Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Detak Waktu Si Kupu Malam

Empat

Ramli



PLAKKK..!!
suara tamparan itu terdengar keras, mengalahkan jerit kesakitan Mei Hwa.

“ sudah mas.. sakiit..” erang Mei Hwa,

Namun laki-laki itu tidak memperdulikannya, dengan kasar dia menggenjot Mei Hwa tanpa ampun.

Dalam posisi doggi style seperti ini Mei Hwa tidak punya kekuatan apa-apa. Bongkahan pantatnya yang biasanya mulus kini bengkak memerah karena tamparan laki-laki itu.

Dari tempatku aku juga bisa melihat kemaluannya bengkak dan merah. Kasar sekali laki-laki itu memperlakukannya,

“ sakiit maas..” rintih Mei Hwa, air matanya bercucuran menahan sakit di sekujur tubuhnya, terutama di selangkangannya.

“ Bangsat, jangan banyak cingcong, aku sudah membayarmu untuk ini” katanya kasar sambil menampar lagi pantat yang sudah bengkak itu plakk..!!



oOo



Namanya Ramli, dia adalah seorang perwira Polisi berumur tiga puluhan. Perawakannya langsing dengan wajah rupawan. Sepintas orang akan berfikir kalau dia adalah seorang yang ramah.

Iya Ramli memang laki-laki yang ramah di kesehariannya, tapi tidak di ranjang. Tutur katanya halus, tapi saat bercinta semua sumpah serapah seperti mengalir dari mulutnya, mulutnya seperti kamus yang berisikan segala macam umpatan dan kata-kata kasar.

Dengan penampilannya yang begitu flamboyan, rapi dan perlente tak akan ada yang menyangka kalau Ramli adalah sesosok Monster jika berada di ranjang.

Sedikit yang pernah aku dengar, Ramli adalah sosok yang sukses dalam karir maupun rumah tangganya. Dalam usia yang relatif muda dia sudah menjabat perwira menengah di kepolisian. Rumah tangganya pun harmonis dengan seorang istri cantik berdarah Manado dan satu orang anak laki-laki berumur empat tahun.

Dedikasinya yang tinggi di pekerjaannya membuat kariernya cepat melesat. Sikapnya yang supel namun berwibawa membuat dia di senangi sekaligus disegani rekan maupun bawahannya.

Di dalam rumah tangganya pun dia adalah seorang suami dan ayah yang bertanggung jawab, penuh perhatian dan lembut dengan istri dan anaknya, tidak pernah ada pertengkaran serius atau cekcok yang berlarut-larut di keluarga itu. Tapi tak ada yang tau apa yang ada dibalik semua itu.



Ini adalah kali ke tiga Ramli ke sini. Kali pertama dia tampak begitu sopan, perlakuannya ke Mei Hwa pun tampak begitu lembut, bahkan dia sempat memberi tip lebih ke Mei Hwa saat itu.

Kali kedua kedatangannya, sudah mulai tampak sifat aslinya. Ramli mengidap kelainan seksual, dia pengidap sadomasokis. Nafsu seks nya hanya bisa terpuaskan dengan melakukan kekerasan terhadap pasangannya. Namun kedatangannya di kali kedua masih bisa di tolerir Mei Hwa. kekasaran Ramli hanya sebatas menampar pantat dan menggigit payudaranya, itupun tidak terlalu keras, Mei Hwa bisa memakluminya, dia tau setiap orang punya fantasinya sendiri saat bercinta.

Dan ini adalah kali ke tiga..



oOo



Kemaluan Mei Hwa sudah mengeluarkan darah, mengalir dari selangkangannya sampai ke pahanya. Dia sendiri sudah tak berdaya, kepalanya terhempas menyamping di bantal, matanya terpejam, hanya air matanya yang menunjukkan kalau dia masih bernyawa.

Ramli dengan kasarnya masih memaju mundurkan pantatnya, dilihatnya batang kemaluannya kini berlumur darah MeiHwa, dan dia tersenyum nafsunya kian memuncak.

Tak cukup sampai disana, Ramli lalu mencabut kemaluannya kemudian memasukkannya dengan paksa ke lubang dubur Mei Hwa.

Mei Hwa menjerit, sesaat kesadarannya kembali karena rasa sakit yang teramat sangat di duburnya

“ha ha ha..” Ramli tertawa sambil tetap memaksa memasukkan kemaluannya di dubur Mei Hwa, setiap jeritan Mei Hwa didengarnya sepeti simfoni merdu yang makin meningkatkan gairahnya

Aku berdetak lebih cepat, emosiku memuncak menyaksikan adegan ini..Aaargh ..fuck. .tapi aku tak bisa berbuat apa, hanya bisa berteriak, menyumpah, tapi toh dia tidak bisa mendengarnya

Mei Hwa pingsan sesaat karena tak tahan dengan rasa sakitnya, tapi kemudian tersadar karena rasa sakit yang lebih hebat, darahku menggelegak membayangkan bagaimana menderitanya dia, dan itu terjadi berulang ulang.



Ramli yang belum juga mencapai puncak kenikmatannya kini membalikkan tubuh Mei Hwa. Dengan posisi yang kini terlentang Ramli melebarkan paha Mei Hwa dan tanpa ampun memasukkan kejantanannya ke liang kemaluan Mei Hwa yang sudah membengkak lalu menggenjotnya dengan kasar. Satu tangannya meremas kasar payudara yang kecil namun padat itu, dan satunya lagi berada di leher jenjang Mei Hwa.

Wajah Ramli memerah, sepertinya dia akan segera mencapai puncak kenikmatannya. Semakin cepat dia memaju mundurkan pantatnya, kedua tangannya mencengram lebih kuat, dia mulai lepas kontrol.. dan..

“aargh….” dia menggeram, membenamkan kemaluannya sedalam-dalamnya dan menyemburkan spermanya ke dalam rahim Mei Hwa.

Mei Hwa tersadar, rasa sakit di payudaranya menyadarkannya. Tapi dia sesak, dia tidak bisa bernafas. Cengkraman di lehernya menyumbat pernafasannya , matanya membeliak, mulutnya terbuka seperti hendak menghirup udara yang tidak dapat di rengkuhnya. Rasa sakit itu kini menusuk ke paru-parunya, kemudian gelap.



oOo



“ Mei, .. Mei “ kata Ramli sambil menepuk pipi perempuan itu, kemudian dirabanya nadi Mei Hwa ditangan, lalu di leher.

“ Ya Tuhan… “ kata Ramli panik setelah tidak dirasakannya ada denyut di nadi Mei Hwa.

“ Maafkan aku Mei, aku lepas kontrol “ katanya lagi pada perempuan yang sudah menjadi mayat itu.

“ aku tidak bermaksud.. aaargh..” Air matanya mengalir, air mata penyesalan. Hufh..penyesalan memang selalu datangnya belakangan.



“ Aku harus mempertanggung jawabkan perbuatanku ” katanya tertunduk lantas bergegas dia mengenakan pakaiannya. Sejurus kemudian dia tertegun.

“ Ah tidak mungkin aku menyerahkan diri..” katanya lagi, wajahnya menegang. Dia dilanda kebimbangan.

“ alibi..bukti..alibi..bukti ” dia menggumamkan kata kata itu berulang ulang sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan.

Kemudian dia berjalan ke arah lemari pakaian, menelisik satu persatu, entah apa yang dicarinya. Tidak menemukan apa yang di cari, Ramli bergeser ke meja rias , membuka laci dan matanya tertuju pada sebuah dompet hitam, tak sabar di bukanya dompet tersebut,

“ hmmm.. Suradi..” katanya pelan membaca nama di ktp yang ada di dompet itu. Sesaat kulihat matanya berkilat.


oOo
 
Lima

Ending


Suara sirine mobil polisi membangunkanku dari tidurku, aku sekarat. Sudah lama Mei tidak menyentuhku.

Sementara dikamar ini dipenuhi aroma kematian.

Beberapa Polisi terlihat hilir mudik dengan wajah serius. Seorang diantaranya memasang garis Polisi di depan kamar, sementara yang lainnya memeriksa seluruh ruangan.

Tampak pula dua orang laki laki mengenakan jas putih seperti seragam dokter dengan tulisan LABFOR warna hitam tercetak di punggungnya. Dan diatas ranjang, tergeletak sesosok mayat perempuan telanjang . pandanganku nanar. Dia Mei Hwa.. mayat itu Mei Hwa.

Tubuh Mei Hwa terlentang dingin, matanya terbelalak dengan tarikan bibir yang menyiratkan kesakitan yang amat sangat. Di lehernya terlihat bekas cekikan yang meninggalkan bekas kehitaman.

Kedua tangannya berada di sisi tubuhnya dengan jari jari mencengkram sprei putih yang telah ternoda darah. Aku bisa membayangkan rasa sakit yang dialaminya saat maut menjemputnya

Kedua kakinya terpentang dengan posisi kedua paha terbuka lebar, dari kemaluan dan dubur nya terlihat darah yang sudah mengering.

Tubuh mulusnya kini dipenuhi bilur bilur biru bekas penganiayaan. Payudaranya yang kecil namun padat dinodai bekas gigitan, dan perutnya yang ramping pun kini tampak biru lebam



Aah Mei.. malang benar nasibmu

" Kematian diperkirakan sekitar pukul satu dini hari" kata laki laki berpakaian labfor kepada rekannya yang berada di sebelahnya.

" Sebab kematian karena tidak adanya udara ke paru paru, karena cekikan di leher " sambungnya lagi, sementara rekannya mencatat di buku yang dibawanya

" Dipastikan ini adalah pembunuhan karena terdapat beberapa tanda kekerasan di tubuh korban" laki laki itu terus berbicara sambil menelisik tubuh Mei Hwa, rekannya pun terus menulis laporan itu di buku catatan nya

" Cekikan di leher, cengkraman di pergelangan tangan, pukulan di perut, tamparan di pantat, juga penetrasi paksa benda tumpul di kemaluan dan dubur korban" katanya hampir tanpa jeda.

Sejenak pandanganku beralih pada kemaluannya. Kemaluan yang biasanya aku nanti saat dia memakai celana dalamnya kini terlihat bengkak merah bernoda darah

Aaah...kepalaku berputar putar ..

"Ndan.." seorang polisi setengah berteriak ke atasannya sembari menunjukkan sebuah dompet yang di temukannya di bawah ranjang.

"Bagus.." kata sang atasan sambil menerima barang bukti tersebut, menelisik isi di dalamnya dan memasukkannya ke katong plastik bening yang dibawanya. Terlihat senyuman samar di bibirnya

Suara itu.. aku pusatkan pandanganku yang masih berkunang ke arah suara itu, suara yang sangat aku kenal.

Loh, bukannya itu Ramli.?, Polisi yang menerima dompet itu adalah Ramli. Baru kali ini aku melihatnya dengan seragam polisinya. Tapi..bukannya dia …?

"Ok, sudah bisa kita pastikan bahwa pemilik dompet inilah tersangka pembunuhnya" katanya jumawa , memutus semua tanya di benakku

Dia menimang dompet yang berada di dalam plastik bening itu, sekilas aku melihat kilat dimatanya, tapi wait.. dompet itu kan dompetnya Suradi yang tertinggal.

“ Ok jang, kamu langsung ke pusat, laporkan kalau kita sudah menemukan pelaku pembunuhannya “ kata Ramli pada bawahannya.

“ dan langsung lakukan penjemputan tersangka, identitas tersangka ada di dompet ini “ kata Ramli lagi sambil menyerahkan dompet tersebut ke Ujang

“ siap ndan “ kata Ujang sambil menerima dompet tersebut

“Hei ini gak bener.. bukan Suradi pelakunya..!! “ aku berteriak. Namun tak ada yang mendengarkanku

“ kalian salah orang.. bukan dia yang melakukannya..!!” kembali aku berteriak semampuku, namun mereka masih tetap dengan kesibukan nya masing-masing

“ Hei Bangsaaat…!! dengerin aku, kalian bodoh mempercayainya begitu saja “ sumpah serapah aku lontarkan, segala caci maki aku teriakkan, tetap saja mereka tak mendengarkan

Aku putus asa, tangiskupun pecah saat mereka memasukkan jasad Mei Hwa ke dalam kantong berwarna kuning..

Kemudian kamar inipun sepi, kamar yang biasanya dipenuhi suara desah dan lenguhan orang-orang yang mencari kenikmatan kini sunyi, hanya suaraku yang terdengar berdetak.

Aroma lavender yang biasanya tercium dari parfum Mei Hwa dan kadang bercampur bau keringat laki-laki yang entah berasal dari kalangan mana kini terganti aroma amis darah, darah Mei Hwa

Aahh.. Mei.. kenapa begitu cepat kamu pergi, siapa yang akan menyenandungkan lagu mandarin yang sampai sekarang aku tak tau judulnya?.

Aku sudah merindukanmu Mei, aku rindu senyum tipismu saat menatapku. Aku rindu celotehmu saat bercerita tentang keseharianmu,

Yah , aku tau kalau aku tak lebih dari penunjuk waktu bagimu,
Aku hanya jam dinding yang berdetak menemani harimu.
Tapi boleh kan kalau aku rindu ?



TAMAT
 
Awesome....
Bener bener cerita yang sangat bagus....
Point of view narator yang tidak bisa ditebak sampai akhir...
Good drama....
Excellent, bro....
Salute
 
Awesome....
Bener bener cerita yang sangat bagus....
Point of view narator yang tidak bisa ditebak sampai akhir...
Good drama....
Excellent, bro....
Salute
Wow.. thank you so much bro, untuk apresiasi en pujiannya. En thanks sudah berkenan meluangkan waktunya..🙏🙏
 
Aku bacanya berasa baca spoiler hu
Seandainya di kembangin masih panjang tiap pagenya itu hu
Tapi kalau panjang masuk cerbung dong. Hihi
Sapa tau ada yang remake suatu saat nanti. Cocok ni buat bahan cerbung soalnya
Kependekan ya hu...hehe.. Iya ..belum berani bikin cerbung, takutnya gak bisa konsisten, cerita gak tamat ato terlalu melebar.. mungkin next time, sambil belajar nulis en curi² ilmu suhu² disini..
 
Keren hu, POV nya diceritain dengan detail. Drama nya juga oke, ngebuat pembaca jadi nebak2 alur nya

Terus berkarya hu!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd