberinya pujian.
Kokom:”oh ah..ah…Kontol aa juga panjang, nojos (nusuk) sampai ke rahim aku”

Saya dengar di kamar sebelah suara cekikikan dan tertawa yang cukup nyaring.
Saya:” Berisik banget ya mereka” sambil saya memberi isyarat Kokom dengan mata saya.
Kokom:” Ugggh ia a, mungkin udahan kali mereka ngewenya”
Kokom menjawab dengan suara berat, dia semakin cepat menaik turunkan pantatnya.
Tangan saya tak lagi memegangi pantat Kokom, tapi memilih meremas-remas susu kokom yang ikut terguncang hebat setiap dia naik turun.

Kokom:” Ugggehh, Kokom mau dapet a” saya pun mengimbangi gerakan naik turun Kokom yang semakin cepat.
Kokom:” Uggggggh Kokom gak kuat a”
Mendengar itu saya pun mempercepat genjotan saya dari bawah dengan memegangi pantat Kokom
Bles..bleees… Kontol saya menusuk semakin dalam, dan terasa di dalam mulai lengket.
Kokom:” Keluar aaaaaa enak anjir..”
Saya:” Barengan Kom..”
Lalu saya hujamkan kontol saya dalam-dalam ke memeknya dan croot…croot…crooot, sperma saya memenuhi memek si Kokom.

Kokom terlungkup memeluk dan langsung saya lumat bibirnya, kami pun berciuman untuk beberapa saat.Selang beberapa saat kami terdiam sementara di kamar sebelah saya dengan samar-samar orang lagi ngobrol dan masih dengan ketawa dan cekikikan.

Sementara Kokom kemudian berguling kesebelah saya.
Kokom:”panas momok aku a, peju aa banyak banget”
Saya:”Udah beberapa hari istri saya gak mau melayanin saya, jadinya kan banyak”
Kokom:” hehe, untung cepat dikeluarin, gak sampai jadi batu hehe” kami pun tertawa.
Kokom:” lemes aa?
Saya:” Ia, tapi lega…”
Kokom:” Aku tinggal dulu ya a, aa tidur saja dulu gpp”
Saya:” Kokom mau kemana?
Kokom:” Ke toilet..kebelet pengen pipis juga, kalau abis ewean Kokom suka kebelet pipis”
Saya:” oh, ya sudah”
Kokom pun bangun masih dengan telanjang bulat dia menuju toilet di samping kamar.
Saya mencoba memejamkan mata, ada sedikit rasa kesal dalam hati saya kepada istri saya. Beberapa hari dia tidak mau melayani saya, terutama sejak dia bekerja.

Terdengar suara pintu dibuka lalu di tutup kembali. Kokom masuk kembali dengan masih telanjang bulat. Kokom tersenyum melihat saya lalu naik ke ranjang dan kembali rebahan di samping saya.
Kokom:” Kirain aa tidur…?
Saya:”gak, gak bisa tidur juga, saya mau mandilah”
Kokom:”Mau saya mandiin? Ucapnya genit.
Saya:” Boleh hehe”
Kokom pun berdiri lalu turun duluan dan mengulurkan tangannya kepada saya, dengan menuntun saya Kokom membawa saya ke kamar mandi.
Pantatnya bergoyang-goyang seiring dia berjalan. Tak tahan saya tampar pantat semoknya. Seketika reflek Kokom memekik kaget.
Kokom:” Aw, sakit a, pantat aku ditampar”
Saya:” Hehe habis pantat kamu semok, seperti pantat sekertaris saya”
Kokom:” Masa a?
Saya:” Ia, gede banget, bikin gemes” sambil tangan saya kembali meremas-remas pantat semok Kokom.

Saat itu kami sudah masuk ke kamar mandi.
Kokom:” Udah a, remes pantat aku mulu”
Lalu Kokom mengambil air dari drum dengan gayung dan menyirmkan kepada saya.
Kokom mengambil sabun yang ada diember kecil.
Kokom:” Sabun ini saya saja yang pakai, tapi kalau aa tidak mau ya gak usah pakai sabun”
Saya:” Kalau kamu saja yang pakai gpp”
Kokom pun mulai menyabuni badan saya dari leher sampai ke selangkangan saya, dia pun menyabuni kontol saya.
Kepala saya celingak-celinguk mmelihat ke arah kebun di belakang kamar mandi, terlihat sepi tapi tetap merasa gak nyaman, karena kepala sampai dada saya pasti kelihatan jelas dari luar, kalau Koko karena tidak terlalu tinggi paling kepalanya saja yang kelihatan.

Kokom:” Kenapa a? Kokom menangkap rasa khawatir saya.
Saya:” Gpp Kom”
Kokom:” Hehe, paling kalau ada yang ngintip anak kecil”
Saya:” Masa?
Kokom:” Ia, aku sering diintipin sama anak-anak tangung”
Saya:” terus”
Kokom:” Saya cuekin saja asal gak berlebihan” jawab Kokom sambil tangannya mengurut-ngurut kontol saya yang mulai menegang lagi.

Kokom:” A, kanjutnya gede lag, cepet bangeti”
Saya:” Ia lah, kamu remas-remas terus dan liat body kamu yg semok bugil lg gimana gak ngaceng lagi…tapi memang aneh juga cepet banget”
Kokom:” mau Ewean lagi kah a?
Saya:” boleh…. “
Kokom:” posisinya gini aza ya a…” lalu Kokom menungging dengan berpegangan ke drum. Memeknya merekah.
Saya pun segera menyirami kontol saya yg penuh sabun, lalu berdiri tepat dibelakang Kokom.
Saya menaruh kontol saya tepat dibelahan memek Kokom.
Lalu saya dorong perlahan dan…bless saya tekan hingga semua kontol saya ditelan oleh memeknya.

Kokom:” aghhh, enak..ohhhhh”
Plok…plok…benturan antara paha saya dengan pantat semok Kokom berirama dengan desahan kita.
Kokom:” agggggh aa, enak Ewean, zinah ugghhh”
Saya:” ia memek kamu rasanya meremas-remas kontol aa”
Kokom:” biar Aa ketagihan dengan momok Kokom”
Plok..plokkk…semakin nyaring terdengar, mudah-mudahan tidak ada yg mengintip.

Kokom:” aagh enak banget, kontol aa panjang, nyampe ke rahim Kokom”
Mendengar itu saya semakin semangat menggenjot tubuh Kokom.
Kokom:”uhhhh, Kokom mau dapet a”
Saya:” Cepet banget Kom”
Kokom:”ampun gak kuat abis enak banget aaagh barengan kita Aa, semprotkan lagi peju Aa”
Saya:” tunggu bentar…”

Plooook…plooook…semakin cepat saja genjotan saya sambil saya pegang erat pinggul Kokom.
Lalu saya tekan dalam-dalam kontol saya ke memek Kokom.
Saya:” aku keluar..aghhh”
Kokom:” Kokom juga a, ah…ahhhh…ahhhh”
Setiap semporatan saya disertai rintihan dari Kokom.
Meski tidak sebanyak tadi, lebih dari tiga kali kedutan kontol saya.

Saya pun segera mencabut kontol saya dan terduduk di lantai kayu kamar mandi. Sementara Kokom masih menunging berpegangan di drum sambil mengambil nafas.

Selang beberapa saat akhirnya Kokom berdiri lalu menarik saya agar berdiri juga. Kokom kembali mengambil air dari drum dengan gayung dan menyiramkan ke badan kami berdua.

Kokom:” badan Aa aku sabunin lagi ya, kan tadi keringetan lagi”
Saya hanya mengangguk tanda setuju.
Akhirnya kami saling menyabuni.
Kokom:” udah loyo Kontolnya” saat dia kembali menyabuni kontol saya.
Saya tak mau kalah, sayapun menyabuni memek Kokom.
Kokom:” aw, masih nakal aza, geli memek Kokom”
Saya:” nakal gimana, kan Cuma nyabunin”
Kokom:” ia nyabunin, tapi jari aa itu masuk ke momok Kokom”
Saya:” hehe…”
Kokom:” geli tahu momok Kokom a”
Saya pun menarik dua jari saya dari memek Kokom lalu menyiramkan air mencuci memeknya.
Kokom:” makasih a, sampai mau cuciin momok Kokom”
Saya:” Kokom juga kan udah cuciin ini aku” sambil menunjuk kontol saya.
Kokom:”uda biasa a, kalau Kokom nyuciin kontol customer, kalau customer nyuciin momok Kokom baru aa”
Saya:” memang yg lain gak mau”
Kokom:” bukan, akunya yg males, paling bukan nyuciin tapi kayak apa tadi malah nyoloknya nyoloknya momok Kokom”
Saya:” terus kenapa kalau saya boleh?
Kokom:” kan servis ke Aa harus special seperti yg di minta the Heni”
Kami pun akhirnya masuk ke kamar kembali karena memang sdh selesai mandinya.
Saya pun segera memakai pakaian saya lagi, sedang Kokom masih bugil, sepertinya menyemprotkan sesuatu ke badannya, lalu mulai memakai bajunya kembali, kaos dan celana kulotnya.

Saya duduk di tepi ranjang memperhatikan apa yg dilakukan oleh Kokom. Sekarang Kokom tampaknya sedang mengunakan make-up. Posisinya yang membelakangi saya membuat pantat gedenya menjadi perhatian mata saya. Celana dalamnya tercetak dengan jelas. Saya tak tahan untuk meremasnya. Lalu saya berdiri mendekatinya dan meremas pantat semoknya.

Kokom:” Aw, aa ini bikin kaget aza, maen remas aza pantat aku”
Saya:” Habis pantat kamu semok banget”
Kokom:” Kalau suka sering-sering main ke sini”
Saya:”Mau sich tapi kadang sibuk kerja”
Kokom:” Hari Sabtu seperti sekarang kan bapak libur”
Saya:” Ya, kalau istri gak di rumah” sambil tangan saya kembali meremas-remas pantat Kokom dan menamparnya beberapa kali.

Kokom:” Udah ah sakit” sambil menoleh ke arah saya.
Saya pun menuntun Kokom untuk duduk di tepi ranjang. Lalu saya mengambil dompet saya dan mengambil beberapa lembar uang seratus ribuan dan saya berikan kepada Kokom, saya memang tidak tahu tariff di sini berapa dan gak nanya, tapi saya yakin yang saya berikan sudah melebihi tariff normal.
Kokom:” Makasih a, banyak banget, sering-sering ya ke sini, nengokin momok Kokom hehe”
Saya:” Ya mudah-mudahan”
Kokom:” Aa istirahat di sini saja, kata Teh heni mau nginep, paling teh heni masih sibuk”
Saya:” nanti kalau ada tamu lagi buat Kokom gimana?
Kokom:” Kokom gak terima tamu lagi a, biasanya kokom jam 3 pulang”
Saya:” Oh, berarti sekrang mau pulang?
Kokom:” Gpp, biar Kokom temenin aa bobo dulu di sini”
Saya:”Kalau berdua bisa gak bobo hehe”
Kokom:” Ya terserah aa kalau masih kuat mau ewean lagi kokom layanin hehe”
Saya:” Hehe, gak marathon gini gak kuat udah tua saya”
Kokom:” Agh masih muda lah segini mah” sambil menatap saya.

Saya:” Ya udah kita tiduran dulu” sambil saya merebahkan badan dan berbaring yang segera di susul oleh Qomariyah. Kokom berbaring membelakangi saya, saya pun segera memeluknya, kontol saya menepel dipantat semoknya. Sedang tangan saya memegangi susunya.
Kokom:” Ih geli a, masih nafsu ya?ketiak Kokom aa jilatin…”
Saat itu memang saya iseng menjilati ketiak Kokom dari samping.

Saya:” Habis nafsu, liat bulunya hehe”
Kokom:” Ia, tapi gak tahan Kokom geli”
Saya pun tidak lagi menjilati ketek Kokom, saya coba pejamkan mata, beberapa saat kami berdua terdiam.
Tapi ternyata saya belum bisa tertidur, sayapun coba remas-remas dadanya Kokom.
Kokom:” Aa gak bisa tidur, ugghh, malah remesin susu Kokom”
Saya:” Ia, gpp kan..”
Kokom:” gpp koq malah enak ughh, masukan aza tangan aa ke dalam kaos Kokom”
Kokom pun menarik kaosnya ke atas hingga terlipat di depan dadanya.
Saya pun memasukan tangan saya dan menyelinap ke dalam beha Kokom.
Kokom:” Ugh, enak a, tarik pentil susu Kokom oghh”
Saya:”Kom, boleh ngobrol, gak tahu kenapa kantuk gak juga dateng”
Kokom:” Ayo aza, Kokom juga memang gak ngantuk, jarang tidur siang”

Saya:” Sehari bisa dapat berapa tamu?
Kokom:” gak pasti aa, kalau hari biasa sudah untung dapat 2 orang, karena kan Kokom kerjanya Cuma siang aza, malah sering gak ada, kecuali sabtu atau minggu ya bisa sampai 3 malah kalau lagi rezeki 4 orang”
Saya:” Oh..tapi ada gak yang jadi langganan?
Kokom:” Ada sich, masih mahasiswa, kebanyakan sich Kokom dapetnya mahasiswa atau pengguran, karena kan kalau yang kerja rata-rata kalau ke sini malam hari, kecuali Sabtu minggu, itupun kan kalau niat banget, makanya aa jadi langganan Kokom dong”
Sambil ngobrol tangan saya tetap meremasi tetek Kokom.

Saya:”memang suami Kokom beneran ngijinin?
Kokom:” Ia, dia Cuma kuli, zaman sekarang ya semua serba mahal, terpaksa Kokom kerja begini”
Saya sedikit bergetar mendengarnya.
Saya:” maafin saya ya, orang seperti saya malah manfaatin Kokom”
Kokom:”justru orang seperti aa yang memberi pemasukan ke Kokom, tapi setelah kontolnya masukin momok Kokom dulu hehe”
Saya:” Bisa aza, dari sedih malah jadi lucu”
Kokom:” Ia, awalnya sedih tapi lama-lama dinikmati saja aa, toh selain dapat duit Kokom juga dapat nikmat, apalagi kalau pelanggan seperti aa, royal, kontolnya gede dan panjang hehe”
Saya:” Bisa saja kamu Kom” sambil tangan saya menepuk-nepuk pantatnya.

Kokom:”aa suka ya sama pantat Kokom, kalau gak diremas ditepok-tepok mulu”
Saya:” Ia Kom, gede empuk”
Kokom:” Kontolnya rada melegeung deui hehe(kontolnya aga keras lagi)”
Saya:” Hehe, tapi capek, raba-raba aza”
Kokom:” Ia, simpen buat ewean sama teh Heni nanti malam hehe”
Saya:” Bisa aza”
Kokom:” Ia dong..biar kokom juga nyimpen tenaga buat diewe suami Kokom nanti malem” Ucap Kokom lalu tertawa cukup keras.

Saya:” Suami Kokom suka nanya-nanya gak dapet pelanggan seperti apa?
Kokom:” Ia, suka nanya, apa dikasarin atau slow aza”
Saya:” Pernah gak ada pelanggan yang kasarin Kokom”
Kokom:” Belum pernah sich, dan jangan pernah dech, paling ada yang minta macem-macem”
Saya:”Macem-macem kayak gimana?
Kokom:”ada yang minta maen lewat bool a, tapi Kokom gak mau, belum pernah juga”
Saya:” bool Kokom masih perawan dong…?
Kokom:” Jangan bilang aa mau perawanin bool Kokom”
Saya:” Hehe jadi penasaran”
Kokom:” nggak ah, Kokom ngeri”
Kami pun ngobrol ngalor ngidul sampai tidak sadar saya tertidur juga.

Saat saya terbangun Kokom tampak sedang duduk di pinggir ranjang.
Saya:” Kamu tidak tidur kah Kom?
Kokom:” Tidur juga aa, dipelukin aa tadi, Kokom bangun paling 15 menitan lebih cepat dari aa”
Saya pun melihat jam tangan, ternyata sdh jam 5 sore.
Saya pun segera mencuci muka, setelah itu kami pun keluar dari kamar karena Kokom mau pulang, saat lewat depan tampak lebih banyak lagi yang lagi nongkrong, ada cewek dan banyak juga cowok, ceweknya berpakaian sexy semua. Cukup banyak juga anak buah Teh Heni, ucap saya dalam hati.

Saya dan Kokom pun masuk ke dalam rumah Heni dan menuju pintu depan, tampak di kursi panjang depan meja Heni ada dua orang cowok dan dua orang cewek lagi duduk-duduk.
Kokom dan saya segera menghampiri Heni, Heni tampak sdh mengganti bajunya menjadi daster warna ungu tanpa lengan, rambutnya tampak masih basah sepertinya baru selesai mandi.

Melihat kami segera heni meminta kami duduk di kursi dekat dia duduk, karena kursi depan penuh dengan orang.
Heni:”Mau pulang Qom?
Kokom:” Ia Teh…”
Heni:”Telat…si aa nambah ya?
Kokom tersenyum dan melihat ke saya.

Kokom:” Ia, tapi kita terus tidur teh..”
Heni:” ya wajar, kecapean habis ewean, nambah lagi haha”ucap Heni yang diikuti ketawa yang cukup keras sehingga semua yang duduk di kursi sebrang kami melihat ke arah kami.
Kokom:” Teteh ni bikin kita malu aza”
Heni:” Alah pakai malu segala, udah pada gede semua kan, udah ngerti ewean haha” Heni malah makin jadi. Kokom Nampak mukanya bersemu merah.
Kokom:” Ya udah aku pamit pulang dulu ya teh, aa”
Saya:” Ia Kom, makasih ya”
Heni:” Ok, kasihan anak kamu pasti sdh nunggu”
Kokom pun pergi dengan di antar Heni menuju pintu keluar.
 
PART 35



Setelah Kokom pergi, Heni pun kembali masuk dan duduk di depan mejanya kembali.
Heni:” Aa mau nunggu di sini apa di kamar?
Saya:” memang boleh langsung masuk kamar?
Heni:” Ya boleh, udah aku siapin, tapi nanti ya eweannya hehe agak maleman” ucap Heni tanpa tedeng aling-aling di depan banyak orang. Bikin saya malu saja. Sontak seorang perempuan yang duduk di sebrang berkomentar.

Perempuan:” Asyik si Teteh nich sekarang banyak yang booking” Saya yang mendengar cukup terkejut, banyak yang booking jadi pertanyaan buat saya.
Heni:” Kamu jangan buka kartu dis…”
Saya:” Saya laper teh, mau keluar cari makan dulu”
Heni:” Makan di sini saja a, biar makan bareng-bareng sama teteh”
Saya berpikir sejenak, Heni yang melihat saya sedikit bingung segera menimpali kembali.

Heni:”Udah, tunggu bentar” ucapnya lalu pergi meninggalkan saya.
Saya pun bengong sendiri, melihat orang yang duduk di kursi asyik dengan pasangannya masing-masing.
Tapi tak lama Heni kembali dengan seorang perempuan muda, mungkin baru 20 tahunan.
Mereka pun sampai di hadapan saya.
Heni:” Wit, kamu jaga di sini ya, gak usah terima tamu dulu ya, tenang bayarannya full”
Perempuan yang di panggil Wit mengangguk dan permisi ke saya lalu duduk di depan meja Heni.


Heni:” Ayo a, kita makan dulu” Sambil menuntun tangan saya. Saya pun berdiri tapi masih sedikit ragu.
Saya:” Gak enak ah teh sama keluarga teteh”
Heni:” Dienakin aza ah, ayo” setengah memaksa Heni menarik saya mengikutinya.
Heni membawa saya masuk menuju ruang makan. Kami pun sampai di depan meja makan.
Saya lihat ada seorang anak perempuan mungkin umurnya sekitar 15 tahuna sedang siap-siap mau makan.

Heni pun meminta saya duduk tepat berhadapan dengan anak abg tersebut.
Heni:” Aa, kenalin anak aku yang sulung, Fani, Fani kenalin Om Dendi”
Fani pun mengulurkan tangannya lebih dahulu, saya pun mengulurkan tangan saya yang segera diciumnya tangan saya. Fani kulitnya putih bersih, rambutnya agak kecoklatan, sudah terlihat kecantikannya meski masih kecil.

Saya sebenarnya sedikit cangcung dengan situasi ini. Tampaknya Heni menyadari itu. Diap un segera duduk di samping saya.
Heni:” Udah nyantai aza a, si Fani gak gigit koq”
Fani:” Ia om santai aza” Fani sepertinya maklum dengan situasi ini, dia tak nampak canggung, mungkin dia terbiasa dengan lingkungan di rumahnya tinggal.
Heni pun mengambilkan nasi untuk saya termasuk lauknya dan memberikan kepada saya dan dia mengambil untuk dirinya sendiri juga.
Heni:” Ayo a makan dulu biar kuat ngewenya” ucap Heni blak-blakan di depan anaknya. Fani tampak sedikit melirik saya, tapi dia pun sepertinya tidak terkejut dengan ucapan ibunya tadi. Hal tersebut membuat saya menjadi rileks

Saya:” Ia teh” Kami pun mulai menyantap makanan kami masing-masing.
Sambil makan Heni mengajak saya ngobrol.
Heni:” Jadi istri aa sekarang sdh kerja ya”
Saya:” Ia teh, bosan katanya di rumah mulu”
Heni:” Makin banyak dong pemasukannya”
Saya:” Ya lumayan” sebenarnya saya agak tidak nyaman harus ngobrol masalah keluarga saya dengan Heni di depan anaknya.

Heni:” Pasti banyak nich duit aa, gimana kalau kita joint a, buka usaha”
Saya:” Wah boleh tuch, dari dulu saya pengen investasi atau usaha tapi masih bingung” saya tiba-tiba merasa antusias.
Heni:” Bagus, aku punya minat buka usaha tapi gak punya modal, nah aa punya minta inves”
Saya:” memang teteh rencananya buka usaha apa?
Fani:” karaoke katanya om” Fani tiba-tiba memotong pembicaraan kami.
Heni:” ia aa karaoke”
Saya:” oh, bagus Teh, punya prospek bagus itu, tapi kalau bisa yg ada izinnya jangan tersembunyi”
Heni paham dengan maksud saya.
Heni:” ia a, rencananya lebih di kota lokasinya biar strategis dan diurus legalnya juga”
Fani:” ia om, mamanya temen Fani juga ada yg punya usaha karaoke plus-plus di kota, kayaknya bisnisnya bagus, rumah mamanya temen Fani itu mewah banget”
Saya cukup terkejut Fani atas apa yg Fani ucapkan, karena biar dia ada di lingkungan yg erat dg prostitusi usianya masih sekali.
Saya:” oh ia kah, makin yakin kalau gitu Om buat kerjasama dg mama kamu”
Heni:” ia a, tenang aza nanti kalau deal kita buat surat perjanjiannya biar jelas”
Saya:” ok, nanti biar saya bicara sama istri, nanti kita bahas lagi ini, trus bagaimana dg usaha teteh yg sekarang?
Heni:” siip Aa, untuk usaha sekarang jalan terus, paling banyak anak-anak yg pindah jadi pemandu karaoke, anak-anak juga yg d kasih ide buka karaoke”
Saya:” oh gitu ya”
Heni:” Ayo a, nambah lagi” melihat saya sdh selesai makan.
Saya:” sudah cukup teh”
Heni:” Alah, tambah, biar kuat staminanya, tadi kan sdh terkuras habis Ewean sama Qomariyah, berapa ronde emangnya tadi? Saya hampir tersedak Mende pertanyaan Heni biar saya tahu Fani cuek-cuek saja, tapi tetap rasa malu itu ada.

Saya:” ih teteh bikin malu saja”
Heni:” malu sama Fani, nyantai aza dia udah tahu yg begituan, udah biasa dg obrolan masalah begituan walau dia belum pernah nyoba dan memang gak boleh blm waktunya”
Saya:” oh, gitu”
Heni:” Banyak oh gitu ya, si Fani anak aku mah yg penting di kasih tutup mulut, gak bakal ember koq, ia kan Fan”
Fani:” ich mamah apaan…”
Saya:” dua kali tadi teh”
Heni:”2 kali? Makanya nich nambah lagi” sambil kembali menuangkan nasi di piring saya. Terpaksa saya pun mengambil lauknya dan mulai makan lagi.

Saya lihat Heni dan anaknya Fani malah sdh selesai makan.
Saya:” Teteh malah udahan makannya?
Heni:” Tenang aza teteh temenin koq aa makan gak usah khawatir” Tapi saya lihat Heni malah berdiri lalu pergi masuk ke dalam kamarnya.
Tapi tak lama Heni kembali dan duduk kembali di samping saya.
Heni:” Fan, beliin mamah rokok dong, rokok mamah habis”
Fani:” Akh males ah..” ucap Fani wajahnya seketika berubah masam.
Heni menyodorkan uang 1 lembar seratus ribuan kepada anaknya.
Heni:”Nich, beliin rokok sebungkus, kembaliannya buat kamu, rokok yang murah aza, biar banya kembaliannya.
Fani:” Ok” wajahnya berubah menjadi lebih cerah.
Heni:” Banyakan ongkosnya yang harus mamah keluarin” ucap Heni, anaknya Fani pun tersenyum lalu beranjak pergi meninggalkan kami.

Tinggalah kami berdua di meja makan.
Heni:” Tuch lahap makannya, pasti laper habis kerja keras”
Saya:” teteh bisa aza..”
Heni:” Hehe, kira-kira bakal ada tenaga lagi gak buat bercinta dengan aku, aa jadikan nginep?
Saya:” Pasti balik lagi tenaga saya, jadi dong” sambil tangan kanan saya mengelus paha Heni, saya makan memang menggunakan tanggan kiri karena saya seorang kidal.

Heni:” Asyik, kita bercinta sampai pagi”
Saya:” Terus suami teteh gimana, sekrang gak kelihatan juga”
Heni:” Tenang saja, suami teteh pengertian apalagi kalau aa beneran jadi pathner bisnis Teteh nanti”
Saya:” Ia, ngomong-ngomong anak teteh yang laki-laki juga gak ada kelihatan…?
Heni:” Lagi pergi jalan-jalan ke mall sama suami aku, baru aza tadi jam setengah 5, katanya ada yang mau di beli”
Saya:” Oh, Koq si Fani gak ikut?
Heni:” Mana mau di pergi sama papah atau mamahnya, sama temen-temennya paling kalau jalan”
Pas dengan perkataan Heni barusan, saya pun selesai makan.

Saya:” Memang si Fani ini sdh kelas berapa teh?
Heni:” Kelas 1 sma”
Saya:” Ia kah, kelihatan kayak anak smp”
Heni:” Ia, badanya mungil gak kayak aku yang semok kan, rada sipitnya juga, padahal aku gak pernah selingkuh lho, dulu gak pernah ditidurin lelaki lain selain suami aku”
Saya:” Ia, beda banget, tapi mungkin teteh dulu masih abg mungil juga kali?
Heni:” Ia beda, tapi cakep kan anak aku, kayak panda local…kalau aku dan dari dulu semok aa, waktu sma dulu, bool aku sering jadi korban, ditepokin cowok-cowok”
Saya:” Hehe, sekarang makin montok” sambil tangan saya mengelus pingang Heni dan turun ke samping pinggulnya dan saya remas-remas.

Heni:” Montok kan…hehe” ucapnya bangga.
Saya:”Ia banyak dagingnya haha”
Sedang asyik kami bicara sambil bercanda tiba-tiba Fani datang,saya segera menarik tangan saya yang sedang ngelaba.
Heni:” Lama banget nak, kemana aza kamu, tinggal beli dari depan aza..”
Fani:”Bentaran aza koq, Fani sengaja biar mamah bisa asyik-asyikan sama si Om” saya kaget tidak nyangka Fani bicara seperti itu, tapi mungkin karena dia melihat tangan saya meraba-raba pinggul dan paha mamanya.

Heni:” Bisa saja kamu ngelesnya, mana rokok mamah?
Fani pun menyodorkan sebungkus rokok ke mamahnya. Fani kemudian duduk di atas kursi dengan bersila, saya sempat mencuri pandang ke pahanya yang mulus, karena Fani hanya memakai rok jenis jeans yang sangat pendek. Celana dalam putihnya pun mengintip dari sela-sela pahanya.
Sementara Heni membuka bungkusan rokok dan mengambil satu batang.

Heni:” mau aa? Sambil menyodorkan bungkusan rokok ke pada saya.
Saya:” Nggak teh, saya gak ngerokok”
Heni:” Oh, aa maunya di rokok aza ya” Saya pun mesem saja, sekarang saya sdh maklum dengan ucapan Heni yang agak vulgar di depan anak perempuannya.
Heni pun mulai merokok di depan saya dan anaknya.

Heni:” Nak, neng, itu duduknya yang betul, cangcut putih kamu kelihatan sama om, malu ih”
Fani pun segera merubah duduknya dan menurunkan kedua kakinya, sementara saya sedikit bersemu merah karena kedapatan sedang mengintip.
Fani:” Om pakai ngintip segala..”
Heni:” Ya si Om kan diumpanin kamu neng Fani anak mamah, udah main atau nonto tv sana”
Sementara saya diam saja, malu kepergok.

Fani:” Memang kenapa kalau Fani di sini Mah, mamah gak bebas ya mau asyik-asyikan sama si Om, atau kalau mau wik-wik ya mamah sama si Om pindah ke kamar” jawaban Fani begitu mengejutkan. Sementara Heni tampak santai menanggapinya.
Heni:”Ya udah gimana kamu saja” ucap Heni sambil menghisap rokonya dalam-dalam.
Saya sedikit merasa bosan, saya pun membuka hape dan melihat-lihat pesan wa, ada banyak pesan masuk ada dari Dwi, Dina juga ada dari istri saya.
Tapi belum sempat saya membaca pesan-pesan tsb, Heni sepertinya menangkap kebosanan saya.

Heni:”aa apa mau nonton tv di depan? Nanti teteh temenin”
Saya:” Boleh teh..” Saya dan Heni segera berdiri, semetara saya lihat Fani melirik dengan sudut matanya.
Sekarang kami duduk di ruang depan sambil melihat tv, saya sempat melihat ke arah dekat pintu keluar, sepi, 4 orang yang tadi duduk di sana sdh tidak ada hanya perempuan yang tadi menggantikan Heni tang terlihat duduk sendiri dan asyik dengan ponselnya.

Saya pun duduk berdampingan dengan Heni di kursi panjang yang posisinya membelakangi pintu depan, sehingga orang yang duduk di dekat pintu hanya melihat kepala kami saja, sepertinya sekarang sudah hampir setengah tujuh, hari sudah gelap, sementara dari arah belakang terdengar keriuhan, suara orang tertawa cekikikan semakin ramai. Sepertinya di rumah bagian belakang tempat anak buah Heni semakin ramai saja.

Sambil tangan saya memegang pundak Heni kami menonton berita di tv. Sementara Heni masih saja merokok. Duduk dengan menumpangkan sebelah kakinya di atas satu kaki lainnya.
Saya pun berinisiatif menarik ujung daster Heni sampai pahanya terbuka, Heni hanya melihat ke bawah sebentar tapi cuek saja dan mengambil rokok sebatang lagi dan segera menyalakannya dan menghisapnya kembali.

Heni:” Ribet kali ya aa, masalah pilpres ini” saat itu tv memang sedang menayangkan acara yang membahas sengketa pilpres.
Saya:” Ia teh, males nontonya, coba pindah ke chanel lain, cari berita criminal, biasanya ada yang tayang jam segini.
Heni pun segera mengganti-ganti channel TV.
Heni:” Gak bagus semua acaranya aa” ucap Heni, sementara saya sedang asyik mengelus-elus paha Heni yang gempal tapi putih bersih.
Saya:” Nonton film aza teh”
Heni:” ganti dvd aza gimana, kita nonton dangdut koplo, biar suasana lebih greng, malem minggu”
Saya:” Oh boleh teh, saya setuju saja”
Heni pun berdiri dan menuju ke depan tv, kemudian memasukan kaset ke dalam dvd player dan mengganti mode tv ke mode av.

Layar tv 42 inch pun sekarang memutar goyang koplo penyanyi panggung yang dikelilingi para tukang sawer.
Heni pun duduk kembali di samping saya dengan posisi yang sama menumpangkan kaki kanan di atas kaki kirinya. Dia menoleh ke saya sebentar dan tersenyum lalu menarik ujung dasternya sendiri sampai nyari pangkal paha. Lalu matanya focus ke tv sementara pahanya terbuka.
Saya segera memeluk bahunya lagi, sedang satu tangan saya kembali mengelus-elus pahanya.

Heni:” Makin berani sekarang ya a, penyanyi dangdut koplo”
Saya:” Berani gimana?
Heni:” Biduan sama tukang sawer, itu liat sendiri, sawerannya di masukan ke kutang si biduan, malah sambil meremas susu segala”
Saya:” Ia, itu yang bikin hot”
Heni:”ia a, bisa bikin sange, apalagi dielus-elus terus hehe”

Saya:” Teteh asyik merokok aza, gimana kalau rokoknya diganti ini” ucap saya sambil menunjuk ke selangkangan saya.
Heni:” Hahaha, bisa aza” tertawa Heni yang cukup keras membuat si Wiwit yang lagi jaga di depan ikut berokomentar.
Wiwit:” Kayak seneng banget teh aya naon sich(ada apa sich)?
Saya dan Heni spontan menoleh ke belakang. Tak disangka sudah ada beberapa orang duduk-dudk di sana, semuanya laki-laki, kecuali Wiwit, sepertinya tamu mulai berdatangan.

Heni:” Mau tau aza apa mau tahu banget?
Wiwit:” mahu tahu sumedang aza teh hehe” ucap Wiwit.
Heni:”Beli di depan sana tapi tapi tahu sumedang kw hehe”ucap Teh Heni menjawab perkataan Wiwit dan lalu kembali fokus menatap layar tv.
Saya pun kembali meraba dan mengelus paha Heni.
Heni melirik saya sejenak dan tersenyum, lalu menaruh rokoknya di asbak. Tangan kanannya bergerak ke selangkangan saya dan menarik Zip resleting saya.
Heni kembali melihat saya dan tersenyum.
Tangannya menyelinap ke dalam cd saya dan memegang kontol saya yg mulai menegang.
Heni:” anget kontolnya Aa” sambil mulai mengocok kontol saya.
Tangan saya pun mulai masuk ke selangkangan Heni, dan meraba memeknya dari luar celana dalamnya.
Memeknya begitu gemuk, saya elus-elus.
Heni:” kita pindah ke kamar aza yuk a, biar gak di intipin”
Sontak saya celingak-celinguk, dan ternyata di pojok dekat dispenser sebelah lemari tv ada Fani yg lagi duduk sambil memegang hp dan melihat ke arah kami, entah kapan dia ada di situ.

Fani tentu dapat melihat tangan saya yg ada di selangkangan mamahnya, dan tangan mamahnya yg ada di dalam celana saya.
Saya reflek menarik tangan saya demikian Heni, tapi Heni terlihat santai, dia kemudian membenahi daster bawahannya yg tersingkap.
Heni:” neng kamu ini dari tadi intipin mamah terus”
Fani malah terlihat cengengesan lalu menjawab omongan ibunya.
Fani:” mamah sich asyik-asyik di ruang tengah gini banyak orang, kalau mau wik wik sama si Om di kamar saja”
Heni:” ia, ini juga mau pindah ke kamar, ayo Aa” sambil menarik tangan saya.
Seperti kerbau yang dicocol hidungnya saya pun berdiri dan mengikuti Heni menuju ke kamarnya.
Setelah sampai di kamar, Heni dan saya pun segera masuk ke dalam, saya sdh mengenal kamar ini karena sdh pernah nidurkan Heni di kamar ini.

Heni menarik saya menuju ranjang dan kami pun segera naik ke ranjang dan duduk berhadapan.
Saya:”teh, anak teteh tadi mergokin kita gpp?
Heni:” mergokin Aa lagi ngodok memek aku? Udah cuekin aza, dia udh gede, udh ngerti usaha mamahnya di bisnis lendir”
Saya:” tapi kan teteh sebagai pemilik aza awalnya”
Heni:” ia, karena ulah aa yg dulu booking aku, jadi aku ketagihan”
Saya:” jadi setelah saya teh, banyak yg booking teteh?
Heni:” gak banyak, Cuma kalau pas laris anak buah teteh, terus ada tamu sementara semua anak buah lagi dibooking, teteh iseng tawarin diri teteh sendiri eh banyak yg mau”
Saya:” ya, teteh jadi gak special lagi dong, banyak yg udah nyobain”
Heni:” gak banyak Aa, paling 3 orang, tapi ada yg udah 2 kali maen sama teteh, habis aa gak datang-datang, tapi tenang buat aa special, teteh layanin semaksimal mungkin, dan tenang aza, mereka yg pernah Ewean sama teteh pakai kondom semua”
Saya:” oh….”


Heni:” ya udah malah ngobrol, Aa mau dipijat dulu apa mau langsung Ewean?
Saya:” langsung ngewe aza Teh, dipijatnya nanti abis Ewean”
Heni:” sip Aa” dan langsung memeluk saya, kami pun saling berciuman.
Lidah kami saling bertautan.
Heni:” mmmph, muaaach” Heni tampak begitu bernafsu lidahnya dijulurkan masuk ke mulut saya.
Tangan saya meremas-remas susunya yg gede. Biar siang sdh dua ronde sama Kokom, tapi badan montok Heni dan bulu keteknya yg lebat membangkitkan kembali gairah saya.

Puas berciuman, saya dorong Heni hingga terlentang. Saya rentangkan kedua tangannya, Heni pasrah, dia paham saya mengincar ketiaknya.
Setelah terbentang tampak ketiak Heni yg berbulu lebat, lebih lebat dari Qomariyah dan Dewi.
Saya segera menjulurkan lidah saya dan mulai menjilati ketiak sebelah kiri milik Heni.
Heni:” aw…ugh geli banget ada, aduh gak kuat”
Saya tidak memperdulikan Heni yg mengerinjalkan badannya waktu saya menjilati keteknya. Lidah saya menyapu seluruh bagian ketiak Heni, Heni beberapa kali meronta tapi saya pegang dg erat. Bulu ketiak Heni sampai basah, sedikit bau asem tapi malah membuat saya makin bergairah.
Saya pun berpindah menjilati ketiak yg kanan, saya lakukan sama seperti sebelah kiri, saya jilati sampai bulunya basah oleh air liur.

Setelah puas menjilati ketiak Heni, saya pun melepas baju dan celana saya, Heni pun melepaskan dasternya dan menyisakan celana dalam dan beha saja.
Saya segera menindih kembali badan Heni, dan kami kembali berciuman, mulutnya Heni sedikit bau rokok tapi entah kenapa malah membuat saya makin bergairah, lidah kami saling bertautan.

Tangan saya bergerak ke dadanya, dan mengeluarkan sebelah susu Heni dan meremas-remas susunya.
Saya merasa kontol saya mulai mengeras maksimal, dan bergesekan dengan selangkangan Heni tapi masih sama-sama menggunakan cd.

Saya pun turun ke leher Heni, saya jilati lehernya sampai belakang telinga, tak lupa saya memberikan cupangan di leher dekat telinga sebelah kiri sebanyak 3 buah.
Heni:” ugghh geli ah, mana koooontol” sambil tangannya masuk ke dalam celana dalam saya dan meremas-remas kontol saya.

Sekarang saya turun ke dada Heni, otomatis Heni terpaksa melepaskan kontol saya karena tak lagi terjangkau oleh tangannya.

Saya lihat putting susu Heni yg begitu besar. Segera saya benamkan kepala saya dan menjilatinya.
Heni:” ugghh, ayo nyusu aa, aghhh enak” sedang asyik-asyiknya nyusu, tiba-tiba pintu ada yg mengetuk. Spontan kami berhenti.

Heni:” siapa?
Lalu yg mengetuk pintu segera menyahut, dan ternyata si Fani.
Fani:” ini Fani mah”
Heni:” ganggu aza ini anak, gak bisa biarin mamahnya senang” ucap Heni menggerutu.
Heni:” A, bentar turun dulu” saya berguling ke samping Heni dan mengambil selimut untuk menutup badan saya yang hanya mengenakan celana dalam saja.

Heni segera turun dari ranjang, tanpa mengambil kain lagi untuk menutup tubuhnya, dengan hanya memakai celana dalam warna biru muda dan bh warna putih yang mana satu cupnya terbuka menjadikan satu susunya keluar. Tanpa membenahinya Heni langsung membuka pintu.
Fani tampak terkejut dan bengonng melihat ibunya Cuma memakai celana dalam dan beha saja, malah satu susunya di biarkan terbuka.

Heni:” Ada apa neng”
Fani:” Anu mah, neng di suruh papah ambil box cerutu, katanya ada di kamar”
Heni:” memang papahmu sdh pulang?
Fani:” Udah baru aza”

Heni tampak celingak-celinguk, sepertinya mencari letak box cerutu yang diminta Fani.
Heni:” Coba kamu cari sendiri memang ditaruh di mana?
Fani:” Aku masuk ya mah, maaf ya om Fani ganggu bentar” si anak manis melihat dan berbicara ke saya sambil tersenyum genit.
Saya tak mampu berkata-kata hanya mengangguk saja, karena tentu sebuah kesalahan saya ada di ranjang ibunya.

Fani pun segera masuk ke dalam kamar tidur dan menuju lemari pakaian, lalu membukanya dan mengambil sebuah Box warna hitam persegi panjang.
Heni yang mengikuti Fani segera berkomentar…
Heni:” Ternyata dalam lemari, papahmu ada-ada saja pakai di simpan di lemari”
Fani:” Hehe gak tahu mah, Fani bawa ya”
Heni:” Ia, udah sana” setengah mengusir anaknya.
Fani:” Ya udah Fani keluar mah, ngomong-ngomong mamah gak malu sama si om apa Cuma pakai cangcut sama kutang aza, udah gitu susu mamah sebelah keluar gitu”
Heni:” Justru ini kemauan si Om neng hehe, si Om seneng lihat mamah bulucun(bugil) begini”
Fani:” Om Fani keluar dulu ya, nitip mamah”
Saya hanya tersenyum, lalu Fani keluar menutup kembali pintu kamar.

Heni:” Maaf ya aa, terganggu kita”
Saya:” Gpp, tapi suami teteh datang ggp?
Heni:” Gpp, aku dah bilang lewat wa ke suami aku kalau ada aa dan udah bilang juga kalau aa nginep ”
Saya:” Terus gpp ini? Aku merasa tidak enak hatidan Heni menangkap rasa khawatir saya.
Heni:” Udah ggp, makanya dia nyuruh si neng tadi ke sini karena tahu di kamar ada aa, dia bisa tidur di kamar lain”

Heni pun segera naik ke atas ranjang dan dia menarik selimut saya dan mendindih badan saya. Bibir kami kembali saling melumat untuk beberapa saat.Puas berciuman saya mendorong badan gempal Heni ke samping hingga terlentang dan giliran saya yang menindihnya.
Saya:” Aku mau nenen lagi teh…”
Heni tersenyum lalu menyodorkan sebelah susunya yang dari tadi sdh berada di luar cup bhnya.
Saya:” Yang satunya lagi teh…”
Heni pun mengeluarkan susu satunya lagi dari balik bhnya.
Saya:” Gede banget putingnya teh, kayak kelereng, coklat ke iteman”
Heni:” Ayo di hisap say”
Saya masih memandangi susu Heni…
Heni:” Koq malah dipandangin, sama aza kan kayak milik istri aa di rumah?
Saya:” Sama, tapi susu teteh lebih gede, pentilnya lebih gede juga, eh teteh tadi gak malu sama si Fani anak teteh, susu teteh sebelah gundal gandul dan Cuma pakai pakaian dalam nemuin dia”
Heni:”hehe, gundal gandul…gimana ya aa, udah a, isep nich” Heni tidak mau menjawab tapi malah menjejalkan susunya ke mulut saya.
Segera saja saya lumat susunya.

Heni:” Ugggh geli a,tapi nikmat, isep yang kuat sayang” sambil tangannya mengeluselus kepala saya.
Saya tidak menjawab tapi focus pada tetek Heni yang besar, putingnya saya sedot-sedot, meski tidak ada asinya, tapi menghisap susu istri orang membuat sensasi lebih.
Heni:” Aa, mana kontolnya uggh, aku lepas sempaknya ya a” ucap Heni dan tangannya segera menggapai celana dalam saya dan menariknya, saya sedikit mengangkat pantat saya agar cd saya terlepas. Celana dalam saya sudah diturunkan Heni sampai ke paha, lalu saya tarik sendiri hingga lepas, sekarang tak sehelai kain pun menempel di badan saya.

Tangan Heni mulai mengocok-ngocok Kontol saya sedang saya asyik menghisap puting susunya.
Tak lupa saya memberikan cupangan di tetek Heni.
Heni:” Aw, aa cupangin susu aku ya…?
Saya pun berhenti sejenak dan menatap Heni lalu saya menjawab.
Saya:” Kenapa teh, ggp kan”
Heni:” Uggh pelan-pelan tapi ya, ia gpp, cupang yang banyak, suami aku mah jarang cupangin aku, maen sodok momok aku aza dia mah, jarang foreplay”
Saya tak menjawab tapi kembali memberi cupangan di susu Heni.
Heni:” Uggh sakit agggh”
Saya:” Uggh pelan teh remas kontol akunya”
Heni:” Sorry aa, reflek, abis aa kuat banget nyupang susu tetehnya”
Saya pun berguling ke samping badan Heni. Heni pun paham dia segera bergerak dan berada diantara dua paha saya.
Tangan kembali mengocok-ngocok kontol saya.
Saya:” Isep dong teh, uggh”
Heni:” Hehe bentar a, aku gemas sama kontol panjang aa” sambil memukul-mukulkan kontol saya yang sdh keras ke tangannya.

Heni kemudian berjongkok dan menjulurkan lidahnya, mulai menjilati buah zakar saya lalu naik ke batang kontol saya dan sampai di kepala kontol saya, lidahnya di julurkan menjilati lubang kencing saya.
Saya:” Uh, enak banget teh sepongannya”
Heni berhenti sejenak untuk menjawab.
Heni:” Ia dong, harus total untuk servis patner bisnis” lalu mulutnya mencaplok kontol saya.
Saya:” Uh enak banget teh…”
Heni memblowjob saya dengan penuh gairah. Matanya terus menatap saya dengan genit dan tak berhenti tersenyum.
Saya pun mulai tidak tahan, kontol saya sdh sangat keras sekali.

Saya:” Udah teteh, gak kuat, di masukan aza”
Heni:” Hehe, gak mau keluar di mulut teteh?
Saya:” Mau masuk memek aza teh”
Heni:” Oh, langsung ewean, ya udah, aa di bawah aza, biar gak rubah posisi, biar teteh di atas”
Ucap Heni yang segera merangkak naik dan pas di bawah kontol saya.

Heni mengocok-ngocok sebentar kontol saya lalu mengangkat pantatnya, tampaknya dia tidak melepas celana dalamnya hanya menggesernya ke kanan, tampak bulu jembut heni semakin lebat saja, lebih lebat dari waktu pertama dulu saya bersetubuh dengan dia.
Heni melihat saya yang menatap kemaluannya.
Heni:” Kenapa aa?baok aku makin lebat ya” ucap Heni yang lalu menggosok-gosokan kepala kontol saya ke itilnya.
Heni:” Uggh nikmat, itil ketemu palkon”
Saya:” Apa tuch palkon teh, udah gak kuat masukan teh”
Heni pun tersenyum..

Heni:” Kepala Kontol a” sambil mempaskan kontol saya di lubang memeknya dan perlahan Heni menurunkan pantatnya dan kontol saya mulai tertelan sedikit demi sedikit.
Heni:” Uggh, aaaaah asup(masuk) aa..enak panjang” dan bless saya dorong dari bawah kontol saya.
Heni mendelik ke saya sebentar sepertinya kaget saya dorong sekaligus, tapi kemudian dia mulai menaik turunkan pantatnya menggenjot kontol saya.
Heni:” Kontol aa nusuk ke Rahim aku, uggh gak sabaran bangetmaen dorng aza” sambil tersenyum genit.

Ploook…plooook…ploook…ploook Heni menaik turunkan pantat gedenya sementara tangan saya meremas-remas susunya yang bergoyang-goyang.
Heni:” Uh, enak banget ewean aa, ug zinahi aku uggh”
Saya:” Ampun teh kontol aku seperti disedot-sedot”
Heni:”rasain, aku gencet kontol kamu aa pakai momok aku ahaah, dalem banget nyodoknya kontol aa, perih memek teteh ughh” Heni meracau.
Saya mengimbangi gerakan pantat Heni yang semakin cepat, sementara tangan saya memilin-milin puting susu Heni.
Heni:” Ahhh, geli a, pentilnya uggh, gede mana aa susu aku sama Qomariyah?
Saya:” Gede punya teteh, tapi pantatnya besar punya kokom”
Heni:” Hehe, ia si Kokom pendek tapi boolnya badag(gede)” ucap Heni yang semakin mempercepat gerakan pantatnya.

Heni:” Ampun aa, teteh keluar” Heni tiba-tiba mengejang dan terlungkup menindih saya.
Segera saya lumat bibir tebalnya, Heni memang tidak terlalu cantik disbanding perempuan-perempuan yang pernah saya tiduri apalagi jika disbanding Dewi istri saya tapi wajahnya cukup sensual dan membangkitkan gairah seksual.
Lidah kami saling bertautan. Sedang asyik-asyiknya pintu kembali ada yang mengetuk.
Seketika kami terdiam.
Heni:” Tunggu” sambil teriak, yang di luar pun menyahut, yang ternyata adalah Fani.
Fani:” Ini Fani mah…”
Heni tidak menjawab tapi malah berbisik kepada saya…
Heni:” Aku udah dapet a, aa sdh mau bucat belum?
Saya:” Kayaknya bentar lagi”
Heni:” Ya udah ewe lagi memek aku,neng tunggu bentar” Heni kembali berteriak ke anaknya.
Heni:” Tapi bentar aku lepas cangcut aku dulu aa, biar leluasa” ucap Heni sambil melepas kontol saya dari memeknya lalu melepas celana dalamnya dan di taruh di tepi ranjang.

Heni kemudian kembali menindih saya dan mengarahkan kontolnya saya ke memeknya.Saya masih belum bergerak, tapi Heni mulai mengerakan pantatnya maju mundur dan kembali melumat saya. Saya pun spontan menggenjot Heni dari bawah, bunyi ranjang berderit-derit cukup kencang, saya yakin terdengar sampai di pintu di mana Fani berada. Bruuk…brrruuuuk..brruuuukk..
Saya:” Akhhh teh aku gak kuat…”
Heni:” Mmmph aahh zinahi aku aa, barengan bucatin di dalam memek aku aza a aman” ucap Heni sambil melumat bibir saya
Saya:” Akh aku keluar teh..” sambil mengangkat pantatku tinggi-tinggi untuk menghujamkan kontolku dalam-dalam dan ku cengkram erat pantat semok Heni. Crooot..crottt.crrrott ada tiga kali semportan sprema ku membasahi memek Heni meski tidak sebanyak waktu pertama dengan Kokom karena ini yang ketiga kali aku bercinta hari ini.

Heni:” agh..aghh…aghh, teteh juga bucat lagi a”
Nafas kami terasa berat dan sementara itu pintu kembali diketuk..
Tok..tok..tok
Fani:” Mamah udahan ngentotnya belum, lama banget”
Heni:” Bentar neng, mamah lemes, 5 menitan lagi” ucap Heni dengan santainya dan lalu melumat bibir saya lagi. Lidah kami kembali saling bertautan.

Heni kemudian berguling ke samping saya.
Saya:” Teteh nafsu amat ciumannya, sampai basah nich ke muka aku” sambil mengelap ludah heni yang ada di pipi saya.
Heni:” Abis aa ganteng, jadi sange,nafsu, pengen nyiumi mulu, gak kayak suami teteh udah tua”
Saya:” Teteh bisa aza, eh itu Fani” saya teringat anak Heni yang menunggu di depan pintu.
Heni:” ganggu aza mamahnya ewean ni si eneng” ucap Heni sambil berdiri dan mengambil celana dalamnya yang ada di tepi ranjang lalu mengenakannya, tampak celana dalamnya jadi basah di bagian memeknya karena cairan cinta kami, tapi Heni tampak tak perduli. Malah dia melepaskan bhnya dan melemparkan ke muka saya. Saya segera menarik selimut untuk menutup tubuh telanjang saya.

Heni dengan hanya memakai celana dalam kemudian menuju pintu kamar dan membukanya.
Heni:” Cepet masuk, mamah bulucun(bugil) entar ada yang liat” Fani pun segera masuk ke dalam kamar.
Fani sempat melihat ke saya dan lalu tersenyum.
Heni:”Sini” Heni menuntun anaknya untuk duduk di tepi ranjang.
Fani pun duduk di samping ibunya, sedang saya yang ada di tengah ranjang sedikit menjauh, saya tetap merasa kurang nyaman dengan kondisi demikian, tapi Heni Nampak cuek.

Heni:” Neng ada apalagi bolak balik ke kamar mamah?
Fani bukannya menjawab malah menatap ke dada ibunya di mana ada 2 cupangan besar di tetek kanannya.
Fani:” Susu mamah itu dicupang si Om atau papah tadi pagi”
Heni:” ini anak ditanya malah balik nanya, ini tetek mamah dicupang sama si Om”
Fani:” Oh…” sambil melihat ke saya.
Heni:” Cuek aza a, anak zaman sekarang memang pengen serba tahu” sambil melirik saya sebentar dan tertawa cukup keras.

Fani:” Mah, aku pengen beli pizza delivery order, mau minta uang sama papah dianya udah tidur, udah ngorok jadi terpaksa gangguin mamah”
Heni:”Aa mau gak pizza , nanti pasti laper kita”
Fani:” Pasti laper dong om, udah kerja keras”
Heni:” Hush..kamu ini”
Saya:” Boleh dech, beli secukupnya” sambil saya mengeluarkan bebera lembar uang seratus ribuan.
Fani:” Asyik, makasih om, lanjutin lagi dech ngentotnya, omong-omong mamah sexy banget dech Cuma pakai cangcut aza, terus susu sama lehernya banyak bekas cupangan”
Heni:” Udah dapet duit muji-muji, ya udah sana”
Fani pun segera lari keluar pintu kamar.

Setelah Fani keluar, Heni pun kembali menatap saya dan naik ke atas ranjang.
Saya pun membuka selimut agar Heni masuk ke dalam selimut. Setelah Heni masuk ke dalam selimut saya pun memeluknya dari samping.
Heni:” Aku merasa aa agak beda nich mesra banget”
Saya:” Hehe, abis di rumah kesel, istri aa sekarang males-malesan ngelayanin aa”
Heni:” Ngelayanin di ranjang maksudnya a? ngewe?
Saya:” Ia Teh”
Heni:”Hempz kasihan, teteh sich gak mau ikut campur urusan aa, tapi teteh mau nyayang aa selama disini, itung-itung servis rekan bisnis”
Saya:” Bisa aza teteh nich, rekan bisinis lagi rekan bisnis lagi”
Heni:” Harus jadi ya a”
Saya:” pasti jadi”

Heni segera melumat bibir saya lagi, sedang saya meremas-remas kedua susunya yang bergelantungan.
Heni:” Aggh, udah ah lemes ewean mulu”
Saya:” memang hari ini teteh udah berapa kali?
Heni:” 3 kali, 2 kali sama suami dan satu kali ewean sama aa”
Saya:” sama dong, ngomong-ngomong jam berapa ini ya?
Heni:” Tuch” sambil menunjung jam dinding di belakang saya.
Saya pun menoleh sebentar.
Saya:” gak berasa udah setengah Sembilan ya Teh?
Heni:” Ia a,mau mandi dulu atau biar begini?
Saya:” Biar begini aza teh”
Heni:” Biar gampang ya kalau mau ewean lagi hahaha”

Lalu kita terdiam untuk beberapa saat masih dengan posisi saya memeluk Heni dari samping.
Heni:” Laper gak, kayaknya bener kata si Fani, aku jadi laper”
Saya:” Sama aku juga laper teh”
Heni:” Bentar a, biar aku ambilin cemilan” ucap Heni sambil melepaskan pelukan saya dan turun dari ranjang. Heni lalu mengambil Handuk yang ada di kapstop dan mengenakannya.
Heni:” Teteh keluar dulu bentar ya a” tanpa menunggu jawaban dari saya Heni segera keluar dari kamar.
Saya pun bengong sendiri. Saya teringat akan pesan di Wa tadi, segera saya ambil hp saya dan buka wa.
Ada pesan dari Dewi yang ngabarin kalau udah sampai yang dikirim tadi sore. Aku lebih penasaran dengan Wa Dina, segera kubuka pesan dari Dina.

Dina:” Dendi, aku hamil”
Dina:” Kalau aku hitung-hitung sepertinya aku hamil akibat kejadian di puncak, gak mungkin pak Bob yang hamilin aku”
Dina:” Aku berkali-kali ml sama dia gak hamil”
Dina:” Sepertinya salah satu dari kamu, Fadli dan satu lagi aku lupa namanya yang udah hamilin aku”
Deg..agak sedikit dag dig dug saya membacanya.
Bagaimana kalau dia hamil benih saya. Belum terlalu jauh saya berfikiir, pintu kamar di buka dan Heni masuk kembali sambil membawa bungkusan cemilan.

Heni pun duduk di tepi ranjang.
Heni:” Ini aa…sementara, pizza lagi dikirim”
Saya pun bangkit dan duduk di tepi ranjang dengan masih telanjang.
Heni:” Sekarang aa yang gundal-gandul” ucap Heni sambil menunjuk ke selangkangan saya, sontan saya pun merapatkan selangkangan saya sambil tersenyum.
Heni:” Nich pake sempak aza a, kasihan kontol mengkerut kedinginan”
Saya pun tertawa dan segera memakai celana dalam saya. Jadilah kami duduk di pinggir ranjang dengan sama-sama hanya memakai cd saja hanya bedanya Heni memakai handuk juga.

Karena perut laper kami pun segera menyantap cemilan yang dibawa oleh Heni.
Heni:” Aduh lupa minumnya” ucap Heni yang lalu berjalan menuju kulkas dan mengambil 2 botol minuman kaleng.
Heni kembali duduk di samping saya. Tiba-tiba pintu di ketuk dari luar.
Heni:” Siapa?
Fani:”Aku mah, ini Pizzanya”
Heni:” Masuk saja neng”
Pintu pun terbuka dan Fani segera masuk mebawa 2 box pizza.
Heni:”Banyak amat?
Fani:” Masing-masing kan satu hehe”
Heni:” Adik kamu?
Fani:” Udah bobo sama si papah”
Heni:” Mungkin kecapean jalan-jalan, jadi beli 3?
Fani:” Ia, ini mah”ucap Fani dan kemudian melirik saya sambil tersenyum.
Heni segera menerima pizza yang diberikan Fani.

Heni:” Kenapa lirik om, karena om pake sempak doang, kayak gak pernah liat papah kamu telanjang aza hehe”
Fani:” Mamah bisa aza”
Heni:” Udah sana, om malu kamu liatin”
Fani:”tapi kalo ngentotin mamah gak malu ya, hahaha” ucap Fani sambil lari keluar kamar.
Heni:” Anak itu memang bandel a”
Saya tak menjawab hanya ikut tertawa sambil cengengesan.

Akhirnya kami pun menyantap Pizza sampai habis satu box.
Setelah selesai makan Heni pun membereskan sisa makanan yang berantakan dan pergi keluar kamar.
Saya memilih tiuduran kembali, pikiran saya melayang terhadap sosok Dina dan mulai membandingkan dengan Dewi istri saya. Lamunan saya buyar ketika Heni masuk kembali ke dalam kamar.
Heni:” Koq malah bengong, kirain bobo si aa”
Saya:” Ia, gak terasa udah setengah sepuluh ya teh”
Heni:” Apa mau nonton tv di depan biar gak bosen?
Saya:” Ah enggak, paling ,mo tidur”
Heni:” Aku mandi dulu ya, gak enak keringetan, aa mau mandi gak?
Saya:” Ah nggak teh,silahkan saja”
Heni:” Ya udah..” Ucap Heni sambil masuk ke kamar mandi.

Karena badan yang terasa sangat letih dan pikiran yang sedikit kacau saya coba memejamkan mata, mungkin sempat terlelap beberapa menit sampai tiba-tiba terdengar suara pintu kamar mandi di buka, saya pun spontan buka mata. Rupanya Heni sudah selesai mandi.
Heni:” Kirain aa tidur?
Saya:” Ia, sempet ketiduran, tapi pas kedengaran pintu terbuka langsung kebangun lagi”
Heni:” Aduh maaf atuh”
Saya:” Gpp teh, seger liat body teteh habis mandi” saya lihat Heni lagi mengeringkan tubuh telanjangnya dengan handuk.

Heni:” mesum” sambil melihat saya dan tersenyum genit.
Saya baru memperhatikan di pantat Heni sepertinya ada sebuah tato.
Saya:” Teh, nambah tato ya? Karena seingat saya Heni hanya punya satu tato.
Heni:” Ia, ini ya, baru dibuat, paling belum sebulanan” ucap Heni sambil memegang tato yang ada di pantatnya.

Saya sebenarnya mau bertanya itu tato gambar apa karena tidak begitu jelas dari posisi saya, tetapi Saya lihat Heni segera mengenakan celana dalam warna merah, sebuah celana dalam yang cukup mini untuk ukuran pantat gedenya. Kemudian dia memakai bh warna merah juga. Heni kemudian mengambil gaun jenis daster warna putih transparan sampai ke mata kaki dan segera mengenakannya, tentu saja sangat kontras dengan pakaian dalam yang dikenakan.
Heni kemuadian menyisir rambutnya, kemudian memakai make up, cukup lama dia lakukan, sebenarnya hal demikian sering saya saksikan dilakukan istri saya.

Setelah selesai Heni segera menghampiri saya lalu naik ke ranjang dan berebah di samping saya.
Heni:” Jadi mau ngapain kita a? tidur apa mau nidurin aku lagi hehe?
Saya:” Tidur dulu teh, masih lemes, memang teteh masih kuat” ucap saya sambil memiringkan badan saya dan memeluk Heni.
Heni:”Sesudah mandi teteh seger lagi, dan kalau cewek cepat kembali tenaganya aa, jadi bisa main sebanyak-banyaknya hahaha”
Saya:” Memang teteh sehari pernah main berapa kali yang paling banyak?
Heni:” Berapa ya, pernah dapat dua tamu di hari yang sama, kalau buat anak buah teteh sedikit, tapi teteh kan Cuma kalau anak buah teteh di pake aza, jadi waktu itu anak buah teteh di pake semua terpaksa teteh yang layanin dan tamunya mau, mereka masing-masing dua kali crot, terus malemnya sama suami 2 kali jadi enam kali ewean”
Saya:” Wah kuat teteh”
Heni:” Belum apa-apa, kalau lagi rame anak buah teteh ada yang bisa dapat 4-5 tamu semalam, kebayangkan berapa kali mereka ewean, tarohlah ada yang sekali ada yang dua kali, udah banyak banget”
Saya pun manggut-manggut, saya menarik Heni agar merentangkan sebelah tangannya, saya dasternya berlengan, tapi karena transparan, bulu ketiaknya dapat saya lihat.
Heni:” Geli ah, hehe kasihan ketutup”
Saya:” Wangi keteknya” ucap saya sambil mencium dari luar bajunya.
Heni:” Geli aa, hehe”
Saya:” Sssut, nanti kedengaran sampai luar lho” Heni tadi berteriak cukup keras.

Heni:”Ya udah kita tidur dulu aza, nanti kalau kebangun kita ngewe lagi, atau aa mau dipijit dulu sebelum bobo”
Saya:” Gak usah kita tidur aza teh,biar besok saja dipijitya pas mau pulang”
Heni:” Ok dech”
Saya:” Tapi aku penasaran sama tato teteh, gambar apaan sich”
Heni:” Tadi gak jelas ya?
Saya:” Ia, lihat dong..”

Heni pun membalikan badannya dan memunggungi saya.
Heni:” Lihat sendiri aa” Sambil menarik ujung bawah dasternya dan menariknya sendiri sampai ke perut.
Tampak celana dalam warna merah dengan renda-renda dipingiriranya membungkus pantat semoknya.
Segera tangan saya mengelus dan meremas pantat semok Heni.
Heni:” Aw, malah ngeremas bool si aa, katanya mau lihat tato?
Saya:” Abis gemes, lihat pantat semoknya hehe”
Heni:” Bilang aza, memang mau remes bool teteh hehe, yang udh turunin sendiri ya cangcut tetehnya kalau mau lihat tatonya”
Saya pun tak menjawab tapi menarik turun celana dalam Heni, hingga pantat bulatnya terlihat, sedikit ada bulu dekat anusnya yang nyambung ke memeknya. Saya lihat di pantatnya dengan jelas tatto bergambar Kontol lengkap dengan dua buah zakar.

Heni:” Udah liatkan” sambil menarik celana dalamnya ke atas kembali lalu menurunkan kain dasternya.
Saya:”Kenapa harus gambar kontol teh?
Heni:”kenapa harus gambar kanjut, karena kanjut itu enak haha” ucap Heni ngasal
Saya:” Nanya serius jawabnya kemana…hehe”
Heni:” Yang kepikiran ya kanju, jadi waktu mau nambah tato yang langsung bilang ke orangnya tato kanjut”
Saya:” Memang tato di mana teh?
Heni:” Di cihampeulas di Luc** Tatto”
Saya:” Oh, enak dong yang nato teteh, bisa lihat bool”
Heni:” Gak tahu dech, mungkin kanjutnya melegeung hehe, atau yang digambar kanjutnya sendiri”
Saya:” Ya udah kita tidur teh, udah ngantuk”
Heni membalikan badannya lalu memeluk saya.
Heni:” Aku bobonya sambil pegang kontol aa ya” dan tanpa menunggu jawaban tangannya masu ke celana dalam saya dan menggenggam kontol saya. Kami pun tertidur.


Heni:” Bangun a…” Ucap Heni sambil mengoyangkan kepala saya. Saya pun segera membuka mata.
Saya:” Jam berapa ini teh?
Heni:” Aa lelap banget tidurnya, jam setengah 2, teteh sange a, pengen di colok kontol panjang aa” ucap Heni.
Saya baru sadar Heni sudah tidak memakai dasternya lagi dan hanya tinggal mengenakan bh dan cd saja.
Heni:” Kanjut aa udah meleugeung lagi” ucap Heni yang kini sudah duduk di selangkangan saya.
Saya baru sadar celana dalam saya sudah tidak ada.
Saya:”Teteh nakal” sambil tangan saya meremas susu Heni dari balik bhnya.

Heni:”Hehe, tadi aku isep kontol aa waktu aa masih tidur, aggh remes yang kuat aa,bikin aku makin sange”
Saya pun mengeluarkan kedua susu heni dari cup bhnya.
Heni:” Aku lepas kutang aku dulu aa, biar leluasa” ucap Heni sambil melepaskan bhnya.
Tak hanya melepas bhnya, heni segera melepas celana dalamnya, lalu berjongkok kembali dan mengarahkan kontol saya tepat dilubang memeknya. Setelah pas Heni menurunkan pantatnya dan blesss…Kontol saya mulai terlelan oleh memeknya.
Heni:” Uggh nikmat a…” Lalu Heni menggerakan pantatnya naik turun. Saya mengimbanginya dan juga sambil meremas-remas kedua susu montok Heni.

Heni:” Ugg nyodok sampai ke Rahim aku a, panjang kanjut uggh”
Heni nampak semakin semangat menaik turunkan pantatnya.
Heni:” Uggh enak banget a, zinah itu enak banget uggh”
Saya:” Ia aghhhh, teteh pinter banget” Heni kada memutar sedikit badanya ke kanan dan ke kiri.
Heni:”Zinah, dosa tapi ngeunah(enak) ahhh, aku pelintir kanjut kamu aa” ucap Heni.
Saya kini duduk dan memeluk Heni sambil mengihsap pentil susunya yang bulat panjang.
Heni:” Aggh aa, enak isep yang kuat uhhh dicupang lagi ya nenen teteh?
Saya memang kembali memberi cupangan di sekitar pentil susu heni.
Heni:” Ahhhh..enak aa, isep uggh”
Sambil menghisap susu Heni tangan saya memegang pantat Heni dan menaik turunkan. Ploook…ploook… saya sedikit kewalahan karena badan Heni tergolong cukup tinggi dan berat.
Saya:” Ughh, ganti gaya yuk teh!
Heni:” Gaya ewean anjing yuk aa, eeeghhgh”
Tanpa menunggu jawaban saya, Heni mencabut kontol saya hingga lepas dari dalam memeknya lalu turun dari ranjang dan menungging dengan satu kakinya menyilang di atas bibir ranjang.

Saya pun segera berada di belakangnya, dan saya arahkan kontol saya ke memeknya yang terbuka, dan bleeesek..kontol saya kembali terbenam di memek Heni. Segera saya genjot Heni dengan kecepatan sedang.

Heni:”Aggh Nikmat anjing, dalem banget kanjut aa masuknya uggh” Ploook…ploook.. bunyi benturan paha saya dan pantat Heni.
Heni:” Aggh..agghh…enak aa”
Saya:” Ia teh, uggh memek teteh seperti mijit-mijit”
Sekarang rasa saya tidak bisa cepat keluar, mungkin karena sdh terlalu banyak bersetubuh hari ini.
Heni:” kencengin aa, aku mau dapet”
Saya pun mempercepat genjotan saya…ploookk…ploook…ppploookkk…
Heni:” Ugh terus aa,enak banget kanjutnya uggh panjang”
Plook…ploook…plokkkk…ploook..
Heni:” Enak jam segini ewean a, gak ada yang gangugu uggh makin kenceng, bentar lagi”
Ploook…plooook…plooook
Heni:” Awwwwwwww…aku bucat..ugggh anjing nikmat”
Heni Nampak meremas seprai lalu mengejang..tak ku sangka sampai banjir, kaki saya basah oleh cairan Heni.

Heni:” Uggh squirt ah”
Saya masih menggenjot Heni…
Saya:” Wah teteh bisa sampai gini ya, istri saya saja yang binal gak gini”
Heni:” Kalau udah nafsu banget dan pas momenya aku bisa gini a, lemes”
Terpaksa saya mencabut kontol saya yang masih tegang dan basah mengkilap.

Heni segera naik ke atas ranjang, nafasnya ngos-ngosan, lalu terlentang, kakinya di buka lebar, tampak bulu memekny mengkilap.
Heni:” Ayo aa, naikin lagi, teteh masih sanggup koq”
Saya pun segera memposisikan diri di antar selangkangan Heni. Lalu ku angkat ke dua kaki Heni dan saya pegang di kedua betisnya. Perlahan saya dorong kontol saya ke memeknya yang basah. Blesss…
Saya pun kembali menggenjot Heni.
Heni:” Uggh Nikmat aa, panjang ohh kanjut”
Plook..plook…ploook kembali saya pun mengewe Heni.

Heni:” Aggh ewe teteh a, uggh nikmat, yang kenceng”
Saya pun menambah kecepetan, ranjang sampai berderit dengan kencang.
Saya:” Aggh gak kuat lagi teh”
Heni:” Ugh, ia aa, keluarkan saja crootkan aa”
Saya:” Uggh aku keluar teh..” sambil kutekan kontol saya dalam-dalam dan crooot..crooot tak dapat kubendung lagi.
Heni:” ugh..aghh..agghh..aag enak banget aa”
Kami berdua terdiam beberapa saat, lalu ku cabut perlahan kontol saya, terasa agak kebas karena harus keluar berkali-kali sepanjang hari ini.

Saya pun berguling ke samping Heni, sementara Heni masih mengangkang lebar.
Saya:” lemes lagi teteh”
Heni:” Ia, tapi nikmat aa, capek uggh” saya lihat dia memejamkan mata.
Saya pun menarik selimut untuk menutupi badan kami, lalu saya memiringkan badan saya dan memeluk Heni.
Heni pun kemudian memiringkan badannya.
Heni:” masih agak keras kontolnya a”
Saya:” Ia gak tahu kebas rasanya, kebanyakan keluar”
Heni:” Aku masukan momok aku aza ya, lalu kita tidur” ucap Heni sambil mengangkat sebela kakiknya dan menumpang di paha saya lalu ditariknya kontol saya yang setengah tegang dan di masukan ke memeknya yang basah dan licin.

Heni:” Yuk bobo lagi a, biar kontol aa dijepit memek aku, pagi pasti keras sendiri hihi”
Saya tak menjawab tapi memilih memejamkan mata. Kontol saya terasa hangat di dalam memek Heni.
Saya:” Anget teh”
Heni:” Ia…” sambil mengecup bibir saya dan kami pun tertidur.

Saya pun membuka mata saya, saya lihat Heni masih terpenjam, terasa sedikit pengen kencing, dan kontol saya sangat keras, ternyata masih di dalam memek Heni.
Saya menoleh ke belakang, saya lihat sudah jam 7 pagi.
Saya mencoba menggerakan pantat saya maju mundur, lalu saya isep susu Heni, kami memang tidur tanpa sehelai kainpun. Saya singkirkan selimut agar leluasa. Saya pun mulai menggenjot memek Heni.
Seketika Heni membuka mata.
Heni:” Ughh keras banget, nyogong kanjutnya”
Saya pegang pantatnya dan saya dorong sedikit lebih cepat.
Heni:” Uggh nikmat aa” ucap Heni lalu melumat bibir saya.

Sekitar 5 menitan kami bersetubuh dengan posis seperti itu, lama ke lamaan terasa kurang nyaman.
Heni:”Aa, cabut dulu ya kontolnya, biar teteh yang di atas” ucap Heni sambil tangannya menarik lepas kontol saya.
Heni mendorong saya sampai terlentang, lalu dia menduduki perut saya, kemudian jongkok dan mundur sambil mengarahkan kontol saya ke lubang memeknya, setelah di rasa pas Heni menurunkan pantatnya dan bleesek…
Heni:” Uggh, masuk lagi kontolnya ke memek aku a” ucap Heni yang lalu menaik turunkan pantatnya, sementara saya meremas-remas pantat Heni, membantunya naik turun.
Cukup lama kami melakukan dalam posisi itu, mungkin karena masih pagi kali, saya tidak cepat keluar.
Heni pun meminta bertukar posisi karena kelelahan. Dengan posisi konvensional saya kembali menyetubuhi Heni.
Ploook..plook..benturan paha kami dan deritanranjang terdengar cukup nyaring.
Heni:” uggh aa, dalem banget nyodoknya aggh konttoool”
Saya dan Heni kemudian berciuman, Heni seperti sangat suka kalau lagi ngentot sambil berciuman.
Heni:” Uggh terus aa aghh enak” ucap Heni, lalu tiba-tiba tok..tok..tok..suara pintu diketuk.
Saya spontan berhenti.
Heni:” Udah genjot lagi aza aa, paling Fani lagi ugggh nikmat”
Plook…ploook…ploook kembali saya menyetubuhi Heni tanpa memperdulikan orang yang tadi mengetuk pintu.
Fani:” Mah…” tok..tok..tok..
Heni:” Biar aza aa, terusin kentot aku uggh”
Saya pun terus mengentot memek Heni. Lalu tiba-tiba pintu di buka dan Fani masuk, seketika saya kembali berhenti.

Heni:” tutup pintunya Fan…”
Fani pun segera menghampiri kami yang masih telanjang dan kontol saya nyata-nyata ada di dalam memek mamahnya.
Fani tampak cuek, meski matanya jelas melihat ke kemaluan kami yang masih menempel.
Fani:” Mah, dicariin mbak Wiwit, kata dia apa perlu jaga di depan lagi?
Heni:” Bilang ke Wiwit, gak usah, pagi-pagi mana ada tamu, paling yang mau pulang aza”
Fani:” Ya udah”
Heni:” Udah sana, mama mau lanjutin ngentot sama si Om”
Fani:” Mamah siang malam ewean mulu”
Heni:” Soalnya om juga jarang ke sininya, sana” setengah mengusir.
Fani pun segera pergi dan keluar dari kamar.
Saya:” kenapa gak dikunci saja teh?
Heni:” Kalau dikunci pasti malah report a, harus buka pintu, gpp Cuma Fani cuek aza, ayo ewe lagi”

Saya pun kembali mengenjot Heni, kali ini dengan kecepatan penuh.
Heni:” Uggh ayo aa, makin kenceng,aku mau dapet”
Saya:” Uggh ia teh, aku juga dah gak tahan”
Saya entot memek Heni secepat mugkin sambil kami berciuman, lalu saya tekan kontol saya dalam-dalam dan crooot..crooot…crooot, pagi ini kembali saya croot di dalam memek Heni.
Heni:” Uggh..ugggh…uggh…uhhhhaah”
Kami terdiam untuk beberapa saat sambil berciumandan kemudian saya berguling ke samping Heni.
Heni:” Lemes a?
Saya:” Ia..”
Heni:” Aku mandi duluan ya aa, aa disini dulu tidur lagi aza, nanti aku pijet biar segeran”
Saya mengangguk tanda setuju.
Heni pun segera bangun dan memungut pakaian yang berserakan dan kemudian masuk ke kamar mandi.
Saya pun tertidur kembali.

Saat saya bangun kembali, Heni sdh ada di samping saya duduk di pinggir ranjang, memakai kaos putih tanpa lengan dan rok mini span warna gading yang pendek sedang memijat lengan saya.
Saya:” Jam berapa ini ya?
Heni:”Jam 8.15 aa”
Saya:” Waduh udah siang ya”
Heni:” Biar saya pijitin dulu ya, paling 30 menitan”
Akhirnya saya biarkan Heni memijit saya. Setelah selesai di pijit sebenarnya belum terlalu banyak perubahan, saya putuskan untuk mandi, selesai mandi dan memberikan sejumlah uang ke Heni saya pun pamit pulang, badan terasa cukup letih. Tanpa mampir sana sini saya pun pulang ke rumah.

Ternyata saya sampai lebih dulu di rumah dari istri saya. Saya pun segera bermain dengan anak-anak biar badan terasa capek.
Sekitar setengah dua Dewi sampai di rumah dengan di antar bosnya, tetapi bosnya tidak ikut turun dari mobil.
Dewi tampak membawa cukup banyak belanjaan untuk oleh-oleh, anak-anak tampak antusias, bahkan dia membelikan baju untuk Jaka dan Bu Heti, hanya saya yang tak begitu antusias.

POV WIFE

Akhirnya saya sampai di rumah, saya cukup banyak membeli oleh-oleh untuk semua penghuni rumah. Setelah membagi oleh-oleh saya meminta izin ke suami saya untuk istirahat karena badan saya terasa pegal-pegal dan capek, suami saya tidak banyak bicara hanya mengangguk saja.

Saya pun langsung tertidur, sempat terbangun karena Revan minta nyusu, tapi kemudian saya pun tertidur kembali. Pukul lima sore saya terbangun, saya pun segera memandikan Revan dan akhirnya saya pun ikut mandi.
Setelah rapi saya pun menuju meja maka karena laper, setelah makan saya bergabung bersama suami saya dan Intan yang sedang nonton tv. Tidak seperti biasanya suami saya lebih banyak diam, dia hanya menjawab kalau saya tanya.

Malam harinya setelah makan malam saya langsung naik ke tempat tidur untuk menidurkan Revan dan kebetulan saya juga masih merasa letih. Setelah Revan tertidur suami saya pun masuk ke dalam kamar dan segera naik ke ranjang dan rebahan di samping saya.

Saya:”Pah, mamah capek, maaf ya gak bisa layanin papah mala mini”
Suami:” Ia mah, gpp” ucap suami saya pendek, sepertinya dia sedikit memendam kekesalan, tapi badan saya terasa letih. Saya pun segera tertidur.
Besok Harinya badan saya sudah lebih segar, setelah mandi saya segera menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anak dengan dibantu Bu Heti. Saya sdh izin ke si David untuk tidak masuk kerja hari ini.

Saat sarapan suami saya pun tidak banyak bicara sampai dia pergi ke kantor. Setelah mengantar Intan sekolah saya mempunyai banyak waktu di rumah. Sambil menemani Revan nonton tv, saya melihat ada pesan wa dari Luna, dia menanyakan tentang apa yang terjadi saat saya di Jakarta pergi dengan David.
Luna:” Kak, gimana kemaren, jadi, kakak ada main juga sama si David atau sama klien si David saja? Pesan Luna melalui Wa. Saya pun segera membalasnya.
Saya:”Sama kliennya saja” saya sengaja berbohong antara tidak enak dengan Luna dan entah kenapa saya merasa khawatir Luna akan merebut David.
Baru saya balas, si Luna langsung telpon saya.
Saya:” Ia Lun…”
Luna:” Ketemuan yuk…?
Saya:” Ayo aza, tapi kamu yang ke rumah ku aza”
Luna:” Habis kakak pulang kerja kah?
Saya:” Gak, sekarang aza, aku di rumah…”
Luna:” Oh, izin?
Saya:” Ia, capek…”
Luna:” Ok dech, tapi suami kakak gak ada di rumahkan?
Saya:” Gak ada, kenapa?
Luna:” Takut diperkosa..”
Saya:” Haha, udah ke sini aza, ngapain juga di rumah mulu”
Luna:” Ok”
Luna pun menutup panggilan.

Sekitar jam 10 saya pun pergi menjemput Intan, dan saat saya pulang Luna belum juga datang.
Setelah menemani Intan makan saya kembali duduk di depan tv dan sambil main hp, malas-malasan, Intan dan Revan pun asyik menonton kartun.
Lagi asyik main hp, bel di depan pun berbunyi, saya pun segera menuju pintu dan ternyata yang datang Luna.
Saya:” Lama banget, kemana dulu?
Luna:”Ya beres-beres rumah dulu kak”
Saya:” Ya udah ayo masuk”
Kami segera menuju ruang keluarga, melihat bibinya anak-anak saya segera merangkul Luna. Luna pun duduk diapit Revan dan Intan, saya duduk di ujung.

Saya:” Kenapa si Bobo gak di bawa, kan seneng main sama Revan dan Intan?
Luna:” ribet ah, harus bawa baby sister juga”
Saya:” Alah, jaga anak satu aja ribet”
Luna:” Hehe, biar kelihatan masih perawan kak, ke sana kemari sendiri”
Saya:” Alah, perawan boolnya”
Luna:”Haha, to the point”
Saya:” Eh, lupa buatin minum..”
Luna:” Udah, biar aku ambil sendiri aza kalau haus” Ucap Luna.
Intan dan Revan sudah duduk lagi di bawah dan focus dengan televisi.

Luna pun duduknya pindah mendekat ke saya.
Luna:”Kak, si David kemaren gimana?
Saya:” Kamu ini mau denger tentang aku atau si David?
Luna:” Hehe dua-duanya lah…”
Saya:” Si David gak ada ngapa-ngapain, habis makan malem trus deal sama Mr Lee terus dia molor di kamarnya, kayaknya aku juga gak tahu” ucap saya berbohong.

Luna:” Mr Lee, aku tahu orang itu, memang tampang mesum, terus kakak jadi ditidurin dia?
Saya:” Ia jadi”
Luna:” gila, ternyata Kak Dewi ini binal”
Saya:” Baru tahu kamu..”
Luna:” jadi selama di sana si david gak macem-macem sama kakak?
Saya:” Gak Lun, Cuma ternyata di sana aku suruh pakai rok mini sama blazer sama si david, jadi aku lepas hijab”
Luna:” Ha, terus..”
Saya:” Yaitu aku lepas hijab, aku turutin, maka roknya pendek banget, jadi aku pakai masker, takut ada yang kenal aku”
Luna:” Gila…pasti kemauan si Mr Lee?
Saya:” Ia, katanya kemauan Mr Lee, roknya pendek banget, jadi kalau duduk udah pasti kelihatan cangcut aku Lun”
Luna:” Gila, jadi kakak dientot sama Mr Lee?
Saya:” Ia Lun”
Luna:” Gila…”
Saya:” Tapi aku dapat banyak transferan hehe, si Mr lee pun ngasih tambahan”
Luna:” Gila demi duit?
Saya:” Ia dong..”
Kami pun ngobrol ngalor ngidul, sore hari Luna baru pulang ke rumahnya.

Malamnya suami saya meminta jatah, tapi entah kenapa saya malah menjadi malas melayaninya, dengan berbagai alasan saya menolak suami saya. Saya lebih suka bercinta dengan David, dan semakin terbbawa perasaan, seperti pada hari itu….

Pagi yang cerah, orang-orang sudah sibuk memulai pekerjaan, sementara saya dan david malah pergi ke sebuah Hotel.
Setelah masuk ke dalam kamar David segera memeluk saya, kami saling berciuman dengan mesra. Lidah kami saling bertautan, cukup lama kami berciuman, sedang tangan David tak henti-hentinya meremas pantat saya.
David:” Bibir kamu nikmat banget sayang, manis..” ucap David lalu kembali melumat bibir saya.
Saya:” uggh, mmmpphhhhhh…”
Tiba-tiba David mengangkat badan saya, baginya hal mudah dengan body besar dan berotot…
David kembali melumat bibir saya…
Saya:” Mmmuaaaach..mmmuaaach…”

Lalu tiba-tiba David melempar badan saya ke atas kasur…
Saya:” Aw, nakal ah”
Sementara david langsung menindih saya, dan berusaha mencium saya lagi..
Saya:” Uhh, berat sayang…” dengan cepat David membalik badan saya, sehingga sekarang saya yang ada di atas tubuhnya.
David:” Cium lagi dong sayang” sambil memonyongkan bibirnya.
Saya:” Manja banget, udah gitu remes pantat aku mulu”
David:” Hehe, mmmmph” saya segera melumat mulut David.
Kami pun berciuman lagi, setelah puas lalu saya berguling ke samping David.
Saya:” Sayang, orang lain pada kerja kita malah berduaan di kamar”
David:” Biarin sayang, kita kerjanya di atas kasur” ucap David sambil menjawil dagu saya dengan tangan kananya.

Sekarang posisi kami sama-sama miring dan saling berhadapan.
Saya:” Sayang, coba dari dulu kamu jantannya, gak perlu aku sampai diewe mr Lee”
David:” Sudahlah, yang penting kita bisa bersama sekarang”
Saya:” Sudah siap untuk bercinta hari ini? Ucap saya genit..
David:”Untuk kamu aku selalu siap”
Saya:” Aku lepas gaun aku dulu ya sayang” ucap saya dan segera turun dari atas ranjang.
Dengan berpose semenarik mungkin saya mulai melepas rok panjang ketat saya dengan membelakangi David.

Kemudian saya melepas baju atasan saya. Menyisakan pakaian dalam yang keduanya berwarna abu-abu dan hijab saja.
Saya:” Sayang, kutang sama cangcut aku lepas sekarang apa nanti? Sambil menghadap ke arah David.
Ternyata David juga sudah melepas baju dan celana panjangnya, hanya menyisakan celana kolor saja.
David:” Lepas sekarang saja sayang..” ucap David sambil matanya tak lepas menatap saya.
Saya pun segera melepas kutang saya dan melemparkannya ke David. Davd pun segera menciumi kutang saya, kemudian saya pun melepas cangcut saya dan saya lempar juga ke arah David, yang langsung di tangkap dengan tangannya, lalu diciumnya juga.

David:” Wangi sayang uhhh”
Saya:” Kamu bisa saja sayang…”
David:” Kamu pose dong saya, pose nungging”
Saya pun segera mengikuti kemauan David, saya segera menungging.
David tampak sudah duduk di tepi ranjang dalam keadaan bugil.
David:” di lebarkan dua kakinya sayang, biar aku bisa lihat heunceut kamu dengan jelas”
Saya:” Gini sayang” ucap saya sambil melebarkan kedua paha saya, memek saya memang masih berbulu lebat tapi sdh saya rapikan.
David:” Ia, bagus tahan” Lalu David mengambil kamera dan mempotret saya, sekarang memang sudah biasa kami mengabadikan apa yang kami lakukan.

David lalu menghampiri saya dan menarik saya agar berdiri lalu memeluk saya dari belakang.
David pun segera menciumi leher saya.
Saya:” Uggh geli sayang ahh..”
Ciuman David naik ke kuping saya. Saya tak mau kalah, saya remas-remas dan kocok-kocok kontolnya yang mulai menegang tapi sdh sangat besar.
Sayang:” Ugh geli banget” sambil saya sedikit menjauh..
David:” Kenapa sayang, masa geli banget”
Saya:” Bukan itu, tapi bulu dada kamu gesekin toket aku”
David:” Hehe…, ya udah sayang kamu sepong kontol aku saja dulu ya?

Saya pun tersenyum dan segera berjongkok di depan Kontol besarnya. Saya pukul-pukulkan sebentar kontolnya ke pipi saya.
Saya:” Kontol kamu koq bisa gede banget sich say” sambil saya melihat ke wajah si David.
David:”ia, biar Yayang aku suka hehe”
Saya:”ditanya serius…” ucap saya lalu saya mulai menjilati buah zakar David perlahan naik ke kontolnya.
David:” Uhhhh..aku rekam lagi ya say” tanpa menunggu jawaban di menyalakan lagi kameranya dan merekam saya yang sedang memberinya blow job.

Saya lumat kontol gedenya dengan mulut saya, saya dorong keluar masuk meski tidak sanggup masuk semuanya.
Saya:” Sayang, udah keras banget kontolnya”
David:” Kalau udah keras gimana sayang”
Saya:” Kalau udah keras, udah bisa di masukan ke heunceut aku”
David:” hehe ayo berdiri” Ucap David sambil menarik kedua tangan saya agar berdiri.

Setelah berdiri David segera mengangkat badan saya dan merebahkan saya di atas kasur. Lalu dia menarik dan membentangkan kedua kaki saya hingga lebar.
Lalu David jongkok di tengah selangkangan saya.
Tangannya mulai meraba-raba memek saya.
Saya:” Sayang uhhh…” David sempat melihat ke saya sebentar, lalu dia mendekatkan kepalanya dan menjulurkan lidahnya ke memek saya.
Saya:” Uggh..masuk sayang lidahnya ke heunceut aku..oh”

Melihat saya belingsatan, David semakin bersemangat, tangannya memilin itil saya.
Saya:” Ah Daaavid…kena itilku uhhhhh, enaaak..”
Lidah David pun menari-nari di tepat di lubang memek saya.
Saya:” Ugh basah sayang, heunceut aku enak akhhhh gak kuat”
David tak menghiraukan saya, saya pun tidak kuat lagi menahan gelombang orgasme…
Saya:” Ahhhh David aku dapet” saya pun mengejang menggapai orgasme pertama saya.
Mulut David tampak belepotan.

David:” Sudah siap sayang…?
Saya:” Bentar yang, aku masih lemes”
David pun mendekati saya dan kini mulutnya mencaplok susu saya. Dihisapnya pentil susu saya…
Saya:” Ahh, enak Yang”
David:” Koq gak ada asinya yang?
Saya:” Ia yang, udah beberapa hari ini gak ada keluar, mungkin karena aku dah jarang nyusuin anak aku, kamu mulu yang nyusu”
David:” Gpp dech tetap enak” Ucap David yang kembali menghisap pentil susu Saya.

Saya:” Yang, masukin, aku dah siap?
David:” di mana?
Saya:”Diheunceut aza, di bool gak mau pasti sakit, kontol kamu gede banget, bisa robek bool aku yang”
David pun tersenyum lalu kembali jongkok di dekat selangkangan saya. Dia memukul-mukulkan kontol gedenya di memek saya dan kemudian menempatkan tepat di lubangnya dan dia dorong perlahan, sedikit demi sedikit kontol David mulai tertelan oleh memek saya.
Saya:” Uh, besar sayang, kontol tersebar yg penuh masuk heunceut aku aaaah”
David:” Aku genjot ya sayang”
Saya:” Ia bebz” ucapku dengan tatapan mata sayu.

Segera David mulai menggenjot memek saya. Ranjang pun bergetar…
Ploook…ploook…ploookk..
Sambil mengentot Saya lalu David kembali mengihsap puting susu saya secara bergantian.
Saya:”aaaghh, enak banget sayang uhhh terus”
David:” memek kamu juga enak banget say, istriku gak ada apa-apanya”
Saya:” Uh Panjang sampai mentok ke Rahim aku sayang”
David:” Apa kita ceraikan istri dan kamu cerai sama suami kamu say, kita nikah”
Saya:” Cium aku sayang” Kami pun berciuman, lidah kami saling bertautan.

Kontol David semakin cepat keluar masuk memek saya yang sudah basah.
Saya:” Aku mencintaimu David” ucapku sambil melumat bibir David kembali.
Saya:” Ugggh mmmppph”
David tiba-tiba mencabut kontolnya. Dia memberi isyarat agar saya menungging.
Saya pun segera menungging dan bleesss… David kembali memasukan kontolnya.
Saya:” Uggh gede anjing” David segera menggenjot saya dengan cepat, sambil memeluk saya dari belakang, tangannya meremas-remas susu saya.

Saya:” Ahh ampun, enak, zinahi aku David, kontoli heunceut gue aaahhh”
Ploook..ploook…ploook.. suara benturan paha David dan pantat saya.
Genjotan David semakin kencang saja…
Saya:” uggh David kasar banget aaaah, henuceut aku panas aaghhh”
David:” Tapi kamu suka kan di kasarin, perek kayak kamu harus di kasarin” Ucap David sambil terus menggenjot dengan lebih cepat.
Saya:” Aku bukan perek, aku selingkuhan kamu sayang,ahhh koooontol aku dapet lagi”
Saya pun kembali mengejang. Badan saya langsung tumbang, terlungkup di atas kasur.
Plop… sepertinya David mencabut kontolnya.

David duduk di pinggir ranjang membiarkan saya yang kelelahan.
David:” Bilang Bebz kalau sdh siap lagi untuk aku ewe…”
Saya:” Bentar sayang, heunceut aku seprti kebas,lemes lagi” Ucap saya sambil memejamkan mata saya.
Tiba-tiba ponsel saya berbunyi.
Saya:” Sayang, ambilkan hp aku…”
David pun mengambil hp saya yang saya letakan di meja dekat telpon.
David:” Dari suami kamu, tulisannya my husband”
Saya segera bangkit.
Saya:” Mana,sini” saya segera mengambil hp dari tangan David
Saya:” Hallo Pah”
Suami:” Hallo Mah”
Saya:” Ia, ada apa Pah?
Suami:” Cuma mau ngasih tahu, hari Sabtu jangan ke mana-mana, launcing karaokenya Heni”
Saya:” Oh, ia Pah”
Suami saya pun menutup telponnya.

David:” ada apa?
Saya:” Buka apa-apa, dia Cuma ngecek heuncuet istrinya lecet gak abis kemasukan kontol gede kamu”
David:” Haha, bisa saja”
Saya:” Yuk, ewean lagi yang…”

David pun melirik saya
David:” Memang sudah kuat lagi..?
Saya:” Kamu kan belum keluar, ayo”
David:” Mau gaya apa?
Saya:”Kamu pangku aku aza ya, jadi kamu diem aza di situ” Ucap saya yang lalu turun dari ranjang dan naik kepangkuan David.
Saya pegang Kontol gedenya yang masih saja keras lalu saya pas kan dengan lubang memek saya. Setelah pas saya pun menurunka pantat saya lalu..bleees…

Kontol David pun tertelan oleh memek saya. Saya pun segera menaik turunkan pantat saya, sedang tangan David memegang pantat saya dan mulutnya menghisap puting susu saya lagi.
Ploook…ploook…plooook..
Saya:” Ughh nikmat sayang, posisi begini rasanya lebih dalam lagi nusuknya’
David:” Ia, enak banget memek kamu bebz” ucap David sambil menepuk nepuk pantat saya.
Saya pun mempercepat gerakan naik turun saya, kontol David terasa begitu keras dan besar.
Saya:” Heunceut aku penuh banget say, kontol kamu besar aaah”
David:” uh..hu..kayaknya aku mau bucat say, uggh”
Saya:” Barengan sayang ayo…”
Ploook…plooook…ploook…

Goyangan kami semakin cepat, David pun memeluk saya dengan erat, kini dia mengambil kendali dengan menggenjot saya dari bawah.
Saya:” Ugggh aku gak kuat sayang, zinah enak ahhhh”
David:” Barengan Dewi uugh” Ucap David yang lalu mengangkat pantatnya ke atas dan menekan kontolnya dalam-dalam. Crooot….crooot…crooot..
Terasa panas memek saya terkena semburan hangat sperma David.
Saya:” Ahh…ahhh…ahhh sayang panas heunceut aku, banyak banget peju kamu”
David:” Gimana kalau jadi anak say?
Saya:” Kita rawat say, aku kan ada suami juga, tapi aku rutin koq minum obat anti hamil” ucap ku sambil ngos-ngosan.
Kami terdiam beberapa saat.
Lalu David mengangkat badan saya dan kami berdua rebahan di ranjang.
Kami istirahat sejenak, karena David akan ada meeting kami pun segera berkemas dan meninggalkan hotel.

Hampir sebulan berlalu sejak saya melayani Mr Lee dan David waktu di Jakarta, hubungan saya dengan David justru semakin dekat, kami setidaknya lebih dari sepuluh kali kami kembali melakukan hubungan seks, bahkan saat jam kerja di hotel seperti yang diceritakan sebelumnya, sementara dengan suami malah sering ribut, walau ada satu dua kali saya tetap melayaninya walau tidak lagi dengan sepenuh hati, suami saya juga malah lebih focus ke bisnisnya buka karaoke sama Heni yang sebenarnya tidak saya restui.

Sementara Luna masih sering juga bertanya masalah David, tapi saya berbohong bahwa David tak lagi macam-macam sekaligus menutupi affair saya dengan David. Dari David saya tidak hanya dapat kepuasan seks tapi banyak mendapatkan uang atau hadiah.
Sementara Dendi suami saya tidak pernah bertanya lagi masalah Luna, sepertinya dia sdh melupakan keinginannya terhadap Luna. Hingga suatu hari, sebuah kejadian yang akan merubah segalanya.

Saat itu suami saya sdh berangkat ke Kantor dan saya pun sudah siap-siap untuk berangkat, tiba-tiba saya merasa kepala saya pusing dan mau muntah, saat itu saya yang sudah mau pergi keluar langsung lari dan masuk ke kamar mandi dan saya pun harus mengeluarkan semua makanan hasil sarapan sebelumnya lewat mulut juga. Badan saya terasa lemas. Akhirnya saya putuskan tidak berangkat ke kantor. Setiap melihat makanan atau mencium wangi sesuatu yang kurang enak, saya langsung merasa mual.
 
Hamil juga dari David

Jangan sampe pisah hu biar Dewi tetep ma suaminya tp binalnya makin binal
 
wah ..... halim nih si binal Dewi...
pertanyaannya.... siapa bapaknya ??

Dendi g merasa, David g yakin krn dewi pake pil.... hayoooo...

jgn2 bubrah semua deh...

lanjut suhu.... penasaran bingit.
 
Wah dewi Dihamili oleh david..... takkan akhirnya dewi berpisah dengan dendi.... wah...wah.... makin hanyut si dewi kesian dendi.... semoga dendi dapat pengganti yg lebih dari dewi.....
Tak apa kita sama2 tunggu kelanjutannya bagaimana.... terima kasih updatenya suhu....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd