Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Copas - dr tetangga sebelah]Antara Istriku, Iparku dan Pembantuku

Sore itu telah selepas mahrib, ketika aku memasuki garasiku. Aku masuk sendiri, tanpa ada yang bukain. Pintu depan rumahku dan garasi memang aku bikin otomatis, dioperasikan menggunakan remote yang selalu ada di mobilku maupun istriku. Harganya lumayan mahal, istriku sempet sewot ketika aku memasangnya.

Aku bilang, ”Ini biar gak merepotkan orang rumah, kan bisa buka sendiri.”

Tapi istriku membantah, ”Halah, alasan!” katanya, ”Ini pasti buah dari keisengan papa. Buang buang duit aja,” tambahnya, ”Emang duit tinggal gunting sendiri apa?”

Aku hanya tertawa, aku memang selain orangnya iseng, aku juga gadget and electronic freak. I just can’t hold my self kalau lihat sesuatu yang ‘berbau otomatis’, pasti segera kukuras tabungan buat membelinya. Ini yang sering bikin istriku sewot.

Dengan santai aku masuk rumah. Langsung menuju ke kamar. Kulempar tas kerjaku ke ranjang dan melucuti bajuku. Penat setelah kerja seharian membuatku cuman punya satu pikiran setelah sampai rumah. Berendam! Dengan telanjang bulat aku berjalan menuju kamar mandi di dalam kamarku yang memang aku pasang jacuzzy. Astaga. Kaget, hampir lepas jantungku. Di jacuzzy, aku lihat sesosok telanjang telentang.

“Rika!” teriakku sambil kalap menutupi Penisku yang telanjang. Rika adalah adik iparku. Sekilas tentang rika, dia berumur sekitar 25 tahunan, 2 tahun lebih muda dari istriku, single. Kalau istriku kecil dan bisa dibilang mungil, Rika sebagai adik berbody sebaliknya, bongsor, sedikit chubby tapi gak gemuk, model yang bertulang besar. Dadanya lumayan gede, hampir dua kali lipat dibanding dengan dada istriku. Dan yang paling menarik, dari rok mini yang sering dia pakai, pantatnya kelihatan bulat dan padet banget.

Rika tetap tidak bergeming dengan mata terpejam dan headset di telinganya. Ealah, ketiduran di jacuzzy ni anak, pantes aja dia gak denger aku masuk. Pelan-pelan aku beringsut mau masuk ke kamar lagi, tapi...

“EH, MAS!!” aku mendengar dia menjerit kaget melihat aku yang hampir beringsut, telanjang bulat di hadapan tubuh bugilnya.

“Iya, ini aku! Kamu ngapain berendem telanjang di jacuzzyku?” jawabku sambil menutupi Penisku yang jadi setengah tegang melihat tubuh putih cubby adik iparku ini.

“Hehehe… sorry, aku minjem jacuzzynya, abis penat banget pulang kerja. Lagian yang namanya berendem ya bugil lah.” katanya lagi. “Mbak Ine tadi pulang kampung, eyang sakit. Aku gak bisa pulang, makanya mbak Ine minta aku mampir sekalian beliin makan buat mas, soalnya pasti makanan gak bakalan kepikir di otak mas kalo mbak Ine pergi. Aku datang, mas belum pulang, jacuzzy kosong, ya aku manfaatkan.” cerocosnya dengan hanya melintangkan tangan kirinya ke dada untuk nutupin puting susunya. Yah paling gak putingnya ketutupan, dan tangan kanannya untuk menutup Vaginanya tanpa berusaha untuk bangun, alias masih dengan cueknya telentang.


Rika ini anaknya emang selebor. Selain seenaknya sendiri, sebenarnya dia orangnya asyik dan terbuka, juga berwawasan luas. Aku sangat cocok ngobrol sama dia. Ya tapi maksudnya gak ngobrol dalam keadaan bugil. Aku sendiri kalang kabut nutupin Penisku yang semakin membesar dan mengeras di depan tubuh bugilnya.

“Udah, gantian kalo gitu, aku juga pengen berendem.” sahutku ketus.

“Ya elah, pelit amat sih. Masih PW nih, kalo mas cuman mau berendem aja napa harus ribut, jacuzzy luas ini…” katanya lagi.

Aku garuk-garuk kepala menyadari maksud dari ucapannya, tanpa sadar ngelepasin tangan yang aku pakai menutup Penisku. “Gak, kamu kaluar, aku mau berendem.” kataku lagi.

“Ealah, pelit amat sih? Tinggal masuk aja, kan muat berdua… dan tuh konti di tutup dunk, lagian beringas banget sih junior?” katanya.

Aku kembali teringat Penisku yang memang sudah 60% menegang. Dengan reflek aku kembali membekapnya dengan kedua tanganku. “Rik, please dunk, aku gak bisa nih berendem berdua…” kataku lagi.

“Ya itu derita, mas, kalo mau berendem ya harus mau berbagi.” jawabnya santai sambil benahin headsetnya dengan tangan kanannya, dan mulai menutup matanya lagi, nerusin tidur, alhasil itu Vagina kembali telentang di hadapanku. Aku jadi bingung, sebenernya yang punya jacuzzy ini siapa sih?

“Geser!” kataku ketus, ketika akhirnya aku menyusul juga ke jacuzzy.

Dia hanya melenguh dan menggeser sedikit posisinya ke kiri. Aku berbaring di kanannya, jacuzzy itu cukup besar tapi pada dasarnya adalah single jacuzzy, jadi kami tetap berhimpitan. Bagian kiri tubuhku bersentuhan dengan bagian samping kanan tubuhnya. Aku lirik susunya yang kurang berhasil ditutup dengan tangan kirinya. Menggelembung naik turun seiring tarikan nafasnya.

“Jangan lihat-lihat, ntar nafsu lagi…” katanya sambil masih memejamkan mata.

Jembret, batinku. Ketahuan! “Pret, emang aku ini manusia gak bermoral?” sanggahku.

“Mas sih aku yakin bermoral, tapi nggak dengan burung mas, tuh masih beringas banget.” katanya.

”Lha, berarti kamu juga perhatiin Penisku dunk?” kataku lagi. Sengaja aku langsung sebut ‘Penis’ biar terdengar vulgar dan kasar sekalian. Nyindir kata- kata sarkasme dia yang barusan.

”Hahaha…” dia malah tertawa. “Lha Penis mas besarnya segitu, masak ga menarik perhatian, aku kan normal, mas.” katanya lagi dengan menekankan kata Penis, membalas sindiranku sambil berbalik. Sekarang dia terbaring miring memunggungi aku. Aku ikutan miring menghadap ke dia, tanpa pengahalang, mau tidak mau Penisku menempel di belahan pantat chubbynya.

“Eh, sekarang malah nempel di pantat nih Penis.” katanya masih selebor.

“Alah, bentar aja, mau pijat punggung nih.” kataku lagi. “Salah siapa ngotot berendem bareng, dah tau jacuzzy sempit.” Jacuzzyku emang ada water jetnya, yang berfungsi untuk memijat.


“Aduuuh, nganjel banget sih nih Penis.” keluhnya. “Ihh, jangan digerak-gerakin dunk, ntar bisa masuk ke lubangku, soalnya kepalanya pas di tepinya.” katanya lagi.

Karena struktur Penisku yang panjang dan agak bengkok ke dalam, posisi ini tentu saja riskan, soalnya kepala Penisku langsung berhadapan dan nempel di mulut Vaginanya. Kami manusia bukan patung, tentu saja bergerak, minimal Penisku pasti berkedut-kedut nempel di Vagina seperti itu. Tidak memakan waktu lama, kepala Penisku sudah menyeruak di pangkal bibir Vaginanya dari belakang, membuka kelopak Vaginanya dan bersentuhan dengan ujung jalan masuk ke relung vaginanya. Ditambah licinnya air jacuzzy yang dicampur dengan aromatherapy soap.

“Mas, mundur dikit dunk, kepala batang mas sudah mulai masuk di lubangku nih, geli banget.” katanya.

“Iya, bentar.” kataku, tapi aku tidak juga segera mundur. Aku sengaja membiarkan Penisku dalam posisi itu, abis enak juga. “Rik, kamu masih perawan gak?” tanyaku, karena memang adik iparku itu belum menikah.

“Nggak, kan dulu aku sudah pernah cerita ke mas.” jawabnya.

“Oh, iya juga, nakal juga kamu ya, ternyata.” sambungku.

“Kalo gini, lebih nakal sapa, aku ato mas?” jawabnya sambil cekikikan

“Hehehe… aku emang ga pernah bilang kalo aku orangnya alim.”

Bless…!

Pelan tapi pasti, karena licinnya lobang Vaginanya, mungkin juga karena cairan Vaginanya yang sudah mulai mengalir, dari belakang Penisku meluncur semakin dalam ke relung Vagina adik iparku.

“Aaaagghh…” erangnya lembut. “Jangan dimasukin, mas, cabut dooonkkk…! Aaarrgghhh…” erangnya lagi, tapi tanpa reaksi penolakan apapun dari gerakan tubuhnya.

Tak seberapa lama, tanpa dorongan pinggul pun, Penisku sudah masuk setengahnya ke lobang kewanitaan dia. Masih tidak ada reaksi penolakan, hanya dia jadi diam, tidak banyak bicara seperti tadi. Pelan tapi pasti, aku mencoba menggoyang pinggulku naik turun. Di dalam kepalaku memang seperti ada teriakan penolakan, gila apa yang aku lakukan? Masa aku ngentotin adik iparku sendiri…!!!

Tapi kalau dilihat dari awal muasal kejadian ini, kan dia yang memulai, dia juga sudah nggak perawan. Lagipula, juga tidak ada pemaksaan maupun ada penolakan, jadi ini bukanlan sebuah perkosaan. Hanya dua insan dewasa yang menyalurkan kebutuhan, pikirku mencari pembenaran dari tindakanku ini.

Selang beberapa lama aku menggoyang-goyang pinggul setengah hati, terasa seperti ada empotan di dalam liang vagina Rika. Gila, pikirku… empotan ayam. Aku memejamkam mata menikmati sedotan-sedotan erotis dari liang vagina adik iparku itu, hingga pada satu titik aku tidak tahan lagi. Sambil bilang, “Sorry, Rik!” kupeluk pinggangnya dan menghujamkan Penisku sedalam mungkin.


“Arrrgghhh… maaassss!!!” erangnya.

Dengan posisi miring tersebut, aku genjot dia sejadi-jadinya. Air memercik kemana-mana, sedangkan Rika menggelepar-gelepar seiring genjotanku yang semakin cepat. Ia tanpa canggung mengerang-erang dan berteriak. “Aarrghh… maaasss… oogghhh… myy… goooddddd… aghh… agh… agh... aaccgghhh…”

Karena di jacuzzy, aku merasa kurang bebas menyetubuhi adik iparku, sedangkan nafsuku bener-bener meledak-ledak (entah kenapa). Aku cabut Penisku, lalu berdiri. Aku bopong dia dari jacuzzy, masih tanpa penolakan, kulemparkan tubuh bugil dan basah kuyup dia ke ranjangku. Dengan nafsu, aku sosor mulut dia yang sedari tadi mengerang-erang. Sambil French kiss, kutindih dia dan kembali kuarahkan Penisku ke lobang Vagina dia.

BLESS…!!! Kali ini, karena posisi MOT, dengan mudah Penisku menerobos Vagina chubby dia yang sudah basah kuyup. “Aachh… ackhh… arrggghhh… mmmpppfftt… mmppfttt…” Rika mengerang keenakan.

Setengah jam aku menghajar Vagina dia dengan posisi MOT, memang aku sengaja tidak berganti posisi, disamping aku canggung mau berganti posisi, aku juga sangat menikmati ngentotin Vagina chubby dia yang istimewa sambil tak henti hentinya mem-French kiss bibir dan lidah dia yang nggemesin. Hingga sudah terasa lahar pejuhku hampir meledak, aku lepasin French kissku dan bertanya, “Rik, boleh kukeluarin di dalem kamu?”

“Aagghh... aghhh… gak pa-pa… aku lagi amannn… dan aku juga mau dapet lagii…”

“Kalo gitu kita keluar barengan… arrrrgghhhh…!!!”

Tak berapa lama kemudian, aku muntahkan sperma panasku di rahim dia, aku hujamkan dalam-dalam Penisku ke Vaginanya adik iparku itu. Rika juga mengerang keras sambil mendekap erat dan mencakar punggungku. Setelah bergoncang-goncang hebat, akhirnya tubuhnya terhampas ke kasur dengan lemas. Masih dengan posisi menelungkup, aku biarkan Penisku terus menancap di Vagina dia.

Aku bergeser ke samping agar adik iparku itu bisa bernafas. Dengan masih memeluk dia, sesekali aku sosor bibirnya yang nggemesin itu, seakan tak ada puasnya aku mem-French kissnya. Dia dengan hanya tertawa-tawa kecil, melayani setiap hisapan bibirku dan kecupan-kecupan nakalku.

“Udah ah…” katanya sambil beranjak dari ranjang lalu menuju ke kamar mandi lagi.

“Mau berendem lagi, Rik?” tanyaku.

“Gak ah, mas. Mau mandi aja, trus makan yuk?” ajaknya.

“Ayuk, aku juga sudah laper, mana lemes lagi.”

“Hihihi, habisnya mas goyangnya kaya kesetanan gitu.” jawabnya.

“Vagina kamu tuh yang enak banget, bikin aku jadi lupa diri. Dapet berapa kali O kamu, Rik?” tanyaku menggoda.

“Tiga!” jawabnya selebor.

Aku menyusul dia ke shower, kita mandi bareng. Hampir saja aku gak tahan lagi, mau kuentot lagi dari belakang. Abis pantatnya putih dan montok bener, hehehe…

Kami makan makanan yang tadi dibawa sama Rika di ruang tengah. Sambil makan, aku lihatin mulut sexy adik iparku itu mengunyah makanan. Dan belahan dadanya yang mengintip nakal Dari kaos U can See istriku yang dia pinjem dan sedikit kekecilan. Sedangkan pinggul montok cubby dia hanya dibungkus hot pants ketat dan kekecilan yang juga punya istriku, tanpa memakai CD, jadinya Vagina dia nampak nyemplak dan sedikit basah, mungkin sisa spermaku yang masih sedikit demi sedikit mengalir keluar dari Vaginanya.

“Kamu tadi ke sini naik apa, Rik?” tanyaku memecah keheningan.

“Diantar temen.” jawabnya.

“Pulang apa mau bobo sini?” tanyaku sambil masih jelalatan ngelihatin tubuh indahnya.

”Balik ah, besok masuk pagi, gak bawa seragam lagi.” jawabnya. “Lagian kalo di sini, alamat gak bisa bobo sampe pagi, hihihi…” tambahnya lagi.

“Pret, macam sexy aja kau!” kataku sok berlogat batak, sambil ngeloyor ke depan TV, karena aku emang udah selese makan. “Mau minta anter pulang?” lanjutku lagi.

“Ya iyalah, masa tega biarin aku naik taxi malam-malam gini, ntar kalo di perkosa orang gimana?” jawabnya mulai selebor.

“Weks!” balasku.

Rika masih beres-beres piring bekas makan kita tadi, lalu dibawanya ke tempat cuci piring dan mulai mencucinya. Adik iparku ini walau selebor tapi rajin orangnya, untuk urusan kecil seperti nyuci piring dll. Dia paling ogah kalau harus ngerepotin pembantu. Padahal ada Lastri…

LASTRI…!!!

“Lastri…” pikirku, tadi kami bertempur cukup seru, dan Rika pun teriak-teriak semau sendiri, mustahil kalau Lastri sampai gak denger. Gawat bin syahwat! Kalau sampai dilaporin sama istriku, bisa ancur-ancuran aku. Sambil berfikir, aku melirik adik iparku yang masih nyuci piring. Dari belakang, karena lampu dapur, celana hot pants kekecilan milik istriku yang dia pakai hampir tidak dapat menutupi benda apapun yang ada di baliknya. Pantatnya nampak nyeplak penuh, bergoyang-goyang seiring kegiatan dia mencuci piring. Kekhawatiranku tentang Lastri yang mungkin mendengar aktivitas kami tadi seolah langsung musnah, seiring libidoku yang terbakar dengan cepat melihat body adik iparku yang baru saja aku entotin tadi.

“Satu ronde lagi yuk, Rik!” aku tiba-tiba sudah di belakangnya, menempelkan Penisku yang sudah ¾ tegang ke belahan pantatnya dan berbisik tepat di telinga. Aroma rambut yang habis keramas menusuk sekali ke hidungku membuat libidoku tambah gak karu-karuan.

Rika menoleh ke arahku, menempelkan bibirnya di bibirku dan menggigitnya kecil, lalu sambil masih mencium dia berkata, “Ogah ah, aku merasa bersalah banget ama mba Ine.”

“Ayolah, kalau kita simpan ini di antara kita aja mana ada yang tau?” sanggahku sambil bibirku mulai mengenyot bibirnya.

“Gak mau,” katanya pendek, sambil menjulurkan lidah hangat dia, menyentuh ujung lidahku.

Libidoku tambah terbakar habis-habisan, aku nyosor bermaksud untuk French kiss dia dalam-dalam, tapi Rika lebih cepat menarik kepalanya ke samping, sehingga aku nyosor angin. Melihat aku tidak mendapat sasaran, dia cekakak-cekikik sambil menjulur-julurkan lidahnya, mengejek. Tangannya lalu menjulur meremas Penisku dan bilang, “Mbok coba kendaliin sedikit nih burung to, mas, kan kasihan mbak Ine. Mas selain sama aku pasti sudah ngesex sama puluhan wanita selama pernikahan dengan mbak ya? Hayo ngaku sama Rika, sudah berapa wanita yang mas entot selama nikah sama mbak Ine?” katanya lagi.

“Emmm...” aku gak langsung menjawab, cuman manyunin mulut. “Emang Ine pernah cerita apa aja?” tanyaku lanjut, perbincangan ini terjadi dalam posisi aku masih belum melepaskan pelukanku dari belakang kepada adik iparku itu. Dan Penisku juga masih dalam kondisi setengah tegang, menempel erat di belahan pantatnya yang hanya dialasi oleh celana hotpants ketat, tanpa celana dalam.

“Jawab dulu pertanyaan Rika, sudah berapa cewek mas entotin?” dia mendesak.

“Well, cuman ama kamu.” gurauku.

“Wekksss…” katanya sambil menggoyang-goyangkan pantatnya yang masih ditempel sama Penisku, membuatnya semakin keras menegang. “Berapa?” desaknya lagi.

“Kenapa sih?” aku masih mencoba ngeles.

“Say it straight like a man, berapa?” Rika terus mendesak. “Jujur sama Rika. Kalo mas jujur, gak akan merubah pandangan Rika ke mas, malah Rika akan membantu mencari jalan keluar, kalau memang libido adalah masalah mas selama ini.”

Tawarannya tampak menggiurkan. “Ok, gue akan jujur, tapi jawab dulu tiga pertanyaan mas dengan jujur pula.” kataku menantang.

“Ok, tanyakan langsung ke tiga pertanyaan itu di awal, Rika gak mau pertanyaan berikutnya adalah pengejaran dari pertanyaan sebelumnya.” jawab Rika. Sudah aku ceritakan dari awal kan kalo adik iparku ini emang cerdas, dan dia adalah salah satu tempat curhatku (dan istriku, mungkin). Dan tentunya gak pernah terlintas sedikitpun di otakku bahwa akhirnya aku entotin juga dia. Well, let’s call it a human error.

“Fine,” kataku. “Pertama, apa pandangan kamu tentang aku? I mean, selama ini, sampai… emmm, ok deh, including sampai aku ngentotin kamu barusan.” lanjutku.

“Ok, itu yang pertama.” jawab Rika. “Yang kedua?”

“Yang kedua, Ine pernah cerita ke kamu gak, dia pernah ato belum selingkuh… emmm, ok deh, gue frankly aja, ML sama cowok lain, selama kita menikah?”

Rika mengangguk mengerti. ”Ok, yang ketiga?”

“Trus yang ketiga, apa pertimbangan kamu kok sampai mau ML sama aku tadi, soalnya aku tahu kamu orang yang selalu penuh pertimbangan. Sudah itu aja.”

“Hihihi…” Rika ketawa kecil. “Pertanyaan mas gak seperti biasanya, kurang tajam, kurang berbobot, cuman seputaran ngentot aja. Agak susah ya mikir pas horny?” lanjutnya sambil masih ketawa-tawa dan menggoyang-goyangkan pantatnya menggoda.

”Ayo jawab.” tidak kutanggapi ejekannya.

“Ok, Rika jawab. Pertama, pandanganku tentang mas… mas itu orangnya sebenernya penyayang, bertanggung jawab, sedikit ganteng, eh jangan GR lho, tapi mas punya masalah besar, mas gampang horny. Dan masalah lanjutannya, waktu mas horny, mas selalu berhasil mendapatkan pelampisan instant dengan memanfaatkan kecerdikan, kata-kata manis mas, pesona, bahkan uang mas. Walau mas akhirnya menyesalinya, tapi toh siklus ini berulang tanpa mas mampu menghentikannya, entah kenapa. Jadi di mataku, mas bukan orang yang harus dibenci, melainkan harus ditolong.”

”Oh, gitu ya?” aku mengangguk-angguk.

“Kedua: yup, mbak Ine pernah ML sama cowok lain selain mas selama pernikahannya. Rika harap mas tidak egois dan tetap mencintai dan menerima mba Ine apa adanya, selain mas juga harus introspeksi, juga mba ine menyesal… menyesal karena BEBERAPA cowok yang pernah dia goda dan dia tiduri, tidak ada yang seberingas mas, hehehe…”

“Sumpe lo?” tanyaku menyela.

“Ga juga, aku cuman ngarang kok, jangan langsung GR gitu kenapa sih? Makanya besok lagi kalo ngentotin mba Ine, tunjukin kalo mas jantan perkasa dan unforgettable, jadi mba Ine cuman ML ama cowok lain kalo butuh variasi, bukan ngejar butuh, hihihi…”

“Omongan lo mulai ga enak, Rik! Ini kita bicarain istriku lho, kakak kamu lho...”

“Justru itu, makanya kita harus membicarakannya secara terbuka dan apa adanya, kebutuhan kebutuhannya, kelebihan dan kelemahannya, mengingat dia adalah orang yang sama-sama kita sayangi.”

“Ok... ok…” jawabku sekenanya. “Dan yang ketiga?” tanyaku lagi.

“Oo... apa tadi pertanyaan ketiga?” katanya.

“Ngeles lo, pertanyaan ketiga: pertimbangan lo mau ngentot ama aku tadi? Gak mungkin kalau kamu khilaf, I know u too well…” jawabku.

“Lha ini, baru berbobot… percaya apa gak, kalau aku sudah minta ijin mbak Ine buat menguji mas, apa sampai hati ngentotin aku, adik iparnya sendiri, dan kalau memang mas tega dan sampai hati, ini menjadi pertimbangan buat dia ngajuin gugatan cerai, dan ternyata… mas sampai hati!”

“Sumpeh lo? Boong abis! Yang bener ah...” sergahku.

“Hahaha… takut nih?” banyolnya selebor.

“Kurang ajar lo, Rik!” sergahku.

“Hihihi… ok, yang tadi boong. Sejujurnya, aku emang khilaf, aku lagi punya masalah sama cowokku. Ngelihat burung mas, body mas, lalu mas nempel-nempel, masuk separo, akhirnya ya sudahlah… ngentot-ngentot dah. Lumayan dapet kuda gratisan, hahaha…” Rika ketawa terbahak bahak.

“Gila lo, Rik. Hampir aja aku jantungan sama jawaban kamu sebelumnya, kalo sampai bener seperti itu, bisa mati beneran aku. Aku gak ngebayangin hidupku kalo mbakmu sampai ninggalin aku!”

“Hmm, aku seneng mas masih mikirin keutuhan pernikahan sama mbak Ine.”

“Ya iyalah! Gila apa? Mbak kamu itu masa depanku, satu-satunya yang aku mau untuk tua dan mati, ya cuman disamping dia.”

“Dan kelihatannya mbak Ine gitu juga, aku ngiri sama kalian berdua.” kata Rika lagi. “Walau kalian ini gila-gilaan soal ngentot sama orang lain, hahaha…” lanjutnya selebor.

”Ah, dasar kamu!” kuremas payudaranya.

“So…” katanya lagi. “Kalo aku bilang, demi mbak Ine aku gak mau satu ronde lagi, apa mas masih mau maksa, bujuk atopun seduce aku?” kata dia lagi. smart move girl!

“Nope!” kataku sambil mencium kilat pipi dia lalu mundur, dan mau berbalik ke depan TV lagi.

Tetapi tangan Rika tiba-tiba menjulur ke arah Penisku dan bilang, “Trus nih konti mau dibiarin berdiri tersiksa gini aja? Beneran nih bisa nahan? Ntar Lastri lagi jadi pelampiasan?” godanya.

“Gila lo! Ini emang kalo sudah berdiri susah disuruh duduk. Tapi biarin aja, ntar dibawa tidur juga dah kalem sendiri.” jawabku.

Rika tersenyum penuh misteri. Dia menyusulku ke sofa. “Kelihatannya Rika bobo sini aja deh, sembari ngawasin, jangan sampe mas nakal-nakalan sama Lastri, hihihi…”

“Pret, tai lo!” kataku ketus. “Eh, menurutmu Lastri tadi denger kita gak ya?” tanyaku.

“Denger, tadi dia sempet nanya aku, tapi dia sudah kukondisiin untuk tutup mulut dan dimakanannya yang tak kasih ke dia tadi sudah kucampur sesuatu, dia pasti sudah tidur pulas sekarang.” jawabnya cuek.

“Rika-rika, bisa aja lo, trus katanya lo gak bawa baju seragam?” sambungku.

“Ya besok pagi aja anterin ke kost pagi-pagi…”

“Iye, princess!! Eh btw, emang kamu tahu apa tentang Lastri? Maksudnya, kelakuan asli dia kalo di kampung? Kan dia dari kampung lo yang nun jauh di mato, hehehe…”

“Hmm… kalau masalah Lastri di kampung, aku gak begitu tahu, soalnya kan beda desa, cuman satu kecamatan doang. Tapi kalau tentang dia sama 'manusia hornian' yang ada di sini, hmmm…” katanya sambil nyolek Penisku dan melirikku binal.

“Maksud lo?!” kataku tanggap atas sindiran dia dan menepiskan tangan dia yang sudah mulai akan meremas batang Penisku.

“Please deh, mas… seakan mas bisa sembunyiin ini dari aku!”

“Ine tahu soal ini?” tanyaku lagi dengan sangat gugup.

“Nah kan bener! Gila lo, mas! Masa Lastri sih? Dia kan masih anak-anak!!” teriaknya sambil melotot ke arahku.

Sadar telah masuk ke dalam jebakannya, aku gak berusaha ngeles lagi. What did I tell u? She’s damn freaking smart. ****!!

“Gak terjadi apa apa, jujur! Aku mergokin dia nonton bokep di kompiku, trus terjadi sedikit pembicaraan, lalu tiba-tiba dia ato aku entah siapa yang memulai, kita French kiss. But that’s all, saat itu aku bener-bener bisa kendaliin diri… entah malaikat apa yang masih menjagaku? Dan serius, aku nyesel seribu nyesel.” jelasku panjang lebar seakan malah curhat.

“Gila lo, mas! I don’t know, apa yang kamu punyain mas, tapi kelihatannya kok hampir semua cewek bertekuk lutut di depan kamu. Makanya kamu jadi gede kepala, trus jadi brengsek gini deh…”

“Hush, jaga bicaramu!” sergahku.

“Serius! Saat kamu apel pertama kali, aku sempet minta ke mbak Ine buat ikhlasin kamu buat aku, tapi mbak Ine bersikeras. Padahal dengan cowok-cowok dia yang lain, mbak Ine asik-asik aja.”

“Eh? Ngomong apa sih kamu, Rik? Jadi… halah, boong banget lo! I’m not your type kale…”

“Hmm,” Rika hanya menjawabku dengan senyuman. “Hehehe, cuman mo ngetes se-PD apa mas itu.” lanjutnya ngeles.

“Preet!” balasku.

Rika merebahkan kepalanya di pangkuanku, dengan begitu, otomatis tanganku melingkar di perut dia. Sambil terus cerita-cerita, mata dia memperhatikan acara TV yang kita tonton, sementara aku? aku memperhatikan dua tonjolan bukit kembar di puncak buah dadanya. Puting itu seakan berlomba ingin melompat ke luar dari You can see tipis tanpa BH yang dia kenakan. Naik turun seirama dengan aliran nafasnya yang entah kenapa menurutku tampak sedikit kurang teratur. Sengaja kupindahkan tanganku dari perut ke dadanya, walau tidak tepat diatas kedua putingnya. Rika masih cuek dan terus bercerita tentang dia dan pacarnya yang seakan ‘kurang mengerti’ kebutuhan dia dan apa yang sebenarnya dia inginkan.

Gairahku kambali naik ke ubun-ubun, aku tahu sebentar lagi aku tidak akan dapat menahan gejolah birahi yang selalu mengasaiku begitu ia terbangkitkan. Tanganku pun secara otomatis mulai melakukan remasan-remasan lembut terhadap payudara adik iparku yang sekal itu. Dan remasan itu semakin keras, semakin keras lalu berubah menjadi gerakan-gerakan jari melingkar-lingkar di seputar putingnya. Melingkar dan sesekali mencolek dengan lembut ujung puncak puting yang terasa semakin mengeras itu. Lalu gerakan itu berubah menjadi pilinan terhadap puting Rika. Seperti sedang mencari chanel radio, aku memilin-milin puting yang semakin keras itu. Penisku sudah ngaceng 100%, entah kenapa, sensasi ini benar-benar membakar birahiku, membara panas dan liar.

Rika sendiri seperti tidak ada tindakan untuk menghentikan remasan dan pilinan jari-jariku terhadap buah dadanya. Malah sesekali aku mendengar desahan-desahan halus keluar dari mulut manisnya. Walaupun aku orangnya suka tidak kontrol terhadap birahi, tetapi aku dapat menjadi orang yang sangat sabar apabila melakukan tindakan foreplay dan merangsang pasangan. Bisa dibilang, aku selalu mengerti dimana titik lemah seorang cewek, perlakuan apa yang paling dia sukai dan apa yang dapat membakar birahinya. Masih bermain-main dengan keterampilan jariku, dengan tangan kanan meremas dan memilin dada Rika, tangan kiriku dari bawah bergerak ke arah pangkal lehernya, menyusur belakang telinganya lalu berbalik ke depan dan mengusap lembut bibirnya.

Rika mulai lebih jauh terpancing, lidahnya mulai terjulur menyambut jari-jariku yang bermain-main di bibirrnya. Sejurus kemudian, jariku telah bertarung dengan sengit melawan lidahnya yang menjilat-jilat liar. Seiring dengan puntiran putingnya dengan tangan kananku, aku masukkan kedua jariku ke mulutnya dan menjepit lidahnya…

“Aghhh…” Rika menggelinjang lalu tiba-tiba mengubah posisinya menjadi terlentang. Ia kangkangkan kedua kakinya, aku tidak menyadari kapan tangannya sudah masuk ke celana hot pants yang ia kenakan dan mengobel Vaginanya sendiri dengan kedua tangannya.


Aku keluarkan tanganku dari mulutnya, dan kugunakan keduanya untuk memproses buah dada dan putingnya. Rika semakin seperti kesetanan mengobel lubang Vaginanya. Akupun semakin tidak tahan, dengan penuh nafsu kutarik U can see-nya ke atas, hingga tarpampanglah buah dada adik iparku yang montok itu, lalu dengan segera aku menunduk dan mempermainkannya dengan mulut dan lidahku.

Rika semakin menjadi-jadi, diobelnya sendiri Vaginanya dengan kedua tangannya dengan RPM tinggi sambil mendesah-desah tidak karuan. Jilatanku pun semakin turun, ke arah perutnya, lalu kusodok-sodok pusarnya dan kupermainkan dengan lidahku. Erangan dan lenguhan Rika semakin keras, akupun semakin bergerak ke arah bawah dari tubuhnya. Dengan posisi merangkak di atas badannya dalam gaya 69, kupelorotkan hotpants yang menutupi Vaginanya tanpa CD itu, aku tercengang melihat tiga jarinya sudah masuk ke lobang Vaginanya sendiri yang sudah sangat basah itu.

Aku segera mencabut jari-jari itu, menyingkirkan tangannya dan menggantikannya dengan mulut dan lidahku. Baru beberapa jilatan dan hisapan, Rika mengejang-ngejang dengan keras dan menyemburkan cairan orgsmenya beberapa kali ke mulutku. Tanpa menyia-nyiakan cairan favoritku yang beraroma sangat aku sukai itu, aku menyedotnya habis tanpa ampun. Rika pun akhirnya menggelosoh lemas seusai orgasme.

Terengah-engah dia berkata, “Hehehe... thanks ya, mas.”

“It’s OK, kamu enak?”

“Banget…”


“Good, mau mandi lagi?”

“Ah, ntar aja deh, masih mau menikmati sisa orgasmeku dulu.”

Aku kembali duduk dan memegang Penisku. “Kalo gak keberatan, tetep posisi itu ya, tak pake ngocok bentar.”

“He’eh…” jawabnya.

Akupun segera mengeluarkan Penisku dan dengan posisi mengangkang di antara kepalanya, aku mulai mengocok sambil memperhatikan matanya yang sayu menatap Penisku yang kukocok dengan tanganku sendiri. Praktis Penisku hanya berjarak beberapa cm dari mukanya. Lalu sengaja aku menurunkan sedikit posisiku sehingga biji pelirku menggesek hidung dan mulutnya. Aku berharap dia sedikit terangsang lagi lalu membantuku dengan sedikit menjilat buah pelir maupun batang Penisku, sialnya Rika tidak bereaksi. Aku tahu dia sengaja tidak melakukan itu. Tapi tidak masalah, dengan pemandangan seperti itu, matanya yang tidak berkedip menatap Penisku yang sedang kukocok, dadanya yang terpampang indah dan Vaginanya yang masih kelihatan licin mengkilap, tidak butuh waktu lama sebelum aku menyamburkan spermaku. Aku memang tidak berniat menahannya terlalu lama, walau aku mempunyai kemampuan untuk itu. Dan kecrotan spermaku sengaja aku arahkan ke atas bibir dia. Rika pun tidak protes ataupun mengubah posisinya, sehingga spermaku sukses membanjiri bibirnya. Dia tersenyum dan menjilat sedikit pejuh yang belepotan di bibirnya itu.

Hanya itu yang terjadi malam harinya, keesokan hari aku mengantarkan dia pagi-pagi ke kos. Dan aku yakin kejadian kemarin akan tersimpan rapi di memory kita berdua.

Hari bergulir kembali, memang paginya aku merasa ada pandangan aneh di mata Lastri waktu mengganti sprei ranjangku yang sangat basah karena permainanku dengan Rika. Disana juga ada sisa-sisa cairan Vagina Rika dan sedikit pejuhku. Tapi dia diam dan tidak tanya macam-macam. Aku bertanya dalam hati, ancaman apa yang dipakai oleh Rika?

But what the hell, aku gak mau memikirkannya lebih lanjut, fakta bahwa Rika memang jagonya memanipulasi pikiran orang lain adalah suatu hal yang somehow menakutkanku sekaligus membangkitkan libidoku setiap kali aku memikirkan dia.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd