Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG DINA - SOCIAL EXPERIENCE OF SEX

Ini cuma cerita yang update tipis - tipis .. Apakah kalian menyukai karakter Dina dan pak.Parmin


  • Total voters
    1.204
Episode 6

Aku mulai melamar pekerjaan di berbagai perusahaan maupun organisasi yang sesuai dengan latar belakang pendidikan ku, hingga ada salah satu organisasi yang bergerak dalam bidang sosial. Di mana organisasi ini memiliki tujuan untuk menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat – masyarakat yang kurang mampu. Organisasi ini juga bekerja sama dengan Pemerintah dan Perusahaan – Perusahaan besar yang sering menyalurkan dananya untuk berbagi dan memberikan bantuan.

Pekerjaan ku sebagai marketing yang memiliki tugas untuk mempresentase kan program – program berbagi kebersamaan kepada perusahaan untuk menarik minat mereka untuk ikut menyumbang kan dananya seperti Infaq, Sedekah dan Zakat. Selain itu aku juga berperan untuk menyalurkannya. Seperti di bulan Ramadhan kali ini, tentunya banyak dana bantuan yang masuk untuk disalurkan kepada orang – orang yang tepat.

Hari ini aku dan salah satu teman ku yaitu Narti mendapatkan tugas untuk mengunjungi salah satu fakir miskin yang berada di salah satu jalan besar di Kota Pekanbaru. Kebanyakan masyarakat yang tinggal dijalan ini banyak membangun gubuk kayu, karena jalan ini merupakan tempat persinggahan dari supir – supir truk karena banyak warung remang – remang. Sedangkan aku dan Narti mengunjungi salah satu warga disana yang tinggal di salah satu gang. Kebanyakan di jalan ini adalah pendatang yang tidak memiliki KTP.

Setelah kami konfirmasi dengan ketua RT setempat, kemudian kami diantar oleh Pak RT mengunjungi rumah orang tersebut. Namnya pak Sodik, 40 Tahun yang kesehariannya mengumpulkan barang – barang bekas. Rumah pak Sodik terletak pada paling ujung yang dipenuhi tumpukan barang – barang bekas. Lingkungan rumahnya pun sepi karena memang masih tanah – tanah kosong. Rumah pak Sodik ini cukup kecil dimana hanya ada beberapa ruangan seperti 1 kamar, 1 ruang tengah sekaligus dapur. Sementara kamar mandi diluar rumah yang langsung berhadapan dengan kebun. Kondisi kamar mandi pun hanya ditutup oleh seng dan goni tanpa atap dan tinggi dinding setengah badan. Sehingga kalau mandi pun harus jongkok. Pak Sodik sendiri tidak tinggal sendiri, karena pak Sodik tinggal bersama istrinya buk Ati berusian 33 Tahun dan anaknya Murni yang berusia 7 Tahun. Begitu lah kondisi masyarakat yang aku jumpai untuk diberikan santunan karena sudah terdaftar di organisasi kami. Dengan bantuan pak RT setempat, aku dan Narti pun menyerahkan sejumlah uang didalam amplop dan sembako yang membuat pak Sodik mengucapkan terima kasih atas bantuan dari kami.

Melihat kondisi pak Sodik mengingatkan ku kembali kepada pak Parmin. “Apa kabar pak Parmin yaaa…. Sudah lama aku tidak mengunjunginyaa…” gumam ku. Karena hampir 5 bulan setelah kejadian dimalam itu, aku tidak pernah lagi mengunjungi pak Parmin. “Apa aku kunjungi saja yaa…” ucap ku didalam hati.

Setelah kegiatan ku selesai, aku dan Narti pun berpamitan untuk pulang karena hari juga sudah mulai sore. Karena Narti tidak bias menggunakan motor, maka dia aku bonceng. Aku pun mengantar Narti terlebih dahulu, karena rumah Narti ini berhubungan dengan jalan rumah pak Parmin. Akhirnya aku pun berniat mengunjungi lelaki tua yang pernah menodai ku dengan spermanya, walaupun keperawanan belum sempat di ambilnya pada malam itu. Karena saat ini dalam nuansa Ramadhan, aku pun berencana mau mengajak Narti untuk buka bersama diluar karena kebetulan hari ini juga malam minggu. Tapi Narti sudah ada janji buka bersama saudaranya dirumah, namun Narti menawari ku untuk berbuka dirumahnya. Karena aku sungkan, jadi aku menolak tawarannya dengan alasan ingin berbuka puasa dirumah saja.

Selama perjalanan aku memikirkan kalau berbuka dirumah tentu saja sepi, karena kedua orang tua ku masih berada diluar kota. “Hhhuummmpppp… apa aku berbuka bersama pak Parmin aja.. lagi pula aku juga sudah lama tidak melihat kondisinya…” ucap ku didalam hati sambil memandangi kanan kiri jalanan yang dipenuhi orang berjualan makanan. Lalu aku pun berhenti sejenak membeli makanan dan minuman serta beberapa cemilan yang akan aku bawak kerumah pak Parmin.

Karena waktu sudah menunjukkan pukul 18.25 WIB dan jalanan dalam kondisi macet membauat ku berhenti sejenak di salah satu masjid untuk membatalkan puasa ku dan melaksanakan ibadah sholat Magrib ku terlebih dahulu. Setelah selesai aku langsung menancap gas motor ku menuju rumah pak Parmin yang ku lihat masih membereskan barang – barang hasil temuannya.

Dina : Assalamulaikum pak… (ucap ku mengejutkan pak Parmin yang sibuk membereskan barang – barangnya)

Parmin : Walaikumsalam.. eeehhh mbaakkkk Dinaaa.. bapak kira tadi siapaa.. (balas pak Parmin kembali menjawab salam ku)

Dina : Iyaaa pakk.. kebetulan tadi lewat sini.. jadi sekalin singgah.. udah lama juga Dina gak kemari jenguk bapak.. (jawab ku lagi dengan wajah penuh senyuman)

Parmin : Hehehhehe iyaaa mbakk,, memangnya mbak dari mana ? (tanya pak Parmin keepada ku sembari membereskan sisa – sisa barangnya).

Dina : Dina dari tempat kerja pak, tadi ngantar temen yang rumah gak jauh dari sini.. sekalian aja Dina mampirr.. (jawab ku lagi)

Parmin : Ohhh begituu mbakk… bapak kira tadi mbak Dina dari rumah sengaja kesini..

Dina : Bapak sudah buka puasa ?? (aku pun bertanya kepada pak Parmin, karena setau ku pak Parmin beragama muslim seperti ku)

Parmin : Belum mbak.. karena selesai ini rencana mau beli makanan di warung depan dulu.. Mbak Dina sendiri udah buka ?? (tanya pak Parmin kembali kepada ku)

Dina : Belumm juga pak,, tadi kan Dina beli makanan.. gimana kalau kita buka puasa dulu pak.. (Ucap ku mengajak pak Parmin untuk buka bersama)

Parmin : Waaahhh jadi merepotkan mbak Dinaa… Memangnya mbak Dina tidak buka dirumah sama orang tua ?? (tanya pak Parmin lagi yang setelah selesai membereskan barang – barangnya)

Dina : Orang tua Dina diluar kota pak, paling baru pulang beberapa hari sebelum lebaran.. (jawab ku lagi) makanya Dina mampir ke sini.. sekalian ajak bapak buka bersamaa…. (ucap ku lagi – lagi)

Parmin : Yaa udah kalau gitu mbak,, mari masukk.. kebetulan bapak juga sudah lapar.. (ajak pak Parmin kepada ku masuk kedalam rumah)

Kali ini suasana rumah agak sedikit terang, karena rumah pak Parmin sudah menggunakan lampu yang sumber listriknya dari Aki yang dicas. Yang membuat rumah ini didalam terang dari pada sebelumnya yang hanya diterangi lampu semprong. Dengan lahap pak Parmin dan aku menyantap makanan yang aku bawa tadi, kami makan sambil berbincang – bincang karena sudah lama tidak berjumpa. Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 20.00 WIB dan malam pun sudah tiba. Setelah perut ku terisi, aku pun ingin berpamitan untuk pulang kerumah.

Dina : Sudah malam pakk.. Dina pulang dulu yaaa… Makasih ya pak udah temanin Dina berbuka puasa.. (ucap ku kepada pak Parmin yang langsung merubah raut wajahnya, mungkin kedatangan ku membuat pak Parmin terhibur karena tidak sendirian. Tapi mau bagaimana lagi, aku juga harus pulang)

Parmin : Kok buru – buru mbak… lagian kan dirumah mbak Dina juga sendirian.. Disini aja dulu mbakk… (ucap pak Parmin kepada ku, seolah – olah ingin menahan ku lebih lama lagi dirumahnya.)

Dina : Mauunya gitu pak, tapi sudah malam.. Dina juga belum mandi, udah lengket pakk.. (ucap ku kembali membalas perkataan pak Parmin)

Parmin : Yaaa kalau gitu mandi disini aja mbakk… hihihihi.. (ucap pak Parmin kepada ku, yang langsung aku pelototin dengan mata ku)

Dina : Bapaaaaaakkkk… (Ucap ku sedikit agak tinggi…)

Parmin : Hehehehehe jangan marah mbak.. bapak bercanda ajjaa… (ucap pak Parmin dengan senyum ompongnya)

Dina : Yaa udah dehhh pakk.. Dina pulang dulu yaaa… Nanti kalau ada waktu lagi, Dina mampir lagi pak… (ucap ku kembali meminta izin untuk pulang)

Namun kali ini, pak Parmin lebih agresif yang langsung menahan tangan ku dan memeluk ku hingga aku tersudu didinding kayu rumah pak Parmin. “Lepasin Dina pakkk… Kalau gak Dina teriaaakkk….” Ucap ku dengan nada yang lebih tinggi dan tegas. Pak Parmin yang paham pun langsung melepas tubuh ku dan kembali mudur ke tempat duduknya semula.

Parmin : Maafkan bapak Mbakk… bapak cuma gak mau mbak Dina pulang.. Kehadiran mbak, buat bapak senang karena ada teman …. (ucap pak Parmin sambil menundukkan wajahnyaa…)

Dina : Hummmppp.. yaa udah pakk.. Dina sebentar lagi pulang, tapi bapak gak boleh kayak tadi.. (ucap ku menegaskan kepada pak Parmin)

Parmin : Maaf mbakkk… sekali lagi bapak minta maaff.. Bapak masih teringat yang lalu dan gak sangka kalau mbak akan kembali lagi.. Maaf mbakkk… (Ucap pak Parmin dengan nada yang begitu bersalah)

Aku pun sadar, kedatangan ku tentu saja akan memancing lagi api yang dulu berkobar. Mungkin aku yang salah dalam hal ini.

Dina : Iyaa pakk.. gak papa… lupakan aja pak.. (ucap ku lagi dan lagi)..

Karena melihat respon ku yang tidak marah, lagi – lagi pak Parmin dengan nekat mulai mendekati ku. Namun tidak sekasar tadi, aku pun yang sudah capek akhirnya tidak menghindar saat pak Parmin mulai mendekati tubuh ku. Sambil menggenggam tangan ku, wajah tua pak Parmin mulai mendekat ke wajah ku. Aku berusaha memalingkan wajah namun sia – sia, dengan tangannya pak Parmin menahan wajah ku dan langsung menyambar bibir ku dengan lembut. Sejenak kemudian kami pun berciuman seperti sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta, namun kali ini bukan sepasang kekasih tetapi lebih 2 orang insan yang berbeda usia seperti anak dan ayah.

Aku yang tidak menghindar pun menerima ciuman pak Parmin, walaupun ini bukan ciuman pertama dari pak Parmin tetap saja membuat jantung ku berdebar – debar dengan nafas yang berat. Hampir 2 menit kami berciuman, aku yang sudah terbawa pun melepas sejenak ciuman dari pak Parmin.

Dina : Dina masukin motor dulu pakk… nanti ada yang liat bisa bahaya.. (ucap ku kepada pak Parmin. Lalu aku pun keluar dan mendorong motor ku masuk kedalam rumah pak Parmin. Memag waktu sudah menunjukkan pukul 20.30 WIB dan diluar pun sudah sangat sepi, namun untuk waspada lebih baik aku memasukkan motor ku terlebih dahulu. Setelah motor masuk, pak Parmin kemudian langsung menutup pintu dan menguncinya)

Dina : Kok dikunci pintunya pak… (ucap ku pada pak Parmin)

Parmin : Hehehehe,, biar gak ketahuan tetangga mbakkk.. Masak nanti bapak dibilang bawak lonte kerumah,, padahal yang datang kan cewek bispakk… hehehehhe (ucap pak Parmin sambil sedikit cengengesan saat menatap ku yang masih berdiri disamping motor)

Dina : Eeeehhhh bispakk… ??? Memangnya bispak apaa tu paakkk.. ?? (tanya ku pada pak Parmin dengan nada polos)

Parmin : Bispak tu bisa dipakai mbakkk… maksdunya mbak bisa dipakai sama orang – orang termasuk bapak… heehehhe (ucap pak Parmin, sembari menutup jendela rumahnya yang terbuat dari kayu dan triplek. Tentunya perkataan pak Parmin membuat jantung ku semakin berdegup sangat cepat, aku agak sedikit takut kalau nanti aku bakalan digagahi oleh pak Parmin)

Parmin : Mari mbak kita didalam kamar aja.. (ajak pak Yanto kembali, aku pun langsung mengikuti pak Yanto masuk kedalam kamar.. Lampu pun yang tadi diluar dipindahkan pak Yanto kedalam kamar. Karena aki yang digunakan sebagai baterai hanya untuk buah bohlam saja yang bisa dipindah – pindah oleh pak Parmin) Sekarang aman mbakk.. akhirnya kita Cuma berdua didalam kamar ini lagi.. hehehehe sini duduk mbakk.. (kata pak Parmin kepada ku yang masih berdiri didepan pintu sedangkan pak Parmin sudah duduk di kasur lusuhnya)

Dina : Iyaa pakk…. (aku pun berjalan mendekat dan mengambil posisi duduk disamping pak Parmin. Pandangan pak Parmin tidak lepas dari wajah ku, yang membuat jantung semakin berdebar – debar. Tatapan pak Parmin membuat ku malu hingga aku hanya bisa menurunkan padanganku untuk menunduk kebawah)

Menyadari sifat malu – malu ku, membuat pak Parmin semakin gemas dan tangannya yang sedari tadi tidak beraktivitas kini mulai bergerak untuk menggenggam tangan ku dan salah satu tangannya mendekap punggung ku sehingga kini aku dan pak Parmin duduk semakin dekat. Pak Parmin kemudian menarik pipi ku dengan tangan kanannya yang tadi menggenggam tangan ku, lalu mulai mendekatkan lagi bibirnya. Aku hanya bisa menutup mata menerima ciuman dari pak Parmin. Kini kami berciuman dengan lembut, tangannya yang tadi memegang pipi ku mulai membelai kepala ku yang masih tertutup jilbab sedangkan tangannya yang lain masih sibuk mengelusi punggung ku untuk memberikan rasa nyaman didalam dekapannya.

Lidah ku dan pak Parmin pun kini saling bersambutan didalam mulut ku, terkadang pak Parmin juga menghisap lidah ku dan menarik kedalam mulutnya. Beberapa saat kemudian pak Parmin melepaskan ciumannya dari bibir ku lalu berkata “Kamu cantik mbakkk.. buat bapak selalu bernafsu….” Ucap pak Parmin, pujian pak Parmin malah membuat ku semakin malu dan memalingkan wajah ku lagi. Namun dengan cepat pak Parmin kembali mencium bibir ku yang langsung ku balas. Ciuman yang awalnya lembut kini lebih sedikit bergairah hingga menimbulkan hawa panas pada tubuh ku sampai – sampai mengeluarkan keringat yang membuat kemeja ku basah. Karena saking panasnya, aku pun melepas ciuman ku.

Dina : Panas yaa pakk…. Disini gak ada kipas… (tanya ku pada pak Parmin)

Parmin : Maaf mbakk, bapak gak punya kipass… kalau mbak kepanasan, buka aja jibabnya mbakk.. (ucap pak Parmin)

Betul juga kata pak Parmin, mana mungkin dia bisa membeli kipas karena rumahnya kan tidak dialiri listrik. Aku pun kemudian mengikuti saran pak Parmin untuk melepas jilbab ku dengan melepas jarum pentul hingga kini pak Parmin bisa melihat rambut hitam agak kecoklatan milik ku yang panjangnya sebahu)

Parmin : Mbaakk Dina makin cantik kalau gak pakai jilbab.. (kata pak Parmin saat pertama kalinya dia melihat ku tanpa jilbab dan langsung mencium kening ku, turun ke pipi dan kembali ke bibir ku. Aku bisa merasakan pak Parmin mulai memasukkan liurnya kedalam mulutku saat sedang berciuman)

Saat itu aku hanya bisa menikmati ciuman dari pak Parmin kepada ku, toh juga sudah kepalang tanggung karena nafsu juga tidak bisa ditahan. Tangan pak Parmin pun menggapai tangan ku dan mengarahkan ke kontolnya yang sudah berdiri dibalik celana pendeknya yang longgar. Aku hanya mengikuti gerakan tangan pak Parmin yang meminta ku untuk mengeluarkan kontolnya dari celana dan mengocoknya dengan lembut sambil kami terus berciuman. Kontol pertama dalam hidup ku yang membuat ku menjadi begitu terangsang kini sudah kembali didalam genggaman ku. Aku pun mulai mengocoknya dengan lembut yang menambah semakin bergairahnya ciuman kami dimalam ini.

Parmin : Hisap mbakk kontol bapak.. (pinta pak Parmin kepada ku, yang langsung menarik kepala ku untuk turun kebawah.)

Saat wajah ku mendekat ke kontolnya, bisa tercium aroma yang tidak sedap dan sangat bauk yang membuat ku tidak tahan dan ingin muntah saat mencium aroma kontol pak Parmin. Aku yang tidak tahan pun langsung kembali manaikkan kepala ku keatas menjauh dari kontolnya yang bauk.. “Kok gak jadi mbakkk….” ucap pak Parmin kepada ku yang tidak jadi mengulum kontolnya.

Dina : Bauk pakk.. Dina gak kuattt… Cuci dulu yaa pakk… (ucap ku kepada pak Parmin dan memintanya untuk mencuci kontolnya terlebih dahulu. Karena jujur lebih bauk dari sebelumnya)

Parmin : Ya udah kalau gitu, kita mandi aja yuk mbak.. kan mbak Dina belum mandi kan.. (ajak pak Parmin kepada ku)

Dina : Tapi Dina gak ada baju ganti pak…. Gimana caranya mau mandii… (Ucap ku lagi kepada pak Parmin)

Parmin : Telanjang ajaa mbakk hehehhehe… Yokkkkk nanti keburu malam.. hehehehhe (lagi dan lagi pak Parmin mengajak ku)

Dina : Gakkk aahhh pakkk Dinaa malu, kalau telanjang.. Apalagi kamar mandinya diluar pak… (ucap ku meragukan ajakan pak Parmin) takut kalau ada yang lihat.. (kata ku lagi melanjutkan kalimat sebelumnya)

Parmin : Tenang aja mbak.. semua aman kok… lagian jalanan sini sepii mana masih dikelilingi semak dan hutan mbakk… aman dehhhh (rayu pak Parmin kepada ku yang masih belum menyerah untuk mengajak ku mandi bersama)

Dina : Hummpppp gimana yaaa… (aku pun ragu – ragu dan bimbang, sebenarnya aku juga pengen mandi karena hawanya begitu panas. Tapi aku takut, masak aku harus telanjang diluar rumah)

Walaupun penuh dengan banyak keraguan dan hawa panas yang membuat gerah dan lengket mau tak mau pada akhirnya aku pun menyetujui ajakan pak Parmin. “Tapi diluar aman kan pakk.. Dina beneran takut ada yang ngintip nanti..” Ucap ku lagi meyakinkan diri.

Parmin : Aman mbakkk… Tenang ajaa.. hehehehe (tawa pak Parmin karena aku menerima ajakan mandinya. Karena hari juga semakin malam, bisa bahaya juga kalau mandi terlalu malam.)

Dina : Yaa udaahh pakk.. ayokk buruan.. tapi jangan lama – lama yaaa.. (Ucap ku mayakinkan diri dan keberanian)

Kemudian pak Parmin pun berdiri, lalu membantu menarik tangan ku juga ikut berdiri. “Ayookk mbakkk….” ucap pak Parmin kepada ku. Aku pun mengikuti pak Parmin dari belakang, sementara didepan ku pak Parmin membawa sebuah handuk yang disangkutkan pada bahunya serta tangannya membawa lampu dan aki untuk menerangi kamar mandi pak Parmin. Pak Parmin pun menggantungkan lampu di dekat pintu, agar pencahayaan tidak terlalu menerangi saat kami akan mandi nanti.

Seperti sebelumnya, kondisi kamar mandi yang hanya memiliki dinding sepinggang yang akan menutupi tubuh bagian bawah sedangkan bagian atas otomatis tidak tertutupi. Kalau bagi seorang laki – laki wajar kalau bertelanjang dada, sedangkan bagi seorang wanita tentunya hal itu bukan hal biasa.

Parmin : Ayok mbak dibuka aja bajunya, biar gak basah.. (ucap pak Parmin membuyarkan lamunan ku. Yang membuat ku terkejut adalah sejak kapan pak Parmin sudah berada dikamar mandi dan yang lebih parahnya sudah bertelanjang tanpa sehelai pakaian pun sedang menyabuni tubuhnya.)

Sejak kapan pak Parmin berada disana, kok aku bisa tidak sadar. Apa karena aku tadi melamun sehingga aku tidak menyadari kalau pak Parmin sudah duluan mandi. “Ayoookk mbakk.. buruan, nanti dingin lohh semakin malam.. hehehehhhe… jangan malu toh mbakk… kan juga bapak udah pernah liat.. “ ucap pak Parmin meyakinkan ku. Apa yang dikatakan pak Parmin bener juga, karena pak Parmin lah satu – satunya orang yang sudah pernah melihat ku telanjang polos. Karena juga sudah kepalang tanggung, akhirnya pun aku mulai melepaskan pakaian ku satu per satu, mulai dari kemeja yang ku lepas satu persatu kancingnya. Lalu menurunkan rok panjang ku hingga menyisakan celana dalam dan BH yang menutupi tubuh ku. Dengan agak sedikit ragu – ragu, aku mulai melepas kait BH ku dan menurunkan celana dalam ku lalu menggantungkannya bersama kemeja dan rok yang aku gantungnya disalah satu dinding yang ada pakunya.

Aku hanya berdiri mematung dengan tangan kanan ku menutup kemaluan ku yang sudah ditumbuhi bulu dan tangan kiri ku menutupi payudara ku. Melihat kondisi ku yang mematung, kamudian pak Parmin mulai mendekati ku dengan tubuh penuh sabun. Saat berjalan mendekatinya, kontolnya pun bergoyang – goyang yang membuat ku menjadi panas dingin melihatnya. “udah mbaakk… jangan malu gitu.. kayak belum pernah telanjang ajaa… hehehehhe ayok mbakk… katanya mau cepat tadi..” ucap pak Parmin sambil menarik tangan ku hingga payudara dan vagina ku pun kini sudah terekpos sempurna.

Kini kami pun sudah berada di dalam kamar mandi yang seadanya, kamar mandi yang berlantai semen kasar dan terbuka namun yang mejadi unik adalah karena kamar mandinya seperti dialam. “Ayokk mbakk buruan mandii… hehehehhe… udah gak tahan liat tubuh mbak telanjang gini.. hehehhehhe” ucap pak Parmin. Aku pun bersikap cuek saja sambil mengguyur tubuh ku dengan air. Sedangkan pak Parmin berjongkok dibawah memandangi tubuh ku yang sedang basah karena air dan sabun. Saat ini aku berdiri membelakangi pak Parmin yang berjongkok, pasti saat ini pak Parmin bisa melihat bongkahan pantat ku dari belakang. Aku tidak memperdulikan apa yang diperhatikan pak Parmin dan lebih fokus untuk menyelesaikan mandi ku.

Saat aku berbalik badan, aku melihat pak Parmin yang sudah duduk mengangkang sambil mengocok kontolnya sendiri sambil menonton tubuh telanjang ku. “Bapakk ngapainnn….??” Ucap ku yang terkejut dengan apa yang dilakukan pak Parmin.

Parmin : Hehehehe lagi liatin memek nya mbakk… udah ada bulunya sekarang yaaa… (balas pak Parmin menjawab pertanyaan ku)

Dina : Memangnya kenapa dengan vagina Dina pakk… (ucap ku dengan malu – malu dipandangi seperti itu)

Parmin : Hehehehe ini namanya memek mbak Dina…. Coba mbak Dina bilang… Memekk.. (Balas pak Parmin sambil berdiri dan mendekati ku, dengan cepat langsung meraba memek ku yang basah oleh air)

Dina : Memek paakk…. Mmmmpppphhhh…. Hhhheeemmppp.. (ucap ku mengikuti permintaan pak Parmin, sambil sedikit mendesah karena rabaan tangan pak Parmin yang bermain pada memek ku)

Kemudian pak Parmin pun membalikkan dan mendorong tubuh ku untuk lebih menungging dengan bertumpu pada dinding sumur. Kemudian dari belakang pak Parmin mulai berjongkok hingga wajahnya berhadapan langsung dengan pantat dan memek ku. Aku bisa merasakan kini ada benda kasar mulai menjilati bongkahan pantat ku. Jilatan pak Parmin membuat bulu kuduk ku berdiri, karena saking gelinya. Selain menjilat, pak Parmin juga merembas bongkahan pantat ku sambil melebarkan untuk memberikan celah agar lidahnya bisa bermain pada memek perawan ku. “Mmmppppphhhh… Mmmppphhh… aaahhhh…. “desahan ku saat lidah pak Parmin bermain di liang memek ku, tanpa rasa jijk pak Parmin juga sesekali menjilati lubang anus ku yang semakin menambah rasa geli dan nikmat yang memberikan getaran pada tubuh ku. Tentunya dalam posisi seperti ini, payudara ku pun menggantung kebawah memberikan tontonan yang erotis bagi siapa saja yang melihat saat ini.

Puas menjilati memek ku, kini pak Parmin kembali berdiri dan langsung memeluk ku sampai pada akhirnya dua insan pun kembali berciuman di tempat terbuka. Tidak hanya ciuman, pak Parmin pun juga sesekali memainkan memek ku dan juga tangannya lainnya meremas dan memilin puting payudara ku yang sedari tadi sudah menegang karena nafsu yang pelan – pelan menjalar ke dalam tubuh ku.

Parmin : Sekarang gantian yaa mbakk.. hehehehehe (ucap pak Parmin sambil melepas ciumannya dari bibir ku)

Aku pun yang paham maksudnya pun langsung berinisiatif untuk berjongkok dan langsung merain kontol besar pak Parmin yang sudah tegang menantang. Tentunya tingkah laku ku membuat pak Parmin tertawa “Gimana mbaakkk… mbak suka gak kontol bapakk…hehehehhe “ ucap pak Parmin kepada ku. Masih penasaran gak mbak sama kontol bapak… ???” tanya pak Parmin kepada ku, membuat ku sedikit tersenyum malu.

“Kalau mbak Dina masih penasaran dengan kontol bapak, coba dehhh mbak kulum sekarang …. Bapak mau liat seberapa penasaran mbak Dina sama kontol bapak… “Ucap pak Parmin kepada ku sambil mengarahkan kepala kontolnya kearah mulutku. Aku pun langsung menyambut ujung kepala kontol pak Parmin yang membuatnya terkejut karena aku langsung patuh pada ucapanya tanpa ada perlawanan. Mungkin karena aku juga sudah bernafsu dan tidak lagi memperdulikan hal – hal disekeliling ku. Sebuah kecupan pun aku daratkan di ujung kepalanya, lalu mulai membuka mulutku dan langsung mencaplok batang kontol tua pak Parmin masuk kedalam mulut ku yang langsung aku hisap membuat pak Parmin memejam kenikmatan saat merasaan kehangatan dan lembabnya mulut ku yang sedang meransang kontolnya.

Parmin : Ooouughhhhhhh mbaakkk… oouugghhhh…. (desah pak Parmin puas mendapatkan kuluman mulutku)

Slluurrrppp…. Hmmmmm…. Slluurrrppp…. Mmmhhhmmmmm ….Ckckckckc…ccckckckkck Slluurrrppp…. Bunyi yang keluar dari mulut ku saat ini. Awalnya aku hanya bisa mamasukkan seperempatnya dari kontol pak Parmin, kemudian aku mulai memaju mundurkan kepala ku dan sesekali lidah ku menggelitik ujung gundulnya yang sudah mulai mengkilat karena liur ku. Lidah ku pun tidak berhenti beraktivitas bergerak naik turun menjilati batangnya yang berurat sampai membuat pak Parmin merem melek dengan mulut yang menganga.

Parmin : Ouuhhhh mbaakkkk.. (desah pak Parmin lagi – lagi sambil mengelengkan kepalanya karena saking nikmatnya kuluman dari ku. Aku mempraktekkan setiap kuluman dari film porno yang kulihat dan ditambah naluri ku sebagai wanita yang sedang terbungkus nafsu semakin menambah gairah ku melahap kontol tua milik pak Parmin.)

Saat aku memajukan mulut ku, bibir ku pun dengan manjanya menyapu setiap kulit pada ujung kontol pak Parmin yang mulai mengkilat. Tak lupa pula lidah ku juga melilit dan menjilati ujung nya dengan penuh gairah. Meski saat ini aku bisa merasakan kalau kontol pak Parmin sudah mentok didalam mulutku, tetapi aku tetap saja terus berusaha untuk menelan habis kontol pak Parmin untuk masuk kedalam mulut ku.

Parmin : Aaaaahhhhhhh … Mbbaaakkkk…. (desahan pak Parmin kali sambil memegang kepala ku seakan – akan tidak ingin lepas dari kontolnya. Aku yang merasa belum puas dan diselimuti rasa penasaran turus mencoba mendorong kepala ku manju hingga kini ujung hidung ku sudah sampai pada bulu lebat yang ada pada pangkal kontol pak Parmin. Ak uterus mencoba bertahan sambil tangan ku memegang pantat pak Parmin sehingga aku bisa mendorong lebih masuk kontol pak Parmin masuk didalam mulut ku)

Dina : Mmmmmpppphhhh….. (desah ku yang akhirnya mulai mengeluarkan suara)

Parmin : OOuughhhh manteepp mbakk Dinaaa.. ooouuhhh.. kontol bapak bisa masuk semuanya… (desah pak Parmin, karena aku mulai mempercepat kuluman ku yang membuat badan pak Parmin menegang dan tiba – tiba langsung mengeluarkan kontolnya dari mulut ku…)

Dina : kok dikeluarkan pakkk…. (ucap ku agak sedikit kecewa dengan apa yang dilakukan pak Parmin saat menarik lepas kontolnya dari mulut ku)

Parmin : Hehehehe bapak belum mau keluar mbak, lagian banyak nyamukk.. ayok kita pindah kedalam… (ajak pak Parmin kepada ku)

Lalu tangan ku pun ditarik pak Parmin keluar dari kamar mandi menuju rumah, sebelumya aku juga mengambil pakaian ku. Didalam rumah, kami pun langsung masuk kedalam kamar dan aku meletakkan pakaian ku disamping kasur lusuh milik pak Parmin. Lalu aku pun duduk disamping pak Parmin yang sedang duduk mengangkang sambil mengusap – usap kontolnya sendiri.

Beberapa saat kami saling menatap hingga secara naluri laki – laki, pak Parmin mulai memajukan mulutnya untuk melumat bibir ku. Tangannya yang sedari tadi mengusap kontolnya sendiri kini mulai merangkak naik mendekati payudara ku yang sedari tadi sudah terpampang bebas karena ketelanjangan ku. Kini usapan tanga pak Parmin semakin berani bermain di payudara ku dan sesekali memilin puting ku dengan gemasnya. “Mmmmpppphhhhhhh…… Mmmppphhh… Mmpphhh…” desahan suara ku karena permainan tangan pak Parmin di payudara ku.

Parmin : Seksi mbak badan muu.. Bapak gak nyangka bisa sekali lagi menikmati indahnya tubuh mbak Dina.. Saya kira mbak gak mau datang lagi kerumah bapakk… (Kata pak Parmin sambil mencengkram payudara ku semakin gemas)

Dina : Aaaaahhhh…. Paaakkkk….. Ooouugghh… (desahan ku sambil menaikkan wajah menatap langit – langit kamar kecil pak Parmin)

Parmin : Mimpi apa bapak tadi malam, bisa menikmati lagi tubuh indah mu mbak Dina.. Susu yang padat dan kenyal juga indah dan kulit yang lembut, membuat bapak semakin melayang… (ucap pak Parmin yang semakin keras melakukan remasan – remasan pada kedua payudara ku)

Dina : Aaaahhhh…. Paakkk… hhummmmpp.. paaakkkk… Mmmmpppp jangan kuat paakk…. (desah ku sambil memegang kedua tangan pak Yanto yang sedang meremas kasar kedua payudara ku)

Parmin : Justru itu mbakk nikmatnya, susu seindah ini harus diremas dengan kasar dan kuat, kalau bisa bapak peras biar keluar airnya.. hehehehehe (tawa pak Parmin semakin memperkuat remasan tangganya pada payudara ku, walaupun tangan ku berusaha menahan dengan tenaga yang kumiliki)

Melihat keadaan ku yang sangat tersiksa oleh rangsangan dari pak Parmin, tentunya hal ini membuat pak Parmin semakin berbuat lebih, kini tangan kanannya dengan nakal mulai turun dan meraba memek ku yang sudah banjir oleh remasan payudara ku yang terus diransang oleh pak Parmin. Dikala tangan kirinya meremas – remas payudara ku, tangan kanannya dengan liar mulai mengobel – ngobel serta sesekali menekan – nekan klitoris ku yang membuat ku semakin teransang hingga nafsu kembali sampai ke ubun – ubun.

Dina : Aaaahhhhh…. Aaaahhhhh… (desah ku yang semakin sangat teransang dengan permainan pak Parmin yang terus menerus meremas – remas payudara ku)

Parmin : Huahahehehhe… mendesah lah mbaakkkk… terus lah mendesah dengan kencang mbakkk…. OOughhhh.. memeknya sampai basah gini.. semakin sangek yaaa… (tanya pak Parmin kepada ku)

Dina : Aaaahhhhh…. Aaaahhhhh… iiyyyyaaaggggg paakkk…. Ooughhh.. Mmmpphhh terus paakkkk.. buat Dina makin terangsang pakkk… ooouuuhhhhh…. (desah ku semakin menjadi karena terus mendapat rangsangan)

Lagi dan lagi pak Parin tertawa cengengesan melihat aku yang semakin tersiksa dengan nafsu yang semakin menjadi – jadi. Tubuh ku kemudian direbahka di kasur lusuh miliknya. Tubuh telanjang ku pun kini sudah terbaring yang diikuti pak Parmin pun merebahkan dirinya disamping ku sambil terus memainkan memek ku yang terus mengelusnya hingga cairan – cairan cinta semakin banyak membasahi memek ku.

Belum puas mempermainkan tubuh ku, pak Parmin pun kini berpindah posisi berada diantara kedua kaki ku, kemudian menarik kedua kaki yang kemudian diangkatnya kedua kaki itu keatas. Kini kedua lutut ku tepat berada hampir sejajar dengan kepala ku, dengan tangannya pak Parmin menahan kedua paha ku agar tidak turun. Posisi ini membuat pak Parmin mendapatkan celah yang lebih lebar untuk menjilat memek ku, aku bisa merasakan lagi sesuatu yang hangat menyeruak mulai masuk kedalam liang memek ku yang sudah mulai becek.

Benda hangat yang masuk itu adalah lidah pak Parmin yang sekarang sibuk menjelajahi hampir seluruh bagian memek ku hingga sesekali masuk kedalam liangnya. Jilatan pak Parmin tidak hanya di memek ku, sesekali sampai menyentuh lubang anus ku. Salah satu tangan pak Parmin kini melepas paha ku, lalu berpindah untuk mempermainkan anus ku. Dengan sedikit ludahya, perlahan pak Parmin mulai mendorong jari telunjuk tanggan kanannya masuk pelan – pelan didalam anus ku dengan cepat hingga membuat payudara ku bergetar.

Jilatan dan permainan tangan pada memek dan anus ku membuat tubuh ku semakin menegang, tentunya mendapat rangsangan secara terus menerus membuat ku semakin bergeliat seperti ular dan tangan ku mulai mengelus kepala pak Parmin yang sibuk mempermainkan memek dan anus ku. Belum puas, kini pak Parmin pun mengangkat tubuh ku dan membaliknya untuk membuat posisi ku menjadi menungging. Dengan posisi menungging tentunya menjadi kesempatan yang lebih luas bagi pak Parmin untuk mengekplorasi area memek dan anus ku. “Aaaahhh…. Ssshhhhh.. Aaaahhhh…..” desah ku saat pak Parmin memainkan lidahnya dengan liar di liang memek ku, sedangkan tangannya sibuk menjamah klitoris ku hingga merangsang tubuh ku semakin dan semakin memberikan getaran sampai otaknya. “teruss paaakk.. aaaahhh…. Jilaaatinnn terusss…… aaahhhh… geeeelliiiii… “desah ku saat kini mulai menikmati jilatan lidah pak Parmin pada memek ku yang semakin basah.

Mungkin karena capek dalam posisi ini, kemudian pak Parmin pun merebahkan tubuh ku kembali. Lalu pak Parmin pun mencium bibir ku lagi yang tentu saja langsung ku balas. Beberapa saat lamanya kami berciuman, tiba – tiba pak Parmin melepas ciumannya. Karena bibirnya perlahan – lahan turun menyusuri dagu, leher hingga kini mulutnya berhenti pada ujung puting susu ku yang langsung dihisapnya dengan kuat secara bergantian. Sungguh pemandangan yang sangat erotis, karena saat ini ada seorang wanita muda sedang menyusui seorang lelaki tua. Karena pak Parmin yang ompong, membuat setiap gigitan pada puting susu ku menjadi begitu sangat geli dan nikmat. Ditambah lagi adanya kumis tipis pada mulut pak Parmin yang kasar bergesekan pada kulit payudara ku menambah sensasi yang lebih nikmat.

Parmin : Gantian yaa mbaakakkk…. (ucap pak Parmin kepada ku setelah puas menghisap kedua susu ku dengan ganasnya)

Pak Parmin pun merebahkan tubuhnya dan meminta ku untuk naik ke badannya dengan posisi terbalik, kini aku dan pak Parmin saling berhadapan dengan kelamin masing – masing. Pak Parmin yang dibawah bisa dengan puas menjilati memek ku dan sesekali jari – jemari nakalnya pun tidak tinggal diam mencolok lubang anus ku karena dengan bantuan cairan dari memek ku menjadi pelumas untuk keluar masuknya jari telunjuk pak Parmin pada anus ku. “Oouugggghhh…… Mmmmmppppphhh….. Mmmmppphhhh….”desahan ku yang tertahan karena saat ini mulut ku sudah penuh dengan kontol pak Parmin yang sedang aku kulum. Setiap rangsangan dari pak Parmin, semakin mendorong sepongan ku pada kontolnya dengan kepala ku yang naik turun serta sesekali aku jilatin lubang kencingnya. Tentunya sepongan ku memberikan kenikmatan bagi pak Parmin yang terus fokus melecehkan memek ku hingga ada sesuatu yang lagi tidak bisa ku tahan. Tubuh ku menegang dan kuluman ku pun terlepas dari kontol pak Parmin. “Aaaahhh….. Aaahhhhh…. Teeeerrrrrussss…. Oouuggghhhh… Paaakkkk… terussss… Dinnaaaa… Aaahhh.. Maaauu saampaaii…. Aaahhh……”desahan ku dengan tubuh yang tegang hingga akhirnyaaa… Crrreeettsss…. Cccreeetttt… cccreettt… Sssluurrrrr…. Cairan bening keluar membasahi wajah pak Parmin. Cairan kencing seperti air mancur yang keluar dari memek ku langsung dihisap habis oleh pak Parmin. Aku pun mendapatkan orgasme ku yang pertama dimalam ini akibat jilatan pak Parmin pada memek ku. Sungguh luar biasa, kenikmatan yang tidak bisa lagi aku sampaikan dengan kata – kata. Orgasme yang aku dapatkan pun membuat tubuh ku lemas dan langsung ambruk kesamping tubuh pak Parmin. Rasanya semua tenaga ku terkurang habis dan tubuh ku begitu lemas sambil menikmati sisa – sisa orgasme ku.

Akibat orgasme yang aku dapatkan dari jilatan lidah pak Parmin pada memek ku, membuat tubuh ku menjadi lemas dengan nafas yang berat hingga mata ku terpejam meresapi kenikmatan dari orgasme ku. Memek pun masih terasa berkedut – kedut, aku pun sudah tidak lagi malu mengatakan memek karena sedari tadi pak Parmin selalu mendoktrin ku dengan kata memek. Namun belum sempat tenaga ku pulih, aku merasakan sebuah benda tumpul sedang menggesek – gesek memek ku yang saat aku lihat pak Parmin sedang menggesekkan kontolnya dibelahan memek ku hingga ujung kepalanya menyentuh pusat diperut ku. Saat ini tubuh ku yang lemas sedang terbaring dengan pak Parmin berada diantara kedua paha ku yang masih sibuk terus menerus menggesekkan kontolnya di memek ku. Tubuh pak Parmin pun bergerak maju – mundur dengan pelan yang membuat kontolnya semakin kuat bergesekan pada bibir memek ku, bisa kurasakan sesekali pak Parmin ingin menekan kepala kontolnya untuk bisa masuk ke dalam memek perawan ku ini. Namun usahanya gagal, tapi kembali menggesekkan lagi kontolnya di klitoris ku. Dalam keadaan lemas, aku bisa merasakan kalau semakin lama pak Parmin semakin nekat menekan kepala kontolnya, hingga ada rasa perih yang menyadarkan ku hingga secara spontan kaki pun langsung bergerak luruh untuk menutup memek ku yang hampir saja kehilangan keperawanannya.

Parmin : Kenapaaa mbaakkk ….. (tanya pak Parmin yang sudah sangat begitu bernafsu ingin memerawani memek ku ini)

Dina : Jangan pakk.. Dina gak mau perawan Dina hilang… (ucap ku dengan terbata – bata) Dina hisap aja yaaa pakk.. kayak dulu.. (ucap ku lagi kepada pak Parmin, namun pak Parmin malah tersenyum kepada ku)

Parmin : Yaa udah mbakk… kalau memek mbak gak boleh bapak perawanin… gimana kalau bapak masukin lewat belakang.. Toh kalau disana mbak kan tetap perawan.. Gimana mbakk.. (ucap pak Parmin menawarkan solusi kepada ku untuk mendapatkan lubang pantat ku yang ingin disetubuhinya dengan nafsunya)

Dina : Eeehhhh lewat pantaatttt ??? sakit kalau di situ !! itu kan tempat keluar kotoran bukan tempat begituan pakk… Dina gak mau…. (ucap ku menolak permintaan pak Parmin untuk menyetubuhi lubang pantat ku)

Parmin : Tenang aja mbakk.. Enak kok… hehehhe.. Dulu juga sama mendiang istri bapak juga pernah main belakang mbakk.. (Rayu pak Parmin lagi – lagi dengan menatapku sambil tangannya meremas kedua payudara ku dan sesekali memilin puting nya yang dari tadi sudah tegang dan begitu sangat gatal karena terus menerus dicumbu oleh pak Parmin)

Dina : Tapi pak mmmmphhhh…. disana kan kotor pakk… mmmmphhhh…. (ucap ku lagi sambil mendesah menikmati remasan – remasan tangan pak Parmin mempermaikan payudara ku secara terus menerus memancing nafsu ku)

Parmin : Tenang ajaaa mbaakkk… pasti aman kok.. (ucap pak Parmin yang langsung melumat puting ku dan menghisapnya dengan kuat serta sesekali mulut ompong pak Parmin menggigit kecil yang menambah rasa geli pada payudara ku)

Dina : Kan sempit pakk.. Apalagi kontol bapak besar.. Dina takut pakk… Jangan yaa pakk… Dina sepongin lagi yaaa pakk… (ucap ku untuk menolak ajakan pak Parmin yang ingin menyetubuhi pantat ku)

Parmin : Enggak kok mbakk.. nggaak sempitt.. kan ini banyak pelumas dari memek mbakk.. hehehehhe… pasti aman mbakk… atau mbak coba dulu ajaa, kan mbak gak rugi kalau misalnya enakk, pastinya mbak masih tetap perawan.. (ucap pak Parmin yang tidak hentinya terus merayu ku)

Dina : Hummmppp…. Iyaaa deehh pakk… Dinaa cobaaiinn.. tapi kalau sakit berhenti yaaa pakk…. (ucap ku yang kali sudah sangat pasrah dengan rayuan pak Parmin dengan bantuan remasan pada payudara ku tentunya menambah naiknya lagi birahi didalam diriku)

Setelah mendapat persetujuan dari ku, membuat raut wajah pak Parmin menjadi lebih girang. Tentunya kesempatan ini tidak akan datang dua kali dalam hidupnya. Pak Parmin dengan tergesa – gesa diburu nafsu langsung mendaratkan ciumannya kepada ku sembari merubah posisi ku untuk tiduran menyamping menghadap dinding kayu. Sedangkan pak Parmin langsung mengambil posisi dibelakang ku. Setelah mendapatkan posisi yang pas, pak Parmin lalu mengangkat kaki kanan ku keatas yang ditopang dengan kaki kanannya. Sehingga hal ini memberikan ruang bagi pak Parmin dari belakang untuk bisa menggesekan kontolnya kembali ke belahan memek ku yang sudah sangat becek.

Dina : Uuggghhhh… mmmpppphhhhhhh…. Kok malah digesek disana pakkk…. Awas masuk lohhh… mmmpppphhhh…. (ucap ku diantara desahan karena kontol pak Parmin yang sedang bergesekan di belahan memek ku)

Parmin : Hummmppp… nggak kok mbakkk.., biar licin masuknya nanti… Siaap yaaa mbaakkk… (ucap pak Parmin yang kini memindahkan posisi kontolnya dari memek menuju lubang pantat ku.)

Dengan lembut pak Parmin mulai mendorong masuk setiap inci kontolnya kedalam anus ku, mulai dari kepalanya yang dengan susah payah membelah lubang mungil pada pantat ku ini. Merasa begitu susah, pak Parmin pun tidak hilang akal. Pak Parmin mulai meludahi tangannya yang kemudian di gesekkan pada lubang pantat ku dan kontolnya sebagai pelumas untuk memperlicin proses penetrasi. Hinggaaa… kepala kontolnya pun mulai terdorong masuk didalam lubang pantat ku.. Perlahan – perlahan pak Parmin mulai mendorong masuk kontolnya kedalam anus ku.. Aku bisa merasakan pantat ku seakan terbelah dua saat kontol pak Parmin melakukan penetrasi masuk.

Dina : Eeeeehhhkkkkk…. Eeeekkkk….. Aaaaahhh… Paakkkkk… Caaabutt.. Paaanttaattt Dinaa saaakkiitttt.. mmphhhh.. OOughhhh…. (Ucap ku sambil meneteskan air mata karena saking sakit dan perihnya penetrasi masuknya kontol pak Parmin ke dalam anusku)

Parmin : Sabaarrrr mbaakkk… ouughhh….. baru ¼ batangnya masukk.. taaahhaannn bentarrrr… (ucapnya pak Parmin kepada ku, yang terus mendorong masuk kontolnya terus dan teruss kedalam hingga butuh beberapa menit sampainya akhirnya hampir 90% kontol pak Parmin sudah tertanam didalam lubang anus ku)

“Ooughhhhhh paaakkkk…. Masukkk… sakkitttttt…. OOughhhh…. Peeerrriihhhh paakkk…. Keluarrrkkaann… Diinnaaa… OOughhhh….. Diiinnaaaaa.. Gaakk kuaaa…. OOughhhh….” Ucap ku kepada pak Parmin, tentu saja perkataan ku ini tidak dihiraukannya karena pak Parmin masih tetap mendiamkan kontolnya didalam anus ku.

Parmin : Taahhhaannn bentaaar lagi yaa mbaakkk.. OOughhhh…… pantat mbak jepitt kontol bapakk.. OOughhhh…. (ucap pak Parmin, sambil tangannya memainkan memek ku untuk memberikan rangsangan agar aku bisa beradaptasi dengan kontolnya didalam anus ku lebih cepat dan juga untuk mengurangi rasa sakit dan perih)

Bener kata pak Parmin, perlahan – lahan perih dan sakit mulai memudar karena pak Parmin mulai memaju mundurkan pinggulnya yang membuat kontolnya pelan – pelan juga ikut keluar masuk. Mungkin karena kering membuat rasa perih kembali menyerang ku..

Dina : Paaakkk… OOughhhh…. Perihhhh…. Saaakitttt lagii paakk… OOughhhh…. (ucap ku lagi karena rasa perih kembali muncul, pak Parmin yang memahami kondisi ku pun segera mengambil tindakan dengan meludahi tanggannya yang kemudian kembali di oleskan pada kontolnya sebagai pelumas untuk mempermudah dan memperlicin proses penetrasi membobol anus ku)

Selang beberapa saat kemudian, akhirnya aku bisa meraih kenikmatan dari kontol pak Parmin yang mulai maju mundur dengan perlahan, hal ini disebabkan karena rangsangan tangan pak Parmin pada memek ku serta liur pak Parmin yang menjadi pelumas untuk memperlicin jalan keluar masuk kontol pak Parmin pada anus ku. “Aaaaccchhh…. OOughhhh…. Pelaaan .. peeelll.. peelllaaan ajaa paakk.. enaaakkk… OOughhhh…. Masihh agaaakk.. OOughhhh…penuhhh… paak… OOughhhh….aahhhh… aaahhh… (desahan yang keluar dari mulut ku, karena pak Parmin mulai menggenjot anus ku dengan pelaaan. Tanpa sadar, kenikmatan yang aku rasakan mendorong tangan ku untuk meremas payudara ku yang semakin menambah bumbu kenikmatan yang pertama kali aku rasakan kali ini)

Parmin : OOughhhh…. Aahhhh.. eeennaaakkk kaannn mbaakkk… OOughhhh…. Aahhhh.. bapaaakk kaaan udaahh bilaaanggg.. (ucap pak Parmin disela desahannya saat mulai menambah tempo genjotan kontolnya pada anus ku)

Keluar masuknya kontol pak Parmin semakin lama semakin memberikan kenikmatan didalam diri ku, karena terlalu nikmat sampai membuat mata ku merem melek dengan mulut yang terbuka hingga liur ku pun menetes di kasur lusuh pak Parmin. “OOughhhh…. Aaaacchhhh…. OOughhhh…. Aaaaaccchhh…” hanya desahan dan lenguhan yang keluar dari mulut ku dan pak Parmin dibelakang ku. Pllookkk… pllokkkk.. plllookkk bunyi hentakan pinggul pak Parmin yang menghantam pantat ku. “OOughhhh…. Aaaacchhhh…. OOughhhh…. Aaaaaccchhh…” desahan ku…

Parmin : OOuughhh.. eeeenaakkk kannn mbaakkk… “OOughhhh…. Aaaacchhhh…. OOughhhh…. Aaaaaccchhh… (ucapp pak Parmin ditelinga ku. Aku bisa merasakan nafas pak Parmin saat ini yang begitu cepat karena menikmati jepitan pantat ku pada kontolnya)

“OOughhhh…. Aaaacchhhh…. OOughhhh…. Aaaaaccchhh…” Ternyata begini rasa nikmat yang dirasakan para wanita saat disetubuhi gumam ku. Pantas saja beberapa wanita yang disodomi dalam film porno yang ku lihat merasa kenikmatan, seperti nikmat yang aku rasakan sekarang.. ““OOughhhh…. Aaaacchhhh…. Terrrruusss paaakkk…. OOughhhh…. Aaaaaccchhh… terusss.. enaakk… OOughhhh…” desahan ku lagi dan lagi memenuhi ruangan kamar pak Parmin yang kecil dan diterangi lampu yang tidak begitu terang. Kondisi kamar yang berbeda dengan kamarku yang memiliki AC, namun kamar pak Parmin tidak memiliki AC bahkan kipas yang menambah panas proses persetubuhan ku dengan pak Parmin malam ini.

Dina : Teerrrrr… Ouuggghhh.. teeerrrrusssss … Paaakkk….. (ucap ku meminta pak Parmin untuk terus menggenjot anus ku dengan kontolnya. Kalau saja persetubuhan ini dilihat orang, mungkin orang tida akan percaya dimana seorang wanita muda yang taat agama dengan paras yang jelita sedang disetubuhi oleh lelaki tua yang bekerja sebagai pemulung barang bekas tanpa ada paksaan apalagi pemerkosaan)

Mendapat serangan pada anus ku memberikan racun pada otak ku yang semakin menjadi sangat terangsang saat kini aku sedang berzina dengan seorang lelaki yang sangat tua. Apalagi yang saat ini sedag menggauli ku adalah seorang pemulung barang bekas yang kontolnya sedang keluar masuk di lubang pantat ku dengan cepatnya.

Parmin : Aaaahh….. nikmaat sekali mbakkk… lubang pantat mbak ngejepit… mannteeppp… Aaaahhh… (desahan pak Parmin yang ngos – ngosan sedang menggenjot anus ku dari belakang dalam posisi masih menyamping)

Dina : Mmmmppphhh…. Mmmppphhhhhh…. (desah ku yang sambil menikmati sodokan pada anus ku. Kontol besar pak Parmin pun sudah bisa merasakan bagaimana dinding anus ku mengempot kontolnya yang keluar masuk dengan begitu nikmatnya)

Karena merasa sulit dengan posisi menyamping, akhirnya pak Parmin pun melepaskan kontolnya dari anus ku. Lalu membalikkan tubuh ku “Nungging yaa mbakkk….” Ucap pak Parmin ditelinga ku yang langsung aku turuti dengan bantuan pak Parmin tentunya, karena saat ini tubuh ku masih dalam keadaan lemas.

Kini dari samping, pak Parmin bisa melihat susu ku yang menggantung dengan indahnya ditambah lagi putting hitam kecoklatan yang membuat susu ku bergelatung semakin menantang.

Parmin : Kalau dari sini badan mbak bagus sekali.. bapak masukin lagi yaa mbakkk… Heeekkggghhhhh…. (desah pak Parmin kembali saat menancapkan kontoknya masuk kembali dalam liang anus ku)

Dina : Aaaaaarrrggghhhh…… Paaaakkkk…. OOuughhhhh….. (jerit ku dengan begitu nikmat, karena dalam posisi ini kontol pak Parmin bisa lebih leluasa masuk didalam anus ku sampai mentok)

Posisi nungging membuat ku bisa merasakan kontol pak Parmin terus maju hingga kedalam liang anus ku. Bisa aku rasakan ujung kontolnya mulai menyundul anus ku. Pak Parmin terus memaksa masuk lebih dalam, walaupun dia memahami kalau anus ku yang kecil belum terbiasa dengan kontolnya yang besar. Jepitan dinding anus ku yang semakin menjepit membuat pak Parmin meringis kenikmatan, hingga tangganya kini meremas bongkahan pantat ku dan sesekali meremas payudara ku yang sedang menggantung dengan indahnyaa..

Parmin : Ouuuhhhhh… nikmat banget lubang pantat mu mbakk … Ouughhhhh.. aahhhh… bisa betah kontol bapak didalamnya.. (desah pak Parmin saat mulai menggenjot lubang anus ku dari belakang)..

Dina : .Ouughhhhh… aahhh… ennnnaakkkk.. paaakkk.. aahhhh… terusss…. Aahhhh… nikmat sekaliii…. Kenapaaa .. aahhh.. bbbeeegituuuu nikmaatt…. (ucap ku yang tidak mau kalah menikmatai setiap sodokan kontol pak Parmin didalam anus ku)

Pemandangan yang begitu erotis dimana aku seorang wanita muda berpendidikan sedang disetubuhi dari belakang oleh seorang lelaki tua yang berprofesi sebagai pemulung. Dari belakang pak Parmin terus mengentakan pinggulnya Plokk…. Plokkkk… ppllokk…. Bunyi yang terjadi saat pinggul pak Parmin menghantam pantat ku yang sedang menyodok anus ku dengan begitu nikmatnya. Setiap hentakan pak Parmin membuat goyangan pada payudara ku kedepan dan belakang. “Yaaaaa Aaalllaahh… kenapa ini begitu nikmattt.. “ ucap ku didalam hati.

Parmin : Ouughhhh….. manteepp mbakk…. Ooughh.. anus muuu ngejepitt… (desah pak Parmin semakin menambah kecepatan pinggulnya)

Dina : Aaaaahhh…… Aaahhh… iyaaa pakk.. Aaahh… terusss….. (jerit ku lagi saat pak Parmin menggerakkan pinggulnya)

Tiap kali kontol pak Parmin masuk kedalam anus ku, membuat ku semakin menggelijang saat merasakan sensasinya, walaupun ini yang pertama tapi rasanya begitu sangat nikmat yang tidak bisa lagi aku ungkapkan dengan kata – kata dan hanya desahan yang keluar dari mulutku sebagai gambaran betapa nikmatnya sodokan kontol pak Parmin yang sedang menikmati liang anus ku.

Cairan pelumas pun semakin banyak keluar dari memek ku, yang beberapa kali dijadikan pelumas untuk mempermudah proses kontol pak Parmin keluar masuk dilubang anusku untuk memuaskan birahinya. Kadang kalanya pak Parmin memperlambat tempo genjotannya dan kadang malah mempercepat tempo yang membuat kualahan beberapa saat hingga akhirny terbiasa. Kontol yang keluar masuk pun semakin cepat, menambah sensasi nikmat pada setiap gesekan pada liang anus ku yang membuat nafsu pak Parmin semakin membara sampai membuat pak Parmin menjerit penuh dengan kepuasan.

Parmin : Aaaahhh… aahhh… mantap sekali anus mu mbakkk… aahhhhh… (desah pak Parmin lagi)

Dina : Mmmmpphhh iyaaa… mmppphhh teruss pakk… Kenceingin lagi…. (desah ku yang tidak sabar ingin mendapatkan kenikmatan dari sodokan kontol pak Parmin)

Parmin : Hehehhe.. sabarr mbakkk… nikmatain ajaaa….. aaahhh… aahh… (ucap pak Parmin mempermainkan tempo genjotannya pada anus ku)

Dina : Aaaahhh….. aaahhh…. (aku hanya bisa mendesah, menjeerit kenikmatan sampai badan ku terdorong kedepan saat pak Parmin menghentakkan pinggulnya).. Puasiinnn Dinnaaaa pakkk.. aahhh.. Ouughhh… tolllongg….. jangan siksaaa… aahhh… aahh….. (desah ku saat pak Parmin mulai kembali meningkatkan tempo sodokannya)

“Bapak pasti puasin mbak… apalagi mbak sudah baik sama bapak, bapak akan balas kebaikan mbak dengan muasin mbakk….” Ujar pak Parmin yang kembali memelankan sodokannya sambil mengelus bongkahan pantat ku yang mulus. Tentunya tempo sodokan pak Parmin sangat membuat ku tersiksa dan frustasi, dimana aku membutuhkan kenikmatan pak Parmin malah mempermaina ku. Tapi semakin lama aku dipermainkan, tubuh ku semakin begitu terangsang sampai aku merengek untuk meminta pak Parmin mempercepat genjotannya. Melihat ku yang sangat tersiksa membuat pak Parmin tertawa puas, awal nya aku menolak tapi sekarang malah aku yang memaksa untuk mendapatkan kepuasan darinya.

Seketika pak Parmin pun dengan cepat melepas kontolnya dari anus ku, yang membuat ku lemas dan ambruk dalam posisi lutut yang tertekuk. Lalu dengan cepat pak Parmin pun langsung membalikkan tubuh ku. Tanpa ada rasa tega, pak Parmin pun langsung mengarahkan kontol yang baru keluar dari anus ku menuju wajah ku.

Parmin : Ayyyooo kulum mbakkk.. mumpung masih ada rasa nyaaa… (ucap pak Parmin kepada ku)

Walaupun dengan rasa jijik, tapi nafsu ku lebih berkuasa hingga aku pun menuruti kemauan pak Parmin untuk mengulum kontolnya. Kini bisa kurasakan adanya rasa asin, pait bercampur satu saat kontol pak Parmin mulau masuk untuk ku kulum didalam mulutku.

Dina : Dinaa suka kontol bapakkk… (ucap ku saat melepaskan kuluman pada kontolnya, lalu memasukkannya kembali kedalam mulutnya)

Pak Parmin yang tidak tinggal diam pun mulai menggerakkan pinggulnya hingga membuat ku beberapa kali tersedak, karena kontol pak Parmin menyundul kerongkongan ku. Liur pun mulai keluar dari mulutku karena sodokan agak kasar dari pak Parmin. “Uuuhhuukkkk… uuuuhhhuuukkk…. “ aku hanya bisa terbatuk – batuk dan ingin muntah.

Parmin : Sekarang giliran mbak yaaa.. waktunya mbak yang goyang.. (kata pak Parmin menarik tangan ku untuk naik ke tubuhnya yang sudah rebahan dengan kontol yang berdiri tegak keatas)

Dengan arahan pak Parmin yang membantu ku untuk berdiri menaiki tubuh tuanya, pelan – pelan arahan pak Parmin meminta ku untuk menduduki kontolnya. Awalnya aku tidak memahami caranya, tapi pak Parmin dengan telaten mengarahkan ku. Tangannya mengarahkan kontolnya tepat dilubang anus ku, lalu meminta ku untuk menurunkan badan ku. “Ooouugghhh….” Lenguh ku panjang saat pelan – pelan aku mulai menurunkan badan ku, tentunya hal ini membuat kontol pak Parmin pelan – pelan masuk kembali didalam anusku.

Dina : Oooouughhhhh…. (hanya desahan yang keluar dari mulut ku)

Parmin : Aaahhhh… eennnaakkk mbaakkk…. Terusss…. (ucap pak Parmin saat aku mulai memainkan badan ku naik turun. Wajarlah, karena aku belum begitu profesional dalam bersetubuh sehingga hanya ini yang bisa aku lakukan untuk memuaskan nafsu ku dan nafsu pak Parmin)

Aku pun mulai menaik turunkan tubuh ku secara teratur dengan arahan pak Parmin, saat tubuh ku keaatas aku bisa merasakan kontol pak Parmin tertarik keluar dan saat tubuh ku aku turunkan sensasi nikmat pun datang karena kontol pak Parmin kembali masuk kedalam anus ku. Rasa seperti anusku sedang diaduk – aduk oleh kontol pak Parmin yang membuat ku sampai merem melek dengan tetap menggerakkan tubuh ku naik turun. Aku pun menatap sayu pak Parmin yang begitu sangat puas sambil tersenyum bisa menikmati anus perawan ku.

Tangan pak Parmin pun mendekap pinggul ku untuk membantu menaik turunkan badan ku, sehingga membuat ku menjadi lebih seimbang saat mulai menggerakan badan ku naik turun.

Dina : Aaaahh… paakkk.. enaakkkk paaakk… Oouugghhh…. (desah ku disetiap goyangan tubuh ku sendiri)

Pak parmin pun tersenyum melihat ku yang sudah tidak lagi malu mengeluarkan desahan nafsu ku, goyangan ku pun perlahan mulai menjadi lebih binal. Merasa cukup dengan posisi seperti ini, dengan tenaganya pak Parmin pun langsung mengangkat tubuh ku yang langsung membaringkannya dalam posisi telentang menghadap pak Parmin yang berada di antara belahan kakinya. Tanpa melepaskan kontolnya didalam anus ku, pak Parmin pun mulai kembali menggoyang pinggulnya maju mundur dengan tempo yang lebih cepat yang lebih dan semakin memberikan rasa nikmat yang tidak lagi bisa ku tahankan. Bahkan aku juga tidak peduli lagi siapa yang sedang menyetubuhi ku saat ini, yang aku inginkan malam ini adalah kepuasan dan kepuasan, kenikmatan serta kenikmatan.

Tampa sepatah kata, pak Parmin pun langsung menggempur ganas anus ku. Bahkan gerakannya kini lebih hebat dan lebih cepat menikmati jepitan anus ku. Sambil terus mendekap paha mulusku, pak Parmin pun terus menggerakkan pinggulnya maju mundur. Hentakan pak Parmin membuat dua buah payudara ku pun ikut bergoyang – goyang yang membuat pak Parmin merasa gemas dan langsung meremasnya dengan kuat.

Parmin : Aaahhh… Aaaahhh…… anussss mu mbaakkk… nikmaaattt…. (ucap pak Parmin lagi kepada ku)

Dina : Iyaa paak.. oouughhh.. kontol bapaakkk… jugaaa…. (aku pun ikut mendesah menikmati sodokan kontol pak Parmin pada anus ku)

Desahan yang keluar dari mulut kami membuat pak Parmin semakin bersemangat, pak Parmin pun melampiaskan sisa sisa tenaganya untuk memberikan ku kepuasan. Genjotan pada anus ku pun semakin cepat. “Aaaahhh… paaakkk… terusss… Aaahh…. Eennnnnaakkk…. “ desah ku mengompori pak Parmin yang semakin bersemangat memompa anus ku. Nafsu pak Parmin yang membesar membuat terus menerus mendorong tubuh telanjang ku. Kepuasan yang tidak terkira pun malam membuat nafsu ku dan pak Parmin pun semakin membara yang akan mendekati puncaknya. Aku yang menikmati persetubuhan lewat anus ku pun menatap wajah pak Parmin yang berhasil memerawainya, kami pun beradu pandang hingga dalam sekejap kembali dalam lumatan bibir untuk saling beradu ciuman. “Mmmmpphhh… Mmmppphh… Mmmppphhh…. “desahan ku dan pak Parmin yang tertahan karena bibir yang saling berpengutan.

Parmin : Mbaakkk…. Bapaakkk sudah mau sampaaii…. Aaahhhh… aahhh.. (ucapnya kepada ku)

Dina : Iyaaa paaakkk.. terussss… aaahhhh Dinaaaa jugaaaa……. Terusss …. Cepaaaattt……

Baik aku maupun pak Parmin sudah tidak kuat lagi karena sudah mendekati batas maksimal, tangan pak Parmin pun semakin kuat mencengkram pinggul ku. Sementara goyangan pinggul pak Parmin pun semakin kuat.

Parmin : Mmmmppphhh… baapkkkk keluarrrr… mbaakkkk….. (desah pak Parmin..)

Dina : Iiiiyaaaaa paakkk…. Dinnnaaaaa jugaaaaa….. aaahhhhhhhhhhh… keluarrrr…… (jeritku panjang saat pak Parmin semakin dalam menyodok kontolnya dalam anusku)

Puncak kenikmatan pun tercapai dimana dari memek ku keluar air seperti pancuran yang menjulang keatas sampai membasahi wajah pak Parmin. Sementara pak Parmin pun menumpahkan spermanya didalam anus ku. Tubuh kami pun menegang hebat dan saling mengelijang menikmati klimaks dari persetubuhan yang ganas. 2 jam sudah aku disetubuhi pak Parmin mala mini sampai puku 23.00 WIB. Tak terbayangkan lagi kenikmatan yang telah aku dapatkan mala mini. Tubuh telanjang pak Parmin pun ambruk disebelahku dengan kontol yang masih tertanam. Namun beberapa saat mulai keluar “ploopppssss” bunyi saat lepasnya kontol pak Parmin dari anus ku yang diikuti dengan lelehan cairan kental yang begitu sangat banyak.

Lubang anus ku menjadi sedikit menganga dan memerah, rasa lelah pun mulai membuat ku lemas untuk beberapa saat hingga kami pun sempat tertidur sebentar.

Selang 2 jam kemudian aku kembali terbangun oleh ulah pak Parmin yang kembali mempermainkan anus ku. Sepanjang malam tak terhitung berapa kali pak Parmin menyetubuhi ku, ntah berapa kali sperma nya masuk kedalam tubuh ku melalui lubang patat ku yang sudah tidak perawan kali. Mungkin yang awalnya sangat begitu perih, namun yang terjadi berikutnya adalah rasa nikmat yang membuat ntah berapa kali aku orgasme oleh pak Parmin. Aku tidak menyangka pak Parmin yang sudah tua, bahkan lebih tua dari ayah ku memiliki stamina yang kuat hingga mampu mambuat ku kejang – kejang ntah berapa kali dalam semalam.

Namun kenikmatan yang aku dapat tidak terlepas dari konsekuensi selanjutnya, disaat aku bangun karena adzan subuh yang berkumandang aku mulai merasakan perih dan nyeri pada lobang pantat ku. Aku pun harus berjalan mengangkang menuju kamar mandi pak Parmin yang berada diluar untuk membersihkan tubuh ku dari keringat, liur dan sperma pak Parmin. Aku tidak berniat mandi, hanya membersihkan diri untuk bergegas pulang.

Dengan susah payah aku berjalan kelur masuk rumah karena rasa perih yang sangat luar biasa, untung saja hari ini adalah hari minggu dan aku libur dari pekerjaan. Bergegas aku memakai kembali pakaian ku. Namun disaat aku hendak keluar dari kamar, pak Parmin lagi – lagi menarik ku dan berkata :

Parmin : Mbaaakk mau kemanaa… (ucap nya kemudian kepada ku)

Dina : Dina mau pulang pak, sudah pagi. Takut kalau kesiangan nanti ada yang liat dan curiga.. (ucap ku membalas perkataan pak Parmin, lalu pak Parmin menarik tangan ku untuk duduk disampingnya)

Parmin : Pulang nanti aja mbak… bapak masih pengen mbak Dina disini… (Ucap pak Parmin sambil menggenggam tangan ku)

Dina : Sudah pak.. cukup tadi malam.. Sudah semua hal Dina kasih untuk bapakk.. Biarkna Dina pulang pakk.. (jawab ku sambil melepas tangan ku dari genggaman pak Parmin)

Parmin : Baiikkk lahh mbak Dinaa.. Tapi boleh bapak minta BH dan kolor mbak Dina lagi sebagai kenangan tadi malam.. (ucap pak Parmin yang untuk kedua kalinya meminta ku meninggalkan pakaian dalam ku)

Karena waktu sudah pukul 05.20 WIB dimana langit sudah mulai agak terang, selain itu rasa perih pada pantat ku pun membuat ku tidak ingin beralama – lama lagi dirumah pak Parmin. Dengan rasa berat hati, aku pun mulai membuka kembali kemeja dan rok ku untuk melepasan BH dan celana dalam warnia biru ku yang akan aku tinggalkan untuk pak Parmin. Lagi dan lagi pak Parmin menelan ludah melihat ketelanjangan ku, padahal tadi malam pak Parmin sudah menikmati tubuh ku dengan berbagai gaya. Walaupun terus memaksa meminta perawan pada memek ku. “Astagfirullah, kenapa aku mengatakan memek..” batin ku, karena sejak tadi malam pak Parmin terus merasuki pikiran ku terutama mengajari ku untuk mengatakan memek dari pada vagina dan kontol dari pada penis.

Segala macam rancauan pak Parmin untuk memek ku pun aku tolak. Cukup lubang pantat ku aja yang aku serahkan karena sudah terlanjur nafsu yang aku rasakan dengan akhir yang perih. “ini pak… simpan baik – baik BH dan celana dalam Dina yaaa.” Ucap ku menyerahkan BH dan celana dalam ku yang langsung diambil dan dicium tanpa rasa jijik oleh pak Parmin sambil menatap ku dan berkata :

Parmin : Mbakk.. boleh bapak ambil perawan memek mbak …. (tatapan tajamnya kepad ku)

Dina : Gak pakk… Memek Dina untuk suami Dina nanti, bapak kan sudah Dina kasih lubang pantat Dina untuk bapak perawanin… (ucap ku dengan nada yang agak tegas)

Parmin : Kalau gitu, boleh bapak genjot pantat mbak sebelum mbak pulang… 5 menit saja mbakk… (lagi – lagi pak Parmin menggoda ku sambil meremas payudara ku yang menggantung saat duduk disampingnya yang langsung aku tepis)

Dina : Maaf pakk,, Dina gak bisa.. pantat Dina masih perihh.. Sudah dulu ya pak… (aku pun dengan bergegas memasang pakaian ku dan langsung keluar dari kamar yang diikuti oleh pak Parmin)

Karena sudah cukup terang dan penuh keberanian, aku pun langsung mengeluarkan motor ku. “Pak Dina pulang dulu yaaa… terima kasih untuk malam tadi.. kalau ada waktu nanti Dina mampir lagi..” (ucap ku untuk sedikit menghibur pak Parmin, lalu dengan cepat aku tancap gas motor ku untuk pulang)

Di perjalanan pulang, aku masih memikirkan rasa nikmat dari petualangan ku kali ini. Walaupun resikonya pantat ku terasa sangat perih saat duduk diatas motor. Tapi mau tidak mau aku harus tahan hingga sampai dirumah. Dirumah aku pun langsung menuju kamar mandi dan membersihkan tubuh ku dengan sabun dari sisa – sisa percumbuan dengan pak Parmin tadi malam. Selesai membersihkan diri, aku pun memakai pakaian yang bersih dan langsung berbaring hingga tertidur. Aku terbangun disore hari karena kelelahan, saat aku terbangun rasa nyeri dan perih pada pantat ku sedikit berkurang. Aku pun kembali mandi dan bersiap – siap untuk berbuka puasa, tapi sebelumnya aku memesan makanan secara online.

Keesokan harinya aku merasakan tidak enak pada badan ku, tubuh ku terasa panas. Dengan bantuan Narti, aku mengecek kondisi ku pada klinik terdekat. Dokterpun mengatakan kalau aku kecapean sehingga menjadi demam dan memberikan ku beberapa obat untuk menurunkan demam ku. Sungguh kegilaan yang harus ku bayar mahal, kenikmatan yang aku dapatkan harus dibalas dengan rasa perih pada anus ku yang masih terasa beberapa hari kedepan hingga aku sulit untuk buang air besar. Ditambah lagi aku yang kecepean pun harus banyak istirahat untuk memulihkan kondisi ku kembali.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd