Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
-
Alamat alternatif sudah baru gan.
Bookmark alamat ini gan : https://bit.ly/ceksemprot
Atau buka dengan VPNIkuti alamat terbaru dari forum di : Follow Twitter @SemprotCom
CERBUNG BUNGA - BUNGA DUNIA
- Thread starter akangwarhol
- Start date
- Status
bangkoeng2003
Semprot Lover
- Daftar
- 3 Jan 2017
- Post
- 259
- Like diterima
- 341
Mbak marta sudah, mbak lala kapan yak?
Safetyshoes
Senpai Semprot
- Daftar
- 28 May 2022
- Post
- 854
- Like diterima
- 1.382
Absen malam
naninu1905
Semprot Lover
- Daftar
- 4 Sep 2019
- Post
- 227
- Like diterima
- 422
Mantep update yuk
susutepung
Guru Besar Semprot
Makasi apdetnya suhu...
KangCytotec
Semprot Holic
- Daftar
- 25 Jul 2015
- Post
- 379
- Like diterima
- 226
Duh mantap , banyak tokohnya, semoga lancar karyanya hu
akangwarhol
Semprot Kecil
- Daftar
- 1 Sep 2021
- Post
- 76
- Like diterima
- 2.976
7. KADANG MEKAR, KADANG LAYU
PLOK..
PLOK..
PLOK..
“Awhhh...ouhhhh...emhhhhh, Ahh! Uuuhhh emhhh, terus Ngga!!”.
Mbak Marta Nungging di depanku, aku mundurin kontolku pelan, aku majuin sekenceng-kencengnya, sambil tanganku bertumpu pada sisi samping pantatnya.
“ooohhhh...yeahhhh...ehmmhhhh.. enak banget Ngga!!!”.
Pelan-pelan aku kencengin tempoku, makin kenceng... makin kenceng.
PLOK..PLOK..PLOK..PLOK...
“Ahhh! Uhh..uhh..emhhhhh!!”.
Ternyata ini posisi yang paling wenak selama ini sama Mbak Marta. Remesan memeknya berasa banget, sedotannya berasa kuat. Terasa sangat sempit. Sesekali tanganku berpindah ke kedua toket montoknya dan memainkannya.
Setelah aku sodok maju mundur kenceng, kini aku turunin lagi temponya, kontolku aku keluarkan sampai ujung, lalu aku masukin kenceng, berulang-ulang.
“sssshhh. Awhhh!!.. sshhh... Awhh!!... Uuuuuhhh!”
Aku lepas kontolku lalu aku menunduk. Aku buka belahan pantat mbak Marta lebar, mukaku aku dekatkan ke pantatnya dan langsung aku jilat-jilat lubang pantatnya. Sesekali memeknya yang sudah sangat becek. Uhhh! aroma memek itu bener-bener bikin adrenalinku makin memuncak, beneran makin bikin sange!
Entah kenapa lama-lama aku jadi paling suka sama aktifitas satu ini. JILMEK + lobang pantat. Favorit Banget!!!
Setelah puas aku jilatin, aku lumat lobang pantat dan memeknya, kami kembali pada posisi semula. Tapi kali ini aku ajak Mbak Marta berdiri, dan masih nungging maksimal. Aku genjot dari pelan.. pelan.. makin kenceng... kenceng!
PLOK..PLOK..PLOK..
“sssshhh ouemhmmhhhhhhh, auh!!”.
PLOK..PLOL..PLOK..PLOK..PLOK..PLOK...
“Awhhhhhhhh! Akupun melenguh setelah terasa spermaku sepenuhnya masuk ke liang memek Mbak Marta.
“Owhhhhhhmmmmmhhh!!” Mbak Martapun melenguh dibarengi dengan badan yang menggelinjang.
Aku keluarin pelan kontolku, spermaku pun tumpah mengalir di bibir memek Mbak Marta yang masih nungging berdiri. Pelan-pelan dia bangkit dengan sedikit sempoyongan. Aku bantu dia duduk di tepi kasur rumahnya itu. Diapun langsung rebahan dengan nafas yang belum begitu teratur. Aku pandang memeknya yang memerah dibalut putih kental spermaku. Terlihat menggairahkan.
Belum puas, tanpa buang waktu aku mendorong paha Mbak Marta ke arah samping perutnya. Langsung aku masukin kontolku yang masih tegang.
“awhh.... emhhhhh”. Mbak Marta tak berkata apapun, hanya melenguh dan mendesah pelan. Tak seberisik tadi.
Aku genjot kenceng memeknya. Tak butuh waktu lama sisa spermaku kembali membanjiri memek Mbak Marta. Tubuhku terasa berkedut. Tanpa melepas kontolku, akupun telungkup diatas tubuh Mbak Marta. Huh! Kerja keras sekali malam ini!
Ada mungkin 10 menitan kami tetap pada posisi itu untuk menstabilkan nafas. Setelah stabil akupun bangkit dan merebahkan diri di sebelah Mbak Marta. Kami bertatapan, saling melempar senyum.
Tanpa membersihkan alat tempur kami, kami beranjak ke tengah kasur, gelar selimut, lalu berpelukan. Bersiap untuk tidur.
“Besok gak mau sama aku aja ke Surabayanya, biar kamu ada temennya”.
“gak usah Mbak, tenang aja, nanti Mbak malah capek. Mending disini aja tunggu aku pulang. Baru kita bercocok tanam lagi”. Kamipun tertawa kecil bersama.
“Oh iya Mbak, tumben Mbak Lala gak ke Solo dulu ya?”.
“Iya nih, gak ngabarin juga dia”
“ya udah lah, besok coba tanya aja Ngga ke Mbak Lala... sekarang tidur, istirahat, besok berangkat abis subuh, biar gak capek, gak ngantuk di jalan, oke”.
***
“Hai Mbak!”. Aku menyapa Mbak Lala ketika sudah sampai di store Surabaya.
“Haiii, wah-wah kangen juga ya beberapa minggu gak ketemu”. Mbak Lala tersenyum lebar.
“Mbak, Tumben gak ke Solo dulu kemarin?”. Sambil menurunkan beberapa barang dibantuin temen-temen yang disana.
“Iya nih, kemaren ada adek suami main kesini, keasikan jalan-jalan malah lupa gak ngabarin Marta, gak ngabarin kamu, maaf ya Ngga”.
“Oalaaah... gapapa kali Mbak”. Sambil melempar senyum ke Mbak Lala.
“ya udah makan siang yuk Ngga, sekalian jalan pulang, ini barangnya biar diurus temen-temen yang lain aja”.
“boleh, ayok Mbak”.
Kamipun bergegas pergi dari store untuk mencari makan. Mbak Lala mengajakku ke foodcourt salah satu Mall yang gak jauh dari Store. Selesai makan Mbak Lalapun mengajakku untuk langsung pulang, capek katanya.
“Alhamdulillaah sampe rumah lagi”.
“Iya Ngga, biasanya kalau pas abis bawa barang dari Solo gini kita sampe sini pasti udah lewat Maghrib ya kan”. Kata Mbak Lala sambil senyum.
“Iya Mbak ya, ini tumben masih menjelang sore aja kita udah di rumah, haha.. lumayan lah buat istirahat”. kataku.
Setelah itu kami mandi-mandi dulu biar seger.
“Store gimana Mbak? Rame?”. Sambil menghempaskan tubuh ke sofa depan TV.
“Yaa lumayan alhamdulillah, tapi masih butuh di maintenance biar tambah rame, iklan-iklanmu yang di sosmed juga lumayan ngaruh loh Ngga”.
“Alhamdulillaah, ya iya lah ngaruh, kalau enggak mah aku udah dipecat Mbak Marta”. Sambil ketawa kecil.
“haha, aku juga yang mecat kamu, haha”. Sahut Mbak Lala.
“gini tuh, kalau kerjaan kelar, Mbak di rumah sini ngapain dong?”.
“emmm, jarang di rumah sih, seringnya keluar sama temen kalau gak ya nongkrong di rumah temen, pulang-pulang tinggal tidur. Kalaupun lagi gak pengen keluar sih, paling nonton N*tflix atau gak baja buku aja”.
“hmmm, rada boring kali ya Mbak ya kalau sendiri gini”.
“betulll, hehe. Kamu gimana? gak boring juga masuk malem gak ada temen, belum pagi nya harus masuk kuliah, waaah”.
“yaaa biasa aja sih mbak, toh Mbak Marta juga kadang nyamperin bawain cemilan kalau pas longgar” ehemm!.
“dia emang sebenernya baik tau Ngga, semenjak cerai aja dia jadi agak judes”. Sambil ketawa kecil.
Aku hanya mengangguk-angguk dan sesekali nyengir mengingat skandalku sama Mbak Marta. Wah jangan sampe Mbak Lala tau, bisa runtuh peradaban abad 21 nih!
Lama gak ketemu kita asik ngobrol ngalor ngidul. Nyeritain masa muda Mbak Lala, kadang juga ada sangkut pautnya sama Mbak Marta. Dan lain-lain. Banyak deh. Biasanya ngobrolnya pas Mbak Lala balik ke Solo.
“Mbak, udah laper belum?”. Gak terasa sudah pukul setengah 8, perut mulai keroncongan.
“Eh iya.. ngobrol mulu sih.. yuk makan yuk, kamu pengen makan malem apa nih Ngga?”.
“emmm, yang khas Surabaya aja deh Mbak... Nasi Padang!”.
“hmmm salaah, sini tuh khasnya soto kudus!”. Sambil ngeloyor keluar menuju mobil.
“yeee..haha.. malah ditanggepin”. Sambil ketawa kecil, sembari mengikuti Mbak Lala menuju mobil.
Kamipun berangkat makan malam di luar. Pukul 9 malam kami sampai rumah lagi.
“Ngga, Mbak tidur duluan ya. Ngantuk”.
“iya Mbak tidur aja, istirahat... besok biar fresh”.
“kamu juga tuh, jangan begadang, besok langsung balik kan?”.
“amaan. Anak muda mah strong”. Sambil cengar cengir.
Mbak Lala masuk kamar, aku rebahan di sofa sambil nyalain TV. Nonton film dulu lah bentar. Belum ngantuk soalnya.
Pukul 12 lebih, aku terbangun. TV masih nyala dan segera aku matikan. Ketika aku mau merem lagi. Aku mendengar sayup-sayup tangisan Mbak Lala lagi. Alamaak! Kenapa sih nangis mulu?!!
Akupun bangkit dan duduk. Menghela nafas panjang. Udah ke 3 kali ini aku mendengar Mbak Lala menangis. Dan aku cuman bisa diam dalam kepenasaranku.
Kemudian aku memutuskan untuk cuci muka waktu itu. lalu kembali ke sofa, akupun duduk lagi.
Kasihan Mbak Lala, tapi aku bisa apa?
Sejenak berfikir akhirnya aku putuskan untuk menghampiri Mbak Lala ke dalam kamar, nekat dah! Aku ketuk pintu seraya membukanya.
“Mbak Lala kenapa?”.
Terlihat Mbak Lala sedang duduk dan memegang sesuatu di tengah kasur sambil bersandar ke divan. Mbak Lala tampak sedikit terkejut dan melepaskan apa yang dipegangnya.
“Eh.. Angga!.. ee enggak, mbak gapapa kok”. Jawab Mbak Lala sembari buru-buru kedua tangannya mengusap air mata di mukanya sambil berusaha tersenyum kepadaku.
Sungguh aku tak tega melihat Mbak Lala yang biasanya selalu ceria, malam itu wajahnya sembab oleh air mata. Segera aku naik ke kasur untuk duduk di sebelah kanannya, tanpa permisi. Aku rangkul pundaknya dengan tangan kiriku. Aku puk puk pundak kanannya dengan tangan kananku. Aku ambil benda yang tadi dipegangnya. Ternyata Test Pack. Benar kata Mbak Marta kalau Mbak Lala memang tak hentinya meratapi keadaan bahwa sampai saat ini, Mbak Lala belum juga diamanahi momongan.
“Ssssst, sabar Mbak cantik.. yakinlah, gak akan lama lagi Mbak Lala bisa hamil. Tiap hari akupun gak pernah lupa doain Mbak Lala. Mbak Lala yang sabar yah, tawakkal”.
Mendengar itu, Mbak Lala tiba-tiba menyandarkan kepalanya di dadaku sambil menangis sesenggukan tanpa ditahan.
Lohlohloh, kok malah kenceng gini nangisnya?!!
Reflek aku memeluknya, membelai rambutnya, mengelus-elus punggungnya.
“Ssssst. Nangis aja Mbak gapapa, sampai Mbak lega, ada aku disini”.
Beberapa menit Mbak Lala menangis, lalu perlahan tangisnyapun terhenti menyisakan sedikit senggukan. Mbak Lala mulai bangkit dan melirikku. Aku usap airmata yang menempel di pipinya. Aku belai rambutnya. Entah apa yang aku pikirkan, akupun mengecup kening Mbak Lala sambil kupejamkan mata. Beberapa saat kemudian kulepaskan kecupanku lalu kukecup kembali. Kecupanku tanpa sadar berjalan ke bawah sampai tepat mengenai bibir Mbak Lala. Akupun membuka mata. Astaga! Kenapa kucium bibirnya?! Tapi Mbak Lala diam saja seakan mempersilakan. Ahh kepalang tanggung! Akupun membuka sedikit bibirku, ku kecup bibir Mbak Lala. Tak kusangka bibir Mbak Lala justru ikut bergerak membuka. Tanpa berpikir panjang, Aku lumat bibirnya pelan. Kamipun hanyut, larut dalam ciuman malam itu. entah berapa lama. Mbak Lala terlihat nyaman, tubuhnya pun mulai menggeliat dan membusung ke arahku. Nafas hangatnya mulai berat. Ciumanku mulai berani.
Loh kok aku menikmatinya?! Aku gigit pelan bibir Mbak Lala, Mbak Lalapun menjulurkan lidahnya, seakan mempersilakanku untuk memainkannya. Kamipun berciuman makin liar tapi pelan kala itu. tak terasa kontol dibawah sangat sesak. Tegang entah sejak kapan. Apakah Mbak Lala mulai terangsang? Entah apa yang telah ku perbuat, sebenernya bukan untuk itu maksudku masuk ke kamar Mbak Lala tadi.
Tapi kondisi ini sepertinya sangat mendukung untuk berbuat lebih. Kalau begitu aku gak boleh menyia-nyiakannya! hihihi...
Masih tetap pada posisi itu, aku sangat menikmati gigitan demi gigitan pelan gigi Mbak Lala ke bibirku. Akupun mulai ikut menggeliat. Tangan kanankupun mulai nakal. Aku tarik rok dasternya Mbak Lala, aku sibak pelan-pelan ke atas. Mbak Lala masih fokus berciuman denganku. terus kusibak sampai ke atas pahanya. Ketika mulai ku elus paha mulus Mbak Lala, tiba-tiba Mbak Lala melepas ciumanku perlahan sambil senyum, tangannya menghentikan tanganku, dan menggelengkan kepala ke arahku, tanda dia gak mau melanjutkannya. Akupun hanya bisa membalas senyuman Mbak Lala sambil mengangguk.
“Makasih ya Ngga, aku udah lumayan tenang banget sekarang”. Wajah mbak Lala terlihat sedikit berbeda, lebih cerah.
“Iya Mbak, sama-sama, jangan sedih lagi ya, ada aku, ada Mbak Marta, kita semua ada buat Mbak Lala, ya”.
Mbak Lala tersenyum lebar dan mengangguk.
“Ya udah yuk istirahat lagi Ngga”.
“Iya Mbak, Mbak tidur ya”. Sambil pelan-pelan aku turun dari kasur dan keluar kamar. Lalu ku tutup pintu Mbak Lala.
. . . . .
~ Bersambung
PLOK..
PLOK..
PLOK..
“Awhhh...ouhhhh...emhhhhh, Ahh! Uuuhhh emhhh, terus Ngga!!”.
Mbak Marta Nungging di depanku, aku mundurin kontolku pelan, aku majuin sekenceng-kencengnya, sambil tanganku bertumpu pada sisi samping pantatnya.
“ooohhhh...yeahhhh...ehmmhhhh.. enak banget Ngga!!!”.
Pelan-pelan aku kencengin tempoku, makin kenceng... makin kenceng.
PLOK..PLOK..PLOK..PLOK...
“Ahhh! Uhh..uhh..emhhhhh!!”.
Ternyata ini posisi yang paling wenak selama ini sama Mbak Marta. Remesan memeknya berasa banget, sedotannya berasa kuat. Terasa sangat sempit. Sesekali tanganku berpindah ke kedua toket montoknya dan memainkannya.
Setelah aku sodok maju mundur kenceng, kini aku turunin lagi temponya, kontolku aku keluarkan sampai ujung, lalu aku masukin kenceng, berulang-ulang.
“sssshhh. Awhhh!!.. sshhh... Awhh!!... Uuuuuhhh!”
Aku lepas kontolku lalu aku menunduk. Aku buka belahan pantat mbak Marta lebar, mukaku aku dekatkan ke pantatnya dan langsung aku jilat-jilat lubang pantatnya. Sesekali memeknya yang sudah sangat becek. Uhhh! aroma memek itu bener-bener bikin adrenalinku makin memuncak, beneran makin bikin sange!
Entah kenapa lama-lama aku jadi paling suka sama aktifitas satu ini. JILMEK + lobang pantat. Favorit Banget!!!
Setelah puas aku jilatin, aku lumat lobang pantat dan memeknya, kami kembali pada posisi semula. Tapi kali ini aku ajak Mbak Marta berdiri, dan masih nungging maksimal. Aku genjot dari pelan.. pelan.. makin kenceng... kenceng!
PLOK..PLOK..PLOK..
“sssshhh ouemhmmhhhhhhh, auh!!”.
PLOK..PLOL..PLOK..PLOK..PLOK..PLOK...
“Awhhhhhhhh! Akupun melenguh setelah terasa spermaku sepenuhnya masuk ke liang memek Mbak Marta.
“Owhhhhhhmmmmmhhh!!” Mbak Martapun melenguh dibarengi dengan badan yang menggelinjang.
Aku keluarin pelan kontolku, spermaku pun tumpah mengalir di bibir memek Mbak Marta yang masih nungging berdiri. Pelan-pelan dia bangkit dengan sedikit sempoyongan. Aku bantu dia duduk di tepi kasur rumahnya itu. Diapun langsung rebahan dengan nafas yang belum begitu teratur. Aku pandang memeknya yang memerah dibalut putih kental spermaku. Terlihat menggairahkan.
Belum puas, tanpa buang waktu aku mendorong paha Mbak Marta ke arah samping perutnya. Langsung aku masukin kontolku yang masih tegang.
“awhh.... emhhhhh”. Mbak Marta tak berkata apapun, hanya melenguh dan mendesah pelan. Tak seberisik tadi.
Aku genjot kenceng memeknya. Tak butuh waktu lama sisa spermaku kembali membanjiri memek Mbak Marta. Tubuhku terasa berkedut. Tanpa melepas kontolku, akupun telungkup diatas tubuh Mbak Marta. Huh! Kerja keras sekali malam ini!
Ada mungkin 10 menitan kami tetap pada posisi itu untuk menstabilkan nafas. Setelah stabil akupun bangkit dan merebahkan diri di sebelah Mbak Marta. Kami bertatapan, saling melempar senyum.
Tanpa membersihkan alat tempur kami, kami beranjak ke tengah kasur, gelar selimut, lalu berpelukan. Bersiap untuk tidur.
“Besok gak mau sama aku aja ke Surabayanya, biar kamu ada temennya”.
“gak usah Mbak, tenang aja, nanti Mbak malah capek. Mending disini aja tunggu aku pulang. Baru kita bercocok tanam lagi”. Kamipun tertawa kecil bersama.
“Oh iya Mbak, tumben Mbak Lala gak ke Solo dulu ya?”.
“Iya nih, gak ngabarin juga dia”
“ya udah lah, besok coba tanya aja Ngga ke Mbak Lala... sekarang tidur, istirahat, besok berangkat abis subuh, biar gak capek, gak ngantuk di jalan, oke”.
***
“Hai Mbak!”. Aku menyapa Mbak Lala ketika sudah sampai di store Surabaya.
“Haiii, wah-wah kangen juga ya beberapa minggu gak ketemu”. Mbak Lala tersenyum lebar.
“Mbak, Tumben gak ke Solo dulu kemarin?”. Sambil menurunkan beberapa barang dibantuin temen-temen yang disana.
“Iya nih, kemaren ada adek suami main kesini, keasikan jalan-jalan malah lupa gak ngabarin Marta, gak ngabarin kamu, maaf ya Ngga”.
“Oalaaah... gapapa kali Mbak”. Sambil melempar senyum ke Mbak Lala.
“ya udah makan siang yuk Ngga, sekalian jalan pulang, ini barangnya biar diurus temen-temen yang lain aja”.
“boleh, ayok Mbak”.
Kamipun bergegas pergi dari store untuk mencari makan. Mbak Lala mengajakku ke foodcourt salah satu Mall yang gak jauh dari Store. Selesai makan Mbak Lalapun mengajakku untuk langsung pulang, capek katanya.
“Alhamdulillaah sampe rumah lagi”.
“Iya Ngga, biasanya kalau pas abis bawa barang dari Solo gini kita sampe sini pasti udah lewat Maghrib ya kan”. Kata Mbak Lala sambil senyum.
“Iya Mbak ya, ini tumben masih menjelang sore aja kita udah di rumah, haha.. lumayan lah buat istirahat”. kataku.
Setelah itu kami mandi-mandi dulu biar seger.
“Store gimana Mbak? Rame?”. Sambil menghempaskan tubuh ke sofa depan TV.
“Yaa lumayan alhamdulillah, tapi masih butuh di maintenance biar tambah rame, iklan-iklanmu yang di sosmed juga lumayan ngaruh loh Ngga”.
“Alhamdulillaah, ya iya lah ngaruh, kalau enggak mah aku udah dipecat Mbak Marta”. Sambil ketawa kecil.
“haha, aku juga yang mecat kamu, haha”. Sahut Mbak Lala.
“gini tuh, kalau kerjaan kelar, Mbak di rumah sini ngapain dong?”.
“emmm, jarang di rumah sih, seringnya keluar sama temen kalau gak ya nongkrong di rumah temen, pulang-pulang tinggal tidur. Kalaupun lagi gak pengen keluar sih, paling nonton N*tflix atau gak baja buku aja”.
“hmmm, rada boring kali ya Mbak ya kalau sendiri gini”.
“betulll, hehe. Kamu gimana? gak boring juga masuk malem gak ada temen, belum pagi nya harus masuk kuliah, waaah”.
“yaaa biasa aja sih mbak, toh Mbak Marta juga kadang nyamperin bawain cemilan kalau pas longgar” ehemm!.
“dia emang sebenernya baik tau Ngga, semenjak cerai aja dia jadi agak judes”. Sambil ketawa kecil.
Aku hanya mengangguk-angguk dan sesekali nyengir mengingat skandalku sama Mbak Marta. Wah jangan sampe Mbak Lala tau, bisa runtuh peradaban abad 21 nih!
Lama gak ketemu kita asik ngobrol ngalor ngidul. Nyeritain masa muda Mbak Lala, kadang juga ada sangkut pautnya sama Mbak Marta. Dan lain-lain. Banyak deh. Biasanya ngobrolnya pas Mbak Lala balik ke Solo.
“Mbak, udah laper belum?”. Gak terasa sudah pukul setengah 8, perut mulai keroncongan.
“Eh iya.. ngobrol mulu sih.. yuk makan yuk, kamu pengen makan malem apa nih Ngga?”.
“emmm, yang khas Surabaya aja deh Mbak... Nasi Padang!”.
“hmmm salaah, sini tuh khasnya soto kudus!”. Sambil ngeloyor keluar menuju mobil.
“yeee..haha.. malah ditanggepin”. Sambil ketawa kecil, sembari mengikuti Mbak Lala menuju mobil.
Kamipun berangkat makan malam di luar. Pukul 9 malam kami sampai rumah lagi.
“Ngga, Mbak tidur duluan ya. Ngantuk”.
“iya Mbak tidur aja, istirahat... besok biar fresh”.
“kamu juga tuh, jangan begadang, besok langsung balik kan?”.
“amaan. Anak muda mah strong”. Sambil cengar cengir.
Mbak Lala masuk kamar, aku rebahan di sofa sambil nyalain TV. Nonton film dulu lah bentar. Belum ngantuk soalnya.
Pukul 12 lebih, aku terbangun. TV masih nyala dan segera aku matikan. Ketika aku mau merem lagi. Aku mendengar sayup-sayup tangisan Mbak Lala lagi. Alamaak! Kenapa sih nangis mulu?!!
Akupun bangkit dan duduk. Menghela nafas panjang. Udah ke 3 kali ini aku mendengar Mbak Lala menangis. Dan aku cuman bisa diam dalam kepenasaranku.
Kemudian aku memutuskan untuk cuci muka waktu itu. lalu kembali ke sofa, akupun duduk lagi.
Kasihan Mbak Lala, tapi aku bisa apa?
Sejenak berfikir akhirnya aku putuskan untuk menghampiri Mbak Lala ke dalam kamar, nekat dah! Aku ketuk pintu seraya membukanya.
“Mbak Lala kenapa?”.
Terlihat Mbak Lala sedang duduk dan memegang sesuatu di tengah kasur sambil bersandar ke divan. Mbak Lala tampak sedikit terkejut dan melepaskan apa yang dipegangnya.
“Eh.. Angga!.. ee enggak, mbak gapapa kok”. Jawab Mbak Lala sembari buru-buru kedua tangannya mengusap air mata di mukanya sambil berusaha tersenyum kepadaku.
Sungguh aku tak tega melihat Mbak Lala yang biasanya selalu ceria, malam itu wajahnya sembab oleh air mata. Segera aku naik ke kasur untuk duduk di sebelah kanannya, tanpa permisi. Aku rangkul pundaknya dengan tangan kiriku. Aku puk puk pundak kanannya dengan tangan kananku. Aku ambil benda yang tadi dipegangnya. Ternyata Test Pack. Benar kata Mbak Marta kalau Mbak Lala memang tak hentinya meratapi keadaan bahwa sampai saat ini, Mbak Lala belum juga diamanahi momongan.
“Ssssst, sabar Mbak cantik.. yakinlah, gak akan lama lagi Mbak Lala bisa hamil. Tiap hari akupun gak pernah lupa doain Mbak Lala. Mbak Lala yang sabar yah, tawakkal”.
Mendengar itu, Mbak Lala tiba-tiba menyandarkan kepalanya di dadaku sambil menangis sesenggukan tanpa ditahan.
Lohlohloh, kok malah kenceng gini nangisnya?!!
Reflek aku memeluknya, membelai rambutnya, mengelus-elus punggungnya.
“Ssssst. Nangis aja Mbak gapapa, sampai Mbak lega, ada aku disini”.
Beberapa menit Mbak Lala menangis, lalu perlahan tangisnyapun terhenti menyisakan sedikit senggukan. Mbak Lala mulai bangkit dan melirikku. Aku usap airmata yang menempel di pipinya. Aku belai rambutnya. Entah apa yang aku pikirkan, akupun mengecup kening Mbak Lala sambil kupejamkan mata. Beberapa saat kemudian kulepaskan kecupanku lalu kukecup kembali. Kecupanku tanpa sadar berjalan ke bawah sampai tepat mengenai bibir Mbak Lala. Akupun membuka mata. Astaga! Kenapa kucium bibirnya?! Tapi Mbak Lala diam saja seakan mempersilakan. Ahh kepalang tanggung! Akupun membuka sedikit bibirku, ku kecup bibir Mbak Lala. Tak kusangka bibir Mbak Lala justru ikut bergerak membuka. Tanpa berpikir panjang, Aku lumat bibirnya pelan. Kamipun hanyut, larut dalam ciuman malam itu. entah berapa lama. Mbak Lala terlihat nyaman, tubuhnya pun mulai menggeliat dan membusung ke arahku. Nafas hangatnya mulai berat. Ciumanku mulai berani.
Loh kok aku menikmatinya?! Aku gigit pelan bibir Mbak Lala, Mbak Lalapun menjulurkan lidahnya, seakan mempersilakanku untuk memainkannya. Kamipun berciuman makin liar tapi pelan kala itu. tak terasa kontol dibawah sangat sesak. Tegang entah sejak kapan. Apakah Mbak Lala mulai terangsang? Entah apa yang telah ku perbuat, sebenernya bukan untuk itu maksudku masuk ke kamar Mbak Lala tadi.
Tapi kondisi ini sepertinya sangat mendukung untuk berbuat lebih. Kalau begitu aku gak boleh menyia-nyiakannya! hihihi...
Masih tetap pada posisi itu, aku sangat menikmati gigitan demi gigitan pelan gigi Mbak Lala ke bibirku. Akupun mulai ikut menggeliat. Tangan kanankupun mulai nakal. Aku tarik rok dasternya Mbak Lala, aku sibak pelan-pelan ke atas. Mbak Lala masih fokus berciuman denganku. terus kusibak sampai ke atas pahanya. Ketika mulai ku elus paha mulus Mbak Lala, tiba-tiba Mbak Lala melepas ciumanku perlahan sambil senyum, tangannya menghentikan tanganku, dan menggelengkan kepala ke arahku, tanda dia gak mau melanjutkannya. Akupun hanya bisa membalas senyuman Mbak Lala sambil mengangguk.
“Makasih ya Ngga, aku udah lumayan tenang banget sekarang”. Wajah mbak Lala terlihat sedikit berbeda, lebih cerah.
“Iya Mbak, sama-sama, jangan sedih lagi ya, ada aku, ada Mbak Marta, kita semua ada buat Mbak Lala, ya”.
Mbak Lala tersenyum lebar dan mengangguk.
“Ya udah yuk istirahat lagi Ngga”.
“Iya Mbak, Mbak tidur ya”. Sambil pelan-pelan aku turun dari kasur dan keluar kamar. Lalu ku tutup pintu Mbak Lala.
. . . . .
~ Bersambung
check_mate
Pertapa Semprot
- Daftar
- 23 Apr 2018
- Post
- 4.851
- Like diterima
- 21.645
Thanks apdetnya @akangwarhol
luminositas
Semprot Lover
- Daftar
- 11 Feb 2023
- Post
- 290
- Like diterima
- 273
Keren cerita nya
Yamatekuku
Semprot Lover
- Daftar
- 22 Jun 2020
- Post
- 213
- Like diterima
- 153
Seruu seru,POV nya asyik
okeoke
Adik Semprot
Mb lala dikiiiiiitttt lagiiiiiii...wkwkwkwk
yahem_yahem69
Senpai Semprot
- Daftar
- 11 Jul 2017
- Post
- 852
- Like diterima
- 696
Sedikit demi sedikit.... Lala hajar habisi bung
- Status
Similar threads
CERBUNG
Keluarga Baru
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
