Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

BU KADESKU, BONEKA SEXKU

HARI PEMILIHAN TIBA

Siang itu, suasana panas menyelimuti Balai Desa Suka Bangun. Suasana panas itu bukan hanya berasal dari langit yang tengah mendung, namun juga berasal dari panasnya penghitungan suara hasil Pilkades Desa Suka Bangun yg baru saja selesai.

Bu Yulia yg duduk berseberangan arah dengan Pak Bambang nampak sibuk menyeka keringat yg bercucuran di dahinya. Salah satu kandidat berwajah cantik dan bertubuh Sintal itu nampak kepanasan, terlebih baju kebaya yg dipilihnya untuk menghadiri perhitungan suara nampak cukup sesak sehingga membuat tubuhnya kepanasan. Bu Yulia sangat terlihat khawatir karena ternyata dari perhitungan sementara suara di 3 TPS dari total 4 TPS yg ada di Desa Suka Bangun, menunjukkan fakta yg sangat memukul dirinya. Ternyata Pak Bambang selalu unggul suara dari dirinya di 3 TPS itu.

Wajah Bu Yulia memerah, nafasnya terlihat tak beraturan, sementara di pelupuk matanya nampak sesekali terlihat adanya genangan air mata. Ia tak siap jika hari itu dirinya gagal menang dalam Pilkades yg berlangsung sangat sengit ini. Jika saja Cantika, Pak Iwan dan Bimo tidak menyemangatinya, mungkin Bu Yulia sudah menangis dari tadi.

"Kamu bisa Yulia," desisnya dalam hati.

Sementara itu, pihak lawan, Pak Bambang nampak sumringah melihat fakta bahwa suaranya unggul tipis di 3 TPS yg sudah dihitung. Didampingi istrinya yg cantik, Bu Vega, Pak Bambang terlihat asyik memakan buah anggur yg di sediakan panitia di depanya. Sambil bercengkerama bersama para pendukungnya, Pak Bambang sesekali menjatuhkan tatapan sinisnya kepada Bu Yulia.Tujuanya satu, untuk menjatuhkan mental Bu Yulia yg nasibnya sudah diujung tanduk.

"Mari kita mulai menghitung perolehan suara di TPS 04, TPS terakhir pada Pilkades ini, " Pekik Pak Narwan sebagai ketua KPPS.

"Hidup Pak Bambang, Pasti Menang" teriak para pendukung pihak lawan membuat dada Bu Yulia semakin sesak.

"Hidup Bu Yulia... Nomor 2 pasti menang!!!" Teriak Bimo diiringi oleh pendukung yg lain.

"Harap para pendukung bisa tenang, agar tidak menganggu proses perhitungan suara" perintah Pak Narwan yg sedari tadi sangat terganggu oleh para pendukung kedua belah pihak yg sangat militan tersebut.

"Baiklah kita mulai, petugas pembuka kertas siap? petugas perekap siap? Saksi kedua belah pihak siap?? " tanyanya memastikan.

Setelah semuanya mengangguk, Pak Narwan memerintahkan anggotanya bernama Desi yg bertugas menjadi pembuka kertas untuk memulai perhitungan di TPS Pamungkas ini. Butuh sebuah keajaiban agar Bu Yulia bisa menang di TPS yg berisi 550 kertas suara itu.

Namun sayang, nampaknya hal itu tidak akan terjadi.
"Nomor 1, Pak Bambang!" teriak Desi.
"Nomor 1, Pak Bambang!" teriak Desi.
"Nomor 1, Pak Bambang!" teriak nya lagi.
"Nomor 1, Pak Bambang!" Pak Bambang Semakin sumringah.
"Nomor 1, Pak Bambang!" Bu Yulia semakin kecut.

"Nomor 1!" Nomor 1!" Nomor 1!" Nomor 1!"
Teriak Desi berturut turut sampai kertas suara nomor 30.

Bu Yulia harus menghadapi kengerian yg belum pernah di hadapinya sebelumnya. Di kotak suara TPS terakhir itu, Pak Bambang justru semakin melesat jauh meninggalkanya.
Dengan tambahan 30 suara itu, kini Pak Bambang sudah unggul 100 suara darinya.

Pak Hendro yg juga menyaksikan proses perhitungan suara nampak sedikit gusar namun ia mencoba bersikap datar datar saja. Semua orang tahu, Pak Hendro selama ini sangat dekat dengan Pak Bambang, semua orang tahu bahwa laki laki kaya itu sudah pasti jadi pendukung Pak Bambang. Namun siapa sangka, ternyata Pak Bambang punya niatan lain di dalam hatinya. Rupanya dalam hati kecilnya, ia lebih menginginkan Bu Yulia lah yg menang. Alasanya karena, jika janda beranak satu itu menjadi kades, Pak Hendro punya kuasa untuk menjadikan Bu Yulia sebagai pemuas nafsunya. Bu Yulia sudah kalah janji dan segalanya dari Pak Hendro. Dan kini, di perhitungan suara terakhir ini segalanya akan ditentukan

"Nomor 2, Bu Yulia!" teriak Desi mengubah arah sorakan.
"Nomor 2! Nomor 2, Nomor 2, Nomor 1" Nomor 1! " Pak Hendro masih unggul 96 suara.

"Nomor 2, Nomor 2, Nomor 2,nomor 2, nomor 2" Suara Desi membawa angin segar untuk Bu Yulia.

"Nomor 2, Nomor 2, Nomor 2,".
"Nomor 2, Nomor 2, Nomor 2!" Bu Yulia mulai melihat adanya harapan. Bimo, Cantika, Pak Iwan tersenyum.

"Nomor 2,Nomor 2, Nomor 2!!! "Teriak Desi diikuti tepuk tangan bersahutan dari kubu pendukung Bu Yulia.

Ternyata, Di TPS terakhir ini, secara mengejutkan para pemilih didominasi oleh pendukung Bu Yulia.
Suara "Nomor 2" terus menerus membahana di dalam Balai Desa. Bu Yulia merasakan adanya angin perubahan.

Hingga 30 menit berikutnya, secara ajaib kini Bu Yulia bisa mengejar ketertinggalan suaranya. Bahkan secara tak disangka sangka, kini Bu Yulia justru sudah menyalib perolehan suara Pak Bambang.
Kini bahkan Bu Yulia sudah unggul ,10 suara dari Pak Bambang.

"Ayo, keajaiban....teruslah datang padaku!" teriak Bu Yulia dalam hati yg masih sangat tegang mengingat masih ada kertas suara yg belum selesai dihitung.

Dan ternyata benar saja, di sisa 120 kertas suara yg masih tersisa, perolehan suara Bu Yulia masih terus mendominasi.

"5 kertas suara terakhir," teriak Desi.
"Nomor 2"
"Nomor 2"
" Nomor 2"
" Nomor 1"
Terakhir "Nomor 2!!!"

Teriakan dan tepuk tangan bergemuruh di dalam Balai Desa Suka Bangun. Bu Yulia yg sedari tadi merasa akan kalah tak percaya pada deretan talis dan angka yg ada di papan perhitungan. Disana, perolehan angka miliknya secara ajaib unggul 80 suara dari Pak Bambang. Bu Yulia tak percaya roda nasibnya berubah di TPS terakhir ini.

"Mah, Mama menang mah! Mama menang!! Mama jadi Kades ma! " teriak Cantika di samping telinga ibunya. Anak gadis Bu Yulia itu memeluk ibunya dengan erat.

"Ini kaya mimpi, Can" balas Bu Yulia tak percaya.

Dengan mengucap syukur, Bu Yulia kemudian berjalan sedikit ke depan dan mencium lantai balai Desa untuk melakukan sujud syukur akan kemenanganya.

Di seberang sana, Pak Bambang yg juga tak percaya keunggulannya bisa diputar 180° nampak emosi. Ia bahkan sampai meluapkan amarahnya dengan membanting botol air mineral yg ada di depanya. Wajahnya merah padam melihat lawan yg selama ini dipandang remeh olehnya justru tampil sebagai pemenang. Jika saja Bu Vega tidak mencegahnya, Pak Bambang pasti sudah mengamuk di Balai Desa. Setelah Bu Vega menyuruhnya duduk dan memberinya minum, Pak Bambang bisa bersikap lebih tenang.

"Selamat Yul, akhirnya impianmu terwujud. Kamu jadi Kades Desa Suka Bangun sekarang! " Pak Iwan menyalami Bu Yulia. Jika tidak ada orang lain, Pak Iwan sebenarnya ingin ikut memeluk mantan istrinya itu.

"Terima kasih mas, Makasih banyak, Berkat bantuanmu mas!!! Bu Yulia nampak menggenggam erat tangan Pak Iwan. Dengan bercucuran air mata, Bu Yulia kemudian mencium tangan Pak Iwan. Pak Iwan terharu dan nampak menepuk pundak Bu Yulia.

"Selamat Bu Yulia, akhirnya ibu bisa menjadi Kades! " giliran Bimo yg menyalami Bu Yulia. Sebagai ketua tim sukses nya, sudah barang tentu Bimo lah yang menjadi salah satu faktor kunci kemenanganya siang itu.

"Oh Bimo, makasih banyak sayang. Kamu luar biasa! Ibu gak bisa seperti ini jika bukan bantuanmu!!! Makasih Bim!" balas Bu Yulia yang secara tak sadar memanggil Bimo dengan panggilan sayang. Bagaimanapun, Bu Yulia berhutang jasa pada pemuda andalannya itu. Bahkan, saking gembiranya justru Bu Yulia membalas jabatan tangan itu dengan sebuah pelukan tulus.

Bimo sampai tak percaya Bu Yulia memeluknya dan bahkan memanggilnya sayang. "Sayang" " Kamu Luar Biasa!" kata kata itu terus terngiang ngiang dalam kepalanya. Untuk beberapa detik Bimo merasakan sebuah kebahagiaan yg tak pernah dialaminya. Sebuah pelukan dari sosok yg selama ini sangat dipujanya.
"Kamu luar biasa, sayang" ucap Bu Yulia sekali lagi.

Sebuah perasan aneh menggerayangi Bimo saat Bu Yulia secara spontan memeluknya. Saat wanita itu mendaratkan tubuhnya, Bimo bahkan bisa dengan jelas merasakan hangatnya desakan payudara wanita bertubuh indah pujaanya itu. Tak hanya itu, sebuah kalimat " Kamu luar biasa, sayang" ternyata langsung membangkitkan gairahnya. Pikiran Bimo seketika melayang, membayangkan pelukan dan ucapan itu terjadi diatas sebuah ranjang saat dengan perkasanya dirinya menggenjot memek Bu Yulia sampai keenakan sehingga wanita itu mengejan dan memeluknya sambil berteriak " Kamu luar biasa sayang!!"

Setelah selesai memeluk Bimo, Bu Yulia kemudian beralih kepada para pendukungnya yg lain yg turut mengelilinginya. Satu persatu Bu Yulia membalas salaman, dan memberikan pelukan kepada pendukung wanitanya.

Hingga pada akhirnya, Pak Bambang yg masih belum legowo dipersilahkan untuk memberikan selamat kepada Bu Yulia oleh ketua panitia KPPS Pak Narwan.

"Mari kita akhiri rangkaian Pilkades yg sangat sengit ini dengan saling berjabat tangan dan saling memaafkan. Siapapun yg menang, mari kita dukung dan doakan agar mampu mengamban amanat menjadi Kepala Desa yg bisa memberikan kesejahteraan di desa kita tercinta ini." Kata Pak Narwan.

"Kami persilahkan kedua pasang kandidat untuk maju ke depan dan bersalaman sebagai simbol perdamaian dan persatuan. Dan kepada para pendukung, juga dipersilahkan untuk saling bersalaman" tambahnya.

Mendengar permintaan itu, Pak Bambang yg sebenarnya ingin langsung melenggang pergi mau tak mau harus menyalami Bu Yulia yg tampil sebagai pemenang. Dengan langkah gontai lelaki itu pun mendatangi Bu Yulia.

"Selamat Bu Yulia, anda terpilih sebagai Kades...Selamat sekali lagi" sapa Pak Bambang kecut sembari menatap Bu Yulia dengan tatapan tak tulus.

"Terima kasih, Pak. Mohon dukungan. Bagaimanapun mari kita sama sama saling memajukan Desa Ini, " balas Bu Yulia sebatas formalitas belaka. Dalam diri Bu Yulia, ia masih menyimpan dendam akan fitnah dari kubu Pak Bambang. Meski begitu, sekarang hal itu tidaklah penting. Kegembiraan Bu Yulia siang itu terlalu sayang untuk dilewatkan dengan memikirkan dendam. Yang penting baginya sekarang adalah ia sudah berhasil menggapai mimpinya menjadi Kepala Desa.

Setelah Pak Bambang selesai menyalami Bu Yulia, lelaki yg tak menyangka dirinya akan kalah dari seorang perempuan di Pilkades Suka Bangun itu buru buru berlalu dan meninggalkan balai desa.

Sementara itu, kini gantian para warga yg lain yg berbondong bondong menyalami kepala desa mereka yg baru saja terpilih. Mulai dari para muda mudi, bapak bapak, dan ibu ibu berbaris untuk memberikan selamat akan kemenangan Bu Yulia. Bahkan, banyak diantara ibu ibu yg dengan gemasnya memeluk dan mencium pipi Bu Yulia sebagai tanda kebahagiaan mereka telah memiliki kades seorang perempuan.

"Terima kasih bapak bapak, ibu ibu...mohon doanya agar saya bisa memajukan desa kita tercinta ini," balas Bu Yulia sumringah.

Hingga tiba saatnya barisan itu menyisakan beberapa orang saja yang salah satunya mampu membuat Bu Yulia sangat ketakutan.

"Selamat Bu Yulia, akhirnya ibu terpilih menjadi kepala desa. Saya sangat senang sekali akan kemenangan ibu," sapa Pak Hendro memasang wajah manis dan budimanya.

"Hmm....hmmm....Terima kasih pak, atas dukungannya," cengir Bu Yulia kikuk saat berhadapan dengan lelaki yg mengerikan itu.

"Ditunggu ya Bu, syukuranya," lanjut Pak Hendro.

Cantika yg saat itu juga berdiri mendampingi ibunya seketika menyeletuk. "Tentu om Hendro, mama sudah menyiapkan syukuran malam ini. Nanti malam ada acara ramah tamah di rumah. Om Hendro datang ya" kata Cantika lugu.

"Tentu saja, Can... Om pasti datang," balasnya tak kalah ramah. Cantika tak tahu, lelaki yg dikenalnya sangat baik ramah dan santun itu ternyata menyimpan sebuah rencana jahat di hatinya. Cantika tak tahu, Pak Hendro terobsesi untuk menjadikan ibunya sebagai boneka sexnya. Boneka sex yg harus siap melayani nafsu liar Pak Hendro kapanpun lelaki itu membutuhkan kenikmatan tubuh seorang wanita.

"Nanti malam kita lanjutkan ramah tamahnya ya Bu, sekali lagi selamat. Saya tunggu ibu merealisasikan janji janji kampanye ibu," sindir Pak Hendro membuat Bu Yulia menelan ludah.

"Iya pak, terima kasih" balasnya kecut.

Akhirnya, setelah selesai mendapatkan ucapan selamat dari segenap warga, Bu Yulia yang diiringi oleh tim suksesnya kemudian bergerak pulang ke kediaman Bu Yulia. Rupanya Bimo sudah menyiapkan sebuah mobil bak terbuka untuk membawa dan mengarak Bu Yulia pulang. Tujuannya satu, agar nuansa kemenangan itu bisa ditetap didengungkan sepanjang perjalanan pulang.

Sepanjang perjalanan Bu Yulia merasakan gairahnya naik saat segenap warga rupanya masih mendengungkan namanya sepanjang jalan. Belum pernah ia merasakan kebahagiaan akan kemenangan semacam itu dalam hidupnya. Akhirnya, setelah sekian lama berjuang dengan berbagai cara, kini ia bisa mewujudkan cita citanya sebagai kepala desa. Meskipun, ada sebuah kengerian besar yg siap menantinya setelah ini.


MALAM ITU
DI RUMAH BU YULIA

Waktu menunjukkan pukul 19.40 di Desa Suka Bangun. Gerimis yang teramat tipis membasahi jalanan malam itu. Meski demikian, gerimis itu rupanya tak menghalangi antusiasme warga yg hendak menyambangi rumah Bu Yulia untuk menghadiri acara ramah tamah dalam rangka kemenangan kades cantik itu. Ya, meskipun Bu Yulia tak yakin 100% bisa menang di Pilkades, namun ia sudah menyiapkan acara ramah tamah tersebut. Menang atau kalah, acara itu akan tetap berlangsung.

Bimo dan rekan rekanya sibuk berlalu lalang memastikan segala sesuatunya siap dan berjalan sesuai rencana. Segala macam hidangan mulai dari sate kambing, rica rica enthok, gudek, pecel dan bakso disiapkan oleh Bu Yulia. Tak lupa, beberapa jajanan seperti lemper, onde onde, kacang, beraneka kue dan Snack disiapkan tanpa cela.
Bermacam macam minuman juga sudah disiapkan untuk menghangatkan suasana ramah tamah malam itu, dan yang paling special adalah sajian wedang ronde yg sangat cocok diseruput di malam yg gerimis ini.

Saat Bimo masih sibuk mengatur beberapa detail kecil, tiba tiba Cantika memanggilnya.
"Mas Bimo, mas dipanggil ibu ke kamar," kata Cantika.

"Ke kamar?" Bimo tak percaya.

"Ia mas, gak apa apa kata ibu. Penting!" tandasnya.

"Oke Can, siap!" dada Bimo berdesir saat mengetahui Bu Yulia memintanya masuk ke dalam kamar. Sebuah ruang yg selalu membuat Bimo penasaran. Sebuah ruang yg kadang sering menghiasi pikiran nakalnya.

Bimo berjalan pelan dan kemudian meminta izin masuk meskipun pintu kamar itu terbuka separuh. "Saya Bu, Bimo"

"Oh iya, sini masuk Bim. Ibu ada perlu penting dengan kamu", balas Bu Yulia yg masih sibuk menyelesaikan riasanya di depan cermin.

Saat Bimo kemudian melenggang masuk, Bu Yulia nampak masih sibuk menatap wajahnya di depan cermin. Ia tak berbalik. Bimo sekali lagi terkejut dan terkesima saat melihat Bu Yulia tengah merias wajahnya di depan cermin. Saat itu Bimo bisa melihat sebuah keindahan dari tubuh Bu Yulia. Karena berdiri membelakangi Bimo, pantat besar wanita itu terpampang jelas di depan pemuda yang sangat mengilainya.

"Gila...." keluh Bimo dalam hati saat melihat bongkahan pantat Bu Yulia terlihat sangat montok dan menggoda dibalik gamis tipis yg dikenakannya. Bimo selalu penasaran, bagaimana bentuk pantat itu jika tak ada satupun helai pakaian yg menghalangi dan juga kenikmatan semacam apa yg akan dia rasakan apabila kontolnya bisa menikmati pantat yg sangat besar itu.

"Sini Bim, duduk dulu. Ibu hampir selesai." Kata Bu Yulia sambil menunjuk ke arah ranjang ya.

"Iya Bu," Bimo cengar cengir.

Bu Yulia yg sudah selesai kemudian bergeser ke arah lemari pakaiannya dan membukanya untuk mencari sesuatu benda yg sudah dipersiapkan ya. Saat Bu Yulia membuka lemarinya, tak sengaja Bimo bisa melihat tumpukan pakaian dalam Bu Yulia yg rupanya jumlahnya sangat banyak itu. Bahkan Bimo bisa melihat sebuah dildo yg secara sembrono disimpan sembarangan oleh Bu Yulia.

"Astaga Bu Yulia! Mainannya seperti itu! " desis Bimo dalam hati. Seketika ia bisa merasakan kontolnya menegang.

"Nah, ini Bim. Ibu mau kasih kamu ini! " Kata Bu Yulia yg kini membawa sebuah bungkusan kecil yg dibungkus dalam kotak kado.

Rupanya Bimo tak terlalu memperhatikan benda yg dibawa Bu Yulia. Ia justru memperhatikan wajah cantik Bu Yulia yg baru saja selesai berias diri.

"Ini buat kamu Bim," Kata Bu Yulia menyodorkan sebuah hadiah untuk Bimo.

"Apa ini Bu?" Bimo binggung.

"Ah hanya sedikit dari ibu, sebagai ucapan terima kasih ibu untuk semua bantuanmu. Berkat kerjamu yg luar biasa, ibu bisa menang. Tolong ini diterima! itu perintah! " Desak Bu Yulia.

"Baik Bu, saya terima. Tapi tanpa diberikan inipun saya senang bisa membantu ibu. Dan saya akan terus membantu ibu saat jadi Kades nanti. " Jawab Bimo tulus.

"Nah itu dia, itulah salah satu alasan ibu panggul kamu sekarang," nada bicara Bu Yulia mulai serius.

"Bim, apa ibu boleh minta tolong?" Kata Bu Yulia dengan suara sedikit serak.

"Tentu Bu, boleh! " angguk Bimo.

"Ibu mohon kamu masih siap membantu ibu saat nanti sudah bekerja menjadi kades. Ibu mau kamu jadi orang kepercayaan ibu dan siap ibu mintai bantuan "apa saja" nanti. " Bu Yulia terlihat cemas.

"Apa ibu ada masalah? Ibu terlihat cemas?" Bu Yulia mengangguk pelan.

"Masalah ibu sebenarnya banyak, tapi ibu tidak bisa cerita sekarang. Sekarang ibu cuma butuh komitmen kamu saja." suara Bu Yulia lirih.

"Tentu Bu, saya siap! Apapun, kapanpun, bagaimanapun!" balas Bimo gembira.

"Terima kasih banyak ya Bim. Berkat strategi kamu ibu bisa menang di TPS terakhir itu. Itu nyaris banget! Ibu benar benar berhutang banyak sama kamu. Dan ibu masih punya janji sama kamu, apapun hadiah yg kamu minta ibu akan berusaha memberikanya. Tinggal kamu katakan saja! " Bu Yulia teringat janjinya sama Bimo.

Mulut Bimo bergetar mendengar itu, Bimo ingin mengatakan sebuah permintaan namun ia takut dan tak siap mengatakannya saat ini.

"Hehehe.... Kalau soal itu, ibu santai saja. Nanti deh saya pikirkan dulu. Kapan kapan aja Bu saya ngomonginya," cengir Bimo.

"Ya Bim, gak usah sungkan pokoknya. Apa saja...tinggal katakan," pertegas Bu Yulia sambil memegang tangan Bimo.

"Hmmm... ia Bu, makasih perhatianya," sekali lagi Bimo terlihat kikuk di hadapan wanita di hadapannya.

"Ibu benar benar butuh kamu Bim" pangkas Bu Yulia mengeratkan genggamannya tangannya sebelum akhirnya melepaskannya.

Dari tatapan mata dan bahasa tubuh Bu Yulia, Bimo tahu dalam hati wanita itu sedang berkecamuk sebuah kegelisahan yg mendalam. Hanya saja, Bimo tak tahu apa pastinya.

Setelah selesai, keduanya lantas keluar untuk mulai menyapa warga yg sudah mulai banyak berdatangan. Malam itu Bu Yulia sudah siap menjamu masyarakat yg hendak beramah tamah di kediamanya. Tak terkecuali Pak Hendro.

"Selamat datang ibu ibu, bapak bapak. Terima kasih atas waktunya. Ayo langsung saja, silahkan makan yg disukainya. Maaf cuma ada hidangan sederhana," kata Bu Yulia merendah sambil menyalami satu persatu tamu yg datang.


( Bu Yulia didampingi Bimo menyalami tamu tamu yang datang )

"Aduh Bu Hesty, Bu Yanti, Bu Mela, kok repot repot bawa ginian segala?" kata Bu Yulia kepada beberapa ibu ibu yg datang dengan membawa buah tangan.

"Ah Bu Yul, santai saja. Kan sudah adat disini," jawab Bu Mela renyah. Di Desa Suka Bangun memang sudah menjadi tradisi saat ada pihak yg punya hajat baik itu syukuran maupun musibah, warga sekitar memang terbiasa membawa "cangkingan" yg biasanya berupa sembako.

" Terima kasih ya ibu ibu" Ayok sini langsung makan makan, " kata Bu Yulia sambil memperhatikan sosok Pak Hendro yg rupanya sudah hadir dan tengah asyik ngobrol bersama dengan Cantika dan Pak Iwan mantan suaminya. Bu Yulia sedikit khawatir, lelaki mengerikan itu tengah berbicara dengan keluarganya.

"Cantika sini, temani ibu ibu yg pada makan," Panggil Bu Yulia tak ingin anaknya dekat dekat dengan lelaki itu.

Cantika langsung berpamitan dan menuju ke arah ibunya sambil membawa beberapa bungkusan yg membuat Bu Yulia penasaran.

"Mah ini ada banyak hadiah untuk mamah. Ada yg dari papah, dari Bimo, dari teman teman Cantika, dari tim suksesnya mamah, ada juga dari Om Hendro. Mamah kaya ulang tahun aja kadonya banyak," lapor Cantika.

"Pak Hendro?" Bu Yulia terkejut.

"Memang Kenapa?" tanya Cantika.

"Ah gak apa apa, tolong kamu simpankan semuanya di kamar mamah ya Can, habis itu kamu temani ibu ibu. Biar yg bapak bapak ditemani sama Bimo n papah kamu! " perintahnya.

Setelah Cantika melenggang, Bu Yulia kemudian nampak membaur dan menyapa tamu tamu yg datang. Dan seperti biasa, penampilannya selalu mengundang perhatian dan decak kagum. Bahkan aslinya, banyak bapak bapak dan pemuda di Desa Suka Bangun yang selalu melirik dan mencuri pandang ke arah belahan dada dan pantat wanita itu yg memang selalu terlihat menonjol meskipun menggunakan jilbab.

Malam itu Bu Yulia nampak mengenakan setelan gamis berwarna krem dengan pola dots di seluruh permukaannya yg dipadukan dengan jenis jilbab rumbai berwarna cokelat tua. Setelan gamis dan jilbab memang biasa dikenakannya saat acara acara di kampungnya. Meski sudah sangat tertutup namun nyatanya gamis itu selalu bisa menonjolkan aset Bu Yulia. Jika dilihat dari arah samping, payudara yg berukuran sangat besar miliknya nampak menyembul disela sela jilbabnya. Sebuah pemandangan yg sering membuat laki laki manapun menelan ludah. Sementara itu, di bagian belakang gamis ketatnya semakin membuat bentuk pantatnya terlihat semakin indah. Meski gamis itu berbahan cukup tebal, namun belahan celana dalam Bu Yulia masih bisa terlihat nyeplak dan menantang.

Selain itu, sapuan make up yg menghiasi wajahnya nampak memperlihatkan kecantikan Bu Yulia yg sesungguhnya. Meski cukup minimalis, namun kombinasi warna peach pada bibir tebalnya terlihat sangat menawan. Terlebih bentuk dari sapuan eye shadow yg cukup tebal membuat mata Bu Yulia semakin menyala. Tak heran jika wanita itu sering dijuluki oleh para laki laki di Desa Suka Bangun sebagai Bu Macan ( Manis Cantik), Ada juga yg menyebut Bu Yulia sebagai Janda Musex ( Muka Ngesex ), Ada juga yg menyebutnya sebagai STW Jilboobs mengingat penampilannya yg suka memakai pakaian ketat. Sementara Pak Hendro sekarang punya julukan baru untuk Bu Yulia, yaitu Bu Kades Lonte, atau Bu Kades Boneka Sex.

Meski malam itu Bu Yulia terlihat selalu berusaha menghindari Pak Hendro,nyatanya lelaki itu selalu menemukan cara untuk membuat Bu Yulia merasa tidak tentram.

"Selamat malam Bu Kades," sapa Pak Hendro. "Selamat sekali lagi ya Bu. "

"Eh...eh...eh..
Makasih Pak," balas Bu Yulia kecut dan tertekan.

"Oh ya Bu, saya nitip hadiah sama Cantika tadi,nanti langsung dibuka ya Bu!" pinta Pak Hendro.

"Ehem... Iy, Iy...Iya Pak, Makasih ya!" Bu Yulia khawatir.

"Ibu jangan takut gitu ya, gak enak dilihat yg lain. Santai saja. Saya cuma pengen ngucapin selamat saja," Pak Hendro menenangkan Bu Yulia.

"Iya pak, makasih sekali lagi," Bu Yulia kikuk.

"Boleh saya membisikkan sesuatu ke ibu? Sebentar saja," pinta Pak Hendro yg langsung mendekatkan kepalanya ke arah Bu Yulia,"

"Cepet pak, mau ngomong apa?"

"Jangan lupa janji ibu ya! Saya tunggu cicilan hutangnya. Karena bantuan uang saya, Ibu bisa jadi kades sekarang. Dan juga, kalau bisa...makin sedikit demi sedikit nyicilnya makin bagus. Saya bisa sebanyak mungkin bisa ngentotin ibu," bisik Pak Hendro nakal.

Suara dan kata kata nakal lelaki itu seketika membuat Bu Yulia merinding, ditambah lagi angin yg berhembus dari nafasnya membuat bulu Roma Bu Yulia berdiri. Bu Yulia tak bisa membayangkan akan semengerikan apa jika lelaki itu mengentotnya sambil membisikkan kata kata nakal ditelinganya. Bu Yulia merinding dan segera menjauh dari kepala Pak Hendro.

"Pak Tolong pak, pikirkan lagi itu," ucap Bu Yulia lirih.

"He he he he..." Pak Hendro hanya tertawa ringan sambil pergi meninggalkan Bu Yulia dengan tatapan penuh nafsu.
Lelaki biadab itu sudah sangat tidak sabar untuk menikmati kehangatan tubuh Bu Yulia, beceknya tempik Bu Yulia, belahan payudara super besarnya, pantat brutalnya, serta erangan dan teriakan Bu Yulia saat Pak Hendro dengan penuh nafsu tengah mengentotnya.

"Hari harimu akan dipenuhi dengan semburan spermaku Bu Kades," batin Pak Hendro.

Suasana hangat dan penuh kebahagiaan di kediaman Bu Yulia malam itu membuat waktu tak terasa berjalan begitu cepat. Waktu kini sudah menunjukkan pukul 22.00 dan para tamu yg hadir berangsur angsur berpamitan hingga menyisakan Pak Iwan, Bimo dan beberapa temannya.

Malam itu Pak Iwan sebenarnya ingin kembali menginap di rumah mantan istrinya, namun karena dirinya tak ingin menimbulkan gosip dan pergunjingan orang, Pak Iwan terpaksa mengurungkannya. Apalagi sekarang Bu Yulia sudah terpilih menjadi Kades, tentu saja masalah seperti itu akan sangat sensitif bagi para warga desa Suka Bangun.

"Yulia, aku pamit ya," katanya enggan.

"Tidak tidur sini saja mas?" Bu Yulia menawarkan.

"Gak enak sama warga sini, Bu Kades," cengirnya.

"Baik mas... Aku berterima kasih banyak sama kamu mas. Kalau saatnya tepat, aku pasti akan membalas semua kebaikanmu,"
Bu Yulia tak rela.

"Gak apa apa, aku senang sekali impianmu sekarang sudah terwujud. Aku bangga!" kata Pak Iwan sembari menyalami Bu Yulia.

"Mas...." tangan Bu Yulia enggan melepaskan genggaman tangan suaminya.

"Aku sayang kamu," bisik Pak Iwan lirih membuat hati Bu Yulia lumer.

Bu Yulia hanya mengangguk sembari menatap dalam mata mantan suaminya. Meski tak membalas, Pak Iwan tahu Bu Yulia masih menyimpan perasaan yg sama dengannya.

"Besok mas Iwan main sini ya, sepertinya ibu besok mau datang kerumah," pinta Bu Yulia.

"Ibu?" Pak Iwan yg terkejut mengangguk setuju. Memang sudah lama juga ia tak berjumpa dengan mantan mertuanya. Tentu saja ia tak akan melewatkan waktu untuk bertemu dengan orang yang sebenarnya sangat menyesali perceraian antara Bu Yulia dan Pak Iwan.

Bu Yulia akhirnya melepaskan Pak Iwan untuk pulang. Laki laki itu berjalan ke arah Cantika dan berpamitan. Setelah memeluk dan mencium Cantika, Pak Iwan akhirnya benar benar meninggalkan rumah itu.

"Andai saja disini mas, aku ingin menghabiskan malam ini dalam pelukanmu," dalam hati Bu Yulia gundah. Meski ia sangat letih hari ini, tapi apabila Pak Iwan menginginkan tubuhnya kembali malam ini, Bu Yulia akan dengan senang hati melayani hasrat Pak Iwan. Lebih lebih, justru Bu Yulia lah yg malam itu yg butuh keperkasaan Pak Iwan, Bu Yulia ingin memanjakan dan memuaskan lelaki yg sangat banyak membantunya dalam Pilkades ini.

Tak berselang lama, Bimo dan kawan kawannya juga berpamitan. "Saya pulang dulu ya Bu, makasih untuk semuanya," ucap Bimo sambil mencium salim tangan Bu Yulia diiringi oleh pemuda pemudi lainya.

"Terima kasih Bim, terima kasih banyak semua. Ibu sangat berhutang Budi dengan kalian," Bu Yulia menyapa ramah." Secepatnya kita agendakan syukuran khusus tim ses kita. Bimo kamu atur semua ya!"

"Siap Bu Kades, Laksanakan! " Bimo memberi hormat.

"Take care semua," senyum Bu Yulia.

Akhirnya, keceriaan di rumah Bu Yulia benar benar usai. Rumah itu kembali lenggang hanya menyisakan Bu Yulia, Cantika dan seorang ART nya.

Bu Yulia yg sudah letih kemudian memilih untuk masuk ke kamarnya untuk bersih bersih. Setelah menutup pintu, Bu Yulia langsung melepaskan semua pakaian yg dikenakannya dan berjalan menuju kamar mandi dalam. Tubuh telanjangnya melenggang melewati tumbukan kado dan hadiah dari orang orang terdekatnya, termasuk kado dari Pak Hendro.

"Nanti," pikirnya sambil memasuki pintu kamar mandi.

Sesampai di kamar mandi, Bu Yulia langsung memutar gagang shower yg ada di depanya. Seketika guyuran lembut air membasahi tubuh sintalnya. Aliran air itu menghujam lembut ke rambutnya dan perlahan lahan mengalir menuruni lekuk demi lekuk tubuh bahenol Bu Kades itu. Dengan lincahya aliran air itu menelusuri jengkal demi jengkal kulit putihnya melewati celah diantara payudara besarnya menuju ke perutnya yg mulai sedikit berlipat hingga akhirnya membasahi lebatnya rambut kemaluannya yg sudah cukup lama tidak dipotong. Saat aliran air yg cukup dingin itu merembes ke area kemaluannya, Bu Yulia nampak mengelus eluskan jari lentiknya masuk ke dalam lubang kemaluannya.



Sambil menikmati guyuran air yg menyegarkan tubuhnya setelah seharian letih bertarung dalam pemilihan kepala desa yg sangat menguras tenaga, pikiran Bu Yulia kembali melayang pada momen kemenanganya hari ini. Ia bahkan masih tidak percaya bahwa dirinya bisa menang secara dramatis siang itu.

"Akhirnya, aku menang," pikirnya dalam hati puas.

Setelah puas memanjakan tubuh sintalnya dengan segarnya air, Bu Yulia kemudian mengambil handuk yg selalu tergantung di tempatnya. Dikeringkanya dua buah payudara yg jika dilihat dari dekat, bagian putingnya sudah menghitam dan membesar. Setelah itu, Bu Yulia mengeringkan bagian tubuh yg lainya dan kemudian melenggang keluar menuju ranjangnya.

Sambil menunggu rambutnya kering, Bu Yulia yg hanya mengenakan sehelai handuk itu lantas mulai penasaran dengan banyaknya kotak hadiah yg menumpuk disampingnya. Bu Yulia kemudian duduk sambil memeriksa satu persatu siapa saja sang pemberi hadiah itu.
Dan yang paling mendebarkan hatinya, tentu saja hadiah dari si brengsek Hendro yg baru saja mengingatkan dirinya untuk segera menyerahkan tubuhnya guna melunasi hutang hutang ya.

"Apa yang laki laki busuk itu berikan padaku? Apakah dia akan menerorku lagi?" Bu Yulia penasaran.

"Ah, bodo amat. Buka sajalah!" tandasnya dalam hati.

Dengan kasar Bu Yulia justru membuka terlebih dahulu bungkusan hadiah dari Pak Hendro. Dengan hati berdebar, Bu Yulia kemudian membredeli bungkus hadiah itu hingga menyisakan isinya.

"Haaah?? Serius??!!" Bu Yulia terkejut bukan main saat melihat wujudnya yg ternyata adalah dua pasang seragam dinas khas seorang kepala desa. Sebuah setelan seragam safari berwarna putih yg biasa dipakai dalam sebuah pelantikan dan acara resmi direntangkanya dengan seksama. Kemudian, sesetel pakaian khaki berwarna krem juga direntangkanya. Bu Yulia semakin tak percaya setelah melihat sebungkus kotak kecil yang tersembunyi di bagian paling bawah dari bungkusan itu. Matanya terbelalak saat mendapati isi dari kotak itu ternyata adalah sebuah kalung emas mewah yang saat Bu Yulia pertama
kali melihatnya ia sudah tahu bahwa harga dari barang itu pasti sangatlah mahal.

"Pak Hendro! Gila ini orang," Bu Yulia cemas.

"Baju seragam?Kalung Emas?" pikirnya masih tak percaya.

Tanggung, Bu Yulia segera memeriksa juga sebuah ucapan yg ikut dilampirkan disebuah kertas yg dituliskan dengan singkat.

Untuk : Bu Yulia, Kadesku yg cantik

Selamat, cita cita ibu menjadi kades akhirnya tercapai. Saya akan sangat senang apabila ibu mau menerima hadiah kecil ini.

Tak sabar rasanya, ingin segera melihat ibu memakai seragam dinas dan kalung ini. Semoga pas, ibu suka dan bisa membuat kecantikan ibu semakin sempurna.

Dan juga, saya akan sangat senang jika bisa mengentot ibu saat memakai seragam ini. Rasanya pasti akan sangat luar biasa.

Dari pengagum kecantikan mu, pengagum tubuh indahmu.

-H-


"Astaga, gila Pak Hendro! Sebegitu gilakah dia padaku?"

Hati Bu Yulia berkecamuk antara tidak percaya, takut, cemas, penasaran namun juga menyisakan sedikit rasa kagum.
Ia tak menyangka, orang brengsek itu rupanya memiliki sisi manis sekaligus sangat liar. Ia tak percaya, Pak Hendro memberikan hadiah berupa jenis barang yg sebenarnya cukup menyentuhnya. Hanya saja, Bu Yulia merasa ngeri dengan imajinasi dan fantasy buas lelaki munafik itu. Bu Yulia yakin, dengan kekayaan, popularitas dan kekuasaannya, sudah banyak wanita yg pasti sudah menjadi korban nafsu liarnya.

Bu Yulia yg penasan, kemudian kembali meraih setelan baju yg ada dipangkuanya. Direntangkanya sekali lagi benda itu untuk memastikan ukuranya. Dan yang paling membuatnya terkejut, Bu Yulia tak percaya Pak Hendro menyiapkan seragam yg secara kasat mata nampak pas dengan ukuran tubuh dan seleranya.

"Gila...Gila, Gila kau pak!" umpat Bu Yulia dalam hati.

Bu Yulia yg terlanjur penasaran, kemudian tanpa basa basi langsung berdiri dan melepas handuknya. Tanpa terlebih dahulu mengenakan celana dalam dan bra, Bu Yulia nampak tertarik memakai setelan seragam khaki yg biasa dipakai oleh Kepala Desa dan aparat pemerintah sehari hari.

Dengan masih dihinggapi rasa penasaran, apakah tebakannya benar mengenai apakah seragam itu pas atau tidak, tubuh telanjang Bu Yulia nampak lincah mengenakan baju dan celana khaki itu. Dibukanya satu persatu kancing warna cokelatnya, kemudian perlahan lahan dikenakanya baju itu ke dalam tubuhnya. Tak lupa, celana panjang berwarna senada dari baju itu juga dipakainya meski ia tak mengenakan celana dalam. Saat hendak menggeser resleting celana itu, Bu Yulia cukup berhati hati agar tak ada satupun dari helaian jembut lebatnya yg tersangkut.

"Astaga!!!"

Secara ajaib, baju setelan itu nampak pas dan tanpa cela sedikitpun baik ukuran, warna, model serta jenis bahan. Setelan itu nampak melekat sempurna, tidak kebesaran, tidak kekecilan, benar benar pas sesuai gaya pakaian yg biasa ia kenakan. Dalam hati Bu Yulia menyimpan secuil kekaguman bagaimana bisa lelaki jahanam itu bisa menyiapkan pakaian yg sama persis dengan ukuran dirinya.

Bu Yulia yg sempat terkesima lantas tergoda untuk menyempurnakan setelanya malam itu dengan sebuah kerudung. Iapun bergegas membuka lemarinya untuk mencari kerudung yg cocok dengan setelan itu. Setelah menemukan sebuah jilbab berwarna khaki, Dengan cekatan tanganya menyilangkan jilbab itu di kepalanya dan membentuknya secara sederhana. Iapun bergeser ke depan cermin untuk melihat purwa penampilannya saat menjadi kades nanti.

Di depan cermin, sosok sintal Bu Yulia berdiri mematung tak percaya. Ditatapnya dalam dalam penampilannya sekarang meski ia sedikit malu lantaran dua buah puting susunya yg besar terlihat menonjol pada baju yg cukup ketat itu.

"Aku akan memakai setelan ini saat dinas nanti?" Bu Yulia masih tak percaya ia sudah menjadi kepala desa dan akan segera mengenakan seragam kerja seperti ini.

"Pak Hendro ingin mengentotku dengan pakaian ini??" cemasnya.
Bayanganya seketika melayang pada gambaran yg sangat mengerikan. Saat itu ia membayangkan Pak Hendro melorotkan celananya dengan kasar lalu mengentotnya dengan gaya doggy style saat Bu Yulia masih mengenakan seragam itu. Dengan penuh nafsu dan kesetanan pak Hendro kemudian menggenjot pantatnya dengan sangat keras sampai dirinya berteriak teriak.

Bu Yulia yang sebal, takut sekaligus kagum tak bisa berkata kata.

"Apakah nasibku akan seperti ini? Mau tak mau harus menggadaikan tubuh dan kehirmatanku untuk menjadi budak nafsu lelaki itu demi keberhasilan cita citaku?"

"Tidak adakah cara lain?"


DI KAMAR PAK HENDO

Di dalam kamarnya, Pak Hendro tengah asyik berbaring di atas kasur nyamanya. Dengan senyum puas, lelaki itu rupanya tengah bertelanjang dan melakukan onani sembari membayangkan sosok cantik Bu Yulia. Dalam benak liciknya, Pak Hendro tengah asyik melayangkan fantasi liarya terhadap Bu Yulia satu demi satu. Dan yang paling membuatnya tak sabar, ia ingin sekali segera mencicipi kehangatan tubuh Bu Yulia yg kini sudah menjadi kades berkat bantuanya.

Jika ada sebuah fantasy yg selama ini bercokol di dalam kepala mesum lelaki itu yakni ia ingin mengentot Bu Yulia saat memakai seragam khaki yg biasa dipakainya saat menjabat kades nanti. Sambil mengocok kontolnya yg hitam dan besar, saat itu pak Hendro membayangkan dirinya tengah terlentang diatas ranjang sebuah hotel, sementara itu Bu Yulia sedang duduk diatas perutnya sambil menggenjot kontol besarnya dengan penuh semangat. Dengan penuh nafsu Pak Hendro beberapa kali menampar bokong besar Bu Yulia untuk memintanya bekerja lebih semangat lagi dalam memanjakan kontolnya yang tak pernah puas menerkam kehormatan wanita.


( Bayangan liar Pak Hendro yang tak sabar ingin mengentot Bu Yulia mengenakan seragam dinasnya)

"Ayo Bu Kadesku yang binal! Lebih keras lagi genjotnya. Kamu budak nafsuku, Kamu Boneka Sexku!" bayang Pak Hendro.

"Sebentar lagi Bu Yulia! Sebentar lagi tubuhmu akan menjadi pemuas hasrat ku!" Kata Pak Hendro dalam hati, tak sabar menunggu esok tiba.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd