Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

bongkar koleksian

needlenbitch

Guru Semprot
Daftar
5 Nov 2014
Post
531
Like diterima
295
Bimabet
Bibiku Ternyata Sungguh Ganas
ini diawali dari jaman aku sma.
Dulu waktu aku sma, aku selalu
pilih-pilih dalam mencintai wanita.
Hal ini yang jadi awal mula cerita
seks sekaligus cerita sex yang akan
aku ceritakan disini. Itulah
mungkin yang mengakibatkan
cerita seks sedarah ini terjadi. Aku
tak pernah mendekati seorang
cewek pun di SMA. Padahal boleh
dibilang aku ini bukan orang yang
jelek-jelek amat. Para gadis sering
histeris ketika melihat aku beraksi
dibidang olahraga, seperti basket,
lari dan sebagainya. Dan banyak
surat cinta cewek yang tidak
kubalas. Sebab aku tidak suka
mereka. Untuk masalah pelajaran
aku terbilang normal, tidak terlalu
pintar, tapi teman-teman
memanggilku kutu buku, padahal
masih banyak yang lebih pintar
dari aku, mungkin karena aku
mahir dalam bidang olahraga dan
dalam pelajaran aku tidak terlalu
bodoh saja akhirnya aku dikatakan
demikian.
 
Ketika kelulusan, aku pun masuk
kuliah di salah satu perguruan
tinggi di Malang. Di sini aku
numpang di rumah bibiku.
Namanya Dewi. Aku biasanya
memanggilnya mbak Dewi,
kebiasaan dari kecil mungkin. Ia
tinggal sendirian bersama kedua
anaknya, semenjak suaminya
meninggal ketika aku masih SMP ia
mendirikan usaha sendiri di kota
ini. Yaitu berupa rumah makan
yang lumayan laris, dengan bekal
itu ia bisa menghidupi kedua
anaknya yang masih duduk di SD.
Ketika datang pertama kali di
Malang, aku sudah dijemput pakai
mobilnya. Lumayanlah, perjalanan
dengan menggunakan kereta cukup
melelahkan. Pertamanya aku tak
tahu kalau itu adalah mbak Dewi.
Sebab ia kelihatan muda. Aku baru
sadar ketika aku menelpon hp-nya
dan dia mengangkatnya. Lalu kami
bertegur sapa. Hari itu juga
jantungku berdebar. Usianya masih
32 tapi dia sangat cantik.
Rambutnya masih panjang terurai,
wajahnya sangat halus, ia masih
seperti gadis. Dan di dalam mobil
itu aku benar-benar berdebar-
debar.
 
"Capek Dek Iwan?", tanyanya.
"Iyalah mbak, di kereta duduk
terus dari pagi", jawabku. "Tapi
mbak Dewi masih cantik ya?"
Ia ketawa, "Ada-ada saja kamu".
Selama tinggal di rumahnya mbak
Dewi. Aku sedikit demi sedikit
mencoba akrab dan mengenalnya.
Banyak sekali hal-hal yang bisa aku
ketahui dari mbak Dewi. Dari
kesukaannya, dari pengalaman
hidupnya. Aku pun jadi dekat
dengan anak-anaknya. Aku sering
mengajari mereka pelajaran
sekolah.
Tak terasa sudah satu semester
lebih aku tinggal di rumah ini.
Dan mbak Dewi sepertinya adalah
satu-satunya wanita yang
menggerakkan hatiku. Aku benar-
benar jatuh cinta padanya. Tapi
aku tak yakin apakah ia cinta juga
kepadaku. Apalagi ia adalah bibiku
sendiri. Malam itu sepi dan hujan
di luar sana. Mbak Dewi sedang
nonton televisi. Aku lihat kedua
anaknya sudah tidur. Aku keluar
dari kamar dan ke ruang depan.
Tampak mbak Dewi asyik menonton
tv. Saat itu sedang ada sinetron.
"Nggak tidur Wan?", tanyanya.
"Masih belum ngantuk mbak",
jawabku.
Aku duduk di sebelahnya. Entah
kenapa lagi-lagi dadaku berdebar
kencang. Aku bersandar di sofa,
aku tidak melihat tv tapi melihat
mbak Dewi. Ia tak menyadarinya.
Lama kami terdiam.
"Kamu banyak diam ya", katanya.
"Eh..oh, iya", kataku kaget.
"Mau ngobrolin sesuatu?",
tanyanya.
"Ah, enggak, pingin nemeni mbak
Dewi aja", jawabku.
"Ah kamu, ada-ada aja"
"Serius mbak"
"Makasih"
"Restorannya gimana mbak?
Sukses?"
 
"Lumayanlah, sekarang bisa
waralaba. Banyak karyawannya,
urusan kerjaan semuanya tak
serahin ke general managernya.
Mbak sewaktu-waktu saja ke sana",
katanya. "Gimana kuliahmu?"
"Ya, begitulah mbak, lancar saja",
jawabku.
Aku memberanikan diri memegang
pundaknya untuk memijat. "Saya
pijetin ya mbak, sepertinya mbak
capek".
"Makasih, nggak usah ah"
"Nggak papa koq mbak, cuma
dipijit aja, emangnya mau yang
lain?"
Ia tersenyum, "Ya udah, pijitin
saja"
Aku memijiti pundaknya,
punggungnya, dengan pijatan yang
halus, sesekali aku meraba ke
bahunya. Ia memakai tshirt ketat.
Sehingga aku bisa melihat lekukan
tubuh dan juga tali bh-nya.
Dadanya mbak Dewi besar juga.
Tercium bau harum parfumnya.
"Kamu sudah punya pacar Wan?",
tanya mbak Dewi.
"Nggak punya mbak"
"Koq bisa nggak punya, emang
nggak ada yang tertarik ama
kamu?"
"Saya aja yang nggak tertarik ama
mereka"
"Lha koq aneh? Denger dari mama
kamu katanya kamu itu sering
dikirimi surat cinta"
"Iya, waktu SMA. Kalau sekarang
aku menemukan cinta tapi sulit
mengatakannya"
"Masa'?"
"Iya mbak, orangnya cantik, tapi
sudah janda", aku mencoba
memancing.
"Siapa?"
"Mbak Dewi".
Ia ketawa, "Ada-ada saja kamu ini".
"Aku serius mbak, nggak bohong,
pernah mbak tahu aku bohong?",
Ia diam.
"Semenjak aku bertemu mbak
Dewi, jantungku berdetak kencang.
Aku tak tahu apa itu. Sebab aku
tidak pernah jatuh cinta
sebelumnya. Semenjak itu pula aku
menyimpan perasaanku, dan
merasa nyaman ketika berada di
samping mbak Dewi. Aku tak tahu
apakah itu cinta tapi, kian hari
dadaku makin sesak. Sesak hingga
aku tak bisa berpikir lagi mbak,
rasanya sakit sekali ketika aku
harus membohongi diri kalau aku
cinta ama mbak", kataku.
 
"Aku tahu, tapi perasaanku tak
pernah berbohong mbak, aku mau
jujur kalau aku cinta ama mbak",
kataku sambil memeluknya dari
belakang.
Lama kami terdiam. Mungkin
hubungan yang kami rasa sekarang
mulai canggung. Mbak Dewi
mencoba melepaskan pelukanku.
"Maaf wan, mbak perlu berpikir",
kata mbak Dewi beranjak. Aku pun
ditinggal sendirian di ruangan itu,
tv masih menyala. Cukup lama aku
ada di ruangan tengah, hingga
tengah malam kira-kira. Aku pun
mematikan tv dan menuju kamarku.
Sayup-sayup aku terdengar suara
isak tangis di kamar mbak Dewi.
Aku pun mencoba menguping.
"Apa yang harus aku lakukan?
….Apa…"
Aku menunduk, mungkin mbak
Dewi kaget setelah pengakuanku
tadi. Aku pun masuk kamarku dan
tertidur. Malam itu aku bermimpi
basah dengan mbak Dewi. Aku
bermimpi bercinta dengannya, dan
paginya aku dapati celana dalamku
basah. Wah, mimpi yang indah.
Paginya, mbak Dewi selesai
menyiapkan sarapan. Anak-anaknya
sarapan. Aku baru keluar dari
kamar mandi. Melihat mereka dari
kejauhan. Mbak Dewi tampak
mencoba untuk menghindari
pandanganku. Kami benar-benar
canggung pagi itu. Hari ini nggak
ada kuliah. Aku bisa habiskan
waktu seharian di rumah. Setelah
ganti baju aku keluar kamar.
Tampak mbak Dewi melihat-lihat
isi kulkas.
"Waduh, wan, bisa minta tolong
bantu mbak?", tanyanya.
"Apa mbak?"
"Mbak mau belanja, bisa bantu
mbak belanja? Sepertinya isi kulkas
udah mau habis",katanya.
"OK"
"Untuk yang tadi malam, tolong
jangan diungkit-ungkit lagi, aku
maafin kamu tapi jangan
dibicarakan di depan anak-anak",
katanya. Aku mengangguk.
Kami naik mobil mengantarkan
anak-anak mbak Dewi sekolah. Lalu
kami pergi belanja. Lumayan
banyak belanjaan kami. Dan aku
menggandeng tangan mbak Dewi.
Kami mirip sepasang suami istri,
mbak Dewi rasanya nggak menolak
ketika tangannya aku
gandeng.Mungkin karena barang
bawaannya banyak. Di mobil pun
kami diam. Setelah belanja banyak
itu kami tak mengucapkan sepatah
kata pun. Namun setiap kali aku
bilang ke mbak Dewi bahwa
perasaanku serius.
Hari-hari berlalu. Aku terus bilang
ke mbak Dewi bahwa aku cinta dia.
Dan hari ini adalah hari ulang
tahunnya. Aku membelikan sebuah
gaun. Aku memang
menyembunyikannya. Gaun ini
sangat mahal, hampir dua bulan
uang sakuku habis. Terpaksa nanti
aku minta ortu kalau lagi butuh
buat kuliah.
Saat itu anak-anak mbak Dewi
sedang sekolah. Mbak Dewi
merenung di sofa. Aku lalu datang
kepadanya. Dan memberikan
sebuah kotak hadiah.
"Apa ini?", tanyanya.
"Kado, mbak Dewikan ulang tahun
hari ini",
Ia tertawa. Tampak senyumnya
indah hari itu. Matanya berkaca-
kaca ia mencoba menahan air
matanya. Ia buka kadonya dan
mengambil isinya. Aku memberinya
sebuah gaun berwarna hitam yang
mewan.
 
"Indah sekali, berapa harganya?",
tanyanya.
"Ah nggak usah dipikirkan mbak",
kataku sambil tersenyum. "Ini
kulakukan sebagai pembuktian
cintaku pada mbak"
"Sebentar ya", katanya. Ia buru-
buru masuk kamar sambil
membawa gaunnya.
Tak perlu lama, ia sudah keluar
dengan memakai baju itu. Ia
benar-benar cantik.
"Bagaimana wan?", tanyanya.
"Cantik mbak, Superb!!", kataku
sambil mengacungkan jempol.
Ia tiba-tiba berlari dan memelukku.
Erat sekali, sampai aku bisa
merasakan dadanya. "Terima kasih"
"Aku cinta kamu mbak", kataku.
Mbak Dewi menatapku. "Aku tahu"
Aku memajukan bibirku, dan dalam
sekejap bibirku sudah bersentuhan
dengan bibirnya. Inilah first kiss
kita. Aku menciumi bibirnya,
melumatnya, dan menghisap
ludahnya. Lidahku bermain di
dalam mulutnya, kami
berpanggutan lama sekali. Mbak
Dewi mengangkat paha kirinya ke
pinggangku, aku menahannya
dengan tangan kananku. Ia jatuh
ke sofa, aku lalu mengikutinya.
"Aku juga cinta kamu wan, dan aku
bingung", katanya.
"Aku juga bingung mbak"
Kami berciuman lagi. Mbak Dewi
berusaha melepas bajuku, dan
tanpa sadar, aku sudah hanya
bercelana dalam saja. Penisku yang
menegang menyembul keluar dari
CD. Aku membuka resleting
bajunya, kuturunkan gaunnya, saat
itulah aku mendapati dua buah
bukit yang ranum. Dadanya benar-
benar besar. Kuciumi putingnya,
kulumat, kukunyah, kujilati. Aku
lalu menurunkan terus hingga ke
bawah. Ha? Nggak ada CD? Jadi
tadi mbak Dewi ke kamar ganti
baju sambil melepas CD-nya.
"Nggak perlu heran Wan, mbak
juga ingin ini koq, mungkin inilah
saat yang tepat", katanya.
Aku lalu benar-benar menciumi
kewanitaannya. Kulumat, kujilat,
kuhisap. Aku baru pertama kali
melakukannya. Rasanya aneh, tapi
aku suka. Aku cinta mbak Dewi.
Mbak Dewi meremas rambutku,
menjambakku. Ia menggelinjang.
Kuciumi pahanya, betisnya, lalu ke
jempol kakinya. Kuemut jempol
kakinya. Ia terangsang sekali.
Jempol kaki adalah bagian paling
sensitif bagi wanita.
"Tidak wan, jangan….AAAHH",
mbak Dewi memiawik.
"Kenapa mbak?" kataku.
Tangannya mencengkram lenganku.
Vaginanya basah sekali. Ia
memejamkan mata, tampak ia
menikmatinya. "Aku keluar wan"
Ia bangkit lalu menurunkan CD-ku.
Aku duduk di sofa sambil
memperhatikan apa yang
dilakukannya.
"Gantian sekarang", katanya sambil
tersenyum.
Ia memegang penisku, diremas-
remas dan dipijat-pijatnya. Oh…
aku baru saja merasakan penisku
dipijat wanita. Tangan mbak Dewi
yang lembut, hangat lalu mengocok
penisku. Penisku makin lama makin
panjang dan besar. Mbak Dewi
menjulurkan lidahnya. Dia jilati
bagian pangkalnya, ujungnya, lalu
ia masukkan ujung penisku ke
dalam mulutnya. Ia hisap, ia
basahi dengan ludahnya. Ohh…
sensasinya luar biasa.
 
"Kalau mau keluar, keluar aja nggak
apa-apa wan", kata mbak Dewi.
"Nggak mbak, aku ingin keluar di
situ aja?", kataku sambil
memegang liang kewanitaannya.
Ia mengerti, lalu aku didorongnya.
Aku berbaring, dan ia ada di
atasku. Pahanya membuka, dan ia
arahkan penisku masuk ke liang
itu. Agak seret, mungkin karena
memang ia tak pernah bercinta
selain dengan suaminya. Masuk,
sedikit demi sedikit dan
bless….Masuk semuanya. Ia
bertumpu dengan sofa, lalu ia
gerakkan atas bawah.
"Ohh….wan…enak wan…", katanya.
"Ohhh…mbak…Mbak Dewi…
ahhh…", kataku.
Dadanya naik turun. Montok sekali,
aku pun meremas-remas dadanya.
Lama sekali ruangan ini dipenuhi
suara desahan kami dan suara dua
daging beradu. Plok…
plok..plok..cplok..!! "Waan…mbak
keluar lagi…AAAHHHH"
Mbak Dewi ambruk di atasku.
Dadanya menyentuh dadanku, aku
memeluknya erat. Vaginanya benar-
benar menjepitku kencang sekali.
Perlu sedikit waktu untuk ia bisa
bangkit. Lalu ia berbaring di sofa.
"Masukin wan, puaskan dirimu,
semprotkan cairanmu ke dalam
rahimku. Mbak rela punya anak
darimu wan", katanya.
Aku tak menyia-nyiakannya. Aku
pun memasukkannya. Kudorong
maju mundur, posisi normal ini
membuatku makin keenakan. Aku
menindih mbak Dewi, kupeluk ia,
dan aku terus menggoyang
pinggulku. Rasanya udah sampai
di ujung. Aku mau meledak.
AAHHHH….
"Oh wan…wan…mbak keluar lagi",
mbak Dewi mencengkram
punggungku. Dan aku
menembakkan spermaku ke
rahimnya, banyak sekali, sperma
perjaka. Vaginanya mbak Dewi
mencengkramku erat sekali, aku
keenakkan. Kami kelelahan dan
tertidur di atas sofa, Aku memeluk
mbak Dewi.
Siang hari aku terbangun oleh
suara HP. Mbak Dewi masih di
pelukanku. Mbak Dewi dan aku
terbangun. Kami tertawa melihat
kejadian lucu ini. Waktu jamnya
menjemput anak-anak mbak Dewi
sepertinya.
Mbak Dewi menyentuh penisku.
"Ini luar biasa, mbak Dewi sampe
keluar berkali-kali, Wan, kamu mau
jadi suami mbak?"
"eh?", aku kaget.
"Sebenarnya, aku dan ibumu itu
bukan saudara kandung. Tapi
saudara tiri. Panjang ceritanya.
Kalau kamu mau, aku rela jadi
istrimu, asal kau juga mencintai
anak-anakku, dan menjadikan
mereka juga sebagai anakmu",
katanya.
Aku lalu memeluknya, "aku
bersedia mbak".
Setelah itu entah berapa kali aku
mengulanginya dengan mbak Dewi,
aku mulai mencoba berbagai gaya.
Mbak Dewi sedikit rakus setelah ia
menemukan partner sex baru. Ia
suka sekali mengoral punyaku,
mungkin karena punyaku terlalu
tangguh untuk liang
kewanitaannya. hehehe…tapi itulah
cintaku, aku cinta dia dan dia
cinta kepadaku. Kami akhirnya
hidup bahagia, dan aku punya dua
anak darinya. Sampai kini pun ia
masih seperti dulu, tidak berubah,
tetap cantik.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
Hmmmm,aq akan slalu menunggu uodatenya lagi gan,aq suka jalan ceritanya,gak terlalu muluk muluk,alami
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd