Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[COPAS] Tetangga depan rumah kontrakan

laskarcoly

Semprot Lover
Daftar
11 Dec 2015
Post
290
Like diterima
499
Bimabet
Maaf suhu suhu kali ini ane mau post cerita hasil copas, nubi hanya ikut melengkapi cerita semoga bisa dinikmati. Monggo

-
-

Sungguh Aku tidak menduga, kalau sepanjang Aku tinggal di gang kontrakan Pak Amir, Aku akan mendapatkan sesuatu pengalaman yang mengasikkan. Mulanya Aku pindah kesitu karena kontrakan itu tergolong baru, di pinggiran sawah, mengingatkan kampung halamanku, bedanya rumah kontrakan ini mudah aksesnya kalau mau ke pusat kota. Waktu itu Aku memilih tempat paling ujung karena di kamarku ada jendalanya. Pemandangannya bagus serta dekat dengan tempat jemur pakaian. Di belakang kontrakan ada pabrik roti dan ini adalah kekurangan dari kontrakan itu, suara mesin terdengar setiap pabrik roti itu beroperasi.
Waktu masuk pertama, baru ada beberapa keluarga saja yang mengontrak. Di depan ada sekitar 15 bedeng dan di deretanku ada 16. Mulanya Aku tidak begitu memperhatikan tetangga-tetanggaku, karena Aku selalu pergi pagi dan pulang malam. Maklum Aku kerja di daerah Tangerang yang lalu lintasnya selalu macet. Tapi sejak pagi itu, Aku benar-benar dibuat kaget dan ketagihan.
Pagi itu Aku agak santai dan duduk di teras depan kamar, sambil menikmati pemandangan sawah. Saat itu Aku baru saja di PHK dan tengah asik melamun memikirkan kelangsungan masa depanku, sambil menunggu kabar dari beberapa lamaran kerja yang kulayangkan. Suasana sekitarku tampak sepi, maklum pagi hari menjelang siang begini kebanyakan tetanggaku sudah berangkat kerja. Yang ada paling istri-istri mereka, itu pun kalau tidak bekerja pula, dan anak-anak yang belum sekolah.

Tiba-tiba kontrakan di depan kontrakanku terdengar pintunya terbuka, dan kulihat seorang wanita dengan hanya mengenakan handuk terlilit, keluar sambil membawa ember berisi cucian. Yang membuat Aku agak kaget, wanita itu cantik sekali, dengan kulit putih serta rambut panjangnya. Mungkin wanita itu juga terkejut karena tidak biasanya Aku duduk di situ pagi-pagi begini.

Wanita itu menuju samping kamarku yaitu ke tempat menjemur pakaian. Otomatis Aku yang sedang memandang sawah jadi terhalang oleh pemandangan wanita yang sedang menjemur pakaian. Ada rasa tidak ada enak kalau aku tetap pada posisiku. Aku segera masuk ke kontrakanku. Tapi bayangan tubuh dililit handuk itu memaksaku untuk terus mengawasinya. Dan aku melanjutkan kegiatanku dari balik jendela kamar yang menghadap langsung ke tempat jemuran. Cukup lama aku bisa menikmati tubuh wanita itu, yang aku yakin dia tahu aku tengah mengawasinya dari balik jendela kamar. Sepertinya dia sengaja memamerkan tubuhnya.

Aku makin terperangah dibuatnya. Di depan jendela kamarku persis, dia membungkuk mengambil jemuran dari ember. Handuknya yang tidak terlalu besar yang tidak bisa melindungi kemulusan pahanya itu makin mempertontonkan apa yang sebenarnya ingin ditutupi si pemilik tubuh. "Sial", umpatku karena aku bisa melihat jelas pemandangan yang sangat menggiurkan. Sebagian bulu halus dipangkal pahanya terlihat jelas, lengkap dengan gundukan bukit vaginanya.
Dan sepertinya pertunjukannya belum habis, saat cucian yang sudah dijemur habis. Wanita itu seperti sengaja, lalu membuang air di ember, sehingga haduknya tertarik, handuk itu lepas lilitannya. Aku sempat melihat buah dadanya yang mulus dan masih tegak, serta serumpun bulu yang melingkari selangkangannya. Sekali lagi sialnya kitika ia memungut handuknya yang jatuh ia melihat ke jendela kamarku. Tatapan kami beradu. Tidak segera menutup auratnya dia malah sengaja memamerkan keindahan tubuhnya berlama-lama. Setelah aku panas dingin dibuatnya, dia ambil ember sambil mengerling nakal padaku lalu meninggalkanku yang merana kehilangan pemandangan yang menakjukan.

Sore itu juga Aku meniatkan diri untuk mengecek apakah wanita di depan kamarku itu gadis atau bagaimana. Sekitar pukul 7, Aku mengintip dari gorden ketika kudengar suara motor. Kulihat seorang laki-laki serta dua orang anaknya turun dengan riang. Wanita itu keluar dan, sekali lagi cantik banget, mengenakan daster terusan sehingga tampak seolah berkibar. Sedikit kecewa Aku bergumam. Wah sudah punya suami, dan punya anak lagi.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Nunggu update aahh... Walopun cuma copas.. Hahahaha
 
Ijin lanjut suhu :beer:

Semenjak kejadian itu Aku jadi rajin nongkrong di depan rumah di saat pagi menjelang siang. Tapi seperti sudah tahu, wanita itu juga tidak sembarangan lagi memakai handuk.

Kata ibu tetangga sebelah kamar, tumben Aku kok kelihatan. Yach sedang tidak banyak kerjaan, kubilang.

Seminggu Aku jadi pusing sendiri. Walau pun sering bertemu tapi ya... selalu pakai longdress atau rok yang panjang sehingga Aku hanya menelan ludah. Aku pun sudah tahu namanya. Aku memanggilnya Mbak Rani. Baru nikah dengan duda beranak dua. Wah berita gembira juga. Berarti masih enak, dalam hati Aku bergumam sambil memandang payudara wanita itu. Yang dilihat risih juga. Lalu ngeloyor ke anaknya yang sedang bermain di gang. Aku pun mulai akrab dengan anak-anak tirinya, dan karena sering ngobrol, Mbak Rani sudah cukup akrab pula denganku, hingga suatu saat...

Waktu itu Aku baru bangun tidur, kesiangan, dan sedang spanneng berat, sehingga tanpa terkontrol Aku melakukan hal yang fatal. Saat itu Aku mendengar suara Mbak Rani yang mungkin telah selesai menjemur pakaian dan sedang memberi makan anaknya. Aku yang sedang ngaceng berat, keluar dan duduk di sebelah Mbak Rani. Sambil lihat ke kiri ke kanan, kulihat hanya beberapa tetangga di ujung yang sedang duduk. Aku lalu mencoba mengajaknya ngobrol.

"Mbak... suaminya pulang malam terus ya?". "... Ya begitulah... emang kenapa Ton?". Aku diam saja sambil melihat betis Mbak Rani yang mulus. "Nggak... Mbak sudah lama nikah?". "Eh nanya itu melulu, kenapa sih?", Mbak Rani memandangku heran. Aku yang sedang horni nekat mencoba mengelus tangan Mbak Rani. Mbak Rani bereaksi. Ditepisnya tanganku. "Heh, entar kelihatan tetangga".

Wah... girang Aku melihat sikap dan mendengar alasan yang cuma segitu. Aku semakin berani dan mulai mengelus paha Mbak Rani. "Eh... apa-apaan... jangan kurang ajar dong Ton!". Mbak Rani berdiri sambil memandang tajam. 'Sial!', dalam hati Aku meruntuk. Kok tergesa-gesa amat. Sejak itu Mbak Rani seperti berubah. Tapi sering kalau Aku sedang nongkrong dia mengintip di gorden.

Hingga pagi itu, kira-kira jam 10, suasana di depan kamarku senyap saja. Sampai terdengar pintu kontrakan depan terbuka. Aku mengintip. Wah... Aku langsung deg-degan ketika melihat Mbak Rani keluar dengan handuk terlilit membawa ember besar. Lalu seperti memandang ke kamarku, Mbak Rani menuju ke tempat jemur pakaian. Aku jadi spaneng melihat itu. Lalu kucari akal.

Aku segera melepas seluruh pakaian dan menuju ke kamar mandi lalu mengguyur tubuhku asal basah. Lalu kuambil handuk dan kulilitkan dipinggang serta kuambil ember kosong dan kuisi dengan beberapa pakaian yang sengaja kubasahi. Lalu Aku keluar menuju tempat jemuran juga.

Mbak Rani kaget ketika kutegur, "Njemur Mbak?". "Iya... kok tumben njemur disini?", datar suara Mbak Rani. Dia sempat melirik ke handukku. "Iya biar ketemu Mbak Rani, habis kangen sih...", jawabku sekenanya. Aku hanya melampirkan satu baju saja dan lalu menuju ke Mbak Rani yang sedang mebungkuk. Dari belakang Aku memeluk Mbak Rani sehingga Mbak Rani kaget. Mulutnya hampir berteriak tapi tidak bisa karena Aku segera membekapnya.

Mbak Rani meronta hingga handuknya jatuh dan karena gerakan menahan, handukku juga terlepas. Tubuhku dan tubuh Mbak Rani menempel. Mbak Rani terus meronta tapi Aku berhasil mengelus puting Mbak Rani yang menonjol.

"Mbak... diam dong, nanti kalau ketahuan kita bisa sama-sama malu juga khan", kataku.

Mbak Rani mengambil nafas dan berhenti meronta, mungkin dia mulai tersadar akan kebenaran ucapanku atau mungkin juga karena dia merasa kemaluanku menggeser pantatnya sehingga menimbulkan sensasi. Dan Mbak Rani semakin diam saja ketika tangan kiriku yang tadinya membekap mulutnya kini pindah ke susunya serta tangan kananku menuju ke pangkal pahanya. Tampaknya Mbak Rani seperti pasrah ketika Aku terus memeluk dari belakang dan menggiringnya ke tembok rumah, mencari tempat yang lebih terlindung dan aku merasa banyaknya jemuran yang tergantung sangat membantu.
Bersambung.....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd