Side Story
Pernikahanku Dengan Abi
Mulustrasi Noura Rohmah
Aku dan kak stefani dengan kak fani memakai ragaku, kita berusaha menjalani aktivitas seperti biasanya karena kehidupan sudah kembali normal.
Kak fani menjadi aku, syifa'ul husna dan aku menjadi noura rohmah. Karena kita sama-sama satu pondok kita berangkat bersama menaiki motor moge pemberian abi.
Di perjalanan aku memeluk kak syifa dengan erat, seperti layaknya sepasang kekasih.
Tidak ada orang yang curiga, bahkan menganggap kita kakak adek. Ya sekarang orang tuaku menganggap kak fani seperti anak sendiri.
Dan ngomong-ngomong noura rahmah adalah santriwati dari luar negeri, dari thailand. Jadi karena aku pun tidak tau alamat rumah noura, jika libur tiba aku menginap di rumahku sendiri.
Banyak tetangga-tetangga yang ngomongin keberadaanku, katanya aku simpanan abiku lah, istri keduanya lah bla bla bla. Tapi aku tidak peduli yang mereka omongkan.
Pernah saat aku ingin membeli perlengkapan mandi di warung, ibu-ibu tetangga sebelah gosipin.
Eh jeng, tau nggak kabar terbaru di kampung kita? Sambil matanya melirik melihatku.
Tuh, katanya sih itu istri muda pak rudi. Katanya.
Digosipin begitu, bukannya aku marah, perasaanku jadi deg-degan.
Di rumah pengalamanku yang aku alami tadi aku ceritakan ke abi dan umi, mereka cuma senyum-senyum saja.
Kak fani pun datang memelukku dari belakang, cieee istri muda om rudi. Sambil menggelitiki pinggangku.
Apaan sih kak, aku yang menahan malu berjalan nyelonong sambil menunduk ke arah kamar.
Kak fani mengejarku, merangkulku dari samping. Becanda syif.
Lagian aku kan anak abi, masak istri mudanya. Mukaku cemberut.
Ya gapapa, kamu kan noura. Ya nggak? Sambil bibir kak fani menyosorku.
Yaudah kak, aku mau mandi dulu, melepas rangkulan kak fani.
Di dalam kamar mandi aku masih memikirkan gosip tetangga-tetanggaku. Sambil melepas satu persatu kain yang menempel di tubuhku. Dari hijab, gamis, BH dan celana dalamku.
Lalu aku teringat kata fani, kamu sekarang kan noura. Aku eja namaku sekarang noura. Iya aku sekarang noura, jadi nggak masalah kalo aku jadi istri abiku. Ah ngomong apa sih syif, eh noura. Batinku.
Tanpa sadar memekku basah, tanganku sudah berada di payudaraku. Uuuh, ahhh, aku memejamkan mataku di lantai, mengucek-ucek vaginaku sendiri. Masih terbayang diingatanku saat aku mengangkang, terikat di rumah johan. Dan ya... Penis itu .. Kontol itu mengaduk-aduk veginaku .. Memekku...
Aduh kok enak banget, nafasku memburu. Abi, aku mau jadi istrimu abi. Tubuhku menggelepar di lantai. Huh huh huh, enak banget.
Cairan yang meluber mengenai pahaku aku colek lalu aku jilat, hihi manis. Cairan cintamu manis noura.
Setelah aku mengguyur tubuhku dengan air yang mengucur melewati shower, kuhanduki yang mulus tanpa cacat. Cantik, kamu cantik noura. Kuremas-remas payudaraku, kencang, membulat.
Rambutku yang basah aku handuki, sambil aku berkaca di cermin. Ternyata aku nggak salah memilih raga, semua yang ada di tubuhmu sempurna noura.
Aku menggigit bibir bawahku, lalu aku berkata dalam hati sadar syif sadar noura sekarang itu adalah kamu. Nggak mungkin kamu nafsu pada dirimu sendiri kan? Aku mencoba ngobrol dengan diriku sendiri.
Keluar dari kamar mandi, kak fani langsung menyosorku.
Kak, mataku melotot. Ntar dilihat abi.
Kak fani pun melangkah untuk menutup kamar kami.
Di dalam kamar aku yang sekarang memakai kimono pendek sepaha sedang ditindih kak fani yang sekarang memakai dress panjang dengan rambut panjang yang terurai.
Cup, cup, muah. Sambil merapikan rambut di keningku.
Lalu kak fani berdiri dan bilang, yasudah aku tunggu di bawah ya. Kita muter-muter kota madiun makek moge milik abi.
Siap, kak. Aku sekarang memilih memakai setelan gamis, hijab dan cadar berwarna maroon. Kak fani memakai setelan berwarna hitam dengan hijab tanpa cadar.
Kalian mau kemana? Kata abi.
Muter-muter aja om di kota. Kata kak fani.
Ah lupa lagi ni anak, panggil abi aja biar nggak ada orang curiga. Baik abi. Dengan tangannya menghormat seperti orang hormat bendera.
Kamu juga syif, biar nggak ada yang curiga umi dan abi memanggilmu noura. Kata umi.
Iya um, yaudah kita keluar dulu ya bi. Kata kak fani.
Kak fani menggandeng tanganku.
Di perjalanan aku memeluk kak fani erat, kutempelkan pipiku ke punggungnya.
Jadi begini rasanya mencintai sesama jenis, batinku. Aku mulai mencintaimu, apakah kakak juga mencintaiku? Batinku lagi.
Kita nggak hanya jalan-jalan, kak fani mengajakku juga ke matahari. Kita belanja outfit sepuasnya.
Cieee yang lagi banyak duit kataku ngeledek.
Iya dong, sekarang kan mudah sayang cari duit. Jadi afiliator aja bisa menghasilkan cuan. Katanya.
Iya sih kak. Katanya kakak juga beli bitcoin juga ya? Tanyaku.
Yoi, ayok kita kesana. Kak fani merangkulku membeli kebab.
Suka kebab nggak sayang? Tanyanya.
Suka kak, kataku.
Yach ujan, kita berlari untuk berteduh.
Hufff, dingin kak. Aku menggigil kedinginan.
Kak fani berada di belakangku memelukku.
Gimana masih dingin? Udah nggak, makasih ya. Kataku.
Karena hujan makin deras, jalanan jadi putih karena derasnya hujan. Sekejap aku menoleh ke belakang sambil memejamkan mata. Kak fani tau yang aku inginkan.
Cup, muah. Aku pun kembali menatap ke depan sambil tersenyum.
Hujan nggak kunjung reda, kak fani pun nyeletuk.
Gimana kalo kita nekat aja? Berani nggak basah-basahan? Katanya.
Siapa takut, kataku.
Kak fani menancap motornya menembus derasnya hujan. Tubuh kami basah kuyup tetapi ini adalah momen terindah yang nggak akan aku lupakan.
Aku bersama orang yang aku cintai, ya meski di sisi lain aku juga menginginkan abi. Ahhh rumit batinku.
Sesampainya di rumah kita lari ke dalam rumah dalam keadaan basah. Kita becanda sampai cekikan.
Astaghfirullah kalian ini, celetuk umi.
Yasudah sana masuk, ganti baju nanti masuk angin, kata umi lagi.
Iya umi, kita menjawab barengan. Dengan buru-buru kita memasuki kamar menuju kamar mandi. Iya kamar mandi kami berada di dalam kamar.
Kak fani yang tiba lebih dulu masuk ke dalam kamar mandi menarik tanganku. Tanganku ditarik sampai aku berada dalam dekapan kak fani. Mata kita saling memandang, kak fani menyibakkan rambutku. Muah.
Bibir kita saling kecup, saling lumat. Sekarang aku sedang dipepet kak fani ke tembok. Cadarku aku lepas, begitu juga hijab panjangku. Begitu juga dengan kak fani.
Air shower pun dinyalakan, dengan guyuran air yang memancar deras kita bercumbu panas. Saling membuka pakaian kita satu sama lain. Dadaku berdesir saat satu persatu kain yang menempel di tubuh kita terjatuh ke lantai.
Kecupan, lumatan, hisapan kembali melambungkan desiran nasfu kita.
Ahhh kak, kak fani jongkok menghadap selangkanganku. Dengan rakus kak fani menjilati setiap inci lipatan memekku.
Aku pun kini terlentang di lantai, dengan posisi 69 aku dan kak fani saling hisapa.
Ahhh, tubuh kak fani mengejang. Cairan cintanya muncrat ke wajahku. Kujilati cairan cinta yang muncrat ke paha kak fani, wajahku.
Ahhh kak, aku pun mengenjang-ngejang saat lidah lembut kak fani masuk lebih dalam ke lubang peranakanku.
Nafas kita ngos-ngosan, lalu kita berdiri membersihkan diri. Saling menyabuni sesekali saling meremas payudara.
Percumbuan kami cukup lama di kamar mandi sampai umi memanggil kami.
Noura, syifa ayok makan. Panggil umiku.
Kak syifa pun menggendengku, kita membuka lemari di samping ranjangku.
Sambil bercanda kita berantakin pakaian di lemari.
Ini cocok nggak ra? Kata kak fani.
Cocok sih syif. Kataku.
Yaudah, ini buat aku ya ra. Kak fani memakai longdress warna merah dengan rambut tergerai. Cantik banget batinku.
Aku pun juga memakai longdress warna coklat, dengan rambut tergerai juga.
Di ruang makan, abi dan umi ingin membicarakan sesuatu padaku.
Begini ra, setelah kami pertimbangkan dan demi kebaikan keluarga kita. Bagaimana kalo noura menikah dengan abi? Kata umi.
Menikah? Deg deg deg jantungku.
Cieee, mau di lamar nih. Kak fani menggelitikku.
Ya memang aneh sih, umi nyeletuk. Tapi ini nyata, apa yang pernah kita alami. Syifa menjadi noura, stefani menjadi syifa.
Tanganku dipegang oleh umi ditaruhnya di atas tangan abi. Umi merestui kalian.
***********
Hari yang ditunggu pun tiba, pernikahanku dengan abi tanpa wali hanya dengan wali hakim. Sampai kata sah membahana dalam ruangan tempat ijab qabul.
Aku pun memandang wajah abi, abi pun juga. Dengan cekatan Abi menggendongku memasuki mobil pengantin.
Cieee cieee, yang sebentar lagi.. Ops, kak fani melihat di sekitar masih banyak orang. Hehe lupa sambil garuk-garuk kepala.
Mobil pun melaju menuju rumah kami dan apa yang terjadi selanjutnya membuat memekku eh vaginaku basah. Hihi aku tertegun sendiri sambil menutup bibirku yang masih tertutup cadar.
Bersambung