Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dibalik Teduhnya Senyum Ibuku

3 | TAK LAGI SAMA

Motor Arga sudah terparkir didepan rumahnya, dirinya pun dengan enggan membuka pagar yang ternyata tak digembok oleh ibunya. Mungkin hari ini adalah waktunya menjadi dewasa dan menerima setiap kegilaan ibunya agar rumah tangga ini baik-baik saja.

Saat memasuki ruang tamu mata Arga langsung terpaku pada foto keluarga yang diambil satu tahun lalu, dimana dia dan keluarganya selesai melaksanakan hari raya. Ibunya yang cantik menggunakan dress berwarna putih, ayahnya nampak gagah dengan baju koko sedangkan abangnya hanya menggunakan kaos lengan pendek.

Dada Arga terasa nyeri kembali, seperti ada yang mengganjal dan sakit tiap kali mengingat hal kemarin. Kini dirinya hanya bisa pasrah pada apapun yang akan terjadi kedepannya.

Sayur sop dan ayam goreng. Lauk yang telah ibunya siapakan sebelum meminta izin untuk pulang malam. Setelah menghangatkan beberapa lauk Arga pun duduk dimeja makan sembari memainkan ponsel nya.
Namun rasa dimulutnya hambar, tangan nya beberapa kali terhenti saat ingin menyuapkan sesendok nasi karena melihat bayangan dirinya yang tak berdaya saat melihat ibunya berbuat mesum.

Tepat dimeja makan ini dirinya bersembunyi dan berubah menjadi pria penakut. Tangan kiri Arga terkepal kuat rasa penasaran ini menjadi bahan untuk bisa bertahan dalam kondisi saat ini.

----

Jam pada dinding rumahnya sudah menunjukkan pukul 20.00. Ada rasa penasaran apa yang ibunya lakukan saat ini, apa benar jika ada perkumpulan ibu-ibu komplek atau ibunya berbuat senonoh seperti kemarin.

Entahlah, setelah kejadian kemarin rasa percaya pada ibunya sudah hilang. Sekarang adalah waktu yang pas untuk membuktikan bahwa ibunya benar-benar tak berbohong.

Tak berapa lama kemudian Arga sudah siap dengan sepeda motornya, melaju pelan kearah lapangan komplek yang bersatu dengan bangunan ibu-ibu komplek.

Jarak lapangan itu cukup dekat dengan rumahnya, karena hanya perlu lima menit. Lapangan yang menjadi tempat berbagai aktifitas itu memang memiliki tempat untuk bermusyawarah bagi para warga juga sarana berolahraga yang tiap sore selalu ramai dengan berbagai kegiatan.

Setelah memarkirkan motor, Arga berjalan menuju bangunan disisi lapangan. Bangunan itu terletak pada sisi kanan lapangan, perlu untuk menaiki lima anak tangga agar bisa sampai didepan pintu.

Lampu ruangan itu menyala dan tampak ramai jika hanya melihat dari bawah karena ada suara beberapa orang yang mengobrol. Namun belum saja Arga menaiki tangga ponsel pada saku celananya berdering, dengan reflek Arga pun segera mengambil dan menerima panggilan tersebut.

'Arga?'
"Iya Bu" balas Arga

'Kamu dimana, ini ibu sudah dirumah?'

Arga bingung karena kondisi ruangan didepannya masih ramai tetapi ibunya sudah pulang, rasa heran pun menjalar di hati Arga.

"Ibu sudah selesai acaranya?" Tanya Arga memastikan.

'Sudah Nak, uhhhh' balas ibunya seperti mendesah, anehnya Arga mendengar ada suara ketawa dari seorang pria.

"Iya Bu Arga pulang dulu" putus Arga tanpa menunggu jawaban dari ibunya.

Sebelum pulang Arga menaiki tangga karena penasaran apa yang ada dalam ruangan itu. Dan benar saja rapat ibu-ibu belum selesai bahkan masih ramai.
Arga menggeleng pelan dan berlari menuju motor nya, dirinya tidak mau hal yang sama terjadi untuk kedua kalinya.

Dengan kecepatan sedang Arga sudah sampai didepan rumahnya, nampak lampu dirumahnya sudah terang dan mobil ibunya pun sudah ada. Tanpa permisi Arga masuk kedalam rumah dan menampilkan ibunya yang duduk dimeja makan.

Wanita dengan rambut hitam panjang itu duduk dengan daster berwarna merah dengan lengan yang terbuka. Seperti hari biasa nya tetapi pandangan Arga berubah, hatinya berdesir melihat sang ibu yang tiba-tiba memiliki aura berbeda.

"Kamu sudah makan?" Tanya ibunya.
"Mmmm udah, tadi Arga nyari baso keluar Bu." Balas Arga mencari alibi dan tiba-tiba grogi.

Ibunya mengangkat tangan dan isyarat mengajak dirinya untuk duduk disebelah nya. Arga pun menyambut dengan berjalan pelan--tangannya menggeser kursi dan duduk disebelah kanan ibunya.

Tak ada percakapan diantara keduanya, Arga hanya melihat tangan ibunya yang asik mengambil nasi serta lauk pauk dari piring menuju mulut. Saling diam dan hanya ada suara jam dinding serta denting dari sendok yang beradu dengan piring.

Bahu Arga turun saat rasa nyaman dari ibunya entah mengapa muncul kembali, seperti ada rasa aman tetapi juga ada rasa mengganjal dalam hatinya.

Tak lama kemudian ibunya selesai makan dan berdiri untuk membersihkan meja makan. Arga hanya duduk dan memperhatikan ibunya dari belakang yang sedang mencuci piring.

Pinggul ibunya bergoyang saat tangan kanan sedang menggosok piring. Tak ada yang spesial tapi Arga merasa pandangan terhadap ibunya berubah. Bukan layaknya anak pada ibu tetepi seorang pria dewasa pada wanita yang begitu dia cintai.

"Tadi ibu habis rapat bareng ibu-ibu komplek mengenai acara Agustusan minggu depan" ucap ibunya memecah keheningan.

Arga hanya berdecih dan menggelengkan kepalanya tak percaya, jelas saja jika rapat itu belum selesai ditambah suara pria misterius dari balik telepon ibunya.

"Rapat masalah apa?" Balas Arga basa-basi.

"Lomba lomba sama rencananya bakal ngundang artis lokal. Kamu pasti males ya ikutan acara gitu." Sambung ibunya.

"Iya Bu males, tapi tahun ini kayaknya Arga mau ikutan deh. Kapan lagi sebelum lulus sekolah."
"Tumben"

Entah mengapa saat ini Arga ingin sekali berdiri dan tanpa aba-aba pria jangkung itu memeluk ibunya dari belakang. Tubuh ibunya menegang sebelum kembali lemas setelah pelukan Arga membuat dirinya tersenyum kecil.

"Kamu kenapa?" Tanya ibunya.
"Gapapa, Arga cuma merasa kesepian akhir-akhir ini" balas Arga yang masih memeluk wanita dengan tinggi yang hanya sampai dagunya itu.

Ibu Yunie terdiam sesaat sebelum melepaskan pelukan anaknya itu. Tangan nya dia usap pada lap disebelah wastafel sebelum berbalik arah dan meremas kedua pundak anaknya.

"Kamu ga sendirian, ada Ibu-Ayah-Abang yang selalu ada buat kamu" ucap ibunya dengan menatap langsung mata Arga.

'Tapi ibu main api sama ayah, ibu mau dientot sama Asep, ibu mau ngelakuin itu di dalam rumah meski tau ada Arga dirumah' ucap Arga spontan didalam hati.

Air mata pemuda itu turun tanpa permisi, mengalir hingga menyentuh tangan ibunya. Sedangkan wanita didepannya hanya diam dan tak mengerti masalah apa yang anaknya alami.

Keduanya saling tatap dan mengambil napas dengan cepat, Arga hanya bisa melihat wajah ibunya dengan tatapan sendu. Sebaliknya ibu Yunie melihat Arga dengan tatapan bingung.

Namun keduanya seakan mengerti dan kembali berpelukan, berbeda dengan sebelumnya kini Arga merasa tubuh ibunya berbeda. Ada rasa jijik mengingat seluruh tubuh ibunya sudah digarap orang lain yang sialnya ia kenal.

"Sekarang kamu tidur, kayak kecapean banget." Putus ibunya. Arga pun tanpa bertanya melepaskan pelukan dan berjalan menuju kamarnya.

Malam ini rasanya campur aduk, antara benci juga cinta dan melebur menjadi suasana canggung juga hangat yang bersamaan.

-----
Setelah menutup pintu Arga memilih duduk pada meja belajar nya. Tangannya mengambil miniatur mobil disebelah buku dan memainkan nya asal.

Bingung.

Anak muda itu sulit untuk mengambil keputusan yang tepat saat ini, disatu sisi dirinya ingin keluarga tetep utuh namun disisi lain ia ingin ibunya tak seperti kemarin.

Lamunan Arga seperti tak berkesudahan dan membuat tenggorokannya kering. Ia pun keluar kamar dan kondisi rumah sudah gelap gulita kecuali cahaya dari ventilasi kamar orangtuanya.

Ingin sekali kembali menuju kamar setalah mengambil segelas air tetapi rasa penasarannya lebih besar. Dengan segelas air ditangan Arga berjalan menuju lantai dua.

Dirinya dengan perlahan mendekatkan telinga pada pintu ibunya yang ternyata tidak tertutup sempurna.

Mata Arga melotot saat mendengar sesuatu yang seharusnya tak ia dengar.

"Gak sabar nanti Agustusan,
anak aku mau ikutan lomba hihi"

"Mana suami aku pasti dinas, kamu bisa entot aku kapan aja hihi"

PRANGGG

Gelas pada tangan kanan Arga terjatuh, tubuhnya kaku sebelum pintu kamar didepannya terbuka oleh ibunya.
"Ada apa Arga, kok bisa gini?" Tanya ibunya dengan nada tinggi dengan raut wajah yang tak bisa Arga artikan.

Bersambung....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd