"kamu gacemburu yang?" tanya Idan saat mobilnya berhenti karna lampu didepannya berwarna merah.
"cemburu kenapa? kemantan kamu tadi?" tanya Asya tanpa mengalihkan pandanganya dari ponsel yang ia mainkan sejak tadi.
"yakali aja gitu marah gara gara aku ketemu mantan" balas Idan.
"ketemu juga gasengaja, lagian dia yang nemuin bukan kamu" jawab Asya lagi
Idan melajukan kembali mobilnya saat lampu didepannya berubah menjadi hijau, di sepanjang perjalan tak ada obrolan lagi Idan bergelut dengan pikirannya sendiri, rasanya ada yang berubah karna tak biasanya Asya tak cemburu pada perempuan lain. Tapi karna hal itu Idan menemukan Ide cemerlang untuk melancarkan rencananya malam ini.
Mobil mereka pun masuk ke gerbang utama komplek perumahan orang tua Idan, ia tetap diam hingga akhirnya mobilpun masuk ke garasi rumahnya. Asya menoleh pada suaminya yang tak kunjung berbicara lagi dengannya.
"kamu kenapa? aku salah? daritadi diem aja gangajakin aku ngobrol kaya biasanya" tanya Asya
"aku gapapa" balas Idan sambil membuka seatbeltnya. Saat Idan hendak membuka pintu mobilnya Asya menahanya.
"jelasin kenapa bukan jawab gapapa Idan" ucap Asya, ia tau suaminya menyembunyikan sesuatu darinya.
"aku bilang gapapa Asya" Idan tetap kekeuh dengan jawabannya. Asya mulai jengah dengan keadaan ini.
"Idan aku cape! kalo aku ada salah tuh ngomong bukan diem, bukan bilang gapapa kaya gini!" Idan tetap diam, ia juga sama lelahnya.
"jawab by! kamu kenapa? kenapa sih masalah sepele doang di permasalahin! Jangan kaya anak kecil deh!"
Degh!
Ucapan dari mulut Asya mampu menusuk jiwanya dan menyakiti hatinya.
"kamu udah ga sayang sama aku?" tanya Idan, Asya mengerutkan keningnya tak mengerti dengan pertanyaan suaminya.
"kamu ga cemburu liat aku sama perempuan lain? kamu udah ga sayang sama aku?" tanya Idan lagi. Asya menyurai rambutnya tak percaya, bisabisanya Idan memliki pemikiran seperti itu.
"emang salah kalo aku gacemburu Idan?! Raya cuman masalalu kamukan sedangkan aku masa depan kamu! apa yang harus aku cemburuin hah?! kenapa sih harus kaya anak kecil gini pikirannya!" bentak Asya, Idan tak mau berdebat dengan istrinya, ia membuka pintu mobil dan masuk kedalam rumahnya.
Setelah pasutri itu masuk kedalam kamarnya, Idan yang hendak masuk kekamar mandi ditarik oleh istrinya.
"kamu marah karna aku gacemburu doang Idan?! aku gacemburu bukan berarti aku ga sayang sama kamu! aku gahabis pikir sama pikiran kamu itu bocah banget tauga?" ucap Asya kesal. Idan kembali tak menghiraukan ucapan Asya, ia berbalik dan menuju kamar mandi. Baru saja ia membuka pintu kamar mandi, Asya kembali bersuara.
"kalo kaya gini terus aku cape Idan sama kamu!" bentak Asya membuat Idan berbalik melihatnya.
"kalo cape pergi aja Asya, cari aja orang yang dewasa, yang gakaya anak kecil kaya Idan" balas Idan dan langsung masuk kekamar mandi.
Asya duduk di tepi ranjang ia memikirkan ucapan suaminya, Idan tersinggung dengan ucapan yang keluar dari mulutnya sendiri. Asya merutuki dirinya karna mengatakan Idan seperti anak kecil, setengah jam berlalu Idan keluar dari kamar mandi ia membuka lemari pakaiannya dan mencari pakaian yang akan ia gunakan.
"bajunya udah aku siapin by" ucap Asya, Idan tak menghiraukannya sama sekali. Benar dugaannya suaminya itu marah padanya.
Idan mengambil kaos dan memakainya, ia pergi keluar untuk menaruh handuk yang sudah ia gunakan. Asya tak ingin membuat suaminya semakin kesal padanya, ia memutuskan untuk pergi mandi saja.
Setelah keluar dari kamar mandi Asya melihat suaminya sedang berbaring di ranjangnya sambil memeluk gulingnya, Asyapun menghampirinya dan ikut berbaring disampingnya.
"kamu masih marah? aku minta maaf by" ucap Asya pelan, Idan tak menanggapinya sama sekali ia tetap sibuk dengan ponselnya. Berkali kali Asya mengajaknya berbicara hingga akhirnya ia merasa kesal sendiri karna diabaikam suaminya.
Asya memilih tidur dan memunggungi suaminya, tidak hanya fisiknya yang lelah tapi hati dan pikirannya juga sama. Asya memaksan dirinya untuk tidur malam ini tanpa dekapan suaminya itu.
Idan yang tidak merasakan pergerakan istrinya lagi membalikan badan, ia melihat punggung istrinya yang meringkuk. Idan memeluknya sebentar sebelum ia beranjak dari kasurnya. Idan membernarkan selimut untuk istrinya sebelum ia memutuskan untuk keluar dari kamarnya.
Tubuhnya juga lelah sama seperti Asya tapi ia memiliki rencana yang harus ia selesaikan, Idan naik ke lantai 3 rumahnya disana ada ruangan karoke dan tempat bilyard tepat disamping rooftopnya.
Idan masuk ke dalam ruang karoke yang sudah dipenuhi beberapa barang pesanannya, ada beberapa papperbag disana yang berisi balon, alat dekorasi, dan tentunya hadiah untuk istrinya. Dengan bantuan orangtuanya Idan bisa mendapatkan itu semua karna ia tak bisa lepas dari pandangan istrinya sama sekali.
Besok adalah hari jadi pernikahannya yang pertama, Idan ingin memberikan kejutan untuk istrinya, ia sudah memikirkannya sejak jauh jauh hari tentang ini namun ia bingung bagaimana bisa pergi tanpa istrinya dan untungnya tadi ia bertemu mantanya jadi ia memiliki ide untuk membuat Asya marah.
Idan mulai memompa balon satu persatu hingga selesai dan menempelkannya pada dinding, ia juga menambahkan dekorasi lain seperti pita disana. Tak hanya ruang karoke tapi rooftop hingga tangga menuju ke lantai 3 pun ia dekor, ia membuat banyak notes untuk di gantung di sepanjang jalan.
Cukup lama Idan mendekor tempat itu karna berkali kali ia menguap menahan kantuknya sendiri, tak terhitung berapa gelas kopi yang ia habiskan untuk menahan kantuknya. Hingga akhirnya pukul 3.00 dini hari semuanya selesai, Idan merebahkan badanya di sofa yang ada di ruang karoke, ia menatap kesekelilingnya dan merasa puas dengan hasilnya.
Idanpun tertidur sebentar sebelum akhirnya ia turun dan mandi. Idan melihat istrinya yang masih tertidur pulas di atas kasurnya, ia membiarkannya dan bergegas turun kebawah.
"udah selesai?" tanya Ayah Idan yang kini duduk di meja makan.
"aman yah siap" ucap Idan, Ayah Idan hanya mengangguk menanggapi
"Asya ganangis kan semalem?" tanya Ibunya, Idan menggeleng karna memang tak sampai membuat istrinya menangis
"baguslah, kalo menantu ayah sampe nangis liat aja kamu" ucap Ayahnya.
Benarkan? Kedua orang tua Idan memang sangat menyangi menantunya itu, sebenarnya ide harus bertengkar itu dari kedua orangtuanya karna kalo tidak seperti itu Idan takkan punya waktu untuk mempersiapkan kejutannya tapi tetap saja ia tak boleh membuat istrinya sampai menangis karna kalo iya Ayahnya sendiri yang akan menghukumnya.
"nanti kalo mama sama papa udah dateng, kalian naik ya, tp kalo Idan udah masuk kamar sama Asya" ucap Idan memberitahu kedua orang tuanya.
1jam berlalu Idan masih berbincang dengan kedua orang tuanya, sedangkan Asya baru saja terbangun dari tidurnya. Ia meraba kesampingnya sebelum membuka matanya, ia tak melihat suaminya yang biasa mengganggu tidurnya.
Asya beranjak dari ranjangnya menuju kamar mandi untuk membersihkan badanya, setelah selesai ia memandang dirinya sendiri di depan cermin ada rasa kesal pada dirinya yang selalu tak bisa mengontrol ucapannya sendiri.
Asya menghembuskan nafas kasar ia ingin menemui suaminya dan kembali meminta maaf, Asya keluar dari kamar, dilantai bawah Idan yang mendengar pintu kamar terbuka langsung pergi keluar rumah sambil menunggu mertuanya datang.
Asya turun dan melihat kedua mertuanya masih berada di ruang tengah. Ibu Idan yang melihatnyapun menyapa Asya.
"mau sarapan sayang?" tanya Ibu Idan sambil menghampirinya, Asya menggeleng dan tersenyum.
"Ibu liat Idan?" tanya Asya, Ibu Idan mengerutkan keningnya.
"lho kok nanya ibu? emang gada dikamar? ibu sama ayah galiat Idan kok daritadi"
"mmm yauda deh Asya tunggu dikamar aja, mungkin lagi keluar" ucap Asya
"lagi berantem Sya?" tanya Ayah Idan, Asya mengangguk dan tersenyum tak enak.
"gapapa wajar namanya rumah tangga, sabar aja ngadepinnya apalagi Idan masih kaya anak anakan" jelas Ayah Idan lagi, rasanya Asya seperti disindir halus. Ia mengingat jelas ucapanya semalam pada suaminya.
Idan memang seperti anak anak tapi hanya padanya, di depan banyak orang akan terlihat sangat dewasa dan sangat melindunginya batin Asya.
Asyapun memilih untuk kembali ke kamarnya saja, tapi sebelum ia naik ke anak tangga pertama tibatiba pintu utama terbuka. Idan masuk dan langsung duduk dengan santainya.
"dari mana kamu? tuh istrimu nyariin. Kalo punya masalah tuh selesein bukan kaburkaburan Zaidan" ucap Ayah Idan dengan ketus, Idan menatap ayahnya dengan tatapan datar.
"bukan urusan Ayah" balas Idan
"aidaaaan!" bentak ibunya, Idan tak terima ia berdiri dari duduknya dengan tatapan marah.
"apasih bu! kenapa sih kalian belain Asya terus? Idan tuh anak kalian bukan Asya!! ayah mau tau kenapa Idan pergi? Asya cape sama Idan! Asya cape ngurusin anak anak kaya Idan makanya Idan pergi! lagian Asya juga udah gasayang sama Idan, ayah tau? Asya gacemburu meskipun Idan ketemu sama mantan. Ahh kayaknya kalo jajan diluar juga dia gakan cemburu" ucap Idan
Ayah Idan berdiri dari duduknya dan tanpa aba aba ia menampar anak semata wayangnya itu membuat Asya dan Ibu Idan terkejut, ini bagian dari sandiwara yang mereka rencanakan barusan.
"ayah gapernah ngajarin kamu jadi brengsek ya Idan!! awas aja kamu kalo berani nyakitin Asya" teriak ayah memperingati, Idan terkekeh sambil mengusap sedikit darah yang keluar diujung bibirnya.
Idan tak membalas ucapan ayahnya, ia naik ke atas disusul oleh Asya dibelakangnya. Sebelum Asya menyusul suaminya ia sempat meminta maaf pada ibu mertuanya tanpa suara, ibu mertuanya hanya mengangguk dan menyuruhnya mengikuti suaminya.
Idan masuk ke dalam kamar, ia membanting pintu dengan kerasnya. Itu adalah kode untuk kedua orangtuanya bersiap naik ke rooftop.
Idan duduk ditepi ranjang dengan tatapan tajam, meskipun hanya berpura pura Idan melakukannya dengan baik. Ia tak mau istrinya curiga, Asya masuk kedalam kamar dengan membawa kotak p3k.
Asya duduk dihadapan suaminya, ia membuka alkohol dan dituangkanya kedalam kapas. Diobatinya luka yang ada dibibir suaminya itu, setelah selesai Asya mengusap pipi Idan dengan lembut.
Idan masih tak mau melihatnya, ia terus mengalihkan pandangannya dari Asya.
"byby aku minta maaf sayang, maaf atas semua ucapan aku semalem yang udah nyakitin kamu. Seharusnya kamu gaperlu berantem sama ayah kaya tadi by, aku gacape ngurusin kamu sayang beneran deh kemarin aku cuman kecapean jadi ngomongnya gadikontrol"
Asya terus membujuk suaminya, sesekali ia mencium pipi Idan bahkan bibirnya.
"maafin aku ya pleaseee, aku sayang sama kamu by. Meskipun aku gacemburu kamu ketemu mantanmu itu bukan berarti aku gacinta Idan, tapi ada beberapa hal yg bisa bikin aku cemburu dan engga by. Kalo cuman karna ketemu gasengaja ngapain aku cemburu? tapi kalo kamu janjian sama dia pasti aku cemburu by. Aku cemburu kan sama Nayra karna terangterangan suka sama kamu?" Idan mengangguk mengiyakan, ia baru mau melihat wajah istrinya sekarang.
Asya tersenyum kala pandanganya beradu dengan suaminya, ia merindukannya? jelas sekali.
"jadi masih mau bilang aku ga sayang kamu?" tanya Asya, Idan mengangguk membuat Asya mengernyitkan keningnya. Apalagi yatuhaaaaaan!
"kok gitu? kan aku udah jelasin gantengggg" tanya Asya
"soalnya kamu belum ngasih aku jatah, jadi Asya tetep gasayang Idan" ucap Idan membuat Asya tertawa
"ohhh mau jatah jadinya?" Idan mengangguk semangat.
"boleh, tapi baikkan dulu" tawar Asya sambil mengacungkan jari kelingkingnya. Idan seolah berfikir, ia mengetuk dagunya dengan telunjuknya.
"jadi mau ngga?" desak Asya, ia tak mau kembali bertengkar dengan suaminya.
"baikkan tapi ada syaratnya" ucap Idan
"apa syaratnya?" tanya Asya
"layanin aku di rooftop sekarang" ucap Idan dengan suara beratnya.
Shit!!!
Asya menelan salivanya, jika ia menolak berarti mereka masih bertengkar tapi jika menerimanya itu ide yang gila.
"disini aja sih by ihhh" rengek Asya, Idan menggelengkan kepalanya kuat ia tak mau dibantah akhirnya Asya mengalah.
"oke aku layanin kamu disana tapi kita baikkan dulu, udah aku layanin kamu nanti kamu harus minta maaf sama ayah dan ibu soalnya kamu udah bentak mereka tadi, deal?" ucap Asya sambil mengulurkan tanganya, Idan langsung menyambutnya dan tersenyum senang.
Idan berdiri dari duduknya, ia mengambil baju yang sudah ia siapkan. Tenang tenang bukan lingerie, ini hanya dress yang membentuk lekuk tubuh istrinya saja dipadukan dengan luaran longgar yang memberi kesan seksi.
"pake ini sayang" pinta Idan sambil memberi 1 papperbag pada Asya, Asya membukanya dan melihatnya.
"kenapa harus ganti baju segala sih by?" protesnya.
"gamau? yaudah gausah" ucap Idan ketus, Asya langsung menatapnya. Idan dalam mode seperti ini lebih menyebalkan dibanding Idan yang sangat manja padanya.
"iya iya aku ganti babyy" ucap Asya.
Asyapun mengganti pakaiannya di depan suaminya, Idan berkali kali menelan salivanya menahan hormonya yang sudah bergejolak itu.
"udah gini aja?" tanya Asya lagi
Idan memperhatikan tubuh istrinya yang sangat menggairahkan itu dari pandanganya dan cermin yang ada dibelakang istrinya. Ia juga memerhatikan wajah istrinya yang sangat cantik, Idan tersenyum puas melihat pemandangan yg ada didepannya.
Idan mengambil kameranya sebelum keluar dari kamarnya, ingat ini momen indah keduanya ya meskipun Asya tak tau apa apa. Asya sempat protes kala melihat Idan membawa kameranya, tapi dengan santainya Idan menjawab ia ingin mengabadikannya dan menjadikan video mereka sebagai koleksinya.
Asya mulai menaiki tangga tapi baru 3 anak tangga yg ia pijak Idan menahan tanganya, Asya berbalik dan melihat suaminya.
"kamu seksi banget tau sayang" ucap Idan dengan nada rendahnya, sedari tadi ia matimatian menahan libidonya sendiri saat melihat Asya. Asya tersenyum dan mengalungkan tanganya, Asya dengan sengaja menekan bagian payudaranya ke dada suaminya.
"jadi gimana? mau disini baby?" goda Asya, ia tau suaminya takkan tahan melihatnya dengan pakaian ketat seperti ini. Jangankan ketat, longgar saja Idan tak pernah tahan untuk tidak menerkamnya.
Idan tak menjawab, ia menarik pinggang Asya agar semakin menempel pada tubuhnya. Ia memiringkan wajahnya, dan Asyapun mengerti kini bibir mereka saling beradu menimbulkan suara decakan decakan yang merdu.
Idan melepaskan ciumannya, ia menghapus jejak saliva di bibir istrinya. Idan lagi lagi tersenyum mengagumi keindahan Asya dihadapannya, ia mencium pipi istrinya hingga menimbulkan bunyi membuat Asya terkikik.
"ayo naik lagi, aku record sekarang ya" ucap Idan.
Asya menurut dan berjalan lebih dulu sedangkan Idan dibelakangnya mulai merekamnya, saat sampai dipertengahan tangga Asya berhenti kala melihat beberapa notes yang berada di bagian pegangan tangga. Asya mengambilnya satu persatu.
"Hai semestaku" Asya langsung menoleh pada Idan dibelakangnya, Idan hanya tersenyum dan memintanya untuk melanjutkan langkahnya.
"Selamat hari pernikahan kita yang pertama Asya, terimakasih sudah bertahan sejauh ini"
"Terimakasih sudah menerima segala kekuranganku, terimakasih sudah sabar menghadapiku, terimakasih sudah mengurus segala tentang diriku yang memang sangat merepotkan ini"
"Maaf kalo selama ini Idan banyak salah sama Asya, maaf kalo belum bisa jadi yang Asya mau, maaf kalo masih ke kanak kanakkan"
"Idan gamau janji tentang apapun kedepannya sayang, tapi Idan pastiin apapun yg kamu mau bisa aku kasih dan turutin. Jadi tuntutlah suamimu ini sesukamu, asal gaminta bulan harus ada dipangkuanmu aja hehe, tetep sama Idan ya pleaseeeeee gimanapun keadaanya nanti. Idan cuman mau Asya, sekarang besok dan selamanya. Iloveyouuu Asya fredelia Darmestha!"
Asya terkekeh kala membaca notes terakhir diujung tangga, matanya berkaca kaca karna terharu dengan apa yg ia dapatkan dari suaminya.