Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Cerita Orang Kantoran

Semprot235

Semprot Kecil
Daftar
11 Feb 2019
Post
58
Like diterima
110
Bimabet
1. Asih Ayuningrum

Wajah mengantuk dan mata redup untuk sekedar mencicil tidur mereka yang hanya sejenak. Aku berdiri kaku tak mampu bergerak. Gerbong KRL ini teramat sempit untuk menampung puluhan orang. Pikiranku mengawang tentang interview yang akan kulakukan nanti, ini interview kerja pertamaku. Dari 50-an lamaran pekerjaan yang kukirim, hanya ini yang menanggapi lamaranku. Bukan hanya menanggapi lamaranku, namun langsung melakukan pemanggilan untuk interview. Perusahaan yang memanggilku pun bukan perusahaan kecil, malah ini adalah perusahaan terbesar dari 50an perusahaan yang kukirimi lamaran.

Hanya bermodalkan ijazah sma, aku nekad mendaftar berbagai perusahaan di ibukota. Sebelumya aku sempat bekerja di pabrik garment, namun dengan beban pekerjaan berat aku memutuskan untuk keluar pada hari itu juga. Aku memang tidak sekuat para tetanggaku. Mereka bekerja di pabrik dengan beban pekerjaan yang begitu berat, masih harus mengurus anak dan suami, tapi tetap masih bisa tersenyum riang.

Lamunanku terhenti ketika beberapa orang turun di stasiun jatinegara. Rasa sesak mulai agak berkurang, namun rasa pengap masih saja tertinggal. Aku tidak tahu bagaimana aku akan menjalani perjalanan sesak setiap hari kalau sampai diterima bekerja nantinya. Terngiang kembali nasehat ibuku semalam “yang penting dijalani dulu, kalau nanti nggak kuat nggak usah dipaksakan”. Ibuku tidak pernah membebani putri putrinya dengan masalah berat, semua ditanggungnya sendirian. Setelah kematian bapak, ibu kembali bekerja menjadi buruh cuci. Tidak pernah sekalipun aku mendengarnya mengeluh, sifat ini menurun ke adikku dia selalu menjalani semua hal dengan tegar. Kali ini kesempatan untukku bisa sedikit mengurangi beban mereka berdua. Lamunanku terhenti kembali ketika kereta sampai di stasiun kemayoran, aku bergegas turun dengan beberapa orang lainnya.
Letak perusahaan yang kulamar kira kira 10 menit dari statiun kalau naik ojek. Namun dengan kondisiku sekarng kuputuskan untuk jalan kaki, lumayan ongkos ojeknya bisa untuk makan siang. Suasana ibukota yang ramai seakan memberiku semangat untuk lolos dalam interview ini. Belum sampai 30 menit, aku sudah berada tepat di depan gerbang perusahaan yang kutuju. Seorang security menanyai tentang maksud kedatangnku. Setelah kujelaskan Panjang lebar aku diarahkan untuk menemui resepsionis di dalam gedung.

Dalam gedung itu aku melihat deretan atm dari berbagai macam bank. Di samping atm ada gerai starbuck yang sedang sibuk melayani pelanggannya. Meja resepsionis terletak tidak jauh dari gerai starbuck. Meja resepsionis itu tinggi dan dijaga oleh seorang wanita cantic. Aku seketika minder ketika melihat wanita itu. Dengan make up natural dan rambut lurus sebahu, wajahnya seperti memancarkan cahaya. Dengan setelan blazer biru gelap dipadu kaos pink membuatnya tampak modis dan anggun.

“Ada yang bisa dibantu mbak” tanyanya sopan ketika kuhampiri dengan wajah bingungku.

“Saya ada janji interview mbak” jawabku sambil memandangi sepatuku yang semalam digosok oleh adikku.

“Owh, mbak Asih ya” jawabnya riang.

“Ayo saya antar mbak, nanti ketemu sama usernya langsung Pak Toto. Owh iya perkenalkan saya Resti mbak resepsionis di sini. Nanti kita interview di lantai tiga, Asih kalau di kantor ini harus punya id badge kayak punya saya ini buat akses lantai lift. Ehhh nggak apa apakan saya panggil asih”

“Nggak apa-apa mbak” jawabku dengan kikuk.

“Kamu juga nggak usah panggil mbak dong nanti aku dikira udah tua”

Aku hanya mengiyakan dengan senyuman. Kami berdua masuk lift yang paling wangi yang pernah kucium seumur hidup. Dinding lift itu dilengkapi tv layer data yang berisi tentang profil dan pencapain yang telah dilakukan oleh perusahaan. Sementara aku mengagumi lift yang super wangi ini Resti menempelkan kartunya ke samping pintu lift sampai ada bunyi berdenting, baru ia menekan tombol angka tiga. Lift bergerak naik dengan mulus, berbeda dengan lift mall yang bergetar kuat seakan protes harus menaikan penumpangnya. Aku di bawa ke ruangan pak Toto, dari tulisan di pintu ruanganya aku tahu bahwa pak Toto adalah manager operasional di perusahaan ini.
Kamu duduk di sini dulu ya pak Toto jam segini masih ada meeting. Kamu mau minum apa?” tanya nya

“Apa aja boleh Res”

“Teh aja ya, nanti dibikinin sama mang Diman Kutinggal dulu ya, takutnya ada yang nyariin di bawah. Sukses ya, bye” pamit Resti meninggalkan aku.

Setelah Resti pergi suasana seketika hening hanya terdengar dengungan AC yang beraturan. Ruangan ini sangat mengintimidasi, dia sedang memamerkan jurang kekayaan antara aku dan pemilik ruangan ini. Terdapat dua meja kerja, satu meja kerja besar yang mewah dengan ukiran burung merak di kakinya dan meja kerja standar seperti yang aku lihat di ruangan luar. Kursi di balik meja besar itu tidak kalah mewah, memiliki sandaran panjang dengan balutan bahan kulit dan terlihat sangat nyaman. Ada sebuah pintu di belakang kursi tersebut, sepertinya toilet atau sekedar gudang kecil. Beberapa lemari berdiri dengan rapi di sepanjang dinding, dua buah lemari kaca berisi semacam cendera mata maupun tropi kejuaraan. Dan ada juga sofa hitam yang sangat nyaman yang sedang kududuki. Aku menahan dorongan untuk tidak rebahan di sofa ini.

Kreeekkkk pintu terbuka, aku kaget bukan main mengira pak Toto masuk ke ruangan ini.

“Permisi non, ini tehnya”.

Ternyata pak Diman yang tadi dimintai Resti untuk membuatkanku teh.

“Makasih banyak pak” jawabku

“Pak Diman tolong saya dibuatin kopi dua ya” kata seorang di pintu masuk.

Pak Diman dengan tangkas langsung menyahut “kopi biasa atau yang Joss pak”?

“Yang biasa aja pak, buat apa yang joss…”

Kalimat bapak bapak berjas itu terpotong kala melihat aku yang sedang duduk di sofa.

“Lho ini siapa? Ada tamu kok saya nggak dikasih tau?” tanya si bapak itu

“Saya Asih pak, yang mau interview”

“Owalah, maaf maaf saya lupa kalau ada interview, maklum pelupa hahahha. Asih bawa berkas berkas yang diminta kemarinkan?”

“Bawa pak, lengkap sudah saya cek”

“Ini siapa bos?” tanya satu orang lagi yang lebih muda.

“Ini Asih calon penggantinya Ratih”

“Pengganti sementara aja kan” tanyanya lagi.

“Nggak, si Ratih udah minta resign cuman kusuruh ngambil jatah cuti melahirkanya baru resign, kan lumayan masih dapat 3 bulan gaji. Owh iya saya Toto, end user kamu dan ini Al yang lagi ngincar jabatan saya” kata pak Toto memperkenalkan dirinya dan rekan kerjanya.

“Saya Al, dan nggak ngincer jabatan si bapak tua ini” kata yang lebih muda.

“Aku masih 40an Al belum tua tua banget, masih bisa cari 2 tiga istri lagi” jawab pak Toto dengan riang.

"Jadi sudah siap buat interview sekarang”

“Siap pak” jawabku dengan nada semenyakinkan mungkin.

“Ya udah kalau mau interview, aku balik ke ruanganku dulu” kata pak Al.

“Ehhh tunggu bentar, kamu sekalian ikut ngeinterview dulu, lagian mau ngerjain apa? Pak Diman juga lagi bikin kopi buat kita berdua, kasihan nanti kalau nggak keminum.”

Pak Al hanya bisa menghela nafas panjang “siap bos”

Untuk interview pak Toto duduk di kursi dengan sandaran panjang, sementara aku dan pak Al di seberang mejanya.

Oke mulai ya, nggak usah tegang. Ini kayak ngobrol biasa aja koq” kata pak Toto seperti melihat ketegangan di wajahku.

“Owh iya berkasnya dikasih ke pak Al biar dia bisa baca-baca dulu, kalau saya kan udah baca sekilas kemarin”.

Kuberikan berkas berkas yang berisi cv, resume, dan fotocopy identitasku ke pak Al yang langsung membaca satu persatu.

“Sekarang silahkan Asih cerita tentang diri Asih, kenapa mau kerja di sini, apa yang diketahui tentang posisi yang dilamar, ekspektasi gaji. Nanti mungkin saya sama pak Al motong buat bertanya kalau ada yang kurang jelas.

“Nama saya Asih Ayuningrum umur 21 tahun, tinggal di Bekasi. Mahasiswi semester 5 di universitas X untuk sekarang sedang cuti kuliah…” ucapanku terpotong ketika pak Diman menaruh kopi di meja.
“Silakan pak”

“Makasih pak” jawab pak Toto dan pak Al bersamaan.

“Ayo lanjut lagi”

“Mungkin nanti kalau lanjut kuliah saya ambil program kuliah malam sehingga bisa sambil kerja. Saya mau kerja di sini karena saya butuh uang untuk membantu perekonomian keluarga. Ibu saya sedang sakit dan butuh perawatan yang intensif. Saya tidak tahu tentang pofesi sekertaris namun saya siap belajar dengan giat.”

“Ini Asih nggak mau njelasin tentang ukuran dada, pinggang, dan pingul ya?” tanya pak Toto.

Uhukkkk, pak Al tersedak ketika sedang menyeruput kopi.

“Bos, nggak sopan itu ditanyain waktu interview” kata pak Al
“Lho ini ada lho di CV dia yang dikirim kemarin”

“Nggak ada koq” timpal pak Al

Wajahku memerah, aku tidak ingat memasukkan ukuran tubuhku di CV yang kubuat. Kecuali…

“Pak Toto, boleh lihat CV yang di pegang pak Toto” tanyaku.

Hanya butuh waktu sedetik aku sadar bahwa itu memang CV-ku tapi yang lama. CV yang kubuat ketika melamar menjadi sales rokok tertera jelas ukuran dadaku yang hanya 32 A dan tinggiku yang hanya 160cm.

“Maaf pak, ini CV lama saya . Sepertinya kemarin salah kirim, yang dibawa pak Al itu yang baru” kataku sambil menahan malu.

“Hahahahahhaa, pantes koq cv-nya cuman begini. Ya udah lanjut lanjut. Ngomng-ngomng ini dulu buat daftar apa ya ?” tanya pak Toto dengan wajah penasaran bercampur geli.

“Dulu daftar sales rokok pak, karena kerjanya malam jadi nggak ganggu kuliah. Tapi setelah 4 bulan saya berhenti pak.”

“Pasti gara-gara nggak kuat digodain cowok ya”

“Bukan pak, saya nggak kuat dingin. Selama jadi sales jadi sering masuk angin”

“Owh begitu, berati kalau ngadepin cowok masih kuatlah ya. Oke lanjut”

“Gaji yang saya harapkan sekitar 3.5 juta, belum termasuk lembur.” Lanjutku.

“Oke kamu saya terima” kata pak Toto cepat.

“Lah gitu aja bos, terus ngapain tadi ngajakin saya ikut interview?”

“Ya kamu kalau mau tanya-tanya aja Al, aku nggak terlalu hobi interview kerjaan kayak gini. Pakai intuisi aja cukuplah”

“ehem, begini ya Asih. Karena pak tua ini memang dari dulu nggak jelas kalau interview, maka saya gantiin aja ya” kata pak Al tegas.

“Kenapa nggak ngelanjutin kuliahmu sampai lulus, kan kalau kamu sarjana kamu bisa cari kerja lebih baik dengan gaji lebih tinggi?”

“Saya sudah nggak ada biaya pak, ibu dulu yang menggantikan bapak sebagai kepala keluarga sakit-sakitan dan nggak kuat kerja”.

Pengalaman kerja sebelumnya selain sales rokok?”

“Kerja di pabrik pak, dibagian produksi, tapi cuma sehari, Saya nggak kuat sama beban kerjanya.”

“Pengalaman apa yang kamu dapat dari kerja jadi sales rokok”?

Wajahku memerah “saya jadi belajar hal-hal baru pak” jawabku malu.

“Seperti apa?” tanya pak Al lagi

“Kayak gitu nggak usah ditanyain Al, dia pasti belajar hidup keras di jalan, ngadepin bermacam macam orang baru ya semacam itulah” bela pak Toto seolah dia tahu aku tidak nyaman akan pertanyaan yang di ajukan.

“Kamu kan belum lulus kuliah Sih, jadi kukasih sebulan 4,5 juta belum termasuk lembur. Lembur juga kadang-kadang aja koq”

“Ehhh beneran pak 4,5 juta”

“Nggak mau? Mau 3,5 juta aja?” tanyanya menggoda.

“Mau pak, mau” jawabku dengan buru-buru”

“Oke, tapi aku mau kamu langsung kerja hari ini. Sambil belajar belajar apa yang mesti kamu lakuin. Nanti kamu bisa tanya sama Ratih, mantan sekertarisku yang lama. Sekarang tugas pertama kamu adalah, kamu ke HRD. Bawa berkas-berkasmu, selesain urusan kontrak dan apa yang mereka minta. Sementara ini kamu akan menjalani masa percobaan tiga bulan sampai diangkat jadi pegawai tetap. Itu formalitas aja sih, kecuali kalau kerjaanmu emang bener bener berantakan pasti nggak diperpanjang. Sudah sana keluar, kamu cari sendiri dimana HRDnya sambil kenalan sama yang lain.”
Setelah tanya kesana kemari, aku akhirnya aku menemukan tempat HRD. HRD berada di sebuah kubikal besar dan berisi setidaknya 10 orang yang rata-rata wanita.

“Permisi bu, saya mau tanda tangan kontrak buat jadi sekertarisnya pak Toto”

Seorang wanita muda yang memperkenalkan dirinya sebagai Sari membawaku ke ruangan yang lebih kecil. Di dalamnya hanya ada sebuah meja kecil dan dua kursi. Dindingnya seperti dilapisi karpet yang empuk. Sari menutup pintu rapat-rapat dan mengajak aku untuk duduk.

“Mbak Asih bisa baca kontraknya dulu sebelum tanda tangan. Tadi saya sudah di hubungi pak Toto kalau mbak Asih sudah deal di angka 4,5 juta diluar lembur. Karena lembur tidak dibayar perusahaan, lemburnya mbak Asih dibayar oleh uang pribadi pak Toto jadi mbak Asih tidak bisa menuntut perusahaan untuk membayar uang lembur. Mengerti ya mbak?”

“Iya jawabku”sambil bingung.

“Nanti tugas mbak Asih sesuai kontrak adalah Sekertaris atau asisten pribadi pak Toto. Jadi nanti mbak Asih yang mengatur jadwal dan mengingatkan pak Toto. Selain itu mbak Asih harus melayani semua permintaan pak Toto, ya seperti sekertaris pada umumnyalah.”

“iya mbak”jawabku lagi. Aku benar benar tidak tahu maksud pekerjaan sekertaris pada umumnya. Bayanganku soal sekertaris hanyanya figure wanita yang selalu tampil cantik dan mengenakan pakaian seksi.

“Kalau kontraknya sudah dibaca dan ditanda tangani. Ini tas buat mbah asih isinya laptop, hape sama nomernya. Id badgenya baru selesai besok, jadi kalau mau naik atau turun lift nanti numpang orang dulu ya”.

Jam 12 lewat baru semua tetek bengek karyawan baru ini selesai. Aku segera kembali ke ruangan pak Toto, namun beliau sepertinya sedang keluar. Kubuka laptop yang baru kuterima, namun ternyata harus login lebih dahulu, sementara Sari tidak memberitahuku apapun tentang hal ini. Aku pun berkeliling ruang pak Toto untuk melihat-lihat lebih detil. Salah satu yang menarik perhatianku adalah lemari kaca yang berisi bermacam benda-benda cindera mata. Ada berbagai macam batu akik warna warni dalam berbagai mangkuk yang berbeda. Ada keris kecil berwarna keemasan yang berbentuk seperti wayang kulit. Ada juga seikat bambu-bambu kecil yang memiliki dahan saling bertemu. Tropy tropy di lemari satunya kebanyakan tropy kejuaran golf ataupun memancing. Yang paling menarik adalah tropy berbentuk ikan marlin yang sedang menggeliat, seolah sedang melawan ketika terpancing.

“Mana yang paling bagus?” tanya suara di samping telingaku

“Aaaaaaaa” jeritku kaget karena pak Toto tiba tiba berada di sampingku.

“Hahahaahahah” pak Toto hanya tertawa saja melihat aku kaget.

“Ini kubawain makanan, tadi kelihatnya masih lama sama si Sari jadi kutinggal beli makanan dulu” katanya sambil menunjukan box makanan di tangannya.

Aku yang dari pagi belum makan pun hanya mengangguk saja, rasa sungkanku kalah oleh rasa lapar. Aku makan di meja kecil yang ternyata adalah meja skertaris yang memang diperuntukan untukku. Nasi kotaknya berisi nasi padang dengan lauk rendang yang sangat empuk dan gurih. Entah kapan terakhir kali aku makan nasi padang seenak ini. Selesai makan aku ditawari untuk tidur di sofa tempat aku duduk pertama kali, asalkan jam 1 aku harus sudah bangun. Aku hanya duduk duduk saja di sofa. Aku malu kalau sampai tidur di hari pertama kerja.

Namun rasa kantukku terlalu kuat, aku tiba tiba tertidur di sofa dalam kondisi setengah duduk. Dengan kondisi setengah sadar, aku merasa ada tangan yang mengelus elus pahaku. Lama-lama elusan itu menjadi remasan remasan di paha dekat dengan vagina. Mataku terasa berat untuk dibuka, dan badanku tidak mau digerakkan. Aku hanya dapat pasrah dan berharap tangan itu segera pergi dari pahaku. Beberapa saat kemudian remasan itu pun hilang. Bukan benar benar hilang, namun hanya berubah saja. Dia berubah menjadi jari, jari yang menelusuri payudaraku. Berputar putar dari sisi luar payudara seperti spiral yang mengecil hingga mencapai putting. Setelah beberapa kali berputar jari itu bermain main dengan putingku. Dipilin pilin dan dicubit cubit kecil ujung putingku. Kedua putingku dimainkan secara bergantian, aku masih tidak dapat membuka mata untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Sementara memainkan putingku, aku merasakan tangan satunya mencoba melepaskan kancing bajuku satu persatu. Aku berusaha untuk teriak namun tak ada suara yang keluar dari mulutku. Ketika tangan itu berhasil melepas semua kancing bajuku kini dia berusaha melepaskan kait braku. Aku berusaha meronta sekuat tenaga, namun tubuhku tetap diam tak bergerak. Sekarang tangan itu sudah berhasil melepaskan pengait dan sekarang dia berusaha melepas baju dan braku. Aku merasa lemah tak berdaya dalam keadaan tak berbusana ini. Aku tidak bisa melawan, bahkan untuk sekedar tahu pun aku tak mampu. Aku hanya dapat merasakan sentuhan sentuhan yang tidak bisa kulihat.
Sesuatu yang basah terasa menyentuh putingku, aku yakin bahwa itu adalah lidah. Dia menjilati kedua putingku, kedua belah payudaraku yang terpampang terasa basah kuyup oleh air liur. Ketika lidahnya bermain dengan salah satu putingku, tangan satunya bermain dengan putingku yang lain. Nafasku mulai memburu, aku dapat merasakan putingku yang makin mengeras dan sensitive. Gigitan gigitan kecil di putting membuat suaraku berhasil keluar. Namun bukan berupa teriakan, hanya desahan pendek dengan tempo yang teratur. Aku merasa vaginaku mulai basah, celana dalam yang kukenakan jadi terasa lembab. Klitorisku terasa gatal.

Seperti tahu isi kepalaku, tangan itu mulai menyingkap rok ku dan mulai menelusup ke dalam celana dalamku. Tangan itu berhenti sejenak untuk bermain dengan rambut kemaluanku. Rambut kemaluanku dipelintir dan dielus dengan halus seolah dia adalah benda yang sangat berharga. Tangan itu mulai mengelus elus vaginaku. Diusapnya vaginaku dengan tangannya yang lebar. Tangannya basah kuyup oleh cairan kewanitaanku. Jari tengahnya mulai bermain main dengan klitorisku. Aku seperti tersengat listrik setiap kukunya mengenai klitorisku.

Aku pasrah dengan apa yang sedang kualami, toh aku juga tidak bisa apa apa, jadi aku hanya bisa menikmati apa yang sedang terjadi. Sembari memainkan klitorisku mulutnya tetap ada dipayudaraku. Aku merasa vaginaku benar-benar basah. Cairan kewanitaanku terasa mengalir deras sampai di paha. Seumur hidupku belum pernah aku merasakan kenikmatan seperti ini.

Tiba-tiba nada dering hpku terdengar. Aku bisa membuka mataku, kulihat sekelilingku. Aku tertidur di sofa pak Toto sementara pak Toto sedang bekerja dengan laptopnya. Aku melihat hapeku yang berdering, adikku menelponku berkali kali. Tampak jam di hpku menunjukan pukul 4 lewat. Aku langsung meloncat berdiri setelah sadar akan apa yang terjadi. Aku menangis, aku menghadapa pak Toto untuk minta maaf.

“Pak maafin Asih ya, Asih tadi ketiduran. Jangan pecat Asih ya pak. Asih bakal ngelakuin apapun yang diminta pak Toto tapi jangan pecat Asih pak.”

“Apapun?” tanya pak Toto

“Iya pak apapun, tapi jangan pecat Asih pak” kataku sambil menangis sesenggukan

“Saya itu nggak ada niatan buat mecat Asih, tadi Asih mau saya bangunkan tapi koq keliatannya capek banget. Ya udah saya biarin, lagian kan kamu mulai bener-bener kerja tu baru besok bukan sekarang. Tapi soal tawaranya saya anggap serius lho” jawab pak Toto sambil tersenyum.

“Iya pak, saya bakal lakuin apapun”

“Air matanya diseka dulu, malu kalau ada orang lihat. Nanti dikiranya saya apain.” Katanya sambil memberikan saputangan dari kantong celananya”

“Terima kasih pak” jawabku dengan senyum yang di selingi sesenggukan.

Kuseka air mataku kemudian kutelpon balik adikku yang mengkhawatirkanku karena tidak memberi kabar apapun. Kuberitahu bahwa aku diterima bekerja, dan aku tahu disana adikku tersenyum bangga kepadaku.

Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd