Kriiiingg, kriiiingg, kriiiingg.
Pagi itu, dering suara hpku mengusik tidurku.
Sebuah panggilan, "siapa pagi-pagi gini telpon, nggak tau apa orang masih tidur?, inikan baru jam 5:30, shitt" keluhku.
Tak kupedulikan telpon tersebut, namun sepertinya memang sengaja mengangguku, karena dia menelpon tiada henti, sampai pada panggilan ke 10, baru panggilan itu ku angkat, tanpa kupedulikan siapa yg menelpon.
"halo" kataku.
"kak, hix hix hix" suara tangisan terdengar dari seberang.
"siapa yah?" tanyaku.
"hix hix hix" tak ada jawaban selain suara tangisan.
Siapa nih? Kok nangis? Dalam hatiku bertanya tanya.
"halo" kataku lagi dengan suara agak keras.
Tiada jawaban, selain tangisan.
"haloo" aku mulai emosi, suara kini membentak.
"kalo gak mau cerita, gak usah nelpon, aku ngantuk, Anj*ng" umpatku.
*klik* kuakhiri panggilan itu.
Kulanjutkan kembali tidurku, mumpung hari minggu, jadi pengen malas malasan dulu.
Kriiing, kriiing, kriing.
Sebelum kepalaku mendarat di bantal, suara dering itu kembali terdengar.
Emosiku seketika naik, "bangsat" umpatku sambil meraih hpku.
"halo, kau siapa sih, maumu apa?, nggak tau apa kalo orang lagi istirahat?" bentakku setelah tombol hijau teleponku kupencet.
"kak" jawaban terdengar.
"siapa ini?" tanyaku ketus.
"nadi* kak" jawab suara dari seberang. Yg ternyata nadi*, orang yg ku maksud di threadku di HtH.
"mau apa?" tanyaku ketus.
"kak, hix, aku diputusin lagi ma pacarku" kata Nadi* terisak.
"trus, maksudmu melelponku apa?" tanyaku lagi.
"kakak tunggu aku dirumah yah, aku mo kesana" *klik* kata nadi* tanpa menjawab pertanyaanku, dia langsung mematikan panggilannya.
"nadi*, mau apalagidia?" keluhku.
Yah, memang nadi* adalah orang yg kucintai, namun dia juga orang yg kubenci.
Karena dia hanya menganggapku ada ketika dia membutuhkanku.
Skiipp*
skiipp*
"assalamualaikum"
sebuah salam terdengar dari luar, dan aku tau siapa pemilik suara itu.
Yah, Dia nadi*, kubuka pintuku, tanpa menjawab salamnya.
"kakak,huhuhihu" dia langsung menghambur ke pelukanku.
Aku hanya diam, diam bagaikan patung.
"kakak, aku minta maaf, yah?" katanya terisak.
"maaf? Untuk apa?" tanyaku dingin.
"untuk semuanya, kak, karena selkama ini aku sering menyakiti kakak" katanya setelah melepas pelukannya.
"hmmm, kukira kau tidak tau kata maaf?" tanyaku sini.
"maksud kakak?" dia bertanya keheranan.
"selama ini, kau kemana setelah kau merasa bahagia?, selama ini apa kau merasa mengenalku disaat kau tak lagi membutuhkanku?, dimana kau saat aku terluka saat mataku melihatmu bermesraan dengan yg lain?, dimana kau saat ku terpuruk derita?, dimana? Hah?" bentakku.
Nadia hanya menutup mulutnya mendengarku.
"apa kau pernahpeduli padaku?, apa pernah?, saat kita bertemu, kau malah memeluk pacarmu, saat kau melihatku duduk termenung, kau lewat didepanku sambil bergandengan mesra, kau tak pernah peduli padaku, pada hatiku." kataku lagi.
Nadi* diam dengan air mata meleleh.
"tapi setelah kau putus, kaukembali lagi padaku, menumpahkan keluh kesahmu, jujur, selama ini aku merasa hanya menjadi pengisi waktumu, penyumpal lubang hatimu, tapi setelah lubang itu hilang, kau mencampakkanku, kau pergi tanpa pernah pedulikan aku, sekarang kau kebali lagi, belum puaskah hatimu melukaiku?" lanjutku.
"kakak, Ak......"
"sudahlah, sebaiknya kau pulang saja, obatilah lukamu dengan caramu sendiri, jangan pernah mengharapkanku lagi, karena aku sudah tidak lagi bisa bersamamu."
kataku memotong ucapannya.
"tapi kak. Aku bisa...."
"pulanglah,"
"tapi...."
"aku bilang, PULANG" bentakku emosi.
"kakak, tlah berubah" katanya.
"memang, dan yg berperan penting atas perubahanku itu adalah kamu, tingkahmu, dan sifatmu" kataku sambil menatapnya tajam.
"kakak, jahat. Aku Benci KAKAK" kata nadi* sambil berlari meninggalkanku.
NB: sebenarnya dialog diatas mengunakan dialog orang sulawesi, jadi aku pikir, dari pada gak ada yg mengerti, lebih baik aku translate saja ke bahasa indonesia.