Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Dewi Pembantu Binor (Real Story)

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Binor emang yahud...
Tuh Dewi balik ke acaranya g pakai CD dong...
 
Part 6

Kejadian saya berhasil memasukkan jari ke dalam celana Dewi mengobok-obok klitorisnya dan respons desahan Dewi yang aaahhhhh manja sekali itu adalah rezeki terbaik yang saya dapatkan di tahun itu. siapa yang sangka khayalan saya selama ini setiap malam justru mulai menjadi kenyataan. Dewi oh Dewi seminggu tak bosan saya onani sambil membayangkan bersetubuh denganmu.

Setelah hari Minggu yang membahagiakan itu, hubungan saya dan Dewi setelahnya semakin dekat. Jika dibilang kami pacaran tidak juga karena tidak ada ikatan di antar kami, panggilan di WhatsApp pun biasa masih ibu dan bapak. Ikatan yang kami miliki hanyalah ikatan perasaan dimana kami saling menyayangi satu sama lain (klw saya sebenarnya masih lebih sayang pacar saya sih hu haha)

Saya dan Dewi juga masih sama komunikasi hanya lewat WhatsApp. Kami saling memberi perhatian via WhatsApp seperti menanyakan sedang apa, sudah makan atau belum, dan memberikan semangat masing-masing menjalani aktivitas sehari-hari. Hanya saya tetap memberi perhatian khusus kepada anaknya sedang apa anaknya bagaimana sekolahnya dan kadang saya puji Dewi jika update status di WhatsApp bahwa Dewi semakin manis. Entah kenapa Dewi ini lebih menerima dipuji manis daripada klw saya puji dia cantik.

Dan untuk suami Dewi, kami sepakat bahwa chatingan kami hanya boleh di mulai jika Dewi yang chat saya duluan. Katanya Dewi takut jika saya yang chat duluan nanti yang baca dan balas chat nya suaminya. Karena itu pernah terjadi saat obrolan kami berhenti di tengah jalan chat saya di gantung Dewi, saat saya miscall Dewi yang mengangkat telfon adalah suaminya lalu langsung saya matikan. Dan saya pura-pura bertanya "pak, Bu Dewi mana, saya mau nanya celana panjang putih saya ditaruh dimana" dan dibalas suaminya "ibunya lagi mandi pak, tadi hapenya di meja tv" deeggggg jantung saya seperti mau copot apakah Bu Dewi sempat menghapus chat nya, apakah suaminya tau hubungan kami berdua. Jadi saya biarkan saja hape saya dan tunggu Dewi lalu saya fokus bekerja.

Sejam kemuadian Dewi chat saya
Dewi : "bapak maaf tadi saya mandi, bapak kok sampai nelfon sih, jadinya kan yg ngangkat suami"
Saya : "Iya saya tadi penasaran lama di balesnya ibu"
Dewi : "Owalah untung aja tadi saya hapus dulu chatnya sebelum mandi"
Duuhhh aman dalam pikiran saya sangat hati-hati sekali Dewi ini.

Di hari Sabtu, saat itu saya merasakan rindu yang mendalam ke Dewi, tak sabar rasanya menunggu Minggu esok hari bertemu dengan nya. Jadi saya chat saja Dewi jam 8 pagi di kantor
Saya : "Bu, sudah di rumah lagi apa"
Dewi : "ini lagi nyetrika baju bapak"
Saya : "oh iya hari ini ibu masak apa? Udah masak belum"
Dewi : "hari ini masak ikan sambel dan perkedel pak"
Saya : "wahhh favorit saya itu, jadi laper ini" (sebenarnya itu bukan makanan favorit saya ya hu)
Dewi : "ya pulang aja loh pak, makan dulu"
Saya : "oh iya bisa juga ya, yauda nanti jam 9 saya pulang"
Dewi : "yauda kalau gitu saya mau balik dulu bapak setrikanya sudah selesai"
Waduh kok udah mau pulang aja, padahal saya pulang bukan mau makan tapi ya ketemu Dewi.
Saya : "lah jangan pulang dulu lah ibu, temenin saya makan nanti"
Dewi : "lah ngapain makan minta temenin bapak, makan sendiri kan bisa, saya mau pulang buat beres-beres di rumah saya"
Saya : "duhh bukan gitu sebenarnya saya kangen sama ibu, pengen ketemu ibu dulu gk sabar kalau nunggu besok"
Dewi : "Halah bapak ini besok aja loh kan tetap ketemu, udah ya besok aja"
Saya : "hmmmm yaudah klw gitu pulang aja ibu 😔" (saya kirim emot sedih di belakangnya dalam hati yaudah harus nunggu besok berarti)
Dewi : "yauda bapak klw gitu saya tunggu di rumah"
Saya : (yesss asiiikkkk Dewi menunggu saya di rumah, minimal pasti bisa peluk dan cium Dewi ini)
Saya pun menuju parkiran kantor dan memacu sepeda mesin saya pulang ke rumah, jarak rumah ke kantor hanya 5 menit. 50 meter sebelum sampai rumah saya lihat dari jauh motor Dewi masih ada di garasi rumah YESS Dewi belum pulang, akan tetapi karena saat itu adalah hari kerja di daerah perumahan karyawan banyak pekerja kebun dan di halaman rumah saya ada seorang pekerja wanita. Masa bodohlah masuk rumah aja alesan aja kan ngambil barang ketinggalan di rumah.

Saya ketik pintu dan ternyata tidak dikunci dan saya langsung masuk dalam rumah, disana Dewi sedang duduk di kursi tamu tapi sudah memakai jaket dan memakai tas nya.
Saya : "eh udah mau pulang ibu, ayo loh makan dulu"
Dewi : "iya kan saya memang mau pulang bapak, cuma bapak katanya pengen ketemu ya saya tunggu"
Saya : "hehe yauda kalau gitu makan dulu yuk"
Dewi : "enggak bapak terimakasih, saya lagi program diet"
Saya : "eh ada angin apa ini kok tiba-tiba diet"
Dewi : "iya saya kayaknya tambah gendut loh bapak, jadi pengen diet"
Saya : "gpp loh gendut ibu, yang penting kan sehat. Lagian kan ibu udah laku ngapain diet, saya ini baru harus diet biar buncit perutnya hilang"
Dewi : "iya bapak itu diet loh, biar perutnya gak maju, pak yaudah ya saya pamit kan udah ketemu toh"
Saya : "loh cepat kali Bu, belum juga puas ketemunya"
Dewi : "mau sampai kapan pak, saya loh harus pulang ada kerjaan di rumah"
Saya : "tapi saya masih kangen sama ibu, rindu sama ibu, alasan aja saya mau makan ini"
Dewi : "owalah bapak ini, hemmmmmm" (Dewi menarik nafas sambil memandangi saya)
Waktu itu Dewi sudah berdiri di depan pintu seperti kemarin saat kami berciuman disitu.
Saya yang di depan Dewi pun membentangkan tangan memberikan kode ingin berpelukan dengan Dewi
Saya : "buuuuu rinduuuu"
Dewi : "sssssttttt bapak, lupa saya di luar kan ada orang kerja tukang kebun nanti mereka dengar"

Saya pun mencoba mengintip dari jendela rumah ke halaman depan memastikan dimana posisi pekerja tukang kebun itu, saya lihat di depan ada satu sedang bekerja. Lalu saya cek ke samping kanan,kiri, dan belakang rumah tidak ada. Berarti cuma 1 dan kebetulan yang didepan pekerja itu berjalan ke rumah tetangga berarti rumah saya sudah selesai.
Saya : "Bu orangnya sudah pergi"
Dewi : "bener pak? Hati-hati loh nanti kalau mereka curiga gimana"
Saya : "aman ibu gk mungkin udah kosong gk ada orang lagi"
Saya pun kembali merentangkan tangan mengajak Dewi berpelukan, Dewi yang mengerti kode saya langsung merespon melompat menuju pelukan saya.
Dewi :" emhhhhhh, bapak saya sebenarnya juga rindu bapak" (rengek Dewi manja di pelukan saya)
Saya : "loh apa iya? Gitu kok mau pulang"
Dewi : "saya sebenarnya dari hari Senin udah rindu sama bapak, pengen ketemu bapak tapi kan bapak lagi kerja, jadi ya saya tunggu aja"
Saya : "emang apa yang ibu rindukan dari saya?"
Dewi : "wajah bapak itu ngangenin, bahkan sampai mau tidurpun saya terus kepikiran sama bapak"
Saya : "waduh kok sama ya ibu saya juga setiap malam mau tidur kepikiran ibu terus"
Dewi : "bapak apa yang buat kangen sama saya?"
Saya : (waduh pertanyaan sulit ini, jika jawabannya bagus bisa naik level jika jawaban saya salah bisa zonk) "semuanya saya rindu dari ibu, wajahnya senyumannya manjanya pelukannya ciumannya semuanya lah pokoknya"
Dewi : "Halah bapak ini gombal playboy"
Saya : "apalagi yang Minggu kemarin paling rindu saya Bu"
Dewi : "ihhh bapak kan, porno loh bapak ini malah itu yang di inget" (lalu Dewi mencubit pinggang saya lumayan sakit, ini ibu2 nyubitnya beneran sakitnya)
Saya : "Bu..." (Saya panggil Dewi sambil menatap matanya)"rinduuu"
Dewi : (menatap mata saya juga) "sama saya juga rindu bapak)
Pelukan kami makin erat dan ya seperti yang kalian duga kami sudah berciuman, ciuman yang lebih pelan dari yang sebelumnya. Kali ini saya tidak mau mengikuti gaya agresif ciumannya Dewi. Saya lebih memilih pelan pelan saja.

Suara kecupan "emmmmhhhh" "aahhhhhh" "nngggghhhhh" keluar dari pagutan bibir kami. Dan sama seperti sebelumnya tangan saya aktif mengelus-elus punggung nya dari dalam baju. Sampai suara "emmmmhhhh ahhhhhhh" mulai keluar dari mulut Dewi, saya turunkan elusan saya ke pantatnya lalu saya remas-remas ke atas yang mengakibatkan desahan Dewi semakin kuat "aaaahhhhhhh pakk" "uuuhhhhhhh"

Dalam pikiram saya ini harus bisa lebih dari kemarin, saya ingin ajak Dewi ke kamar. Jadi saya lepas ciuamannya dan Dewi pun berhenti.
Saya : "Bu kita ke kamar yuk"
Dewi : "ngapain bapak ke kamar? Saya gk mau"
Saya : "enggak cuma pindah di kamar aja lebih nyaman bisa sambil duduk" (dasar otak mesum saya jago banget alibinya)
Dewi terdiam dan berpikir, waduh pasti gak mau nih Dewi, inisiatif saya pegang tangan Dewi lalu saya tatap matanya
Dewi : "yauda iya bapak, tapi gak aneh-aneh kan gak mau saya aneh-aneh"
Saya : "iya ibu ku sayang"
Saya pun menarik tangan Dewi dan mengajaknya berjalan menuju kamar saya. Di dalam kamar yang sudah rapi itu saya lepaskan tangan Dewi dan duduk duluan di kasur. Ternyata Dewi tidak mengikuti dan masih terdiam. Sepertinya dia masih ragu.
Saya : "sini ibu duduk" (saya menyuruh Dewi duduk di sebelah kanan saya)
Dewi lalu duduk di kasur sebelah kanan saya, saya lihat Dewi masih memakai tas nya yang saya rasa itu cukup mengganggu lalu saya ambil tas nya dan saya suruh taruh di meja samping kasur.
Saya : "ibu" (saya pandangi Dewi)
Dewi : (hanya diam dan malah memejamkan matanya)
Lalu saya kecup saja bibirnya dan kita pun berciuman kembali. Ciuman kali ini Dewi entah kenapa Dewi sudah mendesah "emmmmhhhh" tidak seperti ciuman kami di depan pintu ruang tamu.
Karena posisi ciuman kami yang menyamping tangan kanan saya pun merangkul punggung Dewi dan tangan kiri memegang tangan Dewi. Kecupan kami bergaya seperti menyedot panjang lalu ditarik kebelakang sampai berbunyi "eemmmmmuuuuaahhh emmmuuuuaacchh" kira-kira seperti itu. Karena posisi dari samping juga saya lihat disitu payudara Dewi yang sebelumnya jarang saya sentuh. Tangan kiri saya pun menyentuh payudaranya Dewi, saya remas pelan dan lembut supaya Dewi tidak kesakitan. Tetapi tangan Dewi justru memegang tangan kiri saya dan seperti meminta untuk meremasnya lebih kuat. Dan benar saja ketika saya remas lebih kuat Dewi langsung merintih "aaahhhhhhhh" saya remas lagi "aaaaahhhhhh" dalam pikiran saya eh buset kelamaan nih si dewi udah sange parah masih cuma mainin payudara doang.

Langsung saya dorong badan Dewi, supaya Dewi sekarang berbaring di kasur. Tanpa lama langsung saya timpa tubuhnya tetap saya cium, tangan kanan saya mengelus-elus telingnya target saya Dewi harus naik nafsunya setinggi mungkin.
Karena di teling tidak ada respons, saya pindahkan serangan ke payudara nya saya remas lagi payudanya kuat "aaahhhhhhhh" lalu saya remas lagi lebih kuat "aaaaawwww jangan sakit" ternyata kekuatan. Jadinya saya liat dengkul saya tepat di atas Miss V nya Dewi. Lalu saya sodokkan dengkul saya ke Miss V nya. Meskipun masih memakai celana jeans. Tetapi respons Dewi kali diluar dugaan.
Erangan Dewi semakin banyak dan panjang "emmmhhhh ahhhhhh emmmnnggg uuhhhhhh ahhhh bapaaakkkkkkk" saya gesek terus belum puas saya "aaaaaaaawwaa paaakkkkkkk" Dewi mendesah semakin kuat.
Mungkin karena jengkel nafsu birahinya di permainkan Dewi seperti tidak mau kalah, tangannya memegang Mr P saya dari luar celana, di elus-elus sebentar saja lalu dia buka kancing dan resleting celana saya, lalu masuk tangannya kedalam celana saya dan mengocok Mr P saya. Dikocok di dalam celana itu sebenarnya gk enak. Tapi saya pura-pura saja mendesah "aaaahhhh ibuuuuuu geliii" mendengar saya mendesah seperti itu si Dewi sedikit tertawa dan tersenyum.

Otak saya berkata ayo jangan lama, jadi saya langsung pegang kancing kemeja Dewi, saya buka kancingnya dari yang paling atas, kedua, dan saat mau membuka kancing yang ketiga Dewi baru sadar.
Dewi : "eh kok dibuka pak, jangan pak nanti org liat" (suara Dewi sangat pelan kali ini seperti memohon)
Saya : "gak ada yang liat ibu, sepi disini. Saya juga pengen Bu boleh ya boleh yaaa' (saya memohon ke Dewi)
Lalu Dewi pun membiarkan tangan saya membuka seluruh kancing bajunya. Dan terpampang lah disitu sebuah bra merah dengan sebuah payudara yang berukuran besar. Saya turunkan bra nya Dewi hingga nampak lah puting mungil berwarna coklat dengan payudara yang sudah tidak kencang lagi. (Payudara nya sudah kendor, tapi bodoh amatlah tetap aja tetek tuh nafsuin)

Saya pun arahkan mulut saya disana, saya cium dulu putingnya. Baru saya emut payudaranya, saya jilatin sekitar putingnya, dan tangan kanan saya meremas-remas payudara Dewi yang sebelahnya. Anehnya Dewi tidak mendesah kali ini, mungkin payudara bukanlah titik sensitifnya. Jadinya dengkul saya aktifkan lagi menggesek-gesek Miss V nya dan Dewi mendesah lagi "aaaahhhhh bapaaakkkkk aaaahhhhhhh" disitu Dewi juga sama masih mengocok Mr P saya dari dalam celana.
Bosan dengan payudara Dewi, fokuspun saya turunkan menuju kebawahnya, mulai dari pusatnya saya cium dan jilatin disana. Tapi Dewi tidak sensitif disana. Dalam pikiran saya sepertinya Memang harus Miss V nya ini.

Saya pun turun ke Miss V Dewi dan memegang celana jeans Dewi. Saat saya mencoba memegang kancing jeans nya, tangan Dewi menghalangi saya.
Dewi : "enggak pak, saya gak mau klw itu"
Saya : (kaget dan memandangi wajah Dewi) "ayolah Bu, udah kepengen banget"
Dewi : "egk bapak kalau itu saya gak mau"
Saya mencoba memaksa melepasnya, tapi Dewi tetap melawan bertahan.
Dewi : "gak mau saya bapak, klw bapak maksa saya pulang ini", (kali ini Dewi menolak dengan berbicara sedikit keras)
Melihat Dewi yang sepertinya marah, saya pun melepaskan kancing celananya dan memilih duduk di kasur.
Dewi pun lalu bangkit dari berbaring dan ikut duduk di kasur di sebelah saya, saya masih diam kaget karena tadi Dewi sepertinya marah. Saya lihat Dewi sedang memasang kembali bra nya dan mengancingkan kancing baju kemejanya. Setelah dia selesai kami lalu diam sekitar 5 menit. Sampai akhirnya Dewi membuka pembicaraan.
Dewi : "saya gak mau bapak, kalau sampai kesana, itu cuma punya suami saya"
Saya merasa bersalah kepada Dewi tetapi saya juga tidak mau menyerah sampai disini saja.
Saya : "maaf Bu, saya tadi terbawa suasana, nafsu saya sudah tinggi sekali tadi, saya tidak bisa berpikir jernih" (saya meminta maaf tetapi saya tidak berani memandang wajah Dewi)
Dewi : "saya juga tadi sudah basah banget bapak, ini saya (sambil menunjuk Miss V nya) bahkan sampai keluar tadi" (saya gk tau apa Dewi tadi sudah orgasme)
Saya : "ya tapi kenapa gak lanjut aja ibu?"
Dewi : "enggak pak, saya gak mau ini kita sudah melenceng jauh sekali, udah ya sampai sini aja saya juga mau balik"
Saya : "tapi saya kentang ibu"
Dewi : "kentang? Kentang apa toh pak"
Saya : "kena tanggung Bu, anu saya (saya tunjuk Mr P saya) kan belum keluar.
Dewi : "ohhh ini toh, yauda sampai keluar kan, yauda bapak berdiri sini"
Dewi menyuruh saya berdiri di depannya, tetapi Dewi tetap duduk di kasur. Lalu Dewi memegang celana saya dan menurunkan celana dan boxer saya. Terpampang lah Mr P saya yang dari tadi di kocok-kocok Dewi dari dalam celana.
Dewi : "ohhh ini toh yang kentang itu" (Dewi mengelus-elus Mr P saya hingga Mr P saya semakin mengeras).
Tangan Dewi pun mulai mengocok Mr P saya tapi karena Mr P saya masih kering. Kocokannya sakit.
Saya : "Bu sakit, basahin dulu"
Dewi pun sepertinya mengerti apa maksud saya dan langsung memasukkan Mr P saya ke dalam mulutnya, dia mulai membasahi Mr P saya dengan lidahnya. Geli sekali rasanya Mr P saya di gitukan Dewi. Dan langsung keras full Mr P saya. Kemudian Dewi keluarkan Mr P saya dari mulutnya, dan kali ini tangannya kembali mengocok Mr P saya. Sebenarnya di kocok menggunakan tangan tidak terlalu nikmat tetapi saya tetap pura-pura mendesah supaya Dewi termotivasi "aaaahhhh ibu gelii aahhhhhhh" Dewi yang sepertinya mendengar desahan saya sedikit tersenyum dan kali ini dia menciumi buah jakar saya, dengan sesekali di sedot sedot disitu. Agak sakit sebenarnya buah jakar saya di emut kuat gitu seperti mau copot, tapi saya tidak mau protes nanti Dewi jadi ilfeel.
Karena Dewi terlau fokus dengan kocok pakai tangan saya kurang suka lalu saya minta dia ganti.
Saya : "Bu pakai mulut dong, tadi enak kali pakai mulut geli kali Bu" (saya meminta Dewi dengan gaya seperti anak kecil merengek ke ibunya)
Dewi pun seperti ikut saja apa mau saya.
Lalu Dewi memasukkan Mr P saya ke dalam mulutnya, dia mulai dengan menjilati Seluruh Mr P saya dari bagian kepala sampai ke batang dengan lidahnya, geli sekali jilatan Dewi sepertinya Mr P dijilat menggunakan lidah adalah kelemahan saya, buktinya disini saya akhirnya mendesah secara tidak sadar "aaaahhhhh buuuu geli geli" saya protes ke Dewi sambil memegang pundak Dewi, tapi Dewi bodoh amat dengan rengekan saya dan tetap asik menjilati batang kemaluan saya itu. Bunyi "sluuurrrrpp sluuurrrrpp" lalu di akhiri dengan ciuman di ujung kepala Mr P Adah cara Dewi membuat nafsu saya semakin di ubun-ubun.
Lalu Dewi ganti gaya menghisap dengan menggunakan mulutnya, mulutnya dari ujung kepala Mr P masuk kedalam batang lalu masuk dan keluar. Hal ini sebenarnya kurang enak karena gigi Dewi kena ke Mr P saya dan itu sakit. Sesekali Dewi malah menggigit batang Mr P saya, entah apa maksudnya apakah sengaja untuk menyakiti saya atau selama ini dengan suaminya cara dia mengulum Mr P itu seperti itu.
Saya : "Bu sakit kena gigi ngilu"
Dewi yang mendengar saya berbicara melihat ke atas dengan mulut penuh MR P "eeengggggg ngggooohhh ngggooohhh" entah apa yang di bicarakan Dewi tapi kali ini giginya sudah tidak mengenai batang saya lagi.
Kali ini kuluman menggunakan mulut Dewi enak sekali, bibirnya kerasa seki di kepala dan batang Mr P saya. Lidahnya kadang bermain di dalam menjilat-jilat nakal. "Aaaarrrrrhhhhhhh buuuuuu buuuuuu saya gk kuatttt"
Saya mendesah kuat saya tahan suapaya gak kuat, Dewi yang asik mengulum kembali berbicara tidak jelas "ggguuhhhh nguuuhhhhh" kuluman Dewi semakin cepat, mulutnya semakin cepat maju mundur keluar masuk Mr P saya. Aaaaaahhhh saya coba tahan tahan. Dan akhirnya saya tidak kuat menahan lagi, saya pegang kepala Dewi. Saya dorong masuk ke salam kuat, dan saya lepaskan pertahanan di Mr P saya. Saya pun klimaks dengan mengencrotkan cairan di dalam mulut Dewi, tidak saya hitung berapa banyak bodo amat. Kepala Dewi saya tahan supaya sperma saya tetap di dalam mulutnya, meskipun saat itu Dewi seperti meminta untuk dilepaskan kepalanya, tangannya memukul-mukul paha saya.
Setelah saya liat Dewi seperti menelan sperms saya, baru saya cabut dan Dewi langsung tarik nafas panjang "huaaaaaahhhhh haaaaaahhhh haaaaaahhhh haaaaaahhhh" Dewi ngos-ngosan dan mulutnya menganga dan dia mencoba menelan sisa sperma di mulutnya, gleeeekkk ditelan lagi sperma saya. Lalu Dewi mengambil tisu di meja dan mengelap sisa sperma yang ada di bibir2 samping mulutnya, banyak bekas cairan putih disana.
Dewi masih ngos-ngosan dan nafasnya belum stabil, saya yg udah klimaks pun loyo, Mr P saya sudah tidur tidak bangun lagi. Saya kecewa dengan Mr P saya.

Saya : "ibu terimakasih ya, maaf ibu tadi saya tahan kepala ibu"
Dewi : "iya gpp bapak, sama-sama. Sebentar saya masih susah bernafas" (Dewi berbicara sambil terbata-bata, sepertinya dia masih sulit bernafas. Tapi herannya dia tidak marah. Berarti dia dan suaminya sering tembak di dalam mulutnya)
Dewi : "bapakk..... Saya ke kamar mandi dulu ya, mau cuci. Terus saya mau langsung pulang."
Saya : "iya ibu yauda cuci dulu"
Dewi : "iya bapak, udah lunas kan udah keluar bapak, jadi saya mau langsung pulang"
Dewi setelah berbicara langsung keluar kamar dan masuk ke kamar mandi, di kamar mandi saya dengar suara air kran dan beberapa siraman gayung. Mungkin dia mencuci mulut dan Mrs V nya. Selesai dari kamar mandi Dewi masuk ke kamar lagi karena jaket dan tas nya ada di kamar, Dewi pakai lalu dia berdiri di depan saya. Saya dari tadi masih duduk di kasur tetapi saya sudah pakai celana saat Dewi tadi di kamar mandi.
Saya : (bangkit memeluk Dewi) "ibu makasih ya, saya sayang sama ibu"
Dewi : "sama-sama bapak, saya juga sayang sama bapak. Saya mau seperti ini karena sayang banget sama bapak, bapak jangan kecewakan saya ya"
Saya bingung apa maksud Dewi berkata jangan kecewakan dia. Jadi saya iyakan saja.
Saya : "iya ibu gak akan kecewakan ibu"
Saya pun melepaskan pelukan Dewi dan Dewi pun langsung keluar kamar dan menuju pintu depan, saya hanya mengikuti Dewi dari belakang sampai di pintu depan, Dewi lalu membuka pintu dan keluar, tetapi saat Dewi mau menutup pintu saya minta dia masuk dulu.
Saya : "ibu sini dulu"
Dewi : "ada apa bapak?"
Saya : "ciuman dulu masa langsung pamit"
Dewi : "ih bapak nanti ada yang liat"
Saya : "gak ada itu makanya cepat sini"
Lalu Dewi masuk kembali ke dalam rumah hanya separuh badan dan kepalanya saja, disitu kami berciuman dulu "emmmuuuuaacchh emmmuuuuaacchh"
Lalu Dewi lepaskan ciuamannya dan dia pergi ke garasi, lalu pulang.

Saya hari itu memilih menunggu di rumah dulu 30 menit sambil makan, baru kembali ke kantor untuk bekerja.

Bersambung.
 
Terakhir diubah:
anjirrr ceritanya bikin emosi ikutan naik turun wkwkwk dewi pdhl udah mau tp masih tarik ulur sialan

dtunggu update nya hu
 
Yang berharap foto Dewi pas lagi sama saya tidak ada hu, saya katakan lagi dulu pernah ada tapi saya hapus. Foto-foto yang saya ambil adalah dari sosmed nya Dewi atau status WhatsApp nya.

Ini saya pilihkan foto yang mudah-mudahan bisa membantu suhu, membayangkan bagaimana yahud nya bodi Dewi. Hehe

 
Yang berharap foto Dewi pas lagi sama saya tidak ada hu, saya katakan lagi dulu pernah ada tapi saya hapus. Foto-foto yang saya ambil adalah dari sosmed nya Dewi atau status WhatsApp nya.

Ini saya pilihkan foto yang mudah-mudahan bisa membantu suhu, membayangkan bagaimana yahud nya bodi Dewi. Hehe

Semlohai hu.. mantab dewi
 
Kejadian saya berhasil memasukkan jari ke dalam celana Dewi mengobok-obok klitorisnya dan respons desahan Dewi yang aaahhhhh manja sekali itu adalah rezeki terbaik yang saya dapatkan di tahun itu. siapa yang sangka khayalan saya selama ini setiap malam justru mulai menjadi kenyataan. Dewi oh Dewi seminggu tak bosan saya onani sambil membayangkan bersetubuh denganmu.

Setelah hari Minggu yang membahagiakan itu, hubungan saya dan Dewi setelahnya semakin dekat. Jika dibilang kami pacaran tidak juga karena tidak ada ikatan di antar kami, panggilan di WhatsApp pun biasa masih ibu dan bapak. Ikatan yang kami miliki hanyalah ikatan perasaan dimana kami saling menyayangi satu sama lain (klw saya sebenarnya masih lebih sayang pacar saya sih hu haha)

Saya dan Dewi juga masih sama komunikasi hanya lewat WhatsApp. Kami saling memberi perhatian via WhatsApp seperti menanyakan sedang apa, sudah makan atau belum, dan memberikan semangat masing-masing menjalani aktivitas sehari-hari. Hanya saya tetap memberi perhatian khusus kepada anaknya sedang apa anaknya bagaimana sekolahnya dan kadang saya puji Dewi jika update status di WhatsApp bahwa Dewi semakin manis. Entah kenapa Dewi ini lebih menerima dipuji manis daripada klw saya puji dia cantik.

Dan untuk suami Dewi, kami sepakat bahwa chatingan kami hanya boleh di mulai jika Dewi yang chat saya duluan. Katanya Dewi takut jika saya yang chat duluan nanti yang baca dan balas chat nya suaminya. Karena itu pernah terjadi saat obrolan kami berhenti di tengah jalan chat saya di gantung Dewi, saat saya miscall Dewi yang mengangkat telfon adalah suaminya lalu langsung saya matikan. Dan saya pura-pura bertanya "pak, Bu Dewi mana, saya mau nanya celana panjang putih saya ditaruh dimana" dan dibalas suaminya "ibunya lagi mandi pak, tadi hapenya di meja tv" deeggggg jantung saya seperti mau copot apakah Bu Dewi sempat menghapus chat nya, apakah suaminya tau hubungan kami berdua. Jadi saya biarkan saja hape saya dan tunggu Dewi lalu saya fokus bekerja.

Sejam kemuadian Dewi chat saya
Dewi : "bapak maaf tadi saya mandi, bapak kok sampai nelfon sih, jadinya kan yg ngangkat suami"
Saya : "Iya saya tadi penasaran lama di balesnya ibu"
Dewi : "Owalah untung aja tadi saya hapus dulu chatnya sebelum mandi"
Duuhhh aman dalam pikiran saya sangat hati-hati sekali Dewi ini.

Di hari Sabtu, saat itu saya merasakan rindu yang mendalam ke Dewi, tak sabar rasanya menunggu Minggu esok hari bertemu dengan nya. Jadi saya chat saja Dewi jam 8 pagi di kantor
Saya : "Bu, sudah di rumah lagi apa"
Dewi : "ini lagi nyetrika baju bapak"
Saya : "oh iya hari ini ibu masak apa? Udah masak belum"
Dewi : "hari ini masak ikan sambel dan perkedel pak"
Saya : "wahhh favorit saya itu, jadi laper ini" (sebenarnya itu bukan makanan favorit saya ya hu)
Dewi : "ya pulang aja loh pak, makan dulu"
Saya : "oh iya bisa juga ya, yauda nanti jam 9 saya pulang"
Dewi : "yauda kalau gitu saya mau balik dulu bapak setrikanya sudah selesai"
Waduh kok udah mau pulang aja, padahal saya pulang bukan mau makan tapi ya ketemu Dewi.
Saya : "lah jangan pulang dulu lah ibu, temenin saya makan nanti"
Dewi : "lah ngapain makan minta temenin bapak, makan sendiri kan bisa, saya mau pulang buat beres-beres di rumah saya"
Saya : "duhh bukan gitu sebenarnya saya kangen sama ibu, pengen ketemu ibu dulu gk sabar kalau nunggu besok"
Dewi : "Halah bapak ini besok aja loh kan tetap ketemu, udah ya besok aja"
Saya : "hmmmm yaudah klw gitu pulang aja ibu 😔" (saya kirim emot sedih di belakangnya dalam hati yaudah harus nunggu besok berarti)
Dewi : "yauda bapak klw gitu saya tunggu di rumah"
Saya : (yesss asiiikkkk Dewi menunggu saya di rumah, minimal pasti bisa peluk dan cium Dewi ini)
Saya pun menuju parkiran kantor dan memacu sepeda mesin saya pulang ke rumah, jarak rumah ke kantor hanya 5 menit. 50 meter sebelum sampai rumah saya lihat dari jauh motor Dewi masih ada di garasi rumah YESS Dewi belum pulang, akan tetapi karena saat itu adalah hari kerja di daerah perumahan karyawan banyak pekerja kebun dan di halaman rumah saya ada seorang pekerja wanita. Masa bodohlah masuk rumah aja alesan aja kan ngambil barang ketinggalan di rumah.

Saya ketik pintu dan ternyata tidak dikunci dan saya langsung masuk dalam rumah, disana Dewi sedang duduk di kursi tamu tapi sudah memakai jaket dan memakai tas nya.
Saya : "eh udah mau pulang ibu, ayo loh makan dulu"
Dewi : "iya kan saya memang mau pulang bapak, cuma bapak katanya pengen ketemu ya saya tunggu"
Saya : "hehe yauda kalau gitu makan dulu yuk"
Dewi : "enggak bapak terimakasih, saya lagi program diet"
Saya : "eh ada angin apa ini kok tiba-tiba diet"
Dewi : "iya saya kayaknya tambah gendut loh bapak, jadi pengen diet"
Saya : "gpp loh gendut ibu, yang penting kan sehat. Lagian kan ibu udah laku ngapain diet, saya ini baru harus diet biar buncit perutnya hilang"
Dewi : "iya bapak itu diet loh, biar perutnya gak maju, pak yaudah ya saya pamit kan udah ketemu toh"
Saya : "loh cepat kali Bu, belum juga puas ketemunya"
Dewi : "mau sampai kapan pak, saya loh harus pulang ada kerjaan di rumah"
Saya : "tapi saya masih kangen sama ibu, rindu sama ibu, alasan aja saya mau makan ini"
Dewi : "owalah bapak ini, hemmmmmm" (Dewi menarik nafas sambil memandangi saya)
Waktu itu Dewi sudah berdiri di depan pintu seperti kemarin saat kami berciuman disitu.
Saya yang di depan Dewi pun membentangkan tangan memberikan kode ingin berpelukan dengan Dewi
Saya : "buuuuu rinduuuu"
Dewi : "sssssttttt bapak, lupa saya di luar kan ada orang kerja tukang kebun nanti mereka dengar"

Saya pun mencoba mengintip dari jendela rumah ke halaman depan memastikan dimana posisi pekerja tukang kebun itu, saya lihat di depan ada satu sedang bekerja. Lalu saya cek ke samping kanan,kiri, dan belakang rumah tidak ada. Berarti cuma 1 dan kebetulan yang didepan pekerja itu berjalan ke rumah tetangga berarti rumah saya sudah selesai.
Saya : "Bu orangnya sudah pergi"
Dewi : "bener pak? Hati-hati loh nanti kalau mereka curiga gimana"
Saya : "aman ibu gk mungkin udah kosong gk ada orang lagi"
Saya pun kembali merentangkan tangan mengajak Dewi berpelukan, Dewi yang mengerti kode saya langsung merespon melompat menuju pelukan saya.
Dewi :" emhhhhhh, bapak saya sebenarnya juga rindu bapak" (rengek Dewi manja di pelukan saya)
Saya : "loh apa iya? Gitu kok mau pulang"
Dewi : "saya sebenarnya dari hari Senin udah rindu sama bapak, pengen ketemu bapak tapi kan bapak lagi kerja, jadi ya saya tunggu aja"
Saya : "emang apa yang ibu rindukan dari saya?"
Dewi : "wajah bapak itu ngangenin, bahkan sampai mau tidurpun saya terus kepikiran sama bapak"
Saya : "waduh kok sama ya ibu saya juga setiap malam mau tidur kepikiran ibu terus"
Dewi : "bapak apa yang buat kangen sama saya?"
Saya : (waduh pertanyaan sulit ini, jika jawabannya bagus bisa naik level jika jawaban saya salah bisa zonk) "semuanya saya rindu dari ibu, wajahnya senyumannya manjanya pelukannya ciumannya semuanya lah pokoknya"
Dewi : "Halah bapak ini gombal playboy"
Saya : "apalagi yang Minggu kemarin paling rindu saya Bu"
Dewi : "ihhh bapak kan, porno loh bapak ini malah itu yang di inget" (lalu Dewi mencubit pinggang saya lumayan sakit, ini ibu2 nyubitnya beneran sakitnya)
Saya : "Bu..." (Saya panggil Dewi sambil menatap matanya)"rinduuu"
Dewi : (menatap mata saya juga) "sama saya juga rindu bapak)
Pelukan kami makin erat dan ya seperti yang kalian duga kami sudah berciuman, ciuman yang lebih pelan dari yang sebelumnya. Kali ini saya tidak mau mengikuti gaya agresif ciumannya Dewi. Saya lebih memilih pelan pelan saja.

Suara kecupan "emmmmhhhh" "aahhhhhh" "nngggghhhhh" keluar dari pagutan bibir kami. Dan sama seperti sebelumnya tangan saya aktif mengelus-elus punggung nya dari dalam baju. Sampai suara "emmmmhhhh ahhhhhhh" mulai keluar dari mulut Dewi, saya turunkan elusan saya ke pantatnya lalu saya remas-remas ke atas yang mengakibatkan desahan Dewi semakin kuat "aaaahhhhhhh pakk" "uuuhhhhhhh"

Dalam pikiram saya ini harus bisa lebih dari kemarin, saya ingin ajak Dewi ke kamar. Jadi saya lepas ciuamannya dan Dewi pun berhenti.
Saya : "Bu kita ke kamar yuk"
Dewi : "ngapain bapak ke kamar? Saya gk mau"
Saya : "enggak cuma pindah di kamar aja lebih nyaman bisa sambil duduk" (dasar otak mesum saya jago banget alibinya)
Dewi terdiam dan berpikir, waduh pasti gak mau nih Dewi, inisiatif saya pegang tangan Dewi lalu saya tatap matanya
Dewi : "yauda iya bapak, tapi gak aneh-aneh kan gak mau saya aneh-aneh"
Saya : "iya ibu ku sayang"
Saya pun menarik tangan Dewi dan mengajaknya berjalan menuju kamar saya. Di dalam kamar yang sudah rapi itu saya lepaskan tangan Dewi dan duduk duluan di kasur. Ternyata Dewi tidak mengikuti dan masih terdiam. Sepertinya dia masih ragu.
Saya : "sini ibu duduk" (saya menyuruh Dewi duduk di sebelah kanan saya)
Dewi lalu duduk di kasur sebelah kanan saya, saya lihat Dewi masih memakai tas nya yang saya rasa itu cukup mengganggu lalu saya ambil tas nya dan saya suruh taruh di meja samping kasur.
Saya : "ibu" (saya pandangi Dewi)
Dewi : (hanya diam dan malah memejamkan matanya)
Lalu saya kecup saja bibirnya dan kita pun berciuman kembali. Ciuman kali ini Dewi entah kenapa Dewi sudah mendesah "emmmmhhhh" tidak seperti ciuman kami di depan pintu ruang tamu.
Karena posisi ciuman kami yang menyamping tangan kanan saya pun merangkul punggung Dewi dan tangan kiri memegang tangan Dewi. Kecupan kami bergaya seperti menyedot panjang lalu ditarik kebelakang sampai berbunyi "eemmmmmuuuuaahhh emmmuuuuaacchh" kira-kira seperti itu. Karena posisi dari samping juga saya lihat disitu payudara Dewi yang sebelumnya jarang saya sentuh. Tangan kiri saya pun menyentuh payudaranya Dewi, saya remas pelan dan lembut supaya Dewi tidak kesakitan. Tetapi tangan Dewi justru memegang tangan kiri saya dan seperti meminta untuk meremasnya lebih kuat. Dan benar saja ketika saya remas lebih kuat Dewi langsung merintih "aaahhhhhhhh" saya remas lagi "aaaaahhhhhh" dalam pikiran saya eh buset kelamaan nih si dewi udah sange parah masih cuma mainin payudara doang.

Langsung saya dorong badan Dewi, supaya Dewi sekarang berbaring di kasur. Tanpa lama langsung saya timpa tubuhnya tetap saya cium, tangan kanan saya mengelus-elus telingnya target saya Dewi harus naik nafsunya setinggi mungkin.
Karena di teling tidak ada respons, saya pindahkan serangan ke payudara nya saya remas lagi payudanya kuat "aaahhhhhhhh" lalu saya remas lagi lebih kuat "aaaaawwww jangan sakit" ternyata kekuatan. Jadinya saya liat dengkul saya tepat di atas Miss V nya Dewi. Lalu saya sodokkan dengkul saya ke Miss V nya. Meskipun masih memakai celana jeans. Tetapi respons Dewi kali diluar dugaan.
Erangan Dewi semakin banyak dan panjang "emmmhhhh ahhhhhh emmmnnggg uuhhhhhh ahhhh bapaaakkkkkkk" saya gesek terus belum puas saya "aaaaaaaawwaa paaakkkkkkk" Dewi mendesah semakin kuat.
Mungkin karena jengkel nafsu birahinya di permainkan Dewi seperti tidak mau kalah, tangannya memegang Mr P saya dari luar celana, di elus-elus sebentar saja lalu dia buka kancing dan resleting celana saya, lalu masuk tangannya kedalam celana saya dan mengocok Mr P saya. Dikocok di dalam celana itu sebenarnya gk enak. Tapi saya pura-pura saja mendesah "aaaahhhh ibuuuuuu geliii" mendengar saya mendesah seperti itu si Dewi sedikit tertawa dan tersenyum.

Otak saya berkata ayo jangan lama, jadi saya langsung pegang kancing kemeja Dewi, saya buka kancingnya dari yang paling atas, kedua, dan saat mau membuka kancing yang ketiga Dewi baru sadar.
Dewi : "eh kok dibuka pak, jangan pak nanti org liat" (suara Dewi sangat pelan kali ini seperti memohon)
Saya : "gak ada yang liat ibu, sepi disini. Saya juga pengen Bu boleh ya boleh yaaa' (saya memohon ke Dewi)
Lalu Dewi pun membiarkan tangan saya membuka seluruh kancing bajunya. Dan terpampang lah disitu sebuah bra merah dengan sebuah payudara yang berukuran besar. Saya turunkan bra nya Dewi hingga nampak lah puting mungil berwarna coklat dengan payudara yang sudah tidak kencang lagi. (Payudara nya sudah kendor, tapi bodoh amatlah tetap aja tetek tuh nafsuin)

Saya pun arahkan mulut saya disana, saya cium dulu putingnya. Baru saya emut payudaranya, saya jilatin sekitar putingnya, dan tangan kanan saya meremas-remas payudara Dewi yang sebelahnya. Anehnya Dewi tidak mendesah kali ini, mungkin payudara bukanlah titik sensitifnya. Jadinya dengkul saya aktifkan lagi menggesek-gesek Miss V nya dan Dewi mendesah lagi "aaaahhhhh bapaaakkkkk aaaahhhhhhh" disitu Dewi juga sama masih mengocok Mr P saya dari dalam celana.
Bosan dengan payudara Dewi, fokuspun saya turunkan menuju kebawahnya, mulai dari pusatnya saya cium dan jilatin disana. Tapi Dewi tidak sensitif disana. Dalam pikiran saya sepertinya Memang harus Miss V nya ini.

Saya pun turun ke Miss V Dewi dan memegang celana jeans Dewi. Saat saya mencoba memegang kancing jeans nya, tangan Dewi menghalangi saya.
Dewi : "enggak pak, saya gak mau klw itu"
Saya : (kaget dan memandangi wajah Dewi) "ayolah Bu, udah kepengen banget"
Dewi : "egk bapak kalau itu saya gak mau"
Saya mencoba memaksa melepasnya, tapi Dewi tetap melawan bertahan.
Dewi : "gak mau saya bapak, klw bapak maksa saya pulang ini", (kali ini Dewi menolak dengan berbicara sedikit keras)
Melihat Dewi yang sepertinya marah, saya pun melepaskan kancing celananya dan memilih duduk di kasur.
Dewi pun lalu bangkit dari berbaring dan ikut duduk di kasur di sebelah saya, saya masih diam kaget karena tadi Dewi sepertinya marah. Saya lihat Dewi sedang memasang kembali bra nya dan mengancingkan kancing baju kemejanya. Setelah dia selesai kami lalu diam sekitar 5 menit. Sampai akhirnya Dewi membuka pembicaraan.
Dewi : "saya gak mau bapak, kalau sampai kesana, itu cuma punya suami saya"
Saya merasa bersalah kepada Dewi tetapi saya juga tidak mau menyerah sampai disini saja.
Saya : "maaf Bu, saya tadi terbawa suasana, nafsu saya sudah tinggi sekali tadi, saya tidak bisa berpikir jernih" (saya meminta maaf tetapi saya tidak berani memandang wajah Dewi)
Dewi : "saya juga tadi sudah basah banget bapak, ini saya (sambil menunjuk Miss V nya) bahkan sampai keluar tadi" (saya gk tau apa Dewi tadi sudah orgasme)
Saya : "ya tapi kenapa gak lanjut aja ibu?"
Dewi : "enggak pak, saya gak mau ini kita sudah melenceng jauh sekali, udah ya sampai sini aja saya juga mau balik"
Saya : "tapi saya kentang ibu"
Dewi : "kentang? Kentang apa toh pak"
Saya : "kena tanggung Bu, anu saya (saya tunjuk Mr P saya) kan belum keluar.
Dewi : "ohhh ini toh, yauda sampai keluar kan, yauda bapak berdiri sini"
Dewi menyuruh saya berdiri di depannya, tetapi Dewi tetap duduk di kasur. Lalu Dewi memegang celana saya dan menurunkan celana dan boxer saya. Terpampang lah Mr P saya yang dari tadi di kocok-kocok Dewi dari dalam celana.
Dewi : "ohhh ini toh yang kentang itu" (Dewi mengelus-elus Mr P saya hingga Mr P saya semakin mengeras).
Tangan Dewi pun mulai mengocok Mr P saya tapi karena Mr P saya masih kering. Kocokannya sakit.
Saya : "Bu sakit, basahin dulu"
Dewi pun sepertinya mengerti apa maksud saya dan langsung memasukkan Mr P saya ke dalam mulutnya, dia mulai membasahi Mr P saya dengan lidahnya. Geli sekali rasanya Mr P saya di gitukan Dewi. Dan langsung keras full Mr P saya. Kemudian Dewi keluarkan Mr P saya dari mulutnya, dan kali ini tangannya kembali mengocok Mr P saya. Sebenarnya di kocok menggunakan tangan tidak terlalu nikmat tetapi saya tetap pura-pura mendesah supaya Dewi termotivasi "aaaahhhh ibu gelii aahhhhhhh" Dewi yang sepertinya mendengar desahan saya sedikit tersenyum dan kali ini dia menciumi buah jakar saya, dengan sesekali di sedot sedot disitu. Agak sakit sebenarnya buah jakar saya di emut kuat gitu seperti mau copot, tapi saya tidak mau protes nanti Dewi jadi ilfeel.
Karena Dewi terlau fokus dengan kocok pakai tangan saya kurang suka lalu saya minta dia ganti.
Saya : "Bu pakai mulut dong, tadi enak kali pakai mulut geli kali Bu" (saya meminta Dewi dengan gaya seperti anak kecil merengek ke ibunya)
Dewi pun seperti ikut saja apa mau saya.
Lalu Dewi memasukkan Mr P saya ke dalam mulutnya, dia mulai dengan menjilati Seluruh Mr P saya dari bagian kepala sampai ke batang dengan lidahnya, geli sekali jilatan Dewi sepertinya Mr P dijilat menggunakan lidah adalah kelemahan saya, buktinya disini saya akhirnya mendesah secara tidak sadar "aaaahhhhh buuuu geli geli" saya protes ke Dewi sambil memegang pundak Dewi, tapi Dewi bodoh amat dengan rengekan saya dan tetap asik menjilati batang kemaluan saya itu. Bunyi "sluuurrrrpp sluuurrrrpp" lalu di akhiri dengan ciuman di ujung kepala Mr P Adah cara Dewi membuat nafsu saya semakin di ubun-ubun.
Lalu Dewi ganti gaya menghisap dengan menggunakan mulutnya, mulutnya dari ujung kepala Mr P masuk kedalam batang lalu masuk dan keluar. Hal ini sebenarnya kurang enak karena gigi Dewi kena ke Mr P saya dan itu sakit. Sesekali Dewi malah menggigit batang Mr P saya, entah apa maksudnya apakah sengaja untuk menyakiti saya atau selama ini dengan suaminya cara dia mengulum Mr P itu seperti itu.
Saya : "Bu sakit kena gigi ngilu"
Dewi yang mendengar saya berbicara melihat ke atas dengan mulut penuh MR P "eeengggggg ngggooohhh ngggooohhh" entah apa yang di bicarakan Dewi tapi kali ini giginya sudah tidak mengenai batang saya lagi.
Kali ini kuluman menggunakan mulut Dewi enak sekali, bibirnya kerasa seki di kepala dan batang Mr P saya. Lidahnya kadang bermain di dalam menjilat-jilat nakal. "Aaaarrrrrhhhhhhh buuuuuu buuuuuu saya gk kuatttt"
Saya mendesah kuat saya tahan suapaya gak kuat, Dewi yang asik mengulum kembali berbicara tidak jelas "ggguuhhhh nguuuhhhhh" kuluman Dewi semakin cepat, mulutnya semakin cepat maju mundur keluar masuk Mr P saya. Aaaaaahhhh saya coba tahan tahan. Dan akhirnya saya tidak kuat menahan lagi, saya pegang kepala Dewi. Saya dorong masuk ke salam kuat, dan saya lepaskan pertahanan di Mr P saya. Saya pun klimaks dengan mengencrotkan cairan di dalam mulut Dewi, tidak saya hitung berapa banyak bodo amat. Kepala Dewi saya tahan supaya sperma saya tetap di dalam mulutnya, meskipun saat itu Dewi seperti meminta untuk dilepaskan kepalanya, tangannya memukul-mukul paha saya.
Setelah saya liat Dewi seperti menelan sperms saya, baru saya cabut dan Dewi langsung tarik nafas panjang "huaaaaaahhhhh haaaaaahhhh haaaaaahhhh haaaaaahhhh" Dewi ngos-ngosan dan mulutnya menganga dan dia mencoba menelan sisa sperma di mulutnya, gleeeekkk ditelan lagi sperma saya. Lalu Dewi mengambil tisu di meja dan mengelap sisa sperma yang ada di bibir2 samping mulutnya, banyak bekas cairan putih disana.
Dewi masih ngos-ngosan dan nafasnya belum stabil, saya yg udah klimaks pun loyo, Mr P saya sudah tidur tidak bangun lagi. Saya kecewa dengan Mr P saya.

Saya : "ibu terimakasih ya, maaf ibu tadi saya tahan kepala ibu"
Dewi : "iya gpp bapak, sama-sama. Sebentar saya masih susah bernafas" (Dewi berbicara sambil terbata-bata, sepertinya dia masih sulit bernafas. Tapi herannya dia tidak marah. Berarti dia dan suaminya sering tembak di dalam mulutnya)
Dewi : "bapakk..... Saya ke kamar mandi dulu ya, mau cuci. Terus saya mau langsung pulang."
Saya : "iya ibu yauda cuci dulu"
Dewi : "iya bapak, udah lunas kan udah keluar bapak, jadi saya mau langsung pulang"
Dewi setelah berbicara langsung keluar kamar dan masuk ke kamar mandi, di kamar mandi saya dengar suara air kran dan beberapa siraman gayung. Mungkin dia mencuci mulut dan Mrs V nya. Selesai dari kamar mandi Dewi masuk ke kamar lagi karena jaket dan tas nya ada di kamar, Dewi pakai lalu dia berdiri di depan saya. Saya dari tadi masih duduk di kasur tetapi saya sudah pakai celana saat Dewi tadi di kamar mandi.
Saya : (bangkit memeluk Dewi) "ibu makasih ya, saya sayang sama ibu"
Dewi : "sama-sama bapak, saya juga sayang sama bapak. Saya mau seperti ini karena sayang banget sama bapak, bapak jangan kecewakan saya ya"
Saya bingung apa maksud Dewi berkata jangan kecewakan dia. Jadi saya iyakan saja.
Saya : "iya ibu gak akan kecewakan ibu"
Saya pun melepaskan pelukan Dewi dan Dewi pun langsung keluar kamar dan menuju pintu depan, saya hanya mengikuti Dewi dari belakang sampai di pintu depan, Dewi lalu membuka pintu dan keluar, tetapi saat Dewi mau menutup pintu saya minta dia masuk dulu.
Saya : "ibu sini dulu"
Dewi : "ada apa bapak?"
Saya : "ciuman dulu masa langsung pamit"
Dewi : "ih bapak nanti ada yang liat"
Saya : "gak ada itu makanya cepat sini"
Lalu Dewi masuk kembali ke dalam rumah hanya separuh badan dan kepalanya saja, disitu kami berciuman dulu "emmmuuuuaacchh emmmuuuuaacchh"
Lalu Dewi lepaskan ciuamannya dan dia pergi ke garasi, lalu pulang.

Saya hari itu memilih menunggu di rumah dulu 30 menit sambil makan, baru kembali ke kantor untuk bekerja.

Bersambung.
Bikin sange nih ceritanya, di tunggu lg kelanjutannya gan
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd