Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY - TAMAT Dari FANTASI berujung REALISASI

Saya berencana mmbuat grup tele'gram untuk mendengar usulan dan masukan para pembaca. Apakah setuju?

  • Setuju

    Votes: 447 78,1%
  • Tidak

    Votes: 125 21,9%

  • Total voters
    572
Status
Please reply by conversation.
TERBONGKAR

Tuntas buang air kecil, aku tercengang-cengang dengan celana dalam Mirna yang tertaut di belakang pintu kamar mandi. Bagaimana kronologisnya ia bisa berada di sana? Sangkaanku Mirna sengaja meninggalkan celana dalam berwarna biru muda itu, mana mungkin terlupakan. Kemudian apakah yang harus kulakukan terhadapnya? Membawanya pulang atau tetap dibiarkan di tempat? Aku sebenarnya ingin memungut celana dalam Mirna, tetapi aku mau tahu sejauh mana maksud Mirna meletakkannya di situ, teringat beberapa waktu yang lalu Pak Yanto sengaja menyemburkan spermanya, namun sampai saat ini Mirna belum menyadari. Celana dalam yang sedang tergantung tersebut, tak ada jejak misterius yang harus dicurigai. Hanya bulu-bulu halus yang tertinggal sehelai dua helai, baunya wangi bercampur asam khas aroma vagina istriku. Aku tiba-tiba tertawa sendiri. Apa iya Mirna datang ke sini sengaja meninggalkan celana dalamnya, lalu pergi dengan selangkangan terhembus oleh angin malam?

Lagipula Mirna tidak mungkin datang kemari sekedar melepaskan celana dalam. Jelas aneh. Dalam kondisi yang masih sebal karena maunya tak bisa kuturuti, pelampiasannya justru kabur dari rumah untuk menjenguk Pak Yanto. Bosan sih bosan. Pak Yanto yang sedang sakit, Dia bukanlah badut penghibur. Sialnya, aku sudah kehilangan momen, melewatkan percakapan atau peristiwa sekalipun yang terjadi di kamar inap Pak Yanto sedang dirawat. Aku tidak tahu harus bilang apa. Di sisi lain, Mirna pasti bertanya-tanya bagaimana aku bisa tahu dirinya di sini. Jawaban apa yang harus aku persiapkan?

“Sudah makan malam, pak?”

“alhamdulillah sudah, sedang terkantuk-kantuk ini”, ujar Pak Yanto dengan kelopak mata yang layuh, seolah-olah segan diajak bicara.

“Emmm, efek obat pasti”

“Ibu, kemana? Tadi ke saya kok bilangnya pamit pulang”

“Hah? Apa iya begitu?"

"Iyaa, benar"

"Coba saya hubungi dulu”, aku mengambil ponsel dari saku celana. Barangkali penampilanku ini salah satu penyebab suster tak berkenan mempersilakan masuk karena dari penampilan kurang meyakinkan mau menjenguk. Maklum, aku mengenakan kaos berkerah dan celana pendek, semula tujuannya hanya membuntuti Mirna, tak tahu bakal ada rencana menengok Pak Yanto malam hari. Ketika dihubungi, Mirna tak memberi jawaban. Ia mungkin sudah dalam perjalanan pulang. Lalu apa yang harus aku katakan kepada Pak Yanto?

“Bagaimana? Betulkan?”

“Sepertinya iya. Mirna kirim pesan ke saya dia sudah menunggu di luar. Kalau begitu, saya pamit dulu deh Pak”

“Iya, maaf banget juga ya Pak Riko, saya tidak bisa menemani ngobrol, sudah mengantuk berat”
“Enggak apa-apa, yang utama kesehatan bapak, selamat istirahat. Selamat Malam”

"Pak Riko! Satu hal lagi!"

"Iya, apa?", sahutku ketika hendak mendorong pintu.

"Malam minggu, mesra-mesraanlah, jangan hanya pergi ke rumah sakit"
"Hehe"

"Maklum, bukan anak muda lagi"

"Setidaknya Ibu jangan lupa dipeluk, pak"

"Hahaha, siap!"

Aku mendorong pintu kamar Pak Yanto, melangkahkan kaki sedikit lebih cepat, namun sempat mengumbar senyum kepada para suster yang sedang berjaga dan telah mengizinkanku masuk. Aku lalu keliling sebentar mencari-cari Mirna karena tak ada kejelasan dia sudah pulang atau belum. Padahal aku mengira ia akan menunggu setelah berpapasan dengannya di kamar SERUNI.

Akan tetapi, karena kedatanganku di luar dugaan, ia tampak memilih pulang karena tak mampu menyiapkan dalih seandai aku bertanya mengapa dia malam-malam ke rumah sakit untuk menjenguk Pak Yanto. Apakah hari ini kurang melelahkan baginya? Aku menelepon Rengga, meminta anakku mengecek apakah mamanya sudah tiba di rumah apa belum. Jawabannya ialah belum. Ah barangkali sedang dalam perjalanan pulang.

Sabtu Malam Hari Pukul 20.00

Pak Yanto: Kamu di mana? Haduh, sebetulnya lagi seneng-senengnya lihat kamu pakai daster yang kubelikan.
Mirna: bapak keterlaluan banget ih
Pak Yanto: saya sudah kebelet, kamu terlampau lama juga di kamar mandi.
Mirna: bukan itu, awas kalau diulang.
Pak Yanto: hanya penasaran, mana tahan juga hehe.
Mirna: dijaga mulutnya.
Pak Yanto: kamu basah-basah seharusnya di rumah pelukan dengan suami, bukannya ke sini, Mirna.
Mirna: itu basah habis disiram, kan buang air kecil.
Pak Yanto: bukan basah karena yang lain kan?
Mirna: bukan! Bapak juga udah dikasih tahu gak boleh bolak balik kamar mandi dulu.
Pak Yanto: kan pispotnya di dalam kamar mandi.
Mirna: eh iyaa...
Pak Yanto: bener kan? Saya enggak salah.
Mirna: terus kenapa juga buka celananya harus di depan aku?
Pak Yanto: Saya kan sudah bilang, saya kebelet. Kalau enggak kebelet mana mungkin saya harus turun dari ranjang tempat tidur. Saya memanggil pun kamu tidak mendengar.
Mirna: Enggak sabaran.
Pak Yanto: kebelet kencing mana bisa sabar, Mirna.
Mirna: Untung Mas Riko enggak tahu.
Pak Yanto: Kamu kemari bukan bersama Riko? Katanya Riko menunggu di luar.
Mirna: Iya di luar itu maksudnya di rumah. Tiba-tiba ke sini.
Pak Yanto: Howaalaah…
Mirna: Riko masih di sana?
Pak Yanto: Sudah pamit. Katanya mau menemui kamu. Kamu di mana?
Mirna: dalam perjalanan pulang ke rumah.
Pak Yanto: Hati-hati, padahal masih penasaran dengan yang basah itu. Hehe.
Mirna: Maaf ya Pak, cuman bisa segitu aja.
Pak Yanto: Melihat kamu bahagia dengan daster yang aku belikan, sudah cukup seneng, kalau dikasih lebih, ya masa ditolak? Hehehehe.
Mirna: Kalau mau dibelikan lagi boleh kok pak. Aku enggak akan nolak.
Pak Yanto: Bukan itu maksudku. Tuh kan, Kamu nih loh ya, makin menggemaskan. Seharusnya boleh tadi aku pijet pijet lenganmu yang makin berisi kelihatannya. Sama yang satu tadi itu hehe.
Mirna: Oh aku dibilang gemuk ceritanya nih.
Pak Yanto: Aku memang suka yang gemuk-gemuk hehe.
Mirna: sapi dong.
Pak Yanto: Kalau kamu sapinya, aku mau menghisap susunya langsung.
Mirna: jahat. Aku dibilang sapi.
Pak Yanto: Terima kasih sudah bantu minumin obat. Kamu ke sini betul-betul sengaja mau pamerin langsung di depan aku, Mirna?
Mirna: pamer bagaimana?
Pak Yanto: Dasternya kamu pakai langsung, terus ditunjukkin.
Mirna: enggak juga.
Pak Yanto: Lalu?
Mirna: karena lagi pengen ngobrol aja.
Pak Yanto: besok ke sini lagi, mau...
Mirna: semoga bisa. Ada yang kelupaan.
Pak Yanto: apa?
Mirna: celana dalam aku
Pak Yanto: saya mau simpan.
Mirna: jangan....

Berdasarkan percakapan lewat chat, ternyata Mirna kemari hendak menunjukkan penampilannya mengenakan daster yang dibelikan oleh Pak Yanto, sudah mulai berani istriku berpenampilan seksi secara langsung di hadapan orang lain yang bukan suaminya di luar rumah. Sayangnya, ia tidak mengetahui bahwa aku tahu ulah yang dia kerjakan. Penampilan seksi Mirna di depan Pak Yanto bisa jadi salah satu rencana istriku untuk mengerjai Pak Yanto yang belum beres ujungnya. Namun, satu hal yang belum kupaham apa yang dimaksud basah-basah itu. Mirna dan Pak Yanto sempat berada dalam satu kamar mandi. Apakah Pak Yanto melihat wilayah selangkangan Mirna? Sebaliknya Mirna demikian?

"Kamu di mana? Kok baru diangkat teleponnya?"

"Aku di jalan pulang"

"Kirain nungguin"

"Kamu kelamaan, aku sudah nungguin daritadi"

"Hhhhmmm...."

"Kamu tahu dari mana kalo aku ke rumah sakit?"

"Aku buntutin kamu dari belakang"

"Bohong, enggak mungkin"

"Iya seriusan"

"Mending jujur, daripada aku tahu sendiri"

Aku terperangkap oleh pertanyaan Mirna barusan, pengakuan terus terang bukan solusi jitu untuk saat ini. Bisa-bisa aku kehilangan akses untuk memantau Mirna dari akun WA. Apakah yang harus aku katakan padanya sekarang.

"Iya beneran, aku ikutin kamu pas kamu keluar dari rumah"

"Bohong..., jadinya enggak mau jujur?"

"Sudah jujur, bener, sumpah"

"Aku enggak percaya"

"Ya, silakan, tetapi itu faktanya, mau bagaimana?"

"Jawaban kamu persis saat aku tanya, masih berhubungan dengan Yanti? Kamu bilang enggak. Sudah pakai Sumpah, akhirnya ketahuan bohong"

"Kalau sekarang kan sudah enggak"

Seketika Mirna menutup telepon. Ia tampak tahu bahwa alasanku terlanjur mengada-ngada. Kemudian karena tak punya pilihan, aku segera memesan ojek online untuk pulang ke rumah usai mengetahui Mirna sudah tidak berada di rumah sakit. Dalam perjalanan pulang, aku termangu di atas kemudi driver ojek online, mengusut alasan masuk akal yang kiranya bisa diterima oleh istriku. Barangkali ia di rumah akan menanyakan kembali. Kalau tidak, ya syukur. Aku mau bilang “tahu dari Rengga”, nyatanya Mirna tidak memberitahu Rengga. Bertemu secara tidak sengaja pun mustahil dijadikan sebagai alasan. Aku akhirnya angkat tangan, terserah Mirna mau bersikap bagaimana atas sikapku yang memata-matai secara sembunyi.

Ke depan, aku harus lebih was-was dan tidak boleh reaktif menanggapi percakapan WA Mirna dengan orang lain. Jika sudah terpojok seperti ini, alasannya mesti jelas dan logis, bukan malah menyulitkan diri sendiri.
Sayangnya, ketika aku mengecek akun WA Mirna, mendadak semua telah buyar, kacau. Terlambat sungguh terlambat. Mirna telah mengetahui aksi spionaseku menggandakan perangkat akun WA nya, mungkin ia telah menyadari saat aku tiba-tiba dapat mengetahui keberadaannya begitu saja. Ditambah aku tidak mau berterus terang. Mirna bertambah penasaran sehingga ia mengecek seluruh aktivitas yang ada di perangkat ponselnya. Alhasil, sekarang aku tak dapat memata-matai percakapan Mirna lagi dengan siapapun karena akun WA Mirna sudah LOG OUT dari ponselku. Kini Aku harus bersiap diinterogasi oleh Mirna. Dia telah tahu semua.

“Sejak kapan kamu ngelakuin ini? Sejak kapan Mas?!”

“Yang seharusnya bertanya aku, bukan kamu”, jawabku yang bakal tahu suasana malam minggu akan berubah gaduh.

“Silakan, kamu mau tanya apa? Ayo tanya apa?!”

“Hhhmmm… kamu ngapain ke kamar inap Pak Yanto malam-malam begini? Dari pagi hingga siang, masih kurang?”

“Kamu enggak perlu tahu”

“Aku sudah tahu, kamu mau nunjukkin daster yang Pak Yanto beli buat kamu, ke orangnya langsung kan? Iya kan?”

“Kamu ini ya, keterlaluan banget. Enggak semua yang aku kerjain, kamu harus tahu, Mas!”

“Aku ini suami kamu, ya jelas harus tahulah”

“Terus ketika kamu dulu berbalas chat dengan Yanti itu aku gak harus tahu?! Kamu tutup-tutupin?! Kamu mengakunya mesti pas udah ketahuan sama aku?! Aku larang, terus kamu masih juga ngelakuin?!”

“Masalah itu kan sudah selesai. Jangan kamu bahas lagi”

“Buat kamu selesai. Buat aku enggak!”

“Lalu, Apa tujuan kamu ngerjain orang lain? Kamu ingin Pak Yanto bagaimana? Ingat Mirna, Laki-laki itu sudah pasti punya birahi dan nafsu, tetapi bukan berarti kamu harus mempermainkan mereka begitu. Kemudian terlepas dari keinginan kamu, disangka aku rela foto seksi atau diri kamu berpose seksi dilihat oleh
laki-laki lain? Enggak."

“Kalau kamu enggak rela foto seperti itu disebar ke orang lain, lalu mengapa kamu rela seandai aku disetubuhi laki-laki lain?! Coba kamu pikir itu, Mas! Dipikir!”

“......”, aku terdiam.

“Enggak, sama aja. Itu mainan seks toys kamu, kamu suruh aku nonton film porno yang ada adegan perempuan disetubuhi lebih dari satu orang, itu semua apa?! Mimpi?!”

“Masalah itu kan kemarin sudah selesai, aku janji turutin maunya kamu, Mirna”

“Sudah, Mas. Aku enggak mau berdebat dengan kamu”

“Enggak ada yang berdebat, aku mau meluruskan kamu”, ujarku sedang bertengkar dengan Mirna di kamar.

“Ketika aku luruskan, dulu kamu melanggarnya beberapa kali, apakah aku tidak boleh melakukan hal yang sama dengan yang kamu lakukan?”

“.....”, kembali aku terdiam.

“Sekarang aku mau istirahat. Jangan ganggu aku dulu"

"Enggg...iya", jawabku singkat, tak lekas banyak bicara lagi. Malam itu setelah Mirna melepas jaketnya, dari kamar mandi ia langsung rebahan memunggungiku. Aku pun melakukan hal yang sama. Tak ada yang bisa dilakukan karena memata-matai Mirna melalui akun chatnya sekarang sudah tidak bisa. Aku lelah, aku memilih tidur. Semoga esok sudah lebih baik.

=Y=​

Minggu, Pukul 02.30 Dini hari.

Aku terbangun dalam kamar yang gelap tak seperti biasanya karena lampu ketika kami akan tidur dibiarkan menyala. Kuperhatikan jam menunjukkan pukul setengah 3 dini hari. Aku kadang jam segini terbangun dari mimpi buruk atau ingin buang air kecil. Barangkali sekarang karena suasana kamar yang gelap mengusik tidur nyenyakku. Di lain hal, Mirna awet terlelap, berbaring terlentang dengan ASTAGA SEX TOYS di dekatnya. Maafkan aku sayang, tetapi betul-betul semalam aku tidak memiliki hasrat bercinta dan menyentuhmu karena lelah seharian.

Diam-diam aku ambil ponsel Mirna yang berada di balik bantalnya. Jika sudah tertidur Mirna sulit diganggu, kecuali memang sengaja dibangunkan.

Sabtu, Malam hari pukul 23.30

Pak Yanto: lagi apa?
Mirna: mau tidur, tapi susah lelapnya.
Pak Yanto: kepikiran yang tadi ya? Hehehe
Mirna: enggak tuh, yee. Pak Yanto belum ngantuk, semustinya jam segini kan udah istirahat.
Pak Yanto: Saya kepikiran yang basah-basah tadi.
Mirna: ish masih aja dibahas. Itu juga kalau enggak bapak maksa-maksa mau ngelihat, enggak akan aku kasih lihat.
Pak Yanto: lalu kenapa dikasih lihat? Pengen kasih tahu lagi basah? Haha
Mirna: enggak! Mulutnya ya, lagi-lagi gak bisa dijaga.
Pak Yanto: maklum, jauh dari istri.
Mirna: udah dibilang istrinya suruh ikut ke Jakarta.
Pak Yanto: belum ada waktu.
Mirna: segera dicari.
Pak Yanto: pastinya.
Mirna: mau tanya, memang ada ya suami yang pengen lihat istrinya disetubuhi pria lain?
Pak Yanto: ya jelas ada.
Mirna: apa bagusnya?
Pak Yanto: mungkin loh ya, menambah gairah dia untuk bercinta dengan istrinya.
Mirna: kelainan? Istrinya memang tidak cukup menggairahkan? Tergantung wajah dan bodi istrinya juga kali.
Pak Yanto: tidak selalu. Mungkin untuk mengurangi rasa jenuh dalam urusan ranjang, yang namanya laki-laki fantasinya bermacam-macam.
Mirna: aneh banget.
Pak Yanto: yang jelas hal itu ada di sekitar kita.
Mirna: Pak Yanto sendiri punya fantasi?
Pak Yanto: punya.
Mirna: apa?
Pak Yanto: saya malu mengatakannya.
Mirna: bilang aja. Mengapa harus malu.
Pak Yanto: takut kamu marah.
Mirna: berkaitan dengan aku?
Pak Yanto: iyaa.
Mirna: bilang aja. Gapapa kok.
Pak Yanto: saya enggak berani.
Mirna: Hhhmmm....
(Jeda 10 menit)
Pak Yanto: maafkan saya (Pak Yanto mengirimkan foto celana dalam Mirna yang terkena basah oleh cairan spermanya)
Mirna: isshhhhhhh kok digituin sih, pak.
Pak Yanto: kamu bertanya tadi, itu jawabannya. Saya memiiki hasrat berhubungan badan dengan kamu, Mirna.
Mirna: inget istri, Pak.
Pak Yanto: tentu ingat. Tapi ada hal lain yang memberontak.
Mirna: maksudnya memberontak?
Pak Yanto: ini (Pak Yanto mengirimkan foto batang kemaluannya yang mengeras ke Mirna)
Mirna: mulai kumat lagi kan.
Pak Yanto: mau lihat yang basah basah tadi lagi sayangku.
Mirna: jangan ngomong begitu, aku blokir nih.
Pak Yanto: lihat sebentar saja, Mirna. Tolong, saya mohon.
Mirna: enggak.
Pak Yanto: tolong...
Mirna: enggak.
Pak Yanto: Ya sudah, saya enggak mau memaksa.
Mirna: Riko suka aneh kalau malam, kadang mengigaunya ngaco banget. Mau aku bangunin, gak tega.
Pak Yanto: mengigau seperti apa?
Mirna: suka nyebut yang namany Yanti itu.
Pak Yanto: Hmmm masih yang kesangkut mungkin.
Mirna: Itu kenapa aku kadang masih kesel dengan dia. Sama satu lagi..
Pak Yanto: apa?
Mirna: kemarin mengigau nama Pak Yanto masa? Hihihi (AKU SANGAT TERKEJUT, BETUL-BETUL BARU TAHU. Namun setahuku bukan Aku saja yang suka mengigau, Mirna pun demikian)
Pak Yanto: waduwh serem juga. Ada apa ya.
Mirna: Mana aku mengerti.
Pak Yanto: sudah ah saya mau tidur.
Mirna: buru-buru banget.
Pak Yanto: mengantuk....
Mirna: (mengirim foto ia mengenakan daster dengan posisi duduk di atas tempat tidur, kedua pahanya agak dibuka, sedikit terlihat area selangkangannya)
Pak Yanto: kirim lagi
Mirna: giliran dikasih ini, melek.
Pak Yanto: apa sih yang gak melek kalau lihatin kamu.
Mirna: bodo amat.
Pak Yanto: hahahahaha
Mirna: misalnya loh, misal nih ya.
Pak Yanto: misal apa?
Mirna: Riko kepengen Mirna ditidurin laki-laki lain, terus kalau laki-lakinya itu Pak Yanto, mau?
Pak Yanto: YA JELAS MAULAH. Celana dalamnya saja jadi sasaran apa lagi yang beneran hahaa. Jadi pertanyaanmu terkait suami yang pengen istrinya ditiduri laki-laki lain iti Riko?
Mirna: bukan ih, bukan....
Pak Yanto: hayo mengaku.
Mirna: sudah ah, mau tidur....

Aku tersenyum membaca chat percakapan Mirna dengan Pak Yanto. Gerbang fantasiku perlahan terbuka lebar. Apakah aku perlu ikut andil memuluskan jalannya atau aku tetap ambil jalan lain? Mirna, aku rela jika kamu mau Pak Yanto menikmati tubuhmu, tapi dia sedang sakit, sayang. Tunggu dia pulih dulu ya. Hehhe. Mumpung Mirna masih tertidur aku lanjut membaca percakapan chatnya dengan Firda.

Sabtu, Malam Hari Pukul 22.30

Firda: bete kenapa?
Mirna: gue lagi kepengen suami malah molor
Firda: ya bangunin dong.
Mirna: lagi ngambek juga gue sama dia.
Firda: ngambek kenapa lagi?
Mirna: ternyata selama ini dia tahu gue chat sama siapa aja. Gue baru ngeh WA gue diclonin.
Firda: Ya Ampun Mirna. Haaha. Lo sih, suka kelewatan.
Mirna: malesin banget tahuk.
Firda: berarti dia juga tahu chat lo sama Pak Yanto?
Mirna: iyaa
Firda: terus reaksinya gimana?
Mirna: ya jelas marah.
Firda: kalau gue jadi dia, ya gue juga marah.
Mirna: udah deh jangan bahas itu dulu, lagi baper, lagi butuh gak bisa ngapa-ngapain.
Firda: masturbasi aja udah
Mirna: malesin banget.
Firda: ajakin masturb bareng aja Om Yanto lo. Hahahaha
Mirna: ngomongnya gitu banget.
Firda: udah ah gue mau tidur.
Mirna: yah kan lo malah kabur. Padahal ada sesuatu yang mau gue sampein
Firda: (tidak membalas lagi)

Membaca riwayat percakapan Mirna membuat aku sulit melanjutkan tidur, kira-kira apa yang akan terjadi berikutnya. Aku mau menggandakan akun WA Mirna lagi, namun rasanya sulit pasti ia akan rutin mengecek perangkatnya tersambung dengan perangkat lain atau tidak. Sungguh tak mungkin memata-matai istriku kembali. Rencanaku selanjutnya adalah membulatkan tekad agar Mirna terbujuk rayuan Pak Yanto, tetapi aku harus memastikan itu bukan bagian dari rencana Mirna menjebaknya. Di sisi lain, aku perlu menghadapi Mirna besok karena situasi hubungan kami sedang tidak baik-baik saja sejak ia menyadari aku menggandakan akun WA nya.

Ketika memegang ponsel Mirna pun, aku sempat melihat hasil jepretan Mirna ketika ia mengambil gambar penis Pak Yanto. Gambar itu masih tersimpan. Apakah benda tumpul itu lekas menjadi obsesi Mirna?

"Iya beneran basah, tapi jangan dipegang memek Mirna", Mirna mengigau. Aku sengaja tak membangun istriku, bukti bukan aku saja yang kadang mengigau.
.........................




















.
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd