Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[ Cerita Rasa ] MAMA

seravi_yvi

Guru Semprot
Daftar
6 Jun 2017
Post
553
Like diterima
654
Bimabet
* Bagiku waktu itu hanya tentang memori, kenangan indah atau menyedihkan yang aku jejalkan ke ingatanku.*

~~ Cerita Rasa ~~

Part I

Triiiiing Nguuiiing

Suara gaduh piring, sendok, dan gelas baku hantam di wastafel saat terlempar dari tangan wanita paruh baya berdaster warna biru. Ekspresi wajahnya muram, dia menyalakan keran dan mencuci tangan, kemudian menggosokan tangan basah pada daster yang dia pakai. Mata tak berkedip menatap air yang mengucur dari keran. Berharap air itu menyiram dan mendinginkan kepalanya yang terasa panas melepuh akibat otaknya yang terbakar emosi.

Di ruangan sama, tidak jauh dari si wanita paruh baya. Wanita yang jauh lebih muda mengenakan kaos putih polos dan celana pendek hitam duduk sambil mengepalkan tangan pertanda geram.

Wajah mereka sama-sama kusut tetapi aura kecantikan alami terpancar dari keduanya. Yang satu lebih matang dan dewasa, yang satu lagi lebih muda dan emosional.

Brak

Si wanita muda menggebrak meja kemudian berdiri, terburu merapikan celana pendek yang kusut. Nafas mendengus berat. Kepala menoleh ke arah wastafel, tatapan mata menyala seolah hendak membakar wanita setengah baya yang berdiri memungunginya.

"Mah!! Kok mama ribet banget sih?! Andre aja enggak protes !! Memangnya aku nyusahin mama? Enggak kan?!"

"Kamu punya anak, punya suami. Kamu engak bisa seenaknya, Vani!!"

Vani mendengus, melempar kaki menghantam lantai dengan kasar, melangkah masuk kamar pribadi, kemudian membanting pintu cukup keras.

Lagi lagi mereka bertengkar. Ribut anak vs Ibu yang sudah kesekian kalinya. Meskipun mereka sering ribut, tetapi cepat kembali akur.

Ajaib memang semesta ini, Mereka lebih mirip kakak adik, bukan Ibu anak. Perbedaan usia tidak begitu berarti bagi bentuk tubuh mereka.

Meskipun sudah 40an, kecantikan Lestari luar biasa. Bokong yang subur, buah dada yang ranum menggoda, serta kombinasi alis, bibir, mata yang elegan, memberi daya pikat luar biasa bagi lawan jenis.

Lestari mengusap wajah cantik yang sedikit basah menggunakan lengan. Hatinya pedih. Anak satu-satunya sudah menikah, tetapi masih tetap bertingkah seperti ABG. Benar-benar membuat dia gundah.

Gunjingan tetangga, ocehan teman-teman arisan, sering membuat telinga si Ibu panas, tetapi itu dapat dia tahan. Hanya saja, ketika sang anak mengeluarkan kata-kata yang tidak nyaman didengar kepada Andre, sang Suami. Lestari, sebagai ibu mertua tidak dapat mengontrol emosi. Dia merasa tidak becus mendidik anak, merasa berdosa.

Andre, suami Vani sangat sabar. Pantang berkata kasar. Itu membuat dia seperti budak penjajahan oleh Vani. Perbedaan usia mereka memang cukup jauh. Vani 22 tahun dan Andre 33 tahun. Tentu saja, kontrol emosi mereka berbeda.

"Dulu! Mama kan yang ngebet pengen aku cepet -cepet nikah ma Andre!! Katanya agar Andre enggak diambil orang. Mama suka maksa! Waktu itu aku masih muda dan belum siap dengan pernikahan. Jadi inis emua salah mama." Itu adalah kata-kata sakti milik Vani untuk melumpuhkan Lestari.

Lestari adalah orang yang punya andil paling besar sehingga Andre dan Vani menikah. Dia sangat cocok dengan Andre saat pertama kali Vani mengenalkan lelaki itu kepadanya. Saat itu, Andre merupakan seorang staff IT di SMP IVY. Pintar, pendiam dan sabar. Karakter idaman Lestari.

Vani melanjutkan kuliahnya setelah menikah dan punya anak. Keluarga dan suaminya setuju.

Seperti saat ini, Vani tidak bisa menahan hasrat berlibur ke Bali dengan teman kuliah. Tentu saja Mamanya menentang keras rencana itu, bagi Lestari, meninggalkan buah hati berjalan-jalan adalah dosa besar, tindakan tidak bertanggung jawab. Vani ngotot dengan keinginannya dan mereka bertengkar.

"Aku mau pergi. Ga papa kan, Mas? Bisa kan jaga Delfina? Lagian, dia udah hampir setahun. Kalau ada-apa apa telpon aku aja. "

" Iya, gpp. Aku akan jaga dia."

Andre selalu menurut, itu yang membuat Lestari, sang mertua jengkel. Vani selalu memanfaatkan kebaikan Andre!

Rumah Andre dan Mertuanya hanya berjarak tempuh sekitar 20 menit perjalanan mobil. Lestari kadang ikut menginap merawat Delfina kalau ada waktu senggang. Dia punya usaha catering dan masakan rumahan yang harus di urus. Meskipun hanya berjualan online, dia cukup sibuk. Sebenarnya uang dari suami sudah cukup, tetapi dia tidak suka diam. Orang yang cukup aktif.

Lestari berasal keluarga yang sangat menjaga sopan santun dan menjunjung nilai moral. Mebicarakan seksualitas secara gamblang saja membuat dia merasa sangat malu. Pernikahan adalah sesuatu yang sangat suci baginya. Pengkhianatan dalam pernikahan tentu saja dosa besar. Dia sangat percaya diri, dia tidak pernah ada niat selingkuh, itulah yang membuat dia tidak pernah posesif kepada sang suami. Dia selalu percaya kalau sang suami akan menjaga keutuhan rumah tangga.

Suami Lestari adalah teknisi pertambangan, dia sering ke luar kota. Dalam setahun, waktu dirumah mungkin hanya 20 persen.

Berbeda dengan Andre yang sekarang sudah menjadi seorang pembuat aplikasi mobile, dia lebih banyak bekerja di rumah ketimbang di kantor atau lapangan. Saat Vani berlibur ke Bali, untung saja proyek Andre sudah tidak banyak. Istrinya tidak mengijinkan ikut karena itu adalah acara kampus. Lagipula, Delfina masih kecil untuk perjalanan jauh.

Delfina tidak terlalu rewel, dia sudah sering minum susu formula dari dot. Dari pagi sampe sore, ada 'bibik' pengasuh yang merawat Delfina.

Andre sudah terbiasa menganti popok dan memandikan anaknya. Dia lebih sering punya waktu di rumah karena pekerjaannya kebanyakan online.

Saat ini bulan November. Hujan lebih sering turun. Cuaca tidak menentu.

Itu yang membuat Delfina demam di hari kedua kepergian Vani.

" Ma, jangan kasi tau Vani. Nanti dia bad mood. Biar acaranya di Bali enggak tergangu." Pinta Andre, dia sudah terbiasa memanggil wanita yang lebih tua 7 tahun darinya itu dengan sebutan 'mama', mama mertua.

Lestari mengangguk sambil menghela nafas, matanya yang indah sayu menatap wajah Andre. Dia kagum dan benar-benar simpati kepada pemuda itu.

Andre ditemani Lestari sang mertua, memeriksakan Delfina ke dokter, takut gejala lebih parah.

"Anak ibu jangan dikasi main air. Kasi obat ini biar bisa istirahat," ujar sang Dokter anak sambil memberi intruksi asistennya supaya mengambilkan obat.

"Kalau anaknya rewel, kasi ASI aja, Bu. Obat paling ampuh itu. Dulu, anak saya sampe umur setahun lebih saya kasih ASI. Jarang banget rewel."Saran si asisten. " ASI Ibu normal kan?"

" ASI saya? Maaf, saya bukan ibunya. Itu cucu saya," Lestari malu. "Tapi makasih sarannya, nanti saya sampaikan ke anak saya."

"Hah? Anda neneknya? Masih keliatan muda banget? Masa udah punya cucu?" Mbak asisten dokter kaget tidak percaya. "Saya kira Bapak dan Ibu pasangan loh? Kelihatan pantas dan serasi banget."

"Hihi, Ibu bisa aja. Saya udah tua dan dulu nikah muda. Dia menantu saya," Wajah Lestari memerah, dia merasa malu tapi senang dipuji dan dianggap muda.

Malam itu sepulang dari dokter. Rasa khawatir Lestari kepada cucu tersayangnya membuat dia berhasil memaksa Andre menginap di rumahnya. Kalau ada mereka berdua, menjaga Delfina pasti lebih gampang. Suami Lestari juga tidak ada di rumah, sudah seminggu ke luar kota.

Malam itu hujan turun deras, udara sangat dingin. Andre tidur di kamarnya, sementara Lestari tidur di kamar sebelah dengan Delfina. Untung saja, Delfina tidak rewel setelah minum obat.

Lestari lega, udara dingin membuat dia memutuskan membungkus tubuhnya dengan selimut tebal. Dia memejamkan mata melepas lelah, terasa begitu nyaman. Kesadaran Lestari perlahan memudar, tubuhnya terasa rileks dan semakin tenang.

Rasa nyaman tiba-tiba berubah menjadi sensasi aneh. Dia merasakan tangan kekar menyibak selimut dan menyentuh pahanya.

Tangan itu membelai lembut, tetapi makin lama meremas semakin kasar. Persis seperti yang sering suaminya lakukan ketika mengajaknya bercinta.

Lestari memberontak tetapi tidak bisa. Wanita itu yakin kalau itu bukan perbuatan suaminya.

Lestari menyentakan tubuh membuka mata, tetapi semua hitam pekat. Dia tidak bisa melihat. Kamar tidurnya menjadi sangat gelap. Dia sesak, tidak bisa bergerak.

Dia merasa tubuhnya ditindih, berat dan tidak mampu bergerak melawan. Lestari tidak berkutik, bahkan rabaan itu muncul di seluruh tubuhnya. Payudara, leher , selangkangan, semuanya diraba.

Angin berdesir membelai kulitnya. Lestari sadar kalau dia sudah tidak berpakian dengan benar. Mungkin saja pakainnya sudah acak-acakan atau bahkan lespas.

Tolong! tolong!

Teriakan Lestari tenggelam di tenggorokannya. Dia melawan sekuat tenaga dan berhasil melihat sekilas. Makhluk hitam besar menindih tubuh dan mencoba memasukan sesuatu di antara kedua pahanya.

Tidak!! Tolong!!

Lestari memejamkan mata kuat. Dia menangis, hendak berontak tapi tak mampu. Saat dia kembali membuka mata. Dia melihat menantunya di dekat pintu. Lestari lega. Dia mengangkat tangan.

"Andre, tolongin mama! "

Andre datang bak pahlawan. Dia bergegas cepat, bergulat dengan makhluk hitam yang tadi menindih Lestari. Lestari melihat dengan raut khawatir, tapi dia melihat Andre begitu kuat dan menang dalam pertarungan, Makhluk hitam itu lenyap. Lestari lega sekali.

Lestari berdiri dan meskipun sangat kelelahan, dia berlari berhambur ke arah Andre. Memeluk sang menantu dengan erat. Tidak perduli tubuhnya yang tanpa pakaian.

"Ndre.. mama takut banget!" Air mata wanita itu tumpah.

"Jangan takut mah, ada Andre di sini!"

Lestari mendekap dan mempererat pelukan. Andre juga memeluknya penuh kehangatan dan memberi rasa perlindungan.

Tangan Andre mengusap rambut Lestari, mengelus kulit punggung yang tanpa terbungkus baju. Lestari menyukai pelukan sang menantu. Dia menyukai momen itu.

Andre!! Lestari tersentak kaget saat sadar kalau Andre yang ada dalam pelukannya sudah telanjang bulat. Dan dia juga telanjang. Payudara yang kenyal bergesekan dengan kulit dada Andre. Sensasi hangat memabukan. Dia hendak melepas pelukan tapi sudah terlambat, dia tidak mampu. Andre terlihat berbeda dari yang dia kenal.

Lestari pasrah saat wajah sang menantu terbenam di leher dan kemudian menjelajah payudaranya. Mengecup dan membelai putingnya dengan lembuh.

"Ohhh... Andree!"

Lestari seperti terhipnotis. Andre terlihat begitu tampan dan gagah, menindih tubuh sang mertua kemudian perlahan begerak dan bergoyang.

Lestari merakan tubuhnya terguncang hebat oleh hentakan-hentakan yang diberikan oleh Andre. Dia tidak merasa berdosa, dia tidak ingin menolak. Lestari menginginkan lebih. Dia ingin kenyaman, cinta dan perlindungan, tapi juga kepuasan.

"Mama... Maaa,"

Lestari mendengar suara merdu Andre menyebut namanya. Tapi ada yang aneh, semakin jelas suara Andre, semakin berkurang kenikmatan yang Lestari rasakan.

"Mama!"

Suara itu membuat Lestari ditarik paksa ke alam sadar. Wajah Andre adalah yang pertama dia lihat ketika membuka mata.

"An... Andre!"

Andre menatap mertuanya dengan pandangan aneh.

"Maaf ma, mama tidur gelisah sekali. Andre khawatir, makanya Andre bangunin. " Ternyata Andre menguncang tubuh Lestari dari tadi.

Mimpikah barusan? Lestari mengejapkan mata berusaha mengumpulkan kesadaran.

"Tangis Delfina kenceng sekali. Jadi Andre masuk ke kamar mama. Maaf ma," Andre membopong Delfina dan mencoba menenangkan sang bayi.

Loading otak lestari sudah lebih dari 90 persen. Dia panik dan melihat pakaiannya. Semua masih utuh dan dia tidak telanjang bulat. Dan Andre, masih sama, mengenakan pakaian.

Mimpi!! Sialan! Mimpi kurang ajar. Bisa bisanya aku bermimpi seperti itu. Lestari mengutuk diri. Keringat dingin muncul di kening Lestari.

"Mama kenapa?" tatapan Andre menusuk jantung sang mertua . Lestari gelagapan mencari jawaban.

"Mama mimpi buruk tentang kamu Ndre, mama takut terjadi sesuatu yang buruk sama kamu..," Lestari menjawab tanpa berpikir, tentu saja dia tidak mungkin jujur.

"Oh! Pantesan mama nyebut nama Andre tadi."

"Hah!!" Mulut Lestari menganga, dia merasa jantungnya dipukul keras. "Nyebut nama gimana?" Si mertua cantik pasang wajah panik.

"Kayak mangil gitu," jawab Andre santai.

Mimpi sialan! Lestari super malu, salah tingkah, bisa-bisanya dia bermimpi jorok seperti itu. Padahal, dalam dunia nyata, dia sama sekali tidak pernah berpikir yang menjurus ke arah seksual terhadap menantunnya.

Lestari adalah wanita setia. Dia sama sekali tidak pernah berselingkuh. Bahkan berniat pun tidak ada, meskipun dia cantik dan menarik bagi banyak lelaki.

Lestari bukan orang yang memandang fisik sebagai tolak ukur, dia menghargai kecerdasan. Dia suka cara berpikir seseorang. Itulah kenapa dia sangat menghormati dan mengagumi Andre, kegantengan Andre termasuk bonus baginya.

Delfina masih menangis, Andre susah payah menenangkan.

"Coba mama yang gendong Delfina," Pinta Lestari. Tangis Delfina digunakan sebagai pengalih perhatian. Dia ingin segera mungkin melupakan mimpi itu.

Jam sudah menunjukan pukul 2 malam. Delfina kadang diam, tapi tiba-tiba menangis. Tidak bisa tertidur dan gelisah. Susu formula yang dibuat Andre tidak mau dia minum.

" Ma, gimana kalau mama kasi susu mama aja. Siapa tau dia bisa tenang."

"Hah? Susu?! Maksudnya payudara mama? Enggak ah!" Lestari spontan menolak,"Kan enggak ada ASI-nya. Percuma."

"Tapi bisa dicoba, ma. Bo'ongin aja. Siapa tau dia mau diem. Kalau nelpon dokter juga susah malem-malem gini." Wajah polos Andre membuat Lestari goyah.

"Iya deh," Lestari menyerah dan setuju dengan ide Andre. Toh semua demi cucu tersayangnya juga.

"Matiin lampu aja kalau mama enggak enakan. Andre enggak ngintip kok. " Andre berusaha menghilangkan rasa tidak nyaman mertuanya dengan keluar kamar. Lestari menganguk.

" Diem ya Delfina sayang. Ini mimik susu," ujar Lestari sambil mengengam dot susu formula, menempelkan ujung dot di puting payudaranya.

Delfina menyedot ujung dot dan juga puting payudara Lestari. Si bayi jadi lebih tenang dan berhenti menangis. Senyum merekah di wajah Lestari. Tapi anehnya, dia merasakan sensasi geli saat bibir sang bayi menyedot dan membelai putingnya.

Lestari menundukan kepala, menatap wajah polos sang bayi yang menyedot puting payudaranya yang kemerahan. Astaga! Payudaranya tiba-tiba jadi mengeras.

Dalam pandangan mata Lestari, wajah Delfina mendadak mendadak berubah menjadi wajah Andre. Dia melihat sang menantu menyedot putingnya dengan rakus. Mirip mimpinya tadi. Lestari shock dan mendelik.

"Arghhhttt!!" Lestari berteriak spontan karena imajinasi yang dia buat sendiri. Imajinasi busuk yang entah sejak kapan hinggap di kepalanya.

"Kenapa mah?" Andre mendongak di pintu.

"Delfina nakal, dia gigit mama!" Lestari menutup payudara dengan tangan.

Andre tahu apa maksud mertuanya. Refleks dia melirik ke payudara Lestari, meski samar dia bisa melihat sekilas bentuknya. Andre mbuang muka, lelaki itu merasa tidak nyaman.

" Mama enggak apa-kan?"

" Enggak apa-apa. Mama kaget aja. Tapi ide kamu bagus ya, Ndre. Delfina mau diem." Lestari menjawab sambil menenangkam debaran jantungnya.

Andre keluar, ketika sudah tidak tampak dari pandangan Lestari. Perempuan itu memejamkan mata kuat-kuat. Dia berusaha membuang wajah lelaki itu dari imajinasinya.

Gila! Kamu sudah gila Lestarii!! Perempuan itu mengutuk diri sendiri. Bagaimana mungkin dia bisa bermimpi seperti itu. Mimpi yang gila dan sungguh aneh. Bahkan di kehidupan nyata, tidak sama sekali terbersit pikiran untuk berkhianat kepada suami dan lebih gila lagi, dengan menantu.

Iihhhh.... Lestari bergidik ngeri. Kalau semua itu terjadi, berarti dia sudah gila. Tidak waras!

Lestari termasuk istri setia. Semenjak pernikahannya 23 tahun lalu. Dia tidak pernah selingkuh. Hubungan dengan suaminya juga baik-baik saja. Dia tidak banyak bergaul dengan teman perempuan selain pekerjaan dan catering.

Lestari menikah saat berumur 17 tahun. Termasuk pernikahan kuno karena dia tidak pernah pacaran. Dia tidak tau rasanya jatuh cinta seperti remaja kebanyakan. Dia menikah karena dijodohkan, dan dia tidak pernah keberatan karena itu. Dia menjalani pernikahannya dengan baik.


***

Huh! Mimpi terkutuk !

Seminggu lebih, mimpi itu, membuat Lestari seperti gila. Resah, tidak nyaman, sungkan dan juga malu ketika bertemu Andre. Padahal Andre tidak tahu sama sekali yang terjadi, tetapi tetap saja Lestari malu.

"Lestari!!! Itu cuma mimpi! Tenangkan dirimu!" Berapa kali hati nurani Lestari berteriak.

Dua minggu berlalu dan Lestari sudah bisa berdamai dengan mimpinya.

Delfina sang cucu, diudang ke acara ulang tahun salah satu anak teman Lestari. Hanya saja, Vinna tidak bisa hadir, dan wakilnya adalah Lestari dan Andre untuk mengawal Delfina.

"Cantiiik sekali Delfina, mirip banget ama kamu Tarii. Kamu cocok lo kalo jadi mamanya! Iya kan Cindy?"

"Iya, cocok banget. Bikin adik lagi dong buat Vani. Biar enggak kesepian. Xixixi,"

"Kamu juga serasi kalo jalan sama Andre. Mirip suami istri, bukan menantu."

Merah padam wajah Lestari mendengar ocehan kurang ajar temannya. Mereka seolah tidak menghormati hubungan dia dan Andre. Menantu dan Mertua!

" Hush, kalian jangan gitu. Nanti menantuku dengar. Jangan sampe dia kapok nganterin saya." Lestari berusaha tenang dan lembut, padahal hatinya dongkol.

"Oh, sekarang ada yang ketagihan dianter menantu ganteng ? "

"Tapi bener lo, menantumu gagah sekali! Aku juga mau kalau dikasi." Gelak tawa teman-temannya semakin kencang.

Mulut mereka semakin kurang ajar!! Lestari memgumpat dalam hati. Mereka hanya sekedar kenalan. Bukan lebih, mungkin saja mereka sengaja memanas-manasi Lestari.

" Eh, Tarri! Hati-hati, Menantumu diembat Yetti si Janda gatel. Dia gak peduli suami orang atau bujang. Main sikat aja. Xixixi"

Salah satu teman Lestari menunjuk ke arah Andre yang sedang bicara dengan seorang wanita berdandan menor yang sedang membopong Delfina. Mereka tertawa cukup akrab. Saling lempar senyum.

Wajah Lestasi menekuk, dia hampir lepas kendali. Ada rasa tidak nyaman melihat Andre digoda. Wajar saja, kan Andre menantunya. Suami dari anak kesayangannya. Sudah sewajarnya dia menjauhkan Andre dari tukang goda. Harus!

***

Lestari suka kesibukan meskipun usianya tidak lagi muda. Bentuk tubuh yang masih ideal membuat dia bisa super aktif. Selain mengurus Gofood di rumah. Dia juga punya usaha catering. Andre sering membantunya kalau urusan usaha rumahan itu.

Kali ini, Andre tidak bisa membantu sang mertua.

"Hati-hati sayang... jaga cucu mama baik-baik," pesan Lestari kepada anak dan menantunya. Mereka akan pergi berlibur selama satu minggu, tentu saja bersama Delfina juga.

"Mama juga jaga kesehatan. Istirahat yang cukup ya,Mah!"Ujar Andre. "Mah, cari karyawan part time buat catering minggu ini."

"Santai aja, mama bisa kok. Mama ini super women, Hihi."

Yaps! Hari super sibuk menunggunya seminggu kedepan, dan buruknya lagi. Andre, yang biasa manjadi tukang belanja, asisten dan juga sopir, sekarang tidak ada.

"Si Andre mana?"

"Jadi kangen ama Gojek-mu yang gagah,hihi"

Banyak teman Lestari mengenal Andre dan menanyakan lelaki yang menjadi menantunya itu. Lestari bangga punya menantu seperti Andre, tetapi terkadang dia risih karena godaan teman-temannya.

***
Kesehatan tidak ternilai harganya, itu kata orang yang sakit.

Sperti yang terjadi pada Lestari seminggu kemudian, Lestari sakit dan masuk rumah sakit.

"Mama sih ngeyel! Udah dibilangin supaya banyak istrahat, malah maksain kerja!" Vani mengomel dengan wajah kesal.

Lestari cuek dengan ocehan putrinya, dia terbaring lemah di ruang VIP Rumah Sakit. Wanita itu opname. Kurang istrahat dan makan tidak teratur saat menangani catering selama satu minggu adalah penyebabnya.

"Aku yang jagain mama, kamu fokus kuliah aja, sekalian tengok Delfina di rumah," ujar Andre.

Vani setuju, menghabiskan waktu lama berdua dengan ibunya hanya akan membuat banyak pertengkaran.

"Akhirnya super women tepar juga! Haha," Andre tertawa sambil menatap mertuanya yang sedikit pucat, tapi masih terlihat cantik anggun.

"Kamu sih enak, liburan! Mama capek gak ada bantuin!" Lestari cemberut dengan raut sedikit manja.

"Enggak pake part time?"

"Enggak, biasanya mereka susah diatur. Daripada mama tambah stress, mending bedua ama Stella aja."

"Dan akhirnya di RS, iya kan?"

Lestari tidak menyahut, pasang wajah jengkel, tapi hatinya gembira. Andre adalah penunggunya yang paling setia. Lelaki itu beberapa kali memaksa dia makan. Menemani ngobrol. Delfina sesekali datang bersama Mbak pengasuh. Andre bisa bekerja di RS, hanya bermodal Ipad,laptop dan koneksi internet.

Beberapa hari kemudian, pihak rumah sakit memberi ijin Lestari untuk pulang.

"Mama udah kembali cantik," puji Andre.

"Emang biasanya gimana?" Alis Lestari menekuk.

"Pucat, apalagi pas Andre pertama kali jenguk di RS. Mirip zombie, tapi tetep cantik sih, sekarang makin cantik."

Lestari tidak bisa menahan senyumnya. Andre memang kadang polos dan lucu, tapi pujian itu membuat dia berbunga-bunga. Kehadiran sang menantu memang selalu memberi warna berbeda.

"Cantikan mana? Mama atau vani?"

"Kalau Vani cantik luar dalam. Kalau mama cantik luar aja."

"Trus dalamnya enggak cantik?"

"Enggak tau, kan belum pernah liat? Tuh masih dibungkus pakaian."

"Eh, maksudmu?"

Andre tertawa, Lestari mencoba berfikir, tetapi kemudian ikut tertawa. Dia mengerti maksud Andre. Dia tidak marah dengan candaan itu.

***

Umur Delfina sudah 1,5 tahun. Cucu Lestari itu sudah belajar berjalan dan berbicara. Vani semakin sibuk dengan kuliahnya yang hampir mendekati akhir.

Dua hari terakhir Andre tanpa kabar dan tidak membantu Lestari seperti biasanya. Lestari merasa sedikit aneh, terlebih ada hal yang membuat mood Lestari turun drastis tadi pagi.

Perasaan tidak enak itu bertambah besar dan memuncak menjadi rasa gelisah saat dia melihat Vani di rumah. Sedang duduk di meja makan bersama Bibi dan Delfina. Vani di rumah, biasanya adalah pertanda Buruk. Ngambek? Bertengkar dengan Andre? Tapi tidak biasanya ada Delfina.

"Suamimu mana?" tanya Lestari.

"Entahlah?" Vani mengangkat bahu.

"Kalian ribut lagi?"

"Enggak!"

"Kamu enggak cari tau suamimu dimana?" Bola mata Lestari membara, menatap garang ke arah Vani yang bermain handphone tanpa menggubris ucapannya.

"Di rumah mungkin."

" Enggak ada. Mama udah sempet nyamperin!"

"Andre udah gede, Ma. Kalau mau pulang, ya pasti pulang!"

"Dasar sial.. " Umpatan Lestari di telan ludah sendiri, untung saja tidak sampai ke telinga anaknya. Kepala wanita itu seperti mau pecah. Untuk pertama kalinya dia merasa marah luar biasa pada Vani.

"Dia ribut apa sama kamu? Sampe dia enggak ngasi kabar?"

"Kenapa mama enggak tanya dia langsung? Kan mama deket ama dia!!"

Mulut kurang ajar! Untuk pertama kali dalam hidupnya, Lestari ingin mencabik mulut anaknya. Vani memang tidak punya hati.

"Kamu selingkuh kan?"

"Apa?!"

"Jangan mengelak. Mama liat kamu sama si brengsek, mantan kamu itu!"

Vani mendelik ke arah mamanya,"Jangan sebut dia brengsek!! Dan Vani tidak selingkuh!!"

"Kamu itu egois! Kamu mestinya mikirin Andre! Mikirin anak kamu! Bukan hanya keluyuran dan main-main!"

Vinna tidak menjawab, dia menangis. Seperti biasa, dia langsung kabur ke dalam kamar, membanting pintu dan tidak mau keluar.

Kepala Lestari panas sampai ke ubun-ubun. Tangannya bergetar memegang handphone saat hendak menelpon suaminya. Tidak ada yang menjawab panggilan teleponnya sehingga emosinya semakin memuncak.

Siiialll! Ayah anak sama aja! Gak ada rasa! Gak ada tanggung jawab.

Tarikan nafas Lestari pendek cepat. Dia mencoba menstabilkan emosi. Tapi tidak bisa.

Tiga hari berlalu. Lestari menduga kalau ada pertengkaran hebat antara Andre dan Vani.

Kali ini pertengkaran mereka terasa berbeda bagi Lestari. Untuk pertama kali, Andre menitipkan Delfina di rumah, dan lelaki itu tidak datang mencari Vani. Biasanya setiap bertengkar, paling telat satu hari, Andre sudah datang ke rumah dan membujuk Vani. Saat ini, sudah lewat tiga hari dan Andre tidak tampak.

Bukan hanya itu yang membuat otak Lestari terbakar. Dia melihat Vani bertemu mantan pacarnya sebelum pertengkaran dengan Andre. Kalau memang itu yang menjadi masalah, berarti Vani sudah bertindak terlalu jauh. Sudah keterlaluan.

Selain menitipkan Delfina dan tidak menjemput Vani. Hal terburuk yang dilakukan Andre adalah tidak menghubungi Lestari sama sekali. Ini aneh, sangat langka dan tidak biasa. Jangan sampai sesuatu yang buruk terjadi pada menantunya. Lestari takut, khawatir dan gelisah.

Tiba-tiba Andre mengirim pesan kepada Lestari,

"Ma, Maaf ya. Aku sibuk dan enggak bisa bantu Mama. Kalau penting, aku di hotel IVAIVY selama seminggu. Telpon aja ke hotel. Oh ya. Minta tolong jagain Delfina."

"Loh, kenapa ke hotel?"

Tidak ada jawaban lagi atas pertanyaan Lestari. Sang mertua merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan menantunya. Dia mencoba menelpon, tapi tidak diangkat.

Aku harus menemuinya. Jangan sampai terlambat! Lestari bergegas memacu kendaraannya ke Hotel IVAIVY Dia ingin bertemu lelaki itu. Dia ingin menjadi penengah. Dia tidak ingin kepalanya meledak gara-gara masalah yang sudah hampir tidak muat di kepalanya.

Setelah satu jam perjalanan, Lestari sampai di tempat tujuan. Hotel yang dikelilingi sawah yang asri.

Celana panjang warna hitam dipadu dengan kemeja lengan panjang warna biru muda merupakan kombinasi pakaian yang mebuat Lestari tampak semakin anggun dan menawan. Lestari penuh percaya diri saat memasuki lobby hotel, dia mencoba menelpon Andre tetapi menantunya tidak menjawab. Dia mulai khawatir hal buruk menimpa sang menantu.

Lestari mencari Receptionist dan menanyakan guest dengan nama lengkap Andre. Dia mendapat info, kamar Andre berada di kamar 303.

Lestari bergegas menaiki lift. Dia mengetuk kamar Andre beberapa kali dan tidak mendapat jawaban. Mondar mandir beberapa kali di depan kamar, tetapi tidak ada tanda-tanda pintu akan dibuka.

Panik! Lestari berjalan buru-buru ke Lobby. Dia meminta receptionist menelpon kamar Andre. Tiga kali panggilan telpon, tetap tidak ada jawaban.

Ibu cantik itu putus asa. Beberapa kali mengacak rambut panjangnya dengan jari. Percobaan terakhir, dia menelpon Andre, tetap tidak terjawab.

Dia melirik jam sudah menunjukan pukul 8 malam. Tubuhnya terasa lemas, tangan gemetar, dia belum makan dari tadi siang. Pantas saja dia lapar.

Restoran di hotel adalah tempat yang dia tuju. Cukup ramai malam itu. Dia melirik ke sana kemari, berharap ada Andre di sana, tetapi yang dia cari tidak terlihat.

Nasi goreng special sudah cukup mengenyangkan perutnya. Lestari lebih tenang.

Derreiiing

Tiba-tiba hapenya berdering. Andre yang menelpon. Lestari sumringah, dia buru-buru mengangkat telpon.

"Halo..
Andre...
.. Andre.
Haloo.. bisa denger mama"

Eh, kok malah mati. Tidak ada jawaban dari Andre. Alis Lestari mengkerut.

"Hehehe.."

Tiba-tiba wanita itu dikagetkan oleh suara tawa di belakangnya. Lestari memutar tubuh, dia melihat Andre berdiri sambil tersenyum memandanginya.

"Andre.. kamu ada-ada aja," Lestari lega sekaligus kesal. Wajahnya memerah dan dia memukul pundak menantunya.

"Mama toh yang nyariin aku." ujar Andre. " Tadi mbak resepsionis bilang kalau aku dicariin istri aku, katanya istri aku panik. Eh, ternyata mama, kirain beneran Vani."

Lestari tersenyum kecut, "iya. Mama yang nyariin kamu, bukan vani."

"Sendirian?"

Lestari menganguk. Dia tidak melepaskan pandangan dari wajah Andre. Dia dapat melihat raut lelah di wajah lelaki itu.

"Kamu masih sibuk? Udah makan? Ada yang mau mama omongin. Mungkin agak lama."

"Ngobrol di sini?"

Lestari melihat sekeliling, cukup ramai dan berisik. Selain itu ada live music yang cukup keras.

"Cari tempat lebih sepi aja."

"Loby? Restoran lain? kamar ku?"

"Kamar hotelmu aja biar cepet."

Satu ruangan dengan Andre bukanlah hal yang asing dan perlu ditakutkan oleh Lestari. Dia pernah dirumah Lestari, di rumah Andre, berdua saja. Tidak pernah terjadi apa-apa. Andre tidak pernah kurang ajar. Hubungan mertua menantu selalu terjaga baik.

Andre setuju, mereka masuk ke kamar hotel lantai tiga. Suasana di sana sangat nyaman.

Kamar cukup luas dan bersih dengan sprei warna abu-abu.
Andre merapikan tempat tidur yang penuh dengan laptop dan alatnya bekerja.

Lestari duduk di sofa yang terdapat di teras kamar, teras dan kamar tidur terpisah oleh pintu kaca. Pemandangan di sana cukup bagus karena menghadap hamparan sawah luas. Karena malam, jadi yang terlihat hanya kelap-kelip lampu di kejauhan. Suasana hening jadi cukup bagus untuk mereka berbicara.

"Mama udah mandi? Di sini ada air hangat kalau mau mandi,"

"Udah tadi, sebelum ke sini."

"Pantesan masih wangi. Hehe."

"Halah, bisa aja kamu. Ini kan parfum oleh-oleh dari kamu pas liburan dulu."

Basa basi sudah selesai. Sekarang raut wajah Lestari lebih serius.

"Ndre, walau kamu dan Vani sering bertengkar. Mama minta tolong, kamu jangan tinggalin Vani..."

Andre menunggu Mamanya meneruskan ucapan.

"Terutama Delfina. Dia sangat butuh kalian. Mereka susah hidup tanpa kamu," Tatapan mata Lestari penuh permohonan pada sang menantu "Mama bener-bener takut, Ndre. Kalau kamu ninggalin mereka."

Andre menarik nafas panjang. Dia diam tetapi seperti sedang berpikir keras. Menatap ke arah kejauhan.

"Mama minta maaf karena Vani keterlauan sama kamu. Dia manja,egois."

Andre tersenyum menatap Lestari. "Mama kecapaian ya, berfikir negatif aja," ujar Andre.

"Mama khawatir banget. Kamu.. tidak akan ninggalin Vani kan?" Lestari butuh jawaban. Tatapan matanya mengiba.

"Menurut mama?" Andre menjawab dengan pertanyaan yang membuat Lestari bingung.

"Kok mama?" Wanita itu manatap Andre, dia tidak paham.

"Semua tergantung mama. Kalo mama mau Andre pergi, aku pergi. Kalau mama mau Andre tetap bertahan, Andre akan bertahan."

Lestari diam. Dia mencoba menerka arti ucapan itu.

"Mama sayang kan sama Andre?"

"Iya, sayang sebagai mertua."

"Oh! Kalau enggak jadi mertua lagi. Berarti enggak sayang?"

" Ehhmm...Ya.. tetep sayang, Ndre."

"Sayang sebagai apa?"

"Ih...kamu malah bercanda. Mama serius!"

"Andre juga serius, Ma. Sayang sebagai apa kalau aku udah pisah ama Vani?" Pertanyaan Andre membuat Lestari terjebak.

"Kalau kamu pisah sama Vani. Mama tidak akan sayang kamu lagi. Mama akan benci kamu. Benci sekali. " itu satu satunya jawaban yang Lestari punya, meskipun dia meragukan jawabannya sendiri. Benarkah dia bisa membenci Andre? Tidak! sepertinya tidak bisa. Apalagi kalau penyebab pisah mereka adalah kesalahan Vani. Bukannya benci, dia pasti akan iba pada Andre.

"Kalau aku, meskipun pisah sama Vani. Aku akan tetep sayang sama Mama. Tetep kagum dengan Mama. Tetep anggap mama wanita tercantik. Meskipun mama benci sama Andre."

Ucapan Andre begitu polos tetapi efeknya begitu hebat. Kata-kata itu membuat jantung
Lestari melompat-lompat. Dia merasa tersanjung. Dia merasa perasaannya berbunga-bunga. Gila! Kamu tidak waras Lestari! Hati kecilnya mencoba menenangkan perasaannya. Yang memuji kamu itu suami anakmu. Kamu kesini untuk mendamaikan mereka.

"Ya.. Mama juga akan tetap sayang kamu. Seberapa buruknya hubunganmu dengan Vani dan Delfina. Mama tetep sayang kamu." Lestari tidak percaya dia akan mengucapkan kata itu kepada menantunya. Dia terlalu cepat mengubah pendirian, dari benci manjadi sayang, dia plin-plan dihadapan Andre. Itu seperti ucapan cinta. Cinta yang sangat terlarang. Sangat tabu.

Lestari hendak melarat ucapannya atau berharap Andre tidak mendengar. Tetapi sang menantu bergerak lebih cepat. Dia merangkul bahu Lestari dan menarik sang mertua ke dalam pelukannya.

Andre membenamkan wajah mertuanya dalam dada bidangnya. Dia mengusap rambut yang hitam dan berbisik.

"Apapun yang terjadi, aku tetap sayang mama. Tetap sayang kalian dan tidak akan berpisah."

Bisikan Andre, meluluhkan hati Lestari. Entah kenapa dia menangis. Haru? Lega? Atau karena kejujuran Andre. Atau karena sudah sukses menumpahkan keluh kesahnya kepadal lelaki itu Air matanya membanjiri dada sang menantu. Lestari sadar, pelukan itu terlalu hangat baginya. Pelukan yang tidak pantas dia dapatkan. Pelukan yang bukan seharusnya untuk dirinya. Dia menggeliat berusaha melepaskan pelukan Andre.

Andre tidak membiarkannya. Dia memeluk Lestari lebih erat, melingkarkan kedua tangan di tubuh sang mertua, begitu erat. Lestari menyerah.

Malam ini, Andre terlihat berbeda dimata Lestari. Andre lebih jantan, menantunya terlihat menjadi lelaki yang begitu menawan. Tegar dan kokoh. Lestari menyukainya. Dia merasa aman dan nyaman dalam pelukan Andre.

Bibir Andre mendekat ke telingga Lestari, "Mama cantik luar biasa. Cantik di luar dan pasti cantik di dalam. Andre bisa buktikan sekarang..."

"Cantik di dalam? Eh...maksudmu?"

Lestari paham kemana arah kata-kata Andre. Ini salah! Ini tidak benar! Kamu harus menjauh Lestari! Sekarang!!! Dia menantumu! Itu dosa! Terkutuk!

Teriakan itu menggema dalam hatinya, tapi debar jantungnya semakin kuat saat Andre mendaratkan ciuman di telinganya. Daerah sensitif bagi Lestari.

Lestari terhanyut hasrat, dia tidak mampu mengendalikan emosi dan kerinduan. Ada satu sisi di jiwanya yang menginginkan belaian lelaki yang menjadi suami anaknya. Lestari tahu dia akan menjadi perempuan jahat, tetapi dia juga punya rasa dan cinta untuk membuatnya merasa lebih hidup dan berarti. Aku berhak melakukan ini.

Mimpi indah tapi memalukan tentang Andre, masih membekas di lubuk terdalam hati Lestari. Meskipun dia berusaha menutupi, mimpi itu selalu menghantui alam bawah sadarnya. Melemahkan tubuhnya di hadapan Andre.

Tangan Andre bergerilya, masuk ke dalam kemeja sang ibu mertua. Membelai kulit yang mulus dan kencang. Merayap ke payudara yang terbungkus bra. Meremas dan membelai.

Kamu jahat! Kamu pengkhianat! Nurani Lestari berteriak berontak saat si wanita membiarkan si menantu menjamah leher dan memberikan kecupan ganas di leher mulusnya.
Bahkan saat bibir mereka bertemu, mulut Lestari terbuka membiarkan lidah Andre menjelajahi hangat dan basah rongga bibirnya. Lidah mereka saling membelit memoles rasa,menumpahkan kerinduan.

Rasa kesepian, penasaran, keingintahuan lebih dalam, dan hasrat untuk memenuhi keinginan sudah mengalahkan hati nurani Lestari. Dia pasrah dan juga menjadi bergairah. Dia ingin perlindungan. Dia ingin pengakuan dari lelaki yang menjadi menantunya.

Detak jantung mereka berpacu sama-sama cepat. Logika sudah tertutupi naluri liar yang terbungkus nafsu membara.

Pergumulan dan pergulatan di sofa, pindah ke tempat tidur. Ciuman dan rabaan yang semakin liar dengan nafsu membara, membuat mereka tidak sadar kapan mereka melepaskan seluruh pakaian sehingga telanjang bulat. Keinginan mereka hanya menuntut dan menutut lebih. Mengarungi kenikmatan demi kenikmatan agar cepat menuju puncak.

Rasa bersalah Lestari, begitu cepat terhapus sapuan lidah hangat Andre di payudaranya. Payudara sang mertua yang masih kencang mengoda seperti milik remaja membuat Andre begitu puas menikmatinya.

Bed cover yang berantakan, menjadi tanda liarnya pergumulan mereka. Lenguhan penuh gairah memenuhi ruangan.

Lestari ragu antara mimpi dan nyata, tetapi dia tidak perduli lagi. Dia seperti kembali bermimpi indah dengan sang menantu. Tapi kali ini lebih terasa, lebih bergairah dan yang pasti lebih nyata.

Dia dapat melihat jelas tubuh telanjang sang menantu yang begitu kokoh, dia dapat merasakan sorot mata Andre saat menatap tubuh indah Lestari penuh kagum dan gairah. Dia dapat merasakan sentuhan lembut, jilatan basah dan juga belaian penuh hasrat.

Iya.. Lestari tau itu nyata. Dia menyukainya, dia menginginkan itu semua. Bukan hanya sebatas mimpi tetapi juga menjadi nyata.

Andre masih sempat meminta persetujuan penyatuan tubuh lewat tatapan mata kepada sang mertua. Lestari yang sudah mebuka paha, hanya memberitahu lewat anggukan kalau di sudah siap dan setuju. Tidak ada tanda penolakan. Hanya ciuman sebagai pengiring saat alat kelamin mereka bersatu.

Pompa, masuk keluar masuk keluar, itu seperti irama otomatis yang mereka saling mengerti, seperti mekanisme sempurna saling melengkapi. Ciuman dan pelukan mengiringi. Mereka dapat merasakan detak jantung pasangan. Senandung berirama kerinduan.

Ciuman bibir, sentuhan di kulit, penyatuan kelamin yang semakin intens. Mengalirkan kenikmatan yang bergerak menuju puncak kenikmatan yang mereka inginkan.

Tidak perlu banyak gaya untuk menikmati persetubuhan itu, cukup susana tepat, bersama orang yang disukai.

Wajah Lestari memerah, matanya merem melek menikmati gempuran kelamin Andre menghujam kemaluannya yang sudah sangat becek. Tinggal berapa hentakan lagi mereka akan mencapai puncak.

Kaki dan tangan Lestari melingkar di tubuh Andre, membelit lelaki itu seperti tidak ingin melepaskanya.

Andre menghias wajah dengan senyum tipis, menatap wajah cantik yang merem melek nikmat di bawah tubuhnya. Dia menurunkan tempo gempuran kelaminnya, lambat dan hampir berhenti. Andre kemudian berbisik.

"Panggil Mama atau sayang?"

"Maksudnya?" Lestari belum terlalu konek dengan kata Andre. Dia masih merindukan kenikmatan lebih tinggi, matanya menatap penuh cinta lelaki yang bergerak memberi kenikmatan di atas tubuhnya. Dia tahu itu suami anaknya, tapi tidak mau memikirkan status hubungan sekarang.

"Mau kupanggil Mama atau mau kupanggil sayang?"
Ujar Andre sambil memainkan tempo goyangan, mempercepat lagi,cepat dan semakin cepat. Sampai kasur berguncang hebat.

"Ahhh... terserah kamu," Lestari mengeliat. Sensasi yang diberikan Andre luar biasa.

"Jangan terserah... "

"Ah.. Sayaaang..panggil sayang ajaa.." Lestari sudah tidak kuat dengan gempuran Andre. Dia mencapai puncak, mengerang dan mengejang.

Andre tersenyum. Dia mempercepat gerakan menhujam kemaluannya, dia juga hampir mencapi puncak.

"Sayang... mau di dalam atau di luar..??"

"Ehh....?" Lestari tidak sempat menjawab. Andre sudah mencapai puncak dan mengejang hebat.

"Arrrghhh...."

Andre mengejang di atas tubuh sang mertua. Dia merasakan kenimatan luar biasa. Puas dan benar-benar puas.

Mereka berciuman, berpelukan cukup lama. Mengembalikan tenaga masing-masing.

"Mama benar-benar cantik luar dalam," puji Andre sambil membelai buah dada Lestari yang ranum.

"Lebih cantik mana, Mama atau Vani?"

"Barang produksi lawas, belum tentu lebih jelek. Iya kan?"

"Ih kamu..." Lestari mencubit pinggang Andre. "Jawab yang jelas."

"Males, Enggak penting, " jawab Andre," yang penting, sekarang mama mau pulang atau enggak?"

Lestari diam. Dia ragu untuk menjawab.

"Mau pulang atau enggak. Mereka enggak peduli peduli, iya kan?"

" Hanya Andre yang peduli. Dan Andre ingin mama menginap. Gimana?"

Lestari tertawa renyah, "Tuh, kamu tau jawabannya."

Lestari yakin, kalau malam ini dia tidak tidur dengan menantunya, tetapi bergadang.

Lestari menatap langit langit kamar. Ribuan pertanyaan berputar di kepalanya. "Akankah kisah berlanjut? "Ini dosa terakhir" Atau "Ini awal rentetan dosa? "


Next
Part 2
Part 3
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd