Halo sahabatku semua..
Tak pernah hilang rasa bahagia di hati ane tiap membuka trit Coretan Kisah para Sahabat ini..
Tak pernah bosan ane membaca , menyimak dan mendalami lagi kisah-kisah luar biasa dari para Sahabat yang menulis pengalaman hidupnya disini.
Kali ini,.. ane coba lepas sejenak dari kisah ane dan Aska..
Dengan besar hati ane coba menyampaikan kisah lain.. kisah kecil sederhana yang mungkin membosankan..namun terjadi dalam lingkungan dan keseharian kita.
Satu kisah yang terdengar, tercerita didepan ane..berkali-kali..
Hingga akhirnya membuat ane tergerak untuk menuliskan paparannya di trit butut ane ini.
Demikianlah seperti yang ane dengar, dan yang pernah ane lihat, dan kini ane coba sampaikan..
Sudah hampir empat bulan menganggur
mencoba melamar kerja kesana kemari..sampai akhirnya terbukalah kesempatan seorang gadis bernama Wulan untuk bekerja di satu pabrik, di pinggiran kota Jakarta.
Besar hati Wulan yang ingin membantu orang tuanya, lebih dari sekadar mencuci baju atau mencuci piring dirumah, mengepel lantai atau membantu ibunya berjualan.
Hari pertama yang bingung dilalui Wulan dengan semangat bekerja yang tinggi
Rekan-rekan kerja yang baru dikenalnya pun tak jadi penghalang buat dirinya untuk belajar melakukan pekerjaannya di pabrik ini. Semua ramah dan baik.. semua dengan sabar mau mengajari.
Sebagai operator mesin pembolong karton semi otomatis, Wulan termasuk seorang yang mampu belajar cukup cepat dalam menguasai pekerjaannya itu.
Sudah jadi prosedur di pabrik tersebut
semua mesin
otomatis maupun semi otomatis memiliki target produksi harian.
Sebagai operator mesin pembolong karton, Wulan punya target kerja 3300 lembar karton sehari.
Karton tersebut harus dilubang sesuai ukuran dan tipenya,
diangkat, disortir dan disusun diatas palet dengan rapi.
Dan semua itupun berhasil dilalui sang Wulan dengan kemauannya yang kuat.
Semua prosedur dilewati Wulan dengan baik
Sebagai karyawan baru di pabrik itu, diterapkan Tiga bulan training, harus berbaju hitam putih, dengan gaji saat itu satu juta Sembilan ratus ribu, sampai kemudian setelah tiga bulan harus melalui beberapa test dan wawancara dari pihak personalia dan kepala pabrik langsung agar supaya bisa menerima gaji dua juta empat ratus untuk bulan berikutnya, dan boleh memakai seragam pabrik yang harus dibeli, dipotong langsung dari gaji seharga enam puluh ribuan satu potong.
Target..target..target
Setiap hari harus masuk target
Tak boleh ada waktu kerja yang terbuang sia-sia
nanti ga target
Begitulah bahasa para karyawan yang fasih bekerja di pabrik itu..
Dengan tersenyum saja, Wulan dengan lapang dada menerima apa yang ia terima sebagai karyawan di pabrik itu, menepis semua ungkapan heran dari saudara-saudaranya saat mendengar cara bekerja, jumlah gaji dan prosedur training yang harus dilalui Wulan. Karena berbeda dengan saudara-saudara yang bekerja ditempat lain, gajinya lebih besar, tunjangan shift, transport, uang makan, dan sebagainya. Sedangkan Wulan harus melalui prosedur training, dengan gaji training, tanpa tunjangan apapun, tanpa uang makan, transport, bahkan air minum pun harus bawa dari rumah.
Beberapa kali Wulan harus menjalani long shift 12 jam dengan bayaran seratus delapan puluh ribu.
Dan sedihnya, pernah ada di beberapa bagian yang harus kerja sampai 21 jam
saat hari sabtu dan Minggu, masuk jam setengah delapan pagi.. pulang jam lima subuh
dikarenakan katanya pabrik lagi dikejar order yang harus selesai..dan dibayar kurang lebih empat ratus ribu tiap karyawan.
Jadwal lembur di pabrik itu datang dadakan..
Tiba-tiba sudah waktunya pulang, harus batal dan menjalankan mesin lagi karena diinstruksikan lembur.
Tapi Wulan tak pernah
benar-benar tak pernah mengeluh.
Jam masuk pabrik yaitu jam setengah delapan
tapi karyawan diharuskan datang jam tujuh sudah sampai di pabrik untuk mulai memanaskan mesin.
Dalam beberapa periode yang bergilir, karyawan diharuskan datang jam enam pagi untuk ditugaskan membersihkan musholla dan kantin.
Jam istirahat yaitu pukul dua belas siang sampai jam satu siang.. tapi karyawan harus siap pukul satu kurang limabelas menit didepan mesinnya masing-masing dan mulai bekerja.
Diterapkan sanksi denda buat karyawan yang terlambat di jam masuk maupun jam istirahat sekitar lima ribu sampai sepuluh ribu rupiah tiap pelanggaran terjadi.
Ditambah dengan aturan-aturan lain
seperti lupa mematikan lampu
lupa menutup pintu
menjawab atasan dengan jawaban lupa dan masih banyak lagi
semua didenda sebesar lima sampai sepuluh ribu rupiah.
Begitupun bila hasil produksi rusak..karyawan disuruh mengganti, dihitung tiap lembarnya dengan biaya yang ditetapkan oleh pihak manajemen.
Beberapa bulan lalu, betapa gembiranya Wulan saat mendengar ada kenaikan gaji setiap tahun yang ditetapkan pemerintah.
Dia tunggu betul berapa angka yang akan ia terima nanti setelah adanya kenaikan.
Dan benar saja
berita itupun marak dikalangan karyawan yang lain..
Siapa yang tak mau naik gaji
semua pasti mau..
Dan menjelang kenaikan terjadi
pihak personalia menyodorkan lembaran yang berisi nama tiap karyawan yang harus ditandatangani. Semua menandatangani
semua harus menandatangani.. katanya,..yang tidak tandatangan,kontrak kerjanya tidak diperpanjang.
Dan rupanya lembaran yang ditandatangani oleh para karyawan itu ditempel meterai untuk dijadikan bukti kesepakatan bahwa karyawan setuju untuk menerima kenaikan gaji dari dua juta empat ratus menjadi dua juta tujuh ratus ribu tiap bulannya. Jauh selisihnya dari angka yang diharapkan..mengingat di tempat lain karyawannya mendapat gaji sesuai UMK, tunjangan dan banyak fasilitas lainnya.
Walaupun agak kecewa
Wulan tetap saja tak menyerah.. lulusan SMA seperti dia tak banyak punya pilihan.. niatnya untuk membantu orang tua sungguh besar.. bekerja adalah caranya untuk menggapai kemandirian.
Dan dia berpikir toh tak ia sendiri yang mengalami hal yang sama.. semua karyawan di pabrik itu pun demikian.
Lulusan SMA, banyak yang sudah berumur lebih dari 25 tahun
yang bingung mau bekerja dimana lagi selain di pabrik tersebut.
Kembalilah Wulan dengan semangatnya..
Hari demi hari sebagai operator pembolong karton..
Hingga target 3300 lembar sehari dinaikkan oleh pihak pabrik menjadi 3500 lembar untuk 8 jam kerja.
Wulan tak perduli.. target itu dicapainya tiap hari..
Lembur dijalaninya walau bekerja 12 jam dengan bayaran seratus delapan puluh ribu..
Dan hari itu
Wulan agak pilek
hidungnya tersumbat
kepalanya agak berat..
Namun ia tetap bekerja.. sudah sekitar 2000 lembar hari itu ia melakukan pekerjaannya.
Sampai sang Kepala produksi datang..
Operator mesin press label ada yang tidak masuk..
Berhubung Wulan terhitung masih anak baru, sang kepala produksi pun menginstruksikan Wulan untuk pindah kerja ke mesin press label.
Wulan mengangguk dan segera pindah ke mesin press label
Sebentar saja operator senior mengajari cara kerjanya..dan perlahan Wulan pun mulai mempraktekkan..
Demikianlah hari itu setengah hari Wulan habiskan untuk menyesuaikan diri lagi menjalankan mesin press label.
Hingga dua hari Wulan tak kembali ke mesin pembolong
kepala produksi menugaskannya lagi untuk bekerja di mesin press label.
Wulan mengakui, menjalankan mesin press lebih sulit ketimbang mesin pembolong karton
hatinya pun mulai kuatir..mengingat target kerja di mesin press label sehari itu harus menyelesaikan 3000 lembar.
Kepala produksi mondar mandir dan berdiri didepan mesin press label yang ia jalankan.. berkali-kali hari itu diucapkan hasil 3000 lembar yang harus ia capai dalam sehari. Menurut apa yang diucapkan kepala produksi..kalau belum target, Wulan tak boleh pulang
tiga hari sudah cukup untuk belajar
Wulan harus mencapai target.
Beberapa saat dari itu
kepala pabrik yang memang tiap hari berkeliling di area produksi pun datang menghampiri..dan mengucapkan kalimat yang tak jauh beda dengan ucapan kepala produksi.
Wulan pun menambah fokusnya.. ia sadari betul.. angka hasil 3000 lembar harus ia raih hari itu.. dia tak mau pulang lebih dari jam pulang seperti apa yang diucapkan sang kepala produksi dan sang kepala pabrik.
Wulan mempercepat gerakannya.. walaupun ia belum fasih betul dalam menjalankan mesin itu.
Sampai hari itu..Wulan menyingkat waktu istirahat untuk masuk lebih awal ke area produksi dan menjalankan mesin press label demi angka target yang dibebankan untuknya.
Ada sekali lagi sang Kepala produksi menghampiri.. menegur cara kerja Wulan yang dianggapnya masih tak efisien..
Wulan diam saat itu.. dia cuma tersenyum tipis dan mengangguk-angguk saat sang kepala produksi menjelaskan sekali lagi cara kerja mesin press label dengan nada lantang.
Hari itu, Wulan benar-benar merasa harus bisa
maka dengan lebih cepat lagi Wulan memacu tangannya untuk menjalankan mesin press label yang baru hari ketiga dipelajarinya.
Terdengar kata pukul setengah tiga di telinganya
diucapkan oleh rekan kerja yang sedang bicara dengan operator yang lain.
Wulan tak mau pulang lebih telat
pukul setengah lima, Wulan harus dapat hasil 3000 lembar.
Wulan terus memacu tangannya.. memacu tangannya..
Sampai detik yang tak ia sangka.. jarinya terasa panas
panas sekali..
Sepanas klise mesin press label yang terbuat dari logam..
Dengan cepat Wulan menarik tangannya..
Ada yang menciprat..
Baju putih trainingnya nampak terkena cipratan dan ternoda..
Dan operator mesin press label diseberangnya terkesiap.. ternyata cipratan barusan juga mengenai rekan kerja yang ada di seberang mesin yang dijalankan Wulan.
Diatas meja mesin.. dilantai bawah mesin..
Dan kini bukan hanya cipratan
tapi kucuran..
Semua merah
merah..
Ada bagian yang tertinggal , sepertinya terpotong dan menempel di klise logam mesin press label.. ditatap sebentar oleh Wulan, tapi matanya seperti berkunang..terasa jarinya yang tadi panas sekarang perih dan sangat teramat sakit. Ia hendak pingsan.
Tubuhnya limbung.. hendak jatuh ia kebelakang dari kursinya..
Terdengar pekikan dari rekan kerja di seberang mesin..
Dan terasa ada lengan yang menyanggah jatuhnya..
Ada tangan yang cepat menutup jemarinya yang terus berdarah dengan saputangan hitam..
Dirasakan tubuhnya lemas, tapi ada yang mengangkat..
Saputangan hitam yang sengaja dibungkuskan di jemarinya sempat sebentar ia lihat.. sebelum akhirnya ia benar-benar pingsan,tak ingat apapun lagi..
Singkat kata..
Wulan dibawa kerumah sakit
Jari manisnya diobati
ditanggung oleh pihak pabrik..
Rekan berdatangan untuk menjenguk kerumah Wulan..
Wulan tidak dirawat
cuma pulang di malam harinya setelah kejadian..
Dan kini..
Jari manis Wulan tinggal separuh..
Tak tercapailah target 3000 lembar hari itu..
Kepala produksi datang berkunjung kerumah Wulan bersama rekan yang lain
Uang lima puluh ribu diamplop dikepalkan ke tangan orang tua Wulan saat pamit pulang.
Kurang lebih sebulan setengah Wulan menjalani masa penyembuhannya dirumah..
Masih dengan semangatnya
bila sudah sembuh
ia akan kembali bekerja.
Benarlah saja..
Wulan merasa sedikit nyeri tapi ia merasa bisa..
Wulan berangkat dan mulai bekerja lagi..
Posisinya sebagai operator mesin pembolong ternyata sudah ada yang menggantikan
begitupun operator mesin press label yang terakhir katanya tidak masuk karena sakit juga sudah aktif kembali.
Wulan bingung.. kerja apa dia sekarang..
Belajar di mesin mana lagi..
Pagi itu.. seperti biasa briefing dilakukan sebelum bekerja..
Tak seperti biasanya.. bukan kepala produksi yang memimpin briefing..
Ada atasan baru yang memimpin briefing
Wulan belum kenal
tapi rekan-rekannya sudah..
Wulan sadari, ada perubahan yang terjadi di area kerjanya saat ia istrirahat dirumah setelah kejadian naas yang menimpanya sebulan setengah yang lalu.
Namun hatinya bingung
dimana ia akan bekerja hari ini..
Tapi Wulan diam saja menunggu instruksi dari atasan baru..
Dan dalam briefing di pagi itu Wulan disapa oleh atasannya yang baru
ditengah briefing
didepan rekan-rekan kerjanya yang lain
yang tadi dengan gembira menyambut kedatangan Wulan untuk bekerja bersama lagi.
sudah sembuh..?,atasannya bertanya.
sudah,pak..,jawab Wulan pendek sambil mengangguk pelan.
beneran bisa mulai kerja lagi..?,tanya atasan Wulan sekali lagi.
Wulan agak berani menatap atasannya lebih tegak.
sudah pak.. tapi bingung sekarang mau kerja di mesin apa..,sahut Wulan dengan nada sopan.
oh tenang..kamu saya atur ga di mesin lagi
kamu di bagian yang ga pake mesin-mesinan..,terdengar jawaban atasan begitu jelas.
tapi pak.. kepala produksi kan terakhir kasih saya tugas itu..nanti saya gimana kalo ditegur..,ucap Wulan agak ragu.
Terlihat oleh Wulan atasan barunya tersenyum.
saya yang atur kamu begitu
saya yang akan tanggung jawab..,demikian sahut atasan Wulan yang baru.
Entah yakin atau apa.. hatinya yang gentar mengingat harus menjalankan mesin press label kini tak lagi merisaukannya.
Wulan mengangguk mendengar ucapan atasannya yang baru.
Terlihat sang atasan baru mengangkat wajahnya..melanjutkan briefing pagi yang tengah ia gelar. Sebentar wajahnya berkeliling menatap wajah para karyawan yang dipimpinnya satu persatu.
Diarahkan tiap bagian per bagian untuk tugas hari ini yang harus dijalankan.
Diberi banyak amanat dan pesan untuk mengutamakan keselamatan dalam bekerja.
Diberi pesan dan amanat untuk menjaga rasa kekeluargaan dan kerjasama dalam bekerja.
Wulan tak lagi ditugaskan di mesin yang membahayakan.
Diajak semuanya berdoa bersama sebelum memulai kerja.
Lalu briefing pun dibubarkan
dan semua karyawan pun ke bagian masing-masing untuk mulai bekerja.
Wulan mengakui senang mendengar apa yang ditugaskan untuknya kali ini, karena tidak harus menjalankan mesin lagi.
Melipat dan menempel lapisan cover karton kini jadi tugasnya..
Sama-sama di target
tapi tak berbahaya..
Wulan pun menuju ketempat kerja di bagian yang ditugaskan oleh atasannya yang baru .
Hatinya jujur lebih tenang, bahkan sangat tenang.. trauma atas kejadian terakhir sebenarnya sudah membuat dirinya kecut untuk menjalankan mesin-mesin itu.
mulai hari ini
tak perlu risau sama target
lakukan saja semua sesuai dengan kemampuan kamu
sebelum target tercapai
berapapun hasil kamu adalah tanggung jawab saya
Demikian terngiang ditelinga Wulan, ucapan sang atasan baru dan pasti juga didengar oleh rekan-rekannya sebelum menutup briefing pagi barusan. Satu kalimat yang tak pernah Wulan dengar dari atasan-atasan yang lain
yang lebih dulu ia kenal di pabrik ini.
Sebentar Wulan menatap sosok atasan barunya di kejauhan area produksi.
Perlahan semangatnya dikumpulkan..
Wulan pun bekerja lagi.. bersama rekan-rekannya yang lain..
Dari jam tujuh pagi harus datang
hingga jam setengah lima waktu pulang.. tapi jam setengah enam baru bisa pulang.
dari 12 jam yang lembur demi seratus delapan puluh ribu rupiah tertambah di slip gaji nanti.
Demi orang tua yang mendoakan..
Demi anak tersayang yang dimomong neneknya
yang menangis kala ibu pergi bekerja.
Demi hidup dan perikehidupan yang harus berjalan..
Demi harapan untuk menjadi yang lebih baik..
Wulan yang satu
bersama mereka yang terus berpacu..
Demikianlah kisah ini ane sampaikan..
Seperti apa yang ane dengar
dan ane lihat..
Semoga terhukumlah kesewenang-wenangan..
Terkutuklah setiap penjajahan..
Bersama inipun ane mengajak para Sahabat ane yang tersayang untuk mendoakan mereka yang hebat..
Mereka yang penuh harapan dan menjadi yang terbaik buat orang yang mereka cintai..
Kita doakan agar mereka selalu diberi kesehatan, diberi rezeki yang sepantas-pantasnya..
Diberi kebahagiaan dan tercapailah segala cita-citanya