Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Dendam Si Kembar Cantik

Bimabet
Wah ini pendatang baru lsg tancep aja mainnya....

Buah jatuh tdk jauh dr pohonnya....
 
Bab 11 Rahasia Gelap Permaisuri
Paramitha

"Kyaa..." Putri Sarasvita menjerit saat telapak tangan Pamungkas meraba dan menggerayangi buah dada kenyal yang menggelayut di dadanya.

Plak..., dengan berani Sarasvita menampar pipi Pamungkas. Namun tamparan itu bukannya membuat kapok justru membuat Pamungkas bertambah beringas saja.

"Sarasvita cantik...kamu adalah milikku.., ayo nurut nduk hee...hee..." Pamungkas mencekal kedua lengan kecil Svita. Ditariknya putri cantik yang halus lembut itu ke peraduan yang terletak di tengah kamar Svita.

"Kyaaa... jangan sentuh Svita!!" Svita menjerit kencang saat tubuhnya dilempar ke atas ranjang oleh Pamungkas.

Tubuh mungil Svita jatuh terjerembab di atas ranjang dengan posisi menelentang.

Mata Pamungkas berapi api penuh nafsu, sesuatu di balik celana kolornya nampak menonjol besar.

" glukkk.... ehhmm.. tubuh Svita cantik sekali" dengan posisi tubuh Svita yang terlentang, Pamungkas dengan bebas dapat menikmati seluruh panorama keelokan lekak lekuk aurat Svita.

Dugghh...!!, melihat Pamungkas sedang terbengong bengong menikmati tubuh telanjangnya, Sarasvita dengan berani melayangkan betis indahnya menendang selangkangan Pamungkas kuat kuat.

"Waduhh..." Pamungkas mendelik kesakitan, buah pelir-nya seakan pecah meledak kena tendangan Svita.

Melihat Pamungkas membungkuk di lantai menahan sakit, Svita cepat melompat turun dari ranjangnya. Svita lari ke pintu berusaha keluar dari kamarnya tak lupa putri cantik itu menyambar kain yang ada di kamar untuk menutupi ketelanjangannya.

"Dasar gadis hina..., akan saya perkosa kamu!!" Pamungkas bergemeletuk murka.

Begitu rasa ngilu di selangkangannya mereda, Pamungkas kembali memburu Svita. Pamungkas sudah gelap mata, yang ada dipikirannya hanya niat untuk memperkosa Svita.

Plak...plak..., begitu keluar dari pintu kamar Svita, Pamungkas disambut dua tamparan keras ke pipi kanan dan kiri-nya.

Pamungkas hendak membalas, namun seketika dibatalkan karena dihadapannya permaisuri Paramitha sendiri yang menamparnya.

Teriakan dan jerit jerit kencang para dayang terdengar sampai istana. Permaisuri Paramitha dan patih Mahesa yang sedang mengadakan pertemuan di balairung bergegas datang ke keputren dan menyelamatkan Sarasvita.

"Kurang ajar!, berani membuat kekacauan di keputren" bentak Paramitha, anak tunggal pendekar Budiman itu sungguh tak ber-moral, persis sama seperti ayah-nya.

Demi kelangsungan kerajaan Jawa Dwipa dan keselamatan Svita dan seluruh rakyat Jawa Dwipa, bertahun tahun ini Paramitha menahan sabar dan merahasikan dari siapa-pun akan nestapa diri-nya yang selama ini menjadi budak seks pendekar Budiman.

Begitu melihat Pamungkas hendak merusak putri kesayangannya, amarah Paramitha langsung melonjak.

"Kabur..." Pamungkas langsung cari selamat dan hendak melarikan diri, namun patih Mahesa melesat lebih cepat dan langsung menghajar anak bangsat itu.

Desh...desh..desh, tiga pukulan beruntun menghajar wajah Pamungkas hingga langsung babak belur seketika.

Meski kaki-nya pincang, akibat luka pertempuran di alas Purba namun patih Mahesa masih sama lincahnya dengan dirinya yang dulu.

Mahesa yang selama ini juga sudah geram dengan tingkah laku tak terdidik Pamungkas lanjut menghajar bocah tengik itu.

Pamungkas hampir saja mampus, saat tiba tiba bayangan berjubah putih datang menyelamatkan dirinya.

Takk...tak..takk..., pendekar Budiman menangkisi pukulan Mahesa dan dengan tenaga dalam kelas wahid-nya mendorong mundur Mahesa lima langkah ke belakang.

Pendekar Budiman lanjut membungkukkan badan dan menjura memberi hormat pada permaisuri Paramitha.

"Ampuni putra hamba permaisuri Paramitha..., maafkan hamba karena tidak bisa mendidiknya dengan baik" pendekar Budiman langsung berpura pura meminta maaf pada Paramitha.

Pendekar Budiman dengan lihai menyembunyikan sifat bajingan dan culas-nya itu dengan membungkus penampilan luar-nya sebagai sosok yang baik, santun, penuh tata krama dan bermoral tinggi.

Paramitha memalingkan wajahnya begitu melihat pria menjijikan yang paling dibenci seumur hidup-nya itu.

Selama 8 tahun terakhir ini tanpa sepengetahuan siapa-pun pendekar Budiman sudah menjadikan Paramitha sebagai budak nafsunya.

Sebagai imbalan akan kelangsungan kerajaan Jawa dwipa, kapan saja setiap waktu Paramitha harus siap merelakan tubuhnya sebagai pelampiasan nafsu birahi pendekar Budiman.

Jika Paramitha tidak menuruti kemauan Budiman, aahh....Paramitha tidak sanggup membayangkan nasib Sarasvita dan rakyat Jawa Dwipa.

"Tahan patih Mahesa..., karena pendekar Budiman yang meminta secara langsung... maka saya maafkan Pamungkas. Pamungkas masih muda, wajar kalo masih sembrono" jawab Paramitha.

"Tapi..., permaisuri..." Mahesa yang sudah muntab dengan tingkah laku Pamungkas tidak terima dengan keputusan Paramitha.

"Patih Mahesa..." Paramitha melambaikan tangan pada patih yang sangat setia itu.

"Siap permaisuri..." Mahesa patuh 100 persen pada perintah junjungannya itu. Begitu mendapat perintah Mahesa kemudian mengajak para pengawal yang bersamanya pergi meninggalkan keputren Jawa Dwipa.

Pendekar Budiman menyunggingkan senyum dibalik wajahnya yang tertunduk ke tanah. Budiman terkekeh dalam hati teringat tadi malam dirinya baru saja memperkosa anal permaisuri Paramitha.

Pendekar Budiman begitu menikmati momen di saat tubuh mungil Paramitha meronta ronta dan merintih kesakitan dalam dekapannya saat konti besar Budiman merobek liang anal Paramitha.

"Ayah... tolong Pamungkas..."

Pendekar Budiman tersadar dari lamunan joroknya saat mendengar teriakan mengiba Pamungkas yang wajahnya benjut benjut di hajar patih Mahesa.

"Ayo ucapkan terimakasih pada permaisuri Paramitha" pendekar Budiman melotot dan menyuruh Pamungkas untuk ikut menyembah Paramitha.

"****** banget anak ini!, berapa bulan lagi Pamungkas akan menikah dengan Svita dan diangkat menjadi raja Jawa Dwipa, sabar dikit kenapa sih?" Batin Budiman mendongkol pada tingkah putra kandungnya yang tolol itu, setelah Pamungkas menjadi raja, pendekar Budiman bakal menjadi penguasa Jawa Dwipa.

Huh...!!, jika saja diri-nya tidak terikat dengan sumpah konyol untuk tidak menikah lagi di hadapan liang lahat mendiang istri dan di hadapan seluruh tetua dan pendekar golongan putih, tentu pendekar Budiman bakal memaksa menikahi Paramitha dan menyandang gelar raja Jawa Dwipa.

"Maafkan saya permaisuri Paramitha" Pamungkas ikut memohon ampun.

"Iya saya maafkan..." dengan berat hati Paramitha menganggukkan kepala.

"Biar saya yang menghajar bocah ini sendiri permaisuriku.." janji pendekar Budiman.

Permaisuri Paramitha mengajak Sarasvita dan rombongan dayang dayang-nya meninggalkan pendekar Budiman dan Pamungkas yang sedang membungkuk di tanah.

"Hmm...Paramitha cantik, kamu sudah membuatku malu saya di depan Mahesa dan para dayang. Saya akan membalasnya..., Paramitha sayang kamu akan membayar dengan tubuhmu malam ini hee...hee.." bisik pendekar Budiman dalam hati.


Balairung kerajaan Jawa Dwipa

"Huh..., harusnya si kurang ajar itu bunda penggal saja" gerutu Sarasvita memprotes keputusan Paramitha yang terlalu lembek pada pendekar Budiman dan keluarganya.

Gadis ayu itu menyandarkan kepalanya bermanja manja dalam pangkuan permaisuri Paramitha.

"Hmm..., Svita, dalam mengambil keputusan banyak hal yang menjadi pertimbangan, tidak boleh grusa grusu..." kalem jawab Paramitha.

"Svita kamu sudah dewasa, kamulah harapan Jawa Dwipa selanjutnya" Paramitha mengangkat wajah Svita.

"Maksud ibunda?" Tanya Svita.

Svita baru saja menginjak usia ke 17 tahun, namun Paramitha menganggap sudah saatnya bagi sang calon ratu kerajaan Jawa Dwipa itu tahu kejadian sebenarnya yang selama ini sudah terjadi di kerajaan Jawa Dwipa.

"Svita setelah mendengar penjelasan ibu, Svita harus janji untuk menuruti semua kata kata ibu ya!" Dengan wajah serius Paramitha memandang wajah putri kembar-nya yang cantik rupawan itu.

Gunung Mayangkara

Pemandangan matahari terbenam di puncak gunung Mayangkara menjelang senja hari sungguh indah.

Anjani sedang asyik menikmati terbenamnya sang surya dalam kamarnya saat Arya mengketuk ketuk jendela kamar Anjani.

Anjani membuka jendela kamarnya dan Arya bergegas masuk sebelum ketahuan para guru-nya.

Tanpa sepengetahuan Pendekar Kelana Hina dan bibi Wulan, Anjani dan Arya gemblung sudah berpacaran 3 bulan terakhir ini.

Hidup bersama sedari kecil membuat benih benih cinta tumbuh dan bersemi di hati ke dua pasang sejoli yang serasi itu.

"Hari Anjani sebeel banget sama paman guru!!" Anjani membantingkan pantatnya duduk di sebelah Arya Gemblung, sosok yang menjadi curahan keluh kesahnya selama ini.

"Paman guru tidak salah Anjani, Anjani sebaiknya jangan turun gunung saat ini" Gemblung menjawab cuek sambil memain mainkan ujung rambut Anjani.

"Tapi...tapi Anjani harus membalaskan dendam ayahanda..." Anjani berkata dengan menahan rasa sedih, teringat akan kejadian gugur-nya prabu Satria di depan mata-nya.

"Anjani keadaan di bawah gunung saat ini belum aman, prajurit Jenggala dan para pendekar golongan hitam ada di mana mana, kabarnya Bajing Ireng juga lagi ada di desa Tawang Alun dekat gunung Mayangkara ini" Gemblung coba menasehati Anjani.

"Hmm..., si Bajing Ireng ada di desa Tawang Alun? Mau apa dia?" Selidik Anjani.

Arya gemblung garuk garuk rambutnya yang tidak juga gatal.

"Kabarnya untuk menyembuhkan luka dalam-nya Bajing Ireng melakukan ritual Getih Perawan" jelas Gemblung yang tahu juga dari paman Kasat Mata.

"Ritual getih perawan? Ritual apa itu?" Anjani kian penasaran.

"Itu Ritual jahat, konon dengan mendapatkan darah gadis perawan sebanyak 100 orang, maka kekuatan Bajing Ireng akan pulih kembali"

"100 darah perawan?, gimana cara-nya?"

"Nggn... yang itu si paman Kasat Mata belum cerita sama aku Anjani" Arya mengangkat kedua bahu-nya.

Ritual pengobatan Getih Perawan dilakukan dengan melakukan persetubuhan dengan 100 orang gadis perawan setiap gerhana bulan. Gadis perawan yang dipilih juga bukan gadis sembarangan. Gadis itu harus tepat berusia 17 dan masih perawan saat ritual dilakukan.

"Desa Tawang Alun jaraknya 1 hari dari sini ya?" Tanya Anjani lagi.

"Hmmm..., Anjani ga usah mikir macam macam, ga usah turun turun gunung!, Arya ga mau kejadian dengan Tanaka suka suka terulang" Arya gemblung menatap tajam wajah gadis cantik tapi judes dihadapannya itu. Arya kenal watak Anjani yang keras hati-nya.

"Iya...iya..." Anjani menjawab setengah hati.

"Arya khawatir terjadi sesuatu yang buruk pada Anjani " Arya gemblung memeluk tubuh gadis yang dicintainya itu.

"Heei...apa apa-an nih main peluk peluk seenak jidat, nanti ada yang berdiri lagi lho di bawah situ" Anjani membenamkan tubuhnya dalam dekapan Arya sambil menunjuk ke arah selangkangan Arya.

"Hayo ngaku Anjani juga suka-kan kalo dipeluk sama Arya" Arya menggoda Anjani. Anjani mengangguk malu malu meringgukkan tubuhnya dalam hangat tubuh Arya.

Kedua sejoli itu berpelukan seakan dunia milik berdua.

" Arya..., Arya... ngnnn anu... Arya mau coba cium pentil payudara Anjani ga? " tanya Anjani pada Arya dengan wajah bersemu merah.

"Gluk...apa Anjani? Cium payudara Anjani?kenapa...? "Arya kelimpungan saat Anjani tiba tiba melempar pertanyaan sensitif seperti itu.

Sebagai laki laki normal tentu Arya sangat tertarik dan terobsesi pada payudara wanita, terutama dengan payudara Anjani yang besar, bulet, empyuk dan kenyal itu.

"Tadi pagi di danau waktu pentil susu Anjani diremes dan dicium Tanaka rasanya geli banget, Anjani pingin Arya cium pentil susu Anjani juga seperti itu..."bisik Anjani.

"Glukk..., Anjani tidak enak badan ya? atau jangan jangan Anjani mabuk ?" Arya makin gelagapan ditodong seperti itu oleh Anjani, dipegangnya dahi kekasihnya itu memastikan suhu tubuh Anjani normal.

"Tapi Arya mau kan? " Anjani membaringkan tubuhnya di atas ranjang, kemudian tanpa dipaksa Anjani menurunkan kain kemben di bagian dada-nya hingga payudara montok Anjani terbuka lebar.

Plooop...., buletan buah dada Anjani bergoncang begitu lepas dari kain yang membalut kencang, dua gunung kembar nan empyuk itu seketika menggembung ke ukuran montok maksimal-nya.

"Woow..., cantiknya..." Arya berdecak kagum melihat pemandangan indah di hadapannya. Baru kali ini Arya melihat payudara polos Anjani secara langsung.

"Arya...ayo cium payudara Anjani...aahh.." Anjani memalingkan wajahnya yang bersemu merah itu, malu saat menyadari ada laki laki yang sedang menikmati keindahan bentuk buah dadanya.



Arya dengan badan bergetar menempelkan telapak tangannya ke bulatan dada kanan Anjani yang berkulit halus kuning langsat itu.

Nyesss...buah dada empyuk itu seakan akan melumer ke tapak tangan Arya.

"Halus...dada Anjani alus dan lembut sekali..."puji Arya.

Sentuhan tangan Arya seketika membuat kedua puting merah muda di puncak dada Anjani besar menonjol dan mengeras.

"Remes Arya...remes susu Anjani..." Anjani menatap matanya Arya memohon pada Arya untuk mengeksekusi buah dadanya.

"Aaaaakhh...." Anjani mendesah panjang, tubuh sintalnya menggelinjang saat Arya meremas lembut payudara kanannya.

Begitu di remas remas, payudara kenyel Anjani itu menggelembung elastis makin besar.

Mengikuti naluri laki laki-nya Arya mendekatkan wajahnya ke payudara Anjani yang berbaring pasrah itu.

"Iiiihh.......iiihh..." Anjani lagi lagi merintih manja saat lidah Arya menjilat ujung pentil susu.

Desahan dan rintihan sendu Anjani seolah olah mengundang Arya untuk menggumuli buah dada Anjani semakin intim.

"Aaaaaahh....." desahan Anjani melengking panjang saat Arya mencaplok separuh bulatan payudara kirinya.

Slrupp...slruupp..., payudara kenyal itu dikenyot dan dihisap kuat kuat oleh Arta, sesekali lidah Arya menari nari menggelitik pentil susu Anjani.

Baru pertama kali, namun Arya langsung lihai menina bobokan Anjani dengan mempermainkan payudara Anjani.

"Ahhhh...aahh... geli...aaahh enak...lagi.. aaaahhh" Anjani menggeliat tak karuan geli geli nikmat di dada akibat cumbuan Arya jauh lebih nikmat dibandingkan ciuman kasar Tanaka tadi pagi.

"Nyam...nyamm... susu Anjani empyuk sekali..." desis Arya meski ini pengalaman pertamanya namun terlihat Arya langsung fasih, bergantian payudara kanan dan kiri Anjani di remas dan dicumbunya, membuat tubuh Anjani serasa melayang layang ke langit ke tujuh.

Anjani menggelinjang di atas kasur, Arya membenamkan wajahnya makin dalam ke belahan dada-nya yang montok. Tangan Anjani menggapai gapai ke arah selangkangan Arya dan kemudian di elusnya batang kekar yang mengeras di sana.

"Arya... Arya apa ini...keras... panjang... dan besar sekali..." Anjani melotot, apa benda ini yang disebut sebut bibik Wulan dalam pelajaran crat crit crot tempo hari?, tapi batang Arya ini jauh lebih gede dan kekar dibandingkan tongkat kayu bibi Wulan.

Telapak tangan Anjani menggenggam konti Arya, saking besarnya hanya separuh saja yang muat dalam genggaman tangan mungil Anjani.

"Anjani...oouhh...Anjani mau apa?" Arya melenguh saat Anjani kontinya diremes remes gemes oleh Anjanim

"Arya...kata bibi Wulan kalo dikocok, anu-nya Arya bisa crot..." Anjani memelintir konti Arya dan kemudian di kocok-nya batang kekar itu mula mula pelan dan semakin lama semakin cepat dan kencang hingga Arya kelojotan.

"Ooouh... awokawooo....oouuhh" Arya merem melek keuenakan, kocokan Anjani rasanya ratusan kali lebih nikmat dibandingkan saat Arya onani sebelumnya.

Tek...tek...tek..., kocokan Anjani makin kencang saja, batang kekar itu di puntir puntir-nya hingga Arya megap megap.

Saking gemesnya Arya menggigit pentil susu Anjani kencang kencang.

"Ahhhhhh...Arya nakaaaalll....auuuhhh!!, Anjani mau pipiissss....." Anjani menggeletar, gigitan Arya di pentil susu-nya membuat kemaluan Anjani meledak.

Serr...serr..., pinggul Anjani tersentak sentak, Anjani tak kuasa menahan rasa ingin berkemihnya dan akhirnya kemaluan Anjani jebol juga menyemburkan cairan cintanya.

Tubuh gadis 17 tahun itu menggeletar hebat mengalami orgasme perdananya.

Arya mencium bibir Anjani dengan tulus, keduanya berciuman sambil bergenggaman tangan erat melewati masa masa ekstase Anjani.

Anjani tergeletak nafasnya tersenggal senggal, rasanya luar biasa uenaaak... batin Anjani. Bibik Wulan tidak pernah memberitahu hal ini sebelumnya.

"Hii...Arya.. maaf ya Anjani ngompol hii..." Anjani tertawa malu malu.

"Heeh..., udah gede koq masih ngompol, tapi ngompol-nya ngompol enak kan?"

Anjani menganggukkan kepalanya dengan wajah bersemu merah, di pandangnya batang konti Arya yang masih menjulang besar.

Anjani penasaran dengan bentuk pedang gagah Arya itu. Lebih penasaran lagi dengan rasa-nya.

"Arya... nnghn Arya..." bisik Anjani manja.

"Apa sayang..., minta di bikin ngompol lagi ya?" Tanya Arya sambil tersenyum nakal.

"Anu... masukin... , masukin anu Arya ke sini Anjani"

"Apa? Kemana sayang?" Arya geleng geleng kepala saat jari telunjuk Anjani menunjuk ke arah kemaluan Anjani.

"Nggh...Ayo Arya... cepat masukin anu Arya ke kemaluan Anjani..." Anjani mengulangi kata kata-nya lebih jelas.

"Gluukk..., apa Anjani...? Anjani mau...?" Lidah Arya serasa kelu.

"Ya Arya, perawan-i Anjani sekarang juga..." bisik Anjani.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd