Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dilema Sebuah Hati

Bimabet
PART XLVII



Sakinah, Mawadah, Warahmah



Cerahnya hari sabtu di rumah besar dan mewah di Cibanon, Bogor.

Rumah kokoh dengan halaman besar yang biasanya sepi, hari ini terlihat berbeda kesibukan dan dekorasinya, karena ada sebuah hajatan meriah dan sangat besar artinya bagi keluarga besar H. Thaha, tepatnya bagi keluarga Jafar anak tertua dari H. Thaha dan Hajjah Fatima, karena Adiba anak tertua Jafar menikah hari ini untuk kedua kalinya.

Tenda yang terlihat kecil namun mewah dan punya keunikan tersendiri, seakan melambangkan betapa hari ini merupakan momen spesial bagi keluarga besar mereka, sehingga persiapan hingga pelaksanaannya terlihat sangat berbeda dan teratur di setiap rinciannya.

Fatimah sang nenek, dan Jafar serta Anissah seakan tidak ingin melewatkan hajatan ini. Meski anak dan cucu mereka hanya ingin undangan yang hadir sifatnya terbatas, namun untuk setiap detail acara, Jafar inginkan yang terbaik untuk anaknya.

Karena akhirnya doa dan ikhtiarnya, agar Aslan bisa tetap ada Bersama dalam lingkaran keluarganya, dijawab oleh Allah lewat pernikahan di hari ini, meski tentu ini tidak lepas dari cibiran orang-orang, karena aslan harus naik ranjang untuk menikahi kaka iparnya sendiri.

Wajah tegang namun bahagia terlihat dari semua yang sedang bersiap didampingi para saksi dan penghulu yang sudah duduk, termasuk wajah kedua mempelai yang hari ini terihat cerah dan memancarkan kebahagiaan, karena ujung sebuah penantian pun kini mereka bisa capai.

Hingga akhirnya, sebuah jabat tangan dalam prosesi agung ini pun berlangsung.

“Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau ananda Aslan Syahril bin Yusuf Syahril dengan anak saya yang bernama Shakila Adeeba Kareem dengan maskawinnya berupa seperangkat alat sholat dan emas seberat 36 gram, tunai.”

Suara Jafar bergetar ketika mengucapkan potongan kalimat Ijab Kabul untuk menikahkan putri sulungnya dengan pria pilihan hatinya.

Lalu…..

“Saya terima nikahnya dan kawinnya Shakila Adeeba Kareem binti Jafar Umar Kareem dengan mas kawinnya yang tersebut, tunai.”

Bacaan ijab Kabul dari Aslan berjalan dengan lancar menandakan bahwa babak baru dalam hidup mereka berdua pun sah dimulai. Babak yang penuh tanya dan rintangan, namun semua hal itu ditepikan dengan majunya mereka secara bersama untuk menghalau semua rasa ragu dan bimbang yang ada.

Hati Jafar dan juga sang istri Anissah akhirnya lega, sering dengan airmata bahagia. Setelah mereka melewati konflik panjang diiringi dengan hilangnya momentumnya dia sebagai bapak untuk mengawinkan sosok yang sama dengan mendiang anak bungsunya, kini dia boleh diijinkan Allah untuk melaksanakan prosesi itu, dengan sosok yang sama, namun dengan anaknya yang tertua.

Dan hari ini Aslan pun resmi menjadi suami dan imam dari Adiba, sekaligus ayah bagi kedua anak dari pernikahan pertamanya, yaitu Ravi, Arvind dan calon buah hati mereka yang saat ini terkandung di perut Adiba.



******************

Senyuman dan rona bahagia tertebar indah dari wajah kedua mempelai yang baru saja resmi mengikat janji sehidup semati tersebut. Kilatan blits dari fotografer resmi acara, dan juga dari ponsel keluarga besar kedua mempelai seakan tidak berhenti, dan ini tidak menyurutkan rasa bahagia di hati kedua mempelai tersebut.

Nasehat dan ceramah dari ustad sesaat setelah acara ijab Kabul, dimana begitu dalam dan sarat muatan akan kiat-kiat dalam mengarungi bahtera rumahtangga bagi kedua sosok ini. Ustad yang memang dekat dengan keluarga H. Thaha sangat mengerti dan tahu persis akan hambatan dan semua rintangan yang menghadang pasangan ini, sehingga dia menitikberatkan bagaimana mereka harus punya saling saying dan saling hormat diantara mereka berdua.

Kaum keluarga juga tidak henti-hentinya tersenyum setelah melalui banyak drama kehidupan, dan sesuatu yang tidak disangka sangka, akhirnya Aslan mengambil keputusan berani untuk naik ranjang dan menikahi kakak iparnya tersebut.

Secara bergantian kaum keluarga mengambil kesempatan berfoto dengan pengantin.

Saat keluarga inti sedang sibuk memgambil pose bersama, Anissah justru yang disibukkan dengan merapihkan seragam Arvind yang agak berantakan saking excitementnya dengan acara ayah dan maminya, yang dia sendiri sebetulnya masih tidak paham apa esensi acara tersebut, yang di hanya mengerti ayah dan maminya menikah dan akan punya adik.

Umi nya Anissah dibuat kerepotan dengan tingkahnya. Kopiah dan jas kecilnya sudah berantakan, kain ikat pinggangnya juga sudah melorot. Namun senyum dan tertawanya tidak pernah hilang, apalagi saat diledekin oleh paman, tante dan sepupunya yang lain, yang hari semua berkumpul di Cibanon semenjak tadi malam, untuk mempersiapkan acara besar dalam keluarga mereka, yaitu pernikahan Aslan dan Adiba.

Ijab Kabul sendiri berlangsung pagi hari pukul 09.00 WIB, lalu akan ada acara keluarga yang hanya kaum keluarga almarhum H. Thaha dan keluarga Aslan yang hadir, lalu pukul 13.00 WIB akan ada acara resepsi yang mengundang kenalan dekat dan keluarga jauh, sebagai bentuk syukur bahwa kedua sosok ini sduah terikat dengan tali pernikahan.

Perut Adiba yang mulai agak membesar untuk sementara masih bisa disembunyikan dengan stagen dan riasan yang membuat penampilannya begitu cantik hari ini. Tidak terlihat jika dia adalah wanita yang sebentar lagi akan menginjak angka 37 tahun. Hari ini dia bagaikan dewi yang turun dari kahyangan untuk menyapa pangeran tampannya.

Aslan sendiri tampil dengan jas shanghai biru donker, dan rambut yang sudah dipangkas pendek, membuat aura boy band nya hilang seketika, menjadi sosok yang terlihat dewasa dan elegan hari ini.

Adiba dengan gaun kebaya memang menjadi pilihannya yaitu tema modern untuk tampil lebih elegan di hari pernikahannya, menimbulkan kesan yang romantis sekaligus feminin dengan pilihan detail kebaya dengan kain sampiran tulle full manik-manik di bagian punggung, dan warna biru langit yang lembut terlihat serasi dengan jas milik Aslan.

Jiddah, panggilan untuk Fatimah, nenek dari Adiba yang sambil menggandeng tangan Ravi, lalu masuk ke ruangan tengah yang sudah berkumpul semua keluarga besarnya, termasuk Aslan dan Adiba.

Dia tersenyum melihat Aslan yang duduk terlihat bersebarangan dengan Adiba, sambil merapihkan kerah dan kancing baju Ravi. Dia bisa melihat bagaimana kedekatan dan sayangnya Aslan ke anak-anak sambungnya itu.

“sini aja sama Jiddah….” Bisiknya ke Arvind yang terlihat mau menghampiri ayahnya karena melihat ayahnya sedang merapihkan rambut abangnya Ravi

“mau ke ayah….”

Tangan tua itu akhirnya membiarkan anak itu menghampiri ayahnya, sehingga kedua anaknya itu duduk di pangkuan Aslan masing-masing di paha kanan dan kiri ayahnya

“lengket sekali dengan Aslan?” tanya Suhaila, istri Farouk, adik kandung Fatimah yang datang dari Pekanbaru khusus untuk menghadiri acara ini.

“ yah gitu, ngga mau lepas kalau ada Aslan…..”

“pantas lah…..”

Mereka tersenyum melihat Aslan yang jadi raja sehari namun harus mengurus kedua buah hatinya itu.

Sementara Adiba dibuat menahan haru dan airmatanya, saat memeluk Linda. Adik iparnya itu datang juga, dan belum sempat dia menyalami abangnya, dia keburu dipeluk duluan oleh Adiba dengan erat

Suasana seketika berubah menjadi penuh keharuan saat melihat kedua wanita itu saling berpelukan. Ketidak hadiran Ulfa di acara pernikahan anak sulungnya ini memang sudah jadi rahasia umum, dan kenekadan Aslan untuk tetap lanjut, tidak juga merubah isi hati dan kepala Ulfa, dia tetap memilih untuk tidak datang ke acara pernikahan anaknya, bahkan restupun tidak kunjung terucap.

“maaf yah Ka…. Telat….”

“iya ngga apa-apa De… kaka senang kok Linda datang…..”

Ada sedikitnya rasa lega saat melihat Linda datang. Karena setidaknya dari dua wanita terdekat disisi suaminya, satu bisa hadir ke acara mereka berdua ini.

Linda lalu memeluk abangnya dengan penuh haru

“ selamat berbahagia yah Bang….”

“makasih De…..”

Airmata haru yang tertumpah membuat semua yang hadir pun ikut menahan haru. Acara bahagia yang harusnya membawa nuansa baru yang penuh keindahan dan menyenangkan bagi keluarga baru ini, justru harus dihadapkan dengan tantangan berat dengan tidak hadirnya ibu dari Aslan.

Aslan memilih tidak bertanya lebih jauh, dia hanya memeluk Linda, lalu menyalami Kevin, kekasih Linda, dan kemudian membiarkan Arvind ditarik oleh Linda. Terlihat sekali kerinduan adiknya kepada Arvind. Maklum semenjak Ulfa marah dengan Aslan dan Adiba, pintu rumahnya seakan tertutup bagi Arvind dan Ravi.

Adiba yang duduk berseberangan dengan Aslan tersenyum melihat suaminya. Dia sangat bahagia rasanya akhirnya perjuangan mereka berdua bisa berlabuh di pelabuhan cinta yang bernama pernikahan. Dan dia merasa bahwa hari yang indah ini jadi hari yang sangat membahagiakan baginya, karena akhirnya mereka berdua bisa bebas kemana pergi, bisa mendeklarasikan ke khayalak ramai bahwa mereka adalah suami istri yang sah.

Dia sadar, meski ada senyuman di bibir suaminya, namun dia bisa merasakan bahwa ada sebongkah galau di hatinya, karena sang ibunda yang tidak hadir, meski kemarin sebelum mereka menikah, Aslan sudah berupaya menemui sang ibu, namun Ulfa terlihat menghindar dengan tidak keluar dari kamarnya.

Rasa kecewanya seperti masih dalam, sehingga untuk menerima pernikahan anaknya pun dia masih sulit untuk membuka hatinya dan restunya.

Yahya dan Fitri juga tidak hadir di acaranya kali ini. Namun teman-teman Aslan dari jaman dia di kantor Kendari, pagi ini tiba di Jakarta, dan siang hari akan datang ke acara resepsi, seperti Vika, Yani, Riva, Haryono dan Adam. Bagi Aslan dan Adiba, kehadiran mereka seperti obat pelipur lara setelah hancurnya hubungan Aslan dengan mantan boss nya itu.

“Diba…..” suara Farouk tiba-tiba memanggilnya

“Iya, Jiddi…..”

“senyum-senyum aja….” Ledek Farouk sambal menatap Suhaila istrinya

Adiba tertunduk malu

“biar aja sih Jiddi… Ka Diba lagi berbahasa lewat tatapan…” ujar Jena, sepupunya

Ledekan itu membuat yang hadir tertawa, sekaligus sedikit melepaskan rasa tegang diantara mereka.

“ coba dulu kasih sepatah dua kata… Kita keluarga semua ingin dengar dari pengantin baru……” usul Farouk lagi

“iya Ka…..” timpal Jena, disahutin lagi oleh adik-adik sepupunya yang lain

“ini apaan yah…..” Adiba agak malu ditodong demikian

“ayah…. Ayo….. ayah aja….” Sedikit berbisik dari suara Adiba

Panggilan Adiba ke Aslan tentu langsung jadi bahan ledekan lagi dari semua keluarga yang hadir

“cie cie….. panggilannya sudah ayah sekarang yah….”

Wajah Adiba seketika memerah. Namun yang buat dia agak manyun ialah Aslan yang malah menyuruhnya yang berdiri dan bicara

“ayo….. keluarga mau dengar bagaimana cerita bahagia dari pengantin baru“ Suhaila neneknya pun memberi semangat

Adiba agak galau, dia hanya bisa menatap ke suaminya yang tersenyum tipis seperti memberinya semangat. Mendapat todongan dan dorongan dari keluarganya yang hadir, akhirnya Adiba pun berdiri, sambal tersenyum malu menatap kea rah sang suami

“ Asssalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh…..” buka Adiba sambil dia berdiri dari duduknya

“waalaikumsalam warahmatulahi wabarakatuh….” Serentak mereka menjawab

Adiba terdiam sesaat, sambil mencoba mengumpulkan semua untaian kata-katanya, dia lalu mulai melanjutkan kembali

“alhamdulillah, akhirnya hari ini…. Allah boleh ijinkan hari ini, saya dan suami saya, Aslan, bisa melaksanakan ijab qobul dihadapan keluarga…..”

Adiba agak terdiam sesaat

“dan tentu di hadapan Allah…..”

Keluarga dan semua yang hadir bisa merasakan bagaimana haru biru yang dirasakan oleh Adiba

“mungkin banyak orang yang kaget akan kejadian ini……”

Dia menunduk sejenak

“ karena Aslan adalah duda dari mendiang adik kandung saya…. “

Seketika semua bagaikan diingatkan dengan sosok lembut, murah senyum sekaligus bintang idola keluarga yang selalu ramah ke semua keluarga jika ada pertemuan keluarga sebesar ini

“ jujur… saya sempat berpikir betapa berdosanya saya… karena sudah mengambil Aslan dari sisi adik saya….. “

Tatapannya kini diiringi sedikit linangan airmata, sambal memandang Aslan yang menatapnya dengan tatapan yang teduh

“belum lagi pandangan orang…. Kok kesannya saya dan Aslan ini tidak laku….”

Ada berbagai rasa yang timbul, antara geli, dan ada yang sedih mendengar ungkapan hati Adiba

“ dan kita berdua pun harus melawan diri kita sendiri……”

Adiba menghela nafasnya dalam-dalam sesaat

“Aslan terutama…. Dia harus berkorban banyak hal…. “

Aslan terdiam dan menunduk

“ saya sangat menyadari bagaimana pengorbanan besar yang harus dia ambil, untuk bisa mendampingi saya hari ini…. dia harus meninggalkan pekerjaannya yang dia rintis sejak lama….. meninggalkan banyak sosok lain yang begitu mendambakan dirinya untuk tidak mengambil keputusan ini….. bahkan mungkin melawan apa yang diinginkan oleh orang tercintanya dia….”

Curahan rasa Adiba ikut mengiris hati Linda yang duduk dibelakang Aslan

“sampai saya merasa kok saya dan keluarga, termasuk anak-anak malah jadi seperti beban yang merintangi masa depan dia……”

Adiba terdiam sesaat

Lalu senyumannya muncul tipis

“namun…. Rasa ego saya kemudian muncul seketika, jika semua tanya itu hadir…..”

“abang dan ade begitu dekat dengan dirinya…. Dia bahkan tidak berani mendekati wanita lain…. Karena tahu akan resistensi anak-anak terhadap itu… termasuk resistensi mereka terhadap saya juga dalam posisi yang sama…..”

Senyap dan diam suasana mendengar setiap rangkaian kata-kata sang pengantin

“rasa perhatian abang dan ade inilah yang membuat kami berdua seperti diarahkan untuk bersama, meski diawal kami seperti tidak punya sebersit pun niat untuk itu…..”

Kali ini senyuman muncul di wajah hamper semua orang

“melihat perhatian dia ke anak-anak….. saya kok rasanya bingung kenapa dia bisa begitu mencintai anak-anak…. Bahkan saya yang ibu mereka sendiri saja belum tentu bisa setelaten itu sama anak-anak…..”

“ambil raport, daftar ulang sekola, liburan bersama, sampai ngadu hal-hal kecil semua ke ayah mereka…..”

Arvind yang mendengarnya tersenyum malu sambil menyelusupkan kepalanya ke dada ayahnya

“bahkan sampai ngajar ngaji, ajak sholat berjamaah dengan anak-anak…..”

Airmata Adiba Kembali turun

“melihat itu…. Saya sampai bingung sendiri….”

“saya jadi sadar, kenapa sampai tutup mata almarhumah Fia begitu mencintai dia….”

“disaat itu juga saya jadi kuatir dan mulai takut…. Jika dia memilih wanita lain, bagaimana nasib anak-anak??”

Senyuman kecil muncul diwajah cantik itu

“ngga terasa saya pun mulai sering tanpa sadar suka cemburu….”

Riuh tertawa kini

“suka dandan lama sampai diprotes anak-anak jika mau ketemu ayah mereka….”

“mulai kepikiran jika jalan bersama ke mall, atau makan, atau ke sekolah anak-anak…. Semua orang yang tidak tahu menyangka kami suami istri beneran dengan dua orang anak……”

“dalam hati saya… apa emang pantas kali yah kita disebut suami istri? Toh aku khan lumayan cantik juga untuk mendampinginya…..”

Tebaran senyuman dan tawa kini muncul di wajah-wajah yang hadir

“hingga suatu saat kami berdua disadarkan bahwa inilah yang kami cari selama ini…. Inilah yang kami sebut keluarga……”

Tatapan lembutnya kembali menatap sang pangeran pujaan

“jujur, aku bangga sekali…. Bisa dicintai, dan bisa mencintai seorang Aslan…..”

Binar matanya muncul dibalik telaga bening itu

“ sosok hebat, pekerja keras, melindungi keluarga banget…. Rasanya tidak percaya jika sekarang jadi milik saya dan anak-anak……”

“ngga pernah sedikitpun dia bicara keras dan kasar ke saya dan anak-anak selama ini… bahkan cenderung memanjakan anak-anak….”

“rasanya aku sebagai wanita sangat beruntung dinikahi pria sehebat Aslan……”

Lalu…..

“saya juga ingin bilang…..”

Terdiam sejenak suaranya Adiba

“ rasanya sangat sedih disatu sisi…. Karena meski Dek Linda datang…. “ cekatan itu seakan mencegat suaranya keluar sesaat

“Tapi saya mau menyampaikan…. Ngga ada niatan mau rebut abang dari keluarga abang sendiri….”

Linda tertunduk, demikian juga dengan Aslan. Rasa yang sedikit miris mereka rasakan karena khidmatnya acara pernikahan mereka jadi kurang khidmat dan sakralnya dirasakan tanpa kehadiran ibu kandung Aslan.

“mungkin mama punya pandangan yang berbeda…..”

“tapi saya mau tegaskan….. I will do all the best I can… untuk jadi wanita terbaik di hati suami…. Kakak yang menyayangi adikku…. Dan menantu yang berbakti untuk mertuaku… untuk mama……”

Adiba tidak mampu membendung airmatanya. Dia seketika tersedu sedan setelah untaian kalimat terakhirnya terucap.

Jiddah berdiri sesaat, memeluk cucunya itu seakan memberi kehangatan dan dukungan untuk selalu semangat, dan memberinya tisu sambil membelai punggungnya.

Jafar dan Anissah hanya bisa tertunduk dan merasakan sedih dengan apa yang dirasakan anak mereka

Adiba lalu membuang nafasnya untuk melegakan dadanya. Dia mengumpulkan semua emosinya, dan mencoba menahan semua aliran rasa yang saling berbenturan didalam hati dan kepalanya, untuk bisa tenang dan fokus dengan rasa bahagianya.

“ namun sudahlah…. Rasanya hari ini terlalu naif bagi saya untuk menangisi sesuatu yang sudah terjadi…. Saya percaya bahwa Allah akan kasih saya dan suami waktu yang tepat untuk semua halangan ini bisa kita ubah jadi hari yang cerah dan penuh keindahan….’

“aamiin….” Sahut yang ahdir

“Cuma mau bilang makasih untuk suamiku…..”

“makasih untuk semua hal yang sudah diberikan untuk aku dan anak-anaku….”

“makasih sudah berkorban banyak hal….. untuk bisa kasih hari yang sangat indah ini untuk aku dan semua keluarganku yang hadir disini……”

Tidak terasa kembali airmatanya turun di sudut mata indah itu......

" ini tidak pernah ada dalam hayalan aku selama ini........"

" karena bagiku.... bisa berdiri saat ini bersama mu.... adalah sesuatu yang mustahil awalnya....."

hening dan penuh haru di ruangan tengah ini

" sesuatu yang impossible....." suaranya kini tersendat

" impossible dream......." matanya kini kabur dengan genangan airmata

"impossible dream that i reach today......"

"karena ayah yang selalu buat aku mampu meraih impian ini......"

Tatapan penuh cinta dari mata yang duduk di depannya

"ayah selalu bawa dan yakinkan aku, yakinkan anak-anakku... anak-anak kita... untuk percaya bahwa impossible dream pun bisa kita raih....."

tepuk tangan dari yang hadir pun memenuhi ruangan itu

" I love you, Ayah......."



**********************​



Di puluhan kilometer ke arah utara dari Cibanon

Wajah yang terlihat lelah dan mata yang sembab, tiada hentinya menumpahkan airmata kesedihannya. Dunia hari ini bagaikan sedang menentang apa hal yang paling dia inginkan untuk tidak terwujud, namun harus dia bisa terima itu sebagai sebuah takdir bagi dirinya.

Airmata Ulfa bagaikan tiada henti menetes, membanjiri kedua pulupuk matanya dan mengaliri kedua pipinya, sambil sesekali tangannya menyeka kedua aliran itu.

Sholat duha yang baru saja dia panjatkan seakan tidak mampu meredam rasa sedihnya.

Anak tercintanya yang selama ini dia banggakan, dia puja puji dan jadi saluran berkat untuk dia dan anak perempuannya, hari ini bagaikan kembali menunjukkan egonya sebegai pria untuk tidak bisa diatur oleh dirinya selaku seorang ibu.

Dia bahkan hanya bisa menangis tersedu saat Linda pamit untuk menghadiri pernikahan abangnya. Sedangkan dia sebagai ibu yang harusnya disana, melihat dan menyaksikan betapa bahagia anaknya karena sudah memulai hidup yang baru dengan wanita yang dia cintai, namun malah dia harus menangis sendirian di rumah saat ini.

Rasanya berat hatinya untuk bisa menerima pilihan hati sang anak, untuk menikahi wanita yang sama sekali tidak disangkanya akan menjadi pilhan anaknya. Wanita yang jauh lebih ta dari anaknya. Yang begitu sombong dulunya, dan wanita yang merupakan kakak dari istrinya almarhumah.

Yang dia sesali ialah cara mereka menikah, cara mereka melakukan pendekatan, dan yang makin buat dia terkaget saat itu adalah sewaktu Aslan mengakui bahwa pernikahan mereka yang seperti terburu buru ini karena Adiba sudah berbadan dua.

Apa tidak ada wanita lain, Nak…..

Apa kamu sudah dibutakan sampai wanita sehebat Rani pun yang jauh lebih pantas mendampigi kamu, malah kamu abaikan begitu saja hanya untuk bisa mengejar seoarang Adiba?

Belum lagi rusaknya hubungan dia dengan sosok Yahya yang sangat berjasa bagi dirinya, dari jaman dia masih buta akan dunia kerjaan, hingga dia bisa mendapat apa yang di gapai di posisi dia jadi seperti dia saat ini.

Dia merasa Aslan bagaikan kacang yang lupa dengan kulitnya begitu dia memulai hubungan asmaaranya dengan Adiba.

Termasuk kekuatiran Ulfa akan gunjingan tetangga yang melihat secara jelas bagaimana Aslan yang punya segalanya sebagai atribut seorang pria mapan yang bisa mendapat wanita yang jauh lebih muda, namun harus melnagkah dan naik ranjang dengan kakak iparnya yang janda dan beranak dua.

Semua nasehatnya sebagai ibu bagaikan kapas yang ditiup angin, hilang dan melayang dengan cepatnya di udara.

Mengingat itu semua, seperti membuat Ulfa semakin kalut dan kembali terbenam dalam tumpahan airmata sedih. Anak kebanggaannya bagaikan jadi sososk anak yang hilang dan hampir tidak dia kenali sama sekali, karena mengambil jalan berbeda dan jauh berdeviasi dari haluan awal yang diimpikannya sebagai ibu.



*******************************


Sementara itu acara resepsi pun dimulai

Meski tamu yang hadir termasuk sedikit untuk ukuran keluarga terpandang seperti Jafar, namun bagi mempelai acara yang sudah berlangsung dari pagi ini lumayan melelahkan untuk mereka berdua, namun juga sekaligus membahagiakan.

Ucapan dan doa dari yang hadir membuat mereka berdua merasa bersyukur bisa tiba di Langkah berani sejauh ini, dan bisa resmi berdiri sebagai sepasang suami istri yang sah secara agama dan negara

“ Capek ngga?” tanya Aslan sambil tersenyum ke istrinya

“pegel….”

Aslan tertawa kecil

“tapi bahagia banget….” Sambung Adiba

Dia lalu merapihkan kerah jas suaminya

“ jam 4an sudah selesai palingan….”

“iya, maunya mami sih isya nanti sudah dirumah….”

“Jiddah minta kita nginap disini….”

“ngga ah… pulang aja kita…”

“terserah Mami….”

Ada beberapa tamu yang baru datang terlihat melambai kearah Adiba dan Aslan diatas pelaminan, dan berjalan menuju pelaminan.

“ayah ngga mau malam pengantinan kita…?”

Aslan tertawa kecil

“emang mami ngga capek?”

“capek sih…. Tapi kalo diajak tempur, mami siap….” Bisik nakal Adiba di kuping suaminya yang disambut tertawa lepas oleh suaminya.

Sambil menyalami tamu yag datang, Aslan dan Adiba hanya berpandangan dan tertawa melihat Arvind yang sudah melepas jasnya, dan hanya dengan celana panjangnya, namun dengan kaos singlet membungkus tubuh gendutnya, dia sibuk berlarian dengan suadara-saudaranya yang sebayaan dengan dirinya.

Hingga akhirnya saat Yani dan teman-temannya dari Makasar dan Kendari tiba, pelukan dan saling bertangisan diantara mereka. Berbagai rasa yang muncul saat mereka sudah sekian lama tidak bertemu, semenjak Aslan meninggalkan Makasar dan belum kembali lagi. Disisi lain mereka bahagia melihat boss mereka akhirnya bersanding dengan wanita yang dicintai dan mencintainya, namun disisi lain mereka juga sedih karena kebersamaan panjang mereka dari awal membangun Delta Serasi, kini harus berakhir karena keinginan tangan kuat di dalam perusahaan yang tidak sejalan dengan sikap Aslan.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd