Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Cahaya Gulita

cerita yg menarik dan masih sulit ditebak, apalgi dgn scene anonimnya.. tpi sesuai tag nya misteri dan thriller.
Kesulitan Ara tentu tdk akan berakhir mudah krn jk demikian cerita akan selesai. Tpi paling tdk dengan backing pak Bagas, akan bisa dilalui. Dan tujuan pak Bagas "menjodohkan" Ara dan Lea meski berliku akan berhasil. Soal pengkhianat seprtinya bukan Reno. Masih ada tokoh yg disembunyikan..
Ditunggu lanjutannya sampai tamat..
Trim gan atas cerita serunya..
 
Ch.7: Awal Baru Untuk Lea​


“Gimana semua barangnya aman?”

Aman bos, udah balik ke tempat yang seharusnya,”

“Oke, good. Gue kirim bonus kalian semua sekarang,”

“Apa dia udah ganti semua biaya hutang itu, bos?”

“Ya, dalam beberapa hari dia udah lunasin semua.,”

Wah hebat juga tuh orang,”

“Dia di bantu Bagas, makanya dia bisa lunasin,”

Hah? Bagas Chandra, maksud bos?”

“Ya. Kakek-kakek bangsat itu ngerusak semua rencana kita,”

Anjing, brengsek tuh orang, apa nggak gue habisin aja, bos?”

“Percuma. Kita habisin dia pun kita nggak dapat keuntungan apa-apa, fokus kita bukan kesitu sekarang, si tua Bangka itu juga bentar lagi mati dengan sendirinya,”

Terus kita harus apa sekarang nih, bos?”

“Tunggu aja. Adik gue lagi mikirin plan selanjutnya,”

Oke siap, bos!”

Rendra baru saja mengakhiri panggilan telepon dengan anak buahnya. Orang yang bertugas menjadi penanggung jawab pemindahan muatan barang di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Di dalam ruangan yang gelap dan hanya memantulkan sedikit cahaya. Rendra menatap keluar jendelanya dengan geram. Dia masih emosi karena rencana yang di bangun dengan adiknya untuk merebut seluruh kepemilikan perusahaan Ara malah lenyap begitu saja karena turut campurnya Bagas.

“Kamu kok belum tidur?” tanya seorang wanita cantik yang berada di dalam selimut pada Rendra.

“Segera,” jawab Rendra singkat lalu berjalan mendekati wanitanya seraya mencium bibir wanita itu. “Jadi minggu depan kamu menikah?” lanjut Rendra.

“Hehe…, Ya,” balas si wanita tersenyum menggoda seraya memeluk Rendra.

“Jadi waktu kita akan lebih sedikit dong?” tanya Rendra.

“Kamu tetap bisa pakai aku kapanpun kamu mau, kan? Toh dia juga selama ini takut sama kamu, dan dia kamu suruh kemana pun juga pasti mau, haha…,” jawab si wanita tertawa masih dalam pelukan Rendra.

“Ya, Ya. Dan kamu akan segera hamil anak aku,” balas Rendra seraya mencium kening wanitanya.

Sure,” wanita itu menjawab dengan yakin. Jawaban yang sedikit bisa menenangkan Rendra dari kegelisahannya hari ini. Tentunya Rendra masih belum cukup puas memaki adiknya tadi siang di kantor, hingga akhirnya ia melampiaskan kekesalannya dengan menyalurkan hasrat pada wanita yang saat ini sedang menaiki tubuhnya, dan bersiap melanjutkan malam panas di kamar hotel tersebut.



***


Sementara itu Riki yang baru saja menghadap Pak Bagas memberikan laporan terkait hari pertama ia dan Lea berada di kantor Ara, malah mendapatkan tugas baru. Bagas menyuruh Riki untuk menyelediki siapapun yang bekerja di perusahaan Ara. Karena Bagas yakin ada pengkhianat yang bersemayam dan sudah di pelihara Ara sejak lama. Dengan intuisi dan pengalamannya, Bagas juga sangat yakin karena orang yang berkhianat itu pasti punya akses lebih di banding yang lain, itu yang memantapkan kecurigaannya. Rendra akan menjadi lawan yang sulit di taklukan, meski Bagas hanya akan memantau di balik layar, tapi ia cukup khawatir dengan Ara, begitupun dengan Lea yang malah ia libatkan dalam masalah besar yang berbahaya.

“Hmm…, Renata? Frida? Bimo? Kalo diantara mereka bertiga sih mungkin Cuma Bimo yang agak mencurigakan buat gue,” gumam Riki. “Sedangkan Reno kayaknya nggak deh, dia sahabat terdekat Ara, kan. Dia juga lagi sibuk mau nikah, jadi nggak mungkin dia ada waktu banyak untuk libatin dirinya jadi pengkhianat, tapi untuk cari aman gue akan tetap suruh orang untuk mengikuti setiap gerak-gerik dari mereka berempat deh,” lanjut Riki memikirkan rencananya untuk membantu Ara.

“Halo, Doni…,” sapa Riki saat panggilannya sudah terhubung dengan orang yang ia tuju.

Oi bos Riki, tumben nih, ada apa?” jawab Doni.

Riki pun akhirnya menjelaskan maksud dan tujuannya, ia meminta Doni dan rekannya untuk membuntuti Renata, Frida, Bimo dan juga Reno. Setelah mengakhiri panggilan telepon itu, Riki pun dengan cepat memberikan data-data ke empat orang yang menjadi targetnya. Data yang sempat ia pegang saat tadi berada di kantor Ara.



***


Pagi itu Ara sudah berada di ruangan kerja Lea, mereka berdua membicarakan bagaimana strategi baru yang akan mereka jalankan untuk memperbaiki image perusahaan yang sedang jelek karena tertimpa masalah yang di sebabkan Rendra.

“Lo harusnya tahu, kalo gue baru aja ada di bisnis ini. Lo juga belum banyak ngajarin udah nanya strategi apa yang gue bangun, gila lu, yah?” omel Lea saat Ara menanyakan apakah Lea punya ide baru tentang perusahaannya.

“Haha…, maaf-maaf, yah gue kan cuma nanya, kalo lu nggak ada, yah gpp,” jawab Ara dengan tertawa. Ia sama sekali tidak risih dengan omelan Lea. “Btw, kapan kita bisa makan malam bareng? Gue yang traktir, deh,” lanjutnya.

“Dih, jangan ngarep dah, lo!” balas Lea ketus.

“Yah kan ini buat kepentingan kita juga?” Ara tetap dengan ajakannya untuk meyakinkan Lea.

“Kepentingan apa? Modus?” jawab Lea seenaknya.

“Hahahaha…, ya, buat kerjaan kita, dong,” balas Ara santai seraya tertawa.

Wasting time! Kalo lu mau kerjaan kan bisa disini, kalo lu kesini cuma ngotot ngajak gue, yah itu mah modus,” jelas Lea dengan tatapan kesalnya pada Ara.

“Iya sih, tapi kurang nyaman kalo disini,” jawab Ara beralasan.

“Oh, jadi maksud lu ruangan gue nggak nyaman, yaudah pergi sana!” usir Lea yang semakin kesal dengan Ara.

“Eh nggak gitu maksud gue,” ucap Ara yang tiba-tiba bingung dengan situasinya saat ini.

“Halo, Pak Agus. Tolong usir tikus di ruangan saya,” tiba-tiba Lea sudah menelpon security untuk mengusir Ara.

“Emang ada tikus?” tanya Ara polos, yang ternyata tidak mengerti dengan sindiran Lea.

“Lo!”

“Hahahahaa, oke oke gue cabut dah,” Ara tertawa cukup keras setelah mengerti maksud Lea, tapi ia tetap tidak merasa kesal dan hanya menganggap itu sebagai bentuk candaan semata.

Ara pun akhirnya menyerah untuk tetap bersikeras mengajak Lea pergi makan malam dengannya. Setelah menutup pintu ruangan, dia hanya menggaruk-garuk kepala belakangnya. Karena masih bingung mengapa Lea begitu sulit untuk menerima ajakannya.

“Permisi, Bu?” ucap Pak Agus yang baru datang ke ruangan Lea, “Tikusnya di mana, Bu?” lanjutnya bertanya.

“Udah pergi. Bapak kelamaan,” jawab Lea singkat.



***


Setelah jam makan siang berakhir. Lea yang kini sudah kembali berada di ruangannya, wanita cantik itu juga baru saja menyelesaikan obrolan-obrolan penting dengan Frida. Wanita yang seumuran dengannya, jadi tidak begitu sulit bagi mereka berdua untuk saling mengenal lebih dekat. Lea sedikit banyak belajar terkait pekerjaannya sekarang dengan Frida. Tak Nampak kecanggungan disana, karena memang Frida cukup pandai beradaptasi dengan orang yang baru di kenalnya, meski pada awalnya ia tidak cukup senang saat pertama kali mengenal Lea.

Dan sesaat sebelum Frida meninggalkan ruangan Lea. Lea meminta Frida untuk memanggil Reno yang sudah kembali bekerja pada hari ini. Yang menjadi hari terakhirnya bekerja sebelum Reno mendapatkan cuti panjangnya karena beberapa hari nanti ia akan segera menikahi Eva kekasihnya.

“Nanti tolong panggilkan Reno yah,” pinta Lea pada Frida.

“Oke, Bu,” jawab Frida.

Tak butuh waktu banyak kini gantian Reno yang sudah berada di ruangan Lea. Mereka terlibat pembicaraan serius mengenai pekerjaan yang memang belum banyak di mengerti Lea. Pembicaraan itu pun tak luput membahas seorang Ara. Lea ingin mendapatkan info banyak tentang Ara dari orang terdekatnya.

Meski Reno tahu banyak tentang Ara. Reno sama sekali tidak memberi info yang buruk seputar kehidupan Ara. Baik tentang sifat dan sikap Ara selama menjadi pimpinan di perusahaan ini. Justru Reno selalu memberi info yang baik dan selalu memuji sahabatnya itu.

“Apa dengan kedekatan kalian, itu nggak berbahaya bagi perusahaan ini?” tanya Lea.

“Maksud ibu?” balas Reno yang sedikit terkejut dengan pertanyaan Lea.

“Harusnya kamu tahu maksud saya,” jelas Lea yang mulai sinis.

“Saya masih belum paham dengan maksud ibu,” Reno mulai terlihat tidak nyaman. Perbincangan yang tadinya santai malah kini menjadi berbalik. Reno merasa Lea terlalu mengintimidasinya hanya karena ia terlalu banyak menceritakan hal baik tentang Ara. Yang mana itu membuat Lea merasa ada yang di sembunyikan darinya tentang perusahaan ini karena kedekatan mereka berdua.

“Gini lho, karena kalian terlalu dekat, buat saya itu berbahaya. Karena di dunia bisnis seperti itu, prinsip saya selalu; don’t trust anyone. Dan tentu aja kedekatan kalian buat saya sedikit merasa tidak nyaman. Karena…,” Lea tak melanjutkan penjelasannya. Ia tampak ragu untuk melanjutkan karena ia mengetahui ketidaknyamanan Reno dalam pembicaraan ini.

“karena apa, bu?” tanya Reno yang mulai geram.

“Kamu cuti berapa lama?” Lea malah bertanya balik.

“7 hari,” jawab Reno singkat.

“Yah itu hitungan cuti karena kamu sahabat Ara, kan? Itu terlalu lama buat saya di tengah perusahaan yang sedang begitu banyak kendala seperti sekarang,” Lea memberi penjelasan terkait jawaban Reno tentang waktu cutinya.
“3 atau 4 hari harusnya cukup,” lanjut Lea.

Reno tampak mulai semakin geram dan sedikit emosi. Wajahnya tak dapat menyembunyikan rasa kesal dan ketidaksukaannya terhadap Lea.

“Ya, tapi untuk bulan ini okelah. Karena itu masih wewenang Ara. Dan sudah seharusnya saya akan melakukan banyak perubahan di perusahaan ini. Termasuk aturan cuti untuk orang terdekat,” Lea semakin menekan Reno yang di akhiri dengan sindiran keras.

Reno yang sadar akan posisinya saat ini tak dapat mengelak atau memberi jawaban apapun dari ucapan Lea.


“Saya pamit, Bu!” ia menyerah dan memilih untuk menghindari pembicaraan.

“Saya belum selesai bicara,” jawab Lea tegas.

“Saya sudah cukup jelas dengan maksud Ibu Lea. Komisaris baru yang terhormat,” balas Reno seraya hendak meninggalkan ruangan Lea.

“Wah, wah sepertinya saya akan sulit cepat beradaptasi disini,” sindir Lea.

Tapi Reno tidak peduli lagi dengan sindiran itu dan tetap memilih segera keluar dari ruangan Lea. Kepalan tangannya semakin menunjukkan emosi. Reno sama sekali tidak menyangka pimpinan barunya ini bertindak semaunya. Namun begitulah sosok Lea. Saat dulu ia baru berada di perusahaan Ayahnya pun banyak yang tidak menyukainya, tapi wanita cantik itu tampak di peduli. Ia selalu berambisi agar semua orang dapat mematuhi aturannya. Salah satu hal yang tidak di sukai dan di terima Bagas, yang malah akhirnya membuat Lea tak bisa berkutik ketika Ayahnya itu turut ikut campur.
Dan itulah mengapa Lea sedikit merasa di untungkan disini. Di tempat barunya ini, karena ia akan merasa bisa mewujudkan ambisinya itu.

“Kenapa lu?” tanya Ara pada Reno saat mereka bertemu di rooftop. Ara sudah berada disana lebih dulu, ia terlihat sedang merokok sambil memikirkan sesuatu yang akhirnya terganggu karena kehadiran Reno.

“Gue nggak seneng tuh cewek ada disini?” jawab Reno sambil membakar rokoknya.

“Lea maksud lu?” tanya Ara lagi.

“Ya,”

“Kenapa emang?” tanya Ara bingung.

“Nanti biar si jalang itu aja yang jelasin, gue males bahasnya,” jelas Reno kasar.

Ara pun tak bertanya lagi. Karena ia tahu sahabatnya tidak begitu nyaman untuk membahasnya.

“Oke, nanti gue cari tahu sendiri. Udah lu fokus aja sama urusan lu, nggak usah terlalu banyak mikirin hal yang nggak penting,” ucap Ara seraya mematikan rokok dengan menginjaknya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd