Asya hanya tersenyum menanggapi ujaran teman barunya itu, semuanya baik pada Asya terkecuali Tari yg selalu sinis memandangnya. Asya disambut baik dan selalu diajak berbicara oleh teman lainnya.
"mau makan disini apa surken aja nih?" tanya Deri sang Leader
"Surken ajalah nanggung nih" jawab Tari
"yg lain gimana nih? Sya? Ti? Va? Re?" tanya Deri memperjelas, semua mata tertuju pada Asya karna ini pendakian pertamanya
"ikut aja aku mah, mau jalan lagi? hayu" jelas Asya, semua matapun tertuju pada Idan meminta persetujuan. Idanpun mengangguk tanda mengiyakan
10orang tersebut memulai lagi pendakiannya setelah cukup beristirahat. Baru setengah perjalanan Asya sudah kelelahan mungkin karna medan yg cukup berat dan jauh jalanya mulai memelan dan sedikit terseok, Idan menahanya ketika tubuh itu terlihat akan jatuh.
"duduk dulu Sya.." ucap Idan
"engga usah nanti ketinggalan yg lain" balas Asya, Idan menggelengkan kepala tanda tak percaya
"keras kepala bgt sih, biarin ketinggalan juga nanti sama sama ketemu disana " celoteh idan, Asya menunduk memajukan bibirnya seperti anak yg dimarahi ayahnya Asya merajuk pada Idan. Idan menghela nafas berat melihat prilaku istrinya itu sambil mengeluarkan madu sachet dalam kantong celananya.
"Cemil ini sambil jalan.." seraya membuka madu sachet trsbt dan memberikannya pada Asya
"iya by, makasih sayangggg" ujar Asya dengan senyumnya yg kembali mengembang, Idan mengangguk dan mengajaknya kembali berjalan.
Sesampainya di Surya Kencana dengan cuaca yg sangat cerah mereka berdua disuguhkan dengan pemandangan yg sangat indah, Asya senang bukan main ketika sampai, senyumnya tak lunrur dari bibir mungilnya.
"are you happy?" tanya Idan di sampingnya
"Happy bgt!!! aku baru pertama naik gunung kaya gini, ternyata indah banget ya by disini" seru Asya
"Hahaha nanti kita naik gunung yg lain deh kalo kamu seneng, yuk cari tempat sama temen" yg lain" ajak idan sambil menggenggam tangan Istrinya.
Asya dan Idanpun berjalan mencari keberadaan teman"nya yg sudah lebih dulu sampai diantara banyaknya tenda yg sudah berdiri tegak di alun-alun Surya Kencana. Cukup lama mereka berputar dan mencari dan akhirnya bertemu.
"Aman broddy??" sahut Deri, Idan menjawabnya dengan acungan jempol
"Wihhh sampe juga Syaa kirain mau balik kanan hahahha" canda Aldi
"Sampe donggg, hebatkan aku wkwk" balas Asya
"mantap mantap! Asya keren hahaha" sambut Danu sambil menepuk tangannya
"Kalian kaya lagi ngobrol sama anak kecil tauga?" sela Idan
"Hahaha emang istri lu kaya bocil Syad keliatanya wkwk!" jawab Aldi
Merekapun mulai berbagi tugas, ada yg memasak , mengambil air, dan memasang tenda. Semua dilakukan secara bersamaan agar cepat selesai dan bisa beristirahat. Ketika para laki-laki sibuk memasang tenda dan mengambil air, yg perempaun meracik berbagai masakan untuk disiapkan. Merekapun saling membantu agar cepat selesai, ada yg memotong, menumis , menanak nasi, menggoreng ayam dan menyiapkan minuman. Disela kegiatan memasak merekapun saling berbincang.
"Syaa, kalian dah lama nikah kan?" tanya Tari, Asyapun hanya menengok sekilas dan mengangguk
"kok belum punya anak sih?" cetus Tari, semua perempuan disana menatap Tari tak percaya, kenapa pertanyaan sesensitif itu ia lontarkan pada Asya. Ia mereka tau kalo Tari memiliki rasa yg lebih pada Idan tapi tak seharusnya bertanya demikian.
"apasih Tar pertanyaannya ganggu bgt!" ucap Nova risih
"iya nih ga etis tau lo tanya orang begitu, sama aja kaya lo ditanya kapan mati? gada jawabannya Tar! kalo nanya tuh mikir dulu, nyakitin orang engga. Bukannya malah nyeplos seenak jidat!" ketus Tia
"apasih pada marah marah heran ! gue cuman nanya juga lagian kalo Asya mandul kan kasian Arsyad masa udah ganteng gapunya keturunan!" jelas Tari
"TARI!!!!!" teriak Nova, Tia dan Rere.
Asya tersenyum tipis dan menghembuskan nafas berat, ia berjalan mendekat pada Tari.
"berharap gue marah apa gimana hmm?" tanya Asya dgn sinis
"ga sih, gue cuman nanya sekalian bilang kalo lo mandul aja" balas Tari tak kalah sinis
"hahaha mau gue mandul atau engga itu bukan urusan lo! lagian belum tentu suami gue milih lo kalo gue gabisa ngasih dia keturunan. bisa sih Tar, tp di MIMPI LO!" tunjuk Asya tegas! Tari diam tak menjawab merasakan aura berbeda pada Asya, Asya yg terlihat anggun menjelma seperti iblis.
"Lo suka kan sama suami gue? kesemsem bgt kan?! goda aja semampu lo kalo dia tergoda gue berani sujud dikaki lo!!!" sarkas Asya.
Asya mengenal suaminya seluruhnya tak akan mungkin Idan tergoda dengan wanita manapun tapi ketika dia di singgung tentang keturunan pikirannyapun ikut melayang, berfikir lebih jauh kesana. Ada rasa khawatir dan takut, banyak hal yg mengganggu fikiranya apalagi hal buruk yg kemungkinan terjadi tak bisa dipungkiri Asya overthinking karna ucapan Tari.