Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Seorang Istri Season 2

Diary Seorang Istri Season 2
Part 29


“Terima kasih mas, sudah mau nemanin saya, oh ya jadwal kontrol mas kalau gak salah dua hari lagi ya, nanti saya jemput mas ya, biar saya yang antar.” Ujar Dahlia sambil tersenyum pada Anto.

“Wah gak usah repot-repot mbak…” Balas Teguh.

“Gak repot kok, sudah kewajiban saya juga, mas kan mengalami ini karena membantu saya, ya berarti ini tanggung jawab saya..” Ujar Dahlia.

Suasana menjadi hening, Anto dan Dahlia sama-sama terdiam, Dahlia melirik ke lelaki di sebelahnya ini, secara wajah lelaki di sebelahnya ini sangat biasa, namun ada sesuatu di diri lelaki ini yang memancarkan pesona sendiri.

“Kenapa mbak..kok liatin saya gitu..” Tanya Anto, sebagai lelaki pengalaman Anto sangat paham kalau wanita cantik di sebelahnya ini sangat tertarik padanya, dan Anto memutuskan untuk mengubur mimpinya bersama Maya, Anto mulai memasang jeratnya untuk menguasai sepenuhnya wanita di sebelahnya ini.

“Ihhh..jangan panggil mbak dong…panggil dahlia aja, atau panggil sayang juga boleh hihihi…” goda Dahlia, gadis cantik itu rupanya menyangka kalau Anto adalah lelaki yang pemalu, sehingga dia senang menggoda lelaki itu.

Anto menoleh pada dahlia, wajahnya tersipu, Anto tersenyum malu, “Mbak bisa aja..ehh dek Dahlia bisa aja..” Ucap Anto.

“Nah gitu, panggil gitu juga gak apa..” ujar Dahlia sambil tersenyum manis. Anto pura-pura malu dan menundukkan wajahnya.

Dahlia memandang Anto cukup lama, sepertinya ada sesuatu yang tengah di rencanakannya “Mas..kita ke suatu tempat ya..” Dahlia melajukan mobilnya, Anto hanya menoleh tanpa bertanya lebih lanjut.



***



Teguh terdiam, dia tak tahu bagaimana menjelaskan pada Maya tentang maksudnya ini, ditatapnya Maya yang sedang menunggu jawabannya. Melihat pesona Maya, Teguh semakin terhanyut dalam angannya, dia merasa harus melindungi wanita cantik didepannya ini dari segala kemungkinan.


ilustrasi Maya​

“Kok diam pak? Bapak kan polisi, kenapa meminta saya untuk membiarkan orang tak bersalah ditangkap, tempo hari bapak juga meminta saya untuk tidak menceritakan pada penyidik tentang ciri-ciri pelaku, sebenarnya maksud bapak apa..” Maya mulai tak sabar melihat keanehan perwira polisi didepannya ini.

“Mbak..mungkin terdengar aneh, saya percaya kalau mbak Maya memang melihat pelaku, maksudnya ciri-cirinya yang bermata sipit itu..tapi…” Teguh menghentikan ucapannya.

“Tapi apa…kalau gak salah, polisi kan punya ahli sketsa, saya siap membeberkan ciri-ciri pelaku yang saya ketahui, mungkin ahli sketsa bisa menggambar wajah pelaku berdasarkan keterangan saya.” Ujar Maya terdengar emosional.

Teguh menganggukkan kepalanya, “Ya saya paham..”

“Lalu kenapa bapak meminta saya untuk menyembunyikan fakta penting, ahh harusnya saya gak perlu mengikuti saran anda..” Ujar Maya.

“Maaf mbak, saya sarankan seperti itu demi keselamatan Mbak Maya.” Balas Teguh.

“Keselamatan saya? Apa sih sebenarnya ini, kok saya malah bingung..” Maya mengerutkan keningnya, ucapan lelaki didepannya ini membuatnya semakin bingung.

Teguh menghela napas, “Ini kenapa saya meminta bertemu hari ini, karena saya tahu hari ini ada jumpa pers, dan saya pikir kalau mbak Maya melihat jumpa pers, maka Mbak Maya akan spontan bereaksi seperti tadi. Dan itu akan membahayakan diri mbak.” Ucap teguh.

Kening Maya semakin berkerut, penjelasan Teguh malah membuatnya bertambah bingung, “gini mbak..” Teguh kemudian menjelaskan semua keanehan peristiwa penusukan Murad, dari pelaku yang bisa masuk ke tempat steril, hingga pengumuman pihak kepolisian terhadap penangkapan tersangka tadi.

Maya menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi, perlahan penjelasan Teguh tadi membuatnya paham mengapa pria ini memintanya untuk menyembunyikan apa yang dia ketahui.

“Jadi ada pihak kepolisian yang terlibat?” Tanya Maya.

Teguh menoleh ke sekelilingnya, “Kemungkinan besar seperti itu, namun saya gak tahu siapa oknumnya, namun melihat yang terjadi, pasti bukan sekedar Perwira apalagi sekelas Bintara.. pasti oknumnya punya kekuasaan penting.”

“Maksud bapak, pelaku palsu yang di umumkan pihak kepolisian juga bagian rekayasa?” Tanya Maya.

Teguh sedikit terkejut mendengar kesimpulan Maya, wanita di depannya ini bukan hanya cantik, tapi juga cerdas, dia bisa menyimpulkan dengan cepat. Teguh mengangguk membenarkan pertanyaan Maya itu.

“Tapi kan kasihan, orang gak bersalah di tuduh sesuatu yang tak dilakukannya, apalagi ini pembunuhan, pasti ancaman hukumannya lumayan kan..” Tanya Maya lagi.

“Bisa jadi pelaku palsu itu memang bagian rekayasa juga, maksud saya memang sengaja di setting untuk menjadi pelaku, paham kan..” Jawab Teguh.

“Hah? Kok bisa gitu..” Maya semakin bingung.

“Bisa aja mbak, di pihak kami juga ada oknum-oknum yang seperti itu, itu sebabnya saya ingin bertemu mbak Maya sebelum keceplosan bicara dan di dengar oleh suami mbak, dan kita tahu apa yang akan terjadi kan..” Ujar Teguh.

Maya terdiam sesaat, “apa yang dikatakannya benar juga, andai aku keceplosan bicara pada Mas Adam kalau pelaku yang ditangkap itu, bukan pelaku sebenarnya, lalu mas Adam bilang pada penyidik, dan selanjutnya jika benar ada oknum petinggi yang terlibat, pasti mereka tak akan tinggal diam…ahhh, aku paham…” Maya mulai sedikit takut.

“Saya juga gak tahu apa motif pelaku penusukan itu, namun saya merasa ada kejanggalan di peristiwa ini, saya yakin korban bukan orang yang diincar, saya menduga pelaku ingin menghabisi nyawa bos korban, saya liat profil korban adalah bodyguard seorang pengusaha, bukan bodyguard suami mbak Maya kan?” Tanya Teguh.

Maya menggeleng, “Bukan Pak, korban adalah pengawal sahabat suami saya, dia pengusaha juga..” Jawab Maya spontan.

“Sudah saya duga..” Teguh menganggukkan kepalanya.

“Lalu apa yang harus saya lakukan?” Tanya Maya kemudian.

“Mungkin saran saya ini akan melanggar kode etik saya sebagai penegak hukum, namun saya benar-benar menghawatirkan keselamatan Mbak Maya, saya hanya bisa menyarankan Mbak Maya diam saja…itu saran saya sebagai pribadi mbak.” Jawab Teguh.

Maya terdiam, Murad telah tewas, bajingan itu telah melecehkan dirinya beberapa waktu lalu, walau tak dipungkiri, Maya juga menikmati kebejatan Murad itu, namun Maya sedikit merasa lega saat Murad tewas, paling tidak tak ada lagi yang akan mengancamnya kelak, dan rahasia kelamnya bersama Anto akan terkubur bersama jasad bajingan itu, walau Maya merasa diamnya adalah salah, namun apa yang di katakan lelaki didepannya ini masuk akal, kenapa dia harus peduli siapa yang membunuh bajingan itu, bagus dia mati mengingat apa yang telah dilakukan bajingan itu pada dirinya…” Maya menghela napasnya, di minumnya isi cangkir di depannya hingga habis.

“Baiklah pak, terima kasih atas jamuan dan sarannya, saya permisi dulu..” Maya merapihkan hijabnya, dan bangun dari kursinya, “Saya permisi dulu pak..” Ujar Maya kemudian pergi meninggalkan Teguh.

Teguh hanya memandang punggung Maya yang semakin menjauh, sungguh hatinya merasa senang bisa bersama wanita cantik tadi, Teguh ingin menahan Maya lebih lama lagi, namun dia tak memiliki alasan untuk itu, seperti dalam adegan film, Teguh berharap Maya menoleh sejenak sebelum menghilang dari pandangannya, namun sampai menghilang, Maya sama sekali tak menoleh padanya, Teguh menghela napas, dia tersenyum sambil mengusap wajahnya, dia tahu perasaannya yang sedang tumbuh ini salah, namun Teguh juga tahu kalau hatinya yang selama ini layu sejak istrinya meninggal, kini mulai hidup dan bergetar kembali.

Teguh memanggil pelayan untuk meminta Bill, setelah membayar Bill, Teguh bangun dari duduknya, malam nanti dia akan pulang ke Balikpapan, dia berharap perasaannya ini akan memudar cepat, karena perasaan ini sungguh salah, dan Teguh tak ingin perasaan ini semakin berkembang hingga sulit baginya menghentikan semua, dia harus bisa menghentikan perasaannya pada Maya.



***



Anto keluar dari kamar ganti, dia berdiri bagai peragawan yang sedang memamerkan pakaian di depan Dahlia yang sedang duduk di sofa, Dahlia tersenyum pada Anto, sambil menyilangkan sepasang kaki jenjangnya gadis cantik itu memandang Anto dari ujung rambut hingga ujung kaki, telunjuknya menyentuh bibirnya, tak lama kepalanya menggeleng, “Coba yang lainnya mas..” Ujar Dahlia.

Anto hanya tersenyum dan kembali ke kamar ganti mencoba pakaian yang lain, hampir 4 pasang pakaian yang telah dicobanya, namun sepertinya Dahlia belum puas dan meminta Anto untuk menggantinya kembali.

Pakaian kelima yang kini tengah dicobanya adalah sebuah Striped suit dan kaos turtle neck berwarna hitam, dengan bawahan berupa celana berwarna senada, Anto terlihat berbeda dari sebelumnya, tubuhnya yang tegap memancarkan pesona pria jantan di balutan kostum yang dikenakannya, Dahlia tersenyum manis, matanya berbinar menatap pria di depannya ini, tangannya menopang dagunya, kepalanya mengangguk-angguk, “Keren….” Ujarnya sambil memberikan jempol.

Anto mengangkat alisnya untuk memastikan dia tak perlu mencoba pakaian yang lain, Dahlia tersenyum, “Ya itu sesuai banget buat mas, sudah gak usah ganti lagi heheh, aku suka melihat penampilan mas kaya gitu, oh ya mbak..tolong lepas price tag di semua pakaian itu ya, ini kartu saya, sekalian saya bayar.” Ujar Dahlia.

“Serius dek, mas gak perlu lepas lagi…” Tanya Anto heran, Dahlia hanya mengangguk dan beranjak dari duduknya, tanpa sungkan Dahlia menggamit lengan Anto dan mengajaknya ke kasir, “Pakaian yang tadi di masukkan dalam bag saja mbak..” Ujar Dahlia pada pelayan toko yang melayaninya.

Setelah membayar, Anto dan dahlia meninggalkan toko, Dahlia terlihat mulai nyaman bersama Anto, tanpa malu atau sungkan, dia bergelendotan manja di lengan Anto, “Sekarang kita ke satu tempat lagi mas..” Ujar Dahlia.

“Kemana Dek?” Tanya Anto penasaran, Dahlia hanya menjawab dengan senyum manisnya, Antopun membalas senyuman gadis cantik itu, dan mengikuti kemanapun si cantii akan membawanya, tak lama mereka tiba di sebuah tempat, Anto melihat papan nama tempat tersebut dan menoleh pada Dahlia, gadis cantik itu mengangguk, bola matanya berbinar riang, tempat itu rupanya adalah sebuah salon terkenal yang merupakan salah satu cabang milik penata rambut terkenal.

Dahlia mengajak Anto untuk masuk, sesampainya di dalam, para pekerja rupanya telah mengenal baik dengan Dahlia, mereka melambaikan tangan pada gadis cantik itu, seorang pengunjung wanita yang juga cantik terlihat bercipika cipiki dengan Dahlia, pengunjung wanita itu melihat ke Anto dan berbisik pada Dahlia dengan bahasa daerah setempat yang tak di mengerti oleh Anto, entah apa yang mereka bicarakan, Dahlia dan temannya itu saling cekikikan.

Salah seorang pekerja lelaki menghampiri Dahlia, pekerja itu berjalan gemulai sambil menepuk tangannya menyambut Dahlia, “Duh ses, tambah cantik banget…eii ..sepong tuh lekong cyinn..?” Tanya si bencong itu sambil melirik ke Anto.

“Temen gue, tolong lu makeover penampilannya ya cinn…” Jawab Dahlia, “Tapi awas jangan lu grepe-grepe ya..” Lanjut Dahlia lalu tersenyum.

“Ouchhh, cucok cyinn…hihihi, yuk sayang…” Ujar bencong tersebut pada Anto, Dahlia hanya mengangguk pada Anto yang melihat padanya.


***​


Setelah selesai make over penampilan rambutnya, Anto berdiri di depan Dahlia, gadis cantik itu menatap kagum pada lelaki gagah didepannya ini, sungguh Dahlia tak menyangka kalau Anto benar-benar berubah penampilannya, “Waw… ganteng banget mas..” Ujar Dahlia, Anto mulai memancarkan pesona yang menjadi andalannya.

Setelah make over, Dahlia mengajak Anto jalan-jalan ke sebuah mal, di sana mereka menghabiskan waktu bersama dari makan, hingga nonton, Anto yang telah berpengalaman dengan wanita, sangat pandai memikat hati Dahlia dengan sikap dan ucapannya yang manis dan gentlemen.

Anto benar-benar telah memutuskan kembali untuk menjadi dirinya yang dulu, sang pemikat wanita, janjinya pada Maya untuk berubah telah dilupakannya, impiannya untuk bersama Maya telah dikuburnya dalam-dalam, Anto merasa apa yang dilakukannya selama ini sia-sia, Maya telah kembali bersama suaminya, dan itu membuat Anto kehilangan harapan, Anto merasa Maya tak benar-benar ingin meninggalkan suaminya seperti yang diucapkannya dahulu, walau Anto tak bisa menghentikan perasaan cintanya pada Maya, namun Anto mulai bertekad untuk melupakan Maya, dan kini seorang gadis cantik dan kaya raya tengah tergila-gila padanya, Anto tak ingin membuang kesempatan emas ini, kera kerasnya selama ini terasa sia-sia, “Ngapain juga gua capek-capek jadi supir truk, kerja diperusahaan lakinya si Maya pula, ahhh gila..mendingan gua manfaatkan si Dahlia ini…gua yakin dia lebih tajir daripada Olivia, apalagi dia juga lebih muda daripada Olive dan Maya…” ucap Anto dalam hati.

“Terima kasih dek Dahlia buat pakaian dan semuanya…” Ujar Anto saat berada dibalik kemudi Honda Crv milik Dahlia.


ilustrasi Anto​

Dahlia tersenyum, “Gak usah terima kasih mas, aku yang harusnya terima kasih, hari ini aku seneng banget..”

Anto membalas senyum gadis cantik itu, jemari Anto mengamit beberapa lembar rambut Dahlia yang menutup dahinya, Dahlia membiarkan lelaki itu mengusap lembut pipinya, di tangkapnya tangan Anto, dielusnya tangan yang besar itu, keduanya saling menatap, Anto memajukan wajahnya, begitupula Dahlia, bibir mereka bertemu, Anto mulai mengecup bibir gadis itu dengan lembut, Dahlia memejamkan matanya menikmati hasrat yang mulai menjalar di setiap pori-pori kulitnya, berikutnya kedua insan itu mulai saling melumat dengan penuh napsu, Anto sangat lihai membangkitkan hasrat lawan jenisnya, setelah 10 menit berciuman dengan panas, kening keduanya saling beradu, napas Dahlia tersengal-sengal, “mas…mau nginep di rumahku gak…” Tanya Dahlia dengan suara lirih.



ilustrasi dahlia​

Anto tersenyum dan mengangkat dagu gadis cantik itu, “Tentu saja aku mau…” Jawab Anto, Dahlia tersenyum malu, Anto mulai melajukan mobilnya, dahlia menyender manja di bahu Anto, tangannya meremas jemari Anto dengan mesra, Anto mengecup lembut rambut Dahlia yang harum, mobil semakin melaju membelah kegelapan malam, kedua insan yang sedang di mabuk hasrat kini saling merapat satu sama lain, malam ini mereka akan melepaskan semua hasrat yang tertahan dengan sepuasnya, Anto kembali tersenyum, langkahnya terasa begitu mudah, sekian bulan tak merasakan kehangatan wanita, kini tiba-tiba seorang gadis cantik, kaya raya, sebentar lagi akan mengarungi lautan birahi bersamanya, Anto sungguh tak sabar untuk segera tiba di rumah Dahlia, di percepatnya laju kendaraan yang tengah disupirinya ini….



***



Bersambung
 
Diary Seorang Istri Season 2
Part 30


Maya menghempaskan tubuh indahnya ke atas tempat tidur, pikirannya begitu kacau sejak kejadian yang menimpa Murad, bayangan mata sipit pelaku pembunuhan Murad terus berputar di memori otaknya, bayangan itu cukup menghantui dirinya, sejenak dia merasa bersalah pada Murad, bukan karena dia sedih melihat Murad terbunuh begitu saja, namun menutupi fakta kalau dia mengetahui pelaku sebenarnya membuatnya merasa bersalah, walau rasanya dia ingin mengeluarkan semua ini, namun apa yang di katakan Kompol Teguh tak bisa dikesampingkan, cerita kompol Teguh membuat Maya menjadi agak khawatir, semuanya begitu masuk akal, dan Maya kini yakin, kalau banyak orang atau kekuatan besar yang terlibat dalam pembunuhan ini.

Maya sebenarnya juga bingung, kenapa polisi gagah itu berusaha keras untuk melindunginya, sebagai wanita, Maya menyadari kalau Kompol Teguh tertarik padanya, Maya bukanlah perempuan lugu seperti dulu, Maya bisa tahu dari tatapan lelaki itu padanya, hatinya kerap risih dengan tatapan Teguh pada dirinya, walau tak terang-terangan menunjukkan rasa suka, namun Maya yakin kalau pria gagah itu menyukai dirinya.

Maya sendiri tak memiliki perasaan apapun pada Teguh, namun dia tak bisa menyuruh Teguh untuk berhenti menyukai dirinya, andai dia kemudian bercerai dengan Adam, Maya sama sekali tak berpikir untuk mencari pengganti Adam, Maya hanya ingin hidupnya lebih tenang, Maya berencana setelah mengajukan gugatan cerai dengan Adam, dia akan fokus menjalankan profesinya sebagai guru TK, profesi itu membuatnya menemukan jati dirinya yang sesungguhnya, profesi itu yang membuatnya mampu bertahan menjalankan hidup setelah semua tragedi dan luka yang terjadi.

Maya merasa hidupnya kini jauh lebih bahagia, berkumpul bersama anak-anak membuatnya sangat nyaman, namun Maya sebenarnya tengah bersembunyi dari kenyataan yang sebenarnya, mengajar anak-anak adalah pelarian dirinya dari semua perasaannya yang berkecamuk, betapa hatinya begitu merindukan sosok Anto, lelaki yang telah memporak-porandakan kehidupan nyaman yang diimpikan semua wanita, namun Maya tak bisa memungkiri kalau hatinya telah bertaut dengan sosok itu, rasa benci yang dipupuknya terus menerus terhadap Anto adalah bentuk penyangkalan hatinya terhadap apa yang sebenarnya dirasakannya.

Maya berpikir keputusannya lari jauh ke kalimantan akan membuatnya bisa melupakan Anto, dan bisa mengembalikan rasa sayangnya pada Adam, Maya juga merasa jika rasa benci yang dipupuknya akan bisa menumbangkan rasa cinta yang bersemayam di hatinya terhadap sosok Anto, namun Maya tak sadar, semakin kuat dia berusaha membenci Anto, semakin kuat pula akar cintanya pada Anto, Maya tak ingin mengakui kalau hatinya begitu tercabik dengan kerinduan yang menyiksa, namun Maya juga tak bisa berbuat apa-apa, dia hanya berpasrah terhadap waktu yang akan membuatnya lupa terhadap pria bajingan yang telah membuatnya menjadi wanita, sekaligus juga menghancurkan semuanya.

Maya menghela napasnya, menghirup oksigen sebanyak-banyaknya untuk mengusir desiran resah yang begitu menggetarkan kalbunya, Maya beranjak dari ranjang menuju lemari pakaiannya, dia mengganti pakaian dengan baju rumahan, tak lama sebuah tanktop berwarna putih dan celana pendek berwarna pink telah melekat di tubuh sintalnya yang indah. Maya hendak melakukan Yoga, karena dia merasa Yoga adalah cara terbaik untuk menenangkan pikirannya, Maya mengambil airpods dan memasangnya di telinganya, suara musik lembut terdengar menenangkan jiwa-jiwa yang resah, Maya mengambil posisi dan mulai menggeliatkan tubuhnya perlahan…





***​


Suara kecipak ludah terdengar erotis ditelinga, dua buah bibir saling memagut dalam balutan syahwat yang mulai menggelora, seorang pria bertubuh gelap dan penuh tato terlihat memeluk erat pinggang seorang wanita cantik yang begitu pasrah mengikuti irama pagutan sang pria, sepasang lengan wanita itu memeluk leher sang pria, terlihat keduanya begitu saling menikmati genderang birahi yang semakin menghanyutkan perasaan mereka.

Anto yang berpengalaman sebagai gigolo kelas atas begitu mudah membuat Dahlia terperangkap dalam jeratan birahinya, pagutan dan geliat lidah Anto seolah paham dimana letak kelemahan Dahlia, wanita cantik itu menengadahkan kepalanya untuk memberikan akses pasangannya mengeksplor titik sensitif di lehernya, Gairah Dahlia mulai terbakar oleh sulutan rangsangan Anto, dalam posisi masih berpagutan, Dahlia terlihat agresif berusaha membuka pakaian yang dikenakan Anto, sebaliknya, Anto terlihat sibuk meremas pantat Dahlia yang masih terbalut celana jeans.

Anto mendorong Dahlia hingga berbaring di ranjang, dada Dahlia terlihat naik turun seiring napasnya yang terengah-engah, Anto tersenyum sambil membuka kancing pakaiannya yang tersisa, Dahlia menggigit bibirnya menatap tajam pejantannya, gairah birahi terpancar jelas di wajah cantiknya. Sekejap kemudian pakaian yang melekat di tubuh Anto terlepas, Anto melemparkan pakaiannya ke lantai, walau sudah begitu lama tak latihan, namun tubuh Anto masih terlihat berotot.

Anto merunduk dan berdiri dengan kedua lututnya, tangannya mulai membuka kancing celana dahlia, perempuan cantik itu kini sibuk membuka atasan yang dikenakannya, dahlia sedikit mengangkat pantatnya saat Anto menarik celana panjang yang dikenakannya, kini celana panjangnya mulai terlepas dari tubuhnya, sesaat dahlia refleks menutup celana dalamnya dengan kedua tangan, Anto perlahan menyingkirkan kedua tangan itu, Anto tersenyum menatap dahlia, kedua telapak tangan Anto meraba paha bagian dalam dahlia dengan lembut, wanita cantik itu sedikit menggeliat karena geli dan merinding.

Anto menundukkan wajahnya, diciumi paha putih mulus itu dengan perlahan, Dahlia menggelinjang geli, bibirnya mengerang pelan, ciuman Anto bergerak menuju keatas, lidah Anto melata di sekujur pinggul putih Dahlia, lidah itu terus bergerak membasahi sekujur perut rata Dahlia, wanita cantik itu semakin gelisah dalam gairah. Mata Dahlia yang terpejam, sedikit terbuka, dirinya terkejut saat Anto begitu mudahnya melepaskan bra yang menutupi payudaranya yang montok. Erangannya semakin menggelora saat mulut Anto begitu rakus mengemuti putting payudaranya, walau ini bukan pertama kali bagi Dahlia, namun gaya permainan lelaki ini begitu lihai dan tahu benar titik sensitifnya, “Masssss…” erangan Dahlia terdengar erotis, Anto tak menggubris dan terus asik merangsang birahi betinanya itu.

Anto menatap tajam mata Dahlia yang berada dibawahnya, sepasang tangan gadis cantik itu terangkat keatas kepalanya, kedua telapak tangan Dahlia di genggam erat oleh Anto, “Kamu cantik sekali…” Ujar Anto lirih, bibir anto mulai mendekat dan mendarat di bibir ranum Dahlia, gadis cantik itu menyambut lumatan Anto dengan begitu bernapsu, keduanya kembali terlibat dalam ciuman yang begitu panas, saling memagut dan saling melahap bibir masing-masing, Dahlia begitu agresif meladeni permainan Anto bagai kuda betina yang binal.

Anto mulai mengeluarkan kemampuannya sebagai penakluk wanita, setiap jengkal kulit mulus Dahlia tak luput dari lumasan lidahnya, erangan dan rintihan dahlia semakin membahana, gairah wanita cantik itu terus meninggi, Dahlia terkejut ketika menyadari satu-satunya kain penutup tubuhnya telah terlepas, tanpa menunggu lama Anto mulai memposisikan dirinya, direntangkannya sepasang kaki jenjang dan mulus Dahlia, hidungnya mengendusi aroma memek Dahlia, memek itu terlihat segar berwarna merah, bulu kemaluan Dahlia begitu lebat menghitam, Anto mengelus bibir memek yang terlihat basah itu, gadis itu menggeliat merespon, Anto tersenyum, di hisapnya jari telunjuknya yang basah oleh lendir dahlia.

“Masssss. Aghhhhhhhhhh ssssssssss..” Dahlia menggelinjang saat lidah Anto mulai menggelitik klitorisnya, tangannya refleks memegang rambut Anto yang pendek, serangan lidah Anto semakin gencar, lidah itu telah berpengalaman banyak memanjakan organ vital wanita, lendir semakin banyak keluar dari memek indah itu, bibir Anto juga mulai terlihat basah oleh campuran liur dan lendir Dahlia.

Tubuh Dahlia menggeliat kesana kemari, wajahnya merona kemerahan merasakan kenikmatan yang bercampur dengan rasa geli di sekujur organ vitalnya, kedua tangannya meremas erat seprei, lidah pejantannya membuatnya semakin larut dalam syahwat, lidah itu seperti menari dan meliuk menggetarkan seluruh syaraf birahinya, belum pernah Dahlia mengalami seperti ini sebelumnya, betapa menyiksa kenikmatan yang dirasakannya, birahinya semakin meninggi dan serasa ingin meledak, Anto sangat paham apa yang dirasakan oleh wanita cantik itu, sesaat lagi wanita cantik itu akan mengalami puncak birahi pertamanya, Anto semakin intens memainkan lidahnya seolah ingin menunjukkan betapa ahli dirinya membuat wanita mabuk dalam gairah birahinya.

Dahlia semakin larut dalam gairah yang terus meninggi, tubuhnya menggeliat hebat, sepasang kakinya yang terbentang tinggi mulai terasa tegang, denyut orgasmenya semakin berkumpul, dan tak lama setelah itu, punggung Dahlia sedikit terangkat, sepasang telapak kakinya menekuk tegang, cengkraman tangannya semakin kuat mencengkram seprei, Dahlia menjerit lirih, tubuhnya bergetar hebat dan kemudian kejang-kejang, Anto melepaskan bibirnya dari memek dahlia. wanita cantik itu sedikit memiringkan tubuhnya dengan napas tersengal-sengal, sesekali tubuhnya mengejang bagai tersengat listrik, Anto tersenyum memandang wanita cantik yang sedang terkapar bersimbah peluh itu.



Anto membuka kaitan celananya, diturunkan celananya berikut celana dalam yang dikenakannya, kontolnya yang dikelilingi urat tebal menegang tegak, Anto mengelus kontolnya pelan, ditatapnya tubuh putih mengkilat di depannya itu, dahlia membalikkan tubuhnya dan sedikit terkejut melihat Anto tengah memegang batang kontolnya, Dahlia menggigit bibirnya, perlahan rasa horninya kembali datang saat melihat kontol besar di tangan Anto, memeknya mulai kembali terasa gatal, Dahlia tahu rasa gatal memeknya hanya bisa hilang dan terpuaskan oleh garukan kontol besar itu.



***



Hujan rintik mulai turun membasahi bumi, udara menjadi lebih sejuk malam itu, di teras sebuah rumah, seorang pria tegap bermata sipit tengah asik membentuk asap rokok yang keluar dari mulutnya, asap yang keluar dari mulutnya membentuk bulatan-bulatan bagai kue donat raksasa, wajah pria itu terlihat berkerut tegang membuat tampangnya semakin tak enak dipandang, di meja didepannya ada sebuah botol bir kecil yang isinya sudah hampir habis.

Bayangan kejadian pembunuhan Murad terus menjadi mimpi buruk bagi Aliong, bukan karena dia merasa menyesal telah membunuh orang itu, tapi lebih karena merasa malu tak mampu menjalankan tugas yang diperintah bosnya, terlebih lagi dia juga kehilangan impian untuk membeli rumah untuk mamahnya di kampung.

Aliong teringat beberapa hari sebelum kejadian itu, dia menelpon mamahnya dan berjanji akan membeli rumah untuk mamahnya, Aliong merasa yakin kalau tugasnya tak terlalu sulit, apalagi dia juga mendapat dukungan dari salah satu oknum aparat berpangkat tinggi yang merupakan teman bosnya, namun kenyataan yang terjadi bukan hanya dia gagal menjalankan tugasnya membunuh orang yang bernama Santoso, namun akibat kejadian itu, posisi oknum aparat itu jadi tersudut, sumpah serapah dan kata-kata kotor serta penghinaan yang menyakitkan diteriakkan oleh bosnya melalui telpon, andai bukan bosnya, ingin rasanya Aliong mengorek mulut dan lidah orang itu, namun Aliong juga sadar kalau dia telah gagal menjalankan misinya.

Aliong tahu, bosnya mengirimkan dirinya ke Kalimantan bukan untuk melindungi dirinya dari kejaran aparat, tapi lebih untuk melindungi bos dan aparat kotor yang selama ini menjadi beking bosnya itu, apalagi sekarang preman kalimantan juga ikut terlibat, Aliong tahu, preman-preman itu bukan di minta untuk melindunginya, tapi lebih tepatnya untuk mengawasi pergerakannya.

Aliong tahu dia tak bisa berbuat apa-apa disini, walau rasa takutnya hampir tak ada, namun Aliong bukanlah orang bodoh yang ingin mati konyol begitu saja, dia sangat tahu kekejaman para preman-preman dari suku dayak ini, banyak cerita yang didengarnya mengenai kekejaman mereka terhadap para musuh-musuhnya.

Sudah beberapa hari sejak insiden itu terjadi, Aliong hanya tersenyum saat menyaksikan di televisi kalau pelaku penusukan itu sudah ditangkap oleh aparat, aliong tahu betapa banyak orang-orang yang bersedia untuk dijadikan tumbal, semua demi uang yang lumayan besar, dan Aliong menjadi sadar betapa berkuasanya stefen bosnya dalam mengatur kasus ini, dan semua itu bisa dilakukannya karena ada oknum kuat di penegak hukum yang menjadi sutradaranya.

Namun satu hal yang membuat Aliong penasaran, kenapa perempuan yang melihatnya malam itu tak bersuara sedikitpun, tak mungkin perempuan itu tak menjadi saksi yang dipanggil oleh polisi, Aliong juga tak percaya kalau perempuan itu bagian dari rekayasa bosnya, perempuan itu bukan hanya cantik tapi juga terlihat jujur dan baik, dan rasanya tak mungkin perempuan itu mengenal bosnya, tapi mengapa perempuan itu tak bersuara dan membiarkan orang tak bersalah yang dituduh menjadi pelakunya.

Aliong sendiri tak pernah cerita pada bosnya kalau ada seseorang yang melihat dirinya, entah kenapa dia tak ingin perempuan itu terkena masalah, “Andai lanciau itu tau, bakalan panik dia, biarin aja lah, biarin dia gak usah tau..” Ujar Aliong dalam hati.

Aliong juga bingung kenapa wajah perempuan itu terus muncul dalam benaknya, Aliong teringat momen singkat saat dirinya saling menatap dengan perempuan itu, Aliong begitu terpana dengan wajah cantiknya yang ketakutan, ekspresi wajah itu tak bisa hilang dari benak Aliong, andai suatu saat stefen tahu ada saksi kunci yang mengetahui ciri-ciri pelaku yang sebenarnya lalu menyuruhnya untuk membunuh perempuan itu, Aliong tahu dirinya akan bimbang, disatu sisi dia ingin melindungi perempuan itu, namun disisi lain perempuan itu akan membahayakan posisinya, posisi stfen dan juga posisi oknum aparat berpangkat tinggi tersebut.

Aliong beranjak dari duduknya, angin kencang membuat sebagian embun air hujan mengenai tubuhnya, di buangnya puntung rokok yang telah mati sejak tadi, ditenggaknya sisa minuman yang ada di botol, Aliong berharap dirinya tak akan bertemu perempuan itu lagi, Aliong juga berharap perempuan itu tak membuka mulutnya untuk selamanya…



***

Bersambung

,
 
mulai banyak konflik, pantengin terus jangan sampai ketinggalan, siapakah yang beruntung menikmati Maya nanti, apakah si Anto, atau Teguh....asikk kan sudah kembali terbayang Maya si gadis impian, btw untuk update terbaru, dan juga request, mudah2an minngu ini bisa selesai, mohon maaf soalnya saya ada urusan pindah rumah, kok di 46 di update terus ono gak, ya kan 46 cuma upload stock yang sudah ada, thanks buat atensinya, selamat liburan
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd