Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Binalnya Istriku Dewi.

nggk sabar nunggu dewi di DP lagi seperti di villa dulu sama fadly dan om bob
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
saran hu, kalo bisa dikurangi adegan ngentot di tonton anak kecil
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Absen dulu ahh
Biar gak tenggelam....masih setia nunggu suhu
 
PART 69



POV WIFE

S
aya pun segera pergi untuk tidur karena besok pagi saya harus melayani Tirta dan Rey lagi. Saat masuk ke dalam kamar Hanum sudah tertidur di ranjang Intan bersama dengan Revan. Saya tidak tega membangunkannya saya pun mengajak Intan tidur di ranjang saya.

Kami tak lama segera tidur, saya sudah malas untuk mandi lagi.

Besoknya pagi-pagi aku sudah bangun dan sudah tidak lagi terlihat Hanum sementara Intan masih tertidur pulas, aku pun tertidur pulas karena kenikmatan seks yang saya dapatkan tadi malam sampai lupa menyusui Revan. Aku pun segera mandi untuk menghilangkan lengket di badan akibat persetubuhan tadi malam. Badan saya pun terasa segar kembali.



Setelah mandi saya pun segera merias diri untuk menyambut kedatangan Tirta dan Rey kembali. Di depan kaca aku pun berlengak-lenggok dalam hati aku tak menyangka dalam kondisi hamil aku masih lari saja hehe dan aku pun tak menyangka aku jadi begini, dari seorang ibu rumah tangga biasa sekarang menjadi seorang pelacur.

Aku pun sudah siap dan tampil cantik. Segera ku bangungkan Intan karena dia harus berangkat sekolah pagi-pagi dan kusuruh Hanum untuk memandikan Intan.





POV SUAMI


Saya lihat Yuniar keluar dari kamarnya, kini dia memakai kaos putih lengan panjang gambar hello kity yang kulihat sangat ketat mencetak lekuk tubuhnya dan mengenakan jilbab warna hitam sedang bawahannya dia mengenakan celana legging warna hitam yang juga tampak kekecilan hingga bagian selangkangannya pun tercetak. Yuniar seperti sedang menggoda saya. Saya pun melotot tanpa sadar menatap keselangkangan Yuniar. Yuniar pun berjalan menghampiri saya.

Yuniar:”Aduh kasihan si aa capek malah disuruh jagain Dedek, biar si Dedek sama neneknya aza aa” ucap Yuniar santai meski dia tahu saya memelototi selangkangan dia.



Saya:”Eh…anu gpp mah, biar sama saya saja, dia juga anteng ini malah mau tertidur” ucap saya.

Yuniar:”Ya udah gpp, biar akrab sama aa” ucapnya sambil duduk di samping saya dan tanganya pun menempel di tangan saya meski terhalang oleh bajunya yang lengan panjang.

Saya pun terasa panas dingin, ingin rasa ku banting dia dan langsung saya tindihin.



Tapi Yuniar tak berlama-lama duduk, dia pun segera berdiri lagi.

Yuniar:”Mamah siapin makan malam dulu ya a”

Saya:”Oh ia silahkan mah” ucap saya.

Yuniar pun kemudian berjalan tapi tidak melewati jalan yang sama saat ia duduk tapi melewati saya dia pun berjalan membelakangi saya karena jalannya sempit terhalang meja ruang tamu. Otomatis pantat dia pun berada di depan muka saya.



Mata saya pun memelototi pantatnya yang besar dan saya yakin masih kencang belum terlalu turun. Cetakan cdnya begitu nyeplak membuat tanpa sadar ada yang berdiri di dalam celana saya.

Yuniar:”maaf ya aa” lalu dia pun berjalan menuju dapur.

Saya pun segera menoleh melihat pantatnya bergoyang-goyang ditambah dia memakai legging yang sangat ketat.

Tiba-tiba Yuniar menoleh kebelakang dan tentu saja saya dia memergoki saya yang sedang memelototi pantatnya.

Dia hanya tersenyum dan kembali jalan meninggalkan saya.



Saya pun berpikir keras gimana caranya, apa dia memberi kode atau sekedar menggoda saya atau bagaimana saya belum berani berbuat nekat. Saat saya sedang melamun Ifah pun keluar dari kamar, dia seduah berganti pakaian memakai baju gamis lebar warna biru dan jilbab warna putih.

Ifah pun segera mendatangi saya dan berbicara.

Ifah:”Tidurkah si Tabah a?

Saya:”Hampir ni”ucap saya sambil memberikan Tabah kepada ibunya.

Ifah pun segera menggendongnya dan duduk di hadapan saya.



Saya:”Gimana bapak mau ikut gak besok jalan?2?

Ifah:”Tadi sich belum jelas jawabannya, katanya hari Jumat, hari pendek, gimana kalau hari Sabtu saja a?

Saya:”Kalau hari libur biasanya rame, aa takut ada orang yang kenal dengan aa”

Ifah:”Oh ia juga ya, ya udah nanti aku dan mamah bakal bujuk bapak lagi” ucap Ifah.

Lalu terdengar teriakan dari Yuniar.



Yuniar:”Neng, ajak suami kamu makan, makan malamnya udah siap” ucap Yuniar.

Ifah:”Ayo a,kita makan malam dulu,sekalian bantuin bawa piring-piring yang di meja ke belakang, Neng bawa si Tabah, belum mau tidur juga” ucap istri saya.

Saya pun membawa piring dari meja ruang tamu dan mengikuti Ifah yang sudah lebih dulu menuju dapur.

Sampai di dapur memang hidangan di meja makan sudah siap. Saya pun segera duduk setelah menyimpan piring-piring tadi.

Ifah pun duduk di samping saya sambil memangku si tabah yang tampaknya sekarang sudah tertidur sementara Yuniar sudah duduk lebih dulu di hadapan saya.



Saya:”Gak nunggu bapak?

Yuniar:”Tunggu bentar, paling bentar lagi pulang” dan benar selesai ucapan Yuniar terdengar pintu depan dibuka dari luar yang sepertinya Pak Hadi baru balik dari masjid.

Yuniar pun segera berdiri dan keluar dari dapur diikuti oleh pandangan saya yang focus kepada pantat besarnya.

Ifah:”Ehem, aa genit ih, segitu fokusnya ngelihatin pantatnya mamah aku hehe”



Saya pun terkejut dan mesem-mesem saja karena ketangkap basah.

Ifah:”Masih sexy yam amah, wajar sich belum tua amat, belum 40”

Saya:”Ia, apalagi pakai legging ketat gitu, sampai nyeplak”

Ifah:”Dasar, jangan-jangan kontol aa bangun ya?

Saya:”Hehe, ia, ya namanya lelaki ya normal”

Ifah:”Ia, tapi kan itu mertua aa juga hehe”

Tak lama Yuniar datang bersama Pak Hadi.



Mereka pun segera duduk di hadapan kami.

Tanpa banyak bicara kami pun segera menyantap makanan yang dihidangkan.

Kurang lebih setengah jam kami pun selesai makan malam.

Ifah pun mulai membuka obrolan sementara Yuniar sibuk membereskan bekas makan kami.

Ifah:”Gimana bapak besok bisa ikut kan?

Hadi:”Gimana ya, besok kan Jumat” ucap Pak Hadi.

Sementara saya lebih senang memperhatikan ke pantat Yuniar yang sedang mencuci piring bekas makan kami di westafel.



Yuniar pun ikut nimbrung sambil tetap mencuci.

Yuniar:”Pah, sekali-kali gak jumat’an gpp kali, sekali-kali kita jalan-jalan gak tiap hari juga” ucap Yuniar.

Saya:”Ya, kalau waktunya juma’tan kita bisa cari masjid” ucap saya.

Hadi:”Gak lusa saja nak, atau minggu?

Ifah:”Si AA gak berani kalau hari libur takut ada yang kenal dia katanya”

Hadi pun kemudian manggut-manggut.



Yuniar pun telah selesai mencuci piring dan duduk kembali di samping suaminya.

Yuniar:”Udah, gak usah banyak mikir, sekali-kali nyenengin istrinya kan, mau dibawa menantu jalan-jalan”ucap Yuniar.

Hadi:”Ya udah, bapak ikut”

Ifah:”Alhamdulillah”



Selanjutnya kami pun sempat menonton tv sebentar dan kemudian saya dan Ifah duluan masuk ke dalam kamr. Kami pun sudah berada di atas ranjang sementara si Tabah sudah tertidur sejak kami makan dan sudah disusui oleh Ifah.

Saya:”Aa mau beli tv dech buat di kamar, boleh?
Ifah:”Boleh banget atuh a, jadi gak rebutan aku sama mamah kalau nonton hehe”

Saya:”memang kamu sama mamah beda selera?

Ifah:”Mamah tuch senengnya nonton sinetron, kalau Ifah lebih suka nonton dangdut”



Saya:”besok dech pulang dari jalan-jalan kita beli tv sekalian dengan parabolanya”

Ifah:”Jadi kemana kita besok rencananya a?

Saya:”Nah kalau itu gimana Ifah saja, kemana kita?

Ifah:”Yah gampang, banyak tempat wisata di sini, ngomong-ngomong ini malam Jumat a, hihi” ucap Ifah di akhiri dengan tertawa cekikikan.



Saya:”Memang kenapa kalau malam Jumat?

Ifah:”Ih, malamnya ewean hihi”

Saya:”Nakal ya, bukannya tiap malam kita ngewe?

Ifah:”Hihi ia ya, kita masih penganten baru ya a” ucap Ifah sambil memasukan tangannya ke dalam celana saya. Dia mulai meraba-raba kontol saya dari balik celana dalam.



Saya pun sedikit bergeser sambil mulai meraba-raba kedua toketnya Ifah.

Ifah:”uuugh enak aa, remes yang kuat uuuuughhhh” ucap Ifah, kin tangannya telah masuk dalam celana dalam saya dan mengocok-ngocok kontol saya.

Saya:”Gede banget susumu neng” ucap saya.

Ifah:”Ia a, karena udah banyak yang ngeremes hihi”



Saya pun mulai menaikan dan menggulung baju gamis Ifah hingga ke perut. Tampak gundukan di selangkangan Ifah yang begitu menggembung tertutup celana dalam warna pink.

Tangan saya pun kini berpindah mengelus-elus memeknya Ifah dari balik celana dalamnya.

Ifah:”A, aa pengin Ifah berpenampilan gimana sehari-hari kalau di rumah? Ucap Ifah sambil menurunkan celana kolor berikut celana dalamnya. Kontol saya yang sudah mengeras pun segera mencuat kelur dari sangkarnya.

Saya:”Maksudnya gimana Neng? Tanya saya karena belum paham maksudnya Ifah. Sambil berucap demikian saya pun melolosi gamis Ifah melewati kepalanya hingga sekarang yang menempel di tubuh Ifah hanya jilbab, bh dan celana dalam saja.



Ifah:”Maksud neng, aa mau Ifah tampil gimana, soalnya semua suami kontrak neng dulu juga punya selera berbeda-beda, terutama suami neng yang pertama uuugh” Omongan Ifah terhenti karena saya kini kembali meremas-remas payudara Ifah. Saya pun mengeluarkan kedua payudara Ifah dari balik bhnya. Payudaranya benar-benar besar seperti miliknya Diah istrinya Fadli. Urat-urat yang membiru tampak begitu jelas.

Puting susunya begitu besar, berbeda dengan Diah yang tidak menyusui, sehingga puting susunya Ifah tampak begitu besar jauh lebih besar dari putingnya Dewi.



Saya pun segera mencaplok susunya Ifah dan mengemut putingnya.

Ifah:”Aagh…uugh enak Aa…. Suami kontrak Ifah selalu minta Ifah tampil sexy kalau di rumah, dan gak boleh pakai jilbab, jadi dia sering belikan baju yang sexy dan mini kada puser Ifah kemana-mana hihi ighhh geli bayi besar aaaagh” erang Ifah saat saya menyedot asinya yang mengalir jauh lebih deras dari punya Dewi sedang satu tangan saya meremas payudaranya yang sebelah kanan hingga asinya pun muncrat-muncrat.

Saya pun menjadi penasaran dengan ucapan Ifah. Saya pun melepaskan puting susunya Ifah dan hanya saya tarik dan remas hingga asinya muncrat dan saya arahkan ke mulut saya.



Ifah:”aaagh bayi besar nakal, susunya mamahnya diremas-remas uuugh”

Saya:”hehe, terus neng jadi kamu di rumah sehari-hari pakai pakaian sexy? Apa gak diomelin sama mamah dan bapak kamu neng?

Ifah:”Nggak, karena mereka paham, neng kan istri kontrak harus nurut gimana mau yang ngontrak, jadi mamah pun cuek aza biar neng pakai pakaian sexy, jadi neng tanya aa mau neng tampil kayak gimana?

Saya:”kalau aa sich kayak sekarang aza gpp koq neng”



Ifah-“Oh, jadi seperti biasa saja, uuugh jangan ditarik aa, pentilnya sakit” ucap Ifah sedikit mengerang karena saya tarik puting susunya.

Saya:”Bukan, maksud aa seperti sekarang ini” ucap saya sambil menujuk ke Ifah lalu saya pun mencaplok susunya Ifah yang sebelah kanan.

Ifah:”uuuh jadi aa ma Ifah Cuma pakai jilbab, terus gak pakai baju, Cuma pakai bh sama cangcut doang gini?

Saya pun memberi isyarat dengan mata saya bahwa memang itu maksudnya.



Ifah:”aaaaaah, bayi besar ini nakal banget, puting mamahnya dicupangin”ucap Ifah karena saya baru saya memberi cupangan di dekat putingnya Ifah.

Ifah:”Aaagh aa, nanti Ifah bilang ke mamah dan bapak kalau aa mau Ifah sehari-hari tampil seperti sekarang uuughhh” ucap Ifah sementara saya makin semangat menghisap dan meminum asinya Ifah yang mengalir deras.

Sementara Ifah terus mengocok-ngocok kontol saya meski pelan.



Saya pun menarik tangan Ifah yang sedang mengocok kontol saya dan membentangkan kedua tangannya di belakang kepala. Ketiak Ifah pun kini terbuka dan hanya sedikit ada bulu-bulu halus.

Saya pun segera melumat dan menyapukan lidah saya di permukaan ketiak Ifah.

Ifah:”Aaagh geli uuuuuh, aa suka jilat ketiak ya aaaagh”

Saya tak menghiraukan ucapan ifah tapi terus menyapukan lidah saya di ketiak Ifah yang sebelah kiri dari atas ke bawah.



Ifah:”Aaagh gila geli uuugh, gak ada suami ifah sebelumnya yang suka jilati kelek aaaaghhh” Ifah pun menggelinjang membuat ranjang berderit-derit.

Saya pun kini menindih bada Ifah dan menjilati ketiaknya yang sebelah kanan.

Ifah:”aaaagh ampuuun hihih, geli uuuugh” ucap Ifah sambil mengeliat hingga kembali ranjang yang rangkanya terbuat dari besipun kembali berderit.



Kali ini saya pun memberi cupangan di ketiak kanannya Ifah.

Ifah:”aaah, ketiak neng aa cupangin?

Saya pun melepaskan ketiak Ifah dan kemudian saya menyingkap jilbab Ifah sedikit ke atas hingga lehernya terlihat. Lidah saya segera saya julurkan menyapu lehernya Ifah.

Ifah:”aaagh aaa” erang Ifah sambil tangan kembali memegangi kontol saya.

Saya:”Neng, aa pengen ketiak kamu berbulu lebat, jadi nanti jangan dicukur ya” ucap saya sambil menjilati leher Ifah yang sebelah kanan kembali.



Ifah:”aaaah, mau ketiak Ifah berbulu lebat, aa suka ketiak yang berbulu uuuugh, jangan-jangan teh Dewi juga lebat ketiaknya?

Saya:”Ia, aa yang minta” ucap saya dan kembali menjilati leher dan belakang kuping Ifah lalu sesekali saya beri gigitan kecil hingga timbul warna merah.

Ifah:”Aaagh, uuugh geli tapi enak aaaa”

Kini Kepala saya sudah berpindah dan melumat bibirnya Ifah. Kami pun berciuman dan saling bertukar ludah dan lidah kami saling bertautan.



Ifah:”mmmmmzzzzh…mmmmmzzz..muaaaach….muaaaaaaach”

Saya kemudian melepaskan lumatan saya di bibirnya Ifah dan saya kembali berbicara kepadanya.

Saya:”Sayang, ada satu lagi yang aa amu dari kamu” ucap saya.

Ifah:”Ia sayang, apalagi yang harus neng lakuin buat aa?

Saya:”Aa ingin Ifah jadi lebih binal kalau melayanin aa atau sehari-hari di rumah, gimana?

Ifah tampak menatap mata saya dalam-dalam.



Ifah:”Binal gimana sayang, neng gak ngerti”

Saya:”aa mau Ifah binal seperti pelacur” ucap saya.

Ifah:”Hah, Ifah belum pernah jadi pelacur sayang, tapi demi kamu dan demi dapat cinta kamu apaun Ifah lakukan”

Saya:”Ia, improvisasi Ifah aza gimana, terserah kamu sayang”

Ifah:”Ia a, nanti Ifah belajar jadi pelacur untuk suami Ifah hehe, yuk lanjutin Ifah pengen eweaaan” ucap Ifah dengan suara mendesah dan mata saya.



Saya pun kembali melumat bibirnya Ifah. Sementara Ifah berusaha menurunkan celana dalamnya.

Saya pun segera bangkit untuk membantu Ifah melepaskan cdnya.

Ifah:”Copotin cangcutnya neng a, udah gatel pengen dimasukin kontol panjangnya aa hi..hihi” ucapnya dengan suara sedikit parau.

Saya pun segera menarik lepas cdnya istri saya dan melemparnya ke lantai.



Ifah:”Aa mah kebiasaan, suka lempar jauh-jauh cangcut neng”

Saya hanya tersenyum dan tak mengomentari ucapan Ifah. Saya pun segera melebarkan kedua paha Ifah dan Ifah pun segera menekuk kedua lututnya.

Semntara Ifah tampak mencopot bhnya dan menaruh di samping badanya.

Saya pun segera menempatkan kontol saya di memek Ifah, saya mainkan sebentar itilnya Ifah dengan jempol saya.



Ifah:”Aaaagh aa, enak uugh itilnya neng digituin uuuh, tapi pengen diewe a, masukin kontolnya aaagh” ucap Ifah sambil kedua tangannya memilin-milin puting saya.

Saya mulai menekan kontol saya ke memeknya Ifah yang sudah basah. Perlahan dan pasti kontol saya pun mulai tertelan di dalam memeknya Ifah.

Ifah:”Aaagh masuk sayang, uuuh enak aaaaghhhhh” ucap Ifahsambil kini tangannya berpegangan di kedua pundak saya. Tangan saya yang sebelumnya memegangi pahanya saya pindahkan ke toket Ifah. Saya mulai meremasnya sambil mendorong kontol saya lebih dalam lagi.



Ifah:”Uuugh, nojos sampai Rahim neng kontolnya a uugh” erang Ifah lagi.

Saya pun mulai maju mundur mendorong keluar masuk kontol saya di memek istri saya.

Plooook…plooook…plooook benturan antara paha saya dan pantatnya Ifah mulai mengisi ruang kamar yang sunyi. Ranjangp pun mulai berderit-derit dengan kencang.

Saya:”Uuugh enak sayang, memek kamu masih sempit banget”

Ifah:”Aaahh kontol aa juga enak banget aaaaaah…aaahhh….aaah” erang Ifah. Ifah tampak berusaha melepas jilbabnya mungkin karena merasa kurang nyaman. Kini rambutnyanya tergerai dan sudah mulai acak-acakan.



Ploook…plooook…plooook bunyi benturan anggota tubuh kami dan deritan ranjang semakin nyaring terdengar dan saya yakin suaranya cukup jelas kedenganran sampai keluar kamar.

Saya:”Neng, gak pengen ganti kasur?

Ifah:”Memang kenapa sayang, kurang empuk ya?

Saya:”Uuugh maksudnya ganti ranjang saya, ini kan berisik banget, untuk bapak sama mamah pengertian, tapi kalau pas ada tamu pasti kita gak nyaman mau ngewe”

Ifah:”Uugh gpp sayang, Ifah justru suka bunyinya, biar aza semua yang di rumah tahu kalau kita lagi ewean biar pada kepengen hehehe, uugh…uuughhhhh terus sodok memek Ifah yang kenceng aa” ucap Ifah



Saya:”Heunceut Ifah, Heunceut Ifah uuugh” ucap saya sambil lebih keras menyodokan kontol saya dan lebih cepat.

Ifah:”ia aaaa lebih kenceng aaaa, ewe heunceut Ifah aaaaa”

Deritan ranjang pun semakin keras hingga membuat Tabah menangis.

Kami pun reflek terdiam dan saling pandang padahal seharusnya Ifah segera mengambil anaknya.

Sampai terdengar suara Yuniar dari luar kamar.



Yuniar:”Neng, biar si dedek ibu, jadi gak ganggu kamu ngentot” ucap Yuniar diakhiri ucapan vulgar.

Ifah:”Bentar, aa, cabut dulu kontolnya” ucpa Ifah.

Saya pun terpaksa mencabut kontol saya padahal lagi nikmat-nikmatnya.

Ifah pun segera bangun dengan telanjang bulat dan memangku anaknya. Ifah pun duduk di tepi ranjang.

Ifah:”Mah, neng nyusuin dulu Tabahnya, nanti neng kasih ke mamah” ucap Ifah dan segera menyusui si Tabah.

Yuniar:”Ia, nanti titipin di kamar mamah aza” ucap Yuniar.



Ifah pun tampak sudah selesai menyusui si tabah dan tampak anak tersebut sudah tertidur kembali.

Ifah segera bangkit sambil tetap menggendong si Tabah dan tampaknya dia mengambil handuk yang teergantung di kapstop belakang pintu.

Ifah:”Aa, pegangin Tabah bentar , neng pakai handuk dulu”

Saya pun segera turun dan menerima tabah dan tangan Ifah.



Ifah pun segera mengenakan handuk yang seperti kekecilan karena body dia yang cukup tinggi dan semok.

Ifah:”Siniin lagi a”

Saya pun kembali menenyerahkan tabah ke tangan Ifah.

Ifah pun segera menggendongnya dan membuka pintu kamar.

Memakai handuk yang mini membuat lekuk tubuh Ifah semakin tercetak sementara biasanay dia memakai baju gamis lebar. Pantatnya lebih terlihat besar.

Ifah:”Ifah ke kamar mamah dulu a” ucap Ifah dan berjalan keluar kamar.

Plaaaak… saya pun tak tahan untuk tidak menampar pantat besarnya Ifah.



Ifah:”aaaw, kaget neng hihi” ucapnya sambil mengusap-usap buah pantatnya sendiri yang terbungkus handuk wana putih yang menutupi sebagian pahanya mungkin 20 cm di atas lutut.

Ifah pun segera berjalan meninggalkan saya.

Saya pun segera naik ke ranjang tanpa memperdulikan pintu kamar yang terbuka lebar karena saya yakin Pak hadi dan Yuniar sudah di dalam kamarnya.



Tak lama ifah pun kembali dan segera melepas handuknya padahal belum masuk kamar dia pun tampak menggoda saya dengan berjalan mengangkang memperilhatkan memeknya yang penuh bulu.

Ifah:”hihi, pelacurmu masuk kamar lagi a” ucapnya sambil menutup pintu kamar tanpa menguncinya.

Ifah pun setengah berlari segera naik ke ranjang dan menindih saya.

Ifah:”Aaagh gak kuat aa, memek aku pengen diewe hihi” ucapnya sambil melumat bibir saya kami pun berpelukan sambil berciuman.

Saya:”Heunceut neng, biar lebih nakal”

Ifah tidak memnjawab tapi terus menciumi saya.



Tak lama tangan Ifah bergerak ke bawah dan mengarahkan kontol saya ke memeknya. Dengan sedikit mengangkat pantatnya Ifah pun memasukan kontol saya ke memeknya dia.

Bleseeeek….

Ifah:”Aaagh masuk lagi uuuuh” ucap Ifah dan segera bangkit lalu naik turun menggenjot kontol saya.

Kedua toket Ifah pun tampak bergoyoang-goyang. Saya pun segera menjamahnya dan meremasnya dengan kuat.

Ifah:”Aaagh remes yangk kuat sayang, masih banyak asinya koq, masih berat nenen aku” ucap Ifah.

Dan benar begitu saya remas asinya Ifah pun muncrat-muncrat mengenai dada dan muka saya. Saya pun segera membuka mulut untuk menerima asi yang muncrat-muncrat. Sangat hangat dan terasa cukup manis.



Ifah:”aaaaah sayang uuugh enak aaaah” racau Ifah.

Memeknya Ifah terasa semakin lengket apa dia sudah orgasme tanpa sepengetahuan saya.

Gerakan naik turun dia pun semakin lambat.

Saya pun melepaskan kedua payudara Ifah dan kini saya memegang pantat Ifah dan menaik turunkan pantatnya.

Ifah:”Aaagh aaa, ampun enak banget aaah ewean jero pisan aaaah”

Plook…plooook…plooook



Benturan pantat ifah dan paha saya serta erangan Ifah yang cukup kencang mengisi ruangan kamar kami.

Ifah:”Sodokan yang kencang aaaaaaah, gak kuat Aaaah”

Saya pun segera mempercepat sodokan kontol saya dari bawah, sangat menguras tenaga karena body Ifah yang besar cukup repot saya menaik turunkan badannya. Keringat pun sedah membasahi sekujur tubuh kami.

Plooook…plooook…plooook



Ifah:”anjir nikmaaaaaat aaaaa Ifah gak kuat”

Saya:”Aa juga neng barengan uuuugh” ucap saya sambil menyodokan kontol lebih cepat.

Ifah:”Sayaaaang uuugh gak kuat aaahgh buacaaaatkan di heunceut neng aaah”

Saya:”Aaaagh….aaaaagh..aghhhhhhhhhhhh” saya pun mengejang dan membenamkan kontol saya dalam-dalam ke memeknya Ifah.

Croooot…croooot…crooooot sprema saya pun memenuhi memeknya Ifah.



Kami pun terdiam beberapa saat hanya kemaluan kami yang berkedut-kedut di bawah sana.

Ifah pun ambruk menindih tubuh saya dan kami pun segera berciuman. Sementara tangan saya meremas-remas pantatnya Ifah dan sesekali menampar pantatnnya.

Setelah cukup lama kami pun saling melepaskan lumatan bibr kami dan Ifah pun segera berguling ke samping tubuh saya. Lagi-lagi saya lupa meminum obat kuat dari Donatus. Kontol saya pun sudah melemas dan tampak mengkilat basah oleh cairan Ifah dan sperma saya.



Ifah tampak memejamkan matanya sambil mengatur nafasnya.

Saya:”Neng, listrik di sini berapa kapasitas dayanya?

Ifah:”900 aza a, kenapa?

Saya:”Wah perlu di tambah, aa kayaknya perlu ac”

Ifah:”Oh, boleh nanti Ifah bilang bapak ya” ucap Ifah sambil memiringkan tubuhnya dan segera memeluk saya.



Saya:”Gimana kamu puas neng?

Ifah:”Puas a, nikmat ewean sama aa, henucet Ifah rasanya anget banget sama pejunya aa hihi”

Saya:”Mudah-mudahan jadi anak yang sayang” ucap saya sambil mengecup bibirnya Ifah.

Ifah:”Gak bisa a, Ifah rutin minum pil kb dan jamu juga biar gak hamil”

Saya:”Lho, katanya Ifah mau hamil oleh aa?



Ifah:”Ia, tapi bukan sekarang a, tabah kan masih kecil, aa gak marah kan, kalau aa mau Ifah cepet-cepet hamil ya Ifah gak minum lagi obatnya”ucap Ifah dengan raut wajah yang tampak agak khawatir. Mungkin dia takut saya kecewa.

Saya:”Ya gpp sayang, ia, Tabah masih terlalu kecil juga kasihan, gpp koq”

Ifah:”Makasih ya a, Aa mau ewean lagi gak, kalau gak neng mau mandi dulu”

Saya:”Gak, besok lagi aza, kita kan mau jalan besok”

Ifah:”Ia, mamah juga gak ngewe sama bapak, katanya bapak cepet tidur karena besok mau jalan-jalan lagian bapak capek seharian di kantornya, di sawah hihi”



Saya:”Kalau gitu kasihan mamah Yuniar, apa biar aa gantikan aza?

Ifah:”Haha, nakal ya” ucapnya sambil mencubit hidung saya.

Saya pun membalas dengan meremas-remas pantatnya Ifah.

Ifah:”Besok aza, aa perkosa mamah aku hihi, gimana kalau kita jalan-jalannya nginap a, nah pas di penginapan aa perkosa dech mamah aku hihihi” ucap Ifah dengan suara pelan diakhiri tertawa, mungkin dia Cuma bercanda.



Saya:”Hehe, entar aa dibacok sama bapak kamu lah”

Ifah:”Ya kalau bapak gak tau ya gak bakal, nanti Ifah ajak bapak jalan, nah aa tinggal berdua sama mamah, aa perkosa dech mamah aku haha”

Saya:”Serius?

Ifah:”Hihi, mau mandi ah” ucapnya sambil bangun dan segera turun dari ranjang.

Plaaak saya pun menampar pantat Ifah dengan keras saat dia mau turun.



Ifah:”Ih, sampai merah gini, suka banget namparin bool neng”

Tampak warna merah di pantat Ifah yang memang berkulit putih sehingga kontras sekali meski sebenarnya badan Ifah dari luar gak terlihat tertalu putih.

Saya:”Makanya punya bool jangan terlau gede, jadi menggundang orang jahil hehe”

Ifah:”Huh, bool teh Dewi kecil ya hihi” ejek Ifah karena dia tahunya dulu dewi memang begitu ramping dan pantatnya tidak besar seperti sekarang.



Saya:”Udah gede juga sekarang mah”

Ifah:”Pasti aa tamparin terus jadinya bengkak hihi, udah mau mandi” ucap Ifah sambil mengambil bhnya dari ranjang.

Saya sempat meremas-remas susunya yang mengantung Indah.

Ifah:”aaah, nakal terus udah ih, tidur sana, biar bangun pagi” ucapnya sambil menepis tangan saya.

Ifah pun kemudian memungut cdnya dari lantai dan mengenakan handuk yang tadi. Dia pun segera pergi keluar kamar.

Saya pun segera memejamkan mata sampai tak sadar akhirnya tertidur.
 
PART 70



POV WIFE




Setelah Intan berangkat ke sekolah diantar oleh Hanum saya duduk di sofa ruang tamu menunggu Tirta dan Rey datang. Benar saja tak lama mobil kemaren datang dan segera masuk ke halaman. Pos dalam keadaan kosong karena si Donatus tampaknya sudah pulang dan gak ada yang gantikan, biasanya ada temannya yang saya gak kenal biasa menggantikan Donatus tapi hari ini tampak gak muncul.



Saya pun segera menyambut Tirta dan Rey di teras rumah. Mereka pun segera turun dari mobil dan menatap saya yang saat ini mengenakan baju gamis warna ungu bunga-bunga yang mana rok sama bajunya terpisah bukan baju terusan, kain baju dan rok saya kenakan tergolong tipis tapi tidak transfaran. Karena ini baju lama lekuk tubuh saya yang sedang hamil tercetak dengan jelas.

Jilbab putih saya kenakan di kepala saya.



Tirta yang pertama melakuan pembicaraan.

Tirta:”Wah, sang bidadari rupanya sudah menunggu kita Pak Rey”

Rey:”Ia pak, Dewi kamu cantik sekali, andai belum punya suami saya nikahin kamu hehe”

Saya:”Udah ah jangan pada gombal ayo masuk” ucap saya dan segera berbalik berjalan lebih dulu di depan mereka.



Plaak… tepat saat saya berjalan membelakangi mereka, salah satu dari mereka menampar pantat saya.

Saya:”aaaww, ih siapa nich yang nepok boolnya Dewi? Ntar kelihatan tetangga” ucap saya sambil melihat ke arah rumah yang bersebrangan dengan rumah kami, untung tampaknya sepi gak ada orang.

Tirta:”Habis pantat kamu makin gede aza bu Dewi, ngegemesin ia gak pak Rey” ucap Tirta, rupanya dia yang barusan menampar pantat saya.

Tirta:”Hehe, benar sekali pak”

Saya hanya geleng-geleng kepala dan segera masuk melewati pintu depan.



Saya:”aaagh, nakal banget ih” ucap saya lagi-lagi menepis tangan Tirta yang kini malah meremas-remas pantat saya dari belakang.

Tirta hanya senyum-senyum saja dan segera menutup pintu begitu kami semua sudah di dalam.

Saya:”Om, nakal banget ih, mentang-mentang gak ada suami Dewi, seenaknya meremas dan nepok pantat Dewi” ucap saya sambil tersenyum.

Tirta:”Ada gak ada gak pengaruh bagi om, depan suami kamu juga oM kan pernah ngewein bu Dewi”

Saya:”Dasar cabul” ucap saya sambil setengah berlari menuju sofa tapi lagi-lagi Tirta menampar pantat saya beberapa kali sampai kami berdua duduk.

Plaaak…plaaak…plaaaak…



Saya:”aaaw, ih cabul banget, pak Rey tolong ih Dewi dicabuli terus nich sam Om Tirta hihi” ucap saya sambil cekikikan karena Tirta malah menggelitik pinggan saya.

Rey yang duduk di kursi single sendiri, hanya senyum-senyum saja, sepertinya dia sedikit pendiam.

Kini Tirta malah memeluk saya dari samping dan tangannya sudah meremas-remas tetek saya.

Saya:”Aaagh nakal banget Om ini, ini masih pagi ih, gimana nanti kalau jadi nikah sama bibi aku, Dewi makin sering dicabulin hihi”



Tirta:”Tapi suami kamu yang lebih dulu nyabulin calon istri oM, rupanya bibi kamu sudah pernah dikentot suami kamu ya”

Saya:”Tapi Om jadi kan nikahin bibi aku”

Tirta:”Jadi dong”

Saya:”Biar bisa sering cabulin aku ya”

Tirta tidak menjawab tapi segera melumat bibir saya sambil tangannya tak berhenti meremas tetek saya.



Saya:”Aaagh, mmmmmpz oooom”

Saya pun segera mendorong Tirta menjauh.

Saya:”Ih, Om gak malu apa sama Pak Rey, gak sabar amat” ucap saya

Tirta:”hehe, soalnya kamu menggoda banget Bu Dewi.

Tirta kembali menciumi saya lalu tiba-tiba pintu depan di buka dan Hanum masuk ke dalam. Dia pun kaget melihat saya sedang di peluk dan diciumi oleh Om Tirta.



Tirta pun segera melepaskan saya.

Hanum:”Maaf tan”

Saya:”Gpp Han, nanti jangan lupa jemput ya kalau sudah jam pulang”

Hanum:”Ia tan, permisi” ucap Hanum sambil segera berjalan setengah berlari meninggalkan ruang tamu.

Saya:”Om nakal banget ih, berapa kali aku dipergokin Hanum lagi om cabulin, sekarang aku lagi diciumin Om dan nenen aku diremes-rems sama Om, kemaren lebih parah, tangan Om lagi mainin itil dan heunceut aku” ucap saya sambil pura-pura cemberut.



Tirta:”Hehe, kalau cemberut kamu makin menggairahkan bu Dewi”

Saya:”Udah ah, gimana mau pada sarapan dulu, biar tenaganya kuat buat ngentotin aku hihi” ucapku nakal.

Tirta:”saya dan Pak Rey udah sarapan di hotel”

Saya:”Oh terus sekarang gimana?

Tirta pun menoleh kepada rey lalu berbicara lagi.



Tirta:”Sekarang tinggal ngewe sama Bu Dewi”

Saya:”Hihi, cabul ih, Om suka banget nyabulin istri orang”

Tirta:”Kalau istrinya kayak kamu gimana gak om cabulin hehe” ucap Tirta kembali melumat bibir saya tapi saya segera mendorong dia.



Saya:”Udah ah, kasihan pak Rey, jadi gimana, kalau mau memperkosa aku di mana hihi” ucap saya tak kalah nakal.

Tirta:”Katanya Pak Rey mau di kolam renang lagi, bu Dewi punya pelampung yang besar?

Saya:”Ada kayaknya, suami saya yang beli, buat apa? Pak Rey gak bisa berenang? Tanya saya sambil melihat kepada Rey.

Tirta:”Bukan Pak Rey mau ngewein bu Dewi di atas pelampung katanya”

Saya:”Hihi, gak leluasa dong rey kalau kamu mau ngewein aku di atas pelampung ya ada jatuh kita hihi”

Rey:”Ya kalau jatuh paling juga basah wi”



Saya:”Ya udah kalau gitu kita ke kolam sekarang”

Tirta:”Ok ayo Pak Rey” ucap Tirta mengikuti saya berdiri dan tiba-tiba dia memegang kaki saya dan lalu menggendong saya.

Saya:”awww ah om”

Tirta hanya tertawa dan dia pun menggendong saya sambil meremas-remas pantat saya malah dia begitu nakalnya menarik-narik cangcut saya.



Saya:”Om, jangan ditarik-tirk gitu cangcutnya aku dong, nanti robek”

Tirta kembali tertawa dan berjalan menggendong saya melewati ruang tamu di mana Hanum sedang menonton tv menemani Revan anak saya.

Revan pun sempat melihat ke saya tapi kembali focus ke tv sementara Hanum tampak kaget dan pura-pura tidak melihat.

Kami pun segera melewati ruang tengah menuju ke dapur. Tampak Bu Heti sedang membersihkan kompor ga terkeju melihat saya digendong oleh Tirta.



Saya:”Aaagh Om malu aah, udah jangan remes bool aku terus” ucap saya sambil melihat Bu Heti yang langsung menunduk begitu saya menatapnya.

Tirta pun dengan cueknya segera membuka pintu dapur dengan tetap mengendong saya dan kami pun sampai di kolam renang.

Tirta pun menurunkan saya di tepi kolam. Karena masih pagi tidak terasa panas apalagi banyak pepohonan.



Saya:”Bentar ya, di mana pelampungnya ya” ucap saya sambil mata saya bergerak keseliling kolam. Tapi saya tidak menemukannya.

Tirta:”Biar saya tanya ke pembantu kamu yang di dapur, mungkin dia tahu?

Saya:”Ia, Om saja yang tanya yaa” ucap saya sambil duduk selonjoran di dekat kolam.

Rey pun ikutan duduk di samping saya.



Sedangkan Tirta segera menuju dapur kembali. Tak lama dia kembali membawa pelampung yang tampaknya masih kempes dan juga pompa angin yang diinjak.

Tirta pun segera menaruhnya kedua benda tersebut dan membentangkan pelampung . Tirta pun segera menginjak pompa angin dan pelampung pun segera membesar. Cukup besar juga muat buat 4-5 orang dewasa dan untung kolam renang kami pun berukuran cukup besar, sepertinya sengaja dibeli oleh Dendi suami saya agar muat buat kami berdua dan anak-anak dan saya dan saya baru sadar ternyata pelampung tersebut berbentuk burung flamengo .



Tirta pun segera memlepar pelampung tersebut ke kolam renang.

Tirta:”Ayo ladiest first…” ucapnya.

Saya:”Aduh, takut ah aku naiknya om”

Tirta:”Ya udah saya naik duluan” ucapnya dan segera naik ke pelampung.

Tirta:”Pak Rey, bapak pangku Bu Dewi biar saya terima dari sini” ucap Tirta.



Rey:”Mari Dewi” ucapnya sambil memegang kaki saya dan mengangkat badan saya. Badan Saya pun kemudian diserahkan kepada Tirta yang menerimanya di atas pelampung. Tepat saat badan saya digendong Tirta pelampung pun goyang dan saya pun kaget lalu menjerit.

Saya:”awwwww jatuh…jatuh”

Untungn ya Tirta sigap langsung menyeimbangkan badannya dan mendekap saya.

Saya:”Aduh, rasanya mau copot jantung aku om, bikin kaget aza”

Tirta:”hehe, ternyata bada Bu Dewi berat juga, mungkin karena lagi bunting hehe”



Sementara Rey pun segera naik ke atas pelampung dan kami pun segera duduk dengan saya berada di tengah2.

Tirta:”Wah segarnya udara, tambah banyak pohon, bagus suami bu Dewi buat kolam renang di sini dikelilingi pohon rindang”

Rey:”Ia, tapi sayang sekarang bini dia kita yang apit hehe”

Saya:”Ia, istrinya gak aman, diapit dua lelaki mesum hehe” dan selesai ucapan saya Tirta dan Rey mulai menggerayangi tubuh saya. Tangan mereka berdua masing-masing meremas satu tetek saya.

Saya:”Uuuugh….uuuuuughhhh” saya pun mulai mendesah.



Tirta ku lihat menurunkan kakinya ke air untuk mendorong pelampung agar bergerak ke tengah.

Tiba-tiba Rey berbicara.

Rey:”Wah, gak seru Pak Tirta, gak ada anaknya Bu Dewi kayak tadi malam”

Saya:”Kenapa memangnya? Anak saya Intan lagi sekolah”

Rey:”Ada anak kamu, saya lebih semangat ngewein kamu Dewi hehe” ucap Rey sambil terkekeh.



Saya:”Dasar, puas ya nodain aku depan anak aku”

Rey:”Puas banget, apalagi kalau ada suami kamu juga”

Tirta:”Kana da anak bu Dewi satu lagi yang laki-laki” ucap Tirta.

Saya:”Jangan ah, saya dan suami aza tak pernah ngentot ditonton anak saya Revan, kalau Intan sudah biasa” ucap saya.



Rey:”Berarti bagus, pertama kali dia bisa lihat mamahnya dientotin hehe”

Saya:”Jangan ah, udah kita bertiga aza” ucap saya sedkit mulai kesal. Tirta pun menangkap kekesalan saya.

Tirta:”Mungkin kalau bapak tambahin bonus buat Bu Dewi, Bu Dewi bakaln mau hehe” ucap Tirta kepada Rey.

Sambil tangannya mulai menaikan rok saya sampai di atas lutut. Tangan Tirta mulai mengelus-elus paha saya,.

Saya memang duduk selonjoran berbeda dengan Tirta dan Rey yang duduk dengan menekuk kedua lututnya.



Rey:”Tentu saja pak, tinggal Dewi bilang saja minta ditambahin berapa pasti saya tambahin” ucap Tirta.

Mendengar itu saya mulai tergoda, akal sehat saya langsung terhempas oleh bayangan uang yang bisa saya terima.

Tirta:”Coba bapak tanya sendiri sama ibu Dewi” ucap Tirta.

Rey:”Dewi sayang kamu minta berapa? Saya kasih berapa saja asal kamu mau ajak anak kamu yang laki-laki ke sini untuk melihat kamu saya entotin” ucap Rey sambil tersenyum dan kini tangannya mengelus-elus perut saya.



Saya pun segera berfikir keras karena bagi revan akan jadi yang pertama kali menyaksikan hal yang belum pantas dia lihat bahkan sangat tidak pantas dia lihat mungkin saja dia bisa ketakukan meilhat saya nanti menjerit-jerit, tapi iming-iming uang sangat menggoda saya.

Saya:”Tapi kalian harus perlakukan saya dengan lembut, karena anak saya yang laki-laki tidak pernah melihat saya digagahi, saya takut dia nanti akan ketakutan”

Rey:”Tenang saja kalau itu maunya Dewi, kita bisa melakukan dengan lebih slow”

Saya:”Kenapa sich Rey, kamu ngebet banget ngewein aku depan anak aku” Tanyaku lagi.



Rey:”Terus terang awalnya gak kepikiran begitu Wi, tapi setelah kejadian tadi malam, anak kamu yang perempuan menyaksikan kamu saya setubuhin bersama Pak Tirta sensasi luar biasa bagi saya, saya merasa puas sekali, bahkan kalau suami kamu ada lebih luar biasa, kata Pak Tirta dia pernah menyetubuhin kamu di depan suami kamu”

Saya:”Ia sich, terus terang akupun merasakan excited setiap disetubuhi di depan anak aku atau suami aku tapi Revan belum perna melihat mamahnya disetubuhi”

Rey:”Kamu atur dech gimananya, kami ikut saja”

Saya:”Ok, saya lagi berfikir gimana caranya”

Tirta:”Gampang ajak saja dia main di kolam sini, naik pelampung pasti dia seneng nah urusan berikutnya memang harus kamu pikirin gimana agar dia tidak ketakutan”



Saya pun berpikir untuk beberapa saat, kedua laki-laki mesum di sampin saya pun lebih banyak diam hanya memberika saya elusan-elusan pelan.

Saya pun segera mengeluarkan handphone dari saku rok saya.

Saya:”Bentar, aku telp Hanum” ucap saya sambil segera menghubungi Hanum.

Tak lama Hanum segera menjawab panggilan dari saya.



Saya:”hallo Han, kamu di mana?

Hanum:”Ada, lagi nonton tv nemenin revan, tapi Revan rewel nyariin tante terus”

Saya:”Oh kebetulan kalau gitu, bawa saja ke sini Han, biar dia main di kolam renang kebetulan tante lagi naik pelampung ini, pasti dia seneng”

Hanum:”Tapi kan tan….”Hanum tak meneruskan ucapannya.



Saya:”Tapi kenapa Han?

Hanum:”Maaf, tante kan lagi…” Hanum seperti ragu-ragu mau berucap, dia pun tak meneruskan ucapannya.

Saya:”Maksud kamu tante lagi melacur, gpp bawa sini saja, sama kamu sekalian temenin tante ya”

Hanum:”Tapi Hanum Cuma nemenin saja kan? Ucap Hanum lagi, mungkin dia mengira saya bakal nyuruh dia nemenin dua lelaki mesum di samping saya.



Saya:”Cuma nemenin atau mungkin nonton aza, gak usah khawatir, 2 pejantan yg bersama tante gak akan ganggu kamu hihi” ucap saya.

Hanum:”Ia tan, Hanum segera ke sana” ucap Hanum.

Saya pun segera menutup telpon.

Saya pun kemudian mengetik sebuah angka di handphone dan saya tunjukan sama Rey.



Saya:”Rey, segini, berani gak?

Rey tampak sedikit terkejut melihat angka yang saya minta.

Rey:”Beneran segin…”

Saya:”Kenapa, kemahalan ya?

Rey:”Nggak, gpp”ucap Rey,

Tirta pun ikut menengok dan tersenyum kepada saya.



Tirta:”Sesuatu yang indah dan nikmat memang tidak murah pak”

Saya:”Kalian dapat bonus, bukan Cuma anak saya yang bakla nonton saya kalian entot, tapi Hanum juga, tapi kalian tidak boleh macam-macam dengan Hanum ingat betul-betul”

Tirta:”Wah sayang sekali, kalau kita boleh nyicipin si hanum saya bakal ikut nambahin dech”

Saya:”Gak bisa, pkoknya ada yang macam-macam sama Hanum kita berhenti dan saya gak akan pernah melayani kalian lagi” ucap saya dengan tegas.



Tirta:”Ok, Ok, kami janji gak akan ganggu dia”

Rey:”Apalagi saya, saya Cuma tertarik sama Bu Dewi hehe” ucap Rey sambil mulai meraba-raba susu saya lagi.

Tak lama Hanum pun datang di sambil menuntun anak saya Revan yang sekarang terlihat lebih gemuk.

Sekarang Revan sudah sehat setelah sebelumnya sering sakit-sakitan yang menghambat ke pertumbuhannya dan terutama dia masih kurang lancar berbicara.



Mata Tirta dan Rey pun langsung tertuju ke Hanum. Hanum memang tampak cantik sekali dengan balutan jilbab warna putih dan kaos lengan panjang warna biru muda dan rok panjang warna putih. Harus kuakui bahwa Hanum memiliki paras yang lumayan cantik membuat dua lelaki di samping saya sejenak melupakan saya.

Saya:”Ehemmmmmz… ingat yang jangan macam-macam sama baby sister saya, dia masih perawan” ucap saya kepada Tirta dan Rey.

Mereka tampak tersadar karena dari tadi bengong.

Tirta:”oh ya pasti, dia baru ya Bu Dewi? Saya dulu tidak melihat dia”

Saya:”Ia Om baru, dia kerja di sini sama mamahnya, tapi mamahnya lagi pulang kampung”



Tirta segera mendayung menggunakan tangannya agar pelampung semakin mendekat ke tepi kolam. Tampak Hanum dan anak saya Revan berdiri di ujung kolam. Revan tampak sumringah sepertinya dia tidak sabar naik ke atas pelampung.

Rey dan Tirta pun segera berdiri untuk membantu Revan dan Hanum naik ke atas pelampung. Revan yang terlebih dulu naik, Rey memangku dia dan segera menurunkannya. Revan pun langsung merangkul saya dan duduk di atas paha saya.



Sementara Tirta menjulurkan tangannya kepada hanum. Hanum pun berpegangan kepada Tirta dan naik ke pelampung.Tangan Tirta terlihat memegang pinggang Hanum membantunya naik. Sekilas Hanum seperti diangkat sedikit oleh Tirta.

Saat Hanum menginjakan kakiknya di atas pelampug terlihat tangan Tirta turun dari pinggang hanum dan dia iseng meremas pantatnya hanum membuat Hanum terpekik kaget.

Hanum:”aaawwww…” dan hampir saja dia terjatuh tapi Tirta cekatan memegang tangan Hanum dan menarik Hanum duduk di tepi pelampung di sebberang saya.



Saya:”Om ih, iseng banget pakai ngeremes pantatnya Hanum, dia jadi kaget hampir saja jatuh”

Tirta:”Hehe, gak sengaja Bu Dewi” ucapnya sambil menghampiri saya dan duduk di tempat semula di sebelah kanan saya.

Rey:”Han, duduk di sini sebelah Om” ucap Rey sambil menunjuk tempat kosong di sampingnya yang memang masih muat untuk satu orang.

Hanum:”Nggak Om, saya di sini saja” ucap Hanum dengan muka sedikit memerah.



Hanum pun duduk di hadapan Tirta tapi dengan posisi miring dan kedua kaki di tekuk. Kalau Tirta selonjoran seperti saya tentu kakinya akan mengenai Hanum.

Saya:”Udah ah gpp Hanum di sana, dia kan jadi takut gara-gara Om Tirta sich” ucap saya.

Tirta:”Ia sorry hehe” ucap Tirta sambil tertawa.

Saya:”Han, gpp kan nemenin kita?

Hanum:”Gpp sich tan, tapi apa gak mengganggu? Tanya Hanum sambil menoleh sebentar kepada saya.



Saya:”Kalau tante gpp, tapi mungkin kamu yang bisa gimana-gimana”

Hanum:”Gimana maksudnya Tan? Tanya Hanum keheranan.

Sementara Rey dan Tirta mendayung menggunakan tangannya agar perahu pelampung bergerak, mereka belum ada yang macam-macam lagi.

Saya:”Gini, tante mau minta tolong, kamu di sini ya temenin Revan, soalnya tante punya perjanjian sama dua om ini” ucap saya sambil berhenti sejenak dan melirik dua laki-laki yang mengapit saya. Mereka tampak cuek pura-pura tidak tahu.



Hanum:”ia tan…”

Saya:”Gpp kan, kalau nanti Hanum lihat tante disetubuhin sama dua om ini di depan Hanum, nanti saat tante disetubuhin mereka Hanum jagain Revan ya” ucap saya.

Hanum:”Apa gak kalau tante nanti sudah mau bersetubuh biar saya bawa Revan masuk ke dalam” ucap Hanum sambil sesekali melihat saya kemudian matanya tertuju kepada air di kolam renang.

Saya:”Justru itu yang tante bilang tante punya perjanjian dengan mereka, ih Revannya jangan loncat-loncat nanti kakinya kena perut mamah, nanti dedek kesakitan di dalam” ucap saya sedikit kaget, karena tiba-tiba Revan loncat-loncat sendiri di pangkuan saya mungkin karena dia senang naik perahu pelampung ini.

Rey:”Sini, Revan dipangku sama Om saja” ucap Rey.



Tapi revan hanya menggelengkan kepalnya dan segera duduk kembali. Saya pun memeluknya dengan erat.

Hanum:”Revan sama kakak saja ayo” ucap Hanum sambil menjulurkan kedua tangannya tapi lagi-lagi Revan menggelengkan kepalanya.

Saya:”Ya udah, Revan sama mamah” ucap saya kepada anak saya.

Saya pun meneruskan pembicaraan saya dengan Hanum.



Saya:”Jadi perjanjiannya gini Han, mereka ini memang gila, mereka pengen ngentotin tante lagi di depan anak tante, karena Intan gak ada ya terpaksa Revan” ucap saya padahal mungkin saya lebih gila dari mereka.

Hanum tampak menunduk tanpa berkomentar.

Saya:”Tenang saja kamu dapat bagian koq, selain kamu jagaian Revan kamu sebagai penonton juga nanti tante kasih bagian, uangnya lumayan lho” ucap saya.

Hanum hanya diam saja dan sempat melhat sejenak tapi saya dan melihat dia tampak senang.



Saya:”Jadi Hanum gak keberatan di sini kan? Tanya saya. Seharusnya Hanu tidak keberatan karena dia pernah melihat saya disetubuhi Dendi suam saya dan jaka temannya.

Hanum pun menganggukan kepalanya tanda dia tidak masalah.

Saya:”Makasih ya Han” ucap saya sambil mengelus-elus kepala Revan. Saya pun menoleh kepada Tirta kemudian Rey, mereka pun tampak sumringah.

Tangan mereka masih mendayung hingga perahu pelampung karet ini bergerak tidak hanya diam di tempat. Kebetulan langit sedikit mendung sehingga masih belum terasa panas.

Tangan Tirta mulai bergerak melingkar di punggung saya mengelus-elus pundak saya.



Dia mulia berani menjilat wajah saya di depan Revan. Revan tampak tak begitu memperhatikan matanya lebih sering berkeliling melihat ke kolam mungkin masih ada rasa antara takut dan penasaran, kami memang tidak kepikiran membuat kolam yang khusus ukuran anak-anak, kolam yang di buat untuk dewasa meski sebenarnya tidak terlalu dalam juga.

Rey yang melihat Tirta beraksi pun tak mau kalah, tangannya menaikan rok saya hingga ke atas lutut namun terpaksa berhenti di situ karena Revan menduduki paha saya.



Lalu tiba-tiba terdengar Hanum berbicara kepada Revan.

Hanum:”Dek, sini, duduk sama tante yuk, mamah mau kerja” ucap Hanum yang sepertinya paham posisi Revan membuat kedua lelaki di samping saya tidak leluasa.

Revan yang memang lengket kepada Hanum pun segera berdiri.

Saya:”Dedek, duduk sama tante Hanum ya, mamah mau melacur dulu, makasih ya Han”

Revan:”Ia mah” ucap Revan sambil merangkak mendekati Hanum.

Tirta pun cepat menuntunnya dan Hanum segera mengangkat Revan untuk duduk di pangkuannya , Hanum pun duduk selonjoran dan otomatis sekarang saya duduk dengan menekuk kedua lutut saya.



Begitu posisi saya berubah, Rey mun segera menarik paha saya sehingga kini saya duduk dengan kedua lutut tertekuk dan selangkangan saya terbuka lebar karena rok saya sudah digulung oleh Rey ke atas lutut.

Sementara Tirta memeluk pinggang saya dan mulutnya segera melumat bibir saya. Kami pun segera berciuman. Ku lihat Hanum sesekali mencuri pandang kepada saya yang sedang berciuman dengan Tirta.

Saya:”Mmmmpzzzzz….mmmmppzzzzzz…mmmmmmpzz”

Tirta menciumi saya dengan ganas, lidah kami saling bertautan.



Sementara Rey berusaha lebih merenggangkan kedua paha saya.

Rey:”Hanum, Revan, kalian bisa lihat ke sini, kelihatan gak selangkangan mamah?

Hanum dan Revan pun sama-sama melihat ke selangkangan saya.

Saya pun melepaskan pagutan bibirnya Tirta.

Saya:”Ih, malu atuh Rey, cangcut aku kelihatan sama Hanum dan anak aku” ucap saya sambil mencoba merapatkan kedua kaki saya.



Rey tampak tersenyum puas bisa melecehkan saya.

Tirta:”Han, kelihatan gak? Bu Dewi pakai cangcut warna apa sayang? Om kan gak bisa ngelihat” Tanya Tirta kepada hanum dan menjadikan Hanum salah sebagai bagian dari object seks kami.

Hanum tampak malu-malu dan menjawab juga.

Hanum:”Bu Dewi pakai cangcut warna biru muda” sambil kemudian menudukan kepalanya dan tanpa disadarinya dia telah menjadi bagian permainan Rey dan Tirta.



Rey dan Tirta ku lihat saling pandang dan tersenyum puas.

Tirta:”Dek Revan, mamah pakai cangcut warna apa sayang? Kali ini Tirta bertanya kepada Revan dan Revan pun segera menjawab.

Revan:”Biru Om”

Tirta:”Wah ternyata anak kamu pinter Bu Dewi, sudah mengenal warna juga”

Wajah saya pun pasti bersemu merah, entah kenapa saya menjadi merasa sedikit malu.



Saya:”ih kalian seneng yang ngelecehin Dewi, Dek tuch lihat airnya bergerak-gerak” ucap saya sambil menggoyangkan badan saya yang membuat perahu pelampung bergerak dan menimbulkan riak di kolam untuk mengalihkan perhatian Revan. Revan pun segera melihat ke kolam sambil berpegangan erat ke Hanum karena merasa takut akibat perahu bergoyang-goyang.

Tirta:”Bu Dewi ini pintar mengalihkan perhatian anaknya”

Saya hanya tersenyum kecut dan tak lama kali ini Rey yang melumat bibir saya. Saya pun merasakan tangan dia masuk ke dalam rok saya dan meraba-raba memek saya dari balik cangcut warna biru langit yang saya kenakan.



Saya:”Mmmmmmpzzzz..mmmmppppzzzzzz…mmmmpppppz”

Sementara tampak Tirta menaikan baju atasan saya hingga sedikit di bawah leher. Kini kedua toket saya pun terpampang dan hanya terbungkus kutang berwarna merah jambu.

Tirta pun segera meneluarkan kedua payudara saya dengan menurunkan cup kutang saya.

Tampak kedua payudara saya dengan urat-uratnya yang kebiruan.



Tirta:”Dek Revan, Om nenen dulu sama mamah ya” ucap Tirta dan segera mencaplok payudara kanan saya.

Tiba-tiba Revan menangis sambil menunjuk-nunjuk ke payudara saya. Dia rupanya tidak rela toket ibunya dicaplok orang lain.

Revan:”Itu..itu..hiks…hiks..hiks”

Tirta pun kaget dan segera melepaskan susu saya, mulutnya tampak belepotan asi saya.

Saya dan Rey pun melepaskan pagutan bibir kami dan terbengong.



Rey:”Haha, dedek marah ya, nenen mamahnya diisep Om Tirta heheh”

Saya:”Awas dulu kalian berdua biar saya susuin dulu Revan” ucap saya.

Hanum pun segera memberikan Revan yang masih menangis kepada saya.

Saya pun segera selonjoran sementara gentian Hanum yang menekuk kedua kakinya.

Saya:”Om nakal ya dek, nenen mamah diisep sama Om, ayo dede nenen sekarang” ucap saya sambil menyodorkan payudara kanan saya yang tadi diisep oleh Tirta tapi Revan yang sudah berhenti menangis menggelengkan kepalanya dan bergerak ke payudara kiri saya.

Segera Revan pun menyusu di tetek saya.

Saya:”Anak aku gak mau toket bekasnya Om Tirta hihi” ucap saya sambil cekikikan.



Rey:”Hehe, takut ada virusnya mungkin bu haha”

Tirta:”Enak aza, virus saya virus cinta hahah” ucap Tirta.

Kini mereka pun menonton saya menyusui Revan.

Saya:”Kalian berdua sabar dulu ya, biar anak aku tidur dulu”

Rey:”Wah, kalau tidur dia gak nonton dong nanti”



Saya:”Dari pada kita lagi ewean, terus dia nangis lagi gimana, mau gitu” ucap saya kepada Rey.

Rey:”Tapi dia biar tidur di sini saja ya, di pangku Hanum” ucap Rey.

Saya:”Ia Rey, nanti biar dia sama Hanum, gpp kan Han?

Hanum:”Ia tan, gpp, nanti Hanum yang jagain”



Karena angin yang berhembus dan udara segar di luar membuat tak lama Revan pun tertidur.

Saya:”Tuch dia udah tidur, Han, kamu yang pangku lagi ya” ucap saya sambil mengangkat Revan dan segera Hanum mengambilnya dari tangan saya.

Kini Hanum kembali selonjoran dan saya pun kembali menekuk kedua lutut saya seperti tadi.

Tanpa di komando Tirta segera melumat bibir saya sementara Rey tampak membuka celananya berikut sempak dia. Hanum tampak sedikit malu dan membuang mukanya.

Rey pun kembali duduk di samping saya.



Kini tangan saya mulai mengocok-ngocok kontol Rey sementara saya masih berciuman dengan Tirta. Tangan Tirta meremasi kedua payudara saya.

Ku lihat Hanum berkali-kali mencuri pandang ke arah tangan saya yang lagi mengocok kontolnya si Rey.

Mungkin ini kontol ke tiga yang dia lihat setelah kontolnya mas Dendi dan si Jaka.

Sementara Tirta sudah kembali mencaplok susu saya. Dia menyedot-nyedot pentil susu saya dengan kuat.



Saya:”Aaagh Om uuugh” leguh saya ketika lidah Tirta menari-nari di pentil susu saya.

Sementara kontol Rey semakin keras di tangan saya.

Saya:”Han, gede kan kontolnya Om Rey” ucap saya kepada Hanum yang kepergok oleh saya sedang menatap kontol Rey yang sedang saya kocok-kocok.

Rey tampak tersenyum kepada hanum sementara wajah Hanum tampak merah karena malu.



Saya:”Gpp Han, kalau mau lihat, kan memang kamu disuruh lihat hihi” ucap saya.

Rey:”Mau nyobain pegang juga boleh Han hehe” ucap Rey sambil tertawa.

Saya:”Udah, yang pegang biar tante saja, Hanum belum boleh” ucap saya lagi.

Hanum pun mesem-mesem karena malu kepergok.



Sementara Tirta pun tak mau kalah, dia mengeluarkan kontolnya yang sudah mengacung keras. Saya pun segera memegang kontolnya Tirta. Kini kedua tangan saya memegang masing-masing satu kontol.

Saya sudah tidak memperhatikan Hanum. Saya focus mengocok kontol dua lelaki yang sudah membayar tubuh saya. Ku rasakan di tangan saya Kontol mereka sudah semakin keras.

Tirta:”Pak Rey, kayaknya salah satu dari kita harus menjaga keseimbangan pelampung ini saat yang lain ngentot, jadi biar saya dulu yang jaga, sialhkan bapak nikmati ibu Dewi” ucap Tirta.



Saya pun melepaskan kontolnya Tirta. Tirta pun beranjak ke ujung dari perahu pelampung memberikan ruang buat saya dengan Rey.

Saya:”Gimana kalau pelampungnya diikat saja Om, cari tali ikat ke tiang gazebo”ucap saya.

Tirta pun menyetujui dan segera dia mendayung menggunakan tangannya bersama Rey. Trita segera membenahi celananya dan naik ke pinggir kolam.



Tirta:”Saya cari tali dulu ya”

Saya:”Han, ada tali gak di dapur, tali raffia atau tambang?

Hanum:”Ada tan, tali raffia mah”

Saya:”Minta saja sama Bu Heti Om” ucap saya.

Tirta pun segera berlalu meninggalkan kami.



Rey memberi kode kepada saya agar berpindah sedikit ke tengah. Saya pun segera menuruti sehingga posisi saya sekarang sejajar dengan Hanum. Rey pun meminta saya rebahan. Saya pun merebahkan badan saya sambil mengangkang dan kepala saya bersandar di bagian kepala perahu pelampung berbentu flamengo.

Rey pun membuka kancing rok saya dan saya pun membantu dengan mengangkat pantat saya. Rey menarik lepas rok saya dan menaruhnya di ujung kaki Hanum.

Kini bagian bawah saya sudah tidak tertutup apa-apa lagi kecuali cangcut warna biru langit sebagai pelindung terakhir memek saya.



Rey pun membungkukkan badannya di depan selangkangan saya. Tangannya mengelus-elus memek saya dari balik cangcut yang saya pakai.

Saya:”Uuugh…uugggh..uuuugh Rey” saya mulai meleguh kegelian.

Rey kini menjulurkan lidahnya menyapu memek saya tanpa membuka cangcut saya.

Saya:”Aaagh Rey” ucap saya sambil sesekali melihat ke Hanum yang tampak matanya tertuju ke selangkan saya yang sedang dikerjai oleh Rey.



Sementara tak lama Tirta datang membawa tali raffia. Dia pun segera mengikatkan ke perahu pelampung dan mengikatkan juga ke gazebo. Sekarang perahu pelampung menempel di ujung tepi kolam. Tirta pun duduk tepi kolam di ujung perahu pelampung tanpa ikut naik lagi sambil memegangi perahu.

Tirta:”Saya jagain pak, asal jangan goyangannya terlalu kencang aza hehe”

Rey pun menoleh ke Tirta dan menjawab.

Rey:”Kalau saya sich slow aza pak, tapi Bu Dewi yang suka luar biasa goyangannya”

Saya:”Ih, aku juga, aku tergantung kalian hehe” ucap saya.



Rey kini menggeser cangcut saya ke sebelah kanan hingga kini memek saya yang penuh bulu pun terpampang di mukanya.

Rey:”Lebat banget baoknya kamu Dewi, lihat Han, banyak banget kan” ucap Rey kepada Hanum yang langsung gelagapan.

Hanum:”Iiiia om lebat baoknya”

Saya:”Ih Rey, malu atuh sayang uuuughhh” ucap saya langsung meleguh begitu Rey mulai menyapukan lidahnya di bibir memek saya.



Saya:”Han, uuugh tolong tante aaaah, heunceut tante dijilatin aaagh” erang saya sambil memejamkan mata.

Perlahan lidah Rey mulai menerobos masuk ke dalam memek saya.

Saya:”Aaah lidahnya Om masuk heunceut tante Han uuuuuh” ucap saya sengaja memanasi Hanum yang saya yakin badannya kini pasti panas dingin.

Tangan saya pun berpegangan di pahanya Hanum.



Saya:”Aaaaw, dalem banget aaah lidahnya Om Rey masuk ke heunceut tante Han”ucap saya sambil menikmati permainan lidah si Rey.

Saya sedikit mengintip dengan sudut mata saya. Tampak Hanum terus menatap ke arah selangkanian saya dan dapat saya rasakan nafas Hanum terlihat sedikit berat. Sebagai perempuan yang sudah merasakan nikmatnya bercinta tentu Hanum pun sedikit tidaknya akan tergoda.

Saya:”Aaagh lidahnya Om Rey kena itil tante Han….ooooooooh” ucap saya sambil mengerang.



Saya pun merasakan memek saya mulai basah karena permainan lidah si Rey.

Si Rey pun makin bersemangat. Kini 2 jarinya dimasukan ke dalam memek saya sementara lidahnya menjilati itil saya.

Saya:”aagh ampun anjiiing nikmat banget aaaagh itiiiiil nikmat aaagh” erang saya dan kedua kaki saya, saya lingkarkan di lehernya si Rey. Saya pun mengejang menggapai orgasme saya yang pertama.

Saya pun memejamkan mata saya sambil tangan saya menekan wajah Rey ke memek saya untuk beberapa saat.



Badan saya sedikit terasa lemas dan tak sadar perahu pelampung pun terguncang-guncang oleh gerakan saya.

Setelah kesadaran saya pulih seratus persen ku lihat si rey sudah bangkit sambil mengocok-ngocok kontolnya sendiri. Ku lihat bulu jembut saya mengkilap, basah oleh cairan orgasme saya barusan.

Rey sudah mulai menggesek-gesekan kontol gedenya di bibir memek saya.

Perlahan dia pun mendorong kontolnya memasuki memek saya tanpa membuka cangcut saya.



Saya:”Aaagh Hanum tolong tente mau dipbersanerkosa sama Om rey aaah, masuk kontolnya aaagh ke heunceut tante” ucap saya sambil tangan kanan saya memegangi paha Hanum.

Rey pun mulai mendorong kontolnya keluar masuk memek saya. Ke dua kaki saya ditekuk dan bertumpu di pundak dia.

Tangannya segera meremas-remas kedua susu saya. Hingga asinya mulai muncrat-muncrat.



Saya:”Anjiiing aaagh Han, tolong aaaagh tante diperkosa aaaagh…uughhhh…ooooh” ucap saya dan kepala saya beberapa kali terdongkak kebelakang oleh hentakan Rey. Tampak Hanum memegang erat pinggiran kolam karena perahu pelampung bergoyang cukup kencang. Tirta pun tampak memegang erat ujung pelampung agar goncangannnya tidak terlalu kencang.

Saya:”Han, aaaagh kontolnya Om Rey gede aaaagh, lebih gede dari punya suami tante uuuuugh, toloooooong aaagh tante diperkosa aaagh” ucap saya kepada Hanum, bukan tanpa tujuan saya sengaja melakukannya karena ingin memuaskan si Rey yang merasa senang menyetubuhi saya sambil ditonton orang lain. Tampak revan mulai membuka matanya karena erangan dan teriakan saya serta guncangan pelampung.



Saya:”Aaagh ampuuuun nikmat kontolna badag aaah, dedek bangun? Tolong mamah diperkosa aaagh sama Om Rey” teriak saya kepada anak saya. Revan hanya bengong melihat saya dan tampak bingung. Tangannya berpegangan kebadan Hanum karena takut jatuh.

Revan:”uuugh itu…ituuu” ucap dia sambil menunjuk ke susu saya yang diremas-remas oleh Rey dan asinya muncrat-muncrat. Lagi-lagi dia protes rela tetek ibunya dijadikan mainan oleh Rey.

Rey pun segera melepaskan kedua toket saya.



Saya:”Uugh gpp dedek, Om nakal, bukan Cuma ngewein mamah, tapi ngeremes-remes nenennya mamah, ugghh kamu nakal, tuch om mamah pukul” ucap saya sambil pura-pura memukul dadanya Rey.

Revan pun kini diam sambil melihat saya yang sedang dientotin oleh Rey.

Tirta:”Berarti kita gak boleh ganggu teteknya bu Dewi pak Rey, soalnya pemiliknya bangun hehe” ucap Tirta kepada Rey.

Rey tidak menjawab hanya menoleh sejenak sambil tersenyum.



Ploook..plooook…ploook..

Benturan pantat saya dengan paha Rey terdengar makin nyaring dan berakibat ke perahu pelampung yang berguncang cukup kencang.

Sebuah sensasi baru bersetubuh di atas perahu karet begini sedikit menegangkan.

Rey tampak mencabut kontolnya dan memberi aba-aba kepada saya agar meungging.

Saya pun bangkit perlahan dan sedikit menyamping sambil berpegangan ke tangan Hanum.



Saya:”Dedek gpp kan, mamah mau diewe lagi sama Om Rey” ucap saya sambil mengelus-elus kepala Revan.

Sementara tiba-tiba Rey menjejalkan kontolnya lagi. Bleseeeek…

Saya:”Aaagh anjiiing kontoooool”

Plook…ploook…ploooook…

Rey pun kembali menggenjot memek saya.

anuHan

Saya:”aaaagh,…uughhhhh…uughhhh”

Beberapa kali kepala saya terdorong ke badan Hanum karena sentakan kontolnya Rey.

Rey pun semakin mempercepat sodokannya dan terdengar deru nafasnya mulai tak beraturan.

Plak…plaaak…plaaaak

Saya:”Aaaw…awwww…awwww”

Beberapa kali tangannya menampar pantat saya.



Semakin lama sodokan kontolnya Rey semakin cepat dan kontolnya terasa semakin membesar.

Lalu tak lama terdengar teriakan dari Rey.

Rey:”Aaaagh, terima nich peju gue pereeeek….” Ucapnya sambil menjejalkan kontolnya dalam-dalam dan croooot…croooot….croooot..

Cairan sperma pun membasahi memek saya.

Saya:”Aaagh….kontooooool…uuugh…uughhh…uuugh” lalu saya pun tersungkur dengan ujung kepala tepat di pinggangnya Hanum.



Nafas saya tersengal-sengal sementara Rey segera mencabut kontolnya dan terduduk di belakang saya.

Tiba-tiba saya mendengar suara Revan.

Revan:”Mamah gpp?

Saya pun terkejut dan segera bangkit, pasti dia kaget melihat mamahnya tersungkur tadi.

Saya:”Mamah gpp sayang, tadi mamah keenakan diewe sama Om Rey, mamah gpp koq” ucap saya sambil mengelus-elus kepala Revan.



Tiba-tiba Tirta berbicara;

Tirta:”Gpp kalau Hanum dan Revan mau pergi Bu Dewi, pak Rey toh udah keluar duluan” ucap Tirta yang masih duduk santai di tepi kolam.

Saya:”Oh Ya,gpp Rey? Tanya saya ke Rey.

Rey hanya menganggukan kepalanya saja.



Saya:”Ya udah Han, bawa Revan masuk ke rumah ya, nanti kalau sudah dekat jam sepuluh jangan lupa jemput Intan, Revan biar sama Bi Hetty” ucap saya sambil duduk dan membenahi pakaian saya yang awut-awutan. Karena kebanyakan masih menempel hanya rok yang sudah dilepas.

Hanum:”Ok Tan, ayo dek, kita nonton tv lagi”

Revan:”Gak mau, dedek mau dicini aza” ucap Revan menolak ajakan Hanum.

Hanum:”Mamah Revan masih mau ewean lagi sama Om yang satu lagi eh…” ucap Hanum sambil langsung menutup mulutnya karena tidak sadar mengucapkan kata-kata vulgar



Saya:”Ya udah Han, kalau Revan gak mau biar Revan sama kamu tetap di sini, dedek di sini ya, diam aza ya, mamah mau ewean lagi sama om satunya, gpp kan”

Revan pun menganggukan kepalanya padahal pasti tidak mengerti apa yang saya ucapkan.

Sementara ku lihat Rey sudah memakai celananya dan turun dari perahu. Tirta pun segera naik setelah rey turun dari perahu. Tirta segera melepas semua pakaiannya sendiri hingga telanjang bulat. Dia pun segera menyodorkan kontolnya ke depan mulut saya.



Saya pun segera menggenggam kontolnya dan berbicara kepada Hanum dan Revan.

Saya:”Han, Dedek, mamah mau nyepong kontolnya Om Tirta dulu ya” ucap saya dengan nada genit dan segera memasukan kontol Tirta ke dalam mulut saya.

Kontol Tirta pun mulai keluar masuk mulut saya. Tak perlu waktu lama kontolnya sudah sangat keras.

Tirta pun segera menariknya dan meminta saya melepas baju atasan saya.

Saya pun segera mencopot baju saya melalui kepala dan menaruhnya di atas rok saya dekat tempat Hanum duduk.



Kemudian saya pun merebahkan badan saya lagi di samping Hanum. Sementara Tirta menarik cangcut saya yang masih menempel di selangkangan saya dan setelah terlepas dia pun melemparnya ke tengah kolam renang.

Saya:”Aaah, Om jahil, koq cangcut Dewi dibuang ke tengah kolam renang”

Tirta:”Hehe gpp sayang, kan kolam renang gak ada ikannya, kalau kolam ikan baru khawatir, nanti ikannya mati semua”

Saya:”Enak aza” ucap saya sambil cemberut. Saya pun bangkit untuk mencopot kutang saya.

Saya:”Biar Dewi lepas sendiri kutang Dewi, nanti kayak cangcut Dewi dibuang ke kolam renang hihi” ucap saya sambil melepas kutang saya yang berwarna merah muda dan setelah lepas saya menaruhnya ditumpukan pakaian saya di dekat Hanum.



Tirta pun segera mendorong saya dengan perlahan agar saya kembali terlentang.

Saya pun segera terlentang dan membuka kaki saya lebar-lebar.

Tirta pun menaruh kedua kaki saya di samping pinggangnya. Dia segera mengarahkan kontolnya ke memek saya. Perlahan-lahan digesek-gesekan kontolnya di bibir memek saya.

Setelah itu baru dia mulai mendorong kontolnya memasuki memek saya.

Saya:”Aaagh Han, tante dinodain lagi uuuuuh, kontolnya Om Tirta masuk ke heunceut tante aaah” ucap saya sedikit teriak karena tiba-tiba Tirta menyentakan kontolnya sekaligus hingga masuk semua.



Tirta pun segera menggenjot memek saya. Mungkin dia sudah sange dari tadi melihat saya digagahin Rey.

Ploook…plooook….plooook…

Hantaman paha Tirta yang menghantam pantat saya begitu nyaring terdengar.

Saya:”uuugh…uugh…uugghh kasar banget iiih Om ngewein akunya”

Tirta tak menghiraukan ucapan saya.

Dia terus menggenjot saya dengan kecepatan penuh.



Hal ini membuat perahu bergoyang-goyang cukup kencang dan terlihat Revan ketakutan.

Saya:”Om, pelan aaagh ngewenya uuuugh enak uuughh pelan aaaagh anak aku ketakutan” ucap saya.

Tirta pun menyadarinya dan mulai menurunkan tempo sodokannya dan perahu pelampung pun mulai stabil ditambah dipegang erat oleh Rey dari pinggir kolam.

Saya:”Nah gini aza slow, gak sakit ke heunceut Dewinya uuugh” ucap saya sambil menikmati sodokan kontolnya Tirta.

Tiba-tiba Tirta mengangkat saya dengan tetap kontolnya berada di dalam memek saya.

Saya:”Awww Om, awas jatuh aaagh” ucap saya khawatir.

Tapi Tirta malah berjalan menuju ke pinggir kolam.



Tirta:”Kita lanjut di dalam gazebo lagi ya bu, biar lebih nyaman ngewenya”

Saya pun akhirnya paham maksudnya dia mengangkat saya.

Saya:”Ia, Han aaagh bawa revan ke gazebo ya, tante mau lanjut diewenya di sana” ucap saya.

Tirta pun sudah naik ke pinggir kolam dan segera membawa saya menuju Gazebo dengan kontol dia masih tertancap di memek saya.

Ku lihat Hanum pun segera naik ke pinggir kolam renang sambil memangku Revan dibantu oleh Rey.



Sementara kami sudah sampai di dalam Gazebo. Tirta pun merebahkan badan saya dan mulai menyodokan kontolnya lagi keluar masuk memek saya.

Saya:”Aaagh Om…Uuugh Om ampun om kuat banget tadi ngangkat Dewi dan kontol Om tetap nancep di heunceut Dewi”ucap saya.

Tirta:”Hehe soalnya gancet, heunceut kamu gak mau ngelepas kontol Om hehe” ucap Tirta sambil tetap menyodokan kontolnya.

Sementara itu Hanum sudah masuk juga ke dalam gazebo sambil tetap memangku Revan dan segera duduk di pojokan sementara Rey duduk di dekat Hanum tepat bersebrangan dengan posisi saya yang terlentang sambil disetubuhi oleh Tirta.



Ploook…ploook…plooook

Tirta kembali menyetubuhi saya dengan cukup kasar, tangannya pun meremas-remas kedua susu saya. Kali ini tak ada protes dari revan, saya lirik dia diam saja melihat mamahnya dientot orang.

Saya:”Uugh Om, tusuk yang dalem aaagh enak aaaah kontoooool uugh ewean jero” teriak saya tak karuan.

Tirta:”uuugh heunceut kamu enak banget bu Dewi, gak sia-sia saya dan pak Rey bayar mahal memek kamu” ucapnya dengan suara sedikit parau.

Asi saya pun muncrat-muncrat dan segera Tirta membuka mulutnya. Mulut dan wajah Tirta pun belepotan asi saya.



Tiba-tiba terdengar Rey berbicara.

Rey:”Bu Dewi, boleh gak saya minta dikocokin sama Hanum, nanti saya kasih tambahan lagi khusus buat Hanum” ucap Rey.

Saya sedikit terkejut, berani juga si Rey padahal sudah saya larang untuk tidak mengganggu Hanum. Tanpa melihat ke arah dia saya pun menjawab.

Saya:”aaagh, Rey tanya sendiri aza sama Hanumnya, mau tidak dia aaaagh kencengin Om uuugh Dewi mau keluar” ucap saya kepada Rey dan Tirta.



Tirta pun mempercepat sodokan kontolnya ke memek saya.

Ploook..ploook…plooook….

Saya:”Aaagh…aaaagh..anjiiing gak kuat” teriak saya.

Sementara saya dengar Rey berbicara kepada Hanum.



Rey:”Han, mau gak kocokin punya Om, Cuma kocokin aza, gak lebih” ucap Rey.

Saya pun menoleh dan ternyata si Rey sudah mengeluarkan kontolnya yang baru setengah membesar di depan Hanum yang tampak bengong.

Saya:”Udah Han, mau aza, Cuma ngocokin kontolnya doang, lumayan buat uang saku kamu uuuugh ampuuuun Om…kontoooooool” teriak saya sambil mengejang dan mendapatkan orgasme.

Memek saya terasa berkedut-kedut sementara Tirta sedikit memperlambat sodokannya.



Saya pun menoleh kepada Hanum yang tampak masih diam saja sambil memeluk Revan yang tampak terkesima juga melihat saya yang teriak-teriak tidak karuan.

Hanum:”Cuma ngocokin kontol aza kan Om?

Rey:”Ia, gak ada yang lain, biar cepet keras lagi, Om mau gabung sama Tirta ngewein lagi Bu Dewi” ucap Rey.

Perlahan Hanum pun menjulurkan tangan kananya dan menggenggam kontolnya Rey yang pasti sedikit lebih besar dari punya Dendi suami saya.



Saya pun tersenyum melihat Hanum mulai mengocok kontolnya Rey secara perlahan-lahan.

Sementara Tirta mencabut kontolnya dan meminta ganti posisi. Tirta segera terlentang dan saya pun naik ke perutnya Tirta.

Perlahan saya pun mundur sampai kontolnya dia pas di bawah memek saya.

Setelah pas saya pun menurunkan pantat saya perlahan-lahan dan tanpa kesulitan kontolnya Tirta pun kembali menembus memek saya.

Ploook…ploook…plooook…

Saya pun mulai menaik turunkan pantat saya sambil mendesah-desah.



Saya:”Aaagh Om, kita ewean jero uuuughhhh” ucap saya sambil mata saya memandang Hanum yang masih mengocok kontolnya Rey yang tampak sudah mulai tegak kembali.

Rey tampak merem melek, entah kocokan Hanum memang begitu nikmat atau sensasinya yang lebih membuat dia merasa nikmat.

Sementara tangannya Tirta kembali memegang kedua susu saya dan kadang ditarik dan dipelintirnya kedua puting susu saya.



Saya:”aaaagh anjiiiing Om aaah jangan dipelintir aaah pentil nenen aku sakit” ucapku karena memang sedikit nglu.

Tirta:”Gede banget pentil susu kamu Bu Dewi, coklat gelap”

Saya:”Uuugh ia Om, kan aku lagi hamil sama nyusui juga” ucap saya sambil melihat ke Revan yang tampak diam saja. Saya pun memberi dia senyuman dan Revan pun langsung tersenyum membalas senyuman saya.



Saya:”Dedek duduk di situuuh aza yaaaa, mamah gpp koq, mamah lagi ewean dan keenakan, gak kesakitan koq” ucap saya menenangkan anak saya takutnya dia mengira saya kesakitan.

Sementara ku lihat Rey meminta Hanum berhenti. Hanum pun segera melepaskan tangannya dari kontol Rey. Rey segera berdiri dan melucuti pakaiannya hingga telanjang bulat.

Dia segera menghampiri saya.



Rey pun sedikit mendorong saya agar menunduk. Saya pun segera menudukkan badan saya hingga perut saya yang besar hampir rapat dengan perut Tirta.

Saya:”Mau masukin ke mana?

Rey:”Saya mau anal” ucapnya sambil meludahi lubang anus saya.

Saya;”Han, tolong tante mau disodomi aaaahhhhh, anjiiing perih” ucap saya ketika perlahan Rey mendorong kepala kontolnya memasuki anus saya. Rey pun mencabut kembali kontolnya yang tadi kepalanya sudah menyeruak masuk ke anus saya.



Saya memang merasakan sedikit perih, karena mungkin belum basah dan sebenarnya kurang suka disodomi sama yang kontolnya gede.

Saya:”Pelan-pelan Rey, lubang bool aku perih uuuh”

Rey kembali meludahi lubang anus saya, kali ini ludahnya lebih banyak.

Saya pun diam tak bergerak meski kontolnya Tirta masih tertancap di memek saya.

Bleeeeseeeek….



Perlahan kontolnya Rey kembali memasuki anus saya dan dia pun mendorong lebih kuat lagi.

Saya:”aaauhhhhhh…aaaah Han, tante di DP aaaagh anjiiiing perih bool aku uuuuh” ucapku karena memang anus saya terasa begitu perih.

Rey tampak tak perduli dia pun mendorong kontolnya lebih keras dan saya yakin mungkin sudah lebih dari setengah bagian kontolnya memasuki anus saya.

Rey pun segera mendekap tubuh saya dan mulai mendorong keluar masuk kontolnya di anus saya.



Tirta yang berada di bawah tidak tinggal diam, dia pun mulai menyodokan kontolnya dari bawah.

Saya:”Aaagh anjiiiiinggg, uuuuuughhh…uughhhhhh” tubuh saya pun terguncang hebat dan saya berusaha mati-matian menggunakan kedua tangan saya menahan berat tubuh saya agar perut saya tidak terjepit.

Plooook…ploooook…plooook…

Benturan paha Rey yang menghantam pantat saya mulai nyaring terdengar.

Perlahan-lahan rasa sakit di anus saya pun menghilang berganti rasa nikmat.



Saya:”Aaagh Han, enak banget diewe dua kontol sekaligus aaaaaah, suatu saat kamu harus nyobain sayang uuughhhh” ucap saya yang berada di antara dua lelaki yang sedang menyetubuhi saya.

Rey:”Gila Pak, peret banget lubang boolnya Dewi, ngejepit banget kontol saya” ucap Rey kepada Tirta.

Tirta:”Wah mantep dong Pak, heunceutnya juga enak, ngempot-ngempot” ucap Tirta.

Saya:”aaahhh,ampun uuughhh ewean jero aaaaaah” ucap saya sambil teriak.

Hanum pun samapi bengong melihat saya kena DP oleh mereka.



Tapi kemudian kurasakan Rey mencabut kontolnya dari anus saya dan begitu tercabut terasa kembali sedikit perih.

Saya:”aaagh perih bool Dewi uuuughhhh”

Tapi kemudian saya merasakan Rey memindahkan kontolnya ke memek saya.

Perlahan dia menekan kontolnya ke dalam memek saya yang masih tertancap kontolnya Tirta.



Saya:”Uuuuuuuh, Han, Heunceut tante dimasukin dua kontol sekaligus aaaaagh…anjiiiing uuughhhh, dedek tolong mamah diperkosa aaaagh” teriak saya lagi. Revan tampak bengong tapi Hanum segera mengangkat dan menurunkan badan Revan sambil mengajak bermain mungkin untuk sedikit mengalihkan perhatian dia.

Hanum:”Ayo dedek terbang aaaahhh”

Sementara itu….

Bleeeeseeeek…..

Kontol rey pun segera menembus memek saya dan membuat memek saya terasa begitu penuh.



Saya:”uuugh ampun uuuuughhhhh penuh banget heunceut aku uuuuuugh diewe dua kontol sekaligus aaaaah masuk heunceut semuaaaaaah uuuhhhhhh…uuuhhhhhh” erang saya karena Rey mulai menggenjot dengan liar.

Sementara Tirta lebih pasif hanya bergerak pelan-pelan saja.

Saya:”aaaaaah ampun uuuhn henuceut aku bisa sobek aaaahhhhh penuh banget Om uuuuh…mmmmmpzzz” erang saya lagi tapi langsung tertahan karena Tirta melumat mulut saya.

Kami pun saling berciuman.



Plooook…plooook…plooook…

Sementara Rey semakin cepat mendorong kontolnya keluar masuk memek saya.

Rey:”Uuughhhh peret banget heunceut kamu Dewi uuuuhghhhhhhhh”

Ploook…plooook…ploooook

Sodokan kontol Rey makin cepat dan tak beraturan dan nafasnya pun semakin berat, sepertinya dia akan segera keluar.



Saya:”Aaaaaaagh kamu mau bucat sayang? Tanya saya kepada Rey setelah Tirta melepaskan mulutnya dari mulut saya.

Rey tidak menjawab hanya mendengus beberapa kali.

Plooook…plooook…plooook

Saya:”Aaagh enak banget anjing aaaah kontoooool aaaaagh”

Rey:”Aaaagh ….aaaagghhhhhh uuuuuuuh”



Croooot…croooot…crooooot

Saya pun merasakan semburan sprema dan saya yakin bukan Cuma dari Rey saja karena bersamaan dengan Itu Tirta pun menjejalkan kontolnya dari bawah.

Tirta:”uuughhhh…terima peju gua perek aaaaagh” teriaknya sambil menjilati leher saya meski sedikit terhalang oleh jilbab.

Saya:”aaaagh dewi juga keluar Om uuuuuhghhh” saya pun mengejang di tengah himpitan dua lelaki meski sebenarnya Rey tidak sepenuhnya mendekap saya.



Lalu kami semua terdiam dan suasana terasa begitu sunyi hanya samar-samar suara burung yang hinggap di pohon berbunyi beberapa kali.

Hanya napas kami saling bersahutan.

Rey yang pertama bangkit dan mencabut kontolnya dari memek saya.

Saya merasakan cairan sperma mengalir ke paha saya.

Setelah Rey berdiri saya pun berguling ke samping kanan Tirta tepat di samping Hanum.



Saya pun mengangkang lebar sambil bernafas sedikit berat.

Saya:”Uughh banyak banget peju kalian ih, sampai keluar dari heunceut aku nich, mana panas henuceut aku” ucap saya sambil meraba paha saya yang basah oleh cairan sperma mereka.

Saya:”Han, banyak yang peju yang keluar dari heuceut tante, coba lihatin” ucap saya sungguh memang gila.

Hanum pun mendekat dan melihatnya.



Hanum:”Ia tan, banyak banget spermanya kayaknya sampai keluar sebagian dari memek tante”

Saya:”Nganga ya heunceutnya tante?

Hanum:”Ia, membuka gitu tan”

Saya:”Ia han, kan heunceut tante abis dimasukin dua kontol sekaligus jadi membuka selebar-lebarnya, suatu saat nanti kamu harus nyobain, heunceut kamu dimasukin dua kontol sekaligus, enak banget tau” ucap saya sambil mencubit lengan Hanum.



Hanum:aaaw,tante, amit-amit ah” ucap Hanum, sematara Revan hanya diam saja hanya matanya yang tampak berputar ke sana kemari.

Saya:”Kenapa enak tau hehe, tante capek aaagh gak kuat bangun, capek banget diewe dua orang” ucap saya.

Sementara Rey pun masih duduk dengan tetap telanjang bulat.

Tampak Rey mengambil ponselnya dari saku celana dan seperti mengetik sesuatu.



Lalu dia mendekati saya.

Rey:”Udah aku transfer ya Bu Dewi, makasih, memek kamu memang nikmat” ucapnya sambil memperlihatkan beberapa pesan sms banking.

Saya:”Ia, kontol kamu juga gede Rey, enak heunceut aku jadinya hihi, tambah dapat transferan, untuk Hanum gimana?

Rey:”Kamu atur saja”

Saya:”Ok dech, makasih ya”

Rey pun menunduk dan segera mencium bibir saya.



Kemudian dia melepaskan bibir saya dan berdiri lalu berbicara kepada Tirta.

Rey:”Pak, kita cabut sekarang gimana?

Tirta:”Ia Pak, kita mandi di hotel saja, kebetulan saya ada meeting jam 10” ucapnya.

Saya yang mendengar jam sepuluh segera teringat ke Intan.



Saya:”Han, jam berapa ini?

Hana:”Sudah mau setengah sepuluh tan”

Saya:”Oh, gpp, nanti jam sepuluh kurang lima menit baru kamu jemput” ucap saya masih tetap dalam posisi terlentang.

Sementara Tirta dan Rey segera memunguti pakaian mereka. Tirta yang pakaianya berada di perahu segera turun dari gazebo dan mengambil bajunya.



Tak lama setelah mereka berpakaian mereka pun pamit dan mengatakan akan datang lagi kalau saya bersedia di booking.

Kini tinggal saya dan Hanum beserta anak saya Revan.

Saya:”Han, tolong ambilin pakaian tante ya”

Hanum:”Ia tan” ucap Hanum dan segera turun dari Gazebo dan mengambil pakaian saya di pelampung.



Sementara saya pun bangkit sambil mengusap-usap kepala Revan yang duduk di sebelah saya. Ada sedikit perasaan bersalah di hati saya tapi uang membutakan mata saya.

Tak lama Hanum pun kembali dan memberikan pakain saya.

Hanum:”Tan, tapi cangcutnya tante di kolam renang”

Saya:”Gpp, biar Om saja kalau nanti dia pulang yang ambilin cangcut tante dari kolam renang, tante Cuma perlu baju aza” ucap saya sambil kembali memakai rok dan baju saya. Badan saya terasa pegal dan lengket-lengket.



Saya:”Han, jangan bilang apa-apa yang sama Om Dendi”

Hanum:”ia tan”

Saya:”Kamu perlu uang tunai atau tante transfer aza?

Hanum:”Hanum belum punya rekening tan”

Saya:”Nanti tante suruh om buatin buat kamu, biar gampang nyimpen uang, nanti tante kasih bagian kamu, bagian dari nontonin tante diewe hehe, dan ngocokin kontolnya Rey”



Hanum:”Hehe, makasih tan”

Saya:”Ayo kita sambil jalan” ucap saya.

Kami pun segera turun dari gazebo, Hanum turun sambil menggendong Revan.

Saya:”Gimana kontolnya si Rey lebih gede kan dari pada punya suami tante”

Hanum:”Hehe ia tan”

Saya:”Gak pengen nyobain?

Hanum:”Hihi gak ah, cukup punya Om Dendi saja”

Saya:”Enak aza, kamu mahunya punya suami tante saja” ucap saya sambil mencubit Hanum dan kami pun tertawa.



BERSAMBUNG….
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd