Minggu ini paling lambat jum'atYang disana kapan mulai season 2 hu
Wih pengamat cerita nih. Biasanya dimana om?Sebetulnya saya bukan orang sini. Biasanya sama cuma datang ke semprot lewat proxy. Tapi karena cerita si Mirna, saya bela-belain bikin akun biar bisa comment. Wkwkwk.. Selamat Om @Gee13
Kamu luar biasa!
Berikut ini impresi saya terhadap karya penulis. Isinya mungkin dikemas dalam bentuk kritik, tetapi perlu saya sampaikan dahulu bahwa saya tidak memiliki maksud untuk menyinggung, menghina atau melukai siapapun, terutama penulis. Saya sendiri sangat menikmati karya ini. Akan halnya, saya berharap kritik saya dapat memberi masukan bagi penulis untuk lebih baik lagi kedepannya.
Kritik:
Banyak karakter 'penting' yang sayang sekali tidak dieksplorasi lebih dalam oleh penulis. Sebut saja Rengga, Wawan, Bu Aminah, bahkan Pak RT. Saya katakan 'penting' karena keempat tokoh ini---meskipun punya porsi yang kecil---sebetulnya memiliki andil sekaligus potensi besar dalam cerita.
Pertama, Bu Aminah sebagai tokoh sentral sebetulnya adalah orang yang memberikan nomor WA Mirna ke Pak Yanto. Pintu pertama ekspansi Pak Yanto ke Mirna, tidak lain dan tidak bukan adalah Bu Aminah. Sebagai seorang wanita dewasa, semestinya ia paham upaya pendekatan Pak Yanto ke Mirna. Ketiganya sudah beberapa kali belanja bersama ke pasar. Riko sendiri pernah turun langsung menanyakan kedekatan Pak Yanto & Mirna ke Ibu Aminah (kalau kalian ingat di chapter 2). Masa iya, Bu Aminah gak pernah bertanya-tanya, ada apa?
Di charter 17, ketika Yanto dan Mirna dilabrak Riko, Bu Aminah datang ke rumah untuk 'mengecek keadaan'. Meksipun Bu Aminah tidak diberi penjelasan secara eksplisit oleh Riko mengenai kejadian itu, gak mungkin dia gak menebak-nebak. Apalagi dengan kepergiannya Pak Yanto secara tiba-tiba dari kompleks perumahan. Masa iya orang-orang kompleks gak bertanya-tanya? Ini Indonesia loh, bukan Jepang. Siapa sih yang gak kepo urusan orang lain.. LMAO! Apalagi ibu-ibu kompleks yang notabene suka gosip. Dan Pak RT sebagai satu-satunya 'hakim' & saksi yang tahu seluk-beluk masalah ini mustahil diem diem bae.
Yang anehnya adalah tidak ada gunjingan atau gosip tetangga mengenai perselingkuhan Mirna & Yanto. Seolah informasi ini ditekan oleh rezim orde baru. Meskipun banyak pembaca mungkin akan lebih fokus perihal kapan Mirna bakal dieksekusi, bagi saya ini merupakan plot hole yang cukup lebar.
Bu Aminah sebagai tokoh perempuan terdekat Mirna---selain Frida---mestinya menjadi aalah satu tumpuan terdekat Mirna. Siapa tahu, mode hijabnya Mirna adakah atas saran Bu Aminah sendiri. Dan juga, siapa yang tahu, keinginan terpendam Mirna yang belum menghilang setelah 6 bulan pengajian juga akibat 'saran' Bu Aminah. Siapa yang tahu? Hanya penulis yang tahu. Dan sayangnya potensi ini dilewatkan...
Kedua, Rengga. Sebagai satu-satunya orang yang tinggal serumah bareng Riko & Mirna, sangat disayangkan dia hadir cuma sebagai tempelan. Seolah biar pembaca tahu kalau Mirna ada anaknya.
Rengga ini sadar dengan kemolekan tubuh ibunya (lihat chapter 4), dia juga tahu mengenai kecurigaan Riko pada Mirna dan Pak Yanto. Riko sendiri bahkan pernah menanyakan perihal Pak Yanto ke Rengga. Juga meminta Rengga memata-matai ibunya meskipun dia ogah-ogahan. Pertanyaannya, masa sih, Rengga beneran buta? Ini anak udah mahasiswa loh, bukan anak TK.
Menghadirkan sosok anak laki-laki berusia sekitaran 17/18 tahun dengan ibunya yang masih muda, tentunya adalah POTENSI besar dalam pengembangan alur. Sayangnya penulis melewatkan aspek ini juga.
Sebenarnya bisa aja Rengga tahu kelakuan ibunya selama ini. Hanya saja, sebagaimana Riko, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Rengga juga terangsang melihat ibunya di-grape pria lain. LMAO!
Waktu baca thread ini, aku sebetulnya berandai-andai Rengga bawa teman-temannya main atau kerja tugas di rumah.. Jadi, Pak Yanto gak solo leveling, ada pemain lain yang juga bantu nakalin Mirna. Teman-teman Rengga misalnya. Wkwk
Ketiga, Wawan. Orang ini sebetulnya adalah tokoh paling mencurigakan. Sayangnya, sebagimana Rengga, Wawan juga hanya mengambil peran pengisi.
Masalahnya adalah, peran pengisi ini terlalu signifikan. Di samping itu, penulis membuang terlalu banyak ruang hanya untuk seorang Wawan yang tidak 'dipakai'. Ada beberapa kali penulis membuat percakapan panjang antara Riko & Wawan---yang bagi saya adalah bagian yang tidak penting-penting amat buat diceritakan.
Sama halnya dengan scene Jajang & Rani. Penulis seperti sedang berupaya memasukan Desa Konoha ke dalam cerita bajak laut One Piece, yang pada akhirnya tidak bersinggungan & tidak memiliki peran penting bagi pembangunan plot. Maksud saya, bahkan kalau bagian Jajang & Rani dihapus, cerita ini tidak akan kehilangan esensi apapun. Jadi kenapa penulis bersusah payah memaksakan Jajang & Rani ke dalam cerita? Apakah ini ada hubungannya dengan season 2? Hanya penulis yang tahu.
Oke kembali ke Wawan (maaf melebar) wkwkwk.. Yah, sebagaimana orang lain, saya sendiri curiga kalau Wawan tahu hubungan Pak Yanto dan Mirna. Hal ini didukung ketika Wawan mengantarkan daster pemberian Pak Yanto ke Mirna di chapter 14. Juga ketika Pak Yanto menunjukkan pakaian dalam Mirna kepada waktu di RS (lihat chapter 12).
Pertanyaannya, bagaimana pakaian dalam itu bisa sampai ada di RS? Siapa yang membawanya? Mirna ataukah Wawan?
Juga, kedekatan Wawan dengan Riko, sebagaimana digambarkan dalam dua chapter terakhir semestinya menjadi peluang untuk lebih mengeksplorasi karakter 'tidak terpakai' ini. Siapa tahu, diam-diam Mirna udah jadi slave sex-nya Wawan. Banyak bagian dari Wawan yang sebetulnya bisa dijadikan sebagai plot twist. Sayanya, potensi ini lagi-lagi dilewatkan penulis.
Keempat, Pak RT. Kendati kita dapat sepaham bahwa tidak semua pria yang dimunculkan dalam thread harus mengeksekusi Mirna, tokoh Pak RT sebetulnya dapat diberdayakan oleh penulis. Terutama, karena dia tahu perihal Mirna & Pak Yanto di chapter 17. Sayangnya, cerita ini terlalu buru-buru ditamatkan oleh penulis.
Ketika awal membaca cerita ini, saya berpikir thread ini paling kurang bakal punya 50-an chapter. Mengingat banyak sekali konten yang bisa diperdayai untuk memaksimalkan alur tanpa membuatnya melebar ke mana-mana.
Tokoh Mirna sendiri sebetulnya sudah cukup sebagai satu-satunya FMC dalam cerita. Banyak hal dari Mirna yang bisa dieksplorasi lebih dalam. Bagaimana seorang IRT yang normal perlahan terjerumus dalam fantasi tapi masih tetap tsundere ketika berhadapan dengan pria seperti Pak Yanto.
Yanto sendiri, meski sudah tua, tapi punya perilaku seksual yang variatif. Bisa dilihat bagaimana dia meminta Mirna memakai CD kotor atau mengenakan daster mini. Dari hal-hal ini sebetulnya sisi eksibisionis dan submisif Mirna bisa dimunculkan. Sayangnya yau.. Ini dilewatkan.
Ketika membaca cerita ini di chapter2 awal, saya selalu berpikir bahwa Pak Yanto hanyalah salah satu tokoh yang bakal jadi pembuka pintu sisi liar Mirna. Tapi ternyata, cerita ini justru berakhir setelah Pak Yanto membuka pintu... LMAO... Itu pun dipersembahkan oleh penulis dengan secuil narasi yang ---kalau kata adek saya---Kok begini amat? Lucunya, porsi obrolan kosong Riko & Wawan mungkin sama banyak (atau bahkan lebih banyak) dari bagian eksekusi akhir.
Akhirnya, meskipun saya kecewa karena ceritanya sudah happy ending. Secara pribadi, saya puas dengan karangan Om @Gee13 .
Saya sampai bikin akun loh, Om. Dua tahun saya baca di sini tapi gak pernah masuk. Tapi karena rasa cinta saya yang kuat pada Mirna, mau tidak mau saya merasa harus terjun ke lapangan. Dan yah, karena sudah terlanjur bikin akun, ke depannya saya juga mau nulis cerita saya sendiri. Terima kasih untuk inspirasinya Om @Gee13
Biasa sering ke sini kok, hu. Cuma gak bikin akun buat log in. Silent aja.Wih pengamat cerita nih. Biasanya dimana om?
Sebetulnya saya bukan orang sini. Biasanya sama cuma datang ke semprot lewat proxy. Tapi karena cerita si Mirna, saya bela-belain bikin akun biar bisa comment. Wkwkwk.. Selamat Om @Gee13
Kamu luar biasa!
Berikut ini impresi saya terhadap karya penulis. Isinya mungkin dikemas dalam bentuk kritik, tetapi perlu saya sampaikan dahulu bahwa saya tidak memiliki maksud untuk menyinggung, menghina atau melukai siapapun, terutama penulis. Saya sendiri sangat menikmati karya ini. Akan halnya, saya berharap kritik saya dapat memberi masukan bagi penulis untuk lebih baik lagi kedepannya.
Kritik:
Banyak karakter 'penting' yang sayang sekali tidak dieksplorasi lebih dalam oleh penulis. Sebut saja Rengga, Wawan, Bu Aminah, bahkan Pak RT. Saya katakan 'penting' karena keempat tokoh ini---meskipun punya porsi yang kecil---sebetulnya memiliki andil sekaligus potensi besar dalam cerita.
Pertama, Bu Aminah sebagai tokoh sentral sebetulnya adalah orang yang memberikan nomor WA Mirna ke Pak Yanto. Pintu pertama ekspansi Pak Yanto ke Mirna, tidak lain dan tidak bukan adalah Bu Aminah. Sebagai seorang wanita dewasa, semestinya ia paham upaya pendekatan Pak Yanto ke Mirna. Ketiganya sudah beberapa kali belanja bersama ke pasar. Riko sendiri pernah turun langsung menanyakan kedekatan Pak Yanto & Mirna ke Ibu Aminah (kalau kalian ingat di chapter 2). Masa iya, Bu Aminah gak pernah bertanya-tanya, ada apa?
Di charter 17, ketika Yanto dan Mirna dilabrak Riko, Bu Aminah datang ke rumah untuk 'mengecek keadaan'. Meksipun Bu Aminah tidak diberi penjelasan secara eksplisit oleh Riko mengenai kejadian itu, gak mungkin dia gak menebak-nebak. Apalagi dengan kepergiannya Pak Yanto secara tiba-tiba dari kompleks perumahan. Masa iya orang-orang kompleks gak bertanya-tanya? Ini Indonesia loh, bukan Jepang. Siapa sih yang gak kepo urusan orang lain.. LMAO! Apalagi ibu-ibu kompleks yang notabene suka gosip. Dan Pak RT sebagai satu-satunya 'hakim' & saksi yang tahu seluk-beluk masalah ini mustahil diem diem bae.
Yang anehnya adalah tidak ada gunjingan atau gosip tetangga mengenai perselingkuhan Mirna & Yanto. Seolah informasi ini ditekan oleh rezim orde baru. Meskipun banyak pembaca mungkin akan lebih fokus perihal kapan Mirna bakal dieksekusi, bagi saya ini merupakan plot hole yang cukup lebar.
Bu Aminah sebagai tokoh perempuan terdekat Mirna---selain Frida---mestinya menjadi aalah satu tumpuan terdekat Mirna. Siapa tahu, mode hijabnya Mirna adakah atas saran Bu Aminah sendiri. Dan juga, siapa yang tahu, keinginan terpendam Mirna yang belum menghilang setelah 6 bulan pengajian juga akibat 'saran' Bu Aminah. Siapa yang tahu? Hanya penulis yang tahu. Dan sayangnya potensi ini dilewatkan...
Kedua, Rengga. Sebagai satu-satunya orang yang tinggal serumah bareng Riko & Mirna, sangat disayangkan dia hadir cuma sebagai tempelan. Seolah biar pembaca tahu kalau Mirna ada anaknya.
Rengga ini sadar dengan kemolekan tubuh ibunya (lihat chapter 4), dia juga tahu mengenai kecurigaan Riko pada Mirna dan Pak Yanto. Riko sendiri bahkan pernah menanyakan perihal Pak Yanto ke Rengga. Juga meminta Rengga memata-matai ibunya meskipun dia ogah-ogahan. Pertanyaannya, masa sih, Rengga beneran buta? Ini anak udah mahasiswa loh, bukan anak TK.
Menghadirkan sosok anak laki-laki berusia sekitaran 17/18 tahun dengan ibunya yang masih muda, tentunya adalah POTENSI besar dalam pengembangan alur. Sayangnya penulis melewatkan aspek ini juga.
Sebenarnya bisa aja Rengga tahu kelakuan ibunya selama ini. Hanya saja, sebagaimana Riko, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Rengga juga terangsang melihat ibunya di-grape pria lain. LMAO!
Waktu baca thread ini, aku sebetulnya berandai-andai Rengga bawa teman-temannya main atau kerja tugas di rumah.. Jadi, Pak Yanto gak solo leveling, ada pemain lain yang juga bantu nakalin Mirna. Teman-teman Rengga misalnya. Wkwk
Ketiga, Wawan. Orang ini sebetulnya adalah tokoh paling mencurigakan. Sayangnya, sebagimana Rengga, Wawan juga hanya mengambil peran pengisi.
Masalahnya adalah, peran pengisi ini terlalu signifikan. Di samping itu, penulis membuang terlalu banyak ruang hanya untuk seorang Wawan yang tidak 'dipakai'. Ada beberapa kali penulis membuat percakapan panjang antara Riko & Wawan---yang bagi saya adalah bagian yang tidak penting-penting amat buat diceritakan.
Sama halnya dengan scene Jajang & Rani. Penulis seperti sedang berupaya memasukan Desa Konoha ke dalam cerita bajak laut One Piece, yang pada akhirnya tidak bersinggungan & tidak memiliki peran penting bagi pembangunan plot. Maksud saya, bahkan kalau bagian Jajang & Rani dihapus, cerita ini tidak akan kehilangan esensi apapun. Jadi kenapa penulis bersusah payah memaksakan Jajang & Rani ke dalam cerita? Apakah ini ada hubungannya dengan season 2? Hanya penulis yang tahu.
Oke kembali ke Wawan (maaf melebar) wkwkwk.. Yah, sebagaimana orang lain, saya sendiri curiga kalau Wawan tahu hubungan Pak Yanto dan Mirna. Hal ini didukung ketika Wawan mengantarkan daster pemberian Pak Yanto ke Mirna di chapter 14. Juga ketika Pak Yanto menunjukkan pakaian dalam Mirna kepada waktu di RS (lihat chapter 12).
Pertanyaannya, bagaimana pakaian dalam itu bisa sampai ada di RS? Siapa yang membawanya? Mirna ataukah Wawan?
Juga, kedekatan Wawan dengan Riko, sebagaimana digambarkan dalam dua chapter terakhir semestinya menjadi peluang untuk lebih mengeksplorasi karakter 'tidak terpakai' ini. Siapa tahu, diam-diam Mirna udah jadi slave sex-nya Wawan. Banyak bagian dari Wawan yang sebetulnya bisa dijadikan sebagai plot twist. Sayanya, potensi ini lagi-lagi dilewatkan penulis.
Keempat, Pak RT. Kendati kita dapat sepaham bahwa tidak semua pria yang dimunculkan dalam thread harus mengeksekusi Mirna, tokoh Pak RT sebetulnya dapat diberdayakan oleh penulis. Terutama, karena dia tahu perihal Mirna & Pak Yanto di chapter 17. Sayangnya, cerita ini terlalu buru-buru ditamatkan oleh penulis.
Ketika awal membaca cerita ini, saya berpikir thread ini paling kurang bakal punya 50-an chapter. Mengingat banyak sekali konten yang bisa diperdayai untuk memaksimalkan alur tanpa membuatnya melebar ke mana-mana.
Tokoh Mirna sendiri sebetulnya sudah cukup sebagai satu-satunya FMC dalam cerita. Banyak hal dari Mirna yang bisa dieksplorasi lebih dalam. Bagaimana seorang IRT yang normal perlahan terjerumus dalam fantasi tapi masih tetap tsundere ketika berhadapan dengan pria seperti Pak Yanto.
Yanto sendiri, meski sudah tua, tapi punya perilaku seksual yang variatif. Bisa dilihat bagaimana dia meminta Mirna memakai CD kotor atau mengenakan daster mini. Dari hal-hal ini sebetulnya sisi eksibisionis dan submisif Mirna bisa dimunculkan. Sayangnya yau.. Ini dilewatkan.
Ketika membaca cerita ini di chapter2 awal, saya selalu berpikir bahwa Pak Yanto hanyalah salah satu tokoh yang bakal jadi pembuka pintu sisi liar Mirna. Tapi ternyata, cerita ini justru berakhir setelah Pak Yanto membuka pintu... LMAO... Itu pun dipersembahkan oleh penulis dengan secuil narasi yang ---kalau kata adek saya---Kok begini amat? Lucunya, porsi obrolan kosong Riko & Wawan mungkin sama banyak (atau bahkan lebih banyak) dari bagian eksekusi akhir.
Akhirnya, meskipun saya kecewa karena ceritanya sudah happy ending. Secara pribadi, saya puas dengan karangan Om @Gee13 .
Saya sampai bikin akun loh, Om. Dua tahun saya baca di sini tapi gak pernah masuk. Tapi karena rasa cinta saya yang kuat pada Mirna, mau tidak mau saya merasa harus terjun ke lapangan. Dan yah, karena sudah terlanjur bikin akun, ke depannya saya juga mau nulis cerita saya sendiri. Terima kasih untuk inspirasinya Om @Gee13
Share telenya dong masbro kali bisa sharing heuheuBiasa sering ke sini kok, hu. Cuma gak bikin akun buat log in. Silent aja.
Tengkiu mas brooo... yoiyoi begitulah dilemanya hahaNulisnya mood-mootan yah, hu? Kalo macam itu sih perkara banyak penulis. Jalan-jalan aja dulu. Liburan ke pantai gitu. Gak usah buru-buru up atau terpengaruh tuntutan pembaca.
***
Wah, aku udah lama berhenti medsos. Gak ada kartu seluler juga gak bisa daftar tele. Nanti kalau akunnya ada aku infokan. Makasih Om @Gee13
Mau share pengalaman sebagai yang pernah coba-coba nulis cerita sensual,
memang stamina untuk tetap menulis dengan semangat dan imajinasi tinggi dari awal hingga akhir itu berat banget
Itulah mengapa banyak cerita di sini yang penulisnya terlanjur jenuh, akhirnya tidak dilanjutkan
Kalau aku sendiri, akhirnya memutuskan untuk membatasi scope cerita, oke ... cuma sampai sini saja
Di satu sisi, memang terkesan "kok cuma segini doank"
Tapi kalau buat aku pribadi sebagai yang nulis, ini seperti bahan latihan untuk bisa membangun cerita dengan lebih compact, dan tidak bertele-tele
Karena kalau kita lihat novel "biasa" yang beredar di luar sana, sepertinya juga sama modelnya
"Bahan latihan?" Iya, aku pribadi melihat forum ini sebagai bahan latihan aja kalau urusannya dengan penulisan
Karena di sini seru, setiap posting bisa langsung melihat reaksi pembaca, dan tidak takut dibredel karena unsur sensualnya, hee
Tapi ya jadinya mohon maaf saja kalau jadi ada kekurangan di sana-sini
Aku nggak tahu bagaimana penulis lain, tapi aku sendiri memperlakukan semua karya aku seperti "anak sendiri"
Karena itu apabila ada kesempatan, ada keinginan terpendam untuk membuat mereka menjadi sempurna
seiring dengan aku juga berkembang dari sisi teknik, imajinasi, dan lainnya
Itulah mengapa beberapa penulis di sini ada yang repost karyanya sebagai Reborn, Remastered, dan Re Re yang lainnya
Karena itu, menurutku selama orangnya masih stay di sini, dan semangat nulisnya tetap membara
harap dimaklumi saja kalau masih ada kekurangan
Tapi, jangan jadi takut juga untuk memberikan kritik ya ... khususnya untuk tulisan aku
Aku pribadi seneng kalau menerima masukan dari pembaca, yang mungkin punya imajinasi lebih liar
Saling memahami aja, penulis menerima masukan pembaca, dan pembaca memahami tantangan penulis untuk memutuskan untuk memasukkannya ke dalam cerita atau tidak
Sorry kalau curhatnya kepanjangan, hee
Belum ada mood lagi untuk melanjutkan cerita terjebak di amanika dan pengkhianatan sahabat ya suhu??Mau share pengalaman sebagai yang pernah coba-coba nulis cerita sensual,
memang stamina untuk tetap menulis dengan semangat dan imajinasi tinggi dari awal hingga akhir itu berat banget
Itulah mengapa banyak cerita di sini yang penulisnya terlanjur jenuh, akhirnya tidak dilanjutkan
Kalau aku sendiri, akhirnya memutuskan untuk membatasi scope cerita, oke ... cuma sampai sini saja
Di satu sisi, memang terkesan "kok cuma segini doank"
Tapi kalau buat aku pribadi sebagai yang nulis, ini seperti bahan latihan untuk bisa membangun cerita dengan lebih compact, dan tidak bertele-tele
Karena kalau kita lihat novel "biasa" yang beredar di luar sana, sepertinya juga sama modelnya
"Bahan latihan?" Iya, aku pribadi melihat forum ini sebagai bahan latihan aja kalau urusannya dengan penulisan
Karena di sini seru, setiap posting bisa langsung melihat reaksi pembaca, dan tidak takut dibredel karena unsur sensualnya, hee
Tapi ya jadinya mohon maaf saja kalau jadi ada kekurangan di sana-sini
Aku nggak tahu bagaimana penulis lain, tapi aku sendiri memperlakukan semua karya aku seperti "anak sendiri"
Karena itu apabila ada kesempatan, ada keinginan terpendam untuk membuat mereka menjadi sempurna
seiring dengan aku juga berkembang dari sisi teknik, imajinasi, dan lainnya
Itulah mengapa beberapa penulis di sini ada yang repost karyanya sebagai Reborn, Remastered, dan Re Re yang lainnya
Karena itu, menurutku selama orangnya masih stay di sini, dan semangat nulisnya tetap membara
harap dimaklumi saja kalau masih ada kekurangan
Tapi, jangan jadi takut juga untuk memberikan kritik ya ... khususnya untuk tulisan aku
Aku pribadi seneng kalau menerima masukan dari pembaca, yang mungkin punya imajinasi lebih liar
Saling memahami aja, penulis menerima masukan pembaca, dan pembaca memahami tantangan penulis untuk memutuskan untuk memasukkannya ke dalam cerita atau tidak
Sorry kalau curhatnya kepanjangan, hee
Belum ada mood lagi untuk melanjutkan cerita terjebak di amanika dan pengkhianatan sahabat ya suhu??
Setuju...ceottHu nanti season 2 di karyakarsa bakal bahas apa nih, spill sedikit spoilernya dong, dan kalau bisa poinnya jangan kemahalan, 3k/5k perpost biar terjangkau hehe
ending yg buru2 dan dipaksakanSebetulnya saya bukan orang sini. Biasanya sama cuma datang ke semprot lewat proxy. Tapi karena cerita si Mirna, saya bela-belain bikin akun biar bisa comment. Wkwkwk.. Selamat Om @Gee13
Kamu luar biasa!
Berikut ini impresi saya terhadap karya penulis. Isinya mungkin dikemas dalam bentuk kritik, tetapi perlu saya sampaikan dahulu bahwa saya tidak memiliki maksud untuk menyinggung, menghina atau melukai siapapun, terutama penulis. Saya sendiri sangat menikmati karya ini. Akan halnya, saya berharap kritik saya dapat memberi masukan bagi penulis untuk lebih baik lagi kedepannya.
Kritik:
Banyak karakter 'penting' yang sayang sekali tidak dieksplorasi lebih dalam oleh penulis. Sebut saja Rengga, Wawan, Bu Aminah, bahkan Pak RT. Saya katakan 'penting' karena keempat tokoh ini---meskipun punya porsi yang kecil---sebetulnya memiliki andil sekaligus potensi besar dalam cerita.
Pertama, Bu Aminah sebagai tokoh sentral sebetulnya adalah orang yang memberikan nomor WA Mirna ke Pak Yanto. Pintu pertama ekspansi Pak Yanto ke Mirna, tidak lain dan tidak bukan adalah Bu Aminah. Sebagai seorang wanita dewasa, semestinya ia paham upaya pendekatan Pak Yanto ke Mirna. Ketiganya sudah beberapa kali belanja bersama ke pasar. Riko sendiri pernah turun langsung menanyakan kedekatan Pak Yanto & Mirna ke Ibu Aminah (kalau kalian ingat di chapter 2). Masa iya, Bu Aminah gak pernah bertanya-tanya, ada apa?
Di charter 17, ketika Yanto dan Mirna dilabrak Riko, Bu Aminah datang ke rumah untuk 'mengecek keadaan'. Meksipun Bu Aminah tidak diberi penjelasan secara eksplisit oleh Riko mengenai kejadian itu, gak mungkin dia gak menebak-nebak. Apalagi dengan kepergiannya Pak Yanto secara tiba-tiba dari kompleks perumahan. Masa iya orang-orang kompleks gak bertanya-tanya? Ini Indonesia loh, bukan Jepang. Siapa sih yang gak kepo urusan orang lain.. LMAO! Apalagi ibu-ibu kompleks yang notabene suka gosip. Dan Pak RT sebagai satu-satunya 'hakim' & saksi yang tahu seluk-beluk masalah ini mustahil diem diem bae.
Yang anehnya adalah tidak ada gunjingan atau gosip tetangga mengenai perselingkuhan Mirna & Yanto. Seolah informasi ini ditekan oleh rezim orde baru. Meskipun banyak pembaca mungkin akan lebih fokus perihal kapan Mirna bakal dieksekusi, bagi saya ini merupakan plot hole yang cukup lebar.
Bu Aminah sebagai tokoh perempuan terdekat Mirna---selain Frida---mestinya menjadi aalah satu tumpuan terdekat Mirna. Siapa tahu, mode hijabnya Mirna adakah atas saran Bu Aminah sendiri. Dan juga, siapa yang tahu, keinginan terpendam Mirna yang belum menghilang setelah 6 bulan pengajian juga akibat 'saran' Bu Aminah. Siapa yang tahu? Hanya penulis yang tahu. Dan sayangnya potensi ini dilewatkan...
Kedua, Rengga. Sebagai satu-satunya orang yang tinggal serumah bareng Riko & Mirna, sangat disayangkan dia hadir cuma sebagai tempelan. Seolah biar pembaca tahu kalau Mirna ada anaknya.
Rengga ini sadar dengan kemolekan tubuh ibunya (lihat chapter 4), dia juga tahu mengenai kecurigaan Riko pada Mirna dan Pak Yanto. Riko sendiri bahkan pernah menanyakan perihal Pak Yanto ke Rengga. Juga meminta Rengga memata-matai ibunya meskipun dia ogah-ogahan. Pertanyaannya, masa sih, Rengga beneran buta? Ini anak udah mahasiswa loh, bukan anak TK.
Menghadirkan sosok anak laki-laki berusia sekitaran 17/18 tahun dengan ibunya yang masih muda, tentunya adalah POTENSI besar dalam pengembangan alur. Sayangnya penulis melewatkan aspek ini juga.
Sebenarnya bisa aja Rengga tahu kelakuan ibunya selama ini. Hanya saja, sebagaimana Riko, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Rengga juga terangsang melihat ibunya di-grape pria lain. LMAO!
Waktu baca thread ini, aku sebetulnya berandai-andai Rengga bawa teman-temannya main atau kerja tugas di rumah.. Jadi, Pak Yanto gak solo leveling, ada pemain lain yang juga bantu nakalin Mirna. Teman-teman Rengga misalnya. Wkwk
Ketiga, Wawan. Orang ini sebetulnya adalah tokoh paling mencurigakan. Sayangnya, sebagimana Rengga, Wawan juga hanya mengambil peran pengisi.
Masalahnya adalah, peran pengisi ini terlalu signifikan. Di samping itu, penulis membuang terlalu banyak ruang hanya untuk seorang Wawan yang tidak 'dipakai'. Ada beberapa kali penulis membuat percakapan panjang antara Riko & Wawan---yang bagi saya adalah bagian yang tidak penting-penting amat buat diceritakan.
Sama halnya dengan scene Jajang & Rani. Penulis seperti sedang berupaya memasukan Desa Konoha ke dalam cerita bajak laut One Piece, yang pada akhirnya tidak bersinggungan & tidak memiliki peran penting bagi pembangunan plot. Maksud saya, bahkan kalau bagian Jajang & Rani dihapus, cerita ini tidak akan kehilangan esensi apapun. Jadi kenapa penulis bersusah payah memaksakan Jajang & Rani ke dalam cerita? Apakah ini ada hubungannya dengan season 2? Hanya penulis yang tahu.
Oke kembali ke Wawan (maaf melebar) wkwkwk.. Yah, sebagaimana orang lain, saya sendiri curiga kalau Wawan tahu hubungan Pak Yanto dan Mirna. Hal ini didukung ketika Wawan mengantarkan daster pemberian Pak Yanto ke Mirna di chapter 14. Juga ketika Pak Yanto menunjukkan pakaian dalam Mirna kepada waktu di RS (lihat chapter 12).
Pertanyaannya, bagaimana pakaian dalam itu bisa sampai ada di RS? Siapa yang membawanya? Mirna ataukah Wawan?
Juga, kedekatan Wawan dengan Riko, sebagaimana digambarkan dalam dua chapter terakhir semestinya menjadi peluang untuk lebih mengeksplorasi karakter 'tidak terpakai' ini. Siapa tahu, diam-diam Mirna udah jadi slave sex-nya Wawan. Banyak bagian dari Wawan yang sebetulnya bisa dijadikan sebagai plot twist. Sayanya, potensi ini lagi-lagi dilewatkan penulis.
Keempat, Pak RT. Kendati kita dapat sepaham bahwa tidak semua pria yang dimunculkan dalam thread harus mengeksekusi Mirna, tokoh Pak RT sebetulnya dapat diberdayakan oleh penulis. Terutama, karena dia tahu perihal Mirna & Pak Yanto di chapter 17. Sayangnya, cerita ini terlalu buru-buru ditamatkan oleh penulis.
Ketika awal membaca cerita ini, saya berpikir thread ini paling kurang bakal punya 50-an chapter. Mengingat banyak sekali konten yang bisa diperdayai untuk memaksimalkan alur tanpa membuatnya melebar ke mana-mana.
Tokoh Mirna sendiri sebetulnya sudah cukup sebagai satu-satunya FMC dalam cerita. Banyak hal dari Mirna yang bisa dieksplorasi lebih dalam. Bagaimana seorang IRT yang normal perlahan terjerumus dalam fantasi tapi masih tetap tsundere ketika berhadapan dengan pria seperti Pak Yanto.
Yanto sendiri, meski sudah tua, tapi punya perilaku seksual yang variatif. Bisa dilihat bagaimana dia meminta Mirna memakai CD kotor atau mengenakan daster mini. Dari hal-hal ini sebetulnya sisi eksibisionis dan submisif Mirna bisa dimunculkan. Sayangnya yau.. Ini dilewatkan.
Ketika membaca cerita ini di chapter2 awal, saya selalu berpikir bahwa Pak Yanto hanyalah salah satu tokoh yang bakal jadi pembuka pintu sisi liar Mirna. Tapi ternyata, cerita ini justru berakhir setelah Pak Yanto membuka pintu... LMAO... Itu pun dipersembahkan oleh penulis dengan secuil narasi yang ---kalau kata adek saya---Kok begini amat? Lucunya, porsi obrolan kosong Riko & Wawan mungkin sama banyak (atau bahkan lebih banyak) dari bagian eksekusi akhir.
Akhirnya, meskipun saya kecewa karena ceritanya sudah happy ending. Secara pribadi, saya puas dengan karangan Om @Gee13 .
Saya sampai bikin akun loh, Om. Dua tahun saya baca di sini tapi gak pernah masuk. Tapi karena rasa cinta saya yang kuat pada Mirna, mau tidak mau saya merasa harus terjun ke lapangan. Dan yah, karena sudah terlanjur bikin akun, ke depannya saya juga mau nulis cerita saya sendiri. Terima kasih untuk inspirasinya Om @Gee13
Betul sekali, harap maklum suhu...ending yg buru2 dan dipaksakan