Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Cemburu

septyarachmawati

Semprot Lover
Daftar
26 Jul 2019
Post
237
Like diterima
139
Bimabet
Sebuah hubungan, yang tidak di landasi oleh kejujuran dan saling terus terang satu sama lain. Lambat laun pasti akan menghadapi sandungan-sandungan, yang berakibat pada sebuah kehancuran. Oleh sebab itu, pentingnya sebuah arti ke terus-terangan. Dalam masing-masing ke dua belah fihak, sungguh amat sangat di butuhkan. Karena jika masing-masing ke dua belah fihak tidak mau mengerti satu sama lain, atau bahkan tak mau jujur sama sekali. Bukan tidak mungkin hubungan itu pun, akan kandas seketika itu juga. Sebuah kisah cerita yang akan aq coba persembahkan, buat seluruh penghuni-penghuni forum tercinta kita ini. Tak lupa juga kepada segenap kru, mimin dan momod. Juga staf-staf forum semprot yang aq hormati. Aq mohon maaf yang se besar-besarnya, karena memang cukup lama tidak aktif. Dan kini, dengan segenap rasa hormat yang tulus, ijinkanlah kiranya aq untuk kembali meramaikan forum tercinta kita ini. Dengan sebuah cerita baru qu.



Salam Hormat qu

Tya



Cemburu



Rembulan malam bersinar terang menampakkan cahayanya yang terang, menghiasi langit angkasa. Bintang-bintang pun seolah tak mau kalah, ikut memamerkan keindahannya. Bergemerlapan dengan bias-bias cahayanya yang sesekali terang lalu redup. Suasana malam yang indah itu, seakan ikut menyemangati suasana hati Ryan. Yang tampak sedang menatap nanar, penuh binar-binar kebahagiaan. Pada sepasang bola mata indah di hadapannya. Tak dapat di pungkiri, betapa gembiranya hati lelaki itu. Setelah dirinya berhasil mendapatkan cinta seorang gadis cantik, yang selama ini hanya menjadi sahabat baiknya. ‘Rindu’ ya..., Rindu Anggraeni nama gadis itu. Seorang gadis manis, yang mempunyai paras nan cantik jelita. Seorang gadis yang selama ini, selalu menghantui mimpi-mimpinya setiap malam. Selama masa-masa mereka berkenalan, dirinya selalu setia menjadi pendengar curhatan-curhatan gadis itu. Namun siapa yang menyangka, jika kini mereka berdua telah resmi jadian. Masih jelas terekam, dalam ingatannya. Saat dengan perasaan was-wasnya, dirinya mencoba menembak gadis itu. Tepat pada hari ulang tahun Rindu, yang ke 20 tahun. Walau pun saat itu hatinya merasa ragu, dan takut cintanya akan di tolak. Namun Ryan tetap nekad, mengutarakan seluruh isi hatinya pada gadis pujaannya itu. Dan siapa yang menyangka, gayung pun bersambut. Rindu yang tadinya belum mau membuka hati, terhadap lelaki lain. Akhirnya bersedia, membuka hatinya kepada Ryan. Lelaki baik yang selama ini selalu menemani hari-harinya, baik dalam suka mau pun duka. Lelaki yang juga selalu setia menjadi pendengar, akan setiap curhatan-curhatan isi hatinya. Meski luka yang selama ini terkuak dalam hatinya, belum bisa tertutup rapat. Dirinya mulai berusaha mencoba, sedikit demi sedikit, untuk melupakannya. Biarlah semua kenangan pahit itu, menjadi bagian masa lalunya yang kelam, toh selama ini lelaki itu juga amat baik dan penuh perhatian padanya. Dan selama mereka berkenalan, lelaki itu juga belum pernah sedikit pun, mengecewakannya. Dia begitu baik, bahkan teramat bai bagi dirinya. Sungguh sangat berbeda jauh dengan ‘Yuda’. Deeggg..., Yuda?,,,. Entah kenapa tiba-tiba saja hatinya kembali bergetar hebat, setiap kali dirinya mengingat nama itu. Ada kenyeriaan yang amat dalam, ada kehampaan yang selalu saja mengusik malam-malamnya. Jika dia mencoba kembali untuk mengingat sosok lelaki itu. Rasa sakit di dalam dadanya memang masih membekas, meninggalkan nyeri yang amat dalam. Nyeri itulah yang selama ini membuatnya menutup hati, terhadap setiap lelaki yang selalu mencoba mengisi hatinya. Di buai oleh rasa penasaran yang amat dalam, serta di ombang-ambingkan oleh ke tidak pastian yang panjang. Bahkan kemudian di tinggalkan begitu saja, tanpa ada kabar mau pun berita. ‘Yuda Pratama’..., Lelaki tampan yang juga jago main basket, yang dulu pernah mengisi hari-harinya. Adalah cinta pertamanya, saat mereka berdua masih duduk di bangku Sma kelas 3 dulu. Lelaki itu jugalah yang juga pertama kali menodai bibirnya, mengajarkannya bagaimana caranya berciuman. Kejadian itu mereka lakukan di sebuah kebun, di dekat pohon pisang yang besar. Tepat saat keduanya sama-sama pulang dari sekolah. Hubungan mereka pun begitu mesra dan hangat, sampai kemudian tibalah hari yang mengejutkan itu. Hari di mana dirinya di tinggalkan begitu saja, tanpa kepastian. Berhari-hari, bahkan berminggu-minggu, hingga bulan berganti bulan. Tak sekali pun terdengar kabar tentangnya. Yuda seolah lenyap di telan bumi. Sampai kemudian, dia dan keluarganya terpaksa harus pindah ke bandung. Karena papanya di pindah tugaskan, oleh perusahaan tempatnya bekerja. Dan tepat di kota itulah, lalu dirinya mengenal Ryan. Seorang lelaki baik hati, yang kini telah resmi menjadi kekasihya. Dan sampai sekarang pun, dirinya masih belum bertemu dengan Yuda. Entah di mana dia berada sekarang?.



“Sayang...?.” sebuah suara merdu nan hangat tiba-tiba membuyarkan lamunan gadis itu.



“Hmm.” Rindu pun menyahut pelan.



Di tatapnya seonggok wajah yang tengah terlihat melempar senyuman manis, wajah yang selama ini selalu setia menemani hari-harinya. Wajah yang selama ini hanya dia anggap, sebagai teman biasa. Namun kini, lambat laun wajah itu telah mampu mengisi relung-relung hatinya. Menemani hari-harinya, dalam canda dan tawa Mengusir bayang-bayang kelam, tentang masa lalunya yang begitu pahit. Rindu hanya bisa menarik nafas panjang, dengan berbagai macam perasaan yang kian tak menentu, ketika merasakan jemarinya di genggam lembut oleh lelaki yang kini menjadi kekasihnya itu. Riak-riak rambutnya yang panjang bergelombang, berkibar pelan tertiup angin malam. Menambah kecantikan dan ke anggunan wajahnya, yang memang terlihat ayu mempesona. Ryan yang saat itu tengah menatap ke cantikan wajah kekasihnya itu, hanya terlihat senyum-senyum sendiri bagaikan orang yang tidak waras.



“Apaan sich Kak?, dari tadi ketawa-tawa mulu?.” ujarnya sambil memberengutkan bibir manja, sedangkan sebelah tangannya dengan refleks mendaratkan cubitan maut di paha kanan lelaki yang duduk tak jauh di sampingnya itu.



“Aduuhhh..., sakit dong sayang. Jahat banget sih tuh tangan.” ringis Ryan, sambil menunjukkan ekspresi muka kesakitan.



“Bodo, lagian siapa suruh ngetawain orang.”



“Iya-iya, maaf dech Sayang.” potong lelaki itu cepat, sambil wajahnya tetap menunjukkan ekspresi mimik meringis kesakitan.



Rindu yang melihat tingkah kekasihnya itu, malah tertawa geli. Namun sesaat kemudian, kembali diam membisu. Ketika di liriknya, lelaki di sampingnya itu, perlahan-lahan tampak mulai menggeser posisi duduknya. Mencoba memepetkan tubuhnya, ke arah dirinya. Sofa panjang di teras rumah itu pun, seolah ikut mendukung aksi yang tengah di lakukan oleh Ryan. Yang kini terlihat perlahan-lahan, mulai melingkarkan tangan kanannya. Tepat di belakang kepala kekasihnya itu. Refleks, dengan manjanya. Rindu pun langsung menyandarkan kepalanya, rebah di dada bidang lelaki itu. Terpaan demi terpaan, dari hembusan nafas yang terasa hangat. Dari hidung lelaki itu, langsung menerpa menusuk wajahnya. Menyapu-nyapu, seluruh kulit pipinya yang ranum. Rindu pun seketika langsung menahan nafas geli, bahkan hampir saja bibirnya memekik keras. Saat di rasakannya, wajah kekasihnya itu perlahan-lahan mulai merangsek, mendekat ke arah telinganya. Hembusan demi hembusan nafas yang lembut dan hangat, kembali terasa menerpa, meniup-niup dengan sapuan-sapuan yang lembut menggelitik, namun hangat terasa di pipinya yang ranum itu.



“Papa sama mama udah bobo belum Yang?.” bisik lelaki itu, terdengar merdu dan mesra di telinganya.



“Tadi sih mereka masih nonton tv Kak, gak tau kalau sekarang mah. Mungkin udah pada pules kali.” jawab Rindu dengan perasaan yang kian tak menentu.



“Hmmm..., Kalau gitu sekarang boleh dong, minta?.”



“Eh, minta apaan Kak?.”



“Kiss.” bisik lelaki itu lagi lembut.



Deeggg...,



Rindu yang mendengar kata-kata yang di ucapkan lelaki itu, langsung kembali terdiam seribu bahasa. Namun ke dua giginya dengan gemas, terlihat melakukan gigitan-gigitan pelan pada bibirnya sendiri, bibir tebal yang merah indah merekah itu. Tampak dia main-mainkan dengan ke dua giginya. Bahkan sesekali pula lidahnya yang merah basah, terlihat terjulur keluar. Mengais-ngais bagian bibir atas dan bawah, seolah-olah ingin membasahi bibir yang merah merekah itu, dengan lidahnya yang kasap dan hangat. Perasannya pun langsung tak menentu, bergejolak dengan jantung yang kian terasa berdebar-debar hebat.



“Kok malah diem sayang?, boleh enggak?.”



“Eh, Iya Kak.”



“Iya apa?.” bisik lelaki itu lagi, sambil setengah menggoda.





“Iya, boleh Kak.” balas Rindu dengan bibir bergetar pelan, menahan gejolak yang kian tak menentu di dalam dadanya.



Pandangan sepasang bola matanya yang bulat nan indah itu, terlihat terus tertuju ke bawah, memandangi rumput-rumput hijau yang tumbuh indah di halaman depan teras rumahnya itu. Ryan yang melihat kegugupan pujaan hatinya itu, menjadi semakin bertambah gemas saja di buatnya. Wajah cantik yang selama ini selalu menghiasi angan-angannya itu, tampak terpampang jelas di hadapannya.



“Kalau boleh, liat sini dong mukanya, masa dari tadi ngeliatin rumput terus. Pacar kamu kan di sini, bukan di bawah.” ucap lelaki itu lagi, setengah bercanda.



Sedangkan tangan kirinya yang tadi hanya diam saja itu, mulai terlihat ter ulur pelan. Memegang lembut pipi ranum, yang tengah menempel di dadanya yang bidang. Lalu sedikit memaksa wajah manis itu, agar berbalik menghadap wajahnya. Suasana malam yang sepi dan tenang, seolah menjadi saksi bisu. Akan apa yang tengah di perbuat lelaki tersebut, terhadap kekasihnya itu. Sepasang mata indah, yang sejak tadi terbuka. Kini mulai tampak mengatup pelan, terpejam rapat dalam sebuah kepasrahan. Seolah menanti, tindakan apa lagi yang akan di lakukan lelaki itu terhadap wajahnya. Bibir merah merekah yang terlihat setengah terbuka itu pun, begitu menggiurkan di pandang mata. Di hiasi dengan rona-rona merah, yang tiba-tiba saja menyemburat. Menghiasi bagian ke dua pipinya yang ranum. Seakan-akan hendak menutupi, kecantikan wajah yang tampak terlihat tersipu malu itu. Dari pandangan lelaki tersebut.



“Hhsshhh..., Kau cantik sekali sayang...,” desah Ryan, dengan deru nafas yang mulai tampak memburu. Akibat di amuk oleh gelombang birahi, yang mulai melanda mengaliri sekujur tubuhnya.



Jemari tangannya yang tadi hanya mengelus-elus pipi gadis itu, kini mulai melakukan gerakan-gerakan mesra, menyibak riak anak-anak rambut. Yang menghalangi keindahan wajah cantik, yang kini jaraknya begitu dekat sekali dengan wajahnya.



“Hhhh..., Kakak juga tampan...,” balas Rindu dengan suara yang terdengar agak serak pula, karena sama-sama mulai di permainkan oleh nafsu birahi.



Caplok



“Eeemmmpphhh..., eemmmhhh..., Eeeengghhh...,”



“Slluuurrpphhh ..., Slluuurrpphhh ..., sshhh..., emmpphhh...,”



Dalam keremangan malam yang indah, ke dua bibir yang berlainan jenis itu pun. Perlahan-lahan mulai menyatu rapat. Melakukan aksi kecupan-demi kecupan, dalam desah-desah kecipak. Dua lidah yang saling dorong, dan saling membelit satu sama lain. Hingga menimbulkan desah-desah suara kecipak, yang semakin terdengar ramai. Dari ke dua bibir, yang tengah saling memagut rapat itu. Lumatan demi lumatan lembut, yang di lancarkan oleh Ryan. Lambat laun mulai mendapat perlawanan, dari mulut kekasihnya. Lidah kasap nan hangat, yang tengah bergerilya dalam rongga mulutnya itu. Terasa mengais-ngais pelan, menyapu-nyapu dengan gerakan lembut. Menimbulkan getar-getar nikmat, yang terasa menggelitik ujung-ujung syahwat. Yang tidak dapat di lukiskan dengan kata-kata. Dua lidah yang kini seolah sedang bertarung itu, tampak saling membelit dan menyodok di dalam rongga mereka mulut masing-masing. Sesekali pula ke dua bibir mereka pun, saling melakukan hisapan-hisapan mesra. Saling menelan ludah satu sama lain, bahkan sesekali pula mulut lelaki itu dengan gemasnya, melakukan hisapan kuat. Pada bibir mungil nan ranum yang tengah menempel ketat di mulutnya itu. Seolah-olah hendak menelan bulat-bulat bibir mungil itu ke dalam mulutnya. Saling pagut memagut, dan menghisap satu sama lain. Sambil sesekali melakukan gerakan menggelitik, pada bagian gigi. Menghisap-hisap dan menyedot-nyedot dengan mesranya, hingga saling bertukar ludah satu sama lain. Sampai akhirnya, ke dua mulut yang tadi saling menempel erat bagaikan magnet itu. Perlahan-lahan mulai terlepas satu sama lain. Di iringi dengan dengan deru nafas yang terlihat terengah-engah, sepasang kekasih yang tengah kasmaran itu, kembali saling bertatapan pandang satu sama lain.



“Kak?.” ucap Rindu, sambil melempar pandangan sayu.



“Hem.” sahut Ryan mesra, sambil kemudian mengelus-elus pipi kekasihnya dengan lembut.



“Bibir Kakak manis.”



“Masa sich?.”



“Iya, tapi bau rokok.” kata gadis itu lagi sambil memanyunkan bibirnya manja.



“Ya, namanya juga tadi aku kan habis merokok Sayang. Emang enggak suka ya?.” jawab Ryan tersenyum simpul.



“Enggak kok, aku suka banget Kak, rasanya manis-manis gimana gitu.”



“Kamu tuh ya, paling bisa kalau ngerayu. Aku pamit pulang dulu ya Sayang, besok harus berangkat pagi-pagi sekali soalnya.” ucap Ryan tiba-tiba.



Lelaki itu lalu bangun dari duduknya, di ikuti oleh Rindu yang juga tampak ikut berdiri di sampingnya. Sambil melempar senyum manis, Sebelah tangan Ryan terlihat merogoh kantong celana belakangnya, lalu mengeluarkan sebuah dompet. Dan mengambil uang seratus ribuan, lima lembar.



“Ini aku ada uang delapan ratus ribu, buat kamu lima ratus ribu. Sisanya yang tiga ratus ini buat keperluan aku se hari-hari.”



“Ini enggak kebanyakan Kak?, gajian Kakak yang sekarang kan masih lama.” ucap Rindu merasa tak enak hati, setelah menerima uang pemberian kekasihnya itu.



“Udah kamu enggak usah mikirin soal itu, ini juga masih cukup kok sampai tanggal muda nanti.” sahut Ryan, sambil mengelus kepala kekasihnya penuh kasih sayang.



“Makasih banyak ya Kak.” kata gadis itu lagi, lalu mendaratkan sebuah kecupan hangat di pipi kanan kekasihnya.



“Iya Sayang, Aku pulang ya.”



“Iya, hati-hati bawa mobilnya Kak.”



Dengan gerakan lembut dan penuh perasaan, Ryan pun mengecup kening kekasihnya sesaat. Rindu yang mencoba meresapi kecupan mesra kekasihnya itu, hanya terlihat memejamkan sepasang matanya. Dengan debaran hati yang mengguruh, bergejolak di dalam dada.



“I love you.” bisik Ryan pelan.



“I love you to.” Balas Rindu mesra.



Di iringi pandangan mesra dari kekasihnya, lelaki itu pun lalu melangkah ke luar pagar rumah Rindu. Menghampiri sebuah mobil sedan, yang memang sejak tadi dia parkir di situ. Lalu setelah memberi lambaian mesra, mobil sedan tersebut terdengar menyala. Kemudian melaju perlahan-lahan, meninggalkan tempat tersebut. Sepeninggal Ryan, Rindu pun langsung melangkahkan ke dua kakinya, masuk ke dalam rumah. Kemudian mengunci pintu depan, dan kembali melangkahkah ke dua kakinya, masuk ke dalam kamar. Di rebahkannya tubuhnya yang sintal dan padat itu, di atas sebuah kasur yang mewah. Bibirnya terlihat senyum-senyum sendiri, saat mengingat kejadian tadi. Sebuah ciuman panas, yang terasa amat berkesan di hatinya. Namun sesaat kemudian pandangannya tertumbuk pada sebuah photo, photo dirinya bersama Yuda, yang sama-sama mengenakan seragam Sekolah. Entah kenapa setiap kali dia memandang photo itu, setiap itu pula kegalauan hatinya langsung timbul seketika. Ryan juga pernah menanyakan tentang lelaki yang ada di photo bersamanya itu, saat mereka berdua bermain gitar di kamarnya. Tentunya dalam keadaan pintu kamar yang terbuka, karena saat itu juga memang ada Via, teman kampusnya yang juga kebetulan sedang main ke rumahnya. Posisi dia dan Ryan saat itu baru saja jadian tiga hari, dan saat kekasihnya bertanya tentang photo lelaki yang bersamanya itu. Gadis itu hanya menjawab, kalau dia itu cuma teman satu Sma dulu, saat dirinya masih tinggal di jakarta. Mendapat jawaban yang simple itu, Ryan pun tak mau lagi banyak bertanya. Terbersit rasa penyesalan yang amat dalam, di lubuk hatinya. Karena merasa sudah berbohong, dan tidak jujur pada kekasihnya. Padahal selama ini, lelaki itu sangat baik. Bahkan teramat baik bagi dirinya. Saat itu Rindu memang tidak bisa berpikir panjang, karena setiap kali dia mengingat tentang lelaki cinta pertamanya itu, setiap itu pula rasa pedih langsung terkuak kembali, menghiasi relung-relung hatinya yang paling dalam. Itu sebabnya gadis itu lebih memilih berbohong, ketimbang untuk terus terang pada kekasihnya waktu itu.



“Kak Ryan, maapin aku kak.” desah nafasnya kembali terasa berat dan sesak.



Dia nyalakan hp samsung yang tergeletak tidak jauh dari tempatnya berbaring, tampak gambar photo Ryan yang memang sengaja dia jadikan walpaper di hpnya. Tak terasa butir air mata pun perlahan-lahan mulai mengalir membasahi ke dua pipinya yang ranum. Mengalir dengan tenangnya, setenang suasana malam itu. Yang kian merambat semakin jauh, suasana kota bandung yang biasanya riuh ramai, mulai terlihat sunyi dan sepi. Sesepi hatinya, yang kini mulai tengah di landa gundah gulana.



Bersambung
 
Rindu..rindu udah tau ada yang mencintai dengan tulus masih saja mengharapkan cinta yang bikin sakit hati.

Keren ceritanya sist tya, jadi ikut terbawa alur perasaan jadinya.
 
kaya nya seru nih. kayanya Yuda bakal muncul lagi di kehidupan rindu
 
Ini kalo yudha tiba2 muncul trus terjadi affair trus dibikin one shot bisa tuh diikutkan ke lktcp..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd