Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG CONGORIS (By : FigurX)

Bimabet
Benar sekali Johan tak bisa dipercaya sudah tau sahabatnya suka sama Rani atau Rani yang kuranģ tegas ya?
 



PART 5 : PERUBAHAN

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■




Scene 1, Ada yang salah

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^



[POV Orang ketiga]


Sejak kejadian dimana Raka kecewa, Rani terlihat lebih murung dari biasa-biasanya. Ditambah lagi Inul yang terpaksa harus pulang karena bapaknya meninggal. Tinggallah Rani terpekur sendiri meratapi nasib. Seandainya saja ia lebih responsif, lebih peka, dan cepat membuka hati, tentu Raka atau Inul sudah menjadi kekasihnya. Namun, berandai-andai tak akan mengobati kegelisahan Rani. Ia hanya mampu misuhi dirinya sendiri yang membiarkan pergi dua kesempatan terbaiknya. Ditambah lagi peluang yang seharusnya tak ia berikan kepada Johan, semakin mempersulit posisi Rani. Niatnya memilih diantara beberapa pilihan, nyatanya bersedih ditinggalkan semua pilihan. Kasihaaan...sama TS aja nah hehe.

Seminggu ini konsentrasi akademik Rani terjun bebas. Hari-harinya hanya terisi dengan pandangan kosong. Ternyata cinta bisa membodohkan orang cerdas.

"Ranii..koen kenopo seh (kamu kenapa sih)?" tanya Dewi kasihan melihat kondisi sahabatnya yang lesu kucel tak bergairah.








"Aku boleh curhat Wi?. Kayaknya ga kuat kalau aku pendam sendiri. Aku butuh teman ngobrol," lirih Rani.

"Ga boleh!!...hmm, cerita yo cerita sih Ran, pake minta ijin segala," Dewi merasa jika Rani terlalu berlebihan rasa sungkannya.

"Gini Wi. Aku kan dideketin tiga cowok. Inul, Raka, dan Johan. Sebenarnya aku sudah ada kecondongan antara Inul dan Raka. Tapi aku terlalu bermain-main, kurang sigap memberikan keputusan buat mereka. Sekarang Inul pulang ke Sukabumi, entah dia balik kesini ga. Raka juga gitu, aku sudah mulai suka, tapi malah Johan muncul dan membuat Raka kecewa. Sekarang Raka menjauh dariku..hikks Wi. Aku salah sudah menggantung mereka tanpa ada kejelasan. Sekarang aku yang sedih kalau seperti ini," isak tangis mengiringi cerita dari Rani.

"Semuanya belum berakhir Ran. Masih ada peluang. Tinggal sekarang kamu jatuhkan pilihan ke siapa!" ucap Dewi menenangkan. Ia elus punggung sahabatnya dengan penuh kasih.

"Raka Wi...aku mau Raka...hikss," tangisan Rani kian pecah.

"Ok ok...kamu tenang dulu. Yuk ah sayang diem dulu nangisnya. Aku coba bantu ya.. nanti aku akan minta bantuan Seno untuk menjelaskan ke Raka. Mereka kan satu grup band!" dengan sangat perlahan Dewi mencoba untuk mengarahkan Rani. Syukurlah Rani bisa menerima apa yang diucapkan sahabatnya itu. Lambat laun Rani mulai mereda tangisnya.

"Makasih Wi...makasihh," hanya itu yang mampu diucapkan Rani. Pandangannya kembali kosong.

"Yaudah yuk kita ke kosan kamu dulu. Aku temenin. Ita kan juga lagi ada kegiatan," bujuk Dewi lembut.

"Iya, tunggu ya disini sebentar. Aku mau ke atm ambil kiriman uang dulu. Ga lama kok. Sebentar aku pinjem motornya Sisca," Rani berdiri kemudian berlalu. Dewi hanya mengangguk mengiyakan.

Mengisi waktu sambil menunggu Rani, Dewi mencoba menemui Seno untuk menceritakan hal ikhwal kemuringan Rani.

"No, bisa ngobrol sebentar?" panggil Dewi kepada Seno yang saat itu sedang berkumpul bersama teman-teman cowok lainnya.

"Ehemm...Seno rek, mulai lincah hahaha." Goda Abul. Seno menanggapi godaan itu dengan senyuman sinis. Masih membekas luka dalam hati Seno karena manuver Abul terhadap Ita. Meski Seno yak pernah membahasnya langsung dengan Abul, tapi ia cukup kecewa dengan teman yang rakus seperti itu.

Dibawah pohon semangka, Dewi dan Seno duduk berdua. Semua hal yang dituturkan Rani kembali ia tuturkan kepada Seno, tak ditambahi, tak dikurangi. Seno manggut-manggut dan segera berlalu untuk menemui Raka.

Dewi baru saja berjalan untuk kembali ke dalam kelas saat terdengar suara Sisca memanggilnya.

"Wi...wiiii..."

"Onok opo Sis?" tanya Dewi kaget melihat Sisca yang panik.

"Rani...Rani, Wi. Dia kecelakaan di jalan raya depan kampus!"

"Yaa ampuun!!!"


----------


Di kursi tunggu Rumah Sakit Karangmenjangan terlihat Dewi, Raka, Seno, dan beberapa teman lainnya. Wajah mereka menyiratkan ketegangan. Rani dalam kondisi tak sadarkan diri dan sekarang sedang ditangani secara intensif oleh paramedis.

"Aduhh Wi...bahkan aku nelum sempat meminta maaf kepada Rani. Aku baru tahu ceritanya dari Seno tadi. Guoblokk...aku ancen (emang) guooblok!!" Raka meratapi kebodohannya. Ia meraung-raung meninju tembok.

"Sudahlah Ka. Sabar dulu...kita kan belum tahu keadaan Rani gimana. Doakan dia supaya kamu ada kesempatan untuk bisa menyampaikan penyesalanmu!!" Seno menasehati.

"Iyaa..tapi kalau ada apa-apa dengan Rani gimana??!!" Raka masih saja histeris.

"Ssstt.*** usah mikir yang macem-macem. Positif thinking aja ya," cegah Dewi menenangkan.

"Kamu sihh Ka. Pakai acara cemburu ke aku segala. Dia pasri mikirin kita!!" Johan datang dan mendekat ke arah Raka.


Bukk @#(*:¥€&
Bukk !!


Dengan kalap Raka menghujam perut Johan. Johan terpental sekian langkah ke belakang.

Raka cepat memburu kemudian menindih tubuh Johan untuk lagi-lagi mengirimkan pukulan kekesalan. Namun Seno bertindak cepat. Ia melesat dan menangkis pukulan Raka lalu menguncinya.

"Jancoook!!..lepasin cukkk!!!" Raka meronta-ronta. Seno semakin mengeratkan kunciannya.

Blebb!!


Siku Raka tiba-tiba masuk ke dada Seno sehingga terjengkang.

Seno selekas mungkin berdiri untuk berhadapan dengan Raka. Perlu sedikit kekerasan untuk meredakan seorang Raka.

Dengan kerakan gemulai namun kuat, Seno mengirimkan satu tendangan melingkar ke arah pelipis kiri Raka. Tepisan Raka menggagalkan serangan itu.

Raka membalas. Ia melesakkan tumit yang tertuju ke arah dada Seno. Sedikit melompat Seno menepis menggunakan kedua tangannya.

Seno cepat bergerak memutar dan tahu-tahu berada di sisi luar sudut mata Raka. Sebuah tehnik bantingan dilakukan Seno yang memaksa tubuh Raka untuk mengikuti tarikan yang dilakukan Seno.

Blaak..


Raka terkapar. Seno cepat menindihnya lalu berputar ke belakang tubuh Raka dengan posisi mengunci kepala Raka.

"Lepass No. Lepass!!" Raka berteriak, membuat perawat dan orang-orang disekitar mereka terusik.

"Koen iso tenang ga seh Ka. Congok (bego)!!" bentak Seno masih dalam posisi seperti sebelumnya.

"Sadar woii ndeng!!. Lanangan gathel!. Isone ngamuk-ngamuk kayak orang ga warasss!" bentak Seno lagi.

Lama-lama kemarahan Raka surut. Tubuhnya melemas tanpa daya. Perlahan Seno melepaskan pitingannya.

"Ini bukan saatnya mencari siapa yang salah. Raimu kabeh salah ( kalian semua salah)!!" Seno menuding Raka dan Johan bergantian.

"Berdoaa..berdoaa untuk wanita yang kalian sayangi. Bukan malah adu kekuatan. Paham!!!" imbuh Seno.


"Keluarga Rani..." seorang perawat muncul di ambang kamar perawatan. Serempak semua berlarian mendekat.

"Silahkan ikut saya ke ruang dokter!!" ucap mbak perawat. Bergegas Dewi, Seno, dan Raka mengikuti the vantat dsri mbak perawat yang semoks itu.

"Kalian teman-teman nya Rani?" tanya Dokter yang duduk dibelakang meja.

"Iya Dok. Keluarganya masih dalam perjalanan dari luarkota," ucap Dewi mewakili.

"Jadi begini, tak ada luka yang serius. Hanya saja mbak Rani mengalami gegar otak yang cukup hebat. Nerikan dia waktu istirahat dulu. Saya khawatir mbak Rani akan mengalami kehilangan ingatan setelah ini!!" kata dokter menghela napas.

"Yaa ampuuun Raniii..." Dewi tak mampu lagi menahan tangisnya.

"Berapa lama Dok kira-kira Rani akal kehilangan ingatannya?" tanya Seno.

"Hmm..pada kasus seperti ini, biasanya cukup lama. Atau bahkan bisa permanen. Jika terjadi demikian maka Rani akan kembali seperti komputer yang habis di reset. Otaknya akan memulai dari awal lagi!!"

Semua terdiam. Hanya suara sesenggukan Dewi yang mewarnai keheningan itu.


----------


2 minggu setelah kejadian...


"Kalian siapa??!" tatapan Rani seperti tak mengenal Raka, Inul, Udin dan Seno yang ada di hadapannya.

Fisik Rani kembali normal. Ia kembali siap mengikuti kuliah yang ia sendiri tak tahu kuliah apa yang diikuti. Dia hanya mengikuti arahan Dewi yang mengaku sebagai sepupu Rani. Tak ada secuilpun ingatan Rani yang tersisa kecuali hal umum seperti cara berganti pakaian, mandi, bahasa, makan, dan sejenisnya. Dengan telaten Dewi membimbing Rani untuk mengenal dunia barunya.

Harusnya Rani dibawa kembali ke kota asalnya. Namun kondisi keluarganya yang lagi kacau akibat percekcokan dengan pesaing usaha, membuat keadaan kurang kondusif. Dan lagi, Rani akan tertinggal banyak perkuliahan jika dipaksakan untuk istirahat lebih lama. Dalam hal ini fisik Rani telah sehat, otaknya juga mampu berpikir dan menyerap materi perkuliahan. Namun ingatan lamanya saja yang belum kembali.

Berulang kali metode pendekatan sudah dilakukan oleh Raka dan Inul untuk merebut kembali perhatian Rani. Namun, Rani tak sedikitpun menggubris mereka. Bahkan lambat laun tumbuh kebencian Rani terhadap Inul dan Raka.

Namun keduanya tak pernah menyerah. Mereka setiap waktu selalu muncul dalam hari-hari yang dijalani Rani. Tapi tetap, Rani mengunci diri dari kehadiran Inul dan Raka.

"Kamu dulu hampir jadian sama Raka lho Ran!" ucap Dewi mencoba menggali ingatan Rani. Atau setidaknya Rani bisa membuka hati baru untuk Raka.

"Bodo...aku ga minat!!" tukas Rani pendek.

Sebaliknya, keberadaan Seno dan Udin justru diterima baik oleh Rani. Kepolosan sosok dua orang itu dinilai Rani sebagai bentuk ketulusan pertemanan. Layaknya Dewi.

Bahkan Ita terpaksa pindah kosan karena tak kuat caci maki Rani terhadapnya yang hampir setiap hari terucap. Halah mbuh wes...TS lho ikut bingung. Tak tahu hendak dikemanakan figur Rani dalam kisah ini.


---------


[POV Seno]



"Mas...aku kangen kontolmu!!", bisik Dini manja di telingaku yang kini tengah dipeluknya dalam kondisi sama-sama bugil. Kami tidur bersanding diatas kasur kamar kosan.






Hari ini hari libur. Seperti biasa Inul dan Udin sudah kabur entah kemana untuk mengisi weekend mereka. Bertepatan pula lagi-lagi orangtua Dini sedang ada kondangan ke Lamongan. Alhasil kami, dua insan dimabuk napsu, memiliki kesempatan sangat leluasa untuk bermain crot-crot-an.

Sebenarnya aku sudah berulangkali menolak permintaan Dini. Namun apa mau dikata, si Dini ndusel ae teros. Aku kan akhirnya jadi hiyo-hiyo aja. Lha enak haree wkwkwk.

"wwosshh..." Dini yang beringsut turun mengulum batang misterpop p-kuh, membuat aku sang pemilik pentungan jadi mulet-mulet.

"Lambemu (bibirmu) jago buanget Din...hooohh..huancukk enakee reek!!" suaraku melengking menikmati batang yang terkubur dalam bibir mungil Dini.

Rabaan jemari Dini menjalar menekan-nekan dinding pemisah antara skrotum dan anus. Disitulah letak cakra dasar dimana laju sperma dapat dihalau. Mataku semakin terpejam merasakan stimulasi Dini.

"Wes Din ndang munggah, selak aku mutah (udah Din buruan naik, keburu aku muntah)," desiskubkeenakan.

Melihat hal tersebut Dini beranjak naik kembali ke ranjang. Namun ternyata ia merebahkan tubuhnya.

"Mas...aku dibawah. Kalau diatas kayak kapan hari, pegel kabeh awakku (capek semua badanku)!" desau Dini. Halahh dasar golek enake dewe (dasar cari enak sendiri).

Wokeeh kuturuti kemauan Dini. Tapi lihat nanti, ampun-ampun kau meski posisi dibawah.


Mak blesss...


Mister torpedo-ku melesak sempurna ke dalam liang aduhai Dini. Woooh sempit banget jepitan mbakvi nya Dini.

Tak menunggu lama, langsung aja kugenjot dengan kecepatan maksimal. Dini melotot kaget campur enak campur kudu misuh.

"Ooouh mas...pelan dulu dooong!!!" rintih Dini.

Ooh No alias tidak alias mboten. Aku tak akan menuruti request Dini. Ini anak dari kemarin kebanyakan request tapi minim aksi. Minta disodok bener-bener nih.

"Ooh oooh ohhh...masss pelaaan," rintih Dini lagi. Dan aku horaaa ngurus eh hem.

Hanya sekian menit dari tusukan pertama, Dini sudah kejang-kejang kesetrum. Kapooook koen!!. Makanya jadi cewek jangan suka ngatur-ngatur. Emang baris berbaris, harus mengikuti aba-aba komandan peleton??!. Sorii la yaw.

Aku melanjutkan lagi aksi sodokan pentungan billiard setelah Dini menghabiskan dentuman kenikmatan orgasyong yang pertama.

"Ooohhhsss...kuat sekali kamuu!!" desah Dini merasakan goyanganku yang secepat motornya mas Rossi Putiray. Woyahdoong..Super Seno haree!!.

"Ooh masee aauuhh...geliii," racau Dini. Terus saja ku genjot tanpa ampun. Ini hukuman buat cewek yang sudah menggodaku. Ku bikin ampun-ampunan kau bebs.

"Kalo geli yaa di giniin..." semakin kutekan lebih dalam masterpop mencari dinding rahim Dini.

"Hhekk..ehmmmass...mentokkh mentoookk..aaauhh shh," dia semakin gila dan melayang.

"Ssspphh masss...aaah.." masih saja Dini berteriak jalang.

"Niih...niiih...terima nihh, sodokan maut pendekar pentungan dari negeri semvak," aku ikut meracau. Kubiarkan Dini blingsatan merasakan kehebatan paddlepop yang memenuhi rongga nonoks-nya.

"Masssee...aku nyampe lagi...aaaahh," Dini mengejang lagi. Rasakno (rasain)!!.

Orgasyong ke dua Dini hadirlah sudah. Ia kelojotan di kasur, mirip orang keracunan simbukan basi.

Kuputar tubuh Dini hingga sekarang berposisi nungging. Aku melongo melihat betapa cihuii bongkahan pantatnya, pinggulnya, lubang lembabnya.

Ku pompa Dini dalam posisi assu style.

"Ooorhh...masss, enakk bangett!!" kepala Dini terlempar kesana kemarin. Semakin beringas saja aku genjot liang perkimpetan Dini drngan penuh gairah.

"Oohh ooohh mass hmmmmhh," erangan Dini lebih jelas lagi terdengar. Aku yakin dia pasti sudah geli lagi.

"Mmhh masss ahhh ahhh,"

"Terusshh enakk..genjood terushh..aaauuhh,"

"Penuhh bangett..mentoook ahh ahhhh ahhh,"

Dini riuh mengeluarkan suara kenikmatan yang liar. Pinggulnya ikut bergerak-gerak menyambut setiap hentakan yang kuberikan. Jemariku yang memegang erat pinggulnya juga tak mau diam, ikut menarik.

Bahkan ranjang kini ikut berdecit karena begitu frontalnya gerakan kami yang tergulung birahi tinggi.

Wahh ini...pejuku sudah mau meledak. Aku harus swegera melamun konser.. bahaya ini kalau cepet muncrat..sayang banget sama enaknya.

Tapi...

Jangkrikk!!. Melamun konser kok malah tubuh telanjang Shinta ikut hadir dalam sketsa lamunan. Iyaa..tubuh yang segede bulldozer ituu. Asli aku langsung ilfill saja. Wooh merusak kesyahduan lamunan saja!!. Wahh wess...moncrodd nihh aku. Asemm..

"Ooh Din..aku ga kuattt..mo nyemburrr..ahh," teriakku.

Namun ternyata kalah cepet oleh erangan orgasyong ketiga Dini. Suaranya melolong seperti serigala berbulu domba, berkuah santan. Badannya menggigil seperti kedinginan. Tumpuan tangannya ambrol. Kakinya goyang-goyang seperti ayam kena otelo.

"Aaaahh masssh enaknyaaa. Akuuu sampeeeh," dia mencuri start. Aku yang mau ngecrut kok malah dia yang ambil peluang duluan. Tak bisa dibiarkan..aku harus ikut mengecrut.

Segera kutarik batang meriam berhulu ledak tinggi dari lubang ranjau milik Dini. Kukocok cepat. Dini sigap memutar badan dan lekas mengemut ujung batangku.

"Oooh aku metuuu..ahhhh," sekitar 7 semburan kuat menyentak dan masuk ke dalam mulut Dini. Ia tak bergeming, bahkan mencermati. Bangga sekali rasanya dapat nitip pejuh ke dalam mulut Dini.


Glekk..

Walah...ditelan sama Dini, semuanya tak tersisa, disedot-sedot pula memeras sisa yang ada. Bener-bener gendeng nih cewek. Padahal tadi aku habis makan lalapan pete. Mana enak rasa peju aroma kentut??!.

Hueeek juuh..

Lho lho reflek aku meludah. Yaa ampuun... melesat dan membentur kening Dini. Liur campur dahak itu merembes turun membasahi mata dan hidung Dini.

"Haisss..sorii!!" teriakku memohon maaf.

"Mas Senoooooo!!!!!!"


Gubrakk..
Klontaangg!!



Aku ditendang dan jatuh terjengkang dari ranjang, menghujam lantai. Sakit cukk!!.


----------



Sampun dulu apdetnya.. ditunggu lanjutan berikutnya.

Hidupp Senooo 💪💪💪
 
Terakhir diubah:
Matur sembah nuwun suhu sampun kabulke kajate kulo, moco crito kucluk ngasi mules ki.... Emang wit Semongko duwur pol.....eh malah ngurusi wit smongko....ono assu style, ono bar ngcrot malah di idoni....sumpah tnan TS ki gawe pelangi nek minggu esok ki....mules mules
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd