Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule Ganteng II - Obsesi seorang gadis

Karakter pada episode ini

Cherry


Melania


Rivaldo


Keia


Doni


Brenda


Ryno


Titien


Dinah


Bren


Deyara


Kevin


Janus/Edo


Devi
 
Terakhir diubah:
Episode 7: Friend or foe?



POV Rivaldo


Sungguh ini malam yang tak terlupakan!


Tanpa direncanakan, aku bercinta dengan dua orang gadis cantik. Cherry, sang idola kampus yang lembut tapi anggun, dan Melania… hmm… si gadis pendiam tapi suka menantang. Yah, tanpa banyak kata rayuan aku bisa juga memperawani gadis tomboy itu.


Semuanya diawali dengan kesuksesanku aku meyakinkan Cherry untuk pamer bercumbu didepan Nia. Aku mulai dengan foreplay biasa-biasa aja sih, dan Cherry jelas malu-malu… namum ia membiarkan aja tubuhnya aku aku grepe didepan Nia… pertama sih Cherry jual mahal, tapi setelah kena ciuman dan belaianku, Cherry malah mendesah kuat seakan hendak pamer. Yah… akhirny keterusan…


Cherry benar-benar pamer, tak hentinya ia mendesah dan merintih. Ia pasrah aja diapa-apan… bahkan terus mendesah waktu kosodok aja pake kontolku. Aku jadi tambah semangat mendengar jeritan-jeritan kecil yang menandakan kalo gadis itu sudah dekat… …dan orgasme-nya juga lumayan dahsyat… pake kejang-kejang lagi, hihihi… seperti biasa, begitu gayanya tiap kali diselipin kontol.


Apa mungkin Cherry diam-diam exhibisionist?


Awalnya Nia jadi melongo. Ia mungkin gak nyangka kita berani ngentot didepannya. Ia mencoba memalingkan muka tapi terus mengintip… jelas sekali kelihatan kalo Nia udah terangsang. Tangannya udah diparkir di bagian-bagian vital… yang satu di toket kiri dan yang satu di kemaluannya. Benar aja, siapa suruh mau lihat orang ngewe.


Ternyata tubuh Nia seksi banget. Gadis yang terkenal tomboy dan pendiam ini ternyata menyimpan asset yang berharga di balik tingkahnya yang seakan kebal terhadap rayuan cewek. Dan benar aja… setelah ketemu dengan belaianku Nia langsung terlena… gak sadar sudah kutelanjangi. Dan ketika kontolku udah didepan memeknya, Nia hanya bisa tutup mata sambil pasrah.


Aku gak bisa lupa tusukan pertamaku… memeknya sempit sekali. Ternyata masih perawan… pantesan. Memerawani gadis tomboy benar-benar beda, gak ada teriakan kesakitan, yang ada hanyalah ekspresinya waktu menahan sakit tapi nikmat… cantik sekali.


Kalo bercinta dengan Cherry rasanya rame, penuh dengan desahan. Memang sih gak ribut-ribut amat… tapi dari rintihan dan desahan aku dapat mengetahui keinginannya.


Nia lain lagi… dari tadi diam aja, yang berubah hanyalah mimik mukanya… palingan ia hanya tutup mata dan tersenyum makin melebar ketika lagi keenakan. Namun demikian aku merasakan cengkraman otot vagina yang seakan memeras kuat… nikmat sekali. Benar-benar onderdil yang masih ori… untuklah aku merasakan pinggulnya mengejang, mengedut kuat… dan dalam kedutan-kedutan nikmat itu akupun mengedan dan melepaskan pejuh di perutnya…


Uhhh… hampir aja!


“Wah, hebat sekali kamu Nia, si Cassanova bisa takluk juga secepat itu!” Cherry memuji permainan kami.


Aku masih terengah-engah mencari nafas. Karena aku tahu Cherry tidak akan membiarkan aku tertidur sebelum memeras kontolku sekali lagi… Yah, nasib… siapa suruh kamu berani tidur dengan dua gadis cantik.


“Nia… makasih… yang tadi itu nikmat banget, kamu hebat sekali!” Aku membelai kepalanya dan mengecupnya. Aku merasa harus mengucapkan terima kasih, gadis ini telah mempersembahkan kepadaku kegadisannya…. Nia hanya diam aja sambil tersenyum… seakan tidak menyesali dirinya sudah dinodai. Aku melihat matanya agak berkaca-kaca, tapi tak lama kemudian ia kembali tersenyum.


“Gimana Nia, enak kan?” Kata Cherry sambil tersenyum.


“Kak Cherry udah menjebakku… ihhhh…” Nia menutup kepalanya dengan bantal, sedangkan Cherry hanya tertawa-tawa kecil.


“Makanya jangan suka mempermainkan orang!” Cherry kembali memeluknya, dan dibalas oleh Nia dengan erat.


Malam itu aku keluar sampai tiga kali… aku masih sempat main sekali lagi dengan Nia sambil membalas membuat ia orgasme berulang-ulang. Tapi kemudian kontolku takluk juga dalam goyangan Cherry… akhirnya aku bisa juga merasakan serangan beruntunnya dalam posisi WOT. Pantesan Doni juga gak mampu tahan lama-lama… ternyata nikmat sekali.


Aku baru tahu ternyata benar Cherry orangnya suka pamer. Permainannya jauh tambah galak dengan kehadiran Nia… dan malam itu ia benar-benar mengajar Nia bermacam-macam gaya, serta menunjukkan kehebatannya dalam mengaduk… duh hebat banget cewek itu.


Aku hanya bisa bersyukur… kapan lagi aku bisa bermain threesome dengan dua gadis secantik ini… Wah, kalo gini terus bisa-bisa dua minggu depan aku jadi lumpuh. Keropos deh lututku…


‘Astaga, diluar sudah terang… udah jam berapa ini?’


Aku melihat keliling, di tempat tidur masih ada dua bidadari yang telanjang bulat. Aku juga masih telanjang. Mungkin sudah jam 8 pagi… tapi aku masih capek.


“Kring… kring… kring!”


Belum sempat melihat jam, aku dikejutkan dengan telpon masuk ke hape iphone milikku. Dengan cepat aku bangun menuju meja mencari hape ku.


Dengan segera Aku mencari tahu nama yang muncul di hape… ternyata ayah. Walaupun enggan tapi aku mengangkat telpon dan meletakkannya di telingaku.


“Pasti kamu belum bangun kan?” Suara ayah terdengar galak. Ia terus-terusan menganggapku anak yang malas.


“Aku bukan malas Ayah, tapi kasihanilah anakmu yang tadi malam habis dikuras tenaga serta pejuhnya….”


Tanpa basa-basi ayah langsung menyuruhku ke kantor. Katanya ada sesuatu hal yang penting, dan aku harus ketemu dengannya di kantor pagi ini.


‘Ada yang penting! Pasti ia masih berkeras memaksaku bertunangan.’


-----


“Ayah, aku tidak mau…”


“Dengar dulu Rivaldo… ini semua untuk masa depanmu.” Ayah menatapku tajam.


“Aku tidak mau kawin dengan gadis yang mau aja dijodohkan! Aku manusia bukan peliharaan.” Aku terus menolak


“Dia pebisnis hebat, masih seumuran kamu tapi prestasi dibidang bisnis perhotelan diakui secara nasional.”


“Aku mau cari istri untuk dicintai, bukan untuk bisnis!” Nada suaraku makin meninggi.


“Kurang apa dia itu? Cantik kan?” Ayah menunjukkan fotonya. Aku penasaran sih, orang gimana yang mau aja dijodohkan denganku.


Aku lirik fotonya… ternyata dia. Aku kenal sekali, ia itu dulunya kakak tingkat satu tahun. Seorang idola kampus, gadis yang sangat cantik. Tapi ia bukan hanya cantik, tapi dikenal sebagai entrepreneur muda yang merintis bisnis di bidang property dan perhotelan. Kabarnya, begitu tamat, langsung ke Jawa dan merintis usaha… Aku sampai kaget, gak nyangka… orangnya perfect banget. Udah cantik, manis dan pinter lagi… juga berasal dari keluarga pebisnis handal… satu-satunya ahli waris keluarga Tan yang terkenal kesuksesannya.


Wah, ayah benar-benar memilih calon mantu yang hebat…


‘Aku jadi ragu… masak gadis secantik dan sehebat ini mau aja di jodohkan denganku? Ini sih aku yang beruntung mendapatkan dia… tapi Deya?’ Aku mulai berpikir. Foto itu mulai mengganggu konsentrasiku.


“Ayah, aku gak yakin ia mau dijodohkan denganku…” Ayah tersenyum mendengarnya.


“Ceritanya gini Aldo….” Hampir 30 menit ayah terus berbicara panjang lebarnya.


Singkatnya ayah ingin aku takeover business di San Diego California bersama gadis itu, yang akan jadi GM semua usaha, termasuk juga hotel ayahnya di los Angeles.


Suatu prospek yang bagus… aku memuji kecerdikan ayah…


Kalo kamu mau terima, maka rumah di San Diego dan semua mobil serta kemewahan di sana akan jadi milikmu…


“Ayah, aku masih gak mau… berat rasanya kehilangan cintaku…”


“Ayah punya satu penawaran terakhir, lihat ini… pikir baik-baik…” Aku kaget sekali, ayah sudah mengeluarkan kartu trufnya… dan setelah melihatnya, tanpa ragu-ragu aku menyatakan setuju. Aku gak punya pilihan lagi.


“Kalo gitu, sore ini juga kamu berangkat ke Los Angeles…”


“Baik ayah!”


-----


POV Cherry


‘Wah ternyata sudah pagi…’


Waktu aku bangun, aku mendapati kalo Aldo udah gak ada lagi. Dan aku masih telanjang bulat bersama seorang gadis manis ditempat tidur Aldo.


Nia… aku memandangnya tidur. Ia kelihatan capek sekali… mungkin karena tadi malam sempat keteteran dihajar kontol besar Aldo.


Siapa suruh ngerjain kami… rasain! Aku terkekeh mengingat apa yang terjadi tadi malam.


Nia masih tidur… gadis tomboy ini ternyata manis juga. Apa karena selalu jalan bersama Deyara membuat ia kelihatan kurang cantik? Apa karena orangnya pendiam dan terkesan cuek? Padahal kalo dilihat baik-baik Nia manis sekali…


Mungkin juga karena orangnya polos… make-up aja gak pernah pake. Beda dengan Deyara yang pinter memoles tipis wajahnya agar tampak lebih natural, lebih fresh. Nia benar-benar polos… padahal ia juga memiliki asset yang sangat mantap.


Tadi malam baru aku tahu kalo toket kecil milik Melania ternyata sangat padat dan bulat. Kecil-kecil tapi mampu membuat cowok playboy sekelas Aldo sampe tergila-gila. Gak putus-putusnya Aldo memuji-muji tubuh gadis yang polos dan atletis ini.


Pasti ia merasa minder, secara kan… tadi malam adalah pengalaman pertamanya. Dan mungkin sekali selama ini ia gak pernah dekat dengan bangsa cowok….


“Beep… beep…” Bunyi standar kalo ada sms. Aku cepat membukanya… ternyata Aldo.


“Maaf Cher, aku sudah kekantor… ada panggilan mendadak. Ada urusan penting dengan perusahaan papa di Los Angeles. Kamu sarapan sendiri yah! Maaf terburu-buru, nanti aku kasih kabar.”


Kata-kata Aldo membuat aku terhenyak, ‘Aldo punya urusan penting? Sangat penting sehingga ia harus meninggalkanku tanpa pamit? Eh, bukan hanya aku… juga Melania…’


‘Astaga! Apa yang telah kubuat? Aku telah menjerumuskan seorang gadis muda yang harus kelihangan keperawanannya karena ulahku.’


Tak sadar aku membelai rambut Nia, gadis itu masih aja tidur dengan damai. Wajahnya kayak bercahaya… ada aura bahagia tampak menyelubunginya. Benar juga kata orang, seorang wanita yang dipuasin oleh cowok tadi malam, pasti bangun dengan wajah yang segar dan bercahaya.


“Maafkan aku yah, cantik” Aku mengagumi gadis itu sambil terus memegang rambutnya. Aku gak sadar kalo belaianku cukup terasa… Nia membuka matanya.


“Kak… mat pagi!” Nia tersenyum. Senyumnya menambah rasa bersalahku.


“Wah cantik sekali… pagi-pagi udah senyum, pasti mimpi indah yah!” Aku menggodanya… gak tega juga.


“Iya, aku mimpi Kak Cherry lagi WOT” Nia berbalik mengejekku.


Aku hanya diam… makin terasa bersalah.


“Eh, kenapa Kak? Rivo udah bangun?”


“Aku dapat sms kalo Rivo sudah ke kantor pagi tadi, terus katanya ada urusan penting di Los Angeles!” Aku bicara terus terang sambil memperhatikan reaksinya.


“Astaga, apa urusannya menyangkut Deyara?” Nia memandangku ketakutan.


“Kalo iya, kenapa emangnya…?” Aku memancingnya.


Nia menutup mukanya… wajahnya tampak memerah.


“Ada apa, Nia?”


“Aku malu sekali… aku bingung mau jelaskan apa ke Deyara!”


Lucu juga sih, gantinya ia memikirkan dirinya yang sudah dicampakkan oleh Aldo, eh masih juga memikirkan Deyara. ‘Alangkah mulia hatimu, Nia.’


Aku memegang tangannya sambil menatap matanya. Aku harus menyampaikan perasaan bersalahku… aku gak mau ada masalah dengan gadis ini. Aku harus minta maaf…


“Nia… aku minta maaf, aku sudah menjerumuskan kamu tadi malam… aku gak bermaksud...”


Kata-kataku terhenti… aku menarik nafas panjang, siap menerima kata-kata makian darinya.


“Aku akan maafkan Kak Cherry, asal jawab dengan jujur!” Nia tersenyum.


“Fair enough, tanya aja aku pasti jawab jujur….” Aku menarik nafas lega, kayaknya ia menerimanya dengan mudah.


“Kak, tadi malam itu nikmatnya gimana, kalo dikasih skala 1 – 10?” Nia berbinar-binar menatapku.


“Mungkin 9” Aku tidak berani menatapnya.


“Mana lebih enak em..el dengan Rivo ato dengan Doni?” Nia tersenyum.


“Eh, kok tanya seperti itu?”


“Eits, sudah janji jawab jujur?” Nia mendesakku.


“Kayaknya sama tuh…” Aku menjawab asal.


“Emangnya kontol siapa lebih besar?”


“Huh? Ihhhh… nakal!” Aku tertawa, sedangkan Nia hanya menatapku tertawa juga.


-----


“Apa Aldo? Kamu mau ke Los Angeles sebentar siang?” Aku kaget sekali. Aku pikir ia hanya akan telpon kesana, tetapi ternyata Aldo sendiri harus pergi.


“Sebentar Keia akan datang bantu aku mengepak valis, aku minta maaf yah harus pergi terburu-buru…” Suara Aldo kedengaran bergetar. Pasti ada apa-apa dengan Deyara.


“Oke deh, bye” Aku masih melamun waktu menutup telpon.


Aldo pergi meninggalkanku…. Iya sih, ia kan pacarnya Deyara. Sedangkan aku bukan siapa-siapa.


Entah kenapa aku merasa perih…


Aku kembali berkata kepada diriku sendiri… Cherry, kamu ini hanya teman… lebih tepat lagi pacar temannya… Walaupun ia sempat mengejar-ngejarmu dulu, tapi kini ia sudah ada yang punya.


Dan sekarang aku gak ada muka lagi untuk ketemu dengan Doni. Astaga… aku harus gimana… baru kali ini aku merasa seperti dicampakan… Sungguh aku merasa tidak berharga lagi…


“Kak Cherry…. Makan kok melamun! Apa gak enak masakanku?” Nia menatapku seakan bertanya.


“Eh, Nia… gak kok!”


“Lagi banyak pikiran yah kak?” Nia bertanya.


“Gak juga sih…!”


“Keia mau datang jam berapa? Kan belum atur valis Rivo!” Nia mengalihkan pembicaraan.


“Nia… tolong yah, kamu aja yang ketemu dengan Keia.”


“Ehhh?”


“Aku mau pergi sebentar… mungkin gak sempat ketemu Rivo!” Padahal aku gak tahu harus kemana.


“Ehhhhh…..?”


Tak terasa aku mulai melangkah meninggalkan Melania yang masih terbegong memegang piringnya.


-----


POV Keia


‘Eh dimana ini? Kenapa aku telanjang yah?’


Aku coba mengingat-ingat apa yang terjadi tadi malam. Keia… kamu harus sadar, jangan-jangan…. Aku sempat panik tapi ketika melihat kesamping aku jadi tenang.


Aku baru sadar kalo tidur di kamarnya Doni… cowok itu masih aja tidur disampingku. Tubuhnya masih meringkuk dalam selimut.


Aku menatap tubuhnya, penasaran… ‘Apa ia telanjang juga?’


“Astaga…” Hampir aja aku berteriak. Gimana gak mau kaget, ternyata Doni telanjang bulat dan kontolnya lagi tegang…


Pagi-pagi sudah bangun… orangnya aja masih tidur. Pasti mimpi yang ngeres lagi… kayak tadi malam.


Kali ini ini aku teringat apa yang terjadi, aku masuk kamarnya diam-diam. Doni sementara nonton di laptop, tangannya gerak-gerak. Samar-samar aku mendengar desahan wanita…


‘Hahaha… pasti lagi onani sambil nonton bokep, dasar cowok!”


Aku membuka pintu secara tiba-tiba, dan berjalan dengan cepat mendekat. Doni tak kalah cepatnya menutup tubuh bagian bawah dengan selimut, laptopnya juga langsung ditutup.


“Kak, aku tidur disini yah!” Aku langsung berbaring di sampingnya, dan turut masuk dalam selimut.


“Tumben kamu datang, rindu belaianku?” Doni menggodaku, tapi jelas kelihatan kalo ia masih stress… pasti stress berat karena kentang.


“Iya… mau temani orang yang lagi kentang! Hahaha…” Aku langsung tertawa sedangkan Doni hanya menggaruk-garuk kepala.


“Eh… kamu tahu!”


“Tuh kan udah menggunung!” Aku menunjuk ke bagian selimutnya yang menonjol. Wow… kayaknya besar sekali…



“Eh, masih kecil, kayak udah tauh aja apa itu!”


“Yah iya lah… aku dari tadi ngintip Kak Doni ngocok, kok… hihihi…” Aku meledeknya.


“Eh, kamu nakal, ngintip cowok…” Doni tertawa.


“Kak, kalo mau lanjutin aja, ato mau dibantu?” Dengan nakal aku menjulurkan tangan meraba-raba tubuhnya. Tak lama kemudian tanganku menyenggol kemaluannya yang


“Eh, jangan…”


“Gak, aku harus lihat apa itu…” Aku penasaran… kontolnya keras dan tegang.


Akhirnya Doni pasrah aja ketika selimutnya aku turunkan…


“Ahhhhhh” Aku menutup mukaku… malu juga, ini kali pertama aku melihat titit cowok.


“Nakal… hehhe…”


“Kenapa itu kak? Kok masih berdiri…” Aku tanya lagi.


“Karena ada gadis cantik disamping aku.” Doni mulai merayu…


“Kakak terangsang yah lihat aku?” Aku tersenyum.


“Kan teringat waktu tadi aku pegang pentil kamu.” Doni kembali mengingat kejadian tadi padi.


“Kak Doni nakal…” Aku mencubitnya.


“Kamu yang nakal, udah tahu ada cowok lagi terangsang kamu dekat-dekat. Jangan-jangan sengaja mau di nakalin.”


“Ihhh…“ Aku hanya tertawa.


“Tuh kan mau lihat-lihat punya cowok…” Aku cuek aja padahal tegang banget melihat kontol cowok.


“Kakak rindu Kak Cherry, yah?”


“Iya sih…”


“Rindu apanya, hayo…” Aku mengejek lagi…


“Ehh…” Lucu juga kelihatan Doni malu-malu.


“Kak, seandainya Kak Cherry sudah gituan sama Kak Aldo, gimana. Kak Doni masih mau terima?” Akhirnya aku ngomong juga.


“Apa katamu?” Doni terpecah pikirannya.


“Kan seandainya?” Aku terus menyelidiki hatinya.


“Mungkin sekali aku terima karena aku mencintainya. Gak bisa hidup tanpa dia.

Kecuali Cherry yang gak mau sama aku!” Aku terharu…


“Kakak percaya pada kekuatan cinta?”


“Iya… cinta mengubah ku… seperti Deyara mengubah Aldo.” Doni benar-benar tegar.


“Kakak kenal Deyara?” Aku mengalihkan cerita. Semua orang kayak menyukai gadis itu, sayang aku kurang suka. Entah kenapa.


“Ia sepupuku…”


“Ohhh… pantesan, cantik.” Aku ngomong asal.


“Kamu juga cantik…”


“Merayu yah?”


“Hehehe… juga mesum, suka lihat-lihat titit!”


Aku mencubitnya kuat-kuat sampai Doni kesakitan.


“Rasain!” Doni menjerit, lucu juga buat cowok preman ini bisa kesakitan.


“Keia… ini sih tambah kentang!”


-----


“Kak Doni yakin kalo Aldo mencintai Deyara?” Aku bertanya ketika kami masih berbaring di tempat tidur.


“Iya… karena ia gak lagi playboy kayak dulu. Cinta membuat orang berubah, Keia!”


“Oh yah? Apa Kak Doni juga berubah?” Aku bertanya balik.


“Sini aku cerita…” Doni ceritakan sekilas kalo dirinya gak seperti dulu lagi waktu jadian dengan Cherry. Ia juga menceritakan soal Aldo dan Deya, dan bagaimana Aldo berubah.


“Kalo benar Kak Aldo cinta Deyara, kenapa ia mau em..el.. dengan Cherry?”


“Astaga? Mereka main beneran?” Doni tampak terkejut.


“Oooppss, kakak jangan marah yah!” Aku sadar kalo sudah salah ngomong. Aku takut sekali… tapi Doni hanya diam saja. Cukup lama ia diam…


“Kak… maafkan Kak Aldo yah?” Ini misiku, mendamaikan keduanya, dan kalo boleh buat Doni merelakan Cherry buat Aldo.


“Tidak aku yang salah, Cherry berhak selingkuh karena aku duluan.”


“Ehhhh?”


Doni cerita soal perselingkuhan dengan Elena dan Maya yang dilihat Cherry dengan mata kepala sendiri.


“Jadi ceritanya ini Cherry lagi balas dendam?”


“Aku yakin ia sudah kena pengaruh obat perangsang. Dan karena Aldo yang selamatkan, jadi nafsunya dilampiaskan ke Aldo.”


Wah… aku kaget sekali. Jadi ceritanya Kak Aldo ini lagi ketimpa rejeki besar… seorang gadis yang cantik dan terangsang menyalurkan gairahnya. Mujur banget… tapi apa itu artinya Cherry gak benar-benar mencintai Aldo? Jadi Aldo hanya sekedar pelampiasannya?


“Anyway… enak juga sih jadi Kak Aldo” Aku ngomong lirih dan perlahan, tapi ternyata didengar Kak Doni.


“Aku juga enak kok, ada gadis cantik yang tidur disampingku, bentar lagi mamu bantu aku menyalurkan nafsu!” Kak Doni merayu aku untuk membantu dia onani. Hihihi…


“Ih, bahaya… aku pergi aja… nanti waktu tidur Kak Doni balas dendam perbuatan Aldo ke aku!”


“Eh, maksudmu?”


“Aku kan sepupu Aldo… Bisa-bisa aku diperkosa untuk balas apa yang dibuat Aldo.” Aku merengut tapi Doni hanya tertawa.


“Kamu mau diperkosa?”


“Ehhh.. ihhh…” Aku kaget, dan menjawabnya dengan cubitan.


“Hehehe… baru disentil pentilnya aja sudah gitu, gimana kalo diperkosa yah!”


“Ihhhh… nakallll…. Ehhh hahahaha” Aku mendadak tertawa sambil menunjuk ke arah gundukan selimut di bagian kontol Doni. Kayaknya batangnya ngeres lagi…


“Gara-gara ingat toketmu yang mulus.” Doni nyengir. Tangannya mulai bergerak, mungkin sekali mulai onani lagi.


“Hehehe… aku lihat lagi dong!”


“Boleh aja… asal kamu bantu.” Aku langsung menyibak kembali selimutnya. Benar aja, Doni lagi asik mengocok… kini ia tidak perduli lagi kehadiranku.


“Bantu apa?”


“Bantu telanjang supaya jadi terangsang…”


“Ihhh…” Aku tertawa.


Tangan kiri Doni mulai kembali merayap ke arah toketku. Ia membelai pelan…


“Eh, kak. Tangannya nakal…” Aku membiarkan walau udah dari tadi deg-degan.


“Katanya mau bantu!”


“Tapi kan…”


“Gak ada tapi-tapinya. Kamu sudah lihat kontolku, jadi aku berhak lihat toket kamu.” Doni mulai menyibak kaosku… tangannya menyusup kedalam.


“Ahhhhh…. Pelan-pelan.”


“Bantu kocok supaya cepat keluar…” Ia menarik tanganku menuju ke kontolku. Aku biarkan saja dan ketika memegang batang yang sudah sangat tegang itu, aku mulai mengocoknya.


“Kak… Aku kocok yah…”


“Eh iya…” Doni mulai merem-merem.


“Auhhhhhh” Aku menangkap tangannya yang baru saja meramas toketku… kali ini dengan dua tangan yang bebas Doni dengan mudah membuka kaos dan bra yang kupakai. Tangannya nakal terus membelai, malah yang satu sempat mampir menyisip di balik celanaku dan menyentuk gundukan kecil yang botak itu.


“Ehhhh aduhhh, jangan di situ…”


“Tuh kan, baru dielus sekali aja udah basah… apalagi diperkosa yah?” Doni mengejek lagi.


“Kak Doni nakalin aku lagi, nanti aku bilang ke Cherry.”


Aku mulai mengocok kontolnya… makin lama makin cepat. Sedang Kak Doni hanya bisa merem melek keenakan…


-----


“Halooo…” Keia menerima telpon Aldo.


“Apa, Kak Aldo mau pergi siang ini?” Aku kaget sekali.


“Astaga… terus Cherry gimana?”


“Kak Aldo jangan begitu dong, masak udah tidur sama-sama terus melepaskannya lagi. Kakak harus tanggung jawab, jangan permainkan perasaan Cherry.”


“Itulah, Kak Aldo sudah membuat ia selingkuh dari Doni, sekarang mau campakkan dia? Aku gak terima kak!”


“Alasan… jangan pernah bilang kalo Kak Aldo dan Kak Cherry itu hanya suatu kesalahan.”


“Iya… iya… nanti aku siapkan koper sama paspor… aku singgah beli silverqueen untuk dibawah di sana! Mau pesan apa lagi? Kakak sih keluar negeri mendadak banget!”


Keia menutup telpon.


“Ehmmm”


“Kak Doni? Ahhhhhh….” Aku terkejut melihat Kak Doni ada disitu. Dengan cepat aku menutup mulutku, sadar kalo aku terlalu banyak keceplos…


“Ternyata ada banyak hal tentang Cherry yang kamu rahasiakan!”


Dengan terpaksa aku mulai cerita terus terang, kalo Cherry selama ini nginap di rumah Aldo. Aku juga bilang kalo aku ingin mereka jadian… aku punya rasa bersalah yang dalam yang menyebabkan Kak Aldo gak bisa jadian dengan Cherry dan memilih Kak Doni.


Aku kembali menceritakan bagaimana waktu Aldo dan Doni mengejar Cherry di pulau itu, aku disuruh Aldo untuk menggoda Doni, supaya gak dekat-dekat dengan Cherry. Awalnya taktik itu kelihatan berhasil, aku bisa membuat Kak Doni sibuk dan gak ada waktu bagi Cherry.


Namun tetap aja Kak Aldo gak diterima… Kemudian terjadilah peristiwa Bunaken, kelihatannya Kak Cherry tetap gak bisa dijangkau. Terus kami ganti taktik. Aku kini berpura-pura naksir sama Kak Aldo dan mau dekat-dekat. Aku bahkan berciuman dengan Kak Aldo… Kak Cherry kelihatannya cemburu.


Sayangnya taktik kami gagal total, Kak Cherry justru jalan dengan kamu dan malamnya aku dengar kalian udah jadian. Tahu gak kalo Kak Aldo sampai berminggu-minggu stress karena itu.


“Tapi kan…” Doni protes.


“Kak Doni tahu kan besoknya Kak Aldo langsung pulang, katanya dipanggil papa? Ia sedih sekali karena Kak Cherry menerima cinta Kak Doni bukannya dia.”


“Oh… tapi itu kan udah masa lalu. Gak mungkin kalo Aldo masih menyukai Cherry, juga sebaliknya. Sekarang di mana Cherry?” Doni kelihatannya kurang senang.


“Ada sama Kak Aldo… Kak Doni jangan marah yah, Cherry sudah menjadi milik Aldo sekarang.”


“Apa katamu?”


Akhirnya aku berterus terang ke Doni gimana kelakuan Cherry di rumahnya Aldo selama ini. Mereka ML bukan hanya sekali, tapi sampai berhari-hari dimabuk cinta. Tak lupa aku menceritakan bagaimana dekatnya hubungan mereka.


“Bukkkkkk…” Doni meninju meja dengan kerasnya hingga patah. Dia marah sekali…


-----


Aku tiba duluan di rumah Aldo, tadi sempat bawa mobil cepat-cepat supaya sempat menyuruh Cherry dan Aldo bersembunyi. Sementara itu Doni masih hampir 30 detik dibelakang.


Aldo masih di kamar… ia barusan ganti baju dan siap-siap ngepak. Kopernya sudah disiapkan sebelumnya oleh Cherry dan Nia. Barang-barangnya masih berserakan di tempat tidur.


Belum sempat aku menyuruh Aldo bersembunyi sudah terdengar teriakan Doni di ruang tamu.


“Cherry… Cherry… di mana kamu!” Suara yang lantang disertai amarah.


Doni datang teriak-teriak panggil Cherry, tapi gak ada. Aldo menyambutnya dan keluar kamar. Aldo menyapa Doni yang sudah emosi.


“Buuukkkkk!”


Tanpa ba bu, Aldo langsung dipukul. Doni mengamuk memukul Aldo yang kini berusaha menangkis. Aldo juga marah tadi kena pukul…


Kedua sahabat itu berkelahi di ruang tamu… sedangkan aku hanya bisa berdiri jauh. Aku ketakutan… aku mencari-cari Cherry tapi gak nampak batang hidungnya.


“Ehh, Nia! Tolong… mereka berkelahi di ruang tamu!”


Aku terkejut melihat Nia yang baru keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk.


“Siapa yang berkelahi?”


“Kak Aldo dan Kak Doni”


Nia kaget, dan buru-buru langsung keluar untuk mencegah mereka. Nia memang berani, cewek tomboy itu langsung masuk tengah dan menghadang Doni yang masih terus mencari untuk memukul Aldo.


“Bukkk” Aldo kena pukulan lagi, untuk gak kena telak.


“Sudah… stop… berhenti… sudah!” Nia memegang kedua tangan Aldo sekaligus. Ia menarik Aldo menjauh, sementara tangan Doni juga menarik-narik, tapi dipegang erat oleh tangan kiri Nia.


“Breekkkkk”


“Ehhhh!!!” Nia menjerit.


Handuk yang dipakai Nia jatuh kelantai, terpampang tubuh gadis yang telanjang bulat, gak pake dalaman….


Astaga? Doni masih cari kesempatan pukul, terpaksa Nia masuk tengah, tangan Doni memegang toketnya…


“Ahhh aduhhhh…. Ihhhhh… nakal…” Doni tanpa sengaja meremas toket Nia.

Nia mendesah….


“Eh… maaf!” Doni terkejut. Ia baru sadar lagi meremas toket kecil yang padat itu.


“Aku juga dong mau…” Aldo meraba toket yang satunya menyebabkan Nia merintih karena digrepe dua cowok.


“Gila Aldo, toketnya mantap sekali…” Ujar Doni yang asik memelintir salah satu puting Nia.


“Eh… jangan!” Nia meronta… Ternyata Aldo langsung membungkuk dan melumat memeknya… “Aduhhhh ahhhh…”


“Wah, benar-benar mantap ini toket…” Kata Doni sambil mempermainkan kedua toket Nia. Setelah Aldo fokus ke memeknya, dengan segera Doni mengulum toket kirinya serta meremas yang kanan.


“Ahhhh… aduh.. jangan…” Nia masih meronta, tapi tak mampu melepaskan diri dari serangan dua cowok mesum itu.


“Ihhhhh…” Nia malu sekali, ia marah ke Aldo sambil memukul-mukul punggungnya. Terpaksa Aldo melepas lumatan di memek Nia dan menahan tangan Nia.


“Eh, aku juga dong…” Kini giliran Doni melumat memek Nia…. Ternyata ia sudah tunggu-tunggu gilirannya dari tadi.


“Aaaahhhhhh aduhhhh… ampun.”


Aku tertawa lagi, terpaksa aku harus turun tangan dan membebaskan Nia. Gadis itu langsung berlari ke kamar. Aku mengikutinya dari belakang.


-----


“Kamu apain Nia? Kok bisanya kamu buat telanjang di kamar…” Aku mendengar

suara Doni dan Aldo bercerita dengan santainya. Padahal tadi sempat marah-marah.


“Hanya temani tidur doang kok!” Aldo nyengir…


“Yakin gak ngapa-ngapain? Cherry aja kamu pake!”


“Eh… maksudku…” Aldo salah tingkah.


“Hehehe… iya aku ngerti.”


“Terus, kamu simpan di mana Cherry?” Kali ini Doni ngomong serius.


“Eh aku gak tahu di mana. Tadi disini sih, tapi kayaknya udah pergi diam-diam.”


Tak lama kemudian bereka bertanya ke Nia soal Cherry, tapi gadis itu tetap gak mau ngomong.


“Minta maaf dulu baru aku ngomong!” Nia masih kesal.


“Iya deh… aku minta maaf, gak sengaja. Siapa suruh toketmu padat gitu…”


“Aku juga… eh, memeknya legit banget yah Don?”


“Iya…”


“Ehhhh…” Nia tertawa sambil mencubit kedua cowok tadi.

“Udah… sekarang mana Cherry!”


“Kak Doni harus janji dulu gak akan marah ke Kak Rivo…” Kata Nia… aku tersenyum mendengarnya. Ternyata gadis itu juga sependapat denganku.


“Iya aku janji… mana Cherry!”


“Tadi dia keluar, katanya mau buat sesuatu yang penting. Ia banyak melamun pagi ini, aku pikir ia sudah pergi.” Nia menjawab pelan-pelan.


“Apa yang kamu buat ke Cherry?” Doni bertanya ke Aldo, nada suaranya mulai naik lagi.


“Sama dengan apa yang kamu buat ke Keia di tempatmu tadi malam” Aku kaget dengan jawaban Kak Aldo. Dikiranya aku udah em-el kali.


“Aku gak apa-apain Keia…”


“Bullshit Doni…! Jangan bilang kalo kamu udah bukan cowok lagi…” Aldo terpancing amarah.


Keduanya kembali panas…


Untung Nia datang dan tarik Doni menjauh, sedangkan aku menarik Aldo. Perbuatan kami menyebabkan amarah mereka reda kembali.


“Keia, apa benar kamu gak diapa-apain?” Aldo bertanya.


“Iya kak… Kak Doni orangnya gentlemen kok” Aku menjawab takut-takut.


“Tadi malam aku hanya ngisap toketnya doang sambil raba-raba memeknya… Keia justru yang mengoralku sampe menelan pejuku.” Kata Doni terus terang…


“Aha… hahahahaha…!” Terdengar ketawa Nia dan Aldo. Doni juga ikutan nyengir… sedangkan seluruh wajahku sudah merah padam karena malu.


“Iiihhhhhhhh….!”


-----


POV Ryno


“Plok… plok… plok… plok”


Terdengar suara orang tepuk tangan. Tak lama kemudian seorang gadis cantik dengan rambut kemerahan ala Mediterania muncul didepanku. Aku masih diam terpana.


“Aku bangga padamu! Romeo… tapi, kenapa kamu gak kejar Titien?”


“Nerd-ho???” Aku terkejut.


Suara gadis itu sangat ku kenal… yah, itu pasti Brenda, sohib kentalku yang kerja di salah satu agen rahasia negara ini.


Brenda sudah menjadi agen sejak tamat SMA. Awalnya ia adalah seorang analyst yang handal karena kemampuan hacking-nya. Tapi lama-kelamaan ia menjadi field agen, karena kepinterannya mengatur strategi ataupun berkelahi dan memegang senjata.


“Hi Romeo, long time no see!” Gadis itu mendekat dan mencium pipiku.


Kami sangat dekat waktu kuliah dulu… salah satu teman yang mengerti. Kami bertiga, bersama Dickhead adalah tiga sekawan idola UCLA.


“Kamu sih pake adegan penculikan segala… dasar mata-mata!” Aku sebel dengan caranya bertemu.


“Hehehe… soalnya aku kesel dengan kamu. Istrinya lagi diculik, eh kamu cuek aja.


“Titien diculik???” Ternyata benar kabar yang kudapatkan. Aku kira itu hanyalah permainan ala Deyara untuk membuatku bergegas mengejarnya.


“Kamu gak tahu?”


Akhirnya Brenda menceritakan soal apa yang menimpa Titien dan Deyara. Aku jadi stress… selama ini mereka diculik dan aku gak buat apa-apa. Kini aku sadar, aku harus memperjuangkan istriku, jangan menunggu aja.


“Jadi gimana? Kamu diam aja?”


“Tidak, aku akan kejar dan bawa pulang. Titien istriku…” Aku mengucapkan suatu tekad.


“Baguslah kalo gitu, aku ada rencana.” Kata Brenda.


Ia kemudian menceritakan keadaannya, bagaimana ia belum bisa menyerbu kedalam sebelum ada bukti kalo Mr. Logan terlibat. Tapi ia punya orang menyusup di dalam…


-----


Setelah mendengarkan informasi lengkap, aku mengerti kenapa mereka gak bisa serbu, butuh bukti keterlibatan Mr. Logan. Polisi sudah periksa, mereka semua memiliki dokumen legal, itu adalah studio film yang legal. Kayaknya LAPD udah disogok…


Susah juga… ini masalah kalo berhubungan dengan hukum di Amerika. Kalo di Indonesia serbu dulu, nanti buktinya dicari disana.


Menurut Brenda ada indikasi pembunuhan seorang gadis disana, tapi belum ada bukti. Beberapa hari lalu ada mayat seorang gadis Indonesia yang dibuang, tapi TKP belum bisa dihubungkan dengan tempat itu. Itu yang mereka cari…


“Terus Titien gimana?”


“Jangan takut, dua agenku menyusup dalam. Mereka pasti bisa mendapatkan bukti itu. Menurut kabar, Titien dan Deya disekap tapi mereka diperlakukan dengan baik. Dua gadis itu dilelang, dan sudah ada beberapa cukong menawar dengan harga tinggi.” Jelas Brenda.


“Kita tidak akan biarkan hal itu bukan?”


“Itulah masalahnya Ryno, palingan hasilnya cuma denda beberapa puluh ribu dolar buat Mr. Logan, itu bukan hukuman setimpal. Jadi biarkan aja yah para cukong itu menikmati dikit aja… palingan sekali ato dua kali celup” Brenda mengerlik


“Eh… bangsat…”


“Hahaha… jangan sewot dulu dong. Kamu ngerti kan kalo agen-agenku gak bisa digunakan untuk kejahatan kecil seperti itu.”


“Kalo gitu aku akan ikutan lelang, berapa penawaran tertingginya?” Aku langsung menawarkan menggunakan asetku.


“Hehehe… kamu tahu aja yang kami butuh.” Kata Brenda.


-----


POV Author


“Kita kemana Kevin?” Deyara kelihatan gugup, entah kenapa.


“Udah, ikut aja… tempat tadi udah gak aman. Dinah sudah curiga…” Penjelasan yang gak mampu buat ia tenang.


“Tapi aku mau ketemu Kak Titien…”


“Maaf Deya, jangan sekarang. Sekarang ini keselamatanmu yang paling penting.” Kevin mencoba menjelaskan.


“Aku gak peduli, aku mau Kak Titien.” Deyara berkeras.


“Masalahnya tidak semudah itu… Kak Titien disembunyikan Janus di kamar Dinah, dan mereka sekarang sedang menyelidiki. Mudah-mudahan aja Janus bisa membantunya lolos…”


“Justru itu Kevin aku gak tenang kalo belum lihat Kak Titien selamat.” Entah kenapa Deyara merasa gak puas.


“Tak bisa Deya, kali ini kamu harus mengikuti perintahku…” Kevin mulai marah, Deyara malah makin curiga.


“Jangan sok kamu… lepaskan aku kamu gak berhak menahanku.” Kevin malah memegang tangannya.


“Kevin lepaskan aku, aku gak mau” Deyara memberontak


“Diam kamu…”


“Kamu gak berhak bilang itu kepadaku!” Deyara marah, kali ini ia akan menghadapi Kevin. Ia mulai mempersiapkan kuda-kuda.


“Deya, jangan salah sangka. Aku gak bermaksud…!” Kevin memegang tangannya


“Eh…” Deya terkesiap. Ia merasakan tengkuknya sakit…


Deya kaget sekali, tanpa dapat melawan ia merasakan Kevin telah menyuntikkan semacam cairan.


“Kevin apa yang kau lakukan?” Deyara masih berkata-kata sebelum kesadarannya hilang. Dan tak lama kemudian tubuhnya lemas… ia tidak bisa berpikir apa-apa.


“Hahaha, kena juga kamu gadis binal….”


----


POV Titien


Sementara itu di kamar lainnya, aku sementara menunggu dengan gelisah. Udah hampir tiga jam telah berlalu, namum Edo belum menemuiku, jangan-jangan terjadi apa-apa.


Tiba-tiba aku mendengar bunyi putaran kunci. Kayaknya pintu dibuka dari luar. Sambil harap-harap cemas aku menantikan siapa yang datang.


“Hai Titien…” Suara seorang gadis membuat ku stress.


“Dinah???” Siapa yang gak terkejut melihat Dinah.


Aku hanya bisa berdiam diri, membiarkan Dinah masuk bersama-sama dengan dua bodiguardnya. Mereka segera mengunci pintu kembali dan kedua orang itu mulai menyelidiki kamar…


“Di mana Deyara?”


“Deyara sementara melaporkan kamu ke polisi!”


“Hahaha… kamu kira aku takut polisi?”


“Akan aku bongkar semua kedokmu…”


“Tahu gak, kalo semua yang kami buat disini statusnya legal, kepala polisi aja baru datang kemarin dulu dan lihat-lihat, tapi semuanya aman kok!” Dinah menyombongkan diri.


“Termasuk mempekerjakan gadis-gadis illegal dari Indonesia?”


“Kamu salah Tien, mereka semua legal, lengkap dengan dokumen. Mereka sendiri tanda tangan kalo mereka datang atas kemauan sendiri, tidak dipaksa. Semuanya udah diatas 18 tahun kok!”


“Kamu yakin mereka gak akan ngomong?” Aku terus membuat ia stress.


“Kamu tahu sendiri kan orang Indonesia seperti apa… mereka cuma bisa bersyukur kalo membawa pulang hasil kerja mereka.”


“Kamu tahu kan gimana media di sini waktu mencium bau busuk darimu?”


“Hahaha…. Kamu kira aku belum memikirkan soal itu? Kamu lihat sendiri kerja kami yang rapi. Semuanya legal kok, gak ada yang perlu ditutupin…”


“Termasuk melelang aku dan Deya…”


“Hahaha… kamu ada bukti?”


“Aku yakin satu kali kelak akan ada hacker yang membobol servermu dan mendapatkan bukti-buktinya…” Aku mengancam.


“Justru itu Tien, data-data ku gak di simpan di internet”


Aku terdiam… Dinah berdiri dan memberi signal kepada bodiguardnya untuk tutup pintu.


“Eh, kenapa kamu tutup?”


“Aku penasaran, siapa yang berkhianat menyembunyikanmu disini…”


Dinah duduk di tempat tidur sementara orang-orangnya kembali mengikat tangan dan kakiku. Aku hanya bisa diam… mudah-mudahan Edo gak datang, aku takut apa yang akan terjadi kepadanya.


“Tok-tok-tok” Terdengar suara orang mengetuk,


Tak sabar orang itu membuka sendiri pintunya pelan-pelan.


“Titien… kamu gak apa-apa?”


“Cepat pergi dari sini!” Aku takut kalo ia ketangkap. Tapi dasar Edo, kepalanya malah nongol dan terlihat jelas.


“Janus?”


-----


Akhirnya aku kembali di kurung dalam ruangan dekat studio. Bedanya kali ini Deyara gak bersamaku… memang sih sunyi, tapi paling tidak sampai saat ini Deyara masih lolos.


Kali ini keamanannya makin ketat, tangan dan kakiku diborgol, sehingga sulit melangkah. Selain itu gembok pintu udah diganti dengan yang lebih besar. Tapi aku cuek aja, tidak menampakkan wajah sedih.


Tiba-tiba pintu dibuka, Bren yang datang membawa makanan. Ini pasti makan siangku. Di samping Bren ada dua anak buahnya.


“Titien… Titien…. Harusnya kamu dapat kontolku, tapi kamu pilih kontol cukong-cukong itu. Benar-benar rugi deh…” Kata Bren mengejekku sambil mengingatkan kalo aku sudah laku dilelang.


“Hahaha… paling tidak aku gak dapat kontol yang tiga menit doang.” Kali ini bukan hanya aku yang tertawa, kedua anak buahnya juga senyum-senyum. Hihihi…


“Kamu gak tahu apa yang kamu inginkan. Mereka itu suka menyiksa cewek yang mereka beli lho…!” Bren menakut-nakutiku… entah apa yang ia inginkan.


“Bilang aja kalo kamu suka menyiksa… Aku yakin kamu nanti puas kalo ceweknya terikat dan tak bisa melawan… kamu suka kan mendominasi? Menganggap wanita itu budakmu…” Aku membalikkan perkataannya.


“Kamu mau jadi budakku?” Bren tertawa mengejek.


Aku diam aja…


“Bren, kamu yakin apa Dinah akan terus pake kamu? Sejak ketemu aku langsung tahu gayanya yang habis manis sepah dibuang. Apalagi model kamu seperti itu… Kalo Polisi datang, aku yakin kamu yang akan jadi kambing hitam. Kamu yang dipersalahkan… kalo gadis-gadis ini mengadu.” Taktik yang aku tahu, sebarkan bibit ketidak percayaan.


“Kamu pikir Dinah orangnya seperti itu?”


“Kamu kenal Dinah? Udah berapa lama?” Aku balas bertanya sambil tersenyum.


Bren garuk-garuk kepala. Agaknya tebakanku kena sasaran.


“Aku aja yang baru kenal sebentar langsung tahu orangnya seperti apa.” Aku tambah memanas-manasi-nya.


Bren terdiam…


“Sudahlah kamu sengaja membuat aku penasaran!”


“Yah, terserah kamu… Apa kamu gak yakin bisnis ini bisa bertahan selama enam bulan. Kamu tahu sendiri kan berapa banyak studio film porno yang bangkrut. Film porno cepat sekali membuat orang bosan. Kamu yakin ada masa depan disini?”


Bren menutup telinganya… tapi aku sempat melihat kalo anak buahnya menggangguk mendengar kata-kataku tadi.


-----


“Tok… tok… tok…”


Ada orang mengetuk lalu membuka pintu. Pasti bukan Bren, ia tidak pake sopan santun.


Aku terkejut, seorang gadis dengan wajah mirip artis Korea datang mengantar makanan… itu Devi, tapi aku tidak memperdulikannya.


“Mana Bren?” Aku bertanya.


“Ia kapok gak mau datang lagi…” Gadis itu tersenyum. “Kamu buat apa ke Bren?”


“Hahaha…” Aku tertawa menang.


“Tien, aku gak tahu kenapa, tapi aku rasa hanya kamu yang bisa membuat kami lolos. Kita semua dijebak ditempat ini.”


“Mulut mu aja yang ngomong gitu, tapi mana buktinya…” Aku gak percaya.


“Apa yang kamu buat supaya aku percaya…” Devi bertanya sambil berbisik.


“Kasih aku charger iphone…” Aku balas berbisik. Tak ada yang tahu kalo aku masih menyimpan HP milik Boy. Siapa tahu berguna malam ini..


Devi hanya tersenyum…


-----


Aku sudah beberapa kali tertidur, tapi kali ini aku mendengar suara kecil. Yah, ada sesuatu yang bergerak. Aku membuka mata penasaran benda apa itu.


Eh ternyata ada sebuah box kecil yang dilempar ke kamar ku, waktu ku buka isinya charger iphone..


Beruntung benar smartphone milik Boy sama tipenya dengan milik Pak Beni, yang sempat kupakai lalu untuk mempermalukannya di fb. Aku masih ingat bagaimana caranya bypass passcode dan akses ke foto-foto ataupun video. Sayang sekali hape Boy masih pake nomor Indonesia, dan belum bisa internet.


Akhirnya aku bisa juga membobolnya… hacker dadakan… hehehe


Waktu aku membukanya, aku kaget. Didalamnya ada video waktu Megan diperkosa dengan keras dan dihajar babak belur oleh Mr. Logan, juga penyiksaan-penyiksaan waktu shooting seks sebelumnya. Ternyata beberapa pemain pria yang suka menyiksa ceweknya… terutama cowok2 Indonesia. Salah satunya Kevin yang marah-marah karena anunya gak bisa berdiri.


‘Astaga! Aku baru tahu kalo Kevin juga ganas memukuli cewek-cewek itu. Apa selama ini ia bermaksud mengambil keuntungan dari Deyara?’


Aku makin penasaran dan membuka file yang ada di hape milik Boy, dan mulai browse website yang pernah dikunjungi… cukup lama. Hampir dua jam… sayangnya tidak ada yang penting.


Kali ini Titien mulai membuka email dari Boy, ia menemukan berapa dokumen tentang kontrak-kontrak film porno. Benar sekali, Mr Logan sudah ada sejak awal.


Udah jam berapa ini? Kayaknya udah hampir subuh..


Ada juga video-video yang mencurigakan.


Benar aja… ia menemukan beberapa klip singkat bagaimana Dinah menjamu beberapa orang penting dengan gadis-gadisnya. Ada anggota congress, ada kepala polisi, ada beberapa politician. Ada dari dept. kehakiman sendiri… ada juga producer TV dan surat kabar. Pantesan bisnisnya gak pernah diliput…


Aku harus membocorkannya keluar… tapi bagaimana? Aku gak ada internet. Tapi aku harus siap, supaya ketika nyambung internet, aku sudah siap.


Apa sebaiknya lewat sosial media? Mungkin… tapi yang harus banyak followernya supaya jadi viral. Lewat media juga gak mungkin, mereka menguasai media…


Lebih cocok di post di blog atau website tertentu dan di share lewat sosial media. Tapi ke mana yah?


Plok…


Bego sekali, aku baru ingat. Bukankah aku seorang penulis blog… aku tulis aja di blog milikku…


Mungkin itu yang bisa aku buat… malam ini artikelku akan keluar. Membahas mengenai kekerasan seksual dan kebutuhan masyarakat. Aku akan membuat pembacaku muak dengan penjualan seks ataupun penyiksaan perempuan.


Aku akan menulisnya, dan kapan saja bisa koneksi internet, aku bisa mengupload ke blog.


-----
 
Terakhir diubah:
Sip.. Thanks updatenya suhu.. Semoga update selanjutnya tetap lancar
 
Makasih juga suhu-suhu yang sudah setia menanti di thread ini. Walaupun sibuk ataupun capek, thread ini pasti akan menyandang predikat tamat. Masih ada sekitar 6-7 chapter lagi, tapi kerangkanya udah jadi. Kasih semangat terus yah!
 
Suhu, kangen dg cerita Titien, Deya atau Nia yg dipaksa harus *ntot. Gimana gitu kalo mereka bertiga mau karna kepaksa.
:khappy:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd