Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

BUDHE ANAH JANDA DESA BERTUBUH IBU KOTA. BUDI HARTAWAN (The Series 3)

“Deeennn... deeennn... den Budiii... bangun deeen... sudah malam..., aden dan ndoro nyonya belum makan, nanti sakit maag nyonya kambuh....,” kata Budhe, tangannya menggoyang-goyang bahuku yang lagi dipeluk ibu.

“Huuuuaaaahaaammm.... jam berapa ini Budhe???” aku menguap panjang, kelopak mataku baru terbuka, tampak Budhe memakai daster dengan wajah tersenyum diatasku. Aku langsung menciumnya, Budhe membalas.

“Sudah jam 7 malam den... ayo bangunin ndoro nyonya...,” kata Budhe setlah ciuman kami terlepas.

“Iya Budhe...,” jawabku tapi dengan tangan malah meraih buah dada Budhe...

“Iiih adeen, jangaaan ah, itu ndoro nyonya harus makan malam den, nanti bisa sakit kalau telat...,” tangannya menghentikan aktifitasku meremas susunya.

“Sebentar aja Budhe, ini punyaku sudah tegang...,” ajakku sedikit memaksa.

Tanganku malah berpindah ke selangkangan Budhe, maigottt!! Ia tak mengenakan celana dalam dibalik daster nya!

“Eeehhh adeennnn.... jangan deeennnn, gak enak sama ndoro nyonya...,” tolaknya, budhe coba menjauh, tapi kuraih pinggangnya dengan tangan kanan. Jemari kiriku kini sibuk mengorek celah vagina tembem Budhe.

“Aaaaauuuhhhh deeeennnnn.....,” ia mendesah, penolakannya melemah, dan celah itu mulai basah.... Budhe terangsang juga rupanya, karena diam-diam ia terus melirik kearah kontolku yang sudah berdiri tegak sejak awal tadi.

Dengan tergesa aku bangun memeluk tubuh montoknya, kubaringkan di samping ibu yang masih tertidur, lalu dengan segera kuangkat kedua kaki Budhe, mengangkangkan pahanya lebar. Sejenak kujilati memeknya untuk memudahkan kontol besarku masuk nanti.

“Aaaaaaaaaaaaaiiiiiihhhhh adeeeennnnnnn geeelliiiiiii deeennnnnn!!” Jeritnya, tak lagi kawatir ibu akan bangun.

3 menit saja aku menjilatnya sampai budhe menggelepar-gelepar. Ah kasihan betul Budheku yang montok ini, cepat sekali ia orgasme. Rupanya titik lemah Budhe memang ada di daerah vagina, terbukti setiap aku jilatin clitorisnya ia langsung kejang-kejang memuncak.

Tanpa menunggu nafas Budhe tenang, aku langsung berdiri dan mengarahkan batang kemaluanku ke memeknya, mencoblos masuk, langsung menggoyang lancar maju mundur.

“Aaaaahhh hooohhh ooohhh oohh adeenn oohhh enaakkgghh deenn ooh oohhh enaak banget genjotan nya deeennn yaaahhh deennn adduuuuhhh enaknya punya adeeennn ooohhh panjaaang bangeet deeen baangnyaaa deeennnnn ooohhh Budhe mau muncaaak lagi deeennn ooouuhhhhhhh,” suara Budhe nyerocos tak karuan, ia berteriak kencang, lupa kalau ibu jadi terbangun dibuatnya.

“Wwoooowwww.... asik banget mainnya mbakyu sayang...,” ujar ibu mengagetkan aku yang masih memompa memek Budhe.

“Haaahhhh maaf ndoro nyonyaaahhhh.....,” Budhe reflek menghentikan goyanganku diatas tubuhnya.

“Eh, gakpapa mbakyu... lanjut aja... ayo Bud, goyang lagi Budhemu...,” sahut ibu, diciumnya Budhe untuk meyakinkan keseriusannya menyuruhku tetap menggeol dan memuasi birahi perempuan paruhbaya kepala asisten rumah tangganya itu.

Mendengar itu dan melihat ibu yang kini justru mengadu bibir dengan Budhe, aku kembali menggenjotkan kontolku makin kencang. Badan bongsor Budhe sampai bergoyang keras akibat hentakan-hentakan pinggulku di pangkal pahanya. Bunyi plak plak plak pun kian keras terdengar.

Tiba-tiba kurasakan sesuah tangan merangkul pundakku dari belakang, ternyata setelah kutoleh itu Bu Hesti. Seperti tak ingin kehilangan momentum, ia menyambut wajahku dengan menyodorkan buah dada. Aku langsung menyambar puting susu itu dengan mulut, mengenyot keras sampai pemilikknya berteriak kegelian.

“Aaaaahhhhhhhhhh Budiiiiiiiiiiihhhhh ennaaaaaakkkkkkk!!!” Jerit Bu Hesti.

Sementara tangan kiri dosenku itu menyodorkan payudara ke mulutku, tangan kanannya meraih susu ibuku yang lagi seru-serunya beradu bibir dengan Budhe. Ia meremas dengan keras buah dada besar ibu hingga calon mertuaku itu berteriak menghentikan adu bibirnya.

“Buangsaaattttt Hestiiiiiiiiihhhh geliiii tauuukkkk aaaahhhhhhhhhh!!!” ibu menjerit.

“Kuappok loehhhhh Sisssss, wakakakakakak!” Tawa Bu Hesti meledek ibuku.

Sementara aku terus menggoyang, Budhe kini sudah menjelang orgasme yang ketiga kali, saat ibu menjerit dan melepaskan tautan mulut mereka, Budhe juga berteriak melepas. Tangannya merengut kain sprei tempat tidur itu, kakinya menendang nendang tak karuan. Tubuhnya berguncang hebat, budhe mencapai puncak kenikmatannya dengan dahsyat!

Segera kulepaskan kontolku dari memek Budhe, lalu kuminta Bu Hesti berbaring dimana tadi Budhe menggelepar. Ibu diam di posisinya, aku masukkan kontol ke memek Bu Hesti yang kini mengangkang hadap keatas.

“Mbakyu... sini kujilatin memek lu say...,” kata Bu Hesti pada Budhe, ditariknya tangan perempuan itu untuk segera menempatkan selangkangannya diatas wajahnya, Budhe menurut.

Jadilah kami bertarung lagi dengan buas dan liar. Suasana kamar ibu jadi yang tadinya sepi jadi riuh ribut layaknya pasar, penuh dengan kata-kata kotor dari mulut kami. Lucunya, Budhe yang tadinya masih canggung mengucap kata-kata jorok kini dengan lancar bisa berteriak “entot Budheee!!!”, “Kontol aden ennaak!!!”, “Jilat memek Budhe!!!” dan sejenisnya.

Dan seperti biasa, setelah Bu Hesti ‘tuntas’ dengan 5 kali orgasme, giliran ibu yang terakhir menampung sperma dariku. Itu karena kami sepakat ibu harus hamil dan mengandung anakku! Kalau bisa kembar 2 bahkan 3 atau 4! Hehehe...



2 kali sudah aku ejakulasi pagi ini, pertama di memek Budhe subuh tadi, kedua di memek ibu baru saja...

Sarapan telah siap di meja makan ruang tengah. Dengan sigap budhe melayani kami bertiga. Saat bekerja seperti itu Budhe mengenakan kebaya Jawa, selalu membuatku berfantasi, teringat kegemaran 'memperkosa' ibu dengan pakaian tradisional yang masih melekat di tubuhnya.
Maaf hu kok timelinenya loncat ya bangunin makan malam kok tiba2 berujung sarapan?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd