Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Davina (Bandung-Jakarta Underground Stories)

Bimabet
Duh asli ini pecah banget sih, great work!

makasih :rose:

finally bisa baca cerita kamu, semangat ya

iya makasih ya :rose:

Hahaha .... asyik jg nih hehe ..
Thanks apdatenya ... huhuhu ..
Ceritanya dapat brondong nih ..
Brondong rasa durian ... hahaha
durinya kecil2 tapi enak ya, tantee 😁

iya, ngerasain yang lebih muda :hati:
lebih gimana gitu tenaganya. kadang ukuran bukan masalah yg penting mainnya.
yg ukuran monster schlong lebih ngeri klo anal huhuhu

Bagas oh bagas beruntung banget nasib mu 😂😂

Semangat lanjutin nulis ceritanya kak devina 🔥

pengen jadi bagas yaaaa? ndak pengen jadi Dilan? :hati:
iya ditunggu aja next diary

Bener bener diary yang penuh dengan hot suprise, sisi lain dari sis @Davina-hime, ntar bagas jadi Sugar Baby ato brondongnya kamu sis :malu:
mantep dah pengalaman kamu sis, udah high level seksual advanture ini mah, kereeen bangettttt...........teteh.
Diary yang membuat jantung deg-deg an dan menghabiskan stok Sabun Cair :genit:


teteh mau dong jadi member nya :genit:
jadi penasaran anal seks pengen nyobain dah :konak:

ndak lah, klo jadi berondong ya aku harus biayain huhu.
anal seks itu forbidden. tapi klo udah nyobain ketagihan susah nantinya :rose:

Dienakin mulu

:mati:

ya iya dong dienakin, masa disakitin :rose:

Semakin kesini semakin uhuuuyy.
Makasih update

iya makasih. :rose:

-----
makasih juga user lain yg udah mampir ninggalin jejak ya :rose:
 
Curhat nya tante @Davina-hime makin kasini emang susah ditebak .. Kadang pusing kadang ngacengin ... kl aku sih suka yg bikin ngaceng doang 😁😁😁
 


ameliablonde500.jpg
babydollliz500.jpg


Kukendarai Honda CB150 Verza melintasi jalanan Kota Bandung kemudian sampai di jalan purnawarman lalu turun ke dalam basemen BEC memarkirkan motorku. Aku lepaskan helmet full face abu-abu NH*K yang kupakai itu, masih di atas tungganganku membaca pesan WA yang sudah cukup banyak, beberapa kubalas satu-satu. Aku kemudian berjalan dari tempat parkir menuju lift untuk sampai di lantai 3 di bagian food court. Tempat hangout yang cukup enak berjam-jam di sini sambil makan bersama kawan.

Aku sedang menunggu kawanku di sini. Lizbeth teman satu gerejaku. Cukup menunggu lama sambil lebih dahulu memesan lemon tea dan kentang goreng juga sosis, akhirnya temanku itu datang memanggilku. “Vin!” serunya mendatangi kursiku yang berada di wilayah samping lantai kiri lantai makan ini. Tetap cantik, tetap terawat, kedatangannya saja membuat perhatian laki-laki yang juga sedang makan di sini bersama teman-temannya. Di sebelahku, suami-istri, suaminya saja sampai melirik temanku itu yang gaya pakaiannya mewah elegan sampai dicubit istrinya, berbeda dengan fashion aku yang memang setelan naik motor memakai jaket kulit hitam.

Kami berbincang biasa, tentang bagaimana kabar, cerita beberapa hal basa-basi, juga bertanya kenapa aku jarang ke gereja minggu. Gereja ku ada di hatiku, jawabku. Makanan yang dipesannya akhirnya tiba, kami berdua makan baso tahu sab*oga yang kami berdua pesan itu. Berusaha membiasakan lagi pertemanan kami yang sudah lama tidak bertemu. Di tengah makan, tangan kanannya memegang tangan kiriku di atas meja. “Vin, lu bisa bantu gue kan? Gue lagi butuh uang…” bisiknya pelan padaku, aku tahu pasti berakhir seperti ini. “bukannya gue sering ngasih pinjem sampai sekarang udah ditotal 15 juta dan baru lu balikin 5 juta?”

Lizbeth mengerenyitkan dahinya, “Iya, ini gue lagi butuh banget, dikejar-kejar yang nagihin hutang,” katanya. “Pacarlu lagi yang bikin hutang trus lu yang harus bayar? Tinggalin aja sih cowok yang kerjaan cuma isepin duit elu itu,” nadaku sedikit agak tinggi. “Sayang gue Vin sama dia…” rengeknya padaku. “Kalau lo nanti hamil pasti dia tinggalin,” mendengar jawaban cepatku, Lizbeth hanya bisa diam.

Kucium Lizbeth penuh nafsu di kamar mandi perempuan mall ini. Di biliknya aku lumat bibir indahnya yang nafsuin gue sejak tadi makan. Aku emut bibir bawahnya menarik lepasnya, memasukkan lidahku agar dia hisap, lalu bibir kami saling berpanggutan. Kuremas kedua dadanya yang terbungkus di balik pakaiannya, aku berusaha membukanya, “Jangan di sini, Vin,” bisiknya.

Kami mengelilingi mall ini, turun ke wilayah handphone. Aku berjalan sambil terus memegang tangannya. Orang-orang yang ramai berlalu-lalang mungkin mengira kami adalah pasangan lesbian. Karena aku dengan setelanku lebih tomboy mengenakan jaket kulit sedangkan Lizbeth berpakaian casual rapih berbusana rok pendek. Kuambil uang di ATM, lalu kuberikan padanya 5 juta yang dia minta.

“Makasih ya, Vin,” ujarnya padaku. “Tinggalin itu cowok lu, sebelum dia bener-bener bawa masalah besar yang nyeret lu itu. Lu gak bisa terus ngasih makan uang yang dia minta. Dia cuma manfaatin elu doang, Liz,” mau bagaimana kata-kataku berusaha menyadarkannya tetap saja sulit. Begitulah wanita yang sedang jatuh cinta, tidak akan mendengar saran apapun sampai ia benar disakiti ditinggalkan.

Pesan WA masuk ke HP-ku, “Gak jadi kita ke hotel dulu?” tanya Lizbeth, yang harus aku jawab membatalkan rencanaku itu karena ada hal penting aku harus pergi sekarang. “Nanti kita atur jadwal lagi untuk ke hotelnya,” kukecup pipinya, kemudian meninggalkan Lizbeth di lantai satu dan bergegas kembali ke basement tempat parkir. Menaiki lagi motor kopling Honda CB150 Verza, aku segera menuju ke Jalan Diponegoro, citarum. Memarkirkan di dalam- pinggir lapangan gasibu motor besar yang kukendarai itu; lalu menguncinya dengan gembok jari-jari rodanya agar sulit dibobol curanmor. Aku akhirnya menaiki tangga ke atas untuk masuk ke Lapangan Gasibu Bandung yang berada tepat di depan gedung pemda Gedung Sate yang menjadi ikon kota ini selain Jembatan Layang Pasupati.

Aku melihatnya di sana sedang duduk di kursi semen pinggir lapangan.

Kupesan teh botol dingin pada emang-emang yang jualan di pinggir lapangan yang biasa menarik rezekinya dari orang yang sedang berolahraga di sini. Kubawa dua minuman dingin itu lalu duduk di sampingnya, memberikannya pada adikku Amelia, “Udah jangan nangis,” ucapku yang masih mendengar isak tangisnya kecil. kuminum teh dingin itu menggunakan sedotan. Hari ini menyebalkan juga melelahkan, aku ngurusin dua perempuan yang bermasalah dengan pacarnya.

Tidak pernah Amelia mau bercerita ketika ada di rumah. Selalu saja pulang lalu mengurung diri di kamarnya. Jika tidak dilihat maka dia hanya akan sendirian di kamar bersama Hpnya. Di sini, ia lebih lepas untuk bicara padaku. Hatinya hancur ketika dirinya tahu ada wanita lain selain dia, selama ini. Imel memperlihatkan padaku foto serta video porno kekasihnya bersama wanita itu yang sedang memadu kasih di kos-kosan. Pacarnya meninggalkannya di sini, karena pertengkaran mereka saat sedang menaiki mobil. “Lebih dari aku, pintar, keluarganya jelas, sarjana,” gusarnya, “Teteh juga tidak sarjana, mel,” potongku merangkulnya yang sedang duduk di sampingku menempatkan kepalanya pada pundak kananku. “Dah dah jangan merendahkan diri melihat kelebihan wanita lain. Kita punya jalan hidup, punya keluarga sendiri,” tutupku.

Ketika kuajak untuk pulang dia menolak. Dia tidak mau, karena pasti akan kena marah lagi sama Mama Lara. Imel juga tidak mau ketemu dengan papa, karena apa yang papa bilang tentang mantannya itu benar. “Terus kamu mau ke mana? Kamu gak mau pulang juga nanti dicariin..” ujarku. Diperlihatkannya padaku foto-foto serta beberapa video berdurasi 8 menit. “Mama pasti marah! Apalagi papa tahu hal kayak gini!” tangis isaknya. Aku membuang nafas panjang. Ini gara-garanya sering party mabok nih. Pria yang menggunakan rekaman seperti ini untuk membuat perempuan tunduk sama dia, ini bener-bener keji, “Temennya pacar kamu?” aku bertanya, Amelia mengangguk. Kalau papa sampai tahu hal kayak gini bakalan marah besar. Pasti dibilang gak bisa jaga diri.

Kubuka HP, aku lihat kontak Kak Dion, aku diam berpikir jangan deh bakalan rame ke keluarga nanti. Aku lihat kontak Kak Bimo, kayaknya aku memang banyak nyusahin si kakak. Aku video call, tidak berapa lama diangkat terlihat sepertinya Kak Bimo sedang nongkrong. Terlihat aku say hi padanya dan juga Imel yang menyeka air matanya. Kak Bimo melihat itu sepertinya mengerti. Dia bertanya lagi di mana itu? Aku menjawab lagi di lapangan gasibu. Kak Bimo bilang dia akan ke sana sebentar lagi tungguin aja, sambil minum teh manis hangat di warkop. Aku tutup teleponnya, tersenyum kecil, lagi-lagi aku yang butuh pertolongan dan minta tolong padanya.

“Hal seperti ini Rangga harus tahu,” ucapnya padaku dan Imel. Adikku itu menggelengkan kepalanya tidak mau. Kak Bimo kemudian berlutut satu kaki di depan Imel yang sedang duduk bersamaku. “Ini udah nyenggol keluarga, gak bisa klo kakak yang turun sendiri ngambil keputusan di belakang papa mu,” mendegar itu Imel malah menangis lagi terisak. Aku bilang bisa ndak kalau kk yang turun dulu biar nanti aku yang bilang papa. Kak Bimo bilang gak bisa. Itu malah nanti kak Bimo berurusan sama papa. “Biar kakak yang panggil papamu ke sini,” ujarnya yang dibalas teriak Imel gak mau. “Udah mel… ada teteh temenin di sini.”

Memang seperti ada jarak antara Imel dan papaku berbeda dengannya bila bersamaku. Ketika ia datang ke tempat kami bersama kakak Evans ‘Boxer Maroko’ yang mengenakan hoodie hitam di kepalanya dibalut jaketnya itu dengan jaket denim biru, papa diam saja melihat imel dengan mata sembab habis menangis. Imel juga tidak menyapanya. Kak Bimo lalu melakukan brofist kepada kakak Evans sudah lama berapa tahun tidak bertemu. Papa melirikku, “Kenapa panggil Kak Bimo, kenapa gak Kak Dion saja? Bimo ini pegang patches dan emblem klub, dia kalau sampai kena masalah bawa nama klub bakalan kena sidang dewan adat,” marah papa padaku yang di tahan sama Kak Bimo, “Teu nanaon, ngga (Gak apa-apa, Rangga),” ujarnya melindungi aku. Papa yang mengenakan jaket denim tentara abu-abunya melihat isi HP Imel yang kuperlihatkan pada Kak Bimo, begitu juga isi chat blackmail seseorang kepadanya yang selama ini menggunakan tubuh Imel bebas akibat rekaman dan foto mereka berdua saat party. Aku lihat papa menahan amarah, “Lara harus tahu ini,” geramnya.

“Bim pulang aja, gua yang urus ini, makasih” seru papa pada Kak Bimo.

Naha kitu? Aing teh baturan maneh, masa aing cicing ningali baturan aya masalah kieu (Kenapa gitu? Saya tuh temen kamu, masa saya diem aja liat temen kena masalah). Mun ieu rompi berat keur maneh, kuurang lepas, ngan aing tetep ngilu (Jika rompi ini memberatkan, sama saya simpan, tapi saya tetep ikut),” serunya yg agak emosi melihat sikap papa.

Kak Evans pukpuk punggung Kak Bimo sambil berbisik kalau papa juga memang sedang ada masalah lain juga dan itu bikin sensi.

Papa lalu menyahutku, “Anter Imel pulang jangan ke mana-mana dulu,” perintahnya dan aku mengerti. Papa dan teman-temannya ingin melihatku pergi mengantar Imel pulang. Imel tidak berkata apapun, begitu juga papa hanya diam.

“Dia (papa) membenciku,” bisiknya padaku yang sedang duduk pada motorku. “Enggak, kamu jangan mikir aneh-aneh. Papa gak bilang benci kamu juga. Udah hayuk naik.”

Aku menaiki Honda CB150 Verza membonceng adikku. Melintasi jalanan kota bandung, menaiki jembatan layang pasupati untuk kembali ke rumah. Saat itu kurasakan Imel memeluk pinggangku dan menyandarkan kepalanya pada punggungku. Hal seperti ini sangat jarang, apalagi biasanya kita berdua hanya bertemu di rumah saja.

cb150-verza.jpg

Sesampainya di rumah, mama yang sepertinya sudah ditelepon oleh papa sebelumnya, hanya diam saja menyuruh Imel untuk mandi. Aku yang melepaskan jaket kulitku ini karena panas, lantas duduk di sampingnya yang terlihat sedang memikirkan sesuatu. “Tenang aja ma, papa ditemenin kakak-kakak yang lain,“ ucapku sambil mengecup pipinya. Mama memegang pipiku menggunakan telapak tangannya, di dekatkannya wajahku itu pada wajahnya lalu diciumnya bibirku dengan lembut sambil terpejam. “Cuma Davina yang enggak banyak bikin masalah buat mama,” pelan suaranya, “Jangan gitu ahh, Imel juga pasti gak mau di posisi sekarang ini,” jawabku berusaha membuang pikiran buruk itu.

Aku ijin untuk ganti pakaian dulu karena gerah baru dari luar. Mama Lara tetap duduk di ruang tengah sambil menonton tv satelit berbayar. “Kamu mirip mama dan teh Riska waktu dulu muda dengan setelan kayak gitu naik motor,” tegur mama menahanku pergi, “Mama kangen masa lalu?” tanyaku. Mama tersenyum, “Iya, tapi kalau melihat apa yang telah dimiliki sekarang, mama tidak ingin mengulang lagi ke masa lalu, apa yang tidak bisa mama dapatkan, mama ikhlaskan.”

Tidak begitu mengerti kalimat Mama Lara itu. Akhirnya aku pergi berlalu masuk ke kamarku di lantai dua untuk berganti pakaian.

***​

Malam harinya, aku terbaring telanjang dengan tubuh diminyaki minyak zaitun yang membuat tubuhku ini mengkilat. Papa membuka kedua pahaku lebar, menyentuhkan kepala kontolnya ke gerbang vaginaku, menggesek-gesekkannya. Amelia yang tiduran di sampingku juga telah bugil dengan tubuh mengkilat karena minyak yang sama, terlihat cantik. Tubuhnya kurus ramping dan juga terdapat tattoo pada kedua lengannya, di bawah dada, di rahimnya, serta di paha kirinya. Hanya kecupan-kecupan biasa sayang tanpa bergairah itu membuatku nyaman, sampai aku merasakan kontol papa yang gendut cukup panjang dibenamkannya pada vaginaku.

Aku mendesis berusaha menikmati itu. Setiap sodokan dalam irama pelan menuju cepat di posisi missionary ini. Ahh Ahh aku menikmatinya sudah lama aku tidak tidur dengan papa. Adikku Imel menghisap payudara kananku sambil memainkan sendiri klitorisnya. Ketika papa menarik kontolnya hampir lepas lalu dihujamkan penuh itu rasanya selangit. Tubuhku bergoyang depan-belakang mengikuti irama sodokannya. “Duhh mau keluar sshh,” desisku berbisik sambil menggeliat. Papa yang mengerti itu lalu mulai menaikkan tempo pompaannya membuat ku gila melayang hanya terengah-engah mendesah menikmati rasa lega keluar dari tubuhku itu.

Imel mendapatkan giliran dipenetrasi dalam posisi missionary. Dia yang dalam posisi romantis untuk pembuahan, memalingkan wajahnya tidak ingin saling bertatap dengan papa. mendesis saat dibenamkan kontol itu lalu mendesah keenakkan saat papa mulai aktif memaju-mundurkan pantatnya. Aku yang masih beristirahat mengambil HP ku merekam mereka berdua yang sedang memacu gairah. “Cium dong imelnya pah,” ucapku sambil merekam yang kutahu pasti suaraku terekam. Papa kemudian memaksa imel untuk saling berciuman. Seperti om-om dan mahasiswi BO, “Gila ya papaku dan adekku mainnya,” komentarku yang memberi kesan erotis. Imel lebih menggelinjang tubuhnya saat papa mulai mencium lehernya dan mencupangnya (mencium hisap sampai membuat tanda), papa sepertinya sedang berusaha menaikan gairah adikku sampai puncak menghilangkan rasa jaimnya sehingga akhirnya ia mau untuk membalas lumatn ciuman papa hingga basah bibirnya. “Hamilin aja pah adekku ini, nakal sih.”

“Ahh Ahh.. sshh jangan di dalem pah.. sshh Ahhh, jangan hamilin aku.. Ahhh Aduhh.. shhh.”

Papa membenamkan kontolnya mengeluarkan air maninya di dalam vagina muda hangat adikku itu. Dibelainya rambut panjang hitam kecokelatannya. “Enak enggak,” bisiknya, “Enak pah,” suaranya pelan sambil terengah-engah dan masih kurekam. Papa mencabut kontolnya yang basah berlumur air maninya juga air kewanitaan adikku. Dimintanya adikku menjilati, kemudian dikulum-diemut kontol papaku itu, dibersihkan dari sisa-sisa air mani yang menempel. Aku zoom ketika Imel melakukan blowjob. Dia terlihat tidak malu-malu lagi malah menikmatinya, “Bagus banget, cantik banget adek aku, binal banget.”

Kami bertiga tidur di ranjang kamarku itu melihat langit-langit. Papa ku tidur di tengah, aku menyamping memeluknya di bagian kiri, sedangkan Amelia tidur menyamping di sebelah kanannya. Aku mempermainkan rambut di dadanya, sementara imel adikku masih sibuk berciuman dengan papa seperti kehausan. Tanganku itu kemudian bergerak menyentuh turun, memegang kontol papa yang sudah lemas setelah menggarap tubuh kami berdua. Sedikit pelan aku mengocok batang itu yang telah disunat.

Aku tidak bertanya apa yang telah papa lakukan pada orang yang melakukan blackmail pada Imel. Adikku itu kemudian bertanya sendiri sambil memeluk tubuh papa yang dijawab pelan tidak usah dipikirkan semuanya sudah diatasi. Kalaupun foto dan videonya sampai masuk ke forum sembur, identitasnya tidak akan ada; sebagaimana halnya video porno dalam negeri yang lain. Kalaupun ada mungkin disensor, yang pasti aman karena subes bandung udah dikabarin begitu juga UG FR regional bandung udah dikasih tahu. Laptop itu orang juga udah dipatahin sama Kak Evans begitu juga tangannya. Semuanya terkendali.

Aku kemudian turun duluan untuk pergi membersihkan diri. Menyalakan shower untuk mandi sebentar walaupun jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Bunyi WA masuk saat aku mandi dan kubaca itu saat sedang mengeringkan tubuhku ini menggunakan handuk. Aku kemudian bergegas ganti pakaian lalu meminta ijin pada mama yang sedang nonton tv untuk pergi keluar. “Davina ini udah malem,” tegurnya, “Penting mah, nanti tolong bilangin aja ke papa. Aku ndak mau ganggu mereka yang lagi so sweet berdua,” ujarku sambil pergi menenteng Helmet fullface NH*K milikku

Di Jalan Dipati Ukur di depan universitas Unpad di jajaran yang biasa digunakan Bus Damri untuk mangkal sebelum pergi ke rute bandung-jatinangor, aku melihat Lizbeth di sana sedang diam menungguku. Sudah malam untung saja tidak ada pria cabul yang menggodanya di tempat sepi itu, karena biasanya di lapak warung digunakan pemuda untuk minum-minum. Kulihat wajah teman gerejaku itu bersedih. Matanya sembab, seperti habis menangis, bibirnya juga memar seperti habis dipukul. Kuminta dia segera naik motor, kuantar dirinya kembali ke kosannya.

Seperti yang kuduga pacarnya itu mencampakkannya. Memukulnya yang tidak terima ketika pria penghisap uang itu lebih memilih wanita lain yang lebih kaya yang bisa memuaskan kebutuhan financialnya. “Udah udah, lu sekarang malah bebas, kerja buat diri lu sendiri bukan biayain cowok kayak begitu,” ujarku yang memeluknya sambil menangis dipelukanku. “Semua usaha gue gak diliat, ditinggal gitu aja sakit, Vin,” gerutunya yang masih gak terima apa yang terjadi. “Udah ihh mewek aja, gue masih ada di sini buat lu. Masih banyak cowok yang mau, lu cantik seksi gue aja demen,” godaku dibalas cubit olehnya pada pinggangku membuatku mengaduh.

Lega rasanya ketika di hari yang sama dua masalah yang terjadi bisa selesai walaupun itu bukan dengan keputusanku. Masalah temanku begitu juga adikku. Lizbeth kemudian berganti baju di depanku. Ia yang memiliki darah keturunan manado memperllihatkan tubuhnya yang putih vaginanya dan puting payudaranya yang pink. Tidak malu telanjang di depanku ia lalu mengenakan daster tidur babydoll yang seksi. “Ya udah, udah tenang kan gue pulang,” seruku yang ditahan olehnya, “Mau ke mana Vin? Nginep aja di sini…” tahannya manja.

Kukecup pipinya itu, lalu kemudian kukecup bibirnya hangat. Kami saling berciuman dan dia melingkarkan kedua tangannya di belakang leherku dengan mesra. HP ku tiba-tiba berdering. Aku yang sedang menilmati bibir temanku akhirnya menghentikan itu untuk mengangkat teleponnya. “Sebentar…” kulepaskan ciuman serta rangkulan tangannya pada leherku. Aku lihat Lizbeth sedikit kesal karena permainannya dipaksa berhenti. Ternyata itu telepon Kak Bimo, dan katanya dia telah menemukan Melati yang pindah karena insiden perkosaan itu.

“Sebaiknya bagas melepaskan itu. Ini yang terbaik,” katanya padaku. “Apa Melati baik-baik saja?” tanyaku ingin mendapatkan info lebih. “Tidak begitu baik, masih dalam keadaan traumatis,” tutupnya. Aku diam sejenak mendengar itu, apalagi keputusan keluarga korban yang tidak ingin membawa pengaduan perkosaan ini ke pihak yang berwajib.

“Ini akan menempatkan Bagas di posisi yang memendam rasa dendam untuk membalas,” kataku pada Kak Bimo di telepon.

“Davina, jangan biarkan itu sampai terjadi.”

“Bagaimana caranya?!” aku bingung dan kesal di saat yang sama.

“Tetap berada dekat dengannya. Katakan padanya, pembalasan itu tidak akan sepadan dengan kehilangan hidupnya selama 15 tahun atau malah hukuman seumur hidup. Jika waktunya sudah tepat, nanti kakak beritahu di mana Melati sekarang.”

Itu adalah hal penting terakhir yang dikatakan Kak Bimo sebelum percakapan kami berdua selesai.

“Siapa Melati itu,” tanya Lizbeth sambil memelukku dari belakang, “TTM berondong gue,” jawabku yang lagi-lagi mencubit pinggangku, “Punya berondong segala sih, Vin.” Ketusnya yang dijawab dengan kecupan dariku pada bibirnya. “Lebih tepatnya gue asuh anak itu bukan berondong yang jadi pasangan gue,” kucoba menjelaskan. “Ahh tetep aja pasti lu pake juga itu kontol pemuda,” jawaban nakal Lizbeth yang kemudian membuatku membalikkan badan, meremas kedua payudaranya, menidurkannya sebelum mulai menciumnya lagi.

Kutarik celana dalam hitamnya itu pelan-pelan hingga lepas tergantung di pergelangan kaki kirinya yang jenjang. Tidak menunggu lama lalu kemudian kumasukkan dua jariku pada lubang surgawinya membuatnya mendesah. Ah sudah basah, kuaduk jariku dalam liang memeknya yang nikmat membuatnya menggelinjang. “Vin, buka dong tank top elu sama jeans elu itu,” gerutu Lizbeth padaku yang dijawab bisikan kecil menggoda, “lu orgasme dulu sekali nanti baru gue telanjang.”

Malam itu kusisakan bersama Lizbeth di kosannya. Mungkin di rumah Mama kena tegur papa karena aku tidak pulang dan biasanya jika aku tidak pulang dan tidak mengabarkan akan ditunggu semalaman oleh papa. mungkin suara dering yang ku silence itu suara dering dari papa yang berusaha menghubungiku. Tapi aku tidak melihat itu, hanya sibuk untuk membuat teman perempuanku ini nyaman, bahagia, agar bisa melupakan rasa sedihnya yang baru saja dialaminya. Aku bersumpah, ketika pria berani main tangan apalagi terhadap teman perempuanku hingga bibirnya terluka seperti itu, aku tidak akan tinggal diam.

Mantan kekasihnya ini akan mendapatkan ganjarannya. Tunggu aja. Sekarang biar mantan cewek lu ini gue puasin sampai pagi sampai ranjang kosannya basah karena semprotan squirting-nya berkali-kali.


- Diary 12

no quote
 
Terakhir diubah:
Ini kisah semakin hari semakin bikin gregetan..
Ada aja kejutan kejutan yang menggairahkan,
Sperti kisah miss Lizbeth yg beautifull.
Sayang banget yak ladies se sexy itu jadi korban cowo matre. Untung aja ada davina yg menyelamatkan dengan cara yang tepat dan memuaskan..
🤤
Banyakin lagi sis adegan ama miss lizbeth nya.. 😍
Mantul mantul mantul kisahnya. 🤗
 
Curhat nya tante @Davina-hime makin kasini emang susah ditebak .. Kadang pusing kadang ngacengin ... kl aku sih suka yg bikin ngaceng doang 😁😁😁

klo cerita deskripsi seks aja buat bahan coli mending yg oneshot sih jgn cerbung. klo cerbung ada ceritanya
jadi tarik ulur cerita dan bagian seksnya

Davina mulai menampakan taringnya

aku klo lagi galak ngegigit loh... rawrrr! :hati:

Ini kisah semakin hari semakin bikin gregetan..
Ada aja kejutan kejutan yang menggairahkan,
Sperti kisah miss Lizbeth yg beautifull.
Sayang banget yak ladies se sexy itu jadi korban cowo matre. Untung aja ada davina yg menyelamatkan dengan cara yang tepat dan memuaskan..
🤤
Banyakin lagi sis adegan ama miss lizbeth nya.. 😍
Mantul mantul mantul kisahnya. 🤗

byk yg kyk gitu cewek dimanfaatin buat jadi ATM berjalan. begitu juga cowok dimanfaatin cewek buat belanja.
sebut nyelamatin sih ndak. aku mah gak ngapa-ngapain. itu mah kk kk gengster yg gerak uhuhuhu

aku memang lebih seneng nulis adegan lesbian sih huhuhu :rose:

----
makasih juga buat yg udah mampir ya :rose:
 
Ngebacanya kayak buka kulit bawang merah brebes. Musti pelan Dan hati2 kalo ga nanti kepotong isi kulitnya ..
maksudnya isinya nanti kelewat ya?
emang baca jgn diskip-skip sih karena aku tulis to the point gayanya terus nyambung. :rose:
klo pick diary tertentu nanti pusing ini siapa itu siapa.
 


keluargakecilku.jpg

bdsmlady3.jpg



Di suatu tempat di pinggiran bandung barat, di lapangan tanah kering berdebu dengan sedikit pemandangan rumput hijau di sana-sini, aku datang bersama keluargaku karena ada acara pertemuan kecil keluarga di tempat ini. Om Barata dari jakarta hadir membawa beberapa anak jakarta. Mereka mengenakan setelan resmi jas hitam berkemeja putih sedangkan keluarga bandung memakai bermacam-macam jenis pakaian. Papa tetap dengan kemeja hitamnya yang dibalut jaket tentara denim keabu-abuan. Kakak Dion masih menggunakan jaket gunung abu-hitamnya selalu. Kak Evans ‘Boxer Maroko’ merokok sambil duduk di kap mobil tua salah satu anak-anak. Kurang lebih kurang dari 50 orang hadir di tempat saat ini bersamaku dan Bagas.

Ada seseorang, bagian dari keluarga angkatan 2011 yang berniat untuk keluar. Ia merasa lebih nyaman untuk hidup biasa saja dan meminta ijin untuk meninggalkan keluarga ini. Sayangnya, kamu bisa masuk tidak sulit menjadi bagian dari keluarga ini tapi tidak akan pernah bisa keluar. Itu mengapa saat ini dia sedang dikeroyok oleh anak-anak seangkatannya 2011 yang berjumlah lima orang di depan adik perempuannya sendiri yang menangis melihat kakaknya digebuki sampai penuh darah wajahnya. Orang-orang lama termasuk para original member hanya diam melihat saja, “Sudah berhenti,” seru Om Barata pada anak-anak itu. Ia mendekati tubuh kakak yang terluka jatuh terjerembab di atas tanah. Om Barata berdiri memandangi kakak itu, “Keluarga ini pernah minta apa dari lu? Bukannya ngebantu lu dari financial saat lu sulit dapetin pinjaman di saat terdesak?” serunya dengan nada tinggi, “Gua pernah minta lu bayar itu? Neken lu harus bayar pada tempo tertentu? LU JADI BAGIAN DARI KELUARGA. Gua nolong lu karena lu keluarga gua!"

Sepertinya kakak itu bicara sesuatu yang hanya didengar oleh Om ku. Diambilnya pistol beretta 92FS dari belakang pinggangnya. Sontak anak-anak pada kaget, begitu juga adik kandung perempuan kakak itu yang menjadi histeris melihat. “Ta, kalem ta woii,” seru Kak Dion tetapi tidak ada yang berani mendekat kecuali adik perempuan si kakak itu yang melepaskan tangan teteh teteh keluarga, berlari mendekat, lalu berlutut memegangi kaki Om Barata, “Ampun kak.. ampun…” mohonnya sambil menahan tangis takut jika sesuatu terjadi pada kakak laki-lakinya di depan kami semua.

Pistol Om Barata kemudian di arahkan ke kepala gadis muda itu menggunakan satu tangannya, “Elu yang minta kakak lu keluar?” dengan nada mengancam dibalas sikap tangis memohon dan kata-kata maaf yang keluar dari mulutnya. Di sana aku lihat papa mendekat, kurang lebih dalam jarak 1 meter dengan Om Barata, ia ambil M1911 dari pinggang belakangnya lalu mengarahkannya pada Om ku itu, “Turunin Ta. Lu ngancem perempuan…”

“Enggak salah lu todongin pistol bokap gue ke kepala gua?” sindir Om ku pada papa meliriknya yang mengarahkan pistol dalam posisi Ready menembak dengan kedua tangan.

“Jangan kelewatan, dia juga keluarga kita,” tegur papa terlihat marah dan serius dalam ucapannya. Papa kulihat tidak main-main dan jarang sekali ia mau mengambil senpinya apalagi menodongkannya langsung ke kepala orang, orang yang dikenalnya yang termasuk dalam keluarga.

“Ni cewek masih perawan, selama ini dijagain anak-anak di bandung. Ini kakaknya keparat enggak tahu terima kasih! Harus gua apain? Diemin? Ni cewek juga gak ngerti arti mulang tarima (membalas kebaikan)!”

Papa yang masih dalam posisinya terdiam sebentar, “Biar dipake anak-anak aja, biar gak ada lagi rasa orang asing. Biar ngerasa bagian dari kita.”

Om Barata menurunkan tangannya yang memegang pistol hitam itu, “Iya, elu yang merawanin, anjing. Biar divideoin anak-anak. Kalau ngeyel lagi biar dilepasin videonya di forum lendir. Biar mati hidupnya di masyarakat umum gak ada tempat.”

Keadaan tegang itu berakhir seketika. Kakak yang terluka dipukuli oleh teman-temannya sendiri kini dirawat oleh teteh-teteh lulusan kedokteran unpad jatinangor. Dibantu juga oleh adek angkatannya yang masih mahasiswa dari FKG DU. Papa mengulurkan tangan membantu adik perempuan itu untuk berdiri, “Perawanin itu, anjing! Kalau enggak gua lemparin buat digangbang anak-anak! Lu ambil keputusan!” hardik Om Barata pada papaku yang diam saja.

Teh botol, fan*ta, cola, bir dingin kemudian dikeluarkan dan kini acara kumpul-kumpulnya berubah jadi meriah dan penuh tawa canda. Berbeda dengan keadaan sebelumnya yang tegang, bengis, mengerikan. Di acara ini juga adalah kesempatan untuk ngenalin anak-anak bandung dengan anak jakarta. Kudekati Om ku itu yang sedang berbincang dengan anak jakarta yang dibawanya, kuganggu pembicaraan mereka dengan kuberikan satu kaleng bir dingin padanya.

“Davina makin cantik aja sekarang,” godanya padaku.

“Om makin galak aja. Aku jadi takut,” jawabku sambil tersenyum tertawa kecil. Teman-temannya mengerti dan undur diri meninggalkanku berdua bersama Om Barata. Kami berdua berbincang santai, tentang kabar, dan aku kangen udah lama gak ketemu si om selalu sibuk aja ngurusin proyekan. “Ribet ya jadi kontraktor,” seruku. “Ikut dengan om aja tinggal jakarta,” ujarnya yang kubalas, “tetep aja bakalan jarang pulang, Teh Anne bilang gitu,” sambil ku cemberut.

Aku rasa ini adalah saat yang tepat. Aku kemudian memanggil Bagas untuk mendekat mengenalkannya kepada Om Barata. Aku sempat chat WA dengan om menceritakan tentang Bagas yang bermasalah dengan pemerkosa yang punya bekingan ormas. Tidak masalah kata om jika memang dia mau ikut menjadi bagian dari keluarga ini. “Bram lemparin kaleng bir bin*tang satu!” teriak om ku pada rekannya dari jakarta. Bagas yang sudah ada di depannya yang om ku itu sedang bersender pada mulut mobil hitam kijang inova, kemudian mengenalkan dirinya yang anak majalaya. “Gua udah denger ceritanya,” sambil membuka kaleng bir itu lalu meneguknya sekali, kemudian memberikannya pada Bagas. Aku menyuruhnya untuk meminumnya. Ya, bagas dan Om Barata minum satu bir sama-sama itu semacam prosesi diterima yang lebih soft daripada ceremonial yang terlalu kaku.

“Lu nidurin cewek gua Davina ya?” seru om ku yang membuat Bagas tersedak minumnya batuk-batuk. Aku tertawa melihat itu. Segalak-galaknya om ku juga punya selera humor. Salting lah Bagas bicara dengan Om Barata, tapi itu bukan masalah, karena memang bagian dari masuk menjadi anggota adalah dengan meniduri teteh-teteh yang lebih senior di sini.

Om Barata memanggil temannya Aldi, bahasa sundanya ngageroan meneriakinya yang sibuk ngegodain teteh-teteh bandung, memintanya membawa kotak kecil ke mari. Di bawanya kotak kecil itu yang ternyata ketika dibuka adalah tempat penyimpanan satu pucuk beretta 92fs berwarna hitam. Tanpa peluru sebutirpun di larasnya dan di magazinenya yang dipasangkan, Om ku itu kemudian memberikannya pada Bagas. “Elu pegang ini,” tegasnya yang dibalas dengan sikap kaget, tegang, dan bingung oleh Bagas. Aku kemudian menyela juga, masa ngasih begituan ke adek aku. Tetapi gubrisku tidak di dengar. “Jangan sampai bawa beginian di jalan trus diperiksa polisi. Ini gak ada pelurunya, tapi lu bisa pake ini klo kepepet disaat genting,” seru om ku itu memberikan pistol itu ke tangan Bagas.

“Jaga Davina, Teteh mu itu penting buat om.”

Acara kemudian berakhir. Masing-masing dari anggota keluarga siap-siap untuk pulang. Beberapa di antaranya sibuk membereskan sampah kaleng minuman mengumpulkannya pada plastik sampah untuk dibawa pulang dibuang. Aku yang mengenakan celana ketat berbahan latex hitam kemudian menunggangi motor Honda CB150 Verza-ku. Bagas memberikan jaket kulit hitam milikku yang kemudian kupakai untuk membalut kaos putih pendek no bra di badanku. Dia, bagas yang berpakaian serba hitam mengenakan sweater berhoodie, kuberikan helm half-face IN*K. ketika aku sudah mengenakan helm full-face, kusuruh dia naik-duduk kubonceng di belakangku. “Jangan pegangan ke motor. Peluk aja pinggang teteh,” godaku padanya.

Berdua berboncengan kami melintasi jalanan bandung barat yang banyak rusak berlubang dan retak akibat jalurnya sering dilintasi oleh truk-truk besar. Walau begitu merasakan rasa romantis di situ saat pinggangku dipeluk erat olehnya. Aku sayang pada kamu Bagas sampai bela-belain aku ajak ketemu anak-anak, ketemu Om Barata seperti itu supaya kamu bisa jalanin hidup lebih tenang gak was-was takut digencet oleh orang yang bermasalah dengan kamu itu.

Kami berdua mampir dulu di Hotel Melati di wilayah bandung barat. Gairahku sudah tidak tahan ingin lagi dinikmati olehnya. Bagas juga terlihat jaim di luar sana, tetapi saat memasuki kamar melati ini, dia yang sigap melepaskan pakaianku satu persatu melucutinya sambil mencium bibirku. “Agak susah ya latexnya dilepas,” tanyaku sambil membantunya melepaskan celana latex hitam legging itu lalu membuangnya ke lantai kamar. Bagas melihat memekku yang kini ditumbuhi rambut kemaluan yang cukup lebat. Biasanya aku cukur bersih atau tipis saja kusisakan. Ia yang melepaskan pakaiannya satu persatu, membiarkanku naik ranjang terlebih dahulu masih mengenakan bra hitam pada kedua payudaraku. Aku berbaring terlentang, bantal di bawah kepalaku, kubiarkan rambut cokelat kepiranganku tergerai. Kusambut Bagas yang mendekat pelan berusaha menindih badanku sambil menciumi bibirku, dengan cara membuka kedua pahaku mengangkang lebar.

“Enak teteh gampang basah,” serunya membenamkan kontolnya yang tidak terlalu besar itu pada memekku. Melengguh pelan aku, rasanya tidak terlalu sakit karena aktif seks hampir setiap hari. Dibiarkannya di dalam kontolnya itu, ia menciumiku, mengecup leherku, lalu kedua tangannya menyibak mangkuk bra hitam milikku menyembulkan kedua payudaraku yang besar di depan wajahnya. Dijilatinya puting payudaraku kiri dan kanan dalam gerakan melingkar. Diemut lantas ditariknya itu agar putingku memerah tegang keras. Kugoyangkan pinggulku memberi tanda padanya agar memulai gerakan penetrasi yang dimengerti olehnya. Bagas memompaku dengan ritme yang pelan membuatku nyaman.karena dia naikkan temponya sedikit demi sedikit. Kupeluk tubuh bagas itu sambil mengaduh, mendesah, kami berciuman hangat seperti sepasang kekasih. Memang rasanya begitu berbeda saat memacu birahi dengan seseorang yang kita sayangi.

Bunyi kontolnya yang berdecak memompaku terdengar oleh telingaku yang dibarengi dengan rasa geli nikmat dari vaginaku, “Ahhh enak sayang.. teruss.. jangan berhenti,” racauku menciumi lehernya. Diremas-remasnya payudaraku, dicubit putingnya membuatku mengaduh sakit tapi enak. “Gas, kamu hamilin teteh aja sshh.. Ahh Ahh kamu pengen nyobain ngentotin bumil ndak? Ahhh… Ahh,” aku orgasme, rasanya seperti tersentrum merinding tubuhku ini yang terpancar dari vaginaku menyebar ke seluruh tubuh. Bagas membiarkanku merasakan orgasmeku itu, melepaskan kontol lenturnya ia gesek-gesekkan pada bibir kemaluanku yang masih sensitif, “Aku masukin lagi ya teh?” bisiknya hanya memberikanku waktu menikmati after orgasme sebentar. Dia memompaku lagi, aku berusaha bertahan dari hentakan-hentakan itu yang terasa pada dinding vaginaku memeras, mengempot, menjempitnya.

Kami lalu berganti posisi seks duduk saling berhadapan. Aku di posisi ini mulai aktif menggoyangkan pinggulku membuat kontolnya yang terbenam seluruhnya pada memekku teremas, terjepit, dan terkadang aku naik-turunkan membuatnya merem-melek. “Enakkan service teteh?” godaku yang dibalas remasan kedua tangannya pada bongkahan bulat pantatku. Bagas menghisap payudaraku sedangkan aku masih aktif memainkan pinggulku memutar naik-turun. Tangan kananku kugunakan menyibak rambut panjang pirangku ke belakang agar tidak tergerai menutupi payudaraku. “Ahh ssshh- aduuh enak banget, kamu enak juga kan sayang? Ahh.. Ahhh-,”

Kudorong jatuh kubaringkan tubuh Bagas pada ranjang. Berposisi reverse woman of top aku naik-turunkan pantatku dalam posisi tubuh berjongkok mengangkang lalu kedua tanganku bertumpu pada lutut kakinya yang agak menekuk naik. Terkadang Bagas memompa naik turun pantatnya seperti piston yang membuat vaginaku tergesek nikmat basah. Rasanya hangat, Bagas lalu mengganti posisi doggy style untuk menghujamku lebih leluasa. “Tahan teh biar keluar bareng,” aku pasrah aja menikmati kantung pelirnya yang memukul-mukul klitorisku saat dia pompa sampai mentok maju-mundur itu kontolnya. Di posisikannya tubuhku rendah menyentuh bantal sedangkan pinggang dan pantatku tinggi. Sudah leluasa kontolnya itu keluar masuk memekku. “Seksi banget memek teteh, merah basah,” ucapnya sambil memasukkan dua jari pada lubang anusku. Itu membuat sensasi yang berbeda, apalagi saat dia permainkan lubang analku itu maju mundur dan mengorek-ngoreknya.

Suara plok plok plok dan bunyi kentut dari vaginaku tidak kupedulikan lagi. “Udah Gas!! teteh ndak tahan!! ahhh.. sshhh,” aku orgasme, “Aahh!-“, meliuk tubuhku merasakan kenikmatan itu menjepit keras kontolnya membuatnya menumpahkan air maninya dalam rahimku. Bagas menyodok-nyodokan dalam kontolnya memuntahkan mani yang tersisa di dalam vaginaku, hingga menunggu beberapa saat baru dia lepas kontol itu dari memekku. Ia tidur terbaring di sampingku, “Nanti teteh beneran hamil,” suaranya sambil terengah-engah kecapaian berkeringat. Aku tersenyum mendengar itu lalu mencubit pipinya, “Beneran pengen teteh hamil kamu ya?”

“Nanti aku dibunuh Om Barata…”

“Tapi tetep aja kamu keluarin di dalem, nakal,” jawabku yang juga kelelahan akibat persenggamaan kami.

Kami berdua ketiduran sejenak di kamar itu.

Sorenya sekitar jam 4, aku duduk di warung nasi goreng rempah mafia di daerah Dipati Ukur sambil menunggu adekku yang selesai kuliah. Namanya Mei, dia mahasiswi perhotelan yang punya hobi sebagai penulis lepas. Wajahnya mirip seorang gamer kimi-hime memakai kacamata bundar namun rambutnya panjang cokelat dan dadanya kecil.

Kutunggu dengan sabar, sambil minum es jeruk. Nasi goreng yang sudah kupesan tidak pedas juga baru habis setengahnya. Tidak berapa lama, Mei tiba menggunakan pakaian resmi kemeja putih ketat dan rok hitam, menenteng tas selendang sedangkan di tangan kanan ia pegang jaket kardigan-nya. Ia lalu duduk di depanku, “Haduhh maaf kak, telat ya?” serunya padaku sambil kecapaian mengipas-ngipas lehernya seperti kepanasan. Mei memesan nasi goreng pedas. Kami berdua berbincang santai.

Melihatnya saja sudah membuatku senang. Biasanya aku main ke kosannya saat siang hari. Akan tetapi ketika banyak urusan yang harus kulakukan, kami hanya bisa saling bicara lewat WA berbalas chat. Aku lah yang mengajarinya menikmati lesbian. Awalnya dia takut, tidak mau, namun akhirnya pertahanannya luluh juga dan mulai menikmati cumbuan panasku. Itu menjadi rutinitas yang kami berdua lakukan jika aku bermain ke kosannya.

Kami berdua makan, aku terus memperhatikannya yang tersenyum saat bicara dan tertawa ketika bicara tentang humor anak-anak kuliahannya tentang kondom basah di hotel. Aku nyaman dan senang walaupun tidak kukatakan itu padanya, bahwa aku senang menemuinya. “Kamu anak perhotelan, harus hati-hati,” ujarku. Ya, kalau didandanin bener, dilepas kacamata bulat nerdnya, adek perempuanku ini cantik, putih, keturunan tionghoa lagi. Untungnya dia bukan tipe anak dugem yang suka keluar malam party mabuk-mabukan. Temen-temennya genk cantik pada begitu.

Mama meneleponku yang sedang makan itu, dia minta agar aku cepat pulang. Kubalas sebentar lagi yang dibalas cepat pulang dengan nada tinggi, sepertinya ada urusan penting. Mei melihatku sepertinya dia tahu aku harus segera pergi, “Gak apa-apa teh, nanti lain kali kita bisa ketemu lagi ngobrol lebih lama,” kukecup pipi adek ku itu membuat wajahnya merah lalu pamit pulang duluan menaiki Motor Honda CB150 Verza-ku. Tidak biasanya mama seperti ini menggangguku yang sedang di luar untuk segera pulang.

Sampai di rumah, kumasukkan motor koplingku itu ke dalam garasi. Baru saja aku membuka pintu depan, aku sudah melihat mama yang duduk seperti sedang menungguku. Mama Lara sudah terlihat sangat cantik dan wangi lavender tubuhnya. Dia telah berdandan juga membentuk rambutnya bergelombang menggunakan spray agar tetap indah. Ia memintaku segera bergegas mandi lalu berdandan karena ia ingin mengajakku pergi keluar.

***​

Ada reservasi makan malam bersama teman mama, itu alasannya aku diminta cepat pulang karena takut datang telat. Kami berdua lalu berangkat naik Mobil Avanza Hitam yang mama kemudikan setelah sebelumnya memberi pesan kepada Teh Riska kalau kami berdua mungkin pulang malam. Kasih tahu aja papa klo nanya ke mana, jelasin aja ada pertemuan sebentar sambil makan malem. Aku yang duduk sambil memakai seat belt di kiri mama mencoba bertanya, “Komunitas BDSM lagi ya, mah?” ujarku yang dijawab singkat, “Iya, mau ngobrol sama mama katanya.”

Kami tiba di wilayah perumahan yang jauh dari jalan raya. Rumahnya tidak memiliki halaman. Bagian bawahnya itu adalah spot garasi mobil dan tangga menuju ke atas sedangkan pemukimannya itu ada di bagian atas lantai dua. Rumah ini bertingkat tiga. Mama Lara parkirkan mobil di pinggir depan rumahnya, itu tidak menghalangi jalan. Setelah kunci pintunya dibuka, aku turun dari mobil. Aku yang mengenakan gaun sweater ketat berlengan panjang dengan rok pendek, menurunkan kaki jenjangku yang memakai sepatu stilleto kulit hitam panjang melebihi lutut. Kutenteng jaket kulit hitam motorku itu pada lengan kiriku, di leherku terpasang collar hitam kulit sebagai tanda bahwa aku adalah sub.

davlongkneeboots.jpg

Mama yang mengenakan gaun hitam pendek sepaha dengan ukiran berokat putih pada ujung kedua lengannya yang sepanjang siku lebih, memperlihatkan belahan dadanya yang terbuka lebar. Kami berdua lalu mendekati rumah itu memencet belnya dan kini hari sudah mulai gelap, mungkin sekitar setengah tujuh malam. Aku mendengar suara anjing menggonggong dan suara dari interkom yang mengijinkan mama masuk.

Makan Malam bernuansa BDSM aku baru merasakannya kali ini. Tidak ada yang aneh pada meja makannya. Tersedia steak, mash potato, dan juga jus strawberry pada masing-masing gelas kami. Pada gelas anggur dituangkan anggur merah oleh seorang wanita cantik tionghoa yang mengenakan pakaian gaun tertutup panjang berwarna hitam berbahan kulit. Wanita ini bernama Mistress Angelica Tan sedangkan tuan rumah perjamuan ini yang duduk di meja makan mengenakan gaun merah seksi terbuka berbelahan dada rendah serta membuka bagian pinggangnya adalah Madame Ning Tyas.

Aku duduk bersama mama di bagian kiri, lalu Mistress Angelica berada di depan kami. Madame Ning Tyas berada di ujung meja makan di kanannya ada mama dan di kirinya ada Mistress Angelica. Di ruang makan yang mewah ini dengan penerangan yang terang dan juga lilin-lilin merah yang dinyalakan menambah kesan klasik, gothic, terdapat furnitur tetapi bukan furnitur kayu jati begitu, melainkan furnitur bdsm. Ada setidaknya lebih dari 10 pria dengan badan bagus gym sixpack berperan menjadi kursi meja atau berdiri seperti patung. Mereka telanjang bulat memperlihatkan kontol mereka yang lemas dan beberapa ada yang memakai penis chastity dari besi yang membuat kontolnya tidak diperbolehkan ereksi karena dikunci gembok. Pada kepala mereka terpasang topeng bdsm penuh satu kepala terbuat dari kulit. Pada mata mereka dipasangi blindfold dan mulut mereka terpasang ball-gag dengan bola berwarna merah. Tidak diperkenankan bicara, melihat, hanya mendengar sayup-sayup. Itu adalah apa yang dialami oleh sub di rumah ini.

Kami makan seperti biasa, dan aku diperingatkan mama untuk tidak bicara sebelum masuk rumah ini. Tidak ada obrolan, hanya ada sedikit kata dipersilahkan makan dan kami berempat makan. Aku bersikap biasa saja, tetapi saat melihat mereka bertiga seperti sedang memperlihatkan table manner yang anggun satu sama lain. Apa saat ini di meja makan tempat aku juga menikmati hidangan ternyata sedang memperlihatkan kehormatan seorang mistress kepada mistress lain.

Madame Ning Tyas membuka pembicaraan, “Ada pengusaha yang dekat dengan pejabat pemerintahan. Dia ingin servis bdsm dari Mistress Lara. Masih requestnya itu, beberapa kali permintaan.”

Mama Lara yang sedang mengunyah potongan daging merah medium steak, kemudian menelannya lalu menyimpan pisau serta garpu di tangannya itu di atas piring, “Aku menolak, aku tidak ikut andil dalam servis berbayar seperti itu.”

“Apa enggak bisa itu berubah untuk honorary member, Ra?” potong Mistress Angelica.

“Tugas seorang mistress bukan nyenengin pelanggan. Kita bukan pelacur Open BO,” tegas mama pada mistress.

“Buat Mistress Lara tidak harus membuka layanan seperti itu tapi khusus Premium Restricted ke orang-orang penting, apa benar-benar sangat keberatan?” tukas Madame Ning Tyas.

“Komunitas dilindungi juga ada bayarannya, Ra,” potong Mistress Angelica.

“Cukup!” tutup mama, sambil menggebrak berdiri dari kursinya menumpukan kedua tangannya pada meja. “Jika ingin aku keluar, maka aku keluar.”

Dari tiga mistress di meja makan ini, cuma mama yang kehilangan kendalinya. Madame Ning Tyas meminum anggur merah, sedangkan Mistress Angelica masih tetap mengunyah steak yang ia lahap. Mama Lara lalu duduk kembali berusaha menenangkan dirinya sambil meminum anggur merah miliknya.

Madame melirik ke arah mama yang mulai mengelap lehernya menggunakan tisu karena basah berkeringat. Aku yang berada bersama mereka hanya menjadi penonton ikut canggung dengan kondisi yang terjadi. Ia lalu berdiri dari tempat duduknya mendekati kursi mama lalu memegang kedua pundak mama dari belakang. “Aku tahu Lara tetap peduli pada komunitas, walaupun berkali-kali komunitas ini mengecewakanmu. Anggap saja ini pemintaan tolong dariku dari sesama mistress, kamu dapat membantuku menggunakan apapun yang kamu miliki, tubuhmu, perasaanmu. Kehormatanmu tidak akan hilang tidak akan ternoda.”

Kami selesai makan kemudian berdiri berjalan mengikuti Madame menuruni tangga menuju ruangan yang bersebelahan dengan garasi mobilnya di lantai satu. Sebuah basement yang ternyata cukup luas ada beberapa jeruji besi tempat menyimpan anjing-anjing milik madam berwarna hitam ada tiga ekor. Ini adalah tempat Eksebisi BDSM, kulihat ada X-Cross, Wooden Horse, rantai-rantai yang terpasang di langit-langit, selang air yang terpasang pada keran air, di sana juga aku lihat ada bathtub berwarna putih bersih kosong tanpa air.

“Jangan sentuh sub gue,” ucap Mama Lara pada madam. Madam Ning Tyas mengangguk mengerti kemudian membuka ke samping belahan gaun mewah mamah yang berwarna hitam agar payudara mama menyembul ke luar. Dilepaskannya juga lace g-string hitam yang terbuka pada bagian tengah vaginanya yang terdapat tali mutiara putih yang sedang mama pakai itu, ditariknya ke bawah, lalu mama dibantu untuk naik bathtub berbaring rebahan di sana masih mengenakan gaun yang kini terbuka memperlihatkan kedua payudara indah serta vaginanya.

Submissve pria paruh baya yang sejak tadi menjilati vagina seorang tante tante cici cici dalam posisi menungging, akhirnya dibuka blindfold-nya. Aku baru menyadari jika itu adalah pengusaha yang menyewa Mama Lara. Lalu tante-tante yang memiliki rambut hitam diikat sanggul yang berposisi menungging tangan terikat oleh borgol kulit serta mata tertutup blindfold, lalu mulutnya dipasangi ball-gag, adalah istrinya sendiri. Ini adalah pasutri yang menikmati scene bdsm bersama.

Di ruangan itu terpasang 3 video camera yang menyala merah terpasang pada tripod, artinya sedang merekam adegan scene di sana. Mistress Angelica kemudian mengambil salah satu anjing hitam dari kandang jeruji besinya yang dikunci gembok, memakaikannya tali rantai collar pada leher anjing tersebut sebelum akhirnya membawanya keluar kandang. Madam Ning Tyas memanggil 5 pria berbadan atletis untuk turun ke ruangan eksebisi scene.

Mama hanya diam rebahan telentang pada bathtub dengan posisi tubuh sedikit menyandar. Diperintahkannya lima pria itu mengelilingi mama lalu kemudian mereka mengocok penis mereka itu di depan mama dengan tempo yang cepat. Om-om paruh baya yang terlihat umurnya sudah 45 tahun itu, merangkak mendekati mama ditarik tali rantai collar-nya oleh madam. Mama Lara lalu kemudian mengangkangkan kakinya sehingga kedua kaki indahnya keluar dari bathtub. Tidak berpikir panjang, dijilati kaki mamaku itu oleh om-om paruh baya dengan lahap, lalu dihisap jemari kakinya satu persatu yang terlapis kutex merah. Sepertinya om-om ini senang sekali dan memiliki fetish dengan kaki indah mistress.

Suara gonggongan anjing terdengar tapi diurus oleh Mistress Angelica. Ia yang mengenakan pakaian gaun kulit panjang tertutup berjalan mendekati cici-cici yang sedang menungging. Dilepaskan blindfold cici-cici itu sehingga dapat melihat anjing hitam cukup besar yang akan dipuaskan oleh tubuhnya. Bestiality di depan mataku langsung, itu membuatku berkeringat sekaligus terangsang.

Diputari tubuh tante itu kemudian anjing hitam itu mengangkat badannya lalu menyimpan tubuhnya di atas tubuh tante yang sedang menungging. Digoyangkan pinggulnya maju mundur kesetanan yang kulihat tidak semudah itu penis merah mengkilat anjing itu bisa masuk. Ditariknya kembali menjauh si anjing dari tubuh cici, diperintahkannya lagi si anjing untuk menyetubuhi tubuh wanita oleh Mistress Angelica, kali ini masuk sedikit namun lepas lagi.

Kurasakan celana dalamku mulai basah, kuharap cairan kewanitaanku tidak mengalir disela-sela pahaku dan terlihat oleh mistress-mistress di sini.

Om om submissive itu menjilati kaki mamaku naik sampai pahanya. Dijilatinya sampai basah, dikecupnya, lalu dihisap-hisapnya sampai beberapa bagian dicupang membentuk bekas merah. Hal itu membuat Mama Lara mendesah, kedua jari tangan kanannya ia mainkan menyentuh klitorisnya sendiri lalu terkadang ia masukkan ke liang vaginanya bermasturbasi depan om-om yang menyewanya sembari membiarkan sub bondage lainnya mengocok kontol besar mereka di sekeliling mama ku. “Hmmhhphh!” salah satu sub yang mengenakan topeng hitam melengguh memuncratkan air maninya ke payudara mama. Sebagian cairan putih itu mengotori gaunnya, mama tahu tapi ia tidak marah. Aku mengerti mama diminta jadi mistress bukkake yang disiram oleh air mani dari banyak pria, dimandikan oleh kehangatan sperma ejakulasi.

Tante yang merupakan istri om-om ini mendesah dalam ball-gag cukup keras, karena berhasil disetubuhi oleh anjing. Penis berurat merah itu berhasil masuk ke dalam vaginanya yang kini sedang dipompa dalam tempo yang sangat cepat seperti piston membuat tubuhnya maju mundur tidak karuan. Itu terlihat seksi sekali, ketika aku bisa melihat langsung seorang wanita cantik disetubuhi oleh anjing.”hmmph!! hmpph!!” suaranya merasakan sodokan sampai sampai mani putih itu merembes keluar dari celah vaginanya menetes ke lantai. Tidak berlangsung lama, penis anjing itu lepas lagi, tubuh anjing itu kembali merangkak dengan empat kaki di lantai. Aku melihat vaginanya yang merah dibuahi didalam oleh air mani anjing itu yang putih kental menetes meleleh pada lantai.

Mama mulai menikmati masturbasinya sambil kaki kanannya masih dijilati oleh om-om paruh baya. Suara becek berdecak dan vagina mama yang berair itu mulai terlihat. Pria-pria atletis bertopeng itu satu-satu mulai mendapatkan ejakulasinya menyemprotkan air maninya ke perut, dada, dan juga wajah mama. Mama Lara tidak mempedulikan itu, ia hanya berusaha mencapai orgasmenya sendiri yang akhirnya ia dapatkan dalam desahan panjang memuntahkan lahar putih madu orgasme dari dalam vagina.yang begitu banyak. Sekresi dari cairan kewanitaan itu dimainkan oleh kedua jari mama yang masih di keluar-masukan.

“Kamu mau scene?” tanya Madam Ning Tyas padaku di sebelah kiri diriku, yang sedang bertahan berdiri susah tegak kakiku ini yang seperti kegerahan melihat adegan seks. Aku menggelengkan kepala untuk menjawab tidak. “Kamu madam lihat tertarik sama anjing madam. Nanti lain kali kamu datang ke sini sendiri. Nanti madam ajarin nikmatnya seks bestiality,” godanya padaku yang hanya bisa kujawab diam. Tangan kanan Madam di belakang diriku, memegang bongkahan pantat bulatku langsung (karena aku memakai sweater mini) lalu ia meremas-remasnya pelan, sambil kami berdua bersebelahan melihat Mama Lara selesai dalam orgasmenya.

- Diary 13

no quote

*4000 kata :hati:
 
Terakhir diubah:
Makasih apdatenya mbak @Davina-hime ....
Hidup loe kayaknya enak banget ... Semua masalah selesai dlm 1 hari ...
Aku ngiri dehhh ...😁😁😁
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd