Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Seru ceritanya?

  • iya

    Votes: 52 91,2%
  • tidak

    Votes: 6 10,5%

  • Total voters
    57

DIARY ANISA (Aisha & Nisa)
Part 10 "Together"
Genre:Lesbian,21+,Eksibisionis







Pov Nisa

Aku dengan lembut menarik tangan Aisha, membawanya masuk ke dalam kamar kosku, dan mengunci pintu dengan rapat. Dengan perasaan tegang dan canggung, aku mengiringinya menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamar tersebut.

Aisha tampak memakai kaos putih polos yang sempurna dibalut dengan outer abu-abu di tambah hijabnya menambah kecantikanya. Celana jeans ketat yang membentuk tubuhnya menambah kesan sexy dan mengoda saat dia berjalan.


"Tapi aku belum pernah mandi bareng sebelumnya, Nisa. Aku malu," kata Aisha dengan suara ragu.

"Tidak usah malu, toh kita sama-sama perempuan," jawabku dengan lembut, mencoba menenangkan Aisha.

Dengan perlahan, aku mulai melepaskan outer-nya. Tiba-tiba, aku terkejut saat melihat apa yang sebenarnya dipakainya. Aku pikir selama ini Aisha mengenakan kaos polos, ternyata ia hanya mengenakan tank top.

Pundaknya yang terbuka dengan kulit putih mulusnya terpampang di depanku. Aku tidak bisa menghindari rasa kagum pada keindahan dan kelembutan kulitnya.

Gile, Aisha, penampilannya berani sekali. Untung tadi tidak jadi ke bengkel ABC, bisa saja ia di perkosa karena penampilannya. Bayangkan saja, wanita berhijab mengenakan tank top dan hanya dirangkai dengan outer. Pasti membuat sepasang mata yang melihatnya tergoda


"Maaf, Nisa, aku malu," ucap Aisha sambil menyilangkan tangannya, menutupi dadanya, dan menundukkan wajahnya.

"Tidak usah malu, sayang," kataku lembut sambil menyingkirkan tangannya yang menutupi dadanya. Kini terpampangnya seorang wanita berhijab yang hanya mengenakan tank top.

Kulit putih mulusnya membuatku semakin tergoda, Saat itu, detak jantungku semakin kencang. Aku merasa napasku tersangkut di tenggorokan. Pandanganku tak bisa lepas dari tubuhnya yang menggoda.



Kini, ketika aku melihatnya dengan lebih dekat, aku sadar bahwa tidak ada tali bra di pundak Aisha. Apakah dia tidak mengenakan bra? Dengan perasaan berdebar, aku menurunkan sedikit tali tank top-nya, dan ternyata aku tidak menemukan tali bra itu. Berarti Aisha memang tidak mengenakan bra.

yang benar saja ini si aisha sudah berhijab hanya memakai tank top dengan di balur outer di tambah lagi tidak memakai bra


"Udah, Nisa, jangan gitu, aku malu," kata Aisha sambil menyingkirkan tanganku.

"Aku tidak akan berbuat macam-macam, kok, Aisha. Tenang saja, kan kita sama-sama cewek," kataku sambil mencoba menenangkannya.

Meskipun dia menolak, aku bisa merasakan detak jantungnya yang berdebar-debar, begitu juga dengan diriku sendiri.

Dengan gerakan yang perlahan, aku menurunkan tali satunya lagi dan dengan tarikan ringan, aku mulai melorotkan tank top-nya ke bawah.

Saat kain itu turun, kedua payudaranya yang cantik mulai terungkap di hadapanku. Aku merasa terpesona oleh indahnya tubuhnya yang terbentang di depan mataku, dan denyut jantungku semakin cepat. Kulitnya yang halus dan putih mulus terpapar di bawah cahaya, menggoda mataku dengan keseksianya.

Dengan setiap sentuhan kain yang meluncur perlahan, aku bisa melihat bagian-bagian dari tubuhnya yang tersembunyi sebelumnya. Pemandangan itu mempesona, membuatku semakin tak bisa berpaling darinya.



Dengan hati yang berdebar-debar, aku menggerakkan tangan ke kancing celana jeansnya, aku membuka kancing itu. Setelah itu, dengan perlahan-lahan, aku menarik resleting celananya ke bawah. Begitu aku menurunkan celana jeansnya, rasa terkejut melanda saat aku menyadari bahwa Aisha tidak mengenakan celana dalam.


Kepanasan mulai merasuki tubuhku saat aku melihat vaginanya yang indah tanpa bulu terpampang . Aroma kegairahan dan ketegangan terasa di udara, memperkuat getaran yang terasa di seluruh tubuhku. Aku merasa seperti terhipnotis oleh kecantikan dan keseksian tubuhnya yang telanjang yang masih mengenakan hijab yang terungkap sepenuhnya di depanku.

Aisha menatapku dengan wajah malu-malu saat dia menutupi payudaranya dengan satu tangan dan bagian vaginanya dengan tangan yang lain. "Nisa, kamu juga harus melepaskan bajumu. Aku jadi merasa malu," ujarnya dengan suara serak, terlihat bagai gadis yang tersipu malu di depanku.



"iya bentar sayang ini juga mau telanjang kata" ku

Dengan perasaan yang bercampur antara malu dan nafsu yang mendalam, aku mulai melepaskan pakaianku satu per satu.

Pertama-tama, dengan gerakan gemetar, aku mulai membuka kancing kemejaku. Setiap kancing yang terbuka terasa seperti detik-detik yang membawa keintiman semakin dekat.

Saat kemejaku terlepas, kedua payudaraku masih terbungkus oleh bra berwarna merah, tampak indah di bawah cahaya kamar mandi menambah pesona di hadapan Aisha.

Matanya Aisha terbelalak saat pandangannya memandangi tubuhku yang hanya tertutup oleh bra berwarna merah. Sorot matanya terpaku pada kedua payudaraku yang masih terbungkus oleh Bra merah yang terpampang indah di hadapannya, menimbulkan rasa gairah di antara kami.



Dengan perlahan, aku melorotkan celana panjangku, memperlihatkan celana dalam berwarna merah yang melengkapi setelan dengan bra-ku. Warna merah yang cerah kontras dengan kulitku, menambah kesan sensual pada penampilanku di hadapannya.

Mata Aisha melebar memandangi pemandangan yang tak terduga di depannya,seorang gadis berhijab yang berani tampil dengan bra dan celana dalam berwarna merah. Ekspresi terkejut dan kekagumannya tak bisa disembunyikan. Pemandangan itu seperti lukisan erotis yang tak terduga di galeri kehidupannya.

Aisha merasakan detak jantungnya semakin cepat saat dia melihatku, langkah demi langkah, aku melepaskan bra berwarna merahku dengan gerakan yang gemetar.

Aku berdiri di hadapannya, matanya terpaku pada pemandangan yang begitu sensual. Dengan perlahan, aku melepaskan kaitan bra itu, memberi sentuhan lembut pada kain yang menyentuh kulitku.

Saat bra itu akhirnya terlepas, kedua gunung kembarku terpampang di hadapan Aisha, Kedua payudaraku tergantung dengan lembut, memancarkan keindahan alami yang menawan. Bentuknya besar dan bulat, menggoda dengan lekukannya yang sempurna

Putingku yang berwarna pink berdiri tegak di tengah-tengah bukit payudaraku, menggoda untuk disentuh dan dirangsang.

Aisha tak bisa menyembunyikan kekagumannya saat matanya terpaku pada kedua bukit indahku yang terbuka tanpa terhalang

kemudian dengan gerakan gemetar, aku meloloskan celana dalamku, menampakkan vagina pink-ku yang licin tanpa bulu, terbuka lebar di hadapan Aisha.

Kini, kami berdua telanjang, saling memandang, menikmati keindahan tubuh putih mulus kami yang terpampang di hadapan satu sama lain. Setiap sentuhan udara terasa begitu lembut pada kulit kami yang terbuka, menciptakan sensasi yang membangkitkan gairah.


"Nisa, kita kan mau mandi. Enggak di lepas dulu hijabnya?" ucap Aisha.

"Oh ya, benar. Maaf, aku lupa," kata Nisa.

Kami pun melepas hijab kami masing-masing, dan terpampanglah rambut indah kami yang terurai lembut di bawah sinar lampu kamar mandi. Rasanya begitu menyegarkan untuk merasakan udara menyentuh kulit kepala setelah lama terikat oleh kain hijab.

Aku menyalakan shower dengan hati-hati, membiarkan air mengalir dalam aliran yang lembut. Aisha dan aku berdiri berdampingan di bawah pancuran air, membiarkan air dingin menyiram tubuh kami. Sensasi air yang mengalir melalui tubuh, membersihkan dan menyegarkan, membuat kami merasa begitu nyaman dan rileks.

"Aaah, rasanya begitu menyegarkan," ucap Aisha dengan senyuman lembutnya.

"Ya, benar sekali. sangat menghilangkan penat setelah seharian aktivitas," sahutku sambil tersenyum.

Aku mengambil botol sabun cair dari rak, menggenggamnya erat dalam genggaman tanganku. Dengan gerakan lembut, aku memeras sabun ke telapak tanganku, menghasilkan busa lembut yang harum. Dengan perlahan, aku mulai menyapu sabun di atas tubuh Aisha, membiarkan busa menyelimuti setiap inci kulitnya.


"Eh, Nisa, kamu ngapain?" kata Aisha sambil menutupi kedua payudaranya dengan tangannya.


"Tidak apa-apa, sini biar aku bersihkan tubuhmu, kotor kan tadi habis memperbaiki motor," jawabku.

Aku mengusap menyabuni lembut perutnya, menjelajahi lekukannya dengan ujung jari. Kemudian, aku melanjutkan ke pundaknya, merasakan kelembutan kulitnya di bawah sentuhan tanganku.

Punggungnya yang halus terasa hangat di bawah sapuan lembutku. Aku melanjutkan perjalanan menuju pahanya, menelusuri setiap lekuk tubuhnya dengan penuh perhatian. Sementara itu, Aisha masih menutupi payudaranya

"Kenapa ditutupi?" tanyaku.

"Aku malu aja," ucap Aisha.

"Gak apa-apa, kita sama-sama cewek," jawabku.

Aisha pun melepaskan tangannya yang menutupi kedua payudaranya yang seksi.

"Nah, gitu kan lebih enak," ujarku.

Tiba tiba aku merasa Aisha mengambil sabun cair, aku refleks menahan tangannya.

"Eh, ngapain?" kataku, sedikit terkejut.

"Gantian dong, tadi kamu udah menyabuni aku, sekarang giliran aku yang akan menyabuni kamu," jawabnya sambil tersenyum manis.

Aku tersenyum kecil, terpesona oleh keberaniannya. "Baiklah," kataku setuju, memberikan izin padanya untuk melanjutkan.

dengan gerakan yang lembut, Aisha mulai menyabuni tubuhku dengan sabun cair. Sentuhan sabun yang hangat dan lembut membuat kulitku terasa segar dan rileks. Aroma harum sabun itu tercampur dengan aroma alami tubuh kami yang membuat suasana semakin menenangkan.

Dia mulai dari pundakku, mengusapnya dengan gerakan melingkar yang lembut. Kemudian turun ke punggungku, menyapu sabun dengan lembut ke seluruh bagian punggungku. Rasanya seperti berada di bawah guyuran hujan hangat yang menenangkan.

Ketika tibanya di bagian pinggangku, dia tidak ragu untuk mengusapnya dengan lembut, memberikan pijatan kecil yang membuatku merasakan sensasi yang menyenangkan. Kedua tangannya bekerja bersama-sama, menyapu sabun ke paha dan betis, menciptakan busa lembut yang menyelimuti kulitku.

Aisha kemudian bergerak ke depan, menyabuni dada dan perutku dengan gerakan memutar yang lembut.



Ketika ia menyabuni dadaku, tangannya tidak sengaja menyentuh payudaraku, menyebabkan sensasi yang tak terduga melintas melalui tubuhku.


"oppsss maaf gk sengaja" ucap Aisha

Beberapa saat kemudian Aisha selesai menyabuni tubuhku dengan lembut, meninggalkan jejak-jejak sabun yang harum di kulitku. Rasanya seperti pijatan lembut yang menyegarkan, membuatku terbuai dalam kenikmatan. Tubuhku terasa segar dan rileks di bawah sentuhan lembutnya.

Sekarang, saatnya untuk membilas sabun-sabun itu dengan pancuran air yang menyegarkan. aku menyalakannya shower dengan lembut,

Tubuh kami berdua, yang diselimuti busa sabun, mulai dibasahi oleh pancaran air dingin dari shower. Setiap tetes air membawa sensasi menyegarkan, meresap ke dalam setiap pori kulit kami.

Di bawah aliran air yang lembut, kami saling mendekat untuk mendapatkan cipratan dari pancuran shower,saat tubuh kami hampir bersentuhan, kedua payudara kami menyentuh satu sama lain dalam kontak yang intim dan memabukkan.

Tiba-tiba, kami terkejut ketika pandangan kami tertuju ke arah jendela ventilasi di kamar mandi. Di sana, kami melihat sosok bayangan seorang laki-laki yang sedang mengintip kami berdua. Kedua tubuh kami langsung terasa membeku oleh kejutan yang tak terduga.



Aku terkejut, dan refleks aku langsung memeluk Aisha erat-erat, berharap bisa menutupi tubuh bagian depan kami dari pandangan bejat orang yang mengintip itu.

Dalam pelukan yang rapat, aku merasakan bahwa payudara kami saling menyatu, seolah menjadi satu dalam upaya melindungi privasi payudara kami dari pandangan orang bejat itu

Kedua tanganku bergerak cepat, menutupi bokong Aisha dengan semampu ku. Begitu juga dengan Aisha, yang dengan cepat menutupi bokongku dengan kedua tangannya.

Di bawah pancaran air yang masih mengalir, kami berdua saling menutupi tubuh untuk melindungi tubuh telanjang kami dari pandangan mata orang bejat tersebut.


Pov Yatno & Parman


di bengkel ABC

"Eh, izin minjem motor lu sebentar ya? Nungguin kamu lama nih," kata Yatno dengan kesal, mengekspresikan kebosanan karena harus menunggu motor untuk diperbaiki.

"Yaudah, nih kunci nya," tambah Adit sambil menyerahkan kunci motor.

"Maunya kemana, boss?" tanya Parman.

"Udah, ikut aja kita cari tanaman herbal," jawab Yatno.

Ketika mereka tiba di tempat tujuan, mereka menemukan lahan kosong yang luas, dihiasi oleh semak-semak belukar liar dan pohon-pohon yang menjulang tinggi.

"Eh, itu kan kost khusus cewek yang tadi kita bicarakan?" ucap Parman sambil menunjuk ke arah bangunan yang di sebut.

"Iya, benar sekali. Posisi bangunan kostnya terpencil seperti itu ya. Gimana tuh, ada aja orang yang mau bangun di situ," kata Yatno,

"Mungkin karena harganya murah kali ya hehehe. Tapi kalau memang Aisha dan Nisa tinggal di sana, akan sangat menguntungkan bagi kita, bos," ujar Parman, mencoba membayangkan hal mesum.

"Iya, benar. Akan mudah bagi kita untuk memperkosa mereka sampai lemas," kata Yatno dengan nada bejat, tanpa memedulikan akibat dari perkataannya.

"Hehehe, jadi ngaceng kan, bos? Ini aku," kata Parman dengan senyuman bejat.

"Udah ah, ayo kita cari tanaman itu segera. Bosan nih, panas juga," seru Yatno, mencoba mengalihkan pembicaraan.

Mereka terus mencari tanaman tersebut hingga sampai di belakang bangunan kos itu. Tiba-tiba, mereka mendengar suara gemericik air dari dalam bangunan itu.

"Eh, bos, kayaknya ada yang mandi tuh," ucap Parman sambil menunjuk ke arah kos itu.

"Eh, iya bener kita sana," kata Yatno.

Sesampainya di lokasi, Parman berkata, "Bos, kayaknya di balik dinding ini adalah kamar mandi."

"Iya emang bener jelas ada yang sedang mandi," sahut Yatno.

"Yuk, kita intip. Kebetulan ada ventilasi tuh, bos," usul Parman.

"Yaudah, loe jongkok, biar gue naik di pundak km," kata Yatno.

"Yah, enakan bos dong kalau gitu. Aku juga pengen lihat," ujar Parman.

"Udah, nurut aja. Nanti gantian," kata Yatno.

Parman pun menunduk, kemudian kaki Yatno menapak pada pundak Parman. Parman pun berdiri, dan akhirnya kepala Yatno mampu mencapai ventilasi tersebut ,

Alangkah terkejutnya Yatno dia pun terkejut dan berkata..!!

Bangsatttt....!!


Bangsatttt....!!


Bangsatttt.....!!


Bangsatttt.....!!

percuma anjir !!!!

"ada apa bos" kata Parman

Percuma njirr, kaca jendela ventilasinya buram, jadi tidak bisa ngeliat orang yang telanjang sedang mandi," kata Yatno dengan jengkel.

"Yah, bukan rejeki kita, bos," kata Parman.

Drrrrtt drtttt Tiba-tiba suara telepon Yatno berdering.

"Eh, ada telpon kayaknya dari bos, cepet turunin gue," kata Yatno.

Yatno pun turun dan mengangkat telepon itu. Ternyata benar, telepon itu dari bos.

"Lagi di mana?" kata bos.

"Lagi ngintip orang mandi, eh maksud aku lagi nyari mangsa, bos," kata Yatno gelagapan.

"Bodoh, kau kerja yang benar, jangan cuman cabul aja di otak loe," kata bos.

"Ii-ii iyaa, bos," kata Yatno gelagapan.

"Saya gak mau tau, pokoknya harus dapat 2 jantung," jawab kesal bos itu sambil menutup teleponnya.

"Gawat ini, bos marah. Yok, kita segera cari tanaman itu dan pergi dari sini," kata Yatno.

Setelah beberapa saat mencari, mereka akhirnya menemukan tanaman tersebut dan segera pergi dari tempat tersebut.

bersambung.....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd