Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Dia-nya Hemat, Aku-nya Nikmat

uncuperak

Semprot Lover
Daftar
1 Jan 2023
Post
202
Like diterima
1.576
Bimabet
Ingin berbagi cerita (nama dan tempat disamarkan) yang penting happy ending croottt buat pembaca sekalian.

Seperti biasa, rutinitas harian yang menjenuhkan ditambah dengan beban kerja yang serasa tidak sudah berkehabisan membuat fisik ini terlihat lelah, bahkan psikis pun mulai terganggu. Akhirnya aku putuskan untuk mengajukan cuti beberapa hari kepada pimpinan, untuk menghilangkan dan mengurangi keadaan yang lagi tidak baik saat ini. Oh ya, perkenalkan namaku Pratama biasa dipanggil Tama. Usiaku saat ini 27 tahun dengan status single dan bekerja di salah satu instansi pemerintah daerah di Provinsi SS. Perawakan wajahku bisa dibilang cukup menarik perhatian kaum hawa, di tunjang dengan postur tubuh yang ideal dan tegap dikarenakan aku sendiri sering berolahraga rutin, setidaknya selalu jogging setelah subuh sebelum bersiap untuk berangkat kerja.

Hari ini raut muka ku tersenyum senang, karena cuti yang aku ajukan selama 3 hari kepada pimpinan di acc, dan dari sub bagian kepegawaian pun sudah menyiapkan surat cuti untukku. Yaa, aku akan liburan sesuai tujuanku dari awal agar kepenatan ini bisa berkurang bahkan menghilang dari ruwetnya rutinitas harian. Pulang dari kantor, segera ku persiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dan diperlukan untuk liburan ini. Tujuan pun sudah ku putuskan, yaitu liburan ke Provinsi DIY. Tiket pesawat PP sudah ku issued dari salah satu online travel agent begitupun dengan hotel yang akan ku tempati selama 3 hari 2 malam disana. Rasa tidak sabar untuk menanti hari esok, dan segera ku istirahatkan badan ini dengan lelap agar besok sudah bugar dan siap untuk menikmati liburan kali ini.

“saat ini kita telah tiba di bandara YIA, silahkan tetap duduk sampai pesawat ini berhenti dengan sempurna, penggunaan handphone dan alat elektronik lainnya dapat di aktifkan setelah berada di terminal bandara, terima kasih”. Yaa, finally tepat pukul 11.15 wib aku pun tiba di Provinsi DIY. Langung ku gandeng ransel dan keluar dari bandara menuju lantai 2 bandara untuk selanjutnya naik KRL. Saat memasuki KRL kulihat ada kursi kosong, langsung ku duduk disana sambil ransel ku pindahkan di depan kakiku. Yaa okupansi penumpang KRL ini cukup padat dikarenakan tiket yang murah dengan tujuan ke kota lebih cepat. Hampir sebagian besar penumpang yang tiba di bandara akan memilih KRL ini sebagai transportasi lanjutan menuju kota.

“permisi, mas” tiba-tiba penumpang KRL disebelahku menyapa. Aku pun segera menoleh dan memperhatikan, ternyata sesosok perempuan dengan setelan kaos you can see dipadu jeans belel warna hitam dan sepatu kets. Di depan kakinya pun terlihat ada ransel yang menyerupai ransel gunung ukuran kecil. Wajahnya bulat, pipinya sedikit chubby dengan rambut yang dikuncir, cukup manis senyumnya. “ohh iyaa..” ujarku. “mas orang sini (provinsi DIY) atau pendatang juga ya” katanya. “emang kenapa?” aku pun menimpali. “gak apa-apa, mau tanya-tanya soal transport dan penginapan” dia berkata. “ohh, sepertinya aku sama dengan kamu, sama-sama pendatang” kataku sambil tertawa ringan. Dia pun juga tertawa setelah mendengar jawabanku itu. “emang kamu dari mana? Mau liburan juga ya disini?” aku bertanya. “oh iya mas, aku dari Provinsi L dan seperti tebakan mas tujuanku kesini mau liburan, makanya aku bingung karena niat awalnya backpacker” ujarnya.

Obrolan kami pun berlanjut, membahas beberapa destinasi wisata yang ada di Provinsi DIY ini. Oh ya, aku pun sudah berkenalan dengan teman ngobrolku di KRL ini. Namanya Kartika Permatasari, katanya cukup panggil Tika. Usianya ku prediksi sekitar 22-23 tahun, karena dia bercerita liburan ini sudah direncanakan setelah selesai menempuh kuliahnya sebelum memasuki dunia kerja. Tinggi badan sekitar 160 cm dengan berat badan ku perkirakan sekitar 55 kg sehingga bentuk tubuhnya pun terlihat montok dan padat (gemoy) apalagi ditunjang dengan payudara yang besar tercetak di kaos you can see nya itu, kulitnya kuning eksotis khas kulit wanita Indonesia umumnya.

Tidak terasa KRL pun beberapa saat lagi akan tiba di stasiun tujuan, yaitu stasiun T. Sambil mempersiapkan diri dan check disekitar takutnya ada barang yang tertinggal nantinya. “gimana, udah diputuskan nih Tika rencana selama disini?” ujarku. “masih bingung mas, ini juga belum cari penginapan dan baru pertama kali mengunjungi kota ini” dengan muka bingungnya iya berucap. Dari obrolan tadi, intinya Tika ini mencoba menjadi backpacker dengan budget minim tapi bisa mengeksplore wisata dengan maksimal. Langsung saja ku berkata “klo begitu, ikut aku aja dulu.. kebetulan aku sudah pesan hotel di seputaran stasiun ini, Tika bisa istirahat dulu dan memikirkan rencana berikutnya”. “ehmm, oke deh Mas Tama, tapi gak merepotkan kan... aku numpang sebentar ya sambil memikirkan rencanaku” ujarnya.

Kami pun segera keluar dari stasiun T dengan berjalan kaki, karena hotel yang aku pesan posisinya tidak jauh dari stasiun ini dan sangat dekat untuk menjelajahi jalan M yang sudah sangat terkenal dengan ramai pedagang kaki lima. Sekitar 10 menit berjalan, kami pun tiba di hotel, sebuah hotel bintang 3 diantara pertigaan sudut jalan. “Tika duduk disana dulu, aku mau urus check-in di resepsionis” ujarku sambil menunjuk sepasang kursi di lobby hotel tersebut. Di meja resepsionis pesananku sudah terdata, aku pun request kamar smooking room dan double bed. Petugas resepsionis menyerahkan keycard sambil berucap “ini pak kamar 218 di lantai 2 ya”. Aku pun segera mendekati kursi yang di duduki Tika “ayo, kita ke kamar” ujarku.

Setibanya di kamar, segera ku taruh ransel di lemari yang disediakan dan langsung ku duduk di pinggir jendela sambil mengeluarkan rokok favoritku untuk ku nikmati terlebih dahulu. Ku lihat, Tika pun begitu iya menaruh ranselnya dan tanpa sungkan langsung merebahkan tubuhnya di kasur. Tidak lama kemudian, Tika mengubah posisi badannya terlungkup dengan menopang wajah manis dengan kedua tangannya menghadap ke arah aku yang lagi duduk menikmati setiap hisapan rokok yang telah nyala. “Mas Tama, kira-kira sekitar sini ada hotel murah gak yaa? Aku mau cari hotel dulu” katanya. Aku pun memperhatikan ke arah Tika, karena tumpuan tangannya itu, kedua payudaranya menyembul seakan ingin keluar dari kaos you can see nya, sesaat aku melongo, entah takjub atau jadi panas melihat pemandangan itu. “lho, katanya mau hemat.. udah tidur disini saja” timpalku. “ihhh... gak mau ahh, bahaya ntar malah jadinya gak bisa tidur klo sama mas Tama” kata Tika sambil tersenyum genit. “Ehh, klo tidur malah aman, sama-sama terlelap, yang bahaya itu itu klo gak tidur” kataku lagi sambil tertawa kecil. Tika pun membalas dengan tertawa atas ucapan ku tadi.

“benaran nih mas, gak apa-apa?” Tika dengan wajah ragunya berkata. “iya, benaran.. Tika disini saja nanti kita bisa eksplore bareng, kebetulan aku juga sudah sewa motor nanti sore diantar kesini dan kita bisa eksplore wisata disni” ujarku. “baiklah, tapi janji yaa gak macam-macam” Tika pun menimpali. “Iyaaa, janji... gak macam-macam, cukup satu macam aja” kataku sambil tertawa dan diiringi tawa ringan dari Tika juga. Kami pun berdiskusi untuk menyusun rencana selama disini. Sore ini kami jadwalkan mengunjungi salah satu spot di wilayah GK dengan ketinggiannya bisa menikmati gemerlap lampu dan cahaya bintang. Tika pun setuju dengan usulku tersebut, tidak lama handphone ku berbunyi ternyata dari rental motor yang mengabarkan klo sudah berada di depan hotel. “aku ke bawah dulu ya, ini motor yang dirental udah sampai” ujarku. “okehh mas Tama, klo begitu Tika mandi duluan yaa buat siap-siap jalan sore ini.

Begitu kembali ke kamar, ternyata Tika masih di kamar mandi. Gemericik air dari kamar mandi langsung membuat pikiranku membayangkan tubuh Tika yang sedang berendam di bathtub sambil menyabuni seluruh bagian tubuhnya. Lamunan-lamunan jorok itu terus terbayang sambil kembali ku hisap rokok kembali. Tiba-tiba lamunanku buyar dan berubah terkesima melihat Tika keluar hanya dililit handuk hotel yang menampakkan belahan dadanya dan paha putih mulusnya. “hayooo.. lihat apa, sana Mas Tama mandi, Tika mau ganti pakaian ini” katanya. “iyaa... iyaaa” ujarku sambil melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Di kamar mandi segera ku basahi tubuh ini, karena melihat pemandangan indah tadi ternyata burung kecilku yang berukuran 15 cm ini ikut berdiri, ahh sial.. Tika sudah buat tubuh ini mengerang seolah-olah berkata, itu sasaran sudah di depan mata, dengan cepat ku tuntaskan urusan mandi untuk segera keluar.

Ternyata Tika sudah berganti kostum saat ini, ku perhatikan sejenak dari kepala hingga ujung kakinya. Tika cukup cantik, menggunakan kaos pink yang ketat sehingga membentuk lekuk dari payudaranya yang estimasiku berukuran 36B di padukan dengan hotpant levis yang menampakkan paha mulusnya dan bongkahan pantat yang sempurna. “yakin nihh, setelan yang dipake?” kan kita naik motor ujarku. “ya elah mas.. ini kan udah sore dan menjelang malam, jadi gak terik lagi cuaca, nanti juga Tika pake hoodie kok” katanya. Akhirnya aku pun bersalin juga, mengikuti style Tika sore itu, ku gunakan kaos oblong putih dengan celana pendek ¾ hitam yang aku bawa. “oke partner eksploreku, kita jalan yuk” ujar Tika. “siap, partner tidurku” ucapku dengan guyonan. Tika pun tersenyum sambil mencubit kecil lengan tanganku.

Segera kamipun beranjak pergi, karena suasana yang sudah mencair Tika pun tidak sungkan memeluk tubuhku saat diperjalanan. Sesekali ku rasakan gundukkan kenyal itu yang menempel di pundakku. Hampir 30 menit perjalanan, tiba juga kami di spot tersebut yang lagi populer untuk dikunjungi, yaa HH Skyview itu tempatnya. Kami pun berkeliling di area tersebut, dan di titik tertentu Tika dengan semangatnya meminta kepadaku untuk mengabadikan potret dirinya dengan background yang menunjukkan sedang menikmati kerlap-kerlip lampu kota. Setelah puas berkeliling dan mencari spot foto, segera ku ajak Tika untuk masuk ke resto, untuk makan malam. “ayo makan dulu, dari siang kita belum makan ini” ujarku. “boleh deh mas... tapi, mas Tama yang bayar yaa” kata Tika dengan genit.

Sambil menikmati makan malam kami pun kembali bertukar cerita, dari situ ku ketahui ternyata Tika anak broken home yang tidak terpenuhi kasih sayang dan perhatian orang tuanya. Dia lebih memilih untuk tidak ikut ayah atau ibunya, tapi ikut tinggal bersama neneknya. Dia pun bercerita sambil kulihat kerlingan sedih dari matanya dan tiba-tiba bersandar di samping bahuku. Aku pun membiarkan itu, mungkin tika perlu rasa nyaman yang tidak di dapatkannya selama ini. Tak lama berselang, ku usap rambutnya sambil berkata “udah yuk, jangan sedih lagi.. kan disini kita mau senang-senang” sambil memegang tangannya untuk beranjak pergi dari tempat itu. Kami pun segera melangkahkan kaki menuju parkiran, “mau kemana lagi yaa” ujarku. “pulang ke hotel aja mas, kita istirahat dulu sambil menyusun rencana esok hari” jawab Tika. Segera ku starter Vespa rental itu, dan Tika sudah duduk manis di belakangku.

Kami pun berjalan kembali menyusuri kota yang di setiap sudutnya penuh kenangan ini, Tika memeluk erat tubuhku dari belakang sambil menyenderkan kepalanya di pundakku. Sepertinya, kali ini ku ukir kenanganku bersama perempuan yang baru ku kenal beberapa jam lalu di kota ini, kataku dalam hati. Tidak terasa, kami pun sudah tiba kembali di hotel. Ku parkirkan Vespa itu di tempatnya dan kemudian kami pun berjalan menuju kamar, kali ini Tika sudah tidak segan untuk menggandeng tanganku. Layaknya kami seperti pasangan muda yang sedang di mabuk asmara. Sesampainya di kamar, Tika langsung merebahkan badannya di kasur sambil berguman “lumayan capek hari ini, tapi aku senang”. “tau gak mas Tama, aku senang kenapa?” tanyanya. “yaa senang abis jalan-jalan” ujarku. “yeee... salah, aku senang karena hari ini pengeluaran ku 0 rupiah, kan Mas Tama semua yang bayar” Tika sambil tertawa. Akupun ikut tertawa mendengarnya, sambil berucap dalam hati... ayooo bayar aku dengan cara lain.

Sambil bercengkerama, kami berdua membongkar kembali isi tas masing-masing untuk bersalin pakaian. Badanku pun membelakangi Tika yang saat bersamaan juga sama-sama sedang berganti pakaian. Setelah membalikkan badan, aku pun terperangah kembali. Tika hanya menggunakan daster mini dengan belahan dada yang rendah. Otomatis kali ini aku dapat melihat kembali gundukan payudaranya yang menyembul, paha putih mulusnya pun kembali terpampang dengan jelas. Naluri lelaki, batang kejantananku langsung mengetahui radar itu dan seolah mengembang sesak memenuhi celana pendek yang ku kenakan. “mas Tama, nanti Tika tidur di bawah aja yaa beralaskan selimut, mas Tama di kasur” kata Tika. Aku pun berkata “lha nanti klo aku kedinginan gimana, selimutnya dipakai Tika... kita berdua di kasur aja, kan tadi udah dibilang klo tidur matanya merem, yang bahaya itu klo gak tidur” kataku. Akhirnya kami pun naik ke tempat tidur, bercerita kembali sambil menonton TV dan sesekali membuka handphone.

Aku masih asyik menonton TV, Tika pun meminjam lenganku untuk sandaran tidurnya. Dengan senang hati ku persilahkan Tika untuk berbaring di sisiku. Aku masih asyik menyaksikan film action di TV dan ku lihat Tika sudah terpejam di sampingku larut dalam mimpi tidurnya. Mataku teralihkan, melihat paha mulus Tika karena dasternya tersingkap. Ku lihat bayangan gundukan yang masih dilapisi dengan CD imutnya yang berwarna putih. Kembali naluri lelakiku berontak, aku pun mulai mengelus rambutnya dan tidak ada reaksi apapun dari Tika. Perlahan tanganku mulai nakal menjalar dan bergerilya di tubuh Tika, ku coba untuk memegang payudaranya yang kenyal itu dan tidak ada reaksi penolakan apapun dari Tika. Hanya eluhan-eluhan kecil dari nafasnya ku rasakan yang semakin memberat. Ku dekati wajah cantiknya dan ku sentuh bibirnya dengan sedikit kecupan, lagi-lagi tidak ada reaksi apapun. Aku memainkan lidah disekitar bibirnya, dan tiba-tiba mulut Tika membuka seakan menerima kehadiran lidahku ini. Fix, Tika tau dan sadar dengan kondisi ini.

Tika pun membuka matanya, dan tersenyum memandangku. Kami pun terdiam sejenak dengan saling berpandangan. Perlahan, bibir kami pun kembali menyatu. Kali ini ciuman-ciuman itu sudah bercampur dengan nafsu, nafas berat diantara kami semakin menggelorakan hasrat dalam peraduan ini. Tentunya tanganku pun tidak berdiam diri, kembali ku raih payudaranya dan ku sisipkan melalui celah dasternya. Perlahan berhasil ku raih puting kecilnya itu, dan mulai kumainkan dengan pelintiran halus dari jemariku, ahh... ahh... hanya itu yang terucap dari bibir mungilnya. Dari dua gundukan itu tanganku kembali menjamah ke bawah menuju gundukan kecil yang terbelah. Ku rasakan CD imut putih yang kulihat tadi sudah basah, Tika semakin mengerang ketika ku sentuh bagian dalamnya dengan bulu halus disekitar belahan itu, uhhh... uhhh... ahhh... lenguhan Tika kembali ku dengar.

Pergumulan panjang itu, ternyata sudah memuluskan tubuh kami berdua. Entah kemana pakaian yang kami kenakan, sehingga sudah saling bersentuhan kulit tubuh diantara kami. Tiba-tiba, Tika beralih menuju ke kakiku sambil berkata “mas Tama, Tika sharecost lewat service aja yaa” ucapnya genit. Tanpa sempat menjawab, mulut mungil Tika sudah berada di ujung penisku yang berdiri tegak. Di jilatnya secara perlahan dari kepala hingga pangkal batangnya. Tangannya pun nakal sambil memainkan biji zakarku, sungguh sensasi yang luar biasa kurasakan, aku hanya terdiam menikmatinya. Plokkk... plokk... plokk... mulut mungil itu sudah penuh sesak mengulum penisku, ahhh.. ini sangat nikmat erangku dalam hati. Dengan telaten Tika mulai menikmati seolah-olah batang penisku itu ice cream kesukaannya.

Sesaat menikmati sensasi itu, ku angkat kepala Tika yang lagi asyik menikmati batang penisku. Kucium kembali bibir mungil itu dan kami pun saling bersilat lidah. Tanganku kembali merengkuh payudaranya yang tidak cukup di genggam dalam tangan ini. Tika pun menggoyangkan badannya untuk menggesekkan vaginanya di ujung batang penisku. Ahh... ahhh... ahhh... erangan Tika kembali terucap disela-sela ciuman panas kami. Ku baringkan tubuhnya di sampingku masih dengan ciuman yang saling beradu. Kali ini tanganku beralih ke bagian bawahnya, ku sentuh kembali vagina dengan bulu halusnya itu. Perlahan ku mainkan jari-jariku mulai memasuki liang senggamanya. Ouwh... Tika sedikit menjerit ketika jariku sudah menyentuh klitorisnya. “Terus mass... terus..” ujar Tika. Dengan semangat ku kocok dengan jariku, dan tak lama kemudian, ahhh.... lenguhan panjang Tika dan kurasakan jari tanganku basah dengan cairan yang membanjiri vaginanya, orgasme nikmat sudah Tika dapatkan.

Ku biarkan Tika menikmati sesaat, kenikmatan yang baru diraihnya. Aku pun beralih dan membalikkan badannya, dan mengangkat pinggangnya. Sekarang posisi Tika telungkup dengan pantat yang terangkat ke atas. Segera ku dekati dari belakang, ku gesek-gesekkan penis ini secara perlahan. “ayoo mas... masukkan” ujar Tika. Dengan tempo yang perlahan mulai ku masukkan ke lubang vaginanya sampai keseluruhan batang penisku sudah penuh memenuhi dinding vaginanya dan Tika kembali mengeluh, ahhh... ahhh... Ku diamkan sesaat, setelah itu mulai ku goyangkan pinggang maju mundur, menghujam vaginanya dengan penisku yang semakin mengeras ini. Sungguh, masih terasa sempit yang kurasakan, batang penis itu seperti di jepit dan di cengkeram oleh dinding vaginanya. Ahhh... Ohhh.... Ahhh.... Ahhh... Ohhh... hanya itu yang terucap dari erangan dan eluhan Tika. Tanganku pun tidak tinggal diam, sesekali ku pukul lembut pantat sekalnya dengan penuh nafsu yang membara.

Mungkin ada sekitar 10 menit aku memposisikan doggy style tersebut. Aku pun sudah sedikit lelah tapi nafsu ini sedikitpun tidak ingin menyerah. Kemudian ku lepaskan penisku dari lubang kenikmatan itu, aku pun berbaring. Tika pun mengerti keinginan dan kemauanku. Dengan berjongkok membelakangi wajahku, Tika kembali mengarahkan batang penisku ke vaginanya, ahhh... ahh... begitu ujarnya. Perlahan Tika turun naik seperti gerakan memompa, batang penisku kembali terasa sesak di jepit dinding vaginanya itu. Dari sudut pandangku, ku pandangi punggung mulusnya itu. Semakin lama goyangan Tika semakin membuatku meracau, menikmati setiap pompaan dari tubuhnya yang menghujam batang penisku. Ohhh... ohh... ahhh... ahh... suara erangan kami saling bersahutan. Tika pun terlihat lelah, aku pun kembali mengangkat dan membaringkan tubuhnya.

Kali ini aku memposisikan diri, diantara kedua pahanya dengan mengangkanginya kembali ku arahkan batang penisku untuk masuk ke liang kenikmatan itu. Blesss... pelan-pelan masuk tertanam penuh hingga ujung rahimnya. Kembali ku pompa dengan tempo pelan bertahap kencang, erangan dan eluhan Tika kembali terdengar ahhh... ahhh... ahhh... kulihat bola matanya yang semakin mengecil, menandakan kenikmatan yang dia dapatkan saat itu. Mungkin sekitar 5 menitan aku terus memacunya, sekarang kurasakan tubuh ini semakin memanas sebentar lagi aku akan mengeluarkan cairan kental putih yang sudah 2 minggu ini tertahan efek dari pekerjaan. Tika pun begitu, “mas tama... aku mau pipis lagi” ujarnya. “sebentar yaa, aku juga sudah mendekati klimaks ini” kataku. Kembali ku pompa dengan cepat dan tidak lama itu crooottt... crooott... crootttt... ku tembakan cairan putih, lambang kejantananku ke dalam rahimnya. Tika pun begitu, ahhh... ahhh... orgasme kedua dia dapatkan kembali. Cairan kami yang sudah tercampur menjadi satu membuat batang penis yang masih tertanam di vaginanya terasa lebih hangat. Ku diamkan sesaat untuk merasakan sensasi itu, sambil badan yang berkeringat ini roboh diatas pelukan Tika. Kemudian, ku kecup keningnya sambil berucap “terima kasih, Tika untuk servicenya”. Tika pun tersenyum menandakan dia juga ikut menang bahkan 2 kali menang, pertama tidak mengeluarkan biaya liburan ini dan kedua dia mendapatkan kenikmatan orgasme dengan luar biasa.

Masih dengan tubuh telanjang kami berdua, aku pun berbaring disampingnya. Ku tarik selimut untuk menutupi tubuh ini yang dari panas kembali berangsur dingin oleh hembusan AC di kamar ini. Mata kami sama-sama terpejam, lelah dari perjalanan di tambah energi yang terkuras dengan pertempuran ini. Hingga tidak terasa pagi pun menjelang, ku lihat sinar mentari pagi mulai membayangi jendela kamar. Ku Kecup kening Tika sambil membangunkannya, Tika pun masih bergelendotan manja di sampingku, seolah tidak ingin lepas dan melewati saat bersama ini.

“Ehm, hari ini kita kemana yaa” ujarku pada Tika. “sepertinya wisata dengan bertemakan air enak nih, mas... terserah apa kita ke pantai atau kita ke waterpark” Tika menjawab. “iya...iya.. aku ikutin maunya kamu, kita wisata air malamnya bertukar lendir” kataku sambil tertawa kecil. Tika pun kembali mencubit dadaku “ihhh, maunya mas Tama itu” sambil sedikit memasang wajah cemberut yang kulihat tetap manis. Hari ini kami awali dengan sarapan, kemudian bersiap eksplore kota ini. Rencanaku, akan ku ajak ke arah selatan untuk menikmati deburan ombak disana dan siangnya mencoba seafood segar di pantai sebelahnya. Begitulah hari yang terlewati malam itu kembali terulang seperti malam sebelumnya. Hingga tiba esok harinya kami berpisah, Tika berencana untuk lanjut mengunjungi saudaranya di Kota S sedangkan aku harus kembali ke rutinitasku lagi. Sebuah kecupan manis memisahkan perjalanan kami 3 hari 2 malam ini, tentunya kami juga sudah saling menyimpan kontak untuk terus saling berkabar, dan berencana untuk eksplore kota lainnya lain waktu bersama lagi. Terima kasih Tika, seperti katamu... Tika hemat, Tama nikmat.

“flight attendant, take-off position” kata pilot dari speaker ku dengar, pesawat bergerak kencang dari landasan hingga terbang ke atas awan. Ku lihat sejenak ke arah jendela kecil itu, memandangi kota yang telah memberikan kenangan indah. Aku pun tersenyum sendiri, masih membayangkan Tika yang ada disampingku beberapa hari ini. Semoga kembali bisa bersama di lain waktu nanti.
 
nah ini dia harapan yg masih jadi mimpi saat masih bujang n suka jalan2.. tapi ah, sudahlah.. mantab ceritanya om..
 
Mantap certanya. Refreshing plus kenikmatan tak terduga.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd