Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT DAL SEGNO SERIES

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Udah? Tamat? Gini aja?

Mina-saaaaan! Ankoru ikuzoooo!

Ankoruuuu!
Ankoruuuu!
Ankoruuuu!
 
D A L S E G N O
Part 6A



“ Suatu tempat di semesta alam impianku, hujan turun di pagi itu

Matamu yang terjaga bercerita bahwa kau takut untuk keluar ”


===Pov Author===

Mata sayu nan cantik itu mulai terbuka perlahan, selang infus menancap dipergelangan tangan ramping milik Caroline. Mata indahnya menatap ke segala arah, dimana akhirnya dia bisa menemukan mama dan papanya beserta adik perempuannya.

“mamah, Carol masuk rumah sakit lagi ya ?”

“iya Caroline sayang, banyak istirahat ya ?”

“berapa lama Caroline tidur ?”

“seharian ini sayang, ini baru pindah ruang rawat kemarin di UGD, Dokter berkata kalau Caroline kelelahan, jadi sekarang Caroline harus banyak istirahat ya”

“mmm iya mah, dek koko mana ?” tanya Caroline ke adiknya.

“ koko ga tau kemana ci, ga pulang dari kemarin”

“ ooh…”

Sebenarnya hanya ada satu orang yang ingin Caroline tanyakan keberadaannya, nama orang itu tak lain tak bukan adalah Angga. Tapi Caroline tahu resikonya jadi lebih memilih diam dan meratapi kepedihannya sendiri.


===Pov Angga===


Memar di tubuh ini sudah kubasuh, luka hati ini coba ku obati, tapi berhari-hari tanpa kabar orang yang kukasihi membuatku meledak dalam kesunyiaan. Tidak ada yang bisa mendengar, kecuali suara hati yang pilu kurasakan menyayat setiap helaan nafas ini.


“ Caroline aku ingin bertemu kamu, tadi siang aku menuju rumah sakit tempatmu dirawat tapi katanya kamu sudah pulang ke rumah, sedang ke rumahmu merupakan hal yang mustahil bisa menemuimu disana, Caroline apa yang harus kulakukan ? ”


Aku menuju lantai 2 terbuka rumahku dimana disana ada upright tua milik kakekku, biarlah tua yang penting notasinya masih baik. Aku sangat rajin merawat upright tua ini walau beberapa suku cadangnya mulai sulit ditemukan tapi aku tidak menyerah begitu saja, aku mengakali beberapa part yang hilang, di senja ini aku ingin mengusir rasa rinduku kepada Caroline, aku membuka kembali buku catatan kecil berisi lirik yang kugubah bersama Caroline, aku mulai menjentikan jemari kaku ini diatas tuts kemudian meraba melodi sederhana, belum, bukan begini seharusnya penjabaran dari lirik ini. Kembali aku memainkan nada yang berbeda yang lebih sendu, tidak, ini terlalu sendu karena aku bahagia bersama dengan Caroline, bagaimana ini ? buntu. Aku hanya bisa menundukan kepala yang kosong ini hingga jari telunjukku menekan satu tuts diiringi kelingking kiri kemudian menyatu dengan jemari lainnya hingga terdengar satu komposisi yang aku suka dan perlahan kulantunkan bait per bait lirik gubahanku dengan Caroline, semuanya mulai terbentuk dan aku semakin menyukainya seakan warna nada ini begitu putih menyelimuti kalbu, aku mengambil walkman sony berisi pita kosong, kumainkan per patern sekali lagi dengan nyanyian pas-pasan mengingat aku bukan seorang vokalist yang baik. Sekali lagi kuputar hasil rekaman seadanya ini, ah ada satu ide yang terbersit entah darimana datangnya, malam ini aku harus menemuinya, menemui Caroline, separuh jiwaku.


***​

Motor 2 tak ini memang berisik, mau gimana lagi ini memang era dimana 2 tak merajai jalanan kota Bandung dengan berbagai modifikasi sederhana asal bisa lari. Aku sendiri menunggu matahari terbenam sambil menikmati segelas kopi di pinggir kios dekat dengan terminal kebon kalapa, lampu kios yang temaram membuat motorku tidak terlalu terlihat dari arah seberang dan aku masih memandang ruko dengan bangunan tua berlantai 3 dengan rooftop itu dengan seksama. Hampir jam delapan lewat dan hanya lampu ruko bagian depan saja yang saat ini masih menyala, dan di lantai paling atas yang merupakan kamar Caroline terlihat lampu masih menyala, mudah-mudahkan kekasihku masih bangun.


Tidak ada hal yang begitu lebih berat daripada menahan rindu, ingin rasanya aku menaiki tangga darurat itu dan langsung memburu ke arah kamar Caroline, tapi apa daya tanpa ada yang menurunkan sebagian tangga besi itu tubuhku tidak bisa begitu saja menggapai si anak tangga yang menggantung beberapa meter diatasku, aku melihat kembali bungkusan berisi pita kaset yang berisi rekaman lagu dari lirik yang aku dan Caroline gubah bersama, tidak ada cara lain, bila memang aku mau Caroline mendengarkan lagu ini, aku harus melemarnya ke atas, dan hupla....dengan sedikit tenaga lemparanku rupanya sampai ke rooftop lantai atas dan kembali mudah-mudahan Caroline bisa mendengar suara berisik


“ dear , aku mohon dengarkan Carl , dengarkan please ”


Lorong pinggiran tangga memang sedikit gelap, beberapa saat aku menunggu dengan penuh ragu, aku hanya bisa mengacak-acak rambutku sendiri dan menyulut sebatang rokok yang hanya kuhisap beberapa kali kemudian kulempar kemana saja, tidak berguna tapi aku mengulangnya hingga 3 kali, Shit! .


Sayup tedengar lantunan piano dengan nada yang kukenal, tipis namun benar ini suara piano dari lantai atas, apakah Caroline sudah mendengar lagu gubahannya yang sudah kusempurnakan? nadanya pas walau terpatah-patah dibeberapa legato, aku mendengar suara Caroline yang lirih namun tipis melantunkan lagu dengan nada yang sama, ya sama dengan yang kurekam namun liriknya berbahasa inggris, Carl apakah kamu langsung mentranslate lagu kita? suara piano mulai berhenti , aku mendongakan kepala keatas, kenapa berhenti? ayo Carl mainkan lagi ayoo aku rindu mendengar suara pianomu dan suaramu dan saat mulai terdengar kembali lantunan nada tiba-tiba satu truk besar lewat di depan bangunan ruko tempat tinggal Caroline .

“ berisikkk anjiingg ” aku setengah berteriak melemparkan botol minuman bekas yang tergeletak di tumpukan tempat sampah ke arah mobil besar yang ternyata truk sampah yang lewat, hahaha bodoh, perbuatan yang percuma karena truk sampah itu dengan cueknya berlalu begitu saja.

Keadaan kemudian menjadi sedikit lebih tenang setelah truk sampah tersebut lewat. Aku kembali ke pos dudukku di lorong bawah tangga darurat bangunan ruko kediaman Caroline. Lantunan nada dari piano dan vokal Caroline semakin jelas terdengar, benar itu lagu kita mainkan terus Carl jangan berhenti aku mohon, bait demi bait walau terpatah-patah seperti tadi tidak menjadi masalah bagi telingaku, kalbuku lebih tersiram rasa damai mendengar suara kekasihku ini, ending lagu yang ber fade out lembut, hening hanya suara motor 4 tak dari kejauhan yang masih terdengar, habis ? sudah ? Carl.

Shilluete lampu taman yang terpasang di rooftop ruko milik keluarga Caroline nampak berkelip terhalang sesuatu, aku melihat keatas namun silau tapi aku yakin sosok yang menghalangi lampu itu adalah Caroline, aku segera bangkit dari dudukku berdiri menatap wajah kekasihku yang nampak gelap terpapar cahaya lampu taman aku melihat gestur telunjuk Caroline menyentuh bibirnya pertanda jangan berisik angga, satu gestur lagi seakan Caroline menyuruhku agak menjauh dari tempatku berdiri saat ini, Caroline nampak melemparkan sesuatu kemudian membumi ke tanah tepat di depanku berpijak , itu adalah notes milik Caroline, ya notes yang terbuat dari kertas daur ulang dengan sampul kertas keras berbalut daun dan diikat tali rumy sebagai penyatu kertas di dalamnya.

Aku memungutnya dan tersenyum ke arah Caroline dan Caroline nampak melambaikan tangannya ka arahku disusul gestur memeluk dirinya sendiri, ahh carrll aku pun ingin memelukmu saat ini juga berat langkahku meninggalkan tempat itu hingga terdengar suara pintu besi tergeser dari tempatnya Caroline menengok ke arah belakang kemudian kembali melambaikan tangannya dan menyuruhku cepat beranjak dari tempatku berdiri, mungkin satu dari keluarga Caroline datang ke kamar Caroline, sudahlah aku pun dengan segera berlari menuju tempat dimana kuparkirkan motorku di kios sekitaran kebon kalapa dekat tukang susu gang ijan.

Bahagianyaaaaa hatiku, Caroline nampak baik-naik saja tadi, tidak sabar rasanya aku ingin segera kembali ke rumahku dan membaca isi notes ini. Jalanan Kota Bandung yang mulai sepi memungkinkan motor ini melesat lebih cepat dibandingkan siang hari, dan benar saja dalam hitungan menit yang tidak terlalu lama aku sudah sampai di rumahku memakirkan motorku dan dengan tergesa menuju kamarku, membuka jaket dennimku yang lusuh dan melemparkannya kemana saja dan naik ke lantai 2 rumah menyalakan lampunya dan duduk di bangku upright tuaku dan mulai kubuka notes milik Caroline, ternyata halaman depan notes itu hanya berisi bio Caroline dan beberapa halaman saja yang baru tertulis berisi curhatan hatinya tentangku pastinya dan beberapa penggalan lirik yang sepertinya belum rampung, tidak terlalu kuperhatikan beberapa lembar awal notes ini, perhatianku terfokus kepada halaman akhir yang terlihat masih baru ditulis mengingat tinta yang digunakan berbeda warnanya dengan tinta sebelumnya.


Dear Angga, aku kangen Angga , maaf aku ga bisa hubungin Angga setelah kejadian di saparua, orang rumah hampir semuanya melarangku apalagi kesehatannku memang belum memungkinkan aku untuk keluar rumah.

Angga aku hanya bisa memandang bulan beberapa hari ini, indah bukan? aku sempat berfikir menitipkan notes ini ke satu temanku agar aku bisa bertukar pesan denganmu, kamu mau kan dibikin repot oleh kekasihmu ini?

Angga jangan khawatirkan aku, aku pasti sembuh kok, suatu hari kita akan kembali berjalan berdua menyusuri hutan raya Djuanda seperti yang sudah sering kita lakukan, berburu komik dan repertoar bekas ke cikapundung, atau kita kunjungi lagi tempat service piano koko lie tjan di jalan sawah kurung sekedar numpang main piano gratis hehe.

Angga semoga kita bisa bersama, aku sangat menginginkannya lebih dari apapun di dunia ini, aku selalu sayang Angga....

Tulisan tangan Caroline yang sangat kukenal dan aku hanya bisa tertegun membacanya, halaman berikutnya berisi tulisan berbahasa inggris yang ternyata adalah lirik lagu yang kugubah dari penggalan lirik berbahasa indonesia yang mungkin baru tadi Caroline mentranslatenya, gubahan yang indah aku mencoba memainkan kembali lagu yang belum mempunyai judul itu dan mulai melantunkan lirik dengan bahasa inggris walau masih meraba-raba, indah dan damai hanya itu yang kurasakan dari lantunan jemariku sendiri.


Aku yakin rasa sayangku kepada Caroline tidak akan pernah pupus hanya karena satu perbedaan, aku menuliskan sesuatu di notes milik Caroline dan bagaimanapun caranya notes ini harus kembali kepada Caroline untuk dibaca, bagaimana caranya mungkin akan baru kupikirkan esok hari, selamat malam sayang semoga kamu bermimpi indah di satu tempat disana di alam mimpimu jadilah dirimu sendiri yang akan selalu kurindukan.


***​


Kau memegang tanganku dan berbisik lirih: “Aku tidak pernah ingin terbangun”

Di suatu tempat di alam mimpiku


Tidak ada kuliah pagi ini, astaga aku ketiduran di lantai 2 rumahku tepatnya di sofa usang tempat biasa aku sekedar melepas penat bersama gitar atau upright tuaku, bahkan beberapa sahabatku sering berkunjung kesini sekedar nongkrong membahas hal-hal yang tidak perlu, tapi pagi ini aku terbangunkan oleh sinar matahari pagi yang mulai menerobos masuk di sela-sela awan, pasti ibuku kaget aku tidak ada di kamar.

“ ma , maama ?”

“ naon Angga ?”

“ eh ada kirain ga ada, lapar maa ”

“ nya nyatu (makan) sana”

“ beuh nyatu kaya ke ayam aja ah, ma masak apa ?”

“ aya nasi goreng tuh”

“ asikkk nuhun ma lapeurrr nih lapeurr”

“ eh kela (tunggu), kamu tidur dimana semalam ?”

“ diluhur mah hehe”

“ ih weuh gawe (ga da kerjan)”

“ hehe biasa lagi galau”

“ neng Carol nya ? kumaha kabarna ?”

“ mudah-mudahan makin sehat, semalam Angga lihat Carol kayanya baik-baik saja”

“ ya syukur atuh, ema minta jangan terlalu fokus lah ke Caroline nanti kamuh yang repot sendiri “

“ da cinta atuh ma” aku kemudian duduk di meja makan dan mulai menyantap nasi goreng buatan ibuku. Masakan ibuku rasanya mah tiada duanya.

“ cinta juga susah Angga kalau pihak keluarga Carol ga setujumah, hih bandel mmm itu kamu mah coba bobogohan (pacaran) sama neng Dewi ajah anak temen arisan ema di majalaya ”

“ ah ga mau ah maunya sama Caroline ”

“ ih geulis (cantik) siah Angga ”

“ sabodo ahh pasti geulisan ( cantikan) Caroline titik ”

“ ah ma maneh weh ai kitumah ( gimana kamu aja kalau begitu) ”


Selepas sarapan pagi aku langsung mandi dan berpakaian layaknya akan berangkat kuliah, hari ini aku ada satu misi yaitu mengembalikan notes ini agar bisa dibaca oleh Caroline tapi bagaimana caranya ? siang hari toko lampu gantung milik keluarga Caroline pasti banyak dikunjungi dan semua keluarganya pasti disana apalagi ada kans yang besar aku bertemu David duh malas sekali rasanya harus ribut untuk kesekian kali.


Berpamitan kepada ibuku dan mendorong F1ZR kesayangan karena aku lupa mengisi bensin hingga motorku tidak bisa hidup pagi ini, sungguh sial, masih muda tapi kamu sudah Pikun, Angga. Beruntungnya di depan komplek masih ada kios tambal ban dan menyediakan bensin botolan, sambil mengecek isi oli samping dan memastikan masih ada isinya aku mulai menendang engkol mesin motorku dan asap putih keluar dari knalpotnya seiring suara berisik motor 2 tak.


Hari biasa tanpa kuliah pagi entah kenapa aku merasa harus menuju kampus Caroline dan sesampainya disana aku melihat jadwal perkuliahan dari satu orng mahasiswi yang bersedia memperlihatkan isi KRS nya, nihil tidak ada kelas untuk jurusan Caroline hari ini. Kuputuskan pergi menuju cikapundung timur sekedar melepas penat tanpa terasa aku banyak menghabiskan waktu dengan membaca apapun yang dijual mamang penjaga jongko kenalanku disana, hari ini aku tidak bisa melakukan apapun untuk mengirim notes milik Caroline, hingga gelap menyelimuti kota Bandung aku menuju otista menuju kediaman Caroline namun atap lantai atas rumahnya nampak gelap tidak ada tanda-tanda Caroline disana, kemana kekasihku berada sebenarnya.


Esoknya hari jumat dan mata kuliah semester akhirku cukup padat pada pagi hari, selepas jam 2 sore aku baru bisa makan siang dan menghisap sebatang rokok, ada satu telpon dari saudara jauhku di Jakarta kalau dia bisa memberiku pekerjaan selepas kuliah nanti sebagai pegawai Notaris di kantornya, bukan ini yang kuharapkan hingga aku melihat kontak lain bernama Lidya entah kenapa aku merasa harus menelfonnya saat ini .


===On Call===

“ halo “

“ ya, ini Angga bupek ya ? ahahha ”

“ sial lo iya ini gua ”

“ ce i le pemarah banget sih abang eh akang ”

“ tumben panggil akang ”

“ ahahha biar dikata sopan gitu hehe, eh da apa nih tumbenan nelpon ? jangan bilang kangen lo nanti gua lapor kak Carol ”

“ pede amat sih hhhh lid, hmm...lu di Jakarta ?”

“ lagi nyetir sih...”

“ kemana ?”

“ ke Cimahi, kenapa emang kang ?”

“ wooo kebetulan banget ”

“ eh bukan mau nyamperin elu ya hari minggu emang ada acara keluarga disana ya gua sih curi start biar bisa jalan-jalan dolo heuu ”

“ eh lid bisa tolongin gua ? ”

“ tolong apa ? ”

“ bisa anterin notes punya Carol ga ke rumahnya ? ”

“ eh , notes ? ”

“ iya jadi gini .....”


Aku menceritakan semua yang terjadi kepada Lidya entah kenapa aku rasa hanya bocah ini yang bisa kupercaya sekarang mengingat Caroline pun sangat suka karakter Lidya. Lidya sempat menepi ke rest area hanya untuk mendengarkan kisahku dan bocah tidak terlalu banyak bertanya seakan mengerti posisiku dengan Caroline. Kemudian dengan mantap Lidya berkata.


“ siap kang gue bakal ke rumah kak Carol, ya udah janjian dimana kita ? ”


Senja menjelang ketika aku memarkirkan motorku di kedai susu gang ijan di sekitaran kebon kalapa. Aku memasuki kedai dan memesan susu murni dengan beberapa gorengan sebagai pengganjal perut hanya selang beberapa menit kulihat civic estilo milik Lidya berderu kemudian parkir di sebrang kedai susu murni, terlihat Lidya menyeberang dibantu mamang parkir berseragam orange.


“ hai kang, eh mang mau dong susu nya tawar ya ga pake manis “ Lidya kemudian duduk disebelahku.

“ baru nyampe banget ? ” tanyaku padanya.

“ iya kang belum sempet ke cimahi langsung kesini aja, selow hehe ”


Lidya nampak kehausan terlihat dari gelas susu murninya yang langsung habis setengahnya, Lidya terlihat lebih cantik hari ini, mungkin efek tanpa memakai sergam sekolah. Lidya jadi nampak lebih dewasa melebihi usianya dan sebutkan bila mataku salah aku melihat Lidya memakai make up, hehe tipis sih tapi biasanya dia tidak pernah terlihat seperti ini sebelumnya.


“ mending make up an lid “

“ eh, yaa biar ga disebut bocah sama akang lah ” Lidya nampak kikuk

“ gini atuh kan geulis kaya cewek ”

“ eh gua emang cantik kang, apalagi kalo pake baju bebas gini aheuu ”

“ iya iya Lidya emang cantik kok ”

“ mmm masih cantikan kak Carol ah ”

“ kalo itu sih mutlak ahahah ”

“ hmmpthh akang ah lihat saja nanti gue bakal tumbuh tinggi dan dewasa hmmpptt” lucu sekali wajah kesal gadis yang satu ini .

“ eh Lid rumah Carol deket kok dari sini nanti kita jalan kaki saja ”

“ oke, mana notesnya ? ”

“ nih ”


Aku memberikan notes milik Caroline kepada Lidya, dengan sedikit tertegun Lidya tiba-tiba memegang tanganku.


“ akang yang sabar ya, nanti Lid sampaikan apa yang tadi akang sampaikan ke kak Carol, pokoknya akang sama kak Carol harus bahagia ”

“ oh mmm thanks ya ”

“ kok malah bingung gitu kang ? ”

“ aneh aja aku malah disemangatin sama gadis kecil macam kamu yang bahkan belum pernah jatuh cinta lid ”

“ enak saja !! iya emang masih cinta gorila kalau seusia aku, tapi please kang situasi seperti akang dan kak Carol itu bikin aahhhh cuman cewek yang ngerti lah hhh”

“ iya-iya maaf, kita berangkat sebentar lagi yuk soalnya diluar mulai gelap dan toko Caroline ga buka sampai larut takutnya tutup”

“ siap kang ”


Trotoar jalan ini tidak terlalu mulus, rezim aa Tarmana memang tidak terlalu Fokus kepada pembangunan infrastrukur Kota dan kapan kota ini punya pemimpin yang kembali membangun kota Bandung menjadi kota Kembang Paris Van Java, suatu hari nanti mungkin. Aku lalu menunjukan posisi ruko milik keluarga Caroline sedangkan aku menunggu di kios rokok seberang bangunan sambil melihat situasi.


===Lidya Pov===



Disini ya? waduh gimana nih apa gue pura-pura saja jadi pembeli lampu? kayanya ga mungkin deh si enci itu percaya.


“ permisi cii ”

“ oh ya, siapa ya ? mau beli ? ”

“ mm bukan ci mau tanya kalau ini bener rumah kak Caroline ? ”

“ benar, ada perlu apa neng ? ”

“ mau jengguk aja sih ci katanya kak Carol masih sakit ya ? ”

“ iya Caroline lagi sakit, kalau boleh tahu neng ini siapa ? ”

“ perkenalkan nama saya Lidya ci, saya temennya kakak Caroline, kita berdua biasanya suka ketemu pas konser saja sih ci ”

“ ah ya ya ya, bentar ya…. mmm ikut tetehnya yang itu ya…. itu ke atas ya kamar Caroline kebetulan pindah ke lantai 2 ini kasihan kalau di rooftop terus kalau maalam agak dingin ”

“ oh iya ci makasih yaa ”


Yups berhasil ternyata cici itu ga segarang yang kang Angga ceritain, beda kisah kali ya kalo kang Angga yang kesini, mungkin udah diusir sama ibunya kak Carol, kasihan kang Angga.

Gue ikutin satu perempuan berkulit putih yang sepertinya pegawai cici tadi, eh cici tadi kan ibunya kak Carol ya? ahahah terserah lah yang penting ggue bisa ketemu kak Caroline dan dilantai 2 yang sepi tidak ada kehidupan hanya beberapa furniture, TV, lukisan dan akuarium besar yang ada disana dan kulihat ada semacam altar di pojok ruangan, mengingat ruangan atas ini cukup luas gue ikutin saja si teteh pegawai sampai ke pojok rumah dengan pintu kayu kokoh si teteh nampak mengetuk pintu.


“ non, non Caroline ini ada tamu ” terdengar suara dari dalam dan pintu itu pun terbuka.

“ siapa?” kak Carol nampak agak lusuh dan terlihat pucat pada wajahnya.

“ ini non ” kata si teteh pegawai.

“ eh Lidya ya ? ” kak Carol nampak kaget atas kehadiranku di tempatnya.

“ iya kakakk ini aku Lidya si cantik nan jelita…hihihi ” gue dekap tubuh kurus kak Carol hingga terguncang kami berdua tertawa seakan melepas kangen setelah beberapa lama tidak berjumpa.

“ eh kapan datang dari Jakarta ? ”

“ baru saja tadi kok kak ”

“ wohh tau rumah aku dari siapa ? eh teteh tolong buatin minum ya buat non Lidya nanti anter ke kamar saja ya, lid masuk yuk…” pinta kak Carol serta kemudian mengajakku masuk.

Gue masuk ke kamar kak Carol tapi gue yakin kamar ini pasti milik salah satu anggota keluarganya soalnya desainnya ga cewek banget, sudahlah nggak penting juga.

“ ayo cerita hihihi tau rumah aku dari siapa ?”

“ bentar kak ada yag mau gue kasih ke kakak ” gue mengambil notes milik kak Carol yang tadi dititipin Angga dari tas selempangku.

“ ini? kok ....”

“ kang Angga ada di seberang kok”

“ ada ?”

“ iya ada tadi siang kang Angga telpon Lid minta tolong supaya kasihin notes ini ke kakak”

“ ya ampun makasih ya Lidyaa” kak Carol kembali memeluku erat kedua sementara kelopak matanya yang sipit nampak basah mencoba menahan tangisnya.

“ iya kak apasih yang ngga buat kak Carolkuu ”

“ makasih ya hhh aku mau lihat Angga walau sebentar, HP ku ditahan sama papah dan tiap aku pakai telfon rumah selalu diawasi, aku jadi ga bisa kontak Angga “

“ aku telfon kang Angga sekarang pake HP ku mau ? ”

“ mauuu, tapi jangan disini kita naik ke rofftop yuk ”

“ ayuk ”


Kami berdua menuju lantai 4 ruko ini dimana disana gue bisa lihat satu ruangan besar di rofftop yang kata kak Caroline itu adalah kamarnya yang sekarang dibiarkan kosong hanya kamar sebelahnya saja dipakai kakak lelakinya. Kak Carol menyalakan lampu di lantai atas dan astaga sungguh indah sekali suasana malam di lantai paling atas ini kurasakan sentuhan estetika yang tinggi dari kak Caroline.


Gue hubungin kang angga lewat HP gue dan menyerahkannya ke kak Carol. Kak Caroline nampak mengaktifkan loud speaker HP milikku supaya aku juga bisa ikut mendengar obrolan mereka.


“ halo ?”

“ iya lid ? eh ini ? Carll !!!”

“ iya Angga hihihi ini Caroline mu ”

“ dimana kamu Carl ? ”

“ lihat ke lantai atas deh ”

“ bentar huphla, mmm mana ? oh itu ya” gue lihat kang Angga melambaikan tangannya ke arah kami yang memang sudah bisa melihat sosoknya sekarang.

“ Carl kangen Angga....makasih Angga sudah balikin notes Carl ”

“ makasihnya buat si Lidya aja Carl dia yag mau direpotin ”

“ iya Angga, makasih sekali lagi ya lid ” gue ga bisa berkata-kata apalagi hanya bisa memeluk kak Carol dari samping.

“ Angga apa kabar ? ”

“ baik Carl, kalau Carl gimana ? udah baikan ? ”

“ ya gini deh pesakitan hehe “

“ jangan lupa makan ”

“ males Angga, inget Angga terus jadi pengen makan sama Angga lagi suap-suapan roti bakar ”

“ iya nanti ya sayang, sekarang kamu boleh baca notes punya kamu, baca halaman terakhir ”

“ iya angga, mmm nanti ga usah repotin lidya ya kalau mau balikin lagi notes ini Angga cukup simpan di box surat depan rumah sana, tiap pagi pasti Carl cek dan mmm cara balikin ke Angga paling Carl titip ke kios depan aja gimana? jadi Angga tiap hari cek tiap sore sekarang Angga ngobrol dulu deh ya sama si bapak punya kiosnya ? ”

“ ide bagus Carl, udah sekarang mending kamu masuk sayang diatas sana anginnya dingin ”

“ Carl masih kangen pengen lihat Angga ”

“ kenapa ga telpon ? ”

“ HP aku di tahan sama papah ”

“ owh pantes, ya udah sementara gitu aja dulu sekarang Carl masuk ya sayang ”

“ baiklah Angga, mmm Angga ...”

“ ya Carl ? ”

“ Caroline sayang angga ”

“ Angga juga sayang Caroline ”


Gila aja kalau dialog tadi ga bikin gue nangis, gue peluk tubuh kak Caroline sambil menahan tangis yang tidak bisa tertahan ini.


“ Lidya kenapa ? ”

“ ga papa kak hehe ”

“ nangis yaa... ”

“ dikit hmmm kak Caroline ga sedih ? ”

“ sedih banget lidyaa, tapi mau gimana lagi daripada mikirin sedih mendingan nikmatin ngobrol sama Angga, oh ya sebentar kakak mau tulis sesuatu di notes ya nanti lid kasih ke Angga ya ”

“ iya kak siap ”

“ ke kamar yuk ”

“ eh kakak ga mau baca dulu ? ”

“ oh iya ada pesan Angga ya ? ahaha hampir lupa…”


Kamar kak Caroline di lantai 2 ini memiliki satu jendela yanag cukup besar namun nampak teralis kokoh menjadi penjaga, kak Caroline membuka notesnya kemudian tersenyum lalu dia nampak menitikan air mata sambil menutup mulutnya dengan sebelah tangan.


“ pesan dari kak Angga ya kak ? ”

“ iya lid, mau baca ? ”

“ boleh ? ”

“ kali ini boleh sebagai terima kasih kami berdua, baca saja lid ”

“ baik ”


Tulisannya tidak sebagus yang kukira, standar tulisan tangan cowok lah.


“ dear Caroline, Angga sudah baca pesan Caroline dan Angga rasakan hal yang sama dengan yang Caroline rasakan, sakit tubuh ini tidak bisa menghalangi rasa ingin bertemu Angga dengan Caroline, malam-malam Angga hanya dihabiskan di lantai dua rumah sambil bermain piano (kadang gitar juga sih ) sambil mengingat kenangan indah kita berdua, jangan lupakan memory yang paling Angga ingat dari Caroline adalah ketika Caroline sering ketiduran kalau dibonceng Angga sepulang dari Lembang atau Ciwidey, dan manjanya Caroline saat di kawah putih yang kedinginan dan peluk Angga ga mau lepas atau pas Caroline yang manja ini ga kuat mendaki tangga di tangkuban perahu dan minta Angga gendong ^_^ , indah semuanya indah dan Angga ingin itu berlaku selamanya untuk kita. Carl, Angga mohon Carl jaga kesehatan ya, jaan lupa makan biar badan Carl ga makin kurus soalnya kalau kurus ntar Carl bisa remuk ditidih angga -_- , oh ya lirik lagu yang Caroline terjemahkan sungguh luar biasa suatu hari nanti kita akan memainkannya bersama dan kita akan cari siapa yang layak menyanyikannya soalnya vokal kita berdua terbatas kan ? ahahahha, sekali lagi Angga sayang Caroline suatu saat di alam mimpi Carl, Angga ingin peluk Carl dirintik hujan pagi hari


Love you, Angga


Astaga .... gue ga pernah nyangka kalau kisah cinta seperti ini ada dan nyata di dunia ini kembali gue memeluk kak Caroline kemudian menyerahkan notes miliknya untuk kemudian kak Caroline mulai menuliskan pesannya untuk kang Angga dengan sabar dan hati tak menentu gue menunggu kak Caroline menulis pesan.

“ uhuk uhuk ”

“ dingin ya lid ? ”

“ lumayan kak, wajar lah Bandung gituh ”

“ pakai ini coba ” kak Carol memberikanku scraft kemudian aku pun memakainya

“ makasih kak ”

“ pakai saja bawa pulang, itu scraft kesayangan aku berikan buat Lidya sebagai terima kasih ”

“ beneran kak ? thanks ya kak, baik banget sih ”


Malam belum begitu larut ketika gue langkahkan kaki yang sedikit lemas ini menuju toko di lantai 1 diantar kak Caroline, gue sempat berpamitan dengan ibunya kak Carl dan berpapasan dengan satu pria keturunan bertato banyak di dekat pintu dan itu tentu saja David hingga membuat niat awal kak Caroline mengantarkanku sampai pintu menciut. Kak Caroline kembali ke lantai 2 kamarnya dan gue keluar dari bangunan itu sambil memeluk notes milik kak Caroline kemudian berjalan di trotoar disusul kang Angga yang langkahnya menyamaiku.


Di belokan dekat tukang susu gue menggandeng tangan kang Angga dan menyenderkan kepalaku ke bahunya kemudian menangis sejadi jadinya banyak pasang mata yang memperhatikan kami, kang Angga menenangkanku dengan cara mengelus rambut gue dan memberi susu murni hangat serta beberapa potong pisang bolen keju


“ kang gue ga kuat lihat situasi ini, maaf ya malah gue yang nangis ” kang Angga hanya tersenyum melihatku sambil kembali mengelus rambutku namun dengan sedikit lebih kencang malah jadinya rambut depanku acak-acakan, jailnya ga hilang nih si akang.


=== Pov Lidya end ===



Di suatu tempat di alam mimpiku, kau menghujaniku dengan ribuan ciuman
Itulah caramu mengganti rugi ketika aku pikir kau tak pernah peduli



===Pov Angga===

Apa dayaku ketika satu gadis muda nan cantik menangis dihadapanku? tidak ada yang bisa kulakukan selain menenangkannya, si gadis sesegukan sambil meminum susu serta menyuapkan potongan pisang bolen keju hingga mulutnya penuh, lucu jadinya dia berusaha menahan derai air mata dengan minum dan makan sebanyak-banyaknya.


“ kenapa nangisnya ampe gitu lid ”

“ sttt berisik ah kang ” Lidya kembali menyuapkan pisang bolen keduanya, mengunyahnya dengan cepat dan mendorongnya dengan regukan susu murni hangat.

“ udah tenang ? ”

“ hhhffttt udah udah bentar hhhfttt, eemm ini notes nya kang, belum gue baca ”

“ oh Carol nulis lagi tadi ? ”

“ iya ”

“ Carl, thanks ”


Kubuka notes bersampul kertas keras dan terikat tali rumy itu, aku langsung menuju halaman terakhir dimana tadi Caroline menuliskan pesannya :


“ hai Angga seneng banget bisa ngobrol walau cuma lewat hp nya Lidya, kita harus berterima kasih banyak pada dedek kecil yang selalu jadi musuh kelahimu itu Angga : ), Angga aku baik-baik saja disini walau kondisiku belum sembuh total, maaf atas semua kekurangan usahaku selama ini L , aku tahu Angga susah payah ingin bertemu denganku atau sekedar mengetahui kabarku sekali lagi maaf ya atas usahaku yang kurang keras demi cinta kita salam peluk dari aku, ingat pelukannya jangan lama-lama Angga cukup 20 detik saja sebab dihitungan ke 20 saja sudah bisa menggambarkan bagaimana pasangan kita mengasihi kita ingat ya 20 detik saja tapi kalau sama Angga boleh lah lebih J tapi jangan keseringan lebihnya ya, Angga kedepannya kita bertukar tulisan seperti yang aku bilang tadi ya tapi ada satu lagi yang aku minta sama Angga, ga apa-apa kan ? satu aja, ini tentang satu murid latih aku di tempat les namanya Glorya dia sangat berbakat main piano lho Angga tapi anaknya susah banget fokus oh ya satu lagi voice glorya itu bagus banget mungkin nanti bisa jadi vokalisnya band Angga kalau Angga mau sekarang usia glorya masih smp kelas 3 jadwal les privatnya setiap hari rabu sore alamatnya di antapani lama no 73 no kontaknya 022 7208972 nanti Angga telpon saja mamah Gloryanya kalau Angga guru privat pengganti Caroline sementara aku belum sembuh ya nanti aku coba kontak orang tuanya terlebih dahulu kalau situasi memungkinkan bisa pakai telfon rumah, sebelumnya terima kasih ya sayang semangat main piano sama kasih les privatnya, gimana sama murid Angga yang sekarang? lancar kan? mudah-mudahan jadwalnya ga bentrok sama jadwal Glorya ya”



Love you more, Caroline


Bahagia rasanya bisa membaca tulisan tangan Caroline, aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, sambil menemani lidya yang masih sesegukan namun menambah segelas susu murninya dan beberapa potong pisang bolen keju aku meminjam ballpoint dari kasir tukang susu murni dan mulai menuliskan alamat Glorya beserta no kontaknya di secarik kertas kemudian menyimpannya di dompet.


“ gimana? sudah kenyang? ”

“ nyam nyam hiks iya kenyang banget hiks ”

“ makasih ya lid ”

“ iya sama-sama kang ”

“ bentar gue bayar dulu susunya ”

“ ga usah gue bisa bayar sendiri ”

“ hmm masih aja, udah diem disini ”

“ eh...”


Aku dengan cepat menuju kasir sambil mengembalikan ballpoint yang kupinjam dan membayar semua susu dan makanan yang Lidya habiskan, Lidya nampak tidak suka dengan tindakanku tapi tetap saja kulakukan, hhh dasar anak orang kaya kalau cuman traktir susu sama bolen doang mah aku juga mampu sudah jangan pasang muka gitu ah hehe.


“ sekarang mau ke cimahi ? ”

“ iya kang ”

“ mau aku anter ? ”

“ kan akang bawa motor ”

“ motor bisa aku simpen disini kebetulan sudah kenal lama sama yang punya kedai ”

“ mm ga usah lah kang gua bisa ”

‘ hmmm masih mewek gitu ”

“ abisnya hu hu huu ..... ”

“ sudah mana kuncinya, eh bentar… mang...mang nitip motornya rek nganteur heula ka cimahi” aku menitipkan ke mamang kedai susu yang sudah kukenal lama

“ ya sok weh dieu koncina bisi geus tutup ke urang asupkeun ( ya mana kuncinya kalau nanti kedai tutup gue masukin motornya ) ”

“ sini kunci mobil lo lid “

“ ah iya eh bentar hiks .. paak bisa bungkus bolennya ? ” Lidya memberikan kunci mobilnya padaku kemudian menuju kasir membayar pesanan tambahannya.

“ yuk keburu malem ”

“ iya kang ”


Bukan apa-apa aku merasa bertanggung jawab kepada Lidya yang sudah kumintai tolong, tidak ada yang bisa kulakukan selain memastikan Lidya sampai ke rumah uwa nya di cimahi dengan selamat mengingat ini sudah malam.


Sepanjang jalan Lidya hanya memakan bolennya wah rakus sekali bocah ini, mungkin sedang dalam masa pertumbuhan jadinya banyak makan. Batas kota Cimahi sudah terlihat, Lidya memanduku untuk berbelok kiri hehe ternyata rumah uwa Lidya hanya 200m dari batas kota saja tidak terlalu jauh dari pusat kota Bandung. Aku bisa memakai angkot satu kali menuju kedai susu di kebon kalapa tempatku menitipkan motor. Lidya menyuruhku berhenti dia menunjukan rumah uwanya.


“ sampai sini aja kang ”

“ ga apa–apa ga dianter sampai rumah ? ”

“ ga apa-apa kang, lagi pula nanti uwa khawatir gue pulang bareng cowok yang ga mereka kenal, makasih ya udah anter”

“ gue yang harusnya bilang makasih lid ”

“ akang yang sabar ya aku doain akang dan kak Carol bisa bersatu seperti yang kalian inginkan ”

“ gue aminkan doa lu lid, thanks ”

“ akang ga papa naik angkot ? ”

“ tenang aja udah biasa kok ”

“ kabarin kalau ada apa-apa ya kang, eh satu lagi gue minta akang jaga kak Carol apapun yang terjadi, gue ga ikhlas kalau sampai akang selingkuh atau campakin kak Carol, kak Carol sangat mencintai akang jadi apapun yang bikin kak Carol sakit bakal bikin aku sakit juga, hmm apalagi ya ? oh ini, ini scraft kesayangan kak Carol ga apa apa kan aku pake ? ”

“ pake saja Lid gapapa kalau Caroline bilang gitu ”

“ kenapa baru bahas sekarang ya ? padahal daritadi gue pake ”

“ gue lihat kok tapi ya ga papa yang penting scraftnya udah jadi punya lo sekarang jaga baik-baik ya ”

“ pasti gue jaga, eh kang gue balik dulu tuker posisi ”

“ oh iya ”


Aku turun dari civic Lidya dan melihatnya melambaikan tangan menuju rumah uwanya, hmm jarak dari sini ke jalan utama tidak begitu jauh, aku merapatkan jaket berbahan denim ku, memasukan notes Caroline ke tas kecilku dan menyalakan sebatang rokok sambil berjalan menuju spot dimana aku bisa memakai jasa angkutan kota menuju kedai susu murni di kebon kalapa.


“ Carl, aku sudah mengantar adik bawelmu dengan selamat sekarang dan bila kamu sama-sama sedang melihat langit yang penuh dengan awan kelabu, percayalah satu waktu awan itu akan tersibak dan kita bisa melihat bintang-bintang yang bersinar terang disana, ya disana di suatu tempat di alam mimpi kita ”


Air matamu membunuhku karena aku berdoa aku bisa merasakan hal yang sama.
Di suatu tempat di alam mimpiku


Bersambung ke dal segno part 6B

Re edit by @CrimsonArmored1686

menggunakan penggalan lirik salah satu lagu mocca bukan merupakan kejahatan : ) , thanks arina for beautiful voice and amazing sound for this song's

spesial thanks to* feydora Nicky sister

mang kios tengah kedai susu Ijan

Black in Black Yamaha Force 1 ZR

David

TPU Pandu Pasteur

Petrof UP

neng mumun kosasih aa : )

my beloved city " BDG "



Bener eta bisa maen piano ? Waduk lah :polda:
 
itu Lidi kalau mewek :pandaketawa: doyan juga yaa makan nya...
sering-sering:p dibuat mewe saja, biar gemukan:bata:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Aku juga pernah ke kedai susu itu berdua dgn kang angga...
 
oiya bener, gak ada adegan unyil part ini, tapi tida apa, gua lebih tertarik sama dialog2 sama cerita'nya ketimbang adegan unyil,
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd