Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Deja Vu

blackmore

Semprot Lover
Daftar
8 Dec 2010
Post
269
Like diterima
795
Bimabet
Senin, 15 September 2008

Bunyi suara klakson kereta api yg menggema serta suara gerbongnya yg berderak seolah menjadi musik pengiring bagi “paduan suara” para pedagang asongan dalam membawakan kur dengan iramanya yg senada.

" Aqua...aqua... Mizon..Mizon..."
" Rokok..rokok..permen..kacang goreng.."
" Kopi..energen...pop mi..."

Ya, irama yg senada dengan syair yg berbeda-beda, namun dengan maksud serta tujuan yg sama, yaitu mengais sesuap nasi dengan menjajakan dagangannya kepada para penumpang kereta api kelas ekonomi yg beberapa saat lalu baru saja meninggalkan stasiun Tanah Abang.

Diantara para penumpang kelas ekonomi itulah kini aku duduk sambil menatap keluar jendela, tepatnya berada digerbong 3, kursi 4A, persis berada disisi jendela sebelah kiri.

Senin sore seperti ini biasa penumpang tak terlalu membeludak, berbeda disaat hari sabtu ataupun minggu dimana penumpang harus rela berhimpit satu sama lain bagai ikan pindang

Sebagai mahasiswa Jakarta yg berkuliah di Jogja, angkutan massal yg satu ini menjadi sahabat yg akrab bagiku, setidaknya satu kali dalam satu bulan aku memanfaatkan gerbongnya untuk mengantarku pulang pergi. Dan sebagai mahasiswa berkantong pas-pasan, tentu aku harus pandai-pandai mengatur keuanganku agar cukup dalam satu bulan untuk biaya makan, sewa kost, dan lain sebagainya. Dan untuk semua itu aku harus pandai-pandai dalam hal mencari harga yg termurah, termasuk ongkos angkutan yg aku tumpangi ini, yg hanya dengan harga tiket 35 ribu rupiah mampu mengantarku dengan selamat dari Jakarta ke Jogja atau sebaliknya. Soal kenyamanan...? Ah, itu sih nomer enam belas, sekarang yg terpenting adalah murah, dan paling tidak angkutan ini dapat kupercaya dalam hal keamanannya. setidaknya itu yg ada didalam pikiranku.

" Mandap pundi mas...?" tanya seorang pria setengah baya dengan bahasa daerah yg artinya menanyakan tujuanku.

" Saya turun Jogja pak... Bapak turun dimana? " jawabku, seraya balik bertanya.

" Saya turun Klaten..." kali ini dijawab dengan bahasa Indonesia, mungkin dirinya menyadari bahwa orang yg diajak bicara bukanlah orang yg terbiasa menggunakan bahasa jawa, walaupun sebenarnya sedikit-sedikit aku paham dengan bahasa itu, dan memang sebagian besar para penumpang kereta api ini adalah para perantau dari jawa-tengah yg hendak mudik kekampung halamannya, jadi tak bisa disalahkan bila orang disampingku ini dengan style yakin langsung menggunakan bahasa daerah itu.

" Beli karcis? " tanyanya lagi sambil menghembuskan asap jarum 76 nya. Dari penampilan dan barang bawaannya sepertinya pria ini adalah pekerja bangunan, atau tukang kayu dan semacamnya, itu dapat aku kira dari ujung gergaji yg tersembul keluar dari tas lusuhnya yg diletakan diatas bagasi, dan yg lebih meyakinkannya lagi adalah penampilannya dengan kulit legam dan jari tangan yg besar-besar serta tampak kasar.

" Beli.. Memangnya kenapa pak?" heranku dengan pertanyaan pria itu, apa urusannya dia menanyakan aku beli karcis atau tidak, toh dia bukanlah petugas.

" Ah, ndak apa-apa mas..cuma tanya" jawabnya cengengesan sambil memperlihatkan gigi-giginya yg kuning dan beberapa bagian tampak berkarat karna nikotin.

" Bapak beli karcis?" kini aku yg balik bertanya.

" Ah, kalo saya ndak pernah beli karcis, saya mending ngemel, lebih irit.." jawabnya santai sambil menselonjorkan kakinya pada kursi dihadapannya yg masih belum terisi.

" Ngemel? Maksudnya? "

" Bayar langsung sama kondekturnya setiap kali ada pemeriksaan karcis..sekali ngemel lima ribu perak, Jakarta-Klaten biasanya sekitar 3 atau 4 kali pemeriksaan, itukan artinya saya cuma bayar 20 ribu paling banyak, ketimbang beli karcis 35ribu.." jelasnya

" Gak takut kena masalah tuh pak? kalau lagi apes bisa-bisa diturunin ditengah jalan.."

" Ha..ha..ha... Siapa bilang?, Konduktur malah seneng kalo semua penumpang disini ngemel... Kalo penumpang kereta seperti sampeyan semua, justru mereka sedih.. Gigit jari he..he..he..."

Walau seperti yg aku katakan sebelumnya bahwa aku harus berhemat pengeluaran, dan juga harus jeli dengan segala hal agar mendapatkan harga yg murah. Namun untuk yg satu ini, aku sama sekali tak tertarik untuk mempertimbangkannya. Bagiku angka 35ribu sudah jauh lebih murah ketimbang harus menggunakan kereta api bisnis, apalagi eksekutif yg harganya bahkan nyaris mencapai delapan kali lipatnya. Jadi tak ada alasan untuk tidak membeli karcis dan membayar langsung kepada kondektur seperti yg dilakukan pria setengah baya ini. Namun bila ada yg harus dipertimbangkan dari pria disampingku ini adalah cara dia yg dengan santainya menyelonjorkan kedua kakinya diatas kursi dihadapannya, kursi yg seharusnya untuk penumpang lain.
Ah, sepertinya tak ada salahnya aku mengikuti jejaknya, seraya kuselonjorkan juga kedua kakiku keatas kursi didepanku yg juga masih kosong, toh memang belum ada penumpangnya, dan semoga saja sampai Jogja nanti memang tidak ada penumpang lain yg menempatinya.


Namun ternyata harapanku tinggalah harapan, karna saat kereta tiba distasiun Bekasi, bertambah lagi beberapa penumpang, dan yg salah satunya mengambil alih kursi tempat kakiku berselonjor.
Namun rasa kecewaku sepertinya akan terbayarkan, karna penumpang yg kini duduk didepanku adalah seorang wanita muda yg menurutku penampilannya cukup menggoda. Dengan tubuh padat dan sekal, namun tidak bisa juga dikatakan gemuk. T-shirt putihnya yg ketat membuat gunung kembar didadanya yg besar seolah hendak berontak keluar dari belahan lubang kaosnya, sehingga menyembul memperlihatkan belahannya yg sedikit berkilat karena baluran keringat. Sedang bokongnya yg membukit terbalut ketat oleh celana jeans, yg sepertinya terbuat dari bahan yg elastis, entah sejenis karet atau nilon aku tak terlalu paham betul. Selain semua itu, yang juga cukup menarik adalah alis matanya yang lebat alami, hitam dan tertata rapi, disamping juga hidungnya yang bangir.

Blegg...kursi tempat sebelumnya kedua kakiku berongkang-ongkang kini telah berada dalam himpitan bokong semok itu.
Rambutnya yg lurus sebatas punggung disibaknya untuk memasang hair-clip, sehingga memperlihatkan leher jenjangnya yg berkulit sawo matang, atau hitam manis. Ah..tapi tidak juga terlalu hitam sebenarnya. Matanya yg bulat tajam sesaat menatapku, yg membuatku berpaling salah tingkah, seraya tangannya mencari-cari dari dalam tasnya, lalu tangan itu kembali keluar, kali ini sudah dengan ponsel digenggamnya.

Jemari tangannya dengan lincah menekan-nekan tombol ponsel. Yg agak sedikit kontras dengan penampilannya yg menurutku menarik itu adalah jemari tangannya ini. Jari-jari tangannya jauh untuk dapat dikatakan lentik dan halus. Sedang pada telapaknya tampak kisut, mungkin terlalu sering terkena diterjen saat mencuci pakaian, dan kuku-kuku jari tangannya tampak tak terawat, bahkan salah satunya ada yg ujung kukunya separuh tanggal. Namun itu sama sekali tak merubah penilaianku bahwa wanita didepanku ini tetaplah menarik. Sepertinya wanita ini pekerja pabrik, biasanya sebagian penumpang yg berangkat dari stasiun itu adalah para karyawan pabrik, yg memang kota Bekasi termasuk salah satu sentra industri di tanah air, dan karyawannya cukup banyak yg berasal dari daerah jawa-tengah, daerah tempat kereta yg aku tumpangi ini menuju.

Dari bibirnya yg penuh itu sesekali tersenyum saat membaca pada layar monitor ponselnya. Sial..senyumnya manis sekali, entah siapa yg sedang berkomunikasi dengannya melalui pesan singkat itu, pacarnyakah?.

Aku berharap bisa mengobrol dengan wanita ini, lumayanlah, sekedar untuk membunuh kejenuhan selama perjalanan yg biasanya akan menempuh waktu hingga 10 jam ini, ketimbang mesti mengobrol dengan pria disampingku ini yg... Astaga.. rupanya pria ini telah tertidur pulas dengan mulut menganga dan kedua kakinya masih berselonjor dikursi depannya.


Kotak kecil itu mengapa tak pernah lepas dari perhatiannya? Entah apa saja yg ditulisnya pada pesan singkatnya itu. Sedang bergombal-gombal riakah dia dengan kekasihnya..?

Yes, setelah hampir satu jam akhirnya wanita ini mengalihkan perhatiannya dari ponsel. Sepertinya dia telah selesai ber sms ria, seraya jari-jarinya itu saling ditekuknya satu persatu hingga menimbulkan bunyi-bunyi ketukan tulang.

Ini saatnya aku mulai membuka pembicaraan. Yah..pembicaraan awal adalah menayakan tujuannya, sepertinya itu yg paling masuk akal, setidaknya pertanyaan itulah yg tadi pertama kali dilontarkan padaku oleh pria yg entah sedang mimpi apa dia sekarang. Tapi..?, sepertinya dia tengah memcari-cari sesuatu dari tasnya, dan...Celaka!, ditangannya kini telah menggenggam earphone, itu artinya...

Ya, wanita itu kini telah menyumbat kedua telinganya dengan benda celaka itu, seraya merebahkan kepala sebelah kirinya pada jendela disampingnya. Dan kedua bola mata indah itu kini raib dari pengelihatanku, berganti dengan garis melengkung yg pada bagiannya terdapat bulu-bulu lentik yg merebah. Entahlah apakah dalam pejamnya itu dirinya tertidur atau hanya sekedar menikmati irama dari lagu yg didengarnya melalui earphonenya, yang pasti aku hanya dapat melongo sambil sesekali menelan ludah saat pandanganku tertuju pada belahan dadanya yg mengintip dari sela-sela lubang t-shirtnya.

Tak apalah, walau diriku yg berada tepat didepannya ini sama sekali tak diberinya perhatian, toh setidaknya dengan dia memejamkan matanya, itu artinya mataku dengan bebas merdeka dapat “menggerayangi” kesekujur tubuh dan wajahnya tanpa perlu lagi untuk mencuri-curi pandang, terutama pada leher jenjangnya yg sedikit basah oleh keringat karna memang kereta api ini non AC, sehingga sudah barang tentu suasana didalam gerbong ini cukup gerah. Lalu pandanganku terus menyusur semakin kebawah, kearah belahan dadanya yg mengintip, terus menyusur sampai kebawah selangkangannya yg terbalut jeans yg ketat hingga tampak menyembul bak kue apem, bahkan pada ujung bawahnya tampak membentuk sedikit garis belahan, sehingga mengesankan seperti huruf “W”.

Glek.. otakku mulai ngeres, syahwatkupun mulai bangkit, yg secara alami diikuti dengan benda dibalik celana blue jeanku yang sepertinya mengalami perubahan ukuran, hingga bulu-bulu kemaluanku serasa terjepit dan tertarik, yang berakibat sedikit nyeri dan tak nyaman, yang akhirnya memaksaku memasukan sebelah tanganku kedalamnya untuk membenahi posisi bulu-bulu jembutku agar lebih nyaman.

Sial… baru kusadari ternyata beberapa penumpang laki-laki dikursi seberang sebelah sampingku juga mengarahkan pandangannya pada wanita didepanku ini.

Fhuuhhh…jangan-jangan mereka juga memperhatikan tingkah lakuku tadi, terutama saat aku menelusupkan tangan kananku kedalam celana. Sudah untung jika mereka mengira kalau aku hanya sekedar memperbaiki posisi bulu jembutku yg terjepit. Bagaimana kalau mereka mengira yg lain, atau mereka berfikir seperti ini: “ Dasar anak muda saraf.. nafsu sampai megang-megang kontol, kira-kira dong..ini kan tempat umum..” atau barangkali “ Busseett…itu anak ngeliatan cewek sambil onani didepan umum..”

Ah, sial..sial… seraya kutolehkan pandanganku kearah jendela disamping kiriku sekedar membuang rasa malu. Semesum-mesumnya fikiranku, tak mungkinlah aku sampai onani didepan publik hanya karena syahwatku sedang naik. Biar bagaimanapun aku masih sanggup mengontrol diri.


Huh.. ternyata dengan wanita ini memejamkan matanya belum berarti aku memiliki kebebasan yg mutlak untuk dapat menikmati tubuhnya walau hanya sebatas menatapnya sambil fikiran mesumku berhayal, karna “setan-setan” dikursi seberang itu kini yg justru menjadi penghalang, terpaksalah aku hanya menikmati pemandangan diluar jendela sambil sesekali mencuri pandang kearah wanita didepanku ini.



Hampir dua jam sudah kereta api ini meninggalkan kota Jakarta, sepertinya kini sedang melintasi wilayah Haurgeulis. Beberapa kali aku menguap, hingga tak terasa aku juga terlelap menyusul perempuan semok didepanku yg sepertinya telah terlebih dulu melayang dialam mimpi.


Entah berapa lama aku sempat terlelap, sampai kurasakan kereta api berhenti, yg ternyata distasiun Cirebon. Serombongan pedagang asongan berebut memasuki gerbong untuk menjajakan dagangannya. Hingga beberapa saat kemudian terdengar pemberitahuan melalui mikrophon dari ruang informasi.

“ PEMBERITAHUAN KEPADA SELURUH PENUMPANG KERETA API YG AKAN MELINTASI JALUR SELATAN…BERHUBUNG JALUR DIDAERAH BUMI AYU SEDANG MENGALAMI HAMBATAN KARENA RELNYA TERTIMBUN TANAH LONGSOR, SEHINGGA PERJALANAN ANDA TIDAK BISA DILANJUTKAN UNTUK WAKTU YG BELUM DAPAT KAMI PASTIKAN… MAKA, BAGI PARA PENUMPANG YG TERGESA-GESA , KAMI SARANKAN UNTUK BERALIH KE JENIS ANGKUTAN LAIN…DEMIKIAN INFORMASI INI KAMI SAMPAIKAN, DAN MOHON MAAF ATAS KETIDAK NYAMANANNYA…….”

Sebuah pengumuman yg tentu saja membuat seluruh penumpang merasa kecewa, beberapa tampak memaki sendiri, sebagian mengeluh, dan sisanya pasrah sambil tertunduk lesu.
Beberapa penumpang mulai turun dari kereta api, termasuk aku yang akhirnya juga ikut turun untuk sekedar melemaskan urat kaki yg hampir empat jam duduk.

Sekedar iseng aku menghampiri kerumunan penumpang didepan ruang informasi untuk sekedar mendapatkan kepastian tentang berapa lama kami akan tertahan distasiun ini. Tak sedikit dari mereka yg memaki-maki petugas atas kejadian itu.

“ Saya ini terburu-buru pak…besok saya harus jadi wali untuk pernikahan ponakan saya…” protes salah seorang pria setengah baya

“ Kan sudah dihimbau sebelumnya, kalau anda terburu-buru lebih baik beralih menggunakan transfortasi lain, seperti bis misalnya…” jawab sang petugas berseragam dephub.

“ Enak saja sampeyan ngomong…kalau sampeyan yg belikan tiket bisnya sih gak apa-apa… sini kasih saya uangnya biar saya beli…” gusar pria tadi yg tampaknya semakin emosi

“ Tidak bisa begitu pak…kami ini kan juga memiliki keterbatasan..tidak mungkin kami bisa menanggung tiket anda semua….” Jawab petugas, kali ini wajahnya tampak mulai sedikit memucat

“ Makanya sampeyan jangan asal mangap…” balas penumpang tadi yg selanjutnya ditenangkan oleh salah seorang rekan atau familinya.



Setelah bosan berkeliling disekitar stasiun serta menyaksikan pertunjukan perang urat saraf antara penumpang dan petugas stasiun, akhirnya aku menghempaskan tubuhku diatas kursi stasiun sambil meneguk sisa air mineral yg kubawa dari Jakarta.

Hanya beberapa saat aku duduk sambil memainkan ponsel ditanganku, kurasakan seseorang duduk tepat disampingku, dan betapa terperanjatnya setelah kuketahui bahwa orang yg duduk tepat disampingku itu adalah wanita yg sebelumnya menjadi hayal mesumku saat digerbong kereta. Ya, dialah penumpang wanita berbodi semok yg naik dari stasiun Bekasi.

Kali ini aku berpura-pura acuh setelah mengetahui sikapnya diatas kereta tadi menurutku begitu angkuh dan tak memandangku sebelah mata, ketimbang bila aku menyapanya terlebih dulu, dan hasilnya dia hanya cuek dan tak acuh.

“ Keripik mas…” tawar wanita itu, sambil menyodorkan sebungkus plastik keripik singkong yg telah dibuka ujungnya.

Masih tak percaya aku dengan apa yg ditawarkan wanita yg telah kuvonis sebagai sosok yg angkuh itu, hingga aku hanya terdiam sambil menatap kearahnya.

“ Ayo ambil..lumayan untuk iseng sambil nunggu kereta jalan…” tawarnya lagi, kali ini sambil mengambil beberapa potong keripik itu untuk kemudian memakannya, sepertinya wanita ini berusaha meyakinkan diriku kalau makanan yg ditawarkannya tidaklah dibubuhi obat bius, seperti modus yg sering terjadi beberapa waktu belakangan ini, dengan cara menawarkan makanan yg telah dicampuri obat bius, lalu melucuti barang sikorban setelah tak sadarkan diri.

“ Mmm..oh..terima kasih mbak..barusan tadi makan dikantin situ..” jawabku berbohong

“ Ooowwhh… ya udah gak papa.. ngomong-ngomong mau kemana? “ sambungnya sambil mengunyah keripik yg sebelumnya ditawarkan padaku.

“ Jogja.. kalo mbaknya mau kemana? “

“ Sama saya juga mau ke Jogja.. tapi kayaknya kamu bukan asli jogja..mau kerumah saudara?, atau kerumah nenek?” cerocosnya sambil tanpa henti menyumpal mulutnya dengan keripik singkong dari tangannya.

“Enggak…saya kuliah di Jogja, rumah saya diJakarta..”

“ Oowwhh…anak kuliahan… kalo saya asli Jogja, tapi udah 5 tahun kerja di Bekasi.. sebelumnya sih sempet di Bogor, ya, kerja di pabrik gitu deh..maklum cuma lulusan SMU.. makanya logat bicara saya gak ketahuan kalo saya orang Jogja..iya kan? “ ujarnya dengan meyakinkan, menurutku jika hanya sekilas memang ada benarnya apa yg dikatakan wanita ini, namun sebagai orang yg sudah empat tahun bersosialisasi dan berinteraksi dengan masyarakat di Jogja, tentu aku masih dapat mengenali kalau wanita ini berasal dari sana. Namun aku suka dengan sikap dan gayanya yg ceplas-ceplos dan penuh keterbukaan itu, sungguh merasa berdosa aku yg sebelumnya telah menghakiminya sebagai wanita yg angkuh.

“ Oh iya, saya Eni…kamu? “

“ Saya Hendra…”

“ Udah lama kuliah di Jogja?”

“ Empat tahun..udah hampir selesai..”

“ Beneran nih enggak mau keripik…gak enak dong saya makan sendirian…takut diracunin kan? Hayo ngaku..kalo keripik ini ada racunnya saya udah mati dari tadi…”

“ Enggak koq..enggak…iya deh aku mau..” seraya kuambil beberapa potong keripik dari dalam plastik yg masih dalam pegangannya itu lalu mengunyahnya dengan lahap.

“ Nah gitu dong…”

Akhirnya kami larut dalam percakapan yg mengasikan, dan tanpa terasa dua jam telah kami lewatkan dikursi stasiun itu sambil mengobrol dan menikmati bermacam-macam cemilan ringan yg rupanya memang telah dibawanya dari Bekasi.


Dalam dua jam yg berjalan bagai begitu cepat itu, seolah Eni adalah teman yg telah akrab sedemikian lama olehku, dan entah mengapa aku begitu dengan mudahnya menceritakan berbagai hal pribadiku kepadanya, tentang keluargaku, tentang mantan pacarku, dan berbagai hal-hal pribadi yg tidak selayaknya harus diceritakan kepada orang lain, apalagi orang yg baru dikenal seperti dirinya.

Begitupun dengan dirinya yg juga begitu terbuka menceritakan tentang pribadinya, yg menurut ceritanya pernah beberapa kali menjalin asmara dan putus, termasuk juga dengan tanpa canggung menceritakan bahwa dirinya juga kerap melakukan hubungan seks dengan pacar-pacarnya.

“ Ya, enggak semuanya sih… artinya enggak selalu dalam menjalin asmara pasti berlanjut dengan ML..…” terangnya, sambil membalut tubuhnya dengan jaket jeans karna memang malam yg makin larut mulai menebarkan udara dinginnya, ditambah lagi hujan yg beberapa saat lalu baru saja mengguyur kota Cirebon walaupun tak terlalu lebat.

“ Sekitar berapa orang tuh..cowok beruntung yg pernah ML sama kamu? “ tanyaku penasaran

“ Mau tau aja…” jawabnya sambil tersenyum

“ Penasaran aja…kalo gak dijawab juga enggak papa”

“ Berapa ya?” ujarnya sambil berpikir, atau tepatnya pura-pura berpikir “ empat orang kayaknya…”

“ Emang semua pacarnya ada berapa? “

“ Tujuh..”

“ Banyak juga ya…”

“ Ya..begitulah… tapi semua tinggal kenangan..”

“ Maksudnya?”

“ Ya, gagal semua…putus..tus.. akhirnya saya pilih ngejomblo aja sampai sekarang ”

“ Sudah berapa lama ngejomblo? “

“ Ada kali setahun…”

“ Termasuk dalam setahun itu juga enggak ML..?”

“ Ya iya lah, gak ML… kenapa? Apa kamu kira aku cewek kegatelan yg selalu ngewek sana-sini kapanpun aku suka.. gitu..?”

“ Ah, bukan itu maksudku.. mmhh, berarti kamu gak akan ML dengan orang yg bukan kekasih kamu.. begitu?”

“ Mmmm..gimana ya…?” jawabnya, seraya berfikir sejenak, untuk kemudian dilanjutkannya lagi

“ Enggak juga sih.. Yah, karna memang selama aku ngejomblo ini gak ada cowok yg cocok aja sama aku.. Enggak cocok untuk melakukan ML maksudnya.. Gak ada yg selera gitulah…Maksudnya begini.. Ada cowok, katakanlah temen yg gelagatnya dia sepertinya memancing aku untuk ngajak ML, tapi aku gak mood dengan performancenya, jadi ya aku gak mau dong… Atau sebaliknya, ada cowok yg membuat aku horny setengah modar, bahkan baru ngeliat senyumnya saja anuku sudah basah.. ha..ha..ha.. Tapi justru dia gak ada reaksi apa-apa terhadapku.. Jadi gak mungkin juga dong aku maksa-maksa atau ngerayu-ngerayu dia.. Emangnya aku cewek apaan….” Paparnya seraya meneguk minuman teh dalam kemasan botol.

“ Emangnya kenapa sih nanya-nanya gitu…?” lanjutnya, sambil tersenyum penuh arti kearahku, yg membuat aku sedikit salah tingkah. Jangan-jangan dengan pertanyaanku itu justru dia dapat menilai kalau aku memang mempunyai suatu pengharapan untuk juga bisa tidur dengannya. Atau lebih dari itu, justru dia mengira aku sedang membaca peluang, mencari selah dimana kira-kira aku dapat masuk untuk kemudian "menerkamnya" dengan panah asmara... atau tepatnya dengan panah birahi.

“ Ya enggak apa-apa lagi..iseng aja… oh iya ngomong-ngomong udah dua jam lebih nih..sampai kapan nih kereta bakalan jalan lagi..” jawabku, seraya mengalihkan pembicaraan.

“ Tau..sampai besok kali..” jawabnya acuh

“ Bakalan tidur disini dong..” sambungku

“ Tidur disini? Enggak lah ya.. Kalau kamu sih cowok pantes-pantes aja… Nah aku cewek…” protesnya

“ Terus gimana dong? “ tanyaku, kulihat dia melihat kearah arlojinya

“ Hampir jam sepuluh nih.. gimana kalo kita cari hotel didekat-dekat sini aja..” tawarnya, sebuah ide yg belum bisa aku putuskan untuk menerimanya, sehingga aku hanya diam beberapa saat.

“ Kenapa? Gak cukup uang..aku maklumlah kamu mahasiswa..” ucapnya asal, seolah tanpa dosa.
Sial, biarpun aku tak bergaji, tapi kalau hanya sekedar sewa hotel kelas melati untuk satu malam sih aku masih sanggup, walaupun dengan konsekwensi aku harus sedikit mengencangkan ikat pinggang untuk sebulan kedepan nanti.

Namun belum sempat aku menyanggahnya “ Ya udah, nanti hotel aku yg bayar..itu juga kalo kamu mau…”

“ Kamu mau bayarin kamar hotel untuk aku?”

“ Sebetulnya enggak juga sih… aku bayar hotel untuk satu kamar,untukku sendiri… dan kamu numpang dikamar aku..dan sekali lagi aku bilang.. itu juga kalo kamu mau…”

Sebuah tawaran yg membuatku tercengang, Bukan soal kebaikan dia untuk memberikan tumpangan, tapi soal kerelaan dirinya untuk tidur satu kamar denganku, dan barangkali juga satu ranjang..itu artinya..

“ Mmm..maksudnya, kita tidur satu kamar gitu..? “ tanyaku gugup

“ Iya… Kenapa..? Dan sudah beberapa kali aku bilang.. itupun kalau kamu mau.. kalau kamu menolak juga enggak apa-apa, kamu boleh bayar dengan uangmu untuk kamar kamu sendiri.. Atau barangkali kamu mau tidur disini?”

“ Serius kamu…mmm..kamu enggak apa-apa tidur bareng dengan aku, orang yg baru beberapa jam lalu kamu kenal..”

“ Emangnya kenapa? Ada yg salah? Aku tau apa yg harus aku lakukan..dan aku juga percaya dengan apa yg akan aku lakukan..” jawabnya acuh sambil memasukan sisa makanan ringan kedalam tasnya, namun nada bicaranya menggambarkan sebuah keyakinan.

“ Sebenarnya aku sih oke-oke saja, tapi….” Ujarku yg langsung dipotong olehnya

“ Kalau begitu tunggu apalagi.. ayo kita keluar dan kita cari hotel disekitar sini..” ajaknya seraya berdiri sambil menggendong tas punggung jenis Carrier yg lumayan besar.

Bagai kerbau yg dicucuk hidungnya aku hanya mengikuti saja ajakannya dengan terlebih dulu kuselempangkan pada bahuku tali tas jenis sling bag yg tak seberapa besar, karna memang barang-barangku tak terlalu banyak, dan semuanya sengaja aku tinggalkan dikamar kostku dijogja, sehingga saat aku pulang ke Jakarta hanya dengan tas selempang ini.



******

Setelah tanya sana-sini, kemudian berjalan menyusuri malam yg sedikit gerimis, akhirnya kami menemukan hotel yg dimaksud. Ah..sepertinya terlalu sederhana kalau dikatakan sebagai sebuah hotel, sebut saja penginapan.

“ Ada kamar kosong mbak? “ tanya Eni kepada seorang resepsionis wanita setengah baya yg bertubuh gemuk dengan make-up mencolok.

“ Ada.. Mau yg kamar mandi didalam atau diluar? “

“ Kalau yg didalam berapa?”

“ 120 ribu..”

“ Itu udah ada AC?”

“ Kamar disini gak ada ACnya semua mbak.. tapi kalau kipas angin sih ada..”

“ Ya sudah.. Kami ambil satu.. yg kamar mandi didalam ya.. Oh iya tempat tidurnya double size kan?”

“ Semua tempat tidur disini double size mbak..”


Selesai melakukan pembayaran dan menerima kunci, kami mulai menuju kamar yg dimaksud dengan menyusuri tangga dan lorong. Sempat kami berpapasan dengan wanita muda yg berpenampilan mencolok keluar dari sebuah kamar. Tampaknya ini jenis penginapan esek-esek, yg sebagian besar konsumennya adalah lelaki hidung belang yg membawa PSK untuk bersenang-senang, atau pasangan yg berselingkuh, maupun pasangan muda-mudi yg belum terikat tali pernikahan. Lalu bagaimana aku dengan teman baruku ini, entah dikatagorikan sebagai pasangan apakah kami ini.


Akhirnya kami tiba didalam kamar yg dimaksud. Sebuah kamar yg sederhana berukuran kurang lebih 3x3meter dengan sebuah ranjang double zise, dan pada sisi depan ranjangnya terdapat buffet kecil yg diatasnya bertengger televisi berukuran 14inci, disebelah samping ranjang terdapat pintu berbahan almunium yg menghubungkan dengan kamar mandi.
Sebuah kamar mandi sederhana dengan bak keramik dan toilet jonggkok.
Walaupun ruangan ini tanpa AC aku rasa tak terlalu mengganggu kenyamanan, toh malam ini udara disini cukup dingin dikarnakan hujan yg turun semenjak sore tadi. Dan yg terpenting sprei dan sarung bantal pada ranjang ini cukup bersih, artinya bukanlah bekas dipakai oleh pelanggan sebelumnya, itu dapat kuyakini dengan aroma pewangi pakaian yg masih melekat serta masih terdapat lipatan setrika.

Yah, aku rasa tak terlalu buruk untuk harga 120ribu rupiah… Oh iya, menurutku tidaklah etis kalau hanya Eni yg menanggung biaya penginapan. Sebaiknya aku berikan dia 60 ribu rupiah, itu artinya fifty-fifty.. aku rasa itu lebih realistis.

“ Ini mbak…60 ribu untuk patungan sewa kamar..” jelasku, sambil menyodorkan padanya selembar 50ribuan dan 10ribu.

“ Apa-apaan nih..kan udah aku bilang..biar aku yg bayar…” protesnya

“ Gak bisa begitu dong…mending kita bayar separuh-separuh aja..biar sama-sama enak..”

“ Ya udahlah kalau memang kamu maunya begitu..aku terima deh..” lalu diambilnya uang yg kusodorkan seraya dimasukan kedalam tasnya.



“ Dari pada tidur di stasiun, mending disini khan..? “ ujar Eni sambil mencari-cari didalam tas carriernya, yg ternyata dia mengambil perlengkapan mandi dan beberapa helai pakaian yg masih terlipat.

“ Mandi dulu ah, lengket badan… Nanti setelah aku, kamu mandi juga lho.. Kalo enggak tidur dilantai aja.. Bau tau..” godanya diikuti dengan tawanya yg renyah

“ Mandiin ya…” ujarku balas mengggoda.

“ Boleh.. tapi aku gosokin badanmu pakai sikat WC mau? hi..hi..hi..” candanya seraya ngeloyor masuk kedalam kamar mandi

“ Wah, kejamnya dikau… bersih enggak, lecet iya itu sih.. iya kalo cuma lecet.. kalo kena tetanus karna sikatnya mengandung sisa-sisa e-ek.. bisa merana aku..” balasku diikuti dengan tawa yg sama dari dalam kamar mandi.



Fuhhh.. mimpi apa aku semalam, hingga sampai bakalan tidur bareng dengan wanita yg baru beberapa jam lalu aku kenal… Atau jangan-jangan? Ingatanku kembali tertuju pada beberapa kasus kriminal yg modusnya mempereteli harta benda korban setelah dibius.
Tapi kalau aku pikir-pikir, apalah yg akan diambil dari diriku ini, kecuali handphone usang yg bila dijual harganya tak lebih dari dua ratus ribu rupiah, serta uang didompet yg jumlahnya tak lebih dari tiga ratus ribu. Dan aku rasa wanita itu juga telah dapat menduga-duga berapa isi kantongku, setelah dirinya tau bahwa aku hanyalah seorang mahasiswa, sehingga kekawatiranku yg satu itu tidaklah beralasan.

Atau mungkin saja dia hanya sekedar tertarik denganku, toh walaupun penampilanku masih belum bisa disejajarkan dengan model-model kenamaan tanah air, tapi setidaknya cukup lumayanlah, dan cukup memiliki potensi untuk menarik perhatian lawan jenis. Yah, setidaknya beberapa pembantu rumah tangga disekitar komplek rumahku kerap berlomba-lomba mencari perhatian saat aku melintas didepan rumah majikan mereka, atau mbakyu pedagang pecel yg saban pagi singgah didepan rumah kostku yg selalu tersipu-sipu saat menatap wajahku.. Belum lagi Mbah Ngatiyem, wanita berusia 72 tahun, orang tua dari ibu kostku, yg selalu menatapku dengan pandangan horny sambil sesekali dengan genitnya memonyongkan mulut keriputnya yg tanpa gigi kearahku.

Dan bukankah dia juga pernah cerita kalau dirinya tidak menutup diri untuk ML dengan cowok yg bukan kekasihnya, dengan catatan kalau memang dia cocok.. Yg aku simpulkan adalah cocok dalam arti sesuai dengan selera seksual dia. Bisa jadi penampilkanku memang sesuai dengan seleranya.. dan kebetulan timingnya tepat, sehingga mengalir secara alami, dan tanpa scenario… semoga saja.


Kreeeeekk… suara pintu kamar mandi yg terbuat dari alumunium menimbulkan deritan yg cukup keras saat ujungnya bergesekan dengan lantai, dari dalamnya keluar sosok yg membuatku sedikit terpana sesaat.
Betapa tidak, kali ini Eni mengenakan celana pendek berbahan kaos berwarna biru muda dengan setrip putih pada sisi-sisinya, bisa dikatakan sebagai celana super pendek yg nyaris menyerupai cawat. Mungkin ini yg disebut Hot-Pants aku tak terlalu paham.
Pada bagian belakang terlihat belahan lengkung pada bokongnya yg tak berhasil tertutupi. Pantatnya yg padat dan semok membuat celana itu begitu ketat membalut bokongnya. Walau tidak bisa dikatakan putih, tapi paha itu mulus tanpa cacat, dengan ditumbuhi oleh bulu-bulu halus yg menghiasinya. Sedangkan tubuh bagian atas kini dibalut oleh t-shirt tipis tanpa lengan dengan ukurannya yg minim sehingga memperlihatkan perutnya yg ramping.
Dan..Ala mak.., rupanya dia tak lagi mengenakan bra, sehingga kedua gunungnya itu menyembul menantang ,seolah hendak mencelat keluar, tak tahan dengan ketatnya t-shirt tipis yg membalutnya.

Rupanya wanita ini memang sadar betul kalau potensi bentuk tubuhnya itu sangat menarik bagi lawan jenis, sehingga itulah yg sepertinya hendak dieksposenya. Itu dapat kulihat dari gerak tubuhnya yg sesekali melirik padaku sambil mengibas-ngibaskan rambutnya yg masih basah sehabis keramas, sepertinya dia ingin mengetahui reaksiku. Dan mungkin hatinya itu sekarang sedang berteriak penuh kemenangan, karna reaksiku memang tampak terkesima, dan aku rasa dia menyadari betul itu.

Tubuh wanita ini memang padat,berisi, dengan bokong dan buah dada yg cukup besar dan bulat, namun yg menarik perhatian adalah bentuk perutnya yg ramping, kebanyakan wanita yg berbokong dan buah dada besar cenderung memiliki perut yg buncit dan besar, namun tidaak dengan Eni, sehingga tidak terkesan gemuk, aku jadi teringat dengan beberapa photo wanita amerika latin yg kerap aku jumpai diinternet, nah, seperti itulah kira-kira bentuk tubuhnya.

“ Udah.. mandi sana…tunggu apalagi..” sarannya sambil menundukan tubuhnya untuk memasukan peralatan mandi kedalam tasnya

Saat menunduk itu, dari arah belakang aku melihat gambar bunga mawar tepat diatas bokongnya. Tato bunga mawar merah dengan daunnya yg menjalar ke kedua sisi yg berlawanan, yaitu nyaris mendekati pinggang sebelah kanan, dan yg lainnya menjalar kepinggang sebelah kiri. Tato yang indah.. Membuatnya semakin tampak seksi… Dan sedikit liar.

“ Iya nona montok…ini juga baru mau mandi..” seraya aku ngeloyor masuk kedalam kamar mandi, meninggalkan Eni dengan senyumnya


*******

Selesai mandi, aku lihat Eni berbaring santai sambil matanya tertuju pada pesawat tivi, sekilas matanya tertuju sejenak padaku, tepatnya diriku yg kini hanya mengenakan t-shirt basket tanpa lengan, dengan bawahan celana boxer berbahan kaos. karna memang hanya itu yg aku punya, yg sebetulnya itu adalah celana jenis under-wear yg biasanya kufungsikan sebagai sempak. Tapi apa boleh buat ketimbang aku harus mengenakan celana jeansku yg bagian bawahnya telah basah terkena genangan air hujan saat berjalan mencari penginapan ini, toh Eni pun juga hanya mengenakan hot-pant yg lebih mirip disebut celana kancut ketimbang celana pendek.
Dan yg terpenting postur tubuhku cukup mendukung, dan tidak terlalu memalukan dengan berpakaian seperti ini didepan wanita, tak sia-sia aku rutin melakukan body-building dengan barbell dan rajin push-up ditempat kostku, postur atletis dan perut hampir mendekati six-pack inilah hasilnya.

“ Koq kayak bingung banget…Udah nyantai aja.. Mending nonton tv sambil tiduran disini…” tawar Eni, karna memang aku masih bingung untuk melakukan apa sehingga aku hanya berpura-pura membuka-buka isi didalam tasku.

“ Emang acara apa sih…serius banget nontonnya” sambungku sekedar menyembunyikan rasa kikuk karna kini aku telah berbaring disamping Eni, sesuai yg dia anjurkan tadi.

“ Biasalah…acara misteri-misteri gitu…” jawabnya, sambil memasukan kacang pilus kedalam mulutnya yg berbibir penuh dan sensual itu.


Hampir satu jam sudah kami habiskan dengan menonton tv sambil mengobrol ngalor ngidul, sesekali diselingi dengan candaan segar, yg buntut-buntutnya diikuti dengan saling cubit atau saling menggelitik disertai dengan tawa cekikikan. Rasa kikuk dan kaku pada diriku sama sekali telah sirna, bahkan kini aku telah berani meremas pahanya yg padat saat membalas dirinya yg dengan isengnya mencabut bulu ketiakku hingga membuatku kelojotan setengah mati.

Sampai suatu ketika.. Tatapan mata Eni yg mengarah kearah selangkanganku dengan wajah tersenyum, seraya menggoda dengan kata-kata sindirannya.

“ Itu remot tv nya koq pindah didalam celana kamu sih? hi..hi..hi.. “ Astaga, ternyata yg dimaksudnya remote tv adalah batang penisku yg menegang sehingga tampak menyembul tegak dari balik celana boxerku, kuakui sedari tadi saat kami bercanda saling mencubit, menggelitik, terutama saat aku remas dengan keras paha montoknya, birahiku mulai bangkit, yg secara alami berpengaruh pada batang jakarku yg ikut berdiri tegak, yang tentu saja tak dapat disembunyikan dengan hanya dibalut oleh celana pendek boxer berbahan tipis ini.

“ Bukan.. ini botol Aqua” jawabku guyon

“ Botol Aqua apa botol minyak angin?” godanya lagi. Aku tau kalau dia sebenarnya terkesima dengan ukuran benda yg menonjol dari balik celanaku ini, itu dapat aku lihat dari ekspresi wajahnya tadi. Dan untuk onderdilku yg satu ini, aku sangat percaya kalau ini memang termasuk dalam katagori premium size, itu dapat aku simpulkan saat SMU dulu, saat kami menyaksikan film porno bersama teman-temanku disalah satu rumah mereka. Dan karna kami sudah begitu akrab satu sama lain, dengan konyolnya salah seorang temanku memberikan tantangan kepada kami untuk mempertunjukan siapa diantara kami yg penisnya paling besar, setelah dengan bangganya terlebih dulu temanku itu mempertunjukan barangnya yg sebelumnya dia yakini paling besar diantara mereka. Tapi dugaan temanku itu meleset saat aku membuka penisku dan mempertunjukan pada mereka. Semua yg ada diruangan itu terperanjat saat melihat bazokaku ini “ Gila lu hen…gak salah tuh? ini sih kontol kuda..” ujar salah seorang diantara mereka, yg hanya aku jawab dengan tertawa cengengesan. Dan semenjak itu terkadang mereka mengolok-oloku dengan sebutan “kuda”.

“ Botol minyak angin? Segini dong..” bantahku sambil mengacungkan jari telunjukku sebagai perbandingan ukuran.

“ Buktiin dong kalau emang itu seukuran botol aqua..” tantangnya

“ Sentuh aja kalau kamu mau…” pancingku

“ Beberan nih…” ujarnya, yg akhirnya tangannya itu mulai menyentuh penisku yg masih terbungkus celana boxer. Mula-mula hanya sekedar mengusapnya, lalu kemudian diremasnya untuk memastikan ukurannya.

“ Kayaknya gede banget nih…asli nih?” ucapnya dengan reaksi penuh rasa penasaran

“ Asli lah…emang ada beginian yg palsu kayak tetek cewek yg bisa disuntik silicon…” jawabku. Kulihat raut wajahnya tampak semakin penasaran, sampai akhirnya…

“ Boleh aku buka enggak? Penasaran banget nih..plis ya…” pintanya setengah berbisik, yg aku jawab dengan menganggukan kepala sambil tersenyum.

“ Ampuuuunn…gilaaa…gede banget….” Kagetnya, saat tangannya menarik kebawah celana boxerku, sehingga batang bazokaku yg berdiri tegak mengacung kearah langit-langit kamar. Tangan kirinya kini menutupi mulutnya, yg diikuti dengan tawanya yg tertahan oleh telapak tangannya. Matanya yg bulat tampak melotot lebar hingga alis matanya yg tebal bergerak keatas. Sebuah reaksi yg sudah dapat aku perkirakan sebelumnya.

“ Emang punya pacar-pacarmu dulu enggak ada yg sebesar ini…? “ tanyaku sekedar meyakinkan.

“ Gak ada…seumur-umur baru kali ini aku ngeliat yg seukuran ini..serius..” ujarnya, sambil tangannya masih meremas-remas lembut batang jakarku yg membuat birahiku semakin naik dibuatnya.

“ Mmmm..boleh cium gak? “ bisiknya ditelingaku. Hangat kurasakan hembusan nafasnya. Mungkinkah dia juga tengah dilanda gejolak birahi seperti diriku.

“ Apanya yg mau dicium?” tanyaku

“ Tititnya…boleh ya..” bisiknya agak memelas. Kembali aku jawab hanya dengan mengangguk sambil tersenyum

Eni segera bangkit dari posisi tidurannya, seraya menundukan kepalanya kearah penisku dengan posisi agak menungging, sehingga bokongnya yg besar kini tepat berada disamping kepalaku. Matanya melirik sesaat kearahku sebelum akhirnya diciumnya dengan gemas sambil tangan kanannya menggenggam batang penisku.

“ Mmmuaahhh..muaahh..muuaaaaahhhh…gede banget sih ini kontol..jadi gemes..iiiihh..gemeeeesss..” gumamnya sambil menciumi berkali-kali batang penisku. Beberapa saat kemudian batang yg berdiri tegak itu dipukul-pukulinya pada wajahnya sendiri. Sepertinya kawan baruku ini sudah separuh kehilangan kendalinya, itu dapat kucermati dari tingkah lakunya yg sudah tak lagi cool seperti tadi. Sepertinya nafsu birahi mulai menguasai dirinya, dan kata-katanyapun mulai tak terkendali.

“ Kuisep sekalian nih…aaeemmmm…mmmm..mmm..ssrruuuppp….aaahhhh” batang penisku mulai dihisapnya dengan rakus seraya kepalanya bergerak naik turun mengocok-ngocok dengan mulutnya.

“ Mmmmuuuaaahhhhh…huh..ghilaaa…hampai ghak muat hmulutku..aaaeeemm…ghlokk..ghlokk..ghlokk..” racaunya, sambil terus mengulum batang penisku.

“ Aaaaaaaahhhhhh…..sedaaapppp…Eni…terus sayang… aaaahhh..” Gumamku menikmati permainan mulut Eni yg mengulum-ngulum batang kontolku. Tanganku mulai meraih bokong besarnya yg semakin tampak besar dengan posisinya yg menungging seperti itu. Pertama-tama hanya sekedar kuusap-usapnya, untuk kemudian tanganku mulai menyelinap masuk melalui celah celananya, dan terus menelusup masuk kedalam hingga kurasakan bulu-bulu vaginanya. Seperti tak puas, tanganku terus merayap hingga mencapai sekerat daging lembut dan agak licin, lalu kucolok-colok jari tengahku didalamnya, sehingga menimbulkan suara berkecipak karna lubang kewanitaannya yg basah oleh cairan birahi.
 
Terakhir diubah oleh moderator:
Seolah tak puas hanya sekedar menggerayanginya dengan masih terbungkus celana hot-pant, kutarik celana itu dengan maksud untuk melepaskannya sekaligus. Seolah mengerti apa yg kuinginkan, Eni membantu mengangkat sedikit lututnya agar dengan mudah aku dapat melucutinya. Kini bokong yg menantang itu telah terbebas dari balutan celana pendek. Fuuhhh...Sebuah pemandangan yg menakjubkan, bokong besar yg bulat itu bagai menantang diriku untuk melakukan yg lebih. Ya, rasanya terlalu mubazir bila "makanan lezat" ini hanya sekedar dicolok-colok dengan jari tanganku, seraya kutarik pahanya agar selangkangan Eni mengangkangi wajahku. Dan kembali wanita ini mengerti dengan apa yg aku inginkan, digeser sedikit tubuhnya untuk mengangkangi wajahku. Yess.. posisi 69..ini yg aku inginkan, sungguh hidangan yg luar biasa yg berada diatasku sekarang ini, bokong besar dengan liangvagina yg menganga berwarna merah kecoklatan basah mengkilat oleh cairan birahi, dan bulu jembutnya cukup lebat, bahkan tumbuh hingga area sekitar anusnya. Lidahku kini terjulur menggerayangi liang memek yg tepat berada diatasku itu, aroma anyir cairan vagina bercampur dengan aroma daun sirih dan jeruk nipis menyeruak kedalam hidungku, sepertinya setelah mandi tadi wanita ini membersihkan vaginanya dengan cairan khusus terlebih dahulu, sehingga tak ada lagi tercium aroma bau pesing yg menyengat.

" Mmmmmmmm....ooohhhhgg..ghlogg...ghlog..ghlog..." gumamnya, sepertinya dirinya merasakan nikmat saat lidahku mulai bergerilya disekitar liang vaginanya, itu dapat didengar dari lenguhan nikmatnya yg tertahan karna mulutnya masih sibuk dengan batang penisku.

Gemas aku dibuatnya oleh kemontokan bokong yg kini sepenuhnya berada didalam kekuasaanku, hingga dengan rakus kubenamkan wajahku pada liang memeknya, dan kuhisap dengan bernafsu hingga menimbulkan bunyi seruputan yg cukup keras, yg berpadu dengan suara kocokan mulut Eni yg berkecipakan, sehingga meramaikan suasana didalam kamar penginapan kelas melati itu.
Beberapa saat kemudian mulutku tidak hanya sekedar menggarap liang memek yg basah itu, bahkan kini mulai beralih sedikit keatas kearah liang yg lain, ya..liang anusnyalah yg kini kujilati dengan tanpa perasaan jijik sedikitpun.

" Maaaaaaaaaaaaaaakkkkkk...." Pekik Eni terkaget sambil mengangkat keatas bokongnya.. Betapa tidak, lubang anusnya kusedot dengan mulutku dengan cukup keras.

" Hi..hi..hi...Edan kamu..Diapain silitku mas..." ujarnya manja sambil mencubit pipiku.

" Sedot WC dulu...udah penuh tuh.." jawabku berseloroh

" Hi..hi..hi.. Dasar jorok kamu... nanti kalau bener-bener keluar itunya baru tau rasa kamu..."

" Biarin.. Sekalian buat makan malem..."

" Iiiiihhhhh...Dasar jorroookkkk.." gemasnya, sambil kembali mencubit pipiku, kali ini sambil ditarik-tariknya beberapa saat.

Kembali lidahku beraksi menjilati organ intimnya, begitupun Eni yg kembali meneruskan aksinya yg sempat tertunda.



Hingga beberapa saat kemudian Eni menghentikan aksinya. Dengan teregopoh-gopoh dan nafas yg memburu dirinya melepaskan diri dari atas tubuhku seraya merebahkan tubuhnya telentang dengan mengangkangkan kedua pahanya.

" Cepetan mas....toblos aku dengan kontolmu yg gede itu...buruan mas...entot aku.." mohonnya dengan nafas yg memburu seolah nafsu telah membakar dirinya. Tubuhnya tampak berkilat oleh keringat yg membasahinya. Sementara tangan kanannya digosokan-gosokan pada vaginanya yg sudah demikian basah. Bicaranya tanpa kendali. Bagai orang sakau yg menagih candu. Dan candu itu adalah benda berukuran sebesar jagung siap panen yg sedang berdiri tegak inilah yg akan meredakan sakaunya.. Ya, batang penisku ini, yg kini telah kuarahkan tepat didepan pintu vaginanya. Siap mencoblos liang vagina yg basah dan kini tengah menganga.

" Cepat...jangan bikin aku gila, ******...." Kali ini bukan lagi memohon, tapi memaksa. Gila nih cewek..ada juga orang nafsu seperti ini.

Blesss... amblaslah batang kontolku memasuki liang memeknya. Agak sempit kurasakan, mungkin saja itu dikarnakan sudah sekitar setahun tidak dimasuki oleh batang kontol, sehingga tingkat elastisitas otot-otot vaginanya mulai berkurang . Atau dasar karena ukuran batang kontolku saja yg keliwat besar.

" Aaaaahhhhh....mantaaapp...goyang yang kenceng bego...." Sial, ini cewek ngomongnya asal. Nafsu apa ngajak berantem nih.

Sesuai apa yg diinginkannya kukayuh bokongku sekuat yg aku mampu, hingga menimbulkan suara berkecipakan yg ramai bercampur dengan ocehan dan umpatan yg mengekspresikan nafsu birahi wanita ini.

" Iyaaaaaa....terus...tancep teruss....hoh..hoh...hoh... Udah setahun gak dientot...akhirnya dapet kontol kuda...hoh..hoh..hoh...mimpi apa aku semalem.....hoohhh.." racaunya sambil kedua kakinya kini merangkul pinggangku, sementara kedua tangannya berpegangan pada punggungku.

Buset..bener-bener kesetanan kali nih cewek. Bisa kewalahan aku melayaninya. Tapi entah mengapa sikap binalnya itu justru membuat birahiku semakin terpacu. Ada sensasi tersendiri yg kurasakan. Sensasi yg liar. Sehingga membuatku terpancing untuk melakukan hal yg sama kepadanya.

" Iya..rasakan nih anjing...perempuan kemaruk kontol.. gua entot sampai robek memekmu... huh..huh..huh..." umpatku, entahlah apakah dia akan marah dengan ucapanku itu, aku tak perduli.. toh dia terlebih dulu melakukannya padaku.. Dan sepertinya dia sama-sekali tak tersinggung, apalagi marah. Justru kepalaku ditariknya hingga bibir kami saling bertautan. Dan dengan rakusnya mulut yg baru saja memakinya itu dilumat, yg kubalas lagi dengan tak kalah rakusnya, sehingga lidah dan ludah kami saling berkolaborasi menarikan syahwat birahi didalam mulut-mulut kami.



Tiba-tiba Eni mendorong tubuhku, seraya dirinya bangkit dan memposisikan tubuhnya menungging mempertunjukan bokong besar menantang.

" Entot aku seperti anjing sayang....perlakukan aku seperti anjing, cepaaat..." perintahnya sambil tangan kanannya mengusap-usap liang memeknya.

" Nih..dasar anjing...rasakan nih kontol kalau memang itu yg kamu mau..." timpalku. Biarlah kuikuti saja irama permainan ini. Irama yg sepertinya memang sengaja dibangun olehnya, irama yg liar dan kasar. Seperti irama musik heavy metal yg keras namun juga mengasikan untuk didengar.

Bokongku mulai bergerak secara berirama dan berkecepatan tinggi. Menghujamkan batang basokaku pada liang senggamanya yg semakin becek sehingga memudahkan proses penetrasi. Bunyi kecipak kedua alat kelamin yg bersinggungan berpadu dengan suara pahaku dan bokong Eni yg saling bertumbukan menambah riuhnya suasana diruangan itu, ditambah lagi dengan suara umpatan dan makian yg keluar dari mulut kami yg persis seperti dua ekor kucing yg sedang kawin dengan rauangannya yg bising.

" Jambak rambutku bangsat...jambak...sudah kubilang, perlakukan aku seperti anjing..." umpatnya, yg segera kuturuti dengan menjambak rambut belakangnya, sehingga wajahnya kini agak mendongak keatas.
Praktis kini aku membombardir liang memeknya sambil kedua tanganku menarik rambutnya yg sepanjang punggung itu, persis seperti penunggang kuda yg menarik-narik tali pengekangnya.

Keringat mulai membanjiri tubuh kami, nafas-nafas kami memburu bagai kuda liar, hingga akhirnya tak lama berselang terdengar pekikan panjang keluar dari mulut Eni.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa........aku keluaaaaarrrrr....bangsaaaaaatttttt....." pekikan yg diikuti dengan kedua matanya yg tinggal putihnya saja yg terlihat, sementara kedua tangannya meremas sprei ranjang. Hingga akhirnya terdiam sama sekali tanpa reaksi kecuali hanya tubuhnya saja yg bergerak mengikuti irama goyangan tubuhku yg masih membombardir liang memeknya.

Brootttt...brrooott...brrroootttt...brruuuttt.... Bunyi kecipakan yg semakin keras akibat liang memeknya yg basah tersirami cairan kenikmatan mengantarku pada puncak kenikmatan menyusul Eni yg terlebih dulu mengalaminya.

" zzzz....aaaahhhhhhhh.....aaaaaahhhhh...aaaahhhhhhhh" pekikku, seiring keluarnya semprotan sperma yg menyirami rongga vagina Eni. Diakhiri dengan tubuhku yg ambruk memeluk tubuh Eni yg masih dalam posisi menungging.





Untuk beberapa saat posisi kami masih seperti ini, posisi dimana batang penisku masih tersumpal didalam vaginanya. Wajah wanita yg masih dalam posisi menungging dibawahku ini hanya memejamkan mata dan tampak letih dengan sebelah kiri kepalanya bertumpu pada ranjang. Namun senyumnya menggambarkan bahwa dirinya baru saja mengalami sesuatu yg membuatnya puas lahir batin.

" Yang..." ujarnya, masih dengan mata terpejam

"Hmmmm..." jawabku, yg juga dengan mata terpejam sambil memeluk tubuhnya.

" Makasih ya, udah puasin aku..."

" Sama-sama dong...kan aku juga puas..."

" Maapin aku ya..kalau aku tadi omong kasar.. itu kebiasaanku, kalau nafsuku lagi tinggi selalu begitu...jangan diambil hati ya.."

" Enggak koq...aku malah suka... jadi lebih atraktif aja kayaknya...lebih hot..."

" Masa' sih...? Beneran nih? "

" He- emmm.."

" Makasih ya yang....Cium dulu dong..." pintanya sambil memonyongkan mulutnya, yg segera kuturuti dengan mengecupnya lembut.



******

Sekitar pukul dua belas malam kami keluar, sekedar untuk mengisi perut dengan nasi goreng yg dijual tak jauh dari tempat kami menginap. Setelah mampir sebentar kesebuah toko untuk membeli air mineral kami kembali lagi kepenginapan.



Eni kembali tiduran sambil menonton tv sambil mengemil kacang pilus yg masih tersisa.

" Minta dong kacangnya...." Pintaku sambil berbaring disampingnya.

" Kacang yg mana nih? "

" Yang itulah..yg kamu makan"

Saat tanganku ingin meraih kacang pilus dari dalam kemasan plastik yg masih dipegangnya, entah mengapa justru bungkusan itu dijauhinya dari jangkauanku.

" Pelit amat sih..." protesku, kulihat wajahnya tersenyum penuh arti

" Gak boleh ngambil dari sini..."

" Terus gimana dong..." tanyaku, yg langsung dijawab dengan mengambil sebuah kacang pilus dan dimasukan kedalam mulutnya, namun tidak untuk dikunyahnya selain hanya diemut beberapa saat. Aku masih bertanya-tanya apa sebenarnya yg akan dilakukannya, sebelum akhirnya sebelah tangannya menarik kepalaku dengan maksud untuk merapatkan wajahku dengan wajahnya. Aku mulai paham dengan maksudnya seraya aku tersenyum sambil membuka mulutku. Lidahnya terjulur mengeluarkan sebutir kacang pilus yg telah basah oleh air liurnya, yg segera kusambut dengan mulutku. Kacang pilus kini telah berpindah, dan dengan masih saling berpagutan kukunyah kacang itu lalu kutelannya, dan kembali kami saling berpilin lidah. Hanya beberapa detik aksi French kiss kami berlangsung, Eni kembali memasukan kacang pilus kedua, dikulumnya beberapa saat hingga basah, lalu kemudian diberikannya lagi pada mulutku. Dia melakukan itu sebanyak empat butir kacang. Hingga pada butir yg kelima dimasukannya kedalam mulutku langsung dengan tangannya.

" Sekarang gantian..." ujarnya, aku mengerti apa yg dimaksud, seraya kukulum kacang yg berada dimulutku beberapa saat dan kuberikan padanya dengan cara yg sama seperti yg dilkakukannya.
Hingga empat kali aku menyuapi dirinya dengan mulutku, sesuatu yg baru pertama aku lakukan, dan menurutku cukup hot dan mengasikan, hingga timbul ide lain yg lebih ekstrim dalam pikiranku.

" Sekarang aku lagi dong... tapi aku gak mau kalau kacangnya cuma sekedar diemut.." pintaku padanya.

" Terus diapain.." tanyanya penasaran.

" Aku maunya kamu kunyah dulu sampai halus...baru kamu lepehin kemulutku.. aku lagi males ngunyah sendiri sih.." usulku seraya mengedipkan sebelah mataku

" Ih, jorok banget kamu...tapi kedengerannya asik tuh...lucu jugaaa...hi..hi..hi.." ujarnya, sepertinya dia sangat apresiatif dengan usulku itu.

Eni mulai mengunyah sambil duduk diatas ranjang, kali tidak cuma satu butir, tiga butir sudah yg masuk kedalam mulutnya dan masih dikunyahnya. Sementara posisiku kini berbaring telentang diatas pahanya.

" Gimana udah lembut...?" tanyaku, sepertinya tak sabar untuk menerima momen yg mendebarkan itu. Eni menganggukan kepalanya yg mengisaratkan bahwa kacang yg dikunyahnya telah lembut.

Kubuka mulutku lebar-lebar, kulihat Eni mulai siap-siap dengan tugasnya. Sambil menunduk tangan kanannya menyingkap rambutnya agar tidak tergerai mengenai wajahku. Dan...pleh...tumpahlah "bubur special" berwarna putih masuk kedalam mulutku yg langsung kutelan dengan antusias. Saat tak ada lagi yg tersisa dari mulutnya untuk ditumpahkan, kuraih kepalanya hingga kami saling berpagutan dan dengan rakus kulumat bibir dan lidahnya.

" Aku pingin juga dong yang...." Bisiknya padaku. Rupanya dia juga tertarik untuk menerima limpahan bubur kacang pilus yg diblender dengan mulut.


Kini sebaliknya, Eni yg berbaring dipahaku sambil menantikan diriku yg mengunyah tiga butir kacang pilus.

" Cepetan dong..***k sabar nih.." rajuknya, sambil tangannya meremas-remas batang kontolku yg masih dibalut oleh celana boxer.

Akhirnya setelah kurasa telah halus, kulepehkan seluruh isinya kedalam rongga mulutnya yg menganga yg langsung ditelannya, dan kembali kulumat bibirnya yg dibalasnya dengan tak kalah liar.

" Ngentot lagi yuk....aku dah horny banget nih..." bisiknya ditelingaku. Yg segera aku tindak lanjuti
dengan menarik lepas celana hot-pantnya, sedang t-shirtnya dilepasnya sendiri.

Setelah akupun telanjang bulat, dengan tanpa basa-basi lagi langsung kutancapkan batang kontolku pada liang memeknya, dan langsung tancap gas dengan goyangan yg cepat dan bertenaga, sehingga tubuhnya yg berbaring telentang ikut bergerak seirama hempasan bokongku, terutama buah dada besarnya yg bergoyang-goyang turun naik, sehingga membuatku terpancing untuk menundukan kepala dan menghisapnya dengan rakus puting susunya yg berwarna hitam kecoklatan secara bergantian yg kiri dan kanan.

" Aaahhh....terus yang...entotin memek aku yang...kontolmu enak banget sih...ini kontol bisa gede gini diapain sih yang...aaaahhhh...gilaaaaaa...mantep bangeeeettttt....aaaaoooohhhhh..." racaunya sambil menggoyang bokongnya mengimbangi hantaman kontolku yg membombardir lubang memeknya.

" Kamu juga, ini lobang memek..lubang nonok..bisa legit begini..diapain... trus ini pantat bisa bahenol dan gede begini diapain....ini juga, tetek bisa gede, montok kayak begini diapain hah....diapaiiiinn.." balasku yg terpancing oleh provokasinya, yg langsung dijawabnya dengan melumat bibirku dengan rakus hingga aku tak bisa bernafas. Kini lidahku dikulum-kulumnya dengan liar dan sesekali dikenyot seolah ingin ditelan kedalam mulutnya.

" Ludahin aku sayang.....ludahin mulut aku bangsaaaaatttt....aaaaaakkkkkk.." perintahnya, yg diikuti dengan membuka mulutnya lebar-lebar.

Cuuiihh...cuiihh..cuiihhh... berkali-kali kuludahi mulutnya yg menganga, sebagian besar tepat masuk kedalam rongga mulutnya dan sebagian kecilnya mengenai wajah dan rambutnya. Dengan rakus ditelannya ludahku yg tertampung dimulutnya hingga tak tersisa

" Lagii...lagii...aku belum puas..lagiii.. anjing...cepeeetttt..." pintanya lagi, dan kuturuti hingga serasa kering ditenggorokanku karna memang sudah tak ada lagi air ludah yg tersisa dimulutku.




Tiba-tiba Eni menahan gerakanku dengan kedua tangannya yg didorongkan kepahaku.

" Stop mas...stop dulu...aku mau kamu entot mulutku...sumpal mulutku dengan kontol gedemu itu...cepat ******...aaaaakkkk..."

Seperti yg dipinta, kutarik batang rudalku dari dalam liang senggamanya, lalu aku bergeser sedikit keatas mengarahkan batang kontolku kedalam mulutnya yg menganga, Aeeeemmm...batang kontolku dilahapnya dengan rakus dengan posisiku yg mengangkangi wajahnya. Kujambak rambutnya dengan kedua tanganku, kuyakin dia akan menyukainya.

Tak berbeda dengan lubang vaginanya, lubang mulutnyapun kubombardir dengan sekuat tenaga, kurasakan tandas hingga menyentuh kerongkongannya.

Ghlogghhh... Ghlogghhh... Ghlogghhh... riuh sekali suara kecipakan bercampur dengan lenguhan tertahan Eni saat batang jakarku dengan tanpa ampun menghujami rongga mulutnya. Kedua tangannya meremas bokongku sementara kepalanya ikut bergerak-gerak mengimbangi goyanganku. Air liur kental menetes keluar dari sela-sela bibirnya hingga memenuhi dagu bahkan menetes membasahi buah dadanya. Matanya tampak berkaca-kaca seolah ingin meneteskan air mata, yg adalah imbas dari tenggorokannya yg tersedak oleh batang jakarku. Rambutnya sudah tak karuan lagi karna kujambak dengan kedua tanganku yg kugunakan sebagai kendali pegangan untuk menghentak-hentakan kepalanya.

" Nih..rasain kontol gua...dasar perempuan rakus kontol...nih..huh.. huh.. huh.. huh...." Umpatku. Aku mulai dapat menyesuaikan diri dengannya, sehingga aku tau kalau wanita ini suka diperlakukan seperti itu.

" Hoooohhhh...hogghlogg.. hogghlogg.. hogghlogg... henaaaakkkk...heruusss...hentot..heruss..hulut..kkuuu..." ujarnya dengan mulut masih tersumpal batang kontolku sehingga suaranya terdengar tak terlalu jelas.



"Gantian..." ujarnya, setelah dengan tiba-tiba melepaskan kuluman kontolku. Dan dengan kasar mendorong tubuhku hingga aku jatuh dengan posisi telentang, dan dengan cepat dirinya bangkit mengangkangiku seraya mengarahkan selangkangannya pada mulutku.

" Makan nih memekku....kamu suka kan...kamu sukakan anjing...iyakan bangsaaaattt..." umpatnya diikuti dengan menjambak rambutku dan menekan-nekankan wajahku pada liang memeknya. Bokongnya ditekan-tekan dengan kasar hingga aku hampir tak bisa bernafas dibuatnya. Bagaimana tidak dua gaya bertekanan dari atas dan bawah dengan kuatnya saling menekan wajahku. Yang satu tekanan dari tangannya yg menjambak rambutku dan menekan keatas kearah vaginanya, sedang yg lainnya gerakan bokongnya yg ditekankan dari atas kearah wajahku.

" Ayo..makan semua..makan semua cairan memekku....makan itilku sekalian..." Ocehnya, kali ini seolah dirinya menjadikan wajahku sebagai jok sepeda untk diduduki, lalu ditahannya untuk beberapa saat. Kali ini aku benar-benar tak bisa bernafas oleh himpitan yg keras ini hingga aku hanya pasrah dengan apa yg dia lakukan. Seolah dirinya paham yg aku alami, diangkatnya sejenak bokongnya untuk memberikan diriku waktu untuk menghirup oksigen. Namun selang tak berapa lama, aksinya diulangi lagi, bahkan sambil menghentak-hentakan bokongnya.

" Makan juga nih...silitku.." perintahnya, kali ini sambil mengangkat sedikit bokongnya dan menyibak liang anusnya dengan kedua tangannya. Lidahku menjulur keluar meraih liang anus yg menganga didepan mataku. Slaap... Slaap... Slaap... ujung lidahku mulai menyapu sekitar duburnya, terlihat bokongnya sesekali terhentak-hentak keatas menahan geli gelitikanku.

" Aahh...aahh..Auuu..auuu...geli sayang...aaaaaaaahhhhhh...sedaaaaapppp....." gumamnya dengan mata yg sesekali terpejam dengan mulut menganga. Peluhnya semakin membanjiri tubuhnya, dan sesekali jatuh menetes pada kening dan rambutku.



Sepertinya batang kontolku sudah terlalu lama menganggur, dan menagih untuk dimasukan lagi kedalam liang nikmatnya.

" Nungging kamu..." perintahku, sambil ku dorong tubuhnya, Eni menuruti apa yg aku perintahkan seraya dirinya menungging.

Bokong yg menungging kini tepat dihadapanku. Kupandang sejenak liang anusnya, hingga terbersit suatu ide yg liar. Yah, betapa sensasionalnya bokong besar dan bulat yg terlihat mengkilat karna keringat ini bila disodomi.

Dan akhirnya.. Jleeepppp....walau serasa sempit, batang jakarku masih dapat menembus liang anusnya dengan tanpa suatu kendala yg berarti. Sepertinya wanita ini memang sebelumnya telah terbiasa melakukan anal seks.

" Aaaaawwwwwww.....bangsat kamu...lubang pantatku kamu entot gak bilang-bilang dulu...." Makinya, tak menyangka bahwa aku akan menghajar lubang anusnya.

" Biar tau rasa kamu...kamu memang sudah biasa disodomi kan...? Sudah biasa lubang anusmu dientot..iyakan...?" ujarku sambil memompakan bokongku, namun kali ini tak sekuat saat aku membombardir lubang memeknya, karna kuakui lubang anusnya jauh lebih sempit dan peret ketimbang liang vaginanya.

" Iya..iya..aku memang paling suka disodomi...suka dianal...suka dientot lubang anusku...lubang taiku...ayo entot terus lubang taiku...kamu suka juga kan?...lebih legit kan?" balasnya, Sebuah umpatan-umpatan yg justru membuatku semakin bernafsu dan bergairah, yg kusadari betul bahwa aku memang telah terbawa oleh arus yg diciptakannya, arus yg memang membuatku terlena.

" Iya...lubang taimu memang lebih legit...lebih seret...lebih menggigit...dan ini kontol terbesar yg pernah menerobos lubang taimu kan? Iyakan...? " kembali aku menumpahkan kata-kata yg menurutku vulgar dan kasar.

" Betul..betul...kontol sialanmu ini..kontol paling besar yg menerobos lubang silitku...kontol bangsat...aku bisa tergila-gila sama kontol sialanmu itu....aasssssuuuuuuuu...." gerakannya semakin binal, sesekali kepalanya menggeleng-geleng liar hingga butiran keringat dari rambutnya berpercikan kesegala arah.

Sambil terus memompakan batang kontolku, kedua tanganku meremas keras buah pantatnya yg padat berisi, atau sesekali kutampar-tampar dengan cukup keras. Hingga akhirnya aksiku berhenti saat dirinya menarik bokongnya kedepan yg membuat sumbatan kontolku tercabut.

" Aku udah mau sampai kayaknya nih mas....coba kamu telentang dulu..." pintanya, kali ini tanpa memaki.

Saat tubuhku berbaring telentang, dengan tergesa digenggamnya batang penisku dan langsung diarahkan kedalam liang memeknya.

Blesss...amblas masuk batang jakarku kedalam liang memek yg sudah begitu basah dan becek, dan dengan posisi Women on Top, bokongnya mulai bergerak naik turun dengan kecepatan dan tenaga maksimum. Sambil berbaring aku menyaksikan ekspresinya yg erotis, sementara buah dadanya yg besar bergerak bergelantung-gelantung seirama goyangannya, dari mulutnya mulai berkumandang umpatan-umpatan khasnya yg liar.

" Anjiiiing...enak bangeeeeetttt....beruntung betul aku nemu kontol segede giniiiii....aaaaahhhh..." racaunya dengan kedua tangannya bertumpu diatas dadaku.
Hingga akhirnya " Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa......aku sampeeeeeeee.....sialaaaaaaaaannnn..." teriaknya keras. Yang kuyakin orang yg berada diluar ruangan atau disebelahnya pasti dapat mendengarnya.



Hanya beberapa detik setelah itu, aku bangkit. Dan dengan masih batang kontolku tertanam didalam memeknya, kudorong tubuhnya hingga kini kami berada dalam posisi misionery, yg langsung kugenjot memeknya yg telah banjir dengan bertenaga dan kecepatan penuh.

Brrroootttt.... Brrroootttt.... Brrroootttt.... Suara kecipak yg terdengar lucu itu bagiku seolah irama pemberi semangat yg membuatku semakin gencar menghujamkan kontolku kedalam vaginanya. Dan sepertinya tak beberapa lama lagi aku akan mencapai puncak kenikmatanku...tapi tidak disini.. Kali ini aku menginginkan sensasi yg lebih liar.. Aku ingin mengeluarkan spermaku didalam mulut Eni.. Ya, wanita ini harus mencicipi spermaku.

Kucabut batang jakarku, seraya kubergerak mengarahkan kontolku kemulut Eni yg hanya berbaring pasrah setelah mencapai orgasme.

" Mmmmmmhhhh..." lenguhnya saat batang jakarku menyumbat mulutnya. Setelah kupompakan beberapa kali dimulutnya kurasakan puncak kenikmatan menjalari tubuhku dan...

" Aaaaaaaaaaahhhhhhhhh.....makan tuh pejukuuuuuuu....hhuuuhhhhh...." gumamku sambil menjambak rambutnya dengankedua tanganku.

Crrrroootttt...crrrroooottt...crrrrooootttt... kurasakan cairan kental keluar dari penisku yg seluruhnya tertampung didalam mulutnya.

Setelah kurasakan tuntas seluruh spermaku keluar, kutarik batang kontolku dari mulutnya. Mulut itu kini hanya menganga seolah sengaja mempertunjukan isi didalamnya kepadaku.. Ya, dari ekspresi wajahnya memang sepertinya dia sengaja menunjukannya kepadaku.. Dan akhirnya.. Glekk...hilang seluruh cairan kental dari dalam mulutnya.. Berpindah mengisi lambungnya.

Kukecup lembut bibir yg masih menebarkan aroma air maniku itu, yg dibalasnya dengan memilin-milin lidahnya didalam rongga mulutku.

" Duhh...aku puas banget yang.... Beruntung betul aku ketemu ini..." ujarnya sambil meremas-remas batang penisku yg mulai sedikit kendur.

" Aku juga...beruntung benar nemu nih memek..." balasku yg juga sambil membelai-belai bulu jembutnya yg sedikit lengket.


Dan kamipun saling berpelukan bagai sepasang kekasih yg tengah dimabuk asmara. Walaupun sampai saat itu sesungguhnya yg aku rasakan hubungan kami itu hanyalah sebatas hubungan kelamin, atau sekedar urusan syahwat..lain tidak. Bukan juga hubungan bisnis antara PSK dan pria hidung belang, apalagi hubungan asmara. Namun tidak bisa dipungkiri pula aku mulai memiliki perasaan kasih kepadanya.. atau mungkin tepatnya perasaan terima kasih.. Terima kasih karena dia telah memberiku kenikmatan. Dan aku rasa begitu juga sebaliknya. Tak kuragukan lagi kalau wanita ini begitu sangat menikmati permainan tadi, seperti halnya juga yg aku rasakan. Sebuah permainan yg liar... Sebuah sensasi yg baru pertama kali ini kualami. Sensasi yg memabukan, dan semoga saja tidak membuatku ketagihan, karna tak mungkin aku berhubungan seks dengan istriku kelak dengan cara yg seperti tadi itu.. Tapi bagaimana kalau justru wanita ini yg akan menjadi istriku kelak.. Toh jodoh siapa yang tau... Ah, semoga saja tidak.. Sebagai lelaki aku masih belum bisa menerima seorang wanita yg beberapa kali berganti-ganti pasangan seperti dirinya.. Tapi kalau hanya sekedar having fun sih oke-oke saja...Tapi tidak.. Aku justru berharap tak akan menjumpainya lagi. aku tak ingin terikat padanya...aku tak ingin terus terbawa oleh irama yg dibangunnya. Semoga saja ini adalah pertemuan yg pertama dan terakhir.. Bahkan aku berharap ini hanyalah sebuah mimpi., Mimpi yang indah..dan basah.

Sambil berpelukan akhirnya jiwa kami sama-sama terbang kealam mimpi.. Tidur, dengan masih tanpa selembar benangpun pada tubuh kami.



*********

"Mas..mas..karcis mas..." terdengar suara sorang pria yg bersamaan dengan sesuatu menepuk-nepuk pundakku.

" Mas...karcisnya tolong dikeluarin..." kembali suara itu kudengar, kali ini tepukan dipundakku lebih keras dari yg pertama, hingga aku terjaga dan terkaget dengan apa yg ada disekelilingku. Ternyata yg membangunkan aku tadi adalah kondektur kereta api yg tengah memeriksa tiket. Dan bertambah terkejut aku saat melihat sosok didepanku.. Ya, dialah Eni. Itu artinya...Sial, ternyata aku memang baru saja bermimpi. Dan wanita yang dalam mimpiku kukenal sebagai Eni itu, kini tampak sedikit salah tingkah karna cara memandangku padanya bagaikan orang yg terkesima.

" Mas..mana karcisnya.." tagih sang kondektur lagi

" Oh, iya pak..ma'af.... ini pak.." kuserahkan tiket yg berada disaku celana blue jeansku. Ditelitinya sejenak lalu diberikan semacam tanda dengan ballpoint.

" Sudah sampai mana sekarang pak? " tanyaku pada sang kondektur

" Sebentar lagi masuk Cirebon.." Cirebon? Ya, kota itulah yg barusan tadi kusinggahi dalam mimpiku.. dan bersama dengan wanita didepanku yg sekarang memalingkan wajahnya keluar jendela. Tapi apa iya, peristiwa yg kualami tadi hanyalah mimpi? Ah, tapi sudah pastilah itu hanya mimpi..toh kejadiannya dikota Cirebon, sedangkan menurut sang kondektur kereta ini baru sebentar lagi akan masuk kekota itu. Tapi kalau itu sekedar mimpi, mengapa gambarannya bisa sejelas itu, begitu realistis. Aku sering bermimpi dalam tidurku, sering pula bermimpi berhubungan badan, tapi penggambarannyatidak serealistis tadi, bahkan biasanya selalu dipenuhi oleh gambaran yg tidak masuk akal. Dan disaat aku terjaga biasanya aku tak terlalu ingat dengan gambaran mimpi itu, kecuali hanya samar-samar yg kuingat.. Tapi, mimpi yg barusan kualami tadi, bahkan aku masih bisa mengingatnya secara detail urutan-urutan kejadiannya. Termasuk aku juga masih ingat betul aroma vagina milik wanita didepanku ini..
Ah, masa bodo lah.. Mimpi tetaplah mimpi.


" Bapak mana karcisnya..." kali ini kondektur menagih pada pria disampingku yg sepertinya juga baru saja terjaga dari tidurnya. Dan pria itu bukannya mengeluarkan karcis yg diminta kondektur, melainkan selembar uang lima ribuan yg ditempelkan ketangan sang kodektur.

" Lain kali beli karcis ya..." ujar sang kondektur pelan. Raut wajah dengan apa yg dikatakannya sepertinya bertolak belakang. Kata-kata yg diucapkan itu sejatinya adalah sebuah peringatan, namun ekspresinya lebih menggambarkan sebuah ucapan terima kasih.



Wanita didepanku itu tiba-tiba berdiri seraya membuka salah satu resleting tas cariernya yg dia letakkan diatas bagasi. Tangannya sepertinya mencari-cari sesuatu. Kulihat sesuatu terjatuh dari tas itu, sepertinya sebuah KTP atau sejenisnya, dan jatuhnya tepat dibawah kursi pria disampingku ini. Tanpa sungkan wanita itu menundukan badannya bermaksud meraih benda miliknya itu. Posisinya yg seperti itu tanpa sadar membuat T-shirtnya tersingkap. Dan..Astaga...betapa terkejutnya aku saat melihat gambar mawar merah diatas bokongnya itu, tato mawar merah dengan daunnya yg merambat hingga kepinggul kiri dan kanan. Persis seperti yg aku lihat didalam mimpiku tadi. Dan sungguh mati selama wanita ini naik dari Bekasi, tidak satu kalipun aku melihatnya.

" Bisa minta tolong ambilin Kartu Karyawan saya enggak mas...saya enggak nyampe.." pintanya padaku, yg tanpa ragu langsung aku menelusup masuk kebawah kolong kursi, dan dengan tak terlalu sulit berhasil aku meraihnya. Sekedar iseng kulihat nama yg tercantum pada kartu tanda pengenal karyawan itu. ENI INDAH SARI. Astaga...kembali aku tersentak kaget mengetahui nama yg tercantum pada kartu itu. Jadi nama dia juga Eni. Pikiranku benar-benar dipenuhi oleh tanda tanya. Entah fenomena apalagi ini?.

" Dapet mas...? " tanya wanita itu

" Oh..iya..iya..ini.." kuberikan kartu itu padany adengan gugup, dan masih diselimuti oleh perasaan tak menentu yg berkecamuk dalam pikiranku.

" Makasih banyak ya mas..." ucapnya dengan senyum menghiasi bibirnya. Senyum itu, Ah...betapa tak asing lagi aku dengan senyuman itu.

" Iya sama-sama..." ujarku berusaha tenang.


Selang beberapa detik kereta api berhenti, yg rupanya telah memasuki Stasiun Cirebon. Kembali aku mengeryitkan kening saat kuperhatikan posisi gerbongku sekarang ini berada. Mengapa begitu persis posisinya seperti didalam mimpiku tadi. Ya.. aku ingat betul didalam mimpi tadi, posisi jendelaku persis sejajar dengan kantin stasiun seperti sekarang ini.

Belum habis rasa heranku, tiba-tiba terdengar suara pemberitahuan melalui pengeras suara:
" PEMBERITAHUAN KEPADA SELURUH PENUMPANG KERETA API YG AKAN MELINTASI JALUR SELATAN...BERHUBUNG JALUR DIDAERAH BUMI AYU SEDANG MENGALAMI HAMBATAN KARENA RELNYA TERTIMBUN TANAH LONGSOR, SEHINGGA PERJALANAN ANDA TIDAK BISA DILANJUTKAN UNTUK WAKTU YG BELUM DAPAT KAMI PASTIKAN... MAKA, BAGI PARA PENUMPANG YG TERGESA-GESA , KAMI SARANKAN UNTUK BERALIH KE JENIS ANGKUTAN LAIN...DEMIKIAN INFORMASI INI KAMI SAMPAIKAN, DAN MOHON MAAF ATAS KETIDAK NYAMANANNYA......."
 
Terakhir diubah:
mantapppp critanya, gan




Mau Voucher Hotel Gratis Bisa dipakai di seluruh Indonesia senilai Rp 170.000? buka aja voucherhotelgratis(.)********(.)com
 
Terakhir diubah:
Ini baru cerita mantep gak asal Crot kayak yang lainya. Mantep Suhu :semangat:
Cuma belum bisa kasih apa2 masih nubitol
 
Om black... kangen
sama...ane jg kangen nih, dah lama gak nulis cerpan
Ini baru cerita mantep gak asal Crot kayak yang lainya. Mantep Suhu :semangat:
Cuma belum bisa kasih apa2 masih nubitol
thanks atas apresiasinya bro... dgn ente ngasih komen seperti ini aj ane udh seneng bro...
selalu asyik baca punya brada blekmor...

:beer:
thanks bro...
mimpi yang jadi nyata nih ceritanya :beer:
gmn ya? dibilang mimpi jd kenyataan kyknya kurang tepat jg..kl dr devinisi Deja vu itu sendiri sih adlh: suatu perasaan dmn seseorang mengalami kejadian, tetapi kejadian itu diyakini pernah jg terjadi sebelumnya, dan segalanya sama persis baik waktunya, tempatnya maupun peristiwanya...
apakah hendak dibuat seperti groundhog day? bisa mantap sekali itu skenarionya :)

idenya orisinal mas. top!
thanks bro...
groundhog day itu kayaknya judul film ya? waduh tp syg ane blm prnh nonton filmnya..jd bingung jg ane ngejawabnya nih..
 
crot crot crot..
thanks ats crotnya... Nih tisu..
Di pertamax sendiri gan? Wkeeeee
iya nih..terpaksa, Mau dibikin skali post kepanjangan
:papi: cocok jadi paranormal tu gan :ha::ha::beer:premium :haha::haha:
paranormal cabul kaliiii...
mantapppp critanya, gan



Mau Voucher Hotel Gratis Bisa dipakai di seluruh Indonesia senilai Rp 170.000? buka aja voucherhotelgratis(.)********(.)com

Manstaaaaap
waduh..mentang2 dicerita ane SS nya di hotel..langsung deh ente tawarin ane voucher hotel gratis...ok bro..thanks..
 
Keren banget suhu ceritanya..sampai" seperti ikutan di dalam ceritanya..
Seru abissss
 
datar..naik pelan2... kemudian di hujam dengan surprise pertanyaan...

kereeenn...kereeenn... :beer:
 
Bimabet
Jos gandos kotos kotos...
thanks bro....
Keren banget suhu ceritanya..sampai" seperti ikutan di dalam ceritanya..
Seru abissss
thanks ats apresiasinya...
datar..naik pelan2... kemudian di hujam dengan surprise pertanyaan...

kereeenn...kereeenn... :beer:
thanks ats tanggapannya... kebetulan lg suka aj bikin cerpan yg pd akhir ceritanya sipembaca diberikan kebebasan utk memberikan kesimpulan sendiri
lebih tepat indra k69 sih bro
bs aj ente.... bkn indra dogy-style bro....
Wogh! Keren gan! :jempol:
thanks bro....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd