Diary Seorang Istri Season 2
Part 29
“Terima kasih mas, sudah mau nemanin saya, oh ya jadwal kontrol mas kalau gak salah dua hari lagi ya, nanti saya jemput mas ya, biar saya yang antar.” Ujar Dahlia sambil tersenyum pada Anto.
“Wah gak usah repot-repot mbak…” Balas Teguh.
“Gak repot kok, sudah kewajiban saya juga, mas kan mengalami ini karena membantu saya, ya berarti ini tanggung jawab saya..” Ujar Dahlia.
Suasana menjadi hening, Anto dan Dahlia sama-sama terdiam, Dahlia melirik ke lelaki di sebelahnya ini, secara wajah lelaki di sebelahnya ini sangat biasa, namun ada sesuatu di diri lelaki ini yang memancarkan pesona sendiri.
“Kenapa mbak..kok liatin saya gitu..” Tanya Anto, sebagai lelaki pengalaman Anto sangat paham kalau wanita cantik di sebelahnya ini sangat tertarik padanya, dan Anto memutuskan untuk mengubur mimpinya bersama Maya, Anto mulai memasang jeratnya untuk menguasai sepenuhnya wanita di sebelahnya ini.
“Ihhh..jangan panggil mbak dong…panggil dahlia aja, atau panggil sayang juga boleh hihihi…” goda Dahlia, gadis cantik itu rupanya menyangka kalau Anto adalah lelaki yang pemalu, sehingga dia senang menggoda lelaki itu.
Anto menoleh pada dahlia, wajahnya tersipu, Anto tersenyum malu, “Mbak bisa aja..ehh dek Dahlia bisa aja..” Ucap Anto.
“Nah gitu, panggil gitu juga gak apa..” ujar Dahlia sambil tersenyum manis. Anto pura-pura malu dan menundukkan wajahnya.
Dahlia memandang Anto cukup lama, sepertinya ada sesuatu yang tengah di rencanakannya “Mas..kita ke suatu tempat ya..” Dahlia melajukan mobilnya, Anto hanya menoleh tanpa bertanya lebih lanjut.
***
Teguh terdiam, dia tak tahu bagaimana menjelaskan pada Maya tentang maksudnya ini, ditatapnya Maya yang sedang menunggu jawabannya. Melihat pesona Maya, Teguh semakin terhanyut dalam angannya, dia merasa harus melindungi wanita cantik didepannya ini dari segala kemungkinan.
ilustrasi Maya
“Kok diam pak? Bapak kan polisi, kenapa meminta saya untuk membiarkan orang tak bersalah ditangkap, tempo hari bapak juga meminta saya untuk tidak menceritakan pada penyidik tentang ciri-ciri pelaku, sebenarnya maksud bapak apa..” Maya mulai tak sabar melihat keanehan perwira polisi didepannya ini.
“Mbak..mungkin terdengar aneh, saya percaya kalau mbak Maya memang melihat pelaku, maksudnya ciri-cirinya yang bermata sipit itu..tapi…” Teguh menghentikan ucapannya.
“Tapi apa…kalau gak salah, polisi kan punya ahli sketsa, saya siap membeberkan ciri-ciri pelaku yang saya ketahui, mungkin ahli sketsa bisa menggambar wajah pelaku berdasarkan keterangan saya.” Ujar Maya terdengar emosional.
Teguh menganggukkan kepalanya, “Ya saya paham..”
“Lalu kenapa bapak meminta saya untuk menyembunyikan fakta penting, ahh harusnya saya gak perlu mengikuti saran anda..” Ujar Maya.
“Maaf mbak, saya sarankan seperti itu demi keselamatan Mbak Maya.” Balas Teguh.
“Keselamatan saya? Apa sih sebenarnya ini, kok saya malah bingung..” Maya mengerutkan keningnya, ucapan lelaki didepannya ini membuatnya semakin bingung.
Teguh menghela napas, “Ini kenapa saya meminta bertemu hari ini, karena saya tahu hari ini ada jumpa pers, dan saya pikir kalau mbak Maya melihat jumpa pers, maka Mbak Maya akan spontan bereaksi seperti tadi. Dan itu akan membahayakan diri mbak.” Ucap teguh.
Kening Maya semakin berkerut, penjelasan Teguh malah membuatnya bertambah bingung, “gini mbak..” Teguh kemudian menjelaskan semua keanehan peristiwa penusukan Murad, dari pelaku yang bisa masuk ke tempat steril, hingga pengumuman pihak kepolisian terhadap penangkapan tersangka tadi.
Maya menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi, perlahan penjelasan Teguh tadi membuatnya paham mengapa pria ini memintanya untuk menyembunyikan apa yang dia ketahui.
“Jadi ada pihak kepolisian yang terlibat?” Tanya Maya.
Teguh menoleh ke sekelilingnya, “Kemungkinan besar seperti itu, namun saya gak tahu siapa oknumnya, namun melihat yang terjadi, pasti bukan sekedar Perwira apalagi sekelas Bintara.. pasti oknumnya punya kekuasaan penting.”
“Maksud bapak, pelaku palsu yang di umumkan pihak kepolisian juga bagian rekayasa?” Tanya Maya.
Teguh sedikit terkejut mendengar kesimpulan Maya, wanita di depannya ini bukan hanya cantik, tapi juga cerdas, dia bisa menyimpulkan dengan cepat. Teguh mengangguk membenarkan pertanyaan Maya itu.
“Tapi kan kasihan, orang gak bersalah di tuduh sesuatu yang tak dilakukannya, apalagi ini pembunuhan, pasti ancaman hukumannya lumayan kan..” Tanya Maya lagi.
“Bisa jadi pelaku palsu itu memang bagian rekayasa juga, maksud saya memang sengaja di setting untuk menjadi pelaku, paham kan..” Jawab Teguh.
“Hah? Kok bisa gitu..” Maya semakin bingung.
“Bisa aja mbak, di pihak kami juga ada oknum-oknum yang seperti itu, itu sebabnya saya ingin bertemu mbak Maya sebelum keceplosan bicara dan di dengar oleh suami mbak, dan kita tahu apa yang akan terjadi kan..” Ujar Teguh.
Maya terdiam sesaat, “apa yang dikatakannya benar juga, andai aku keceplosan bicara pada Mas Adam kalau pelaku yang ditangkap itu, bukan pelaku sebenarnya, lalu mas Adam bilang pada penyidik, dan selanjutnya jika benar ada oknum petinggi yang terlibat, pasti mereka tak akan tinggal diam…ahhh, aku paham…” Maya mulai sedikit takut.
“Saya juga gak tahu apa motif pelaku penusukan itu, namun saya merasa ada kejanggalan di peristiwa ini, saya yakin korban bukan orang yang diincar, saya menduga pelaku ingin menghabisi nyawa bos korban, saya liat profil korban adalah bodyguard seorang pengusaha, bukan bodyguard suami mbak Maya kan?” Tanya Teguh.
Maya menggeleng, “Bukan Pak, korban adalah pengawal sahabat suami saya, dia pengusaha juga..” Jawab Maya spontan.
“Sudah saya duga..” Teguh menganggukkan kepalanya.
“Lalu apa yang harus saya lakukan?” Tanya Maya kemudian.
“Mungkin saran saya ini akan melanggar kode etik saya sebagai penegak hukum, namun saya benar-benar menghawatirkan keselamatan Mbak Maya, saya hanya bisa menyarankan Mbak Maya diam saja…itu saran saya sebagai pribadi mbak.” Jawab Teguh.
Maya terdiam, Murad telah tewas, bajingan itu telah melecehkan dirinya beberapa waktu lalu, walau tak dipungkiri, Maya juga menikmati kebejatan Murad itu, namun Maya sedikit merasa lega saat Murad tewas, paling tidak tak ada lagi yang akan mengancamnya kelak, dan rahasia kelamnya bersama Anto akan terkubur bersama jasad bajingan itu, walau Maya merasa diamnya adalah salah, namun apa yang di katakan lelaki didepannya ini masuk akal, kenapa dia harus peduli siapa yang membunuh bajingan itu, bagus dia mati mengingat apa yang telah dilakukan bajingan itu pada dirinya…” Maya menghela napasnya, di minumnya isi cangkir di depannya hingga habis.
“Baiklah pak, terima kasih atas jamuan dan sarannya, saya permisi dulu..” Maya merapihkan hijabnya, dan bangun dari kursinya, “Saya permisi dulu pak..” Ujar Maya kemudian pergi meninggalkan Teguh.
Teguh hanya memandang punggung Maya yang semakin menjauh, sungguh hatinya merasa senang bisa bersama wanita cantik tadi, Teguh ingin menahan Maya lebih lama lagi, namun dia tak memiliki alasan untuk itu, seperti dalam adegan film, Teguh berharap Maya menoleh sejenak sebelum menghilang dari pandangannya, namun sampai menghilang, Maya sama sekali tak menoleh padanya, Teguh menghela napas, dia tersenyum sambil mengusap wajahnya, dia tahu perasaannya yang sedang tumbuh ini salah, namun Teguh juga tahu kalau hatinya yang selama ini layu sejak istrinya meninggal, kini mulai hidup dan bergetar kembali.
Teguh memanggil pelayan untuk meminta Bill, setelah membayar Bill, Teguh bangun dari duduknya, malam nanti dia akan pulang ke Balikpapan, dia berharap perasaannya ini akan memudar cepat, karena perasaan ini sungguh salah, dan Teguh tak ingin perasaan ini semakin berkembang hingga sulit baginya menghentikan semua, dia harus bisa menghentikan perasaannya pada Maya.
***
Anto keluar dari kamar ganti, dia berdiri bagai peragawan yang sedang memamerkan pakaian di depan Dahlia yang sedang duduk di sofa, Dahlia tersenyum pada Anto, sambil menyilangkan sepasang kaki jenjangnya gadis cantik itu memandang Anto dari ujung rambut hingga ujung kaki, telunjuknya menyentuh bibirnya, tak lama kepalanya menggeleng, “Coba yang lainnya mas..” Ujar Dahlia.
Anto hanya tersenyum dan kembali ke kamar ganti mencoba pakaian yang lain, hampir 4 pasang pakaian yang telah dicobanya, namun sepertinya Dahlia belum puas dan meminta Anto untuk menggantinya kembali.
Pakaian kelima yang kini tengah dicobanya adalah sebuah Striped suit dan kaos turtle neck berwarna hitam, dengan bawahan berupa celana berwarna senada, Anto terlihat berbeda dari sebelumnya, tubuhnya yang tegap memancarkan pesona pria jantan di balutan kostum yang dikenakannya, Dahlia tersenyum manis, matanya berbinar menatap pria di depannya ini, tangannya menopang dagunya, kepalanya mengangguk-angguk, “Keren….” Ujarnya sambil memberikan jempol.
Anto mengangkat alisnya untuk memastikan dia tak perlu mencoba pakaian yang lain, Dahlia tersenyum, “Ya itu sesuai banget buat mas, sudah gak usah ganti lagi heheh, aku suka melihat penampilan mas kaya gitu, oh ya mbak..tolong lepas price tag di semua pakaian itu ya, ini kartu saya, sekalian saya bayar.” Ujar Dahlia.
“Serius dek, mas gak perlu lepas lagi…” Tanya Anto heran, Dahlia hanya mengangguk dan beranjak dari duduknya, tanpa sungkan Dahlia menggamit lengan Anto dan mengajaknya ke kasir, “Pakaian yang tadi di masukkan dalam bag saja mbak..” Ujar Dahlia pada pelayan toko yang melayaninya.
Setelah membayar, Anto dan dahlia meninggalkan toko, Dahlia terlihat mulai nyaman bersama Anto, tanpa malu atau sungkan, dia bergelendotan manja di lengan Anto, “Sekarang kita ke satu tempat lagi mas..” Ujar Dahlia.
“Kemana Dek?” Tanya Anto penasaran, Dahlia hanya menjawab dengan senyum manisnya, Antopun membalas senyuman gadis cantik itu, dan mengikuti kemanapun si cantii akan membawanya, tak lama mereka tiba di sebuah tempat, Anto melihat papan nama tempat tersebut dan menoleh pada Dahlia, gadis cantik itu mengangguk, bola matanya berbinar riang, tempat itu rupanya adalah sebuah salon terkenal yang merupakan salah satu cabang milik penata rambut terkenal.
Dahlia mengajak Anto untuk masuk, sesampainya di dalam, para pekerja rupanya telah mengenal baik dengan Dahlia, mereka melambaikan tangan pada gadis cantik itu, seorang pengunjung wanita yang juga cantik terlihat bercipika cipiki dengan Dahlia, pengunjung wanita itu melihat ke Anto dan berbisik pada Dahlia dengan bahasa daerah setempat yang tak di mengerti oleh Anto, entah apa yang mereka bicarakan, Dahlia dan temannya itu saling cekikikan.
Salah seorang pekerja lelaki menghampiri Dahlia, pekerja itu berjalan gemulai sambil menepuk tangannya menyambut Dahlia, “Duh ses, tambah cantik banget…eii ..sepong tuh lekong cyinn..?” Tanya si bencong itu sambil melirik ke Anto.
“Temen gue, tolong lu makeover penampilannya ya cinn…” Jawab Dahlia, “Tapi awas jangan lu grepe-grepe ya..” Lanjut Dahlia lalu tersenyum.
“Ouchhh, cucok cyinn…hihihi, yuk sayang…” Ujar bencong tersebut pada Anto, Dahlia hanya mengangguk pada Anto yang melihat padanya.
***
Setelah selesai make over penampilan rambutnya, Anto berdiri di depan Dahlia, gadis cantik itu menatap kagum pada lelaki gagah didepannya ini, sungguh Dahlia tak menyangka kalau Anto benar-benar berubah penampilannya, “Waw… ganteng banget mas..” Ujar Dahlia, Anto mulai memancarkan pesona yang menjadi andalannya.
Setelah make over, Dahlia mengajak Anto jalan-jalan ke sebuah mal, di sana mereka menghabiskan waktu bersama dari makan, hingga nonton, Anto yang telah berpengalaman dengan wanita, sangat pandai memikat hati Dahlia dengan sikap dan ucapannya yang manis dan gentlemen.
Anto benar-benar telah memutuskan kembali untuk menjadi dirinya yang dulu, sang pemikat wanita, janjinya pada Maya untuk berubah telah dilupakannya, impiannya untuk bersama Maya telah dikuburnya dalam-dalam, Anto merasa apa yang dilakukannya selama ini sia-sia, Maya telah kembali bersama suaminya, dan itu membuat Anto kehilangan harapan, Anto merasa Maya tak benar-benar ingin meninggalkan suaminya seperti yang diucapkannya dahulu, walau Anto tak bisa menghentikan perasaan cintanya pada Maya, namun Anto mulai bertekad untuk melupakan Maya, dan kini seorang gadis cantik dan kaya raya tengah tergila-gila padanya, Anto tak ingin membuang kesempatan emas ini, kera kerasnya selama ini terasa sia-sia, “Ngapain juga gua capek-capek jadi supir truk, kerja diperusahaan lakinya si Maya pula, ahhh gila..mendingan gua manfaatkan si Dahlia ini…gua yakin dia lebih tajir daripada Olivia, apalagi dia juga lebih muda daripada Olive dan Maya…” ucap Anto dalam hati.
“Terima kasih dek Dahlia buat pakaian dan semuanya…” Ujar Anto saat berada dibalik kemudi Honda Crv milik Dahlia.
ilustrasi Anto
Dahlia tersenyum, “Gak usah terima kasih mas, aku yang harusnya terima kasih, hari ini aku seneng banget..”
Anto membalas senyum gadis cantik itu, jemari Anto mengamit beberapa lembar rambut Dahlia yang menutup dahinya, Dahlia membiarkan lelaki itu mengusap lembut pipinya, di tangkapnya tangan Anto, dielusnya tangan yang besar itu, keduanya saling menatap, Anto memajukan wajahnya, begitupula Dahlia, bibir mereka bertemu, Anto mulai mengecup bibir gadis itu dengan lembut, Dahlia memejamkan matanya menikmati hasrat yang mulai menjalar di setiap pori-pori kulitnya, berikutnya kedua insan itu mulai saling melumat dengan penuh napsu, Anto sangat lihai membangkitkan hasrat lawan jenisnya, setelah 10 menit berciuman dengan panas, kening keduanya saling beradu, napas Dahlia tersengal-sengal, “mas…mau nginep di rumahku gak…” Tanya Dahlia dengan suara lirih.
ilustrasi dahlia
Anto tersenyum dan mengangkat dagu gadis cantik itu, “Tentu saja aku mau…” Jawab Anto, Dahlia tersenyum malu, Anto mulai melajukan mobilnya, dahlia menyender manja di bahu Anto, tangannya meremas jemari Anto dengan mesra, Anto mengecup lembut rambut Dahlia yang harum, mobil semakin melaju membelah kegelapan malam, kedua insan yang sedang di mabuk hasrat kini saling merapat satu sama lain, malam ini mereka akan melepaskan semua hasrat yang tertahan dengan sepuasnya, Anto kembali tersenyum, langkahnya terasa begitu mudah, sekian bulan tak merasakan kehangatan wanita, kini tiba-tiba seorang gadis cantik, kaya raya, sebentar lagi akan mengarungi lautan birahi bersamanya, Anto sungguh tak sabar untuk segera tiba di rumah Dahlia, di percepatnya laju kendaraan yang tengah disupirinya ini….
***
Bersambung