Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Bule Ganteng II - Obsesi seorang gadis

Pemeran dalam episode ini...

Rivaldo



Deyara



Titien



Ryno



Shaun



Naya



Edo



Brenda



Devi
 
Terakhir diubah:
Episode 11 – Just tell me!





POV Rivaldo


Malam ini adalah malam kedua aku bersamanya, walaupun baru kenalan resmi tadi malam aku merasa nyaman berdua. Aku masih ingat waktu kemarin ia waktu diperkenalkan oleh ayahnya kepadaku waktu dinner. Ia tampil anggun cemerlang dengan gaun putih. Walaupun kebersamaan kami terbilang singkat waktu aku mengantarnya pulang, tapi sangat berkesan.


Tapi pagi kami bertemu lagi di kantor. Ia begitu cekatan mengambil keputusan, membuat analisa dan memberi perintah. Jelas ia tauh banget pelak-pelik bisnis perhotelan dan dengan cepat mengetahui akar masalah dan mampu memecahkannya. Benar-benar seorang pebisnis yang handal… aku sampai kagum. Pantesan papa memilihnya menjadi direktur utama hotel yang baru dibangun, hotel milik dari tiga pebisnis asal Manado.


Wajahnya yang manis mirip artis Barbie Xu pemeran serial TV Meteor Garden. Benar sekali… aku jadi ingat masa-masa SMA nonton film dengan teman-teman sekelas.


Hari ini kami janjian untuk makan malam berdua. ia tampil begitu memikat dengan balutan baju hijau muda tanpa tangan. Gadis ini tampil apa adanya, kelihatan sederhana tapi jelas berkelas… simply elegan. Bangga juga dapat tunangan secantik ini.


“Glek…” Aku ketahuan mencuri pandang lagi… astaga!


Kok aku bisa gugup sih, kayak baru sekarang jalan berdua dengan seorang gadis, memang sih gadis ini sangat cantik. Dan bukan itu aja, gadis ini dijodohkan denganku. Dan entah kenapa aku merasa nyaman dengannya.


“Hihihi…” Gadis itu tertawa dengan merdu sementara menggandeng tangan ku.


“Eh…”


“Kenapa kamu menatapku seperti itu?” Gadis itu begitu percaya diri. Dengan anggunnya ia menatap ku sambil tersenyum.


“Eh, gak kok!” Aku benar-benar gugup.


“Kamu mencintaiku?” Matanya menatapku mencari kebenaran.


“Mudah sekai mencintainu, Shan!” Aku bicara seadanya… wanita disampingku ini adalah seorang gadis impian… cantik, pinter, sukses, dan percaya diri. Kalo aku belum ketemu Deyara, pasti mudah sekali bagiku jatuh cinta dengannya.


“Kamu mengenalku?”


“Siapa tak kenal kamu… memang sih kamu itu kakak tingkat ku, gadis kampus yang waktu kuliah dulu membuat semua cowok jatuh hati... gadis yang punya pengagum sampai mancanegara” Aku membalas dengan pujian.


“Hahaha” Ia hanya tertawa. Merdu sekali…


“Justru aku yg kamu gak kenal!”


“Eh, siapa gak kenal si playboy sohib Doni” Gadis itu main mata kepadaku sambil tersenyum.


“Eh, kamu tahu yah... hehehe”


“Dan aku masih bingung bagaimana bisa seorang cowok sepertimu mau aja menerima perjodohan ini.”


“Eh?” Ia ngomong to the point, aku yang jadi kelabakan.


“Udah, kamu gak usah jelaskan. Aku ngerti kok!” Ia merasakan ketidak nyamananku.

“Kita ngomong yang lain aja yah, yang penting kamu tahu kalo aku telah menerima ini dengan senang hati dan aku juga mengagumimu, Shan!” Aku bicara jujur.


“Kamu lucu…”


“Kenapa?”


“Kamu satu-nya orang yg panggil aku seperti itu, Aldo!”


“Tapi namamu kan Shania?”


Ia hanya tersenyum.


“Yuk, masuk. Udah sampai…”


“Iya…” ia meremas tanganku sejenak sebelum melepas genggamanku dan masuk ke kamarnya. Senyumnya masih membayang sampai pintu tertutup.


Ini benar-benar malam yang menyenangkan. Aku tidak menyangka sempat kencan dengan seorang gadis idola. Dan dua minggu lagi gadis ini akan menjadi tunanganku…


Aku berjalan kami menuju ke mobil yang ku parker di basemen hotel. Malam belum larut tapi aku gak tahu mau ke mana. Dalam perjalanan aku terus membayangkan senyum Shania yang sangat indah… yah, seindah Deyara… seindah Deyara… eh! Astaga…


Bagaimana dengan Deyara? Aku belum ketemu dia sejak kemarin. Dan aku harus bilang apa?


‘Ini benar-benar konflik hati. Di suatu pihak aku masih mencintai Deyara… yah, aku telah menemukan cinta sejatiku. Masakan aku harus melepaskannya lagi?’


Di pihak yang lain berdiri ayahku dan masa depanku. Aku telah berjanji kepada Ayah, dan aku tak bisa mungkir lagi. Satu-satunya harapan bagiku awalnya adalah kalau Shania menolak pertunangan ini, tapi sejak pertemuan kami aku melihat hal itu makin tidak mungkin.


Ahhhh… aku harus buat apa? Aku gak bisa menyangkal kalo aku makin terjerumus. Tidak mungkin aku menjatuhkan nama ayahku didepan partner bisnisnya… segalanya sudah terlambat. Acara pertunangan sudah disiapkan, undangan telah disebarkan!


Aku harus ngomong ke Deya, jangan lagi ia mendengarnya dari orang. Sudah cukup ia menderita karena masalah Darla…


Tapi bagaimana cara aku mengatakannya? Aku binggung…


Aku menghentikan mobil didepan hotel Casa del Mar… tempat Deyara, Kak Titien dan Kak Ryno tinggal. Apa aku masih bisa masuk?


‘Titien!!! Eh tunggu. Aku dapat ide… aku ngomong ke Titien aja dulu. Siapa tahu ia bisa kasih jalan keluar…


Segera aku mengambil telpon dan menekan nomor telponnya.


-----


POV Deyara


“Kak makasih banyak… hari ini benar-benar puas!” Aku berterima kasih pada Kak Titien dan Ryno yang mengajakku jalan-jalan.


“Kalo gitu cepat mandi dan ganti baju, kita akan makan di pier sebentar.” Kak Titien menyuruh aku mandi duluan.


Dengan segera aku masuk kamar mandi dan menyalakan shower. Aku menari nafas panjang… hari ini cukup melelahkan. Aku menutup mata dan mengingat apa yang terjadi sepanjang hari ini.


Tadi pagi kami berputar-putar di daerah Huntington, dekat Pasadena untuk melihat perpustakan, gallery serta botanical garden yang termashur itu. Aku banyak melamun di taman, sementara Kak Titien dan Kak Ryno terus membicarakan art collection yang ada disana. Dasar, pencinta seni.


Waktu siang hari juga ceritanya sama, kami pergi ke Getty center dan mengagumi koleksi lukisan dan patung dari seniman-seniman ternama. Aku justru mengagumi pemandangannya dari luar gedung di mana aku bisa melihat seluruh kota Los Angeles dari atas bukit. Keren banget sih…


Untunglah sorenya kami ke Hollywood walk of fame. Kami menapaki jalan yang penuh dengan bintang-bintang dan bertuliskan nama-nama actress dan actor ternama jebolan Hollywood. Kali ini gentian aku yang ngomong tentang who’s who. Kak Titien dan Kak Ryno hanya tertawa geli waktu aku dengan semangat bicara mengenai bintang-bintang film yang menjadi pendatang baru.


“Eh, ada apa itu kak, kok rame?” Aku bingung melihat orang-orang berdesak-desakan.


“Aku juga gak tahu!” Titien juga bingung gak biasanya ada kerumunan seperti ini.


“Kamu lupa yah, kita ada di Hollywood… ada bintang film lagi jumpa penggemar!” Ryno menjelaskan.


“Eh, siapa itu?” Aku penasaran. Titien dan Ryno cuek aja…


Aku terkejut, itu kan Justin Bieber. Penyanyi idola anak muda yang meraih beberapa album platinum serta grammy award, juga sempat menjadi bintang film. Tanpa dapat dicegah, kakiku langsung ikutan bersama puluhan orang. Titien dan Ryno hanya tertawa melihat tingkahku.


Yah… secara kebetulan aku bisa bertemu dengan Justin Bieber. Setelah beberapa menit antri, aku bisa minta tanda-tangannya. Mujur sekali, karena aku orang terakhir di barisan, dan acara tersebut berakhir dengan waktu aku selesai.


Aku sempat foto selfie dengan latar musisi tersebut sementara tanda tangan. Pasti Melania dan Kak Cherry akan kaget waktu aku tunjukin foto.


Kak Titien sama Kak Ryno rugi berat, … terlalu jaim sih. Aku tertawa penuh kemenangan menunjukkan foto di hapeku sambil menuju ke mereka. Kak Titien hanya senyum doang.


Tiba-tiba ada suara cowok berteriak keras. Astaga, ternyata sang artis yang berteriak dan lari menuju kami… eh gak nyangka. Justin datang mendekat dan langsung memeluk Ryno dan Titien. Astaga… ia bahkan minta foto bersama dengan Kak Ryno dan Kak Titien…


Begoooo! Aku baru ingat kalo Kak Ryno juga salah satu musisi ternama di Amerika dan banyak masuk dalam pergaulan para artist. Kak Titien hanya tertawa mengejekku. Ia seakan tersenyum penuh kemenangan. Tapi kemudian mereka memperkenalkan aku ke Justin dan mengambil beberapa foto bersama dia.


Wah… ini baru terasa Amerika… Nia dan Cherry bisa pingsan di tempat lihat foto ini.


“Lita, mau ngetes toko busana para artis?” Kak Titien mengajakku, membiarkan suaminya ngomong serius dengan Justin dan manajernya. Mereka kayaknya bicara tentang bisnis musik.


“Huh? Emangnya mahal kak?” Aku penasaran.


“Aku juga belum tahu, tapi tadi Ryno bilang biasanya para artis beli baju di situ.” Titien menjelaskan…


“Oke deh kak…” Aku ikut masuk.


Astaga… ternyata tempatnya berkelas. Aku bisa melihat orang-orang yang masuk toko mengenakan pakaian yang mahal dan gaul. Pantesan tadi Kak Titien bilang ini toko-nya para artis.


Kami masuk dan mengagumi koleksi didalamnya yang super keren. Aku penasaran berapa harganya, tapi setelah beberapa kali meminta pada pelayan, mereka seakan mengacuhkan kami. Kak Titien hanya tertawa…


Sorry miss! There’s someone I need to serve!


Sorry ma’am, I don’t think this would suit your budget!”


“Sorry miss, we don’t have a stock for that dress…”

Aku benar-benar jengkel, ini bikin malu sekali.


“Mereka hanya lihat penampilan sayang, baju kita terlalu kumuh di mata mereka!” Kak Titien hanya tertawa.


“Iya yah, kak!” Aku masih aja merasa jengkel. Ternyata pelayan juga hanya lihat penampilan orang. Di Indo dan di sini sama aja.


“Emangnya kamu mau beli?” Kak Titien tertawa.


“Gak sih!” Aku juga ikutan tertawa.


Tiba-tiba aku melihat semua bergegas menuju pintu… apa itu? Eh ternyata karena Kak Ryno sama Justien Bieber ikutan masuk dan mencari kami. Kedua cowok tampan langsung menjadi pusat perhatian, sampai para pelayan berkumpul menyambut mereka. Siapa yang gak kenal kedua selebriti music itu?


“Titien… Lita… di mana kalian?”


Kami di sini, sayang!” Kak Titien memanggil suaminya.


There you are…”


“Sudah rindu aku?” Titien tersenyum dan menggandeng suaminya waktu ia mendekat. Semua mata sampai terbelalak melihat Ryno menggandeng wanita dengan penampilan biasa-biasa aja.


“Kamu ada beli baju, Lita” Justin menyapaku, membuat mata para pengagumnya kaget.


“Tidak… bukan seleraku!” Aku mengikuti gaya Kak Titien menggandeng cowok itu dan menariknya keluar.


Para pelayan masih menatap kami dengan berbinar-binar. Mungkin sekali mereka menyesal dengan sikap mereka sebelumnya.


-----


“Lita… masih lama?” Kak Titien memanggil.


“Eh kak…?”


“Kenapa? Kamu kayak banyak pikiran?” Ia langsung tahu.


“Eh enggak…”


“Gini, kalo udah cape, kita makan aja di kamar. Nanti aku suruh Kak Ryno beli makanan!”


“Baiklah… gitu aja, Kak!”


Aku segera menuntaskan mandiku yang terganggu tadi. Setelah itu Kak Titien ikutan mandi, sementara Kak Ryno pergi keluar untuk membeli makanan. Aku masih duduk-duduk di teras hotel waktu Kak Titien mendekatiku dan memelukku dari belakang.


“Ada apa Lita?”


“Gak kok, mungkin aku agak capek tadi…” Aku masih enggan.


“Ngomong aja… kamu rindu sama Rivaldo kan?” Kak Titien menebak dengan tepatnya.


“Maksud Kakak?”


“Pasti kamu tanya-tanya kenapa ia belum datang sini?” Kak Titien tersenyum.


Aku hanya diam.


Kak Titien mengambil kursi satu dan duduk didekatku sambil memegang tanganku.


“Sudah berapa lama kamu pacaran?”


“Baru beberapa bulan, Kak…”


“Tapi kayaknya kamu udah cinta banget yah?”


Aku hanya tersenyum.


“Ada apa sayang?” Kak Titien bertanya lagi.


“Kak, aku merasa Rivo gak jujur… kek ada sesuatu yang dipendam gak mau bilang ke aku…!” Aku mulai membuka diri.


“Eh, kenapa?”


“Ia sms tadi sore kalo malam ini ia tidur lagi di rumah temani papanya, tapi aku gak yakin” Aku mulai curhat.


“Jangan dulu stress Lita, kali aja papanya ingin melibatkan dia dalm negosiasi bisnisnya” Kak Titien mencoba menenangkan aku lagi.


“Ia sih, papanya banyak usaha lho di seputaran LA. Rivo pernah bilang soal papanya ingin ia meneruskan bisnis papanya, tapi ia memaksa lulus kuliah dulu” Aku mencoba jelaskan.


“Tuh kan”


“Tapi, aku takut kak, aku gak mau pisah lagi dengannya!” Aku menggenggam tangannya dengan erat.


“Hahaha.. pasti karena sudah kecantol sama itunya...” Kak Titien mengejekku.


“Ihhh...” aku mencubit kak Titien


“Kamu harusnya bersyukur ia terus membayangimu, bahkan bisa menebus mu dari tangan Kevin!” Kak Titien menasihatiku…


“Itu artinya ia sangat mencintaimu!” Ia menyambung kata-katanya.


“Aku justru bingung bagaimana ia tahu soal aku… eh…!” Aku gak jadi meneruskan kata-kataku. Pasti Kak Titien mengerti aku ngomong soal aku dilelang.


“Eh ia yah, bagaimana ia bisa membayarmu?” Kak Titien ikut berpikir.


“Gak tauh, kak. Padahal... harusnya hanya cukong… kan…” Aku gak bisa ngomong secara utuh… peristiwa itu masih menimbulkan kesan yang buruk.


“Iya...” Kak Titien mengangguk.


“Kakak juga heran?” Aku tahu ia sengaja memotong kata-kataku.


Ia mengangguk.


“Itulah kak. Rivo gak mau terus terang, Keknya ia sembunyikan sesuatu!” Aku mulai menangis.


“Kamu masih trauma soal Darla?” Kak Titien bertanya.


Aku menggeleng di tengah isakku….


Tiba-tiba telpon Kak Titien berbunyi. Sayang sebelum aku melirik, ia sudah menggambil hape itu dan pergi menjauh. Ini kayaknya telpon penting, dan aku gak mau mengganggunya.


-----


Kak Titien baru selesai mandi, tubuhnya bau enak… segar. Ia hanya mengenakan pakaian tidur yang tipis.


“Tadi telpon dari siapa kak!” Aku bertanya basa-basi.


“Kamu mau tahu?” Ia bertanya.


Aku menggeleng. Aku gak harus mencampuri urusannya.


“Lita, Cerita dong bagaimana hubungau dengan Rivo!” Kak Titien menarik tanganku menuju ke ranjang. Aku juga sudah mengenakan pakaian tidur.


“Tapi panjang kak”


“Malam ini aku temani kamu sampai tertidur” Ia tahu kalo aku gak lapar lagi,


“Trus kak Ryno gimana?” Aku bertanya walaupun aku sangat ingin bercerita dengan Kak Titien.


“Dia mah gampang!” Kak Titien hanya nyengir.


“Hahahaha... yakin mau dengar?” Aku tersenyum.


“Iya...” Kak Titien mulai berbaring diatas tempat tidur.


“Boleh, asal Kak Titien juga nanti cerita yah bagaimana bisa ketemu Kak Ryno, cerita dari awal!” Aku juga meminta.


“Ok, tapi ingat gak ada yg ditutupi yah?”


Aku mengangguk dan mulai bercerita sementara Kak Titien memelukku. Aku merasa nyaman. Ternyata memiliki seorang kakak terasa seperti ini…


—-


“Kak Ryno tunggu yah!” Aku tersenyum melihat Kak Ryno bolak-balik di pintu.


Kak Titien juga menyuruh suaminya menjauh waktu aku terus curhat tentang Rivaldo. Tak terasa sudah hampir dua jam aku curhat terus… sudah jam tidur, tapi Kak Titien masih aja bertanya-tanya.


“Lita, apa kamu sudah pernah ngomong soal masa depan dengan pacarmu?” Tatapan Kak Titien terlihat serius.


Aku bingung menjawabnya. Aku hanya menggelengkan kepala…


“Rivo pernah bilang kalo ia akan kerja di California mengurusi bisnis keluarganya…” Aku masih ingat apa yang ia bilang dulu.


“Kamu siap seandainya LDR?” Kak Titien bertanya lagi.


“Aku gak tahu kak, mungkin itu yang terbaik, aku kan masih kuliah…”


“Kamu yakin?” Ia menatapku dalam.


Aku mengangguk kecil tapi terus menatap ke bawah, gak sanggup menatapnya balik.


“Kamu bisa hidup tanpanya?” Kak Titien bertanya lagi.


“Aku gak tahu kak… aku sunggu mencintainya!”


“Kamu baru kenal Rivo, masih muda kok. Nikmati dulu masa mudamu” Ia menganjurkan hal ini, tapi aku gak tahu kalo aku bisa.


“Iya kak…”


“Seandainya Rivo berubah, kamu mampu melepaskannya?” Kak Titien tanya lagi.


“Aku pikir-pikir dulu, Kak…!” Aku kembali terisak. Entah kenapa aku merasa sedih. Kak Titien memelukku erat sekali, dan aku balas memeluknya…


“Wah udah jam 11 yah? gak trasa udah malam…” Kak Titien tersenyum.


“Kakak sebaiknya pindah ke kamar temani Kak Ryno” Aku juga nyengir mengingat dari tadi cowok itu bolak-balik di pintu.


“Justru itu Lita...”


“Eh, kenapa kak?” Aku binggung.


“Bisa-bisa aku gak bisa tidur. Mana aku harus ketemu Brenda lagi besok pagi-pqgi. Kakak cape... tolong kakak yah?” Kak Titien menatapku tersenyum.


“Jadi?”


“Kakak tidur sini aja yah...” Kak Titien langsung aja masuk dalam selimut.


Tok-tok-tok… Aku dapat menebak siapa itu.


Pintu kamar terbuka, dan Ryno muncul... Ia baru habis mandi. Tubuhnya masih pake handuk.


“Kak Ryno…”


Tiba-tiba cowok itu melepaskan handuknya. Ia sudah telanjang bulat. Kontolnya pun udah tegang.


“Eh kak!” Aku terkejut… disampingku terdengar suara tertawa dari Kak Titien.


“Ihhhh” Aku menutup mata malu… ada Kak Titien disamping.


“Aku gak pusing sayang, biar di depan Lita aku harus mengentotmu. Kamu sudah kalah taruhan tadi” Kak Ryno nekad banget.


“Astaga!” aku kaget melihat tubuh telanjang Kak Ryno mendekat dan naik ke tempat tidur.


“Hahaha…” Kak Titien tertawa.. tak lama kemudian mereka berdua berciuman.


Aku menjadi malu… tapi Ryno tidak berhenti di situ. Ia mulai mempreteli pakaian Kak Titien satu per satu. Tak lama kemudian tubuh telanjang Kak Titien terlihat jelas.


‘Wah dapt show gratis nih’ Diam-diam aku mengambil hape siap-siap merekam.


“Eh...?” Tangan kiri Kak Ryno singgah di toketku dan meremas.


“Nakal, udah ada Kak Titien masih aja...” Aku mengomel… Kak Titien hanya tertawa.


“Lita, kamu bantu kakak yah?” Kak Titien memegang tanganku.


“Eh kak?” Aku bingung…


“Kita hadapi dia bersama-sama!” Kak Titien main mata sambil tersenyum mesum.


“Astaga kak...” Aku kaget sekali. Ini sukar dibayangkan… aku bahkan hanya diam terpaku, tak bisa bergerak ketika Kak Ryno melucuti pakaianku. Dan dengan mudah tangannya mulai menari di bagian-bagian sensitive tubuhku.


“Aduhhh!” Aku bergelinjang kegelian.


“Hahaha... kapan lagi aku bisa threesome dengan dua memek terlezat di dunia...!” Kak Ryno tertawa.


“Kakak sih...!” Aku pura-pura merajuk tapi membiarkan jari Kak Ryno membelai memekku. Kak Titien masih tersenyum manis… ia juga sudah telanjang bulat.


“Ahhhhhh….!”


—-


Malam itu, aku dan Kak Titien menjadi saksi bisu keperkasaan Kak Ryno. Kami berdua benar-benar kewalahan sejak dari foreplay. Berulang kali kami saling berpegangan tangan dan tertawa menahan nikmat menghadapi permainan jari dan lidahnya yang bergantian menyisip masuk dalam liang nikmat, dan mampu menjangkau titik-titik nikmat kami… aku harus menyerah sampe banjir, sedangkan Kak Titien malah sampai squirt.


Tapi cowok itu juga merem melek ketika kami bergantian memberikan hisapan dan emutan terbaik di kontolnya. Yah, Kak Titien mengajariku oral… ia sungguh hebat. Dan akhirnya aku berhasil membuat Kak Ryno keluar… Kak Titien sampai tertawa mengejek suaminya.


Kak Ryno memang hebat… selain memiliki onderdil yang mampu memuaskan wanita, ia juga didukung oleh memiliki stamina yang tangguh hasil olahraga yang teratur dan nafasnya yang panjang. Hampir tiga jam lamanya kontol besarnya terus membelah masuk memasuki lorong-lorong nikmat milikku dan milik Kak Titien. Tak henti-hentinya ia membuat kami kegelian ketika mulut rahim kami ditusuk sampai mentok… dibelai dengan ragam tusukan yang tak terduga, lalu disiram dalam semprotan hangat. Tenaganya seakan tak pernah habisnya menusuk… memompa, menggedor, dan mengatur irama.


Tapi modal terbesarnya adalah kemampuan dirinya mengatur tempo dan teknik permainan yang bisa membuat tusukannya bervariasi serta tak terduka. Ketika kami sudah hampir nyampe, ia malah mengendurkan serangan. Dan sebaliknya, ketika Kak Titien merasa sudah akan menang, Kak Ryno justru membuat ia kelabakan dengan jurus tusukan dewa-nya. Hehehe… Kak Ryno memang dewanya kepuasan seksual.


Dan yang paling menyebabkan malam ini begitu indah dan berarti adalah jiwa romantisme dari cowok itu. Kak Ryno berulang-ulang membuat kami merasa nyaman di dicintai… ia benar-benar tahu memperlakukan seorang wanita, baik dalam ciuman, belaian, tatapan ataupun kata-katanya. Aku benar-benar melayang…


Malam itu juga aku mendapat pelajaran seks yang sangat berharga dari Kak Titien, bukan hanya posisi-posisi seksual yang erotis, tapi bagaimana bisa mengatur tenaga dan meredam keganasan tusukan cowok itu. Dibanding aku yang masih pemula, Kak Titien tidak mudah ditaklukan… selain ia ulet dan juga memiliki stamina yang kuat, ia juga mampu memberikan perlawanan dalam putaran pinggulnya dan permainan otot vagina. Kak Ryno berkali-kali harus mengangkat tangan dan mampu dikalahkan...


Aku terus memperhatikan gerakan Kak Titien dan ketika ku praktekkan mampu membuat Kak Ryno sedikit kewalahan… Ia benar-benar seorang guru yang baik. Sungguh tak salah kalo dikatakan Kak Titien adalah seorang dewi kenikmatan pria. Tubuhnya yang sempurna, senyum dan tatapannya yang memabukkan serta kata-katanya dan desahannya yang membius membuat cowok gak tahan. Pantesan Shaun dan Kak Edo terus terobsesi kepadanya…


Malam itu aku benar-benar special dan dalam kepuasan tertinggi aku tidur dengan nyenyak sampai pagi.


-----


Aku membuka mataku dan melihat matahari sudah bersinar terang. Kak Ryno masih tidur memelukku sedangkan Kak Titien sudah gak ada. Kayaknya lagi mandi…


Ketika aku melihat tubuhku dan tubuh Kak Ryno yang telanjang bulat, aku menyadari apa yang terjadi tadi malam bukan mimpi.


“Kak Titien..?” Aku memanggilnya tepat ketika ia membuka pintu kamar mandi.


Kak Titien keluar sambil tersenyum. Wajahnya kelihatan segar dan bercahaya, dan suatu aura kepuasan terpancar lewat kulitnya…


“Kak Titien, mau kemana pagi-pagi?” Aku bertanya basa-basi.


“Aku ada appointment dgn Brenda, biasa dia mau tanya-tanya soal keterlibatanku dengan geng Dinah!” Kak Titien menjelaskan.


“Eh, kenapa aku gak dipanggil?”


“Mungkin nanti, ia kan butuh aku menjadi saksi melawan Mr. Logan. Mungkin ia butuh beberapa keterangan dari ku!” Kak Titien tersenyum.


“Ohhhh…”


“Udah kamu lanjutkan aja sama Ryno” Kak Titien main mata sambil tersenyum.


“Eh, kak?” Aku jadi gugup.


“Iya puas-puasin deh hari ini. Aku sudah suruh dia antar kamu jalan-jalan ke Disneyland, kita nanti ketemu di Wilshire sore hari…” Kak Titien sudah mengatur perjalanan kami.


“Ok kak”


“Lita… Ryno kayaknya suka sama goyang itikmu tadi malam… hahaha” Kak Titien main mata sambil nyengir.


“Eh…” Aku langsung jadi merah.


"Sini aku bisik…"


"Apaan kak?"


"Berikut ajari aku kasih obat perangsang, supaya Kak Ryno keluar duluan lawan aku..." Kak Titien berbisik pelan.

Aku hanya tertawa mendengar keinginan Kak Titien.

“Aku pergi dulu yah...” ia tersenyum lagi.


“Iya kak…”


Aku jadi tambah deg-degan dengan senyumannya…. Aku hanya bisa tertunduk malu. Yah, aku telah ngesek dengan suaminya tadi malam. Tapi Kak Titien membiarkannya…


—-


POV Shaun


Aku mengingat lagi apa yang terjadi tadi malam.


“Hey, kamu Shaun kan?”


Aku terkejut menatap cowok yang menyapaku. Orangnya agak kasar dan urakan… eh mungkin seperti aku dulu. Eh, tunggu… aku mengenalnya.


“Kamu sudah lupa! Bego, baru beberapa bulan lalu kita satu tempat kerja, sekarang sudah lupa. Mentang-mentang lagi bawa gadis cantik udah lupa teman sendiri” Alex menyalami tanganku. Aku langsung ingat…


“Oh iya, Alex. Pa kabar di kantor? Bos masih marah-marah?” Aku menyapanya.


Aku memperkenalkan Devi yang menemaniku. Alex agak gugup, sedangkan Devi hanya tersenyum.


“Cepat sekali kamu dapat cewek baru? Dasar Dickhead. Padahal baru dua minggu lalu pacar lamamu cari kamu di kantor!” Alex mengejekku… biasa sesama cowok.


Aku hanya tertawa sementara Devi tampak jadi jengah. Wajahnya bersemu merah…


“Eh tunggu, pacar yang mana? Naya?” Aku terkejut, baru sadar kata-katanya tadi.


“Itu, gadis Chinese, tinggi segini… orangnya lincah. Eh, kasih aku aja yah?” Alex menyebutkan ciri-ciri Naya pacarku di Indonesia.


“Astaga!” Aku kaget sekali… “Naya menariku?”


Aku baru ingat hanya Naya seorang yang tahu di mana tempat kerjaku…


Dan sayangnya Naya bisa tahu kalo aku sudah 2 bulan dipecat. Selama ini aku terus mendustai dia. Aku selalu bilang mengatakan kalo ada sesuatu yang harus aku urus di tempat kerja sebelum kembali ke Indo. ‘Tapi sekarang, Aku harus bilang apa?’


Sekilas aku mengingat kejadian tadi… Aku menyaksikan langsung kalo Naya jalan dengan seorang cowok ganteng.


“Astaga! Jadi beneran Naya sudah punya cowok baru!”


Peristiwa itu langsung kembali mengiang di kepalaku melihat kekasihku pergi kencan dengan seorang pria. Aku dapat melihat dari pandangannya kalo ini serius. Pasti ada apa-apa di antara mereka.


Secara otomatis aku mengambil hape di tanganku… cari nomor Naya. Eh, gak ada! Aku baru ingat ini bukan telponku… Ini bukan nomor lamaku…


-----


Pagi-pagi sudah aku sudah ada di kantor Brenda. Sayang sekali yang dicari malah belum ada. Menurut rekan kerjanya, Brenda nanti datang sekitar jam 9. Wah rugi sekali… padahal aku sampe bela-belain mandi pagi-pagi. Bego…


Akhirnya Brenda muncul juga, ia kaget mendapatiku. Padahal rencana aku nanti bertemu dia besok… tapi ini udah mendadak. Masih di halaman ia menyapaku.


“Dickhead! Mau apa kau pagi-pagi…”


“Aku mau ambil hape-ku… yang lalu dititip disini kan!” Jawabku.


“Dickhead, kamu juga disini?” Aku terkejut mendengar suara wanita dibelakangku. Kami segera menoleh… eh, ternyata Titien. Aku menyambutnya dengan pelukan, dan ia balas memelukku.


“Hi Brenda… udah lama gak ketemu” Begitu tiba kedua gadis itu langsung berpelukan sambil cipika-cipiki.


“Kamu baik-baik kan Virgin?” Brenda masih ingat panggilan Titien.


“Tentu… jadi gimana, kita ngomong di dalam? Eh Dickhead, kamu juga diinterview hari ini?” Titien nampak bingung melihat aku ikutan jalan masuk mengikuti mereka.


“Eh, gak kok. Aku hanya mau ambil hape…”


Tak lama kemudian Brenda memberikan hape-ku, juga sekaligus hape milik Titien yang mereka temukan di kantor Dinah. Dengan cepat aku menghidupkan hape dan mengecek sms…


“Kenapa Dickhead, ada yang penting?” Titien bertanya.


“Naya, aku mau cek kalo ia menelponku…” Dan benar aja.. ada hampir 20 kali miss-call dari Naya, ditambah dengan 15 sms. Aku coba call balik tapi tidak aktif… dan aku mulai membuka sms Naya.


Aku terhempas pasrah di atas kursi.


Ketika membaca sms-nya satu persatu, perlahan air mataku turun… Brenda dan Titien yang melihat perubahan sikapku dan mereka mulai bertanya-tanya. Mereka berdua berdiri di samping kiri dan kananku.


“Kenapa Shaun?” Titien memegang tanganku, tapi aku tetap diam.


“Dickhead, ada yang salah?” Brenda bertanya, aku hanya diam. Ia juga memegang pundak ku.


“Shaun, ngomong dong!”


Melihat air mukaku yang membayangkan kesedihan, Titien segera merangkul kepalaku, dan ku balas dengan memeluk pinggangya


“Ada apa Shaun?”


“Naya ingin putus… ia sudah tahu!” Aku memberikan hapeku kepadanya dan membiarkan Tiiten membaca sendiri kata-kata Naya.


Naya cerita kalo ia mencariku… tapi aku gak ada kabar, ia bahkan pergi ke kantor tempat aku kerja. Naya kaget sekali mendengar kalo aku sudah dipecat…


Naya benar-benar kecewa. Padahal ia ingin memperkenalkan aku kepada keluarganya… Naya sudah memutuskan untuk pindah kerja di Amerika sini supaya dekat denganku. Ia sudah menerima kenyataan kalo aku gak nyaman tinggal di Bali


Disaat dia butuh dukungan, aku mengecewakannya.


Ia juga bilang soal cowok yang dikenalin oleh papanya. Ia gak bisa menolak lagi… ia mulai membuka diri kepada cowok itu, dan ia mulai melupakanku. Ia minta putus!!!


“Ini semua salahku…”


Aku menangis terisak… baru sekarang aku seperti ini…! Brenda dan Titien makin erat memelukku.


“Astaga… lebih baik aku mati saja!”


“Hush, jangan ngomong gitu… masih ada orang lain yang mencintaimu…!” Titien membesarkan hatiku.


“Dickhead, tenangkan hati mu… ini pasti bisa diselesaikan” Brenda juga bicara.


“Dickhead kamu harus kuat yah…” Titien juga bicara.


Aku menghapus air mataku yang masih keluar dan memeluk Titien kuat-kuat.


“Tenang Titien, aku gak akan bunuh diri. Aku sudah berjanji pada mu akan mengentotmu… kamu ingat kan perjanjian kita!”


“Astaga, beneran Titien?” Brenda menatapnya gak percaya.


In your dream, Dickhead!” Titien hanya tertawa.


“Hahaha… kebelet banget ingin ngentot Titien yah? Udah lebih lima tahun gak kesampaian kan” Brenda mengejekku.


“Eh… siapa pilang? Aku sudah ngentot dia di Washington juga di Rumah Ryno… dia sendiri yang tarik aku paksa ngentot di depan Ryno… eh sampe lima kali lho” Aku gak mau kalah…


“Ihhhh… pake bilang-bilang lagi!” Titien jadi merah kayak kepiting rebus.


“Astaga, beneran?”


----


Akhirnya di tempat Brenda aku kembali bertekad untuk menjadi cowok yang baru. Selama ini aku tak mau hidup mapan… tak tahan pindah-pindah kerja. Sekarang, aku telah berjanji tidak akan lagi main pinjang uang ke Ryno ataupun Nerdho...


Shaun yang sekarang akan berjuang untuk cinta. Aku akan membuktikan pada Naya dan orang tuanya kalo aku bisa jadi orang!


Apalagi Brenda sudah menawariku kerja di San Diego zoo… jenis pekerjaan yang paling kusukai. Ternyata sudah lama ia booking pekerjaan itu khusus untukku.


Akhirnya Brenda dan Titien masuk kedalam untuk interview. Untuk Titien sempat memberitahu aku kamar dan hotel tempat ia menginap. Aku gak tahan untuk kasih tahu ke sohib ku, Ryno. Dengan langkah mantap aku keluar dari tempat ini… Naya, lihat aku akan buktikan padamu.


-----


Tok… tok… tok…


Cukup lama aku aku menunggu diluar. Jelas Ryno ada di dalam, karena sayup-sayup terdengar suarannya.


Tak lama kemudian Ryno keluar… hanya mengenakan handuk. Eh, lagi ngentot pagi? Tumben… sekarang baru jam 11.


“Romeo… lama sekali baru buka, aku sudah hampir kencing celana…” Seperti biasa aku mendampratnya.


“Dickhead!” Romeo menyapaku balik. Matanya lirih menatapku seakan tidak percaya.


Tanpa dipersilahkan aku langsung masuk… bukannya ke kamar mandi, aku nyosor dulu ke kamar tidur. Aku penasaran Ryno ngentot dengan siapa, kan Titien masih di kantornya Brenda. Aku membuka pintu kamar pelan-pelan.


Ada suatu mahluk manis di tempat tidur. Aku mengucek-ngucek mata karena tidak percaya.


“Wow, Lita?”


Aku kaget sekali melihat Deya masih tidur-tiduran telanjang bulat. Posisinya sangat menarik selera kaum pria, terlentang dengan kaki setengah terbuka… gundukan memek dan toket yang ranum dan mengundang terlihat jelas. Wah, seksi banget…


“Eh, astaga… Dickhead?” Deya berteriak kaget.


Cepat-cepat gadis ini berlari masuk kamar mandi dan menutup pintu kuat-kuata.


“Astaga! Gila kalian…” Aku berpaling dan menatap Ryno yang sedang tertawa-tawa sambil merapikan handuknya. Dasar cowok beruntung.


Aku memandang keliling… dan melihat kalo tempat tidur itu sudah sangat berantakan. Kayaknya mereka berdua ngentot dari tadi malam. Wah, mujur banget sih Romeo… dapat barang bagus tuh, masih segar lagi.


Sayup-sayup di kamar mandi terdengar suara shower… pasti Deya sedang mandi...


Aku memanggil Ryno keluar dan duduk di sofa. Aku mau ngomong, Ryno langsung mengerti maksudku. Ia mengambil beberapa minuman kaleng di kulkas… sungguh teman baik.


Ah… segar. Beer memang cocok untuk curhat!


-----



POV Titien



‘Maaf Lita… aku gak mampu bilang kalo pagi ini aku mau ketemu dengan Rivaldo pacarmu…’


Tadi malam aku terkejut ketika dia telpon. ‘Tumben cowok itu mau bicara denganku. Untung aja kamu gak tahu…’


Yah, tadi malam Rivo curhat tentang bagaimana kelanjutan cintanya dengan Deyara. Ia menceritakan padaku masalah yang ia hadapi, bagaimana ia sudah berjanji pada Ayahnya untuk ditunangkan dengan seorang gadis lain. Ia nampaknya kebingungan, padahal jelas ia mencintai Deyara.


Aku hanya memberikan nasihat kalo ia harus ngomong baik-baik. Ia bukan hanya berhutang penjelasan kepada Deyara, tapi juga gadis itu. Semakin lama ia menunggu, maka masalahnya akan semakin larut…


“Aldo, kamu harus yakin pada kekuatan cinta. Kalau kamu percaya Deyara adalah masa depanmu, kamu harus mencoba meyakinkan ayahmu… juga calon tunanganmu. Ia pasti mengerti. Tapi kalo tidak, kamu harus menjelaskan hal itu kepada Deyara… lebih baik ia sakit hati sekarang dari pada nanti ketika kamu sudah tunangan.” Aku bicara hati-ke-hati kepada Rivaldo… padahal hatiku sakit sekali. Deyara mendapat cowok yang plin-plan.


OMG! Aku bisa merasakan kepedihan Deyara ketika mendengar hal ini.


Rivaldo… kamu memang playboy bajingan. Kamu sudah membuat gadis itu terbuai dalam cinta dan janji-janji manismu. Tapi kamu gak pernah berencana merajut masa depan dengannya…


Tak mungkin kamu mencintai Deya tapi menerima perjodohan dengan cewek lain. Gak ada gadis yang dapat percaya akan hal itu…


Aku menangis… menitikkan air mata untuk sepupuku. Masih semuda ini sudah merasakan kepahitan cinta.


Aku harus menghiburnya malam ini… Aku masuk ke kamar dan mandi. Setelah ganti baju aku mendapati ia sementara duduk-duduk di sofa. Tak tega aku menceritakan hal itu… hal yang terbaik adalah membuat ia menganalisa sendiri hubungannya dengan Rivaldo.


“Tadi telpon dari siapa kak!” Deya bertanya basa-basi.


“Kamu mau tahu?” Aku balas bertanya.


Deyara menggeleng.


“Lita, Cerita dong bagaimana hubungau dengan Rivo!” Aku menarik tangannya menuju ke ranjang.


Tanpa ia sadari, aku mengambil hape dan sms ke Ryno. Kami harus menghiburnya malam ini!


-----


“Aldo, kamu harus cerita kepadaku sejujurnya kenapa kamu dustai Deyara?” Aku bertemu dengannya disebuah rumah makan cepat saji, in-and-out. Burger yang terbaik yang pernah aku rasakan… dan menu breakfastnya tak kalah enaknya.


“Aku harus mulai dari mana Kak?”


“Ceritakan semuanya…” Aku menuntutnya…


Rivo mulai cerita, sukar dipercaya anak ini merupakan satu-satunya tumpuan keluarga. Ia menceritakan bagaimana rencana ayahnya kepadanya, dan bagaimana ia gak bisa menolak apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Aku mengambil kesimpulan kalo kehadiran Deyara dalam kehidupannya sebenarnya sudah jauh terlambat. Sukar bagi Rivaldo untuk mengubah garis nasibnya… tak heran selama ini ia menjadi playboy dan gonta-ganti cewek tanpa sempat merasakan cinta yang sejati.


“Jadi sejak awal Deyara tidak ada dalam masa depanmu?”


“Bukan begitu kak! Aku sangat mencintai Deyara dan aku mau merubah masa depanku… tapi aku gak bisa.” Aldo mencoba menjelaskan.


“Kamu sudah pernah membicarakan dengan ayahmu?”


Justru itu Kak, ayah tidak mau dengar soal cewek… baginya hal yang terutama adalah bisnis… dan parahnya aku sudah terlanjur berjanji kepada Ayah. Tapi…


“Tapi apa?” Aku gusar sekali. Cowok plin-plan ini harus dihajar dulu, kayaknya.


“Aku gak sangka kalo cewek itu juga mau dijodohkan denganku. Aku sengaja berjanji karena aku pikir cewek itu akan menolakku. Ia pebisnis yang hebat, dan gadis idola. Aku sama sekali gak nyangka kalo ia juga mau dijadikan pion dan ditunangkan denganku!” Rivaldo kembali menjelaskan.


Aku mencoba menyelami jalan pikirannya. Jelas disini Rivaldo mencoba segala cara untuk menolak. Termasuk hanya mau kawin dengan sosok gadis yang menurutnya terlalu tinggi untuknya…


“Dan gadis semacam itu tidak punya cinta?”


“Aku gak tahu kak… ia gak pernah ngomong soal itu. Aku mencoba bertanya tapi…”


“Benar kataku, kalian butuh banyak waktu untuk saling terbuka…” Aku menasihatinya lagi. Aldo hanya bisa mengangguk-angguk.


“Maaf kak…!”


“Ingat baik-baik, kamu hutang pernjelasan kepada Deyara dan kepada gadis itu. Aku harap, paling lambat lusa ketika kita balik dari Las Vegas, kamu sudah ngomong dengan Deyara. Kami akan segera pulang ke New Jersey akhir pekan ini.” Aku kasih ultimatum dan Aldo mau-tak-mau harus menerimanya.


“Makasih kak…” Cowok itu tersenyum.


“Maaf, aku harus cepat-cepat, sudah ditunggu seseorang!” Aku langsung minta diri dan meninggalkan cowok itu dengan sejuta pertanyaan.


-----


Setelah Shaun pulang, Brenda mulai membawa aku ke dalam ruangan interogasi dan mulai bertanya. Sebenarnya aku hadir bukan sebagai tersangka, semua di ruangan itu tahu kalo aku bukan bagian dari kelompok Dinah, tapi hanya korban. Kesaksian dari semua gadis-gadis juga mengungkap kalau aku disana menjadi tawanan Dinah dan justru membantu mereka bebas.


Pernyataan aku sangat penting sebagai saksi bagi Edo.


Yah benar, Edo atau Janus dikenal oleh gadis-gadis lainnya sebagai bagian dari kelompok Dinah. Dan untuk membersihkan namanya, dibutuhkan kesaksian, terutama dari aku. Kesaksian ini akan dibandingkan dengan kesaksian Edo waktu ditanya-tanya kemarin.


Dan benar aja… kedatangan ku sebagai saksi kunci memperkuat bukti bahwa Edo hanyalah penyusup dalam kelompok Dinah. Justru Edo-lah yang membantu memberikan informasi kepada Brenda lewat email, dan menggambar peta waktu para pasukan menyerbu tempat itu.


“Makasih Tien, kesaksian kamu sangat jelas. Edo sudah bisa dibebaskan saat ini juga! Makasih sudah membantu Edo!” Brenda menyalami ku sambil tersenyum puas.


“Aku juga senang sekali bisa membantu sohibku…!”


“Kamu mau pulang atau mau tunggu dia?”


“Aku tunggu aja gak lama, ada yang ingin ku sampaikan…” Aku tersenyum.


Brenda membiarkan aku tinggal di ruangan itu sambil duduk. Iseng aku membuka hape. Belum ada kabar dari Ryno atau dari Deya. Mungkin aja mereka tidur lagi kecapean tadi malam.


Tadi malam aku sempat cemburu. Deya memang benar-benar cantik. Mana tubuhnya sangat seksi mengundang. Tatapan suamiku kepadanya dipenuhi dengan nafsu dan kekaguman. Ihhh… pasti ia puas bisa menikmati gadis muda yang sedang ranum-ranumnya itu.


Aku tergelak… cowok itu mujur sekali.


Tapi mengingat cerita dari Rivaldo aku langsung jatuh iba, dan membiarkan Deya menikmati semuanya. Biarlah ini jadi hiburannya. Kasian sekali kamu Deya…


“Virgin… udah lama?” Edo masuk dan langsung menyapaku.


“Gak kok… luka mu bagaimana? Sudah sembuh?” Aku tersenyum.


Tadi sempat teringat tubuhnya yang penuh luka pukulan dari anak buah Mr. Logan.


“Udah baikan… udah gak terasa lagi karena melihat kamu.” Edo tertawa.


“Ihhh… gombal!” Aku juga menyambutnya tertawa.


“Edo… aku minta tolong. Kamu lupakan yah peristiwa kita di kamar itu… aku malu sekali!” Aku menatapnya.


“Maaf Tien, bagaimana aku bisa lupa. Itu seperti mimpi yang menjadi kenyataan, kapan lagi aku bisa ngentot dengan gadis secantik kamu! Maaf, aku gak bisa lupa…” Edo menggodaku…


“Edo… aku serius!”


“Aku juga… siapa yang bisa melupakan memek sempit dan tembem dengan belahan merah… terus jago mengisap dan memijit… dengan jembut tipis dan jarang-jarang, terus toket yang padat dan indah serta…”


“Eh stop! Ihhhh….” Aku mencubit cowok itu kuat-kuat.


“Pokoknya aku gak bisa lupa, titik!” Edo tersenyum tipis.


“Tapi kamu gak boleh bilang-bilang, cukup simpan dihati…” Aku memohon, Edo tertawa senang mampu mempermainkanku.


“Boleh asal ada upahnya…”


“Ok, upahnya aku kasih tahu sekarang Darla ada di mana!” Aku dapat ide.


Mata Edo terbelalak mendengar nama gadis itu. Sudah lama ia ingin mengetahui keadaannya…


“Tapi apa ia mau…” Edo masih ragu.


“Dia cari kamu… dia bilang kini udah sadar ia gak bisa hidup tanpa kamu.” Aku main mata.


“Serius…?”


“Iya!”


“Oke… tapi dengan syarat.” Edo masih belum yakin.


“Kalo ia menolakku, aku harus merasakan lagi memek tembem mu!” Edo maksa banget.


“Deal!” Aku hanya bisa harap-harap cemas.


Tiba-tiba pintu terbuka dan Brenda masuk sambil tertawa-tawa.


“Eh kenapa?”


“Kalian ngomong kuat sekali… sampai satu kantor dengar!” Brenda masih tertawa.


“Eh… astaga!” Aku kaget. Rasanya malu sekali… aku baru sadar ini ruangan interogasi, sehingga apa yang kami katakan terdengar jelas di luar.


Edo yang baru menyadarinya malah ikutan tertawa. Dan benar juga, waktu aku keluar, semua karyawan tepuk tangan menyambut ku.


“Ihhhhhhhhh…. Dasar!” Aku hanya bisa menertawakan kebodohanku.


---


Di jalan pulang aku masih terus bercakap-cakap dengan Edo, aku ingin menjajal perasaannya tentang Darla.


Siang itu, Edo bercerita dengan lancar soal dirinya, bagaimana sampai sekarang ia masih terganggu dengan kematian Della… Ia merasa belum pantas menjadi cowok, karena belum mampu mengungkap siapa pembunuh Della. Selama itu ia belum bisa fokus seratus persen cintanya ke Darla… ia merasa belum pantas untuk Darla.


Edo bercerita bagaimana selama ini ia bekerja di perusahaan saham di Bali, dekat dengan Naya… tapi dia ingat terus dengan Della. Di sana ia mencari tahu soal pembunuh Della dan mendapat jejak.


Ia terus mengejar pembunuh Della, suatu pengejaran yang berbulan-bulan sehingga membawanya sampai ke Los Angeles… sayang orang itu masih lolos, padahal dia itu salah satu pentolan. Satu geng dengan Dinah…


“Aku masih mencarinya… sampai sekarang gak pernah bertemu orangnya.” Kata Edo.


“Apa yang akan kau lakukan ketika ketemu, Edo?” Aku bertanya.


Edo masih diam… aku merasakan dendam kesumat masih menyala di hatinya.


-----



POV Deyara


“Byurrr….”


Air shower sengaja ku pasang pada suhu dingin, sehingga aku sempat menggigil kedinginan. Rasa dingin ini perlu… yah, paling tidak untuk meredam hatiku yang hangat karena malu.


“Iihhhh…. Dasar Dickhead, selalu bikin sensasi!”


Aku kembali mengingat tatapannya waktu menyantap habis tubuh telanjangku. Aku sengaja berpose seksi untuk Kak Ryno, supaya ia turn on lagi waktu masuk kamar. Aku pikir yang ketuk pintu hanyalah room service… ternyata si dewa mesum.


“Deya kamu nakal sekali…”


Aku benar-benar malu… Dickhead bukan hanya melihat tubuhku secara jelas, tapi ia tahu kalo aku barusan em el dengan Kak Ryno… bukan hanya sekali… tapi berulang-ulang, dari tadi malam. Cowok itu kuat sekali… pantesan Kak Titien minta bantuan. Hihihi… aku rela kok bantu.


Selesai mandi aku langsung keluar hendak ganti baju. Untung aja Shaun gak lagi di kamar. Aku sengaja mengendap-endap agar gak kedengaran. Aku masih malu bertemu muka dengan cowok itu. Mungkin ini yang Kak Titien rasakan dulu… astaga, apa aku sudah senakal Kak Titien waktu gadis?


Selesai ganti baju aku mengintip mereka keluar… Shaun dan Kak Ryno lagi duduk di sofa sambil minum beer. Eh, mereka lagi ngapain…


Aku melihat mata Shaun sedang berkaca-kaca, kayaknya ia lagi sedih. Ia ngomong sesuatu sambil menyeka airmata… tapi Kak Ryno masih aja meledeknya.


“Jahat banget ih! Sama teman sendiri, lagi!”


Aku keluar dan mendekat dari belakang. Aku penasaran apa yang mereka omongkan… ternyata Shaun diputusin pacarnya. Lucu juga melihat cowok kekar itu bisa nangis karena diputusin cewek.


Aku terus mendengar curhatan Shaun kepada temannya. Ryno terus mendengar walau banyak mengejek kawannya… kasihan banget.


“Aku yakin Shaun kemari ingin curhat ke Titien… dia butuh orang yang mengerti.”


Aku langsung berdehem, sambil mendekat… pura-pura baru datang. Shaun menghentikan tangisnya dan pura-pura tegar.


“Eh, Lita… sini temani dulu si Dickhead, aku mandi dulu!” Kak Ryno menggunakan kesempatan untuk menjauh. Mungkin ia gak mau dengar rengekan seperti itu.


“Lita… Shaun memintaku duduk di dekatnya!” ia sudah menghapus air matanya.


“Kamu yang ikut aku, kita ngomong di kolam…” Aku membujuknya keluar. Diluar pemandangannya indah, mungkin Shaun bisa terhibur.


“Ada apa Shaun?” Aku bertanya ketika kita duduk di samping kolam.


Shaun mulai curhat dan ujung-ujungnya menunjukkan SMS dari Naya. Aku membacanya dan turut sedih. Shaun begitu menyesali diri. Tak lama kemudian cowok itu nangis di dalam pelukanku.


“Jeprettt….!”


“Ehh?” Ternyata Kak Ryno lagi pegang hape. Ia mengambil foto Shaun menangis dalam pelukanku.


“Romeo, ngapain kamu?”


“Biasa… pajang foto di fb.”


Shaun kembali ngamuk-ngamuk. Mereka berdua persis tikus dan kucing yang selalu berantem. Kembali hujan ledekan harus ku dengar dari kanan diri… dasar Romeo dan Dickhead.


Aku segera memutar applikasi music di hape-ku dan memutar volume sekeras mungkin. Sebuah lagi mulai melantun… dengan segera diikuti oleh gerakan tubuhku yang luwes dan indah. Makin lama makin semangat, gaya anak gadis yang seksi dan centil.


“Eh lihat tuh, Lita lagi menari…” Kak Ryno memperhatikanku.


Shaun menatapku sampai terbelalak. Aku hanya tersenyum mendekatinya dan memegang tangannya. Aku mengajak Shaun ikutan menari denganku.


“Hahaha… ayo, Romeo…” Shaun tertawa-tawa sambil ikutan bergoyang. Ini kali pertama aku melihat ia tertawa pagi ini.


Akhirnya Kak Ryno juga ikutan dan kami bertiga terus menari sampai capek. Kak Ryno yang duluan berhenti… mungkin tenaganya sudah habis di forsir sehari-semalam.


“Gimana Shaun, terhibur kan?” Aku mengajaknya duduk kembali… kami terus tertawa-tawa.


“Hahaha… Dickhead, Lita buat itu supaya kamu terhibur. Gak jadi bunuh diri…” Kak Ryno kembali mengejek.


“Romeo, kalo itu kamu jangan takut. Aku gak akan bunuh diri… aku masih hutang ngentot ke Titien. Kamu ingat kan perjanjian kami…” Shaun membalas telak.

“Eh, tunggu, perjanjian apa?” Aku penasaran. Aku mulai mengerti kalo kata-kata Shaun ada benarnya, walaupun tak bisa dipegang 100 persen.


Shaun menceritakan bagaimana ia buat Titien berjanji akan em-el dengannya waktu Shaun pura-pura hampir mati ditembak. Aku terkejut… awalnya tegang. Tapi akhirnya tertawa juga….


Aku menatap Kak Ryno dan ia mengangguk membenarkan kata-kata Shaun.


“Ini benar-benar Dickhead banget…” Aku tertawa.


Dalam hati aku mulai mengandai-andai bila mereka benar-benar em el. Wah, aku kayaknya harus bantu Shaun menjebak Kak Titien. Hehehe…


Aku senang sekali, tak sadar aku mulai menari lagi. Kembali kedua cowok itu menatapku sambil melongo.


“Eh, kenapa kak?” Aku jadi kaget.


“Kamu goyang persis kayak Titien.” Kak Ryno berbisik lirih. Shaun juga ikut mengiyakan.


Kak Ryno bercerita mengenai kenakalan Titien waktu gadis. Ia sampe striptease telanjang ditempat tidur dengan Kak Ryno waktu masih pacaran.


Aku dan Shaun hanya menggeleng tak percaya.


“Mau lihat videonya?”


“Astaga beneran?” Aku gak percaya.


Tak lama kemudian Ryno memainkan video tersebut di hapenya… Shaun sampai terbelalak… jakunnya naik turun melihat gadis impiannya sedang menari seksi. Ia nampak sudah nafsu. Ryno tambah mengejeknya…


“Eh, Romeo… kirim dong, bisa jadi bahan coli tuh!” Shaun meminta.


“Duk…” Kak Ryno balas dengan menabok kepalanya, sedangkan aku hanya tertawa melihat kejadian itu.


“Romeo tunggu, aku mau lihat lagi…” Shaun terus mengejar, tapi Ryno mulai berjalan menjauh.


“Ehhh…”


“Byuarrrrr” Shaun jatuh ke dalam kolam.


Kami kembali menertawakannya… dasar mesum, keasikan lihat video sampe tidak perhatikan jalan.


Romeo membantunya dengan menarik tangannya di kolam. Hape di kasih ke aku…


“Byuarrrrr!” Shaun membalas, tangan Kak Ryno di tarik kuat-kuat, hingga ia juga jatuh ke kolam.


Keduanya tertawa-tawa di kolam.


“Eh…” Untung aku segera menjauh, kalo tidak sudah disiram dengan air. Mereka dua terus bercanda di kolam dengan heboh-nya. Sementara aku mulai mengutak-utik hape milik Kak Ryno.


“Beeppp beeepppp”


‘Apa ini?’ Ternyata ada SMS masuk dari Kak Titien.


Aku penasaran dan membukanya…


“Aku sudah deal dengan Brenda. Kamu siapkan kontolmu… pelacur itu tagih jatahnya paling kurang empat ronde. Besok ia akan ikut kita ke Las Vegas... aku sudah pesan 3 kamar... bilang ke Lita besok sore kita ke sana yah!”


‘Astaga, apa maksudnya?’ Aku gak nyangka kalo Titien rela mengumpankan Kak Ryno ke cewek lain. Belum juga aku mampu menafsirkan artinya, muncul SMS lain.


“Kamu sudah buat Deya udah puas kan? Ia jangan dulu tahu soal Rivaldo!”


Astaga! Tak lama kemudian dunia kelihatan gelap bagiku. Aku terus berusaha menjaga kesadaranku agar tidak pingsan.


‘Deya… tenang dulu. Tarik nafas panjang… keluarkan melalui mulut… lagi…’ Aku kembali latihan pernafasan untuk memulihkan goncangan di jantungku tadi.


Setelah tenang aku mulia membuka sms Kak Titien sebelumnya.


SMS dari Kak Titien jam 9 malam.


“Biarkan dulu Lita curhat, nanti bentar abis itu, kamu masuk aja kekamarnya telanjang. Kita akan threesome malam ini...”


Ini sangat mencurigakan…. Aku terus mencari sms sebelumnya.


SMS dari Kak Titien jam 6 sore.


“Sayang malam ini kita harus buat Lita bahagia, nanti besok aku akan labrak Aldo si playboy tengik itu. Tadi ia telpon. Masak ia akan bertunangan gak bilang2...”


“Eh? Astaga? Rivo?” Aku masih gak percaya.


Setelah aku membacanya berulang-ulang, aku kini yakin artinya. Benar aja… ada yang Rivo sembunyikan dari ku… ia mau tunangan?


Awalnya aku tak bisa menahan air mata… lama kelamaan perasaan sedih berubah menjadi isak tangis. Aku stress.. ini bukan lagi sedih, ini tanpa harapan. Kamu benar-benar keterlaluan Rivo…


“Ahhhhhhh….!” Aku mengeluarkan semua kemarahan tapi aku gak bisa buat apa-apa untuk mencegah hal itu.


“Kenapa kak Titien gak bilang?” Aku teriak membuat Kak Ryno dan Shaun segera naik dari kolam.


Akhirnya sore itu aku yang menangis kuat-kuat, dan Kak Ryno serta Shaun serta-merta membujukku. Mereka mencoba menghiburku sebisanya, tapi gak mampu menenangkanku.


“Aku benci Rivo…” Aku berteriak histeris…


“Aku juga benci Kak Titien yang sengaja gak mau bilang”


Tak lama kemudian Kak Ryno dan Shaun harus mengangkat tubuh pingsanku ke tempat tidur.


—-


Bersambung
 
Terakhir diubah:
makasih suhu bwt updated nya, beruntung trs yah ryno. kpn giliran shaun yah icip2 deya :pandajahat::pandaketawa:
 
Selamat menikmati update...
index dan picture udah diatur
rencana update minggu depan...
mungkin 2-3 episode lagi udah tamat.

Kawal terus dan kasih semangat yah!

C4th13
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd