Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG DINA - SOCIAL EXPERIENCE OF SEX

Ini cuma cerita yang update tipis - tipis .. Apakah kalian menyukai karakter Dina dan pak.Parmin


  • Total voters
    1.075
Episode 7

SOSIAL EXPERIENCE

Aku yang sejak kecil dibesarkan oleh keluarga yang memahami agama, terutama orang tua ku yang selalu mengajarkan ku untuk menutup aurat yang menjadi alasan ku sampai dengan saat ini masih menggunakan hijab. Walaupun memakai hijab taat dengan agama tidak menjadikan ku sebagai wanita yang kaku dan kurang dalam pergaulan.

Aku banyak mengetahui tentang dunia malam oleh teman – teman ku, aku juga mengetahui tentang nikmatnya seks juga dari teman – teman ku yang berpacaran. Namun karena kehidupan sangat erat dengan agama membuat ku membatasi hal – hal yang sangat dilarang didalam agama ku. Hingga akhirnya kejadian dengan pak Parmin membuat ku menyadari betapa nikmatnya dosa untuk pertama kalinya dalam hidup ku. Namun aku tidak menyesali apa yang telah terjadi, karena juga ini kesalahan ku dan aku juga menikmatinya. Kini didalam pikiran ku adalah bagaimana caranya aku menyeimbangkan antara dosa dan iman serta menutup rapat – rapat dari kedua orang tua ku agar tidak mengecewakan mereka.

Semenjak malam itu, persetubuhan dengan pak Parmin terus menghantui pikiran ku. Setiap kali mengingat apa yang telah terjadi, seketika itu pula nafsu kembali merasuki ku. Kalau dirumah mungkin saja aku bisa bermasturbasi dengan bebas, tapi terkadang pikiran itu menghantui saat aku sedang ditempat kerja. Tentunya membuat ku menjadi kebingungan untuk meredakan nafsu yang datang. Terlintas dalam pikiran ku untuk mengulangi bersetubuh kembali dengan pak Parmin untuk melepas nafsu yang selalu menghantui ku. Tidak mungkin aku datang kembali dengan suka rela menyerahkan tubuh ku untuk digauli. Meskipun dengan usia yang tidak lagi muda, aku akui stamina pak Parmin cukup kuat. Karena bisa membuat ku beberapa kali orgasme dalam 1 malam.

Karena kepikiran nafsu, membuat kepala ku menjadi begitu sangat pusing ditambah lagi dalam suasana puasa yang menambah sakit kepala ku. Meskipun masih dalam suasana Ramadhan, tetap saja aku tidak bisa mengendalikan nafsu yang sering merasuki ku. Nafsu inilah yang sering membuat ku repot dalam beberapa hari belakang di kehidupan ku. Untuk menghilangkan nafsu yang sering merasuki pikiran ku, hingga saat menjalankan ibada tarawih pun nafsu pun kembali muncul yang membuat ku menjadi tidak fokus. Ingin rasanya aku menanggalkan seluruh pakaian ku dan bermasturbasi riang melepaskan nafsu ini. Dengan segala kekuatan dan iman, aku pun berhasil menahan nafsu sampai akhir ibadah tarawih dan langsung buru – buru pulang.

Tak terasa waktu pun sampai dipenghujung Ramadhan dan esoknya sudah berlebaran, tentunya aktivitas ku semakin padat yang disibukkan dengan menyalurkan bantuan sosial, membuat kue lebaran bersama ibuku yang beberapa hari sebelum lebaran sudah kembali karena ayah ku sudah mendapatkan izin cuti dan libur sampai H+3 lebaran. Dengan berbagai aktivitas yang padat tentunya membuat ku bisa jauh dengan nafsu yang belakangan sering menghantui kehidupan ku.

Setelah 3 hari pasca lebaran waktu libur pun selesai dimana hari ini orang tua ku harus kembali ketempat kerjanya karena esok Sabtu ada acara halal bi halal bersama rekan – rekan kantornya, sedangkan waktu libur ku masih ada 1 minggu lagi. Setelah mengantarkan keberangkatan kedua orang tua ku dengan mobil jemputan. Aku pun kembali masuk ke dalam rumah yang tadinya rame dengan riuh tamu kini mendadak sepi. Inilah resiko tinggal sendiri, pacar tak punya dan teman – teman pun sedang mudik ke kampung halamannya. Untuk menghilangkan rasa bosan aku pun memutuskan untuk nonton film yang belum sempat aku tuntaskan dan sore harinya aku pun memutuskan untuk berjalan ke Mall hingga malam.

Sabtu pagi ini dimana kerjaan masih libur karena masih dalam suasana lebaran dan baru kembali aktif pada hari senin, sehingga hari – hari pun terasa sepi selain karena dirumah aku sendirian kedua orang tua ku pun sudah berangkat ke tempat kerjanya kembali. Sejenak aku Video Callan bersama ibu dan ayah ku untuk beberapa saat sebelum akhirnya aku kembali kesepian. Mau keluar pun mau kemana, selain masih pagi juga tidak tau mau pergi kemana. Untuk mengisis kesepian ku, aku pun melihat – lihat media sosial. Terutama aku lebih sering bermain media sosial X yang bebas dengan banyak berisikan konten Vulgar.

Hati ku pun berbisik dan menggoda iman ku disaat seperti ini untuk melihati aksi dari situs porno, tetapi iman ku masih terus berusaha menahan untuk tidak melakukannya. Namun semakin lama aku menahan, malah semakin aku membayangkan tentunya semakin tingginya pulak Nafsu perawan ku yang melonjak. Seketika kini kembali terbayang kontol pak Parmin yang sudah membobol anus ku. Bayangan ku saat bersetebuh dengan pak Parmin terus mengalir didalam pikiran ku.

Terlebih lagi saat ini aku dalam masa – masa suburnya, sehingga rasa gairah yang menyelimuti tubuh perawan ku pun semakin berlebihan. Sekuat tenaga aku berusaha untuk menghilangkan pikiran – pikiran mesum yang memancing nafsu ku semakin besar. Aku berusaha untuk melawan dan menenangkan nafsu perawan ku yang semakin membesar. Namun semakin lama aku menahan diri, semakin besar gairah yang tumbuh. Aku kini bisa merasakan nafsu ku semakin memuncak didalam tubuh perawan ku.

Beberapa video porno yang berseliweran di media sosial X membuat ku semakin memperhatikan berbagai tindakan cabul yang dilakukan oleh seorang pria terhadap seorang wanita. Melihat adegan cabul ini membuat ku semakin bergairah. Rasanya puting susu ku mulai menegang, memek ku pun terasa seperti diremas dengan kuat yang mencoba menahan desakan gejolak sensual yang semakin besar. Aku pun hampir menyerah pada godaan dari dari dalam diri ku sendiri, karena saat ini ntah sudah berapa banyak cairan yang meluap dari liang memekku yang kini membanjiri pintu keperawanan ku.

Kenikmatan yang timbul pada klitoris ku membuat semakin tidak tahan untuk memainkannya, jujur rasa gatal pada memek ku membuat ku semakin pusing. Tak terasa tangan ku pun mulai meraba memekku sendiri dari luar daster yang aku gunakan. Walaupun masih terhalang celana dalam, tetap saja aku bisa menyentuh klitoris ku yang membuat pinggul ku semakin bergetar menahan kenikmatan yang begitu sangat nikmat.

Walaupun dikamar ku difasilitasi dengan AC, tetapi tetap saja tidak mampu menghilangkan hawa panas dalam diri ku. Karena sudah tidak lagi tahan, akhirnya aku pun melepas satu demi satu pakaian ku dari daster, BH hingga celana dalam yang memperlihatkan tubuh telanjang ku yang ramping dengan sepasang payudara berukuran 34B yang tidak terlalu besar atau kecil yang sedang membengkak dengan puting hitam kecoklatan menambah keindahan dari payudara ku.

Dibagian bawah, bibir memek ku pun dihiasi dengan rambut kemaluan yang tipis karena baru dicukur membuat bentuknya semakin menawan dan sangat menggoda yang hampir saja dirusak oleh pak Parmin. Klitoris yang berwarna merah pun sudah menegang menunjukkan bahwa nafsu dalam diri ku semakin memuncak.

Aku yang sudah telanjang bulat pun mulai meremas payudara ku sendiri dengan tangan kanan ku, sedangkan tangan kiri ku mulai menggosok memek perawan ku. Aktvitas ini mulai merangsang tubuh ku sendiri yang tenga dilanda gairah sensual syahwat yang semakin membara. Semakin ku usap memek ku yang mulai licin, semakin nikmat rasa yang diberikan membuat kadua payudara ku semakin menegang. Kalau dalam keadaan terangsang seperti ini, tentunya aku tidak lagi sadar dengan diriku yang selalu berada dalam didikan agama yang kuat, namun sekarang aku adalah wanita yang benar – benar hanyut dalam ayunan nafsu.

Aku mulai bermain dengan klitoris ditambah lagi dengan satu tangan ku sedang sibuk memberikan rangsangan pada puting susu ku yang semakin menambah nikmat dan membawa ku semakin jauh dan jauh didalam birahi nafsu. Anehnya kenapa hasrat ini tidak kunjung selesai seperti sebelummnyaa.. “Aaaahhhh… kenapa aku tidak merasa puas dengan jari – jemari ku” gumam ku. Padahal seperti biasa dengan memainkan puting dan klitoris ku saja aku bisa sampai dalam sekejap, tapi kenapa hari ini rasanya berbeda. “Ssssshhhhhhh aaaahhhh.. kok aku gak puasss – puasss sssihhhh….” Aku mulai menggerutu dalam hati yang semakin membuat ku frustasi dengan keadaan yang menyiksa ku. Aku ingin sekali mendapat kenikmatan ini, tapi kenapa …. Pikiran ku semakin hilang dan hanya satu yang aku inginkan nikmat … nikmat… enaakkk…

Entah kenapa aku tiba – tiba kepikiran dengan pak Parmin.. “Pak Parmin… iyaaa pak Parmin… Mungkin dengan pak Parmin…..” ucap ku yang langsung bergerak bangun dan mengambil baju didalam lemari. Aku memakai setelan kaos lengan panjang belang dengan jilbab abu – abu senada dengan warna celana kulot. Buru – buru aku mengambil HP dan Dompet ku yang langsung aku masukan kedalam jok motor ku. Aku dengan tergesa – gesa memastikan semua pintu, listrik, dan pintu pagar terkunci. “Pak Parmin…. Iyaaaa diaa.. pak Parmin… Bantu Dinaa pakkk… Puasssiiinnn Dinaaa…” begitu lah isi pikiran ku selama perjalanan ke rumah pak Parmin. Aku pun menghiraukan Adzan magrib, tidak seperti biasanya aku yang selalu taat kini seperti wanita kesurupan yang ingin segera menuntaskan hasrat dengan lelaki yang ada dalam pikiran ku.

Pukul 19.45 WIB aku pun tiba dirumah pak Parmin, seperti biasa rumah pak Parmin begitu sangat sepi. Karena terletak diujung jalan yang masih dikelilingi oleh hutan. Di perjalan yang cukup jauh ke rumah pak Parmin, tentunya beberapa kali aku mencoba mengatur nafas untuk menghilangkan rasa cemas ku. Walaupun ini bukan yang pertama kali, tetap saja rasa grogi pun masih tetapi timbul didalam diri ku. Apalagi saat ini rumah yang aku datangi adalah rumah seorang lelaki tua yang berhasil memerawani anus ku, sedangkan saat ini kedatangan ku kembali adalah untuk memuaskan nafsu yang tidak bisa aku tuntas dengan hanya bermasturbasi. Semakin dekat jarak ku dengan rumah pak Parmin, semakin aku tidak bisa menahan diri untuk tidak berdebar – debar.

Masih dengan jantung yang berdegub dengan kencang, aku pun kini sudah disampai didepan rumah pak Parmin. Sama seperti sebelumnya, rumah pak Parmin sangat sepi dengan penerangan yang seadanya. Aku pun memarkirkan motor ku didepan pintu rumah pak Parmin dan mulai berjalan mendekati pintu.

Dina : Assalamualai…. (ucapan salam ku yang terputus, karena aku dikejutkan oleh kedatangan pak Parmin dari arah samping rumahnya, saat itu pak Parmin hanya menggunakan celana pendek lusuk tanpa banju yang memperlihatkan dada tuanya. Tentunya kedatangan pak Parmin tiba – tiba membuat ku sedikit terkejut)

Parmin : Eeehhhh mbakk Dina yang datang.. (sapa pak Parmin kepada ku dengan senyuman ompongnya)

Dina : Iiihhhhh paaakkk… kok gak pakai bajuu sih… (ucap ku sambil menutup wajah ku dengan tangan dan memalingkannya kesamping)

Parmin : Maaf mbak, bapak kan gak tau kalau mbak mau datang. tiba – tiba aja sudah sampai dirumah bapak. Kalau boleh bapak tau Ada apa ya mbakk.. kok tumben malam – malam datang kerumah bapak.. (ucap pak Parmin kepada ku dengan santai seperti tidak terjadi apa – apa)

Dina : Huummmppp …. Bosan dirumah pak, gak ada orang.. orang tua Dina juga sudah berangkat ke luar kota.. (jawab ku atas pertanyaan pak Parmin). Jadi mumpung masih sore, Dina main kerumah bapak. Sekalian mau mohon maaf lahir dan batin.

Parmin : Laahhh, teman – teman mbak kemana ?? (tanya pak Parmin kembali kepada ku) Iyaa mbak Dina, mohon maaf juga kalau bapak ada salah sama mbak yaa.. (padahal dosa pak Parmin paling besar, karena telah menodai ku dan kini meminta maaf tanpa rasa bersalah.. Huhhhhh aku agak sedikit menggerutu didalam hati)

Dina : Teman – teman pada sibuk Mudik pak, teman – teman kerja ya sama keluarganya… (jawab ku lagi, menjelaskan kepada pak Parmin)

Parmin : Kalau pacar mbak sendiri gimana ?? ajak pergi main lah.. hehehe (ledek pak Parmin kepada ku)

Dina : Hummmmppp boro – boro pacar pak, yang dekatin aja gak ada.. (balas ku lagi, dengan sedikit menebar senyum kepada pak Parmin)

Parmin : Yaa udah mbak, mari masuk.. diluar gak ada kursi.. (ucap pak Parmin mempersilahkan ku masuk)

Dina : Permisiiiii….. (ucap ku setengah berbisik sambil celingak – celinguk memastikan sekeliling memastikan tidak ada orang yang lihat)

Parmin : Masuk aja mbakk.. Gak ada orang kok dirumah bapak… Bapak tinggal sendiri kok.. (kata pak Parmin sambil tersenyum melihat ku yang dari tadi kayak orang kebingungan melihat kanan dan kiri)

Masih dalam keadaan ragu – ragu aku kemudian melangkahkan kaki masuk kedalam rumah pak Parmin, anehnya kali ini aku masuh dalam keadaan gemetaran. Padahal sebelumnya aku tidak semegetar seperti saat ini. “Maaf ya mbak, belum ada kursi .. “ucap pak Parmin. “Memangnya sejak kapan pak Parmin punya kursi, dari dulu pun kayaknya belum ada” ujar ku didalam hati.

Dina : Ini aku bawakan bapak Makanan dan kue dari rumah, bapak pasti belum makan kan ?? (lanjut ku menyerahkan bungkusan makanan dan beberapa kue yang sudah aku persiapkan sebelumnya dari rumah)

Parmin : Waaahhhh… makasih yaa mbak, udah bawain bapak makanan segala. Baik banget sihhh mbak… (ucap pak Parmin kepada ku sambil sedikit memuji).

Pak Parmin pun langsung membuka bungkusan makanan dari ku, sebuah nasi bungkus dengan lauk ayam. Pak Parmin pun dengan lahap menyantap makanan yang aku bawa, mungkin karena sudah kelaparan sebungkus nasi padang pun dilahap dengan sekejap.

Parmin : Mbak gak makan… kalau mau sini bapak suapin.. hehehehe. (ucapnya sambil menawari ku makan)

Dina : Gak pak, Dina udah makan tadi dirumah.. bapak makan ajaa… (jawab ku menjawab pertanyaannya. Sambil melihat sekeliling rumah pak Parmin yang sedikit lebih rapi dari sebelumnya)

Sambil makan pak Parmin pun menceritikan kisah hidupnya yang lebih dalam, ada momen terharu ada pula momen yang membuat ku dan pak Parmin tertawa berbarengan seperti sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara. Aku tak peduli lagi kalau saat ini aku sedang berada dirumah seorang laki – laki hanya berduaan saja. Tapi yang terpikirkan oleh ku justru rasa senang, karena pak Parmin bisa membawa ku dalam tawa dan canda yang membuat ku menikmati moment ini walaupun aku tidak tau akan apa yang terjadi berikutnya.

Disela – sela obrolan kami yang hangat pun tiba – tiba pak Parmin mengatakan sesuatu yang membuat ku sedikit terkejut “Tapi mbak suka kan sama kontol bapak.” Ucapnya kepada ku yang membuat ku menjadi bingung, nafsu yang tadi sempat hilang kembali hadir karena pertanyaan pak Parmin. Aku pun hanya memalingkan wajah, yang sesekali melirik bagian bawah pak Parmin yang sedang mengembung, aku yakin kalau didalam celananya tongkat perkasanya yang besar itu tengah menegang.

Pertanyaan dari pak Parmin membuat jantung ku semakin berdegub kencang. Walaupun aku tidak menjawab secara langsung, namun dalam hati ku berkata “Aku memang butuh kontol bapak… makanya aku datang kesini..’. Karena memang apa yang dikatakan pak Parmin benar, kalau aku sudah jatuh cinta dengan kontolnya yang pernah mengobok anus dengan begitu nikmat. Aku menyukai kontol pak Parmin karena ukurannya yang besar dan membuat ku takjub, meski itu adalah kontol pertama dalam hidup ku yang membuat ku semakin panas dingin membayangkan.

Parmin : Kalau mbak diam berarti memang iya kan,, hehehe atau jangan – jangan mbak datang lagi mau bapak entot yaaa… (ucap nya kepada ku seperti mengetahui tujuan ku datang malam ini, tapi tidak mungkin aku jujur dan mengatakan “iya” kalau aku memang pengen dipuaskan dengan kontolnya)

Dina : Ihhhhh…. Aaappaan siihh pakk.. Dina kesini karena mau berlebaran… Ya udah deh, Dina pulang ajaaa… (ucap ku sedikit merajuk dan mengancam akan pulang, aku masih mencoba menahan harga diriku dengan wajah yang memanas karena kebohongan dan kemunafikan diri ku sendiri). Udah pak buruna habisin makanannya… (sambung ku lagi mencoba mengalihkan pembicaraan)

Parmin : Hehehehe,, kalau mbak marah berarti memang iyaaa… (ucap pak Parmin, aku hanya menggelengkan kepala sambil menahan senyum)

Dina : Gakk marah kok bapakk… Dina malah senang gini… (ujar ku dengan sedikit senyuman)

Parmin : Berarti bener kan, kalau mbak datang karena kangen dengan kontol bapak… (ucapnya sambil menunjukkan selangkangannya)

Dina : Apaan sih pakk.. kontal – kontol terus ajaaa yang dibahas… (balas ku sambil melihat jam di HP ku yang sudah menunjukkan pukul 21.00 tak terasa sudah 1 jam aku berada dirumah pak Parmin.)

Parmin : Hehehhe mbaakk ngakuu ajaaa dehh… kalau memang kangen kontol bapak kan.. (rayu pak Parmin sambil terkekeh, yang membuat ku sedikit agak kesal karena terus diberi pertanyaan kotor)

Dina : Iyaaaa… Dinaaa kangen kontol bapak, kontol yang udah bikin pantat Dina bolong.. weeks.. (balas ku bercanda sambil menjulurkan lidah meledek pak Parmin, walaupun dengan agak sangat terpaksa aku mengatakannya untuk menghentikan pertanyaaan selanjutnya, tenyata aku salah..)

Namun tiba – tiba pak Parmin meraih pinggang ku dan menarik badan ku semakin mendekati tubuhnya “ngomong gini coba mbak.. Dina suka kontol bapak..” pintanya kepada ku..

Dina : Idddiihhh gak mau…. Ogahhh… (ucap ku menepis tangannya dipinggang ku dan menjauhi tubuh ku lagi, namun pak Parmin tidak berhenti untuk terus merayu ku)

Parmin : Kamu beneran cantik mbak, sayang bapak sudah tua dan miskin… hehehe kalau saja masih muda atau kaya… pasti bapak akan ngejar mbak teruss.. hehehhe (puji pak Parmin kepada ku)

Mendapat pujian dari pak Parmin sontak membuat hati ku berbunga – bunga, aku gak tau kenapa pujian pak Parmin bisa membuat ku serasa melayang. Mungkin ada yang salah dalam diri ku, seharusnya aku tidak seperti ini. Namun aku lebih memilih untuk membiarkan telinga ku mendengar pujian – pujian pak Parmin yang membuat ku semakin terbang dan senang.

Parmin : Boleh bapak cium lagi gak mbakk…. (ucap pak Parmin kepada ku saat mulai medekatkan wajahnya)

Dina : Gak bolehhh… gosok gigi dulu sanaa.. (ujar ku kepadanya secara spontan saat wajah pak Parmin mulai medekati wajah ku)

“okee mbakkk…” ucap pak Parmin dengan senyum ompongnya kemudian membereskan bungkusan makanan yang sudah habis dan menuju kebelakang. Beberapa saat kemudian, pak Parmin datang dengan hanya memakai handuk berjalan mendekati ku. “Bapak udah gosok gigi nih mbakk.. coba lihatt..” ujarnya sambil nyengir, yang membuat ku sedikit tertawa karena melihat giginya yang sudah banyak ompong.

Dina : Ihhhhhh ompong semuaaa.. (ledek ku saat melihat gigi ompong pak Parmin. Seketika pak Parmin kembali mendekati wajah ku)

Parmin : Sekarang udah bolehh bapak cium gak mbakk… (ucap nya sambil mendenguskan nafasnya mendekati wajah ku)

Dina : Hummmppppp…. Nanti ada orang paakk…. (jawab ku pura – pura menolak dengan sedikit agak manja)

Parmin : Tenang saja mbaakk… mana ada orang jam – jam segini lewat .. hehehe sepiiii giniii kok… (ucap nya kepada ku, sambil menggenggam tangan ku dan menariknya) ayokk mbak kita main didalam kamar ajaa… (ajak pak Parmin menarik ku masuk kedalam kamar)

Dina : Tapiiii…motor Dina ada diluar pakk…. (ucap ku seperti dejavu, karena merasa kejadian yang sama seperti terulang kembali)

Parmin : Hehehhehe,, mbak masuk aja dulu.. biar bapak yang masukan .. (ucap nya menarik tangan ku. Aku pun hanya mengangguk, kemudian berdiri dan berjalan kedalam kamar pak Parmin)

Saat aku masuk kedalam kamar yang remang – remang sudah terlihat agak sedikit rapi, kini kasur lusuhnya sudah ditutupi kain yang menambah kerapian. Barang – barang pun sudah tertata dengan rapi tidak seberantakan dulu. Aku pun kemudian duduk di kasur pak Parmin dengan kaki yang tertekuk, sambil bermain HP membalas isi pesan WA terutama dari orang tua ku. Beberapa saat kemudian pak Parmin masuk kedalam kamar sambil membawa lampu yang lebih terang, namun kali ini yang membuat ku terkejut adalah pak Parmin masuk dalam keadaan telanjang. Terlihat kontolnya yang gondal gandul naik turun saat berjalan mendekatiku. “Sudah aman mbak, gak ada lagi yang ganguin kita nanti.” Ucap pak Parmin setelah meletakkan lampu disudut ruangan dan mulai berjalan mendekatiku yang kemudian duduk disamping ku yang sudah sedari tadi berada dikasur lusuhnya.

Parmin : Sekarang boleh bapak cium kan.. (lanjut pak Parmin bertanya kepada ku. Aku yang memang sudah terburu dengan nafsu pun hanya mengangguk tanpa ada jawaban)

Anggukan ku pun menjadi tanda setuju, seketika kemudian pak Parmin mulai mendekatkan wajah tuanya mendekati wajah ku. Bibir hitamnya pun mulai mengecup ringan bibir ku yang hanya dilampisi liptin. “Manis banget bibir kamu mbakk… “ komentar pak Parmin setelah mengecup bibir ku. Aku pun hanya tersipu malu tapi dalam hati aku sangat senang karena aku bisa memancing pak Parmin untuk membantu melampiaskan nafsu ku.

Lalu kembali bibir pak Parmin kembali memaut dan menempelkan di bibir ku namun sekarang dalam waktu yang lama tanpa ada pengutan dan gerakan. Sesaat kami hanya saling bertukar nafas, aku hanya bisa memejamkan mata saat nafas kami saling bertukar yang terasa mulai sangat berat karena sudah dilanda syahwat birahi. Lalu tangan pak Parmin tiba – tiba dengan lembut dan pelan meraih ku kedalam pelukannya. Tubuh kami pun menyatu sambil bibir pak Parmin mulai bergerak melumat bibir ku, yang langsung aku sambut dengan hangat. Bibir kami pun mulai saling bergerak saling menaut dan saling mengejar. Aku bisa mendengar dengusan nafas pak Parmin yang semakin memburu yang membuat ciuman pada bibir ku semakin agresif. Kecupan – kecupan ringan pun mulai menjadi pengutan yang seolah – olah ingin menghisap bibir ku masuk kedalam mulut tua nya.

Dina : OOuuuhhhhh paaakkkk….. (ucap ku mulai mengeluarkan desahan saat pak Parmin mulai mengehembuskan nafasnya ditelinga ku walaupun masih tertutup jilbab)

Melihat ku yang sudah tidak melawan, pak Parmin pun kembali mencium ku. Namun ciuman kali ini lebih rekat dengan dekapan yang semakin kuat memeluk ku seakan tak mau melepaskan tubuh ku. Aku pun juga tidak berusaha untuk menghindar malah membiarkan pak Parmin untuk menyosorkan bibir nya ke bibir ku. Bibir kami pun kembali bertemu dengan lidah yang kini sudah saling mengisi rongga yang kosong didalam mulut masing – masing. Perlakuan pak Parmin kepada ku semakin membuat ku terbuat kedalam jurang birahi yang sangat dalam. Bibir kami pun bercumbu dengan panuh gairah dengan lidah yang saling berbelit hingga kami pun bertukar liur. Aku tidak pernah berpikir kalau pada akhirnya, aku akan menelan habis liur pak Parmin yang masuk kedalam mulut ku. “Mmmmppphhh… mmmmhhh… Slluurrpppsss… mmmhhh… mmpphhh… slluurppss.. “ suara desahan yang tertahan dari mulut kami yang sedang berpangutan. Pak Parmin pun merubah posisi ku, kini aku sudah dalam pengkuannya dengan kaki ku melilit ada pinggang pak Parmin. Tangan ku pun sudah aku lingkarkan pada lehernya saat kami sedang berpengutan.

Selama ciuman panas yang berlangsung, tangan jahil pak Parmin pun tidak pernah diam menjelajahi tubuh ku. Tangan kirinya mengusah punggung ku dan tangan kanannya menahan pantat ku yang sesekali meremasnya dari bawah dengan gemasnya. Perasaan aneh yang nikmat mulai terasa seiiring dengan remasan – remasan pak Parmin pada bongkahan pantat ku yang membuat tubuh ku menggeliat yang tertahan oleh dekapan kuat pak Parmin yang mengunci pergerakan tubuh ku.

Parmin : Jilbabnya dilepas ya mbak.. hehehe nanti basah dan kotor (ucap pak Parmin yang ku balas dengan anggukan.)

Lalu satu persatu pak Parmin melepaskan jarum pentul pada jilbab ku hingga kini jilbab ku pun sudah terlepas dari kepala ku. Kini rambut sebahu ku pun terlihat oleh pak Parmin yang ku kunci seperti ekor kuda. Setelah jilbab ku diletakkan disamping kasurnya, pak Parmin memulai kembali mencabuli ku. Kini ciumannya tidak hanya mendarat di bibir ku, tetapi juga sampai ke leher dan dibelakang telinga ku yang sesekali nafas beratnya terdengar ditelinga ku. Ciuman ditambah jilatan membuat leher ku basah karena liur pak Parmin yang membuat ku semakin terlarut didalam cumbuan nafsu dari pak Parmin terhadap tubuh ku yang membuat nafsu kini sudah mencapai ubun – ubun kepala ku.

Aku yang sudah diburu nafsu pun membalas perlakuan pak Parmin, karena aku juga saat ini menjilati leher pak Parmin yang basah karena keringat mengingat udara panas didalam kamarnya. Kini aku yang lebih agresif dengan ciuman ku yang semakin memanas yang tidak hanya pada bibir pak Parmin dan leher semata. Tapi kini ciuman ku pun mulai bergerak turun ke leher pak Parmin sambil terus memangku tubuh ku. Karena kurang merasa nyaman, pak Parmin pun merubah posisinya untuk bersender di dinding kamar yang kebetulan posisi kasur memang terlalu dempet dengan dinding kayu rumahnya. Kini dengan posisi duduk sambil bersandar dengan kaki yang mengangkang menunjukkan kontolnya yang sudah dalam keadaan tegak terangsang. “Ayo sini mbakk… jilatin lagi” perintahnya kepada ku. Bagaikan anjing betina, aku pun mengangguk mengikuti perintah pak Parmin.

Tubuh ku pun mulai mendekat, lalu pak Parmin dengan sigapnya langsung memeluk tubuh ku, hanya sekali gerak kini mulut pak Parmin langsung melumat mulut ku. Ciuman kami pun diiringi dengan menetesnya liur yang membuat perzinaan beda usia ini semakin memanas. Kini pak Parmin pun memindahkan ciumannya ke leher ku yang sudah tidak tertutup oleh jilbab ku. Bukan hanya ciuman, tetapi jilatan penuh liur pun membasahi leher ku yang menimbulkan rasa geli sampai membuat ku semakin merinding. “Gantian ya mbak…” hanya ucapan itu yang keluar dari mulut pak Parmin.

Dalam posisi yang menungging, aku pun berinisiatif dengan memulai menjilati mulut pak Parmin, lalu turun ke dada kurusnya untuk berhenti sejenak pada kedua pentil susunya yang kecil dan mengkerut. Ku jilati dan kadang ku kecup dengan beberapa kali gigitan kecil membuat tubuh pak Parmin menjadi gemetaran. “Oooughhhh… binaaal juga kamu yaa mbakkk… hehehhe.. “ ucapnya dengan cengengesan. “Wahhh kalau dijual ke teman – teman bapak, bisa mahal ini mbakk.. “ ucapnya lagi seperti merendahkan ku. Namun aku tidak memperdulikan perkataannya dan terus melanjutkan aksinya menjilati ujung pentil susu pak Parmin yang kecil dan berbulu.

Parmin : Aaaahhhhh nikmat sekali jilatan mu mbakk… Gelllliiii.. geeellllii … sedaappp oouugghhh… (pak Parmin pun meracau sambil mendesah merasakan lidah ku yang kini mulai turun dari pentil susunya untuk menjilati buah zakar dan sesekali menyapu batang kejantanannya)

Seolah paham, pak Parmin lalu berbalik badan merubah posisi menungging dimana kedua tanggannya bertumpu pada kasur dengan sambil melebarkan kakinya. Posisi yang menungging ini membuat pantat pak Parmin kini langsung berhadapan dengan wajah ku, dengan agak sedikit menundukan punggungnya membuang anus pak Parmin bisa terlihat jelas oleh mata ku.

“Ayooo mbakk, jilatin lubang pantat bapakk…” ucap pak Parmin memerintah ku untuk menjilat lubang pembuangan kotorannya. “Taappppiii.. paaakkk… “ucap ku terbata – bata. Walaupun kini aku dalam keadaan bernafsu, tetapi aku tetap tahu kelau anus adalah lubang pembuangan kontoran. Bagaimana mungkin aku bisa menjilati lubang yang kotor itu.

“Hehehhe, gak usah takut mbak.. kan bapak juga pernah jilatin pantat mbak kan… Sekarang gantian, mbak yang jilatin pantat bapak..” ucap pak Parmin kepada ku. Walaupun dengan keadaan terpaksa dan agak ragu – ragu aku pun mulai mendekati lubang dubur pak Parmin. Meski merasa jijik karena aromanya, tatapi wajah ku malah semakin mendekati pantat pak Parmin. Aroma menyengat sedikit membuat ku mual, namun dengan keyakinan dan keterpaksaan aku pun memaksa diri ku untuk mencobanya. Perlahan aku mulai menjulurkan lidah ku menyentuh lubang yang mengkerut itu dan mulai menjilatinya yang memberikan ku rasa asin dan pahit di lidah ku.

“Mantaapp mbaakkk.. aahhhhhh… teruss mbaaakkk jiilaaatttin… ” desah pak Parmin yang merinding karena jilatan lidah ku pada anusnya sampai – sampai tangannya mencengkram bantal karena saking nikmatnya menerima jilatan lidah ku dengan mata yang merem melek kenikmatan.

Aku pun menjilati tepi anus pak Parmin dan terkadang menjilati lubang anusnya yang belum terbuka lebar, namun sudah memberikan kenikmatan yang membuat pak Parmin sampai tidak bergidik dan mulai meminta lebih kepada ku untuk menjilati lebih dalam. “Lebarin mbak pantatnyaaa… masukin lidah mbak Dina lebih dalam” ucap pak Parmin mengintruksikan ku, aku yang tidak punya pilihan mau tidak mau aku harus melakukannya.

Kedua tangan ku pun kini mulai melebarkan bongkahan pantat pak Parmin, untuk memberikan akses semakin terbukanya lubang anus hitamnya. Saat lubang anus itu semakin terbuka memberikan ruang bagi lidah ku untuk semakin dalam masuk menjilati anusnya. “Aaaaahhhhh…. Teeerrrruussss.. mbaakkkk… Geeelliiiii enaakk… Aaaahhhhh…..”desah pak Parmin menikmati jilatan ku pada anusnya. “Sslllrrruuppppss… Ssssllllrrrrpppp… Sssllllrrruupppss..” lidah terus menerus aktif menjilati anus pak Parmin tanpa ada lagi rasa jijik. Berulang kali rasa pahit dan asin yang terasa di lidahnya, ditambah lagi dengan aroma pantatnya yang terhirup langsung saat aku bernafas.

Lidah ku pun mulai mendorong masuk kedalam menyentuh dinding anus milik pak Parmin lebih dalam lagi, yang sesekali ku jilati tepian liang anusnya. Tentunya hal ini semakin membuat ku jijik hingga aku tak kuat lagi menahan sampai membuat ku terbatuk – batuk. “Hhueeekkk….. Uhhhukkk.. Hhuuueeekkk…” Suara yang keluar dari mulut ku menahan mual karena aroma pantat pak Parmin, aku pun beberapa kali meludah dan mengelapnya pada baju yang aku gunakan. “Paakkk… Dinaaa gak sanggupp lagii… Hhuuueeekkk…” Ucap ku yang tidak lagi sanggup menjilati anus pak Parmin.

Sungguh hal yang sulit dibayangkan dimana ada seorang wanita berpendidikan sedang menjilati pantat dari seorang lelaki tua dengan latar belakang pekerjaan sebagai pemungut barang bekas. Aku yang masih berpakaian lengkap kecuali jilbab ku yang sudah terlepas masih sibuk menjilati anus pak Parmin. Bukan hanya anus nya saja yang aku jilati, dua buah zakarnya pun tidak terlepas dari lidah ku untuk kujilati.

Setelah dengan jilatan ku pada anusnya, kini pak Parmin pun membalikan badan kembali lalu meminta ku untuk mengulum kontolnya. Jilatan ku pun mulai bepindah ke kemaluannya yang sudah tegang menjulang, walaupun masih dalam keadaan mual tapi dengan melihat ukurannya membuat ku berdehem kecil, karena tenggorokan ku yang mendadak kering tersendat yang begitu sangat menyukai kontol kotor pak Parmin. Aku butuh pengendalian diri yang kuat saat menatap kemaluan pak Parmin yang sedang menantang dihadapan ku. Walaupun ini adalah kontol pertama, namun kontol ini yang membuat ku semakin tergila – gila dengan nafsu.

Parmin : Kenapa mbakk ku yang cantikk, kok diam gitu !! terangsang yaaa… (ucap pak Parmin melihat ku yang agak sedikit mematung)

Harus aku akui, walaupun aku sudah beberapa kali memandang kejantanan pak Parmin tetap saja aku tidak bisa berhenti terangsang dibuatnya. Batang hitam kecoklatan dan begitu perkasa itu pun pernah mengaduk pantat ku dengan begitu lamanya hingga tubuh ku lemas. Pak Parmin yang sudah berusia lanjut ternyata memiliki stamina yang sangat kuat “apa mungkin diluar sana ada yang lebih dari pak Parmin.. hhummmppppp” gumam ku. Melihat batang kejantanan pak Parmin semakin menghipnotis ku untuk segera menjilatinya. “Ayooo mbakk… hehehe.. gak usah malu tohh…” ucap pak Parmin kepada ku.

Walaupun ini bukan yang pertama, tapi tetap saja rasa gemetar masih terasa pada tubuh ku saat tangan ku mulai menyentuh dan menggenggam kejantanan milik pak Parmin. Tangan ku pun degan reflek meremas batangnya dengan sesekali memberikan pijatan lembut yang membuat batang tersebut semakin mengeras dan membesar dalam genggaman tangan ku.

Batang kejantanan yang begitu hangat, keras dan berdenyut didalam genggaman tangan ku. Butuh kedua tangan ku untuk memegangnya, karena ukurannya yang tidak biasa. Ku mulai dengan mengarahkan tangan ku pada pangkal batang kejantanan pak Parmin dan mulai menaik turunkan genggaman tangan ku untuk memberikan kocokan dengan lembut.

Parmin : Hehehhe…. Oohhh.. udah pinter mbak Dina sekarang yaa ngocoknya.. (racau pak Parmin sambil menikmati kocokan tangan ku pada kontolnya)

Aku tidak memperdulikan ucapan – ucapan kotor yang keluar dari mulut pak Parmin. Malahan di tengah aktivitas kocokan tangan ku, sesekali ku majukan kepakla ku untuk mengecup kepala jamurnya yang mulai sedikit basah karena adanya cairan yang keluar dari lubang kencingnya. Rasanya yang asin dan bercampur pait saat cairan itu tidak sengaja menempel pada bibir ku. Beberapa kali aku mengecup kontol pak Parmin tanpa rasa jijik, aku mulai membasahi ujung kejantanannya dengan air liur ku untuk memberikan sedikit pelumas sebelum mulut ku mulai memasukkan ujung kepalanya untuk aku kulum dengan sesekali aku memainkan lidah ku didalamnya. Aku pun menghisap dengan begitu kuat dan beberapa kali melepaskannya kemudian aku kulum lagi hingga membuat pak Parmin mengelijang kegelian saat menerima pelayanan dari mulut ku.

Parmin : Oooouughhhh… mantaapp bengett mulut mu mbakk… hanggaattt… (erangan pak Parmin sambil memegang rambut ku agar tidak berserakan)

Aku kembali mamasukkan kontol pak Parmin kedalam mulut ku sedalam mungkin sampai akhirnya aku tersedak sampai terbatuk – batuk. Namun aku tidak berhenti malah kembali mangulum dan ku hisap dengan kuat bahkan sesekali kuputar lidah ku untuk mengelitik ujung kejantanannya kemudian ku tarik lagi keluar untuk mengambil nafas sejenak dan kembali mengulum kenjantanan pak Parmin. Menyisakan sedikit batang kejantanannya didalam mulut ku dan kembali mendorong serta menghisapnya masuk didalam mulut sampai menyentuk tenggorokan ku. Sungguh sensasi yang luas biasa, sampai liur ku pun menetas disekitaran bibir ku. Aku yang mengulum dengan semangat sampai terbatuk – batuk saat melepas batang kejantanan pak Parmin dari mulut ku, bahkan air mata ku pun sempai keluar. “Pelan – pelan aja mbakk… jangan buru – buru.. “ ucap pak Parmin sambil tersenyum dengan tingkah ku yang sudah layaknya pelacur yang penuhi nafsu.

Aku tidak menjawab, pelan – pelan kembali aku masukan batang kejantanan pak Parmin kedalam mulut ku dan ku hirup air liur ku yang meleleh di batang kejantanan pak Parmin yang membuat batang hitam itu semakin mengkilat. Sungguh penuh rasanya mulut ku saat kontol pak Parmin berada didalam mulut ku.

Aku tidak menghiraukan apa yang diucapkan pak Parmin, walaupun telinga ku cukup panas mendengar ucapannya. Namun bukannya marah, malah ada sesuatu yang semakin mendorong birahi didalam diri ku. Aku pun mempercepat jilatan pada tubuh lusuhnya, pelan – pelan mulai turun hingga ke selangkangannya. Karena sudah terlanjur dilanda birahi kini aku mulai menjilati buah zakar pak Parmin. Sesekali jilatan ku menyentul lubang pantatnya yang sudah mengkerut. Pikiran dan perasaan ku yang saat ini sudah dirasuki oleh nafsu syahwat membuat ku semakin buta dan terus bernafsu memaju mundurkan kepala ku mengulum kontol pak Parmin didalam mulut ku, hingga beberapa saat kemudian pak Parmin menarik lepas kontolnya dari mulut ku. Kemudian pak Parmin menarik tubuh ku untuk duduk dihadapannya, kami pun saling bertatapan dan perlahan kembali berada didalam gairah untuk saling beradu bibir dan membeli lidah.

Aku pun melepas ciuman pak Parmin dibibir ku, sambil tangan ku memegangi dan sesekali meremas payudara ku dari luar baju yang aku gunakan “bapak mau ini…” tanya ku sambil menunjukkan payudara ku kehadapannya.

Parmin : Hahahahha… sudah pasti mau mbak Dina.. kalau pun mbak gak nawarin pasti nanti juga saya keluarkan.. Ayok mbakk.. tujukkan sama bapak susu mbak yang indah itu.. hehehehhe… (ucap pak Parmin sambil tersenyum gembira)

Dina : Beneran, bapak mau liat susu aku yang indah ini.. ?? (pertanyaan ku lagi sambil terus menggoda pak Parmin dengan sesekali menekan ujung puting payudara ku dari luar dan membuat pak Parmin semakin gregetan melihat tingkah ku)

Parmin : Hehehehe.. iyaaa mbak Dinaa… ayooo tunjukan… (ucap pak Parmin yang dengan cepat menarik baju ku keatas dengan agak paksa)

Dina : Sabarr dong pak.. nanti baju Dina bisa robekk… (ucap ku sambil mulai menggulung baju ku keatas sehingga memperlihat payudara ku yang masih tertutup oleh BH)

Melihat keindahan kedua payudara ku yang masih terbungkus BH membuat pak Parmin pun langsung menciumu perut ramping ku, lidah nya tidak berhenti menjilati pusar ku yang semakin lama semakin naik menuju payudara ku. Kedua tangan pak Parmin pun mulai merangsang pinggang ramping ku yang membuat ku sedikit memejamkan mata. “Aaaaahhhh Paaakkkk…. Aaaaaahhh… Aaaahhh… Mmmmmppphhh..” desah ku dengan penuh gairah dan terdengar agak sedikit manja serta menggoda pak Parmin.

Parmin : Ayo buruan mbak, bapak udah gak tahan pengen liat susu mbak lagi heheheh (ucap pak Parmin yang kini tangan mulai membantu ku untuk menggulung baju ku atas dengan sesekali tangannya meraba payudara ku yang membuat ku sedikit mendesah)

Tentunya desahan ku membuat pak Parmin semakin bersemangat, tangannya mulai mengangkat Cup BH yang menghalangi keindahan payudara ku. Saat Cup itu terangkat, terlihat dihadapan pak Parmin sepasang puting susu dengan warna coklat kehitaman yang menawarkan godaan untuk segera dilumat. Langsung saja, pak Parmin mendekatkan mulutnya ke payudara ku yang langsung dilahapnya. Kini aku pun menyusui lelaki tua di payudara ku yang dihisap secara bergantian.

Parmin : Mmmmmppphhh… Mmmpphhh… Sssllllrrrpppsss… Mmmmpphhh.. Manis kali mbak susu mbakk… Bapak jadi betah nenen sama mbakk… Sssllluurrpppss.. (desah pak Parmin sambil terus menyerumput puting payudara ku bergantian hingga liurnya membasahi payudara ku)

Dina : Aaaahhhh… Aaahhh.. Aaahh… Paaakkk… Aaahhh.. (desah ku yang kini pasrah saat menikmati mulut pak Parmin yang sedang menghisap payudara ku dengan begitu ganasnya. Puting payudara serasa ditarik dan ingin lepas dari payudara ku saking kuatnya pak Parmin menghisapnya. Ada rasa sakit, geli dan nikmat dengan hisapan kasar pak Parmin pada payudara ku)

Pak Parmin benar – benar sudah dikuasai oleh nafsu, hingga tanggannya pun dengan begitu kuatnya mencengkram kedua payudara ku yang menggantung dengan indahnya. Cengkraman yang membuat puting payudara semakin mencuat, yang langsung menjadi sasaran mulut pak Parmin menghisap putingnya sambil sesekali lidahnya menjilati putingnya dan sesekali lidahnya juga menjilati di sekitar areola payudara ku. “Aaaahh… Aaaahh… Paakkk… Mmmpphh… Aaahh… (aku hanya bisa mengeluarkan desahan sampai kepala ku terangkat keatas saking nikmatnya)

Puas menjilati payudara ku, kini jilatan pak Parmin mulai kembali turun ke pusar ku. Pak Parmin benar – benar ingin melampiaskan nafsunya sampai kini tangan nya mulai masuk kedalam celana kulot ku yang perlahan – perlahan mulai menariknya turun melewati kedua kaki ku hingga kini aku hanya menggunakan baju panjang dengan cup BH yang sudah tersingkap keatas dan memperlihatkan payudara ku serta celanan dalam yang masih menutup pangkal paha ku. Kembali pak Parmin memainkan mulutnya menghisap susu ku seperti bayi yang kehausan.

Dina : Bapak sukaa susu Dina gakk… (ucap ku lagi sambil memandang pak Parmin yang masih sibuk menyusu di payudara ku)

Parmin : Heheheheh suka mbak… apalagi kalau ada airnyaa.. bisa bapak sedot sampai kering…. (ucap pak Parmin yang begitu semangatnya mempermainkan payudara ku dengan tangan dan mulutnya)

“Huaahh… ini baru susu kesukaan bapak, susu mbak Dina memang bagus buat bapak gak pernah bosan untuk menghisapnya heheheh..” ucap pak Parmin sambil tertawa yang semakin bergairah saat payudara bulat aku sudah berada digenggamannya.

Dina : Mmmppphhh susu ini pakkk… ?? susu ini yang bapak selalu ingin ngentot sama Dina kan ?? (tanya ku sambil meremas – remas payudara ku sendiri untuk semakin menggoda pak Parmin. Mungkin kali ini aku bisa seperti seorang pelacur murahan, karena tindakan ku yang sedang menggoda seorang penjantan tanpa ada rasa malu lagi)

Parmin : Hahakkhakhahakk.. Bener mbak.. Susu segar cap Dina yang selalu bapak rindukan semenjak pertama kali sampai ketagihan kalau lagi coli mbak.. apalagi BH mbak ada sama bapak kan.. hehehhe (jawab pak Parmin, yang kini mulai berdiri dihadapan ku)

Posisi pak Parmin yang berada dihadapan ku mulai menggosokkan kontolnya di payudara ku, sesekali ujung kontolnya digesekkan ke puting payudara aku. Beberapa kali gerakan pak Parmin menggoyangkan pinggulnya seperti sedang menyetubuhi payudara ku. “Jepit kontol bapak di Susu mbak Dina dong… bapak pengen ngerasain lembutnya kulit susu mbak.. hehehehe..” ucap pak Parmin.

Dina : Haaaahh.. Dina gak tau pak gimana caranya ?? (ucap ku yang tidak paham maksud pak Parmin yang ingin kontolnya dijepit di payudara ku)

Parmin : Kayak ini mbak …. (ucap pak Parmin yang mulai menaruk kontolnya diantara 2 payudara ku yang menggantung, kemudian mengarahkan tangan ku untuk mengapit payudara ku) Ketengahin dikit mbakk… (perintahnya lagi mengarahkan ku)

Dina : Jadi bapak pengen aku mainin kotol bapak pakai susu aku kayak gini yaa… (jawab ku sambil mulai memainkan payudara ku naik turun sambil menjepit kontol pak Parmin)

Parmin : hahahahha.. aahhh.. aahhh… susu mbak Dina memang lembutt… Uuughhh.. udah lama menghayal bisa ngentotin susu mbak… hehehehehhe (ucap pak Pamin sambil menikmati permainan payudara ku)

Dina : Aaaahhhh… Aahhhh… kontol bapak keras bangettt.. hangaatt jugaa.. jadi pengen disodok pakkk… (desah ku sambil menggoda pak Parmin)

Parmin : Ayo mbak Dina di kocok lagi, kontol bapak masih bisa lebih besar lagi kok… Hahahahaha (ucap pak Parmin sambil tertawa yang membuat ku semakin bernafsu mengocok kontolnya dijepitan payudara ku)

Dina : Ini aja udah besar banget pakk… Nanti pantat Dina bisa sakit kalau besar kali pakk… bisa gak muatt… (ucap ku dengan bahasa kotor yang menggoda pak Parmin untuk semakin bernafsu kepada ku)

Parmin : Muaatt mbakk.. lagian siapa yang bakalan main di pantat mbakk. Memek mbak pasti elastis, pasti bakalan muat kok kontol bapak didalamnya.. hehehhe (tawa pak Parmin sambil berkecak pinggang manatap wajah ku yang masih sibuk memberikan kocokan pada kontolnyaa)

Dina : Kok dimemek pakk,, Dina masih perawan.. entotin pantat Dina ajaa ya pakkk.. Puasin Diinaaa.. (ucap ku semakin genittt)

Parmin : Hehehehe tenang aja mbak, walaupun bapak sudah tuaa.. bapak akan puasin mbakk.. sampai mbak rela bapak entotin memeknya hehehehhe (ucap pak Parmin membalas perkataan ku)

Apa yang dikatakan pak Parmin benar adanya, mata ku pun sampai tidak berkedip melihat kontol pak Parmin yang samakin membesar diatara payudara ku. Sunggu terasa begitu keras dan berurat, apa kontol ini bisa memuaskan ku. “Besarnyaaa…” gumam ku didalam hati hingga membuat ada sensasi gatal didalam memek ku saat melihat begitu mempesonanya kontol milik pak Parmin yang semakin besar dan keras.

Parmin : Ayooo mbakkk,,, sekarang giliran bapakk… Udah gak tahan pengen ngentot sama mbakk yang lebih panas.. (ucap pak Parmin yang bersiap ingin menikmati tubuh ku)

Tubuh tua pak Parmin pun kini mulai merebah tubuh muda ku diantas kasur lusuh miliknya yang sudah basah karena liur dan keringat, aku pun hanya bisa pasrah saat pak Parmin mulai memposisikan ku dalam keadaan telentang. “Yang lurus yaa mbak, hehehe.. Bapak mau liat tubuh mbak dari atas sini..” ucappak Parmin sambil mendekap dagu ku. Saat ini aku hanya bisa menahan malu dan sekaligus dilanda nafsu yang pasrah dengan perlakuan pak Parmin malam ini. “Tohh ini juga karena salah ku, aku yang datang juga.. sudah terlanjur mending aku nikmati saja..” gumam ku menatap pak Parmin.

Pak Parmin pun tidak bosan menatap ku yang terbaring dikasur lusuhnya, ia tersenym melihat ku yang membuatnya semakin tidak sabar untuk menggenjot ku lagi. Kini pak Parmin pun mulai memposisikan tubuhnya kembali diantara kedua paha ku yang secara otomatis membuat ku sedikit agak mengangkang.

Tubuh setengah telanjang ku menjadi santapan pak Parmin dengan gemasnya, tangannya pun mulai mendekat untuk meraba paha mulus ku yang tidak lagi ditutupi oleh celana dan hanya menyisakan celana dalam menutupi memek ku yang sebentar lagi mungkin akan terlepas juga. Sedangkan tubuh atas ku masih ditutupi baju dan BH, walaupun tadi sempat terbuka memperlihatkan payudara ku.

“Mbak Dina paha nya mulus yaaa.. kulitnya lembut.. sering dirawat yaa mbak..” Ucap pak Parmin sambil mengusap paha ku. Aku hanya bisa mengangguk sambil menatap wajah pak Parmin. Kini rabaan tangannya mulai naik mendekap memak ku, wajahnya pun ikut mendekat untuk menghirup aroma kemaluan ku yang selalu aku rawat dan aku jaga kebersihannya. Hidung pak Parmin sudah menempel diluar celana dalam ku, sambil menarik nafas dan mencium aroma memek ku yang membuatnya tertawa. “Harum mbakk.. bisa melayang bapak mencium memek mbakk… “ ucap pak Parmin yang membuat ku malu.

Tangan jahil pak Parmin kembali beraksi dengan menurunkan celana dalam ku dengan cepat dan meloloskan kembali melalui kedua kaki ku. Pak Parmin kini bisa melihat bulu – bulu tipis yang tumbuh disekitar liang kenikmatan ku, yang membuat pak Parmin menjadi lebih nafsu untuk segera menikmati liang memek ku yang mulai mengeluarkan sedikit cairan.

Wajah pak Parmin pun mulai mendekati kemaluan ku sambil menjulurkan lidahnya menyentuh liang memek ku yang langsung diseruputnya “Ssslllrrrppp… Ssslllrrrppp… Ssslllrrrppp…” suara seruputan pak Parmin di liang memek ku sambil terus menjilatinya. Tangannya pun menahan kaki ku agar aku tetap dalam keadaan mengangkang untuk memberikan jalan bagi pak Parmin menikmati memek ku yang semakin basah karena cairan dan liur pak Parmin.

“Ccuuuiihhh….. Ccuuuiihhh….. Ccuuuiihhh…..” pak Parmin muludahi memekku beberapa kali, dengan lidahnya mulai menjilati liang memek perawan ku. Tangannya pun kini berpindah untuk membuka liang memek ku agar jilatannya bisa menyentuk bagian terdalamnya. Aku bisa merasakan lidah pak Parmin menggeliat dan meraba memek basah ku yang semakin memancing ku kedalam lubang nafsu.

Dina : Mmmmppphhh…. Mmmmppphhh…. Paakkkk… (desah ku menikmati lidah pak Parmin yang bermain di memeku yang terus dijilatinya dengan penuh nafsu)

Parmin : Eeennnaaakkk yaaa mbakk… (ucap pak Parmin cengengesan yang aku balas dengan anggukan)

Pak Parmin pun kembali menjilati memek ku, jari – jarinya pun tidak lupa menekan – nekan klitoris ku yang semakin membuat basah karena cairan yang semakin banyak keluar. “Cccuiihh…. Cccuiihhh… manis banget cairan memek mbak Dina, jadi gak sabar pengen entotin .. hehehehhe.. “ Ucap pak Parmin sambil badannya naik keatas untuk menaikkan kembali baju yang aku gunakan. Pelan – pelan perut ku kembali terlihat oleh pak Parmin, semakin baju ku dinaikkan semakin indah pula pemandangan yang dapat dilihat oleh pak Parmin melihat tubuh ku.

Pak Parmin pun mulai kembali menaikkan baju ku hingga melewati 2 gundukan pada dada ku hingga memperlihatkan BH ku lagi yang kembali menutup payudara ku. Padahal tadi sudah terbuka. Lalu tanggannya pun menaikkan BH ku hingga puting hitam kecoklatan di payudara ku kembali terpampang dengan jelas dihadapan pak Parmin.

Parmin : Sungguh indah dan bagus sekali mbak susunya.. (ucap pak Parmin yang selalu terpukau dengan bulat dan indahnya payudara ku yang ku taksir berukuran 34B yang berada dihadapannya.

Tanpa harus membuang waktu lama – lama, langsung saja tangan kasar pak Parmin kembali meremas payudara ku dengan kuatnya, cengkraman yang penuh nafsu membuat puting ku semakin menjulang keatas. “Ooouugghhh… paakkk…” lenguh ku saat pak Parmin semakin ganas meremas dan mencengkram payudara ku. Pak Parmin pun memilin puting payudara ku seperti ingin mengeluarkan air yang ada didalamnya, bahkan sampai menarik putingku dan mencubitnya sebelum tangannya dengan gemas kembali meremas payudara ku.

“Oouuuhh.. Mmmpphhhhh.. Slllrrrpppsss… puas kali bapak bisa meremas susu mbak Dina …. Heheheh “ desah nya dengan penuh nafsu memainkan payudara ku. Aku pun hanya bisa memejamkan mata dan menikmati perlakuannya yang terkadang sampai mendesah. Hampir 1 jam setengah kami bergelut saling memancing nafsu yang semakin malam semakin menyenangkan bagi ku dipancing dan dilecehkan oleh pak Parmin. Tangan kasar pak Parmin tidak henti – hentinya meremas payudara ku dengan sangat beringas membuat kulit putihnya berubah menjadi merah. Tak lupa pula mulutnya yang menjilati puting susu ku ditambah lagi beberapa cupangan yang menimbulkan jejak merah.

Lidah pak Parmin pun keluar menjilati puting ku dan mulutnya pun tidak henti dan bosannya membuka mengatup puting susu ku yang diseruputnya semakin dalam dan kuat. “Ssllllrrrpppss…. Ssllllrrrpppss…. Ssllllrrrpppss…. Ssllllrrrpppss…. Mmmppphhh…. “ desah pak Parmin saat terus menyusu di payudara ku.

Dikala mulutnya menyusu maka kedua tanggannya sibuk meremas – remas payudara ku dengan sangat kuatnya. Perut pak Parmin pun sudah menempel di perutku karena sedari tadi menindihku dengan kontolnya menempel dibibir memek ku. “Aaahhhhh… yaahhhh… Mmmmpphhh… MMmmppphhh…. Sslllrrrpppsss.. Ouuhhhh.. “ Desah pak Prmin saat sibuk menyusu, meremas payudara ku bahkan kontolnya kini sibuk digesek – gesekkan di bibir memek ku sayang semakin basah dan sangat merangsang ku semakin jauh kedalam nafsu.

Aku bisa merasakan pinggul pak Parmin maju mundur menggesekkan kontolnya di memek ku yang sudah semakin banjir oleh cairan cinta ku yang banyak keluar. “Ooouugghhh…. Ooouugghhh…. Ooouugghhh….” Desah pak Parmin yang kemudian bangkit dari menindih ku dan duduk sambil terus menggesekkan kontolnya di bibir memek ku untuk membuat ku semakin terjebak dalam jurang nafsu. Mata ku pun terpejam dengan mulut yang menganga saat kontol pak Parmin terus digesekkan pada bibir memek ku. Sedangkan pak Parmin terus mengerang mengekspresikan kepuasan yang dia rasakan saat sedang sibuk menggesekkan kontolnya. Tubuh pak Parmin pun kembali menunduk sambil kembali meremas payudara ku, yang membuatnya semakin terpuaskan dengan keindahan tubuh ku.

“Aaaaahhhhhh… Aaahhh… digesek aja enak kan mbakk… apalagi kalau dientot.. mau gakkk… hehehehe “ pak Parmin yang tidak pantang henti merayu ku. Karena sudah tidak tahan lagi dengan posisi menindih ku. Pak Parmin pun akhirnya bangun untuk melepas seluruh pakaian ku, dari baju ku yang diloloskan melalui kepala ku dan tanggan juga langsung melepaskan kait BH ku yang akhirnya kami sama – sama telanjang bulat.

Puas memainkan memek ku dalam posisi menindih, kemudian pak Parmin pun mulai merebahkan tubuhnya dengan posisi kontol yang tidur menghadap keatas. Kemudian pak Parmin menarik tangan ku dan mengarahkan untuk naik dan menduduki kontolnya “duduk diatas kontol bapak ya mbak..” ucap pak Parmin sambil membantu ku naik ke atas tubuhnya. Aku yang sudah terhipnotis nafsu pun hanya mengikuti arahan pak Parmin. Dengan ragu – ragu aku pun mulai menaiki kontol pak Parmin yang tertidur ke atas. Kini posisi kontol pak Parmin tepat dibelahan memek ku. Aku bisa merasakan kalau batang kontolnya yang keras mulai bergerak – gerak.

Dina : Jangan dimasukin yaa pakk… Dina masih belum mau kehilangan perawan.. (ucap ku sambil menatap wajah pak Parmin yang hanya cengengesan)

Parmin : Iyaa mbakk… digesek aja dulu.. hehehe kalau enak nanti baru dicoba … (balas pak Parmin)

Kalau masalah bersetubuh aku memang kalah jauh dari pengalaman pak Parmin, kini aku hanya mengikuti arahannya untuk memaju mundurkan pinggul ku. Gerakan maju – mundur pinggulku tentunya membuat gesekan antara kontol pak Parmin dengan memek ku yang sesekali ujung kontolnya menyentil klitoris ku yang memberikan getaran nikmat sampai ke ubun – ubun sampai kepala ku mendongan ke atas dengan mata merem melek. Ditambahlagi tangan pak Parmin yang tidak tingal diam, sesekali tangan kasarnya memegang pinggang ku, kadang mengelus perut ku dan paling memegang, meremas dan memilin puting payudara ku. Tapi yang menambah nikmat saat pak Parmin menarik serta mencubit ujung puting payudara yang membuat rasa sakit bercampur nikmat. Sedangkan tangan ku sendiri mengusap dada pak Parmin yang sesekali memainkan pentil kecilnya berkat arahan pak Parmin yang terus mengajari ku dengan telaten.

Dina : Ouughhhhhh.. eeeennnaakkkk baaangeeettt paakkkk… ooouuughhhh.. geeellliiii… enaakk…. Oouughhh… (desah ku karena semakin menikmati setiap senti gesekan kontol pak Parmin di belahan memek ku)… Paaakkkk… Oouughhhh…. memek Dinaa kokk gataallll… Ouuggghhh… aahhh.. aacchhh.. aacchhh..

Parmin : Heheehe enak kan mbakk… apalagi kalau masukk.. pasti lebih enakk mbakk… ayooo teruss goyang… (ucap pak Parmin mengompori ku yang semakin membuat ku bernafsu)

Dina : Gakk maauu.. aaahhh… Dinaaa maasihh perawaan paakk... aacchhh… aaahhh… (balas ku lagi sambil terus memaju mundurkan pinggul ku kedepan dan kebelakang. Terus – menerus ujung kepala kontol pak Parmin menyenggol klitoris ku yang semakin menambah nikmat dan gatal didalam memek ku)

Parmin : Pasti enak mbakk… hehehe.. waktu dipantat aja enak kan.. apalagi di memek mbakk…mmpphhh… aahhhh… (ucap pak Parmin yang masih belum nyerah untuk memerawani memek ku.)

Saat – saat aku menikmati setiap gesekan kontol pak Parmin pada memek ku, tiba – tiba dengan cepat pak Parmin membalikkan tubuhku hingga kini aku yang berada dibawah dengan kaki mengangkang membentuk huruf M. Sedangkan pak Parmin berada diantara kedua paha ku. Tangan pak Parmin pun memegang kedua lutut ku agar tidak bergerak sedangkan tangan ku berusaha untuk menutup memek ku dari sasaran kontol pak Parmin.

Dina : Jangan dimasukin pakkk… (ucap ku memohon kepada pak Parmin)

Parmin : Hehehhee… gak kok mbak, sini bapak gesek lagi.. (ucapnya dengan cengengesan)

Dina : Tapi jangan dimasukin yaaa paaakk… (Pinta ku meyakinkan pak Parmin untuk tidak memasukkan kontolnya dalam memek perawan ku)

Parmin : Tenang aja mbak, kalau bapak pengen masuk… kan ada lubang pantat mbak.. bapak gesek ajaa yaaa sayangg… (ucap pak Parmin merayu ku dengan panggilan sayang yang tentunya semakin membuat ku terbang karena selama ini belum ada lelaki yang berani memanggil ku sayang.. Aku hanya mengganguk menandakan setuju. Kedua tangan ku pun kini berpindah memegang lutut ku, agar posisi kaki yang membentuk huruf M tidak berubah)

Tentunya melihat ku yang sudah tidak melawan pun dimanfaatkan oleh pak Parmin yang kini sudah membelai memek ku yang basah dengan kontolnya. Pak Parmin pun menggesek – gesekan kepala kontolnya di belahan memek ku, karena sedari tadi sudah banyak cairan yang keluar sehingga memberikan efek licin membuat beberapa kali kontol pak Parmin kepeleset hampir kearah lubang perawan memek ku.

Dina : Paakkk… ooughhhh…. Jangan dimasukinn… Dinaaa gaak mau…. (ucap ku diantara jeritan, karena beberapa kali pak Parmin berusaha memasukkan kepala kontolnya dalam liang ku)

Parmin : Hehehehh maaaff sayaangg… kepeleseettt… (ucap pak Parmin tanpa ada rasa bersalah sedikit pun, malah cengengesan dengan gigi ompongnya)

Lagi dan lagi pak Parmin masih melanjutkan aksinya yang menggesekkan kontolnya di belahan memek ku dan beberapa kali pula pak Parmin berusaha mendorong pinggulnya untuk menerobos liang perawan ku yang selalu meleset karena banyaknya cairan pelumas dari memek ku yang membuat setiap gesekan menjadi licin.

Pencabulan yang dilakukan pak Parmin semakin membuat ku kehilangan akal sehat, pikiran ku kini hanya ingin mendapatkan kenikmatan karena saat ini liang memek ku sangat terasa begitu gatal dan ingin rasanya tangan ku untuk menggarukknya. “Aaaahhhhh … aku sudah tidak tahan, kenapa memek ku terasa gatal… aaahhhh paaakkkk terussss gessseekkk… memek Dina gataaallll…” batin ku yang sedang menikmati setiap gesekan kontol pak Parmin pada memek ku yang sangat gatal ini.

Parmin : Gimaanaaa sayaang.. aahhhh.. aahhh.. enaaakk kann… (ucap nya pada ku)

Dina : Mmmpphhh… Mmmppphhh… (desah ku sambil menganggukkan kepala sebagai tanda kalau aku sedang menikmatinya)

Parmin : Remas dong susunya mbakkk.. (perintah pak Parmin kepada ku yang langsung aku turuti, kini kedua tangan ku pun berpindah meremas payudara ku sendiri. Sedangkan tangan pak Parmin kini yang menahan kaki ku)

Tentunya remasan pada payudara ku semakin memberikan setruman nikmat yang tidak bisa lagi aku katakan. Setiap gesekan pada memek ku yang beberapa kali menyentuk klitoris ku saja sudah membuat pikiran ku melayang, apa lagi ditambah sentuhan dan remasan tangan ku sendiri pada payudara ku semakin menjadi rangsangan tambahan yang membuat ku ingin rasanya menyerah. Pertahanan ku semakin lama pun semakin melemah “Yaaaa Tuhan maaafkan hamba mu ini,, mungkin ini jalan nyaaa.. mungkin hamba akan jadi pendosa yang tidak akan lupa dengan tugas hamba sebagai umat mu” gejolak bantin ku yang tidak bisa lagi aku tahan. Kini pikiran, tubuh dan nafsu sudah menjadi satu.

Walaupun aku ingin menyudahinya. Tapi tubuhku ingin lagi dan lagi. Tubuhku ingin terus merasakan kenikmatan itu. Vaginakupun makin gatal dibuatnya. Semakin ingin lebih. Tidak cukup dengan belaian tangan mereka di permukaan vaginaku. Aku ingin vaginaku dimasuki. Aku ingin dikontoli. Ah…. kenapa jadi begini… aku gak kuat… plissss.. udah….. Aku ingin dientotin…

“Plisss…. ent…..” aku menahan perkataanku. Hampir saja aku mengucapkannya! Aku hampir saja berkata untuk dientotin. Ya… jangaaan… jangan sampai aku memohon untuk dientotin. Jangan sampai kalah. Aku gak sudi keperawananku hilang oleh mereka. Ya gak akan… gak akan!

Akupun menguatkan diriku. Mau Dinansang seperti apapun aku tidak boleh sampai memohon untuk dientotin. Meskipun kini sentuhan kecil saja sudah bisa membuat aku terangsang hebat, tapi aku yakin bisa melewati siksaan birahi ini. Tapi ternyata aku terlalu yakin. Vaginaku makin lama makin tidak mentolelir ransangan yang diterima. Saat klirotisku dipencet dikit tubuhku bergelinjang hebat. Rasa gatal pada vaginaku makin menjadi-jadi. Vaginaku butuh penis untuk dimasuki! Ughhhhh….

“Entt…… ngghhhh”

“Ngomong apa sih mbakkk? Ngomong yang jelas dong” ucap pak Parmin sambil terus memainkan kontolnya yang masih menggesek – gesek di belahan memek ku yang semakin dan semakin menghancurkan pertanhanan ku.

“nghh…. ent…. enttth….” Ucap ku terengah-engah menahan keinginan ku. Dengan sekuat tenaga Aku berusaha mati-matian menahan gejolak dalam diri ku yang ingin segera disetubuhi oleh pak Parmin. Tapi aku tidak bisa. Aku tidak bisa mengontrol bibirku lagi. “Nghhh.. entthhh… entot…. entotin Dina…. entotin Dina pak…. “ akhirnya aku kalah, pertahanan ku pun tak bisa lagi menahan gejolak didalam diri ku.

Dina : Paaaakk… Aaaccchhh….. perawanin Dinaaa.. Dina sudah tidak tahann…. Aaacchhh…. (tanpa sadar aku pun menyerah dan meminta pak Parmin untuk memerawani ku malam ini)

Dengan segala birahi yang sudah menguasai diri ku yang sudah siap untuk meledak dengan segala perbuatan cabul pak Parmin membuat harga dirinya sebagai seorang wanita yang alim dan taat agama telah runtuh didepan seorang pejantan. Badan ku pun sedikit gemetaran setelah mengucapkan permintaan yang begitu vulgar kepada seorang pria yang bukan muhrimnya tersebut. Tapi entah kenapa permintaan ku untuk segera diperawanin malah membuat ku semakin melayang terbawa nafsu.

Sedangkan pak Parmin malah semakin bersemangat saat mendengar ucapan dari luapan syahwat dari ku yang sudah kehilangan kendali atas tubuh ku sendiri, karena sudah terlanjur dikuasai nafsu syahwat yang perlahan mulai menunjukkan sisi kebinalan ku yang dengan ikhlas dan sepenuh hati untuk merelakan keperawanan ku diambil oleh pak Parmin. Merelakan rasa malu sebagai seorang wanita, membuat ku sekarang tidak lebih dari seorang wanita yang haus akan dahaga seks dan kenikmatan duniawi.

Aku tak lagi bisa menyembunyikan detak jantung yang semakin berdegub – degub tak beraturan, aku jadi kembali terbayang bagaimana dahsyatnya kenikmatan yang diraih saat pertama kali kontol besar pak Parmin berada didalam anus ku yang setiap inci mengaduk – aduk dinding anus ku setiap incinya dan sekarang kontol tersebut sudah siap untuk mengaduk liang perawan memek ku.

“Maafkan aku ya allah,, aku sangat berdosa karena nafsu..” ucap ku dalam hati, namun aku bukannya menyesal dengan apa yang sudah terjadi ataupun ingin berhenti dengan keadaan saat ini tetapi malah aku semakin menggebu – gebu yang tidak lagi bisa menahan diri. Aku pun memandang kontol besar pak Parmin yang masih terus digesekkan pada memek ku “Astagfirullah,, besarnyaaa.. sangat besar…. Apaa bisaaa muatt dan masukk…” teriak ku didalam hati. Mata ku sampai tidak berkedip melihat kontol pak Parmin dengan kepala jamur semakin membesar seperti jamur.

“Huahahahahahahaa……” Pak Parmin langsung tertawa terbahak mendengarku yang akhirnya minta disetubuhi. Sumpah sudah tidak ada lagi rasa malu yang lebih memalukan dari ini. Aku betul-betul dipermainkan oleh oleh pak Parmin. Tapi mau gimana lagi… aku emang udah gak kuat. Aku gak tahan pengen dientotin dan tujuan ku datang memang untuk mendapatkan kepuasan yang belum sempat aku tuntaskan.

“Bapak sudah tahu kalau cepat atau lambat mbak pasti akan minta dientotin, jadi bapak gak perlu maksa atau memperkosa mbak, hahahaha” ucap pak Parmin sambil tangannya mengelus – elus kepalaku berlagak layaknya suami atau pacar ku.

Sekarang rasanya aku sudah siap kapan pun pak Parmin menginginkan tubuh suci ku ini, karena sekarang kenikmatan yang ada didepan mata jauh lebih penting dari segala keimanan, norma dan segala aturan yang ada didalam kehidupan ku. Tentunya sekarang aku seperti seorang pelacur yang tidak memiliki harga diri lagi dan hanya ingin mendapatkan kepuasan serta kenikmatan tanpa ada rasa malu lagi didalam diri ku.

“Aku sudah siap pakkk… “ kembali aku mengeluarkan kata – kata yang semakin mendorong pak Parmin untuk segera menyetubuhi ku. Paham dengan apa yang diinginkan oleh betinanya, pak Parmin pun kemudian beranja untuk menindih tubuh ku yang masih dalam keadaan mengangkang. Karena aku sudah merasa siap, sedangkan birahi pak Parmin yang sedari tadi sudah tidak bisa dikompromikan lagi akhirnya pak Parmin bergerak untuk siap mengeksekusiku sebentar lagi.

Pak Parmin menatap wajah ku yang membuat ku merasa malu. Pak Parmin pun tersenyum puas sambil memegang kontolnya dan menempelkan perlahan ujung kepalanya dibagian belahan memek ku. “Bapak mulai yaa mbak Dinaa…..” ucap pak Parmin ketika mulai melakukan penetrasi menusukkan ujung kontolnya ke dalam liang memek ku. “Astagfirullah…. Astagfirullah…. Maafkan Dina yaa Allah,, maafkan Dina… ayah… Ibuu…” teriak didalam hati memohon ampun atas perbuatan dosa berbalut desakan syahwat yang semakin melanda didalam diri ku. Amukan birahi yang menerpa begitu sangat besar membuat ku akhirnya masuk kedalam perzinahan yang nikmat.

“Oooooouuuuugghhhhhh…. Paakkk… pelaaann…. Mmmmmpppphhh…” sebuah desahan keluar dari mulut ku, aku merasakan badan ku menggeletar sangat hebat. Sesuatu yang keras dan tumpul menyeruak memasuki tubuhku melalui kelaminku. Sakit… begitu perih…. “Oouuugghhhhhh …. Sakkkiitt …. Paakkkk… pelaaannn – peeeelllaannn” jerit ku sedikit keras saat penetrasi mulai masuknya kepala kontol pak Parmin kedalam liang memekku. Kontol besar pak Parmin mulai masuk membelah bibir memek dengan sangat pelan. Kontraksi otot – otot memek ku secara reflek mengatup rapat seolah tidak mengizinkan kontol pak Parmin masuk lebih dalam lagi didalam memek ku.

Parmin : Tahan bentar yaaa mbak Dina … Tahan sebentar… (ucap pak Parmin sambil tangannya merenggangkan belahan memek ku untuk membuka celah pada lubang ku agar lebih memudahkan kontolnya melakukan penetrasi masuk)

Dina : Pelann – pelaann paakkk… Ouuggghhh…. Memek Diinaa perihhhh. (Ucap ku agak meringis yang tidak dihiraukan pak Parmin yang terus berusaha mendorong kontolnya masuk. Mungkin karena ukurannya yang besar memberikan rintangan tersendiri bagi pak Parmin untuk mendorong masuk didalam lubang yang sempit)

Parmin : Awalnya memang sakit mbak, karena masih perawan.. tapi nanti lama – lama mbak bakalan keenakan kok… malah pasti pengen lagi.. Ccuuuiihh… cccuuiihhh… (ucap pak Parmin saat menarik kontolnya keluar kemudian meludahi memek ku)

Aku sedikit memberontak karena rasa perih masuknya kontol pak Parmin kedalam memek ku, membuat badan ku menggeliat seperti cacing dan bergerak keatas seolah menarik tubuh ku keatas untuk menghindari kontol pak Parmin dibawah sana.

Parmin : Jangan dilawan mbakk.. hehehe lemaskan aja mbakk… (ujar pak Parmin yang sudah merasa kalau kini kepala kontolnya sudah terapit oleh bibir memek ku. Melihat senyum pak Parmin yang sedang memerawani seorang gadis yang belum pernah disentuh oleh laki – laki.)

Pantang menyerah, pak Parmin mencoba kembali menekan sedikit pantatnya kedepan untuk mendorong masuk kontolnya kedalam memek ku dengan agak sedikit paksa. Tapi lagi – lagi otot memek perawan ku masih berusaha untuk menahan masuk kontol pak Parmin yang semakin kesusahan membobol memek perawan ku. Namun bukan pak Parmin namanya yang kehabisan akal, seperti waktu pertama kali memerawani keperawanan anus ku. Pak Parmin yang merasa sudah kepalang tanggung, mulai membungkukkan badannya dan melumat bibir ku. Sebuah ciuman dan pangutan penuh nafsu yang terus dilancarkan oleh pak Parmin yang bertujuan untuk membuat ku semakin rileks dan melonggarkan otot – ototnya. Ditambah lagi kini tangannya pun tidak henti – hentinya meremas payudara ku dan sesekali memainkan putingnya. “Mmmmppphhhh.. Aaaaaccchhhh…. Mmmmppphhhh.. Sssllllrrrpppsss… Mmmmpphhh… “ Suara yang merangsang naluri dan nafsu ku yang semakin menggebu.

Aku dan pak Parmin semakin bergumul diatas kasur lusuh yang sudah acak – acakan. Meski pak Parmin sudah sangat bernafsu, tapi pak Parmin tidak bertindak gegabah dan buru – buru. Namun dengan sabar memancing dan merangsang nafsu ku untuk membuat ku nyaman dan siap kembali untuk penetrasi berikutnya. Keringat pun sudah membasahi tubuh kami karena hawa panas sehingga keringat membuat tubuh telanjang kami semakin mengkilat.

Dengan jarinya pun mulai mengusap ludah nya di sekeliling lubang memek ku untuk memberikan pelumas agar menjadi agak licin. “Cuiihh… Ccuuihh..” suara pak Parmin kembali meludahi ujung kontolnya dan mengusapnya keseluruh batangnya untuk menambah pelumas pelicin di kontolnya dan kembali memasukkan kepala kontolnya di memek ku. Tentunya dirangsang sedemikian rupa membuat memek ku kembali gatal, pelan – pelan kontraksi otot memek ku semakin melemah dan mulai terbiasa dengan kepala kontol pak Parmin didalamnya. Melemahnya kontraksi otot memek ku langsung dimanfaatkan pak Parmin untuk mendorong lebih dalam lagi hingga akhirnya kepala kontol pak Parmin yang seperti jamur besar itu berhasil masuk dan menguak pertahanan memek ku sampai setengahnya.

“Mmmmppphhh… sedikit lagi mbak.. heheheh… “ ucap pak Parmin lagi dan lagi memberikan ku semangat. Namun aku bisa merasakan begitu sangat sesak dibagian memek ku yang sudah benar – benar tidak ada ruang didalamnya lagi “Punyaaa baaaaapppaaaakkkk… terrr.. Aaaacccchhh… Aaacchhh… Terlalu besarrrr…. !!!! gaaakkkk… gaaakkk muaattt… !!! memeeekkk .. Dinaaaaa.. Saaaakkiittt Aaaacchhhh … Paaakkkk… “ teriak ku mencoba mengatupka kedua kaki ku. Namun tangan pak Parmin mencoba menahan paha ku sambil terus mencium ku dan sesekali merangsang payudara ku..

Dina : Eeeehhhhgggghhhhh……. Ooouuhhhhh…. Paakkkkkkk…..(ucap ku saat pak Parmin terus mendorong kontolnya masuk hingga membuat badan ku semakin menegang terangkat, karena rasanya sangat perih bercampur sakit)

Aku hanya bisa menutup mata sambil menggigit dalam – dalam bibir bawah ku untuk meredam teriakan kan agar tidak sampai terdengar sampai luar. Aku mulai bisa merasakan, ujung kejantanan pak Parmin mulai menggeliat didalam liang memek ku, kejantanan yang begitu sangat keras dan padat membuat lingkar urat pada memek ku perlahan membuka dan terkuak karena desakan kepala kontol pak Parmin yang berusaha untuk masuk lebih dalam.

Sedikit demi sedikit Pak Parmin terus mendorong kontolnya tanpa menghiraukan rintihan dan penolakan dari ku. Pak Parmin tau kalau kontolnya memang sangat besar bagi memek ku namun tak ada pilihan bagi pak Parmin dan mau tak mau pak Parmin harus sedikit memaksa mendorong masuk lebih dalam dan cepat agar aku tidak lagi tersiksa dengan rasa sakit dari penetrasi masuknya kontol pak Parmin.

“Mmmmpphhh sedikit lagi mbakkk… Tahhaann yaaaa…” ucap pak Parmin memberikan ku semangat dan mulai mendorong agak paksa kontolnya masuk. Namun kembali aku merasakan sesak yang luar biasa dibagian memek ku karena sudah tidak ada lagi ruang didalamnya karena kontol pak Parmin yang terlalu sangat besar.

Dengan susah payah namun pasti, kini kontol pak Parmin sudah mulai masuk didalam memek ku. Ukuran yang besar itu pun mulai terdorong hingga pada sebuah kesempatan dengan sekali hentakan dari pak Parmin, kontol yang besar itu pun masuk sepenuhnya diliang memek ku. Hentakan pak Parmin ini membuat ku teriak karena sakit dan perih yang luar biasa saat hilangnya keperawanan ku “Aaaaarrrgggghhhh… paakkkkkkk.. Ssssssttooppp….. Berhentii…. “Teriak ku karena rasa perih yang luar biasan, “Berhentik sebentar paaakkk.“ tambah ku lagi sampai meneteskan air mana menahan desakan pinggul pak Parmin yang mulai maju mendorong kontolnya masuk. Sekuat tenaga, aku mencoba menahan rasa sakit yang menusuk liang memek ku. Namun aku berusaha untuk menahan sakit dan perih saat kontol pak Parmin mulai terasa menyundul pintu rahim ku. Mendengar teriakan kesakitan ku, membuat pak Parmin menghentikan sejenak tubuhnya dan membiarkan kontolnya menancap erat didalam liang memek ku.

Hingga pada akhirnya seluruh batang kejantanan besar milik pak Parmin tertanam mantap didalam memek ku yang kecil tanpa adanya protes dan perlawanan dari ku lagi.

Parmin : Uuugggghhh… Memek mbak ngejepitt.. hehehe.. Oooughhh.. udah lama rasanya gak nikmatan memek perawan..” ucap pak Parmin sambil tangannya mengelus perut hingga payudara ku.

Dina : Saaakkiitttt paaakkk… Ooouughhh…. Saaakittt bangeeettt… (ucap ku menatap wajah pak Parmin.)

Sungguh sakit yang luar biasa, rasa sakit kehilangan perawan yang selama 22 tahun aku jaga dengan baik. Semua ludah, cairan yang keluar dari liang memek ku serta rangsangan tangan pak Parmin sama sekali tidak memberikan kenyamanan kepada ku karena tetap saja aku bisa merasakan sakit dan perih saat diperawani.

Aku melihat ke bawah dan tampak darah mengalir dari organ intimku. A.. aku… aku akhirnya kehilangan keperawananku! Aku tidak percaya kalau pada akhirnya perawanku hilang olehnya. Pria yang bukan suami atau pacarku. Pak Parmin hanya tersenyum tenang dan telapak tangan kasarnya mulai mengusap payudara ku, meremas sambil sesekali memilin putting payudara ku.

Parmin : Gimana mbakkk… mau bapak terusin gakk.. ?? (tanya pak Parmin kepada ku. Aku yang masih merasakan perih pada memek ku hanya bisa terdiam tidak menjawab pertanyaan pak Parmin sambil memalingkan wajah ku kesamping dengan air mata yang menetes)

Parmin : Mbaakkk…. Mau diteruskan atau tidak… ?? (tanya pak Parmin lagi kepala ku sambil menganggukkan kepala untuk mendapatkan persetujuan dari ku agar bisa mulai mengenjot memek ku yang sudah penuh sesak karena besarnya kontol pak Parmin didalamnya, kembali pertanyaan pak Parmin tidak ku jawab. Aku hanya bisa menatap pak Parmin dengan mata yang berkaca – kaca karena sedang merasa sakit diperawanin.)

Enggak boleh yaa mbak bapak lanjutkan, kalau gak boleh yaa sudah… “ucap pak Parmin sambil menghela nafas karena tidak ada jawaban dari ku dan mulai menarik batang kejantanannya yang sudah tertanam di dalam liang memek ku. Pelan – pelan batang kejantanan milik pak Parmin mulai ditarik keluar dari liang memek ku. “Ooouugghhhhh…..” aku melenguh saat kontol pak Parmin mulai keluar dari liang ku yang membuat bulu kuduk ku meringing. Sebuah sensasi yang belum pernah aku rasakan membuat detak jantung ku berdetak lebih cepat hingga membuat nafas ku mendadak tersekat. Sesaat aku bisa merasakan sensasi aneh yang belum pernah aku rasakan sepanjang hidup ku. Rasa geli yang mulai menggelitik diantara perih dan sakit mulai bisa aku nikmati, rasa gatal yang nikmat dengan denyutan yang membuat getaran pada liang memek ku semakin muncul seiring dengan pak Parmin yang mulai menarik kontolnya keluar dari memek ku. Nikmat sekali, membuat tangan bergerak untuk menahan dan menghentikan gerakan mundur dari pinggulnya.

“Jangan pakk…. Jangan dicabutt…” pinta ku saat tak ingin pak Parmin menarik keluar kontolnya. “Jangan di cabut pak,, ayooo genjot memek Dina pakkk….” Ucap ku sambil melepaskan tangan dari pinggulnya. Lalu aku mulai melebarkan paha ku. Tangan pak Parmin pun mulai mencengkram pinggang ku, sedang tangan ku menggengam tanggannya.

Parmin : Beneran mbakk… ?? (tanya pak Parmin dengan raut wajah suminggrah seperti seorang anak kecil yang mendapatkan sebuah mainan baru, tentunya pertanyaan pak Parmin hanya ku balas dengan anggukan menandakan kalau saat ini aku setuju)

Pak Parmin pun tersenyum gembira, karena keinginannya selama ini akhirnya kesampaian untuk memerawani ku. Pak Parmin pun tidak buru – buru untuk melanjutkan aksinya dan untuk sementara dia membeku meresapi dan meraskan sensasi nikmat yang ada didalam dirinya. Krena kini seluruh batang kontolnya sudah masuk didalam liang memek ku. Aku bisa merasakan dinding memek ku pun menjepit kontolnya dengan erat dan tidak ingin lepas. Aku pun merasakan dinding memek ku seakan membuka dan mengatup seirama dengan pompaan nafas ku.

Kami pun kembali terlibat didalam ciuman mesra untuk meluapkan seluruh nafsu dan birahi dengan saling melumat dan berpangutan membakar kembali gairah yang sempat terhenti sejenak. Lama kelamaan aku kembali terlarut dalam nafsu sehingga cairan kewanitaan ku pun mulai meluber keluar membasahi kontol pak Parmin yang membuat liang memek ku menjadi licin dan ngilu terkena gesekan dari kontol pak Parmin yang mulai berinisiatif untuk bergerak menggenjot memek ku.

Pak Parmin mulai menarik perlahan kontol besarnya keluar dari memek ku, namun tidak sampai terlepas semua. Bagian kepala jamurnya dibiarkan masih tertanam didalam memek ku. Lalu kembali mendorong pantatnya yang kembali memasukkan kontolnya didalam memek ku.

Parmin : Ouuughhh…. Nikmatnya memek mu mbakkk…. (desah pak Parmin yang meraskan nikmat disetiap gesekan – gesekan kontolnya didalam liang memek ku)

Kegiatan yang sama terus dilakukan secara berulang secara perlahan – lahan oleh pak Parmin saat mulai menarik dan mendorong kontolnya keluar masuk ke memek ku yang masih sedikut agak nguli setelah diperawanin. Perlahan kini sudah timbul bunyi yang disebabkan karena peraduan alat kelamin ku dan pak Parmin yang saling bersambut. Pak Parmin terus memaju mundurkan kontolnya di lubang memek ku yang sekarang sudah terlihat mulai terbiasa menerima sodokan pak Parmin. Tapi tetap saja aku masih merasakan sedikit ngilu dan perih tapi tidak mau kalau sodokan kontol pak Parmin berhenti.

“Ccclllookk…. Ccclllookk…. Ccclllookk…. Ccclllookk….” Suara yang terdengar karena sekarang memek ku sudah sangat basah, meski pak Parmin masih menggenjot ku dengan pelan. Apalagi saat pak Parmin menarik kontolnya keluar, membuat memek ku mengerucup. Namun saat kontolnya didorong masuk, membuat bibir memek ku terlihat merekah dan melembar serta mengeluarkan suara becek.

Aku tidak lagi bisa menyembunyikan birahi dan nafsu liar ku yang terus mendesah menikmati setiap genjotan pak Parmin yang mulai mempercepat tempo genjotannya.

Dina : Ooouugghhh.. !!!! Paaakkk…. Terussss… Aaaacchhh… iniiii… ennnaakkk…. (ucap ku sangat histeris dan merintih serta terus mendesah karena menikmati setiap sodokan kontol pak Parmin diliang memek ku)

Parmin : Ouughh… Mannntapp mbakk.. Aaaachhhh memek mu…. Lebih menjepit dari anus mbakk.. aaahhh.. Ooughh…. (ucap pak Paarmin melenguh menikmati jepitan dan kehangatan saat kontolnya terus menghujam memek ku yang begitu menggigit)

Aku hanya bisa mendongakkan kepala keatas dan sesekali terpejam saat pak Parmin menggerakan kontolnya maju mundur secara cepat tak beraturan. Setiap tusukan terasa semakin kuat menusuk rahim ku. Aku pun mulai merintih kenikmatan yang membuat persetubuhan menjadi lebih sempurna.

Dina : Oouugghhhh paaakkk…. Terusssinn.. enaakk bangeettt.. Aaahhh… Ooughh… Teruss ngentottt…. (desah ku disaat pak Parmin terus menggenjot memek ku dengan kontol besarnya.)

Parmin : Nikmatin mbaakkk.. aaacchhh.. Aaacchh… Ini surga dunia… Oouggh… (ucap pak Parmin yang juga tak mau kalah mendesah menikmati jepitan memek ku)

Dina : Aaaahhhh… Aaacchh… kontol bapak kerasss bangett…. Teruss paaakk… entot memek Dinaa… Aaacchh… Aaacchh…(desah ku yang terus dihunjami pak Parmin dengan kontolnya)

Pak Parmin pun menatap setiap gerakan tubuh ku, terutama payudara ku yang berguncang karena sodokan pak Parmin yang membuat badan ku begerak naik turun. Payudara ku yang bergoncang langsung digenggam dan diremas oleh pak Parmin. “Ooouuggghh…. Paakkk… terusss… Aaacchh…ennnaakkk….” Ucap ku yang terus mendapatkan sodokan dari pak Parmin membuat kepala ku terlempar ke kanan dan kir yang semakin terasa kuat. Aku hanya bisa memejamkan mata dengan mulut yang terbuka yang terus mengeluarkan kata “eenak, nikmat dan teruss” berulang kali.

Tanpa diam pak Parmin segera langsung mengecup dan melumat mesra mulut ku yang terbuka. “MMmmmppphhh….. MMmmmppphhh….. MMmmmppphhh…..” Suara desahan yang tertahan karena ciuman pak Parmin. Aku pun membalas ciuman pak Parmin sejenak sebelum pak Parmin mulai mengalihkan mulutnya ke puting payudara ku yang membusung dengan indah. Dengan rakus pak Parmin mencucup dan menjilati puting payudara ku secara bergantian kanan dan kiri, sementara pinggulnya terus bergerak cepat mengobrak – abrik memek ku yang semakin basah dan lengket.

“Ooouuughhhh…paaakkk…. Baaaappaaakkk… Terussss….. Dina maauuuu pppiiipppiissss….. beeeerrhenttii dduullll… Aaahhhh.. “pekik ku saat pak Parmin semakin cepat menggenjot memek ku. Tentunya genjotan pak Parmin membawa ku semakin dekat dengan puncak kenikmatan dari desahan yang penuh dengan nafsu. Namun pak Parmin tidak menghiraukan permintaan ku dan terus menggenjot malah lebih cepat dan beringas dari sebelumnya menghujamkan kontolnya yang besar didalam memek ku.. “Aaahh… Oooughh… Aaaacchh…Keluarkan ajaaa mbaakkk.. Ooouughhh…. Keluarkan aja pipis mu jangan ditahan… “ ucap pak Parmin kepada ku yang semakin cepat menggoyangkan pinggulnya mengobok memek ku. Bersamaan dengan goyangan pak Parmin yang semakin cepat membuat ku semakin tidak bisa menahan lagi sesuatu yang ingin keluar hinggaaa semburan cairan hangat yang banyak keluar dari lubang kewanitaan ku yang menyemprot batang kejantanan pak Parmin..

“Ooouuuughhh……… Ppppiiiiipppiissssss paaakkkkk……. “ lolongan ku saat mengeluarkan semburan dari memek ku yang membuat badan ku menegang seperti mengalami kram pada semua urat dan otot serta syaraf pada tubuhku. Rasanya yang nikmat membuat tubuh ku melengkung dengan mata yang terbalalak keatas memperlihatkan bagian putihnya. Mulut ku pun menganga terbuka mencari udara saking nikmatnya rasa yang baru aku dapatkan. Tentu saja kenikmatan inilah yang aku ingin sejak dari rumah tadi, kenikmatan yang jauh dari nikmatnya bermasturbasi sendirian.

Beberapa saat tubuh ku pun meregang meresapi perasaan bahagia dalam kenikmatan persetubuhan terlarang, ketika tubuh nya dizinahi oleh pak Parmin. Perasaan nikmat yang tidak bisa lagi aku ungkapkan dengan kata – kata, hanya aku yang mungkin bisa merasakan dan memahami rasa nikmat yang begitu sangat luar biasa. Sejenak aku berbaring mengambil nafas dan mengumpulkan tenaga, nafas ku pun terasa berat saat orgasme yang ku dapatkan mulai mereda.

Parmin : Hahahahaha enaakk kann mbaakkk ?? (tanya pak Parmin sambil menoel – noel puting mancung payudara ku yang merupakan salah satu titik terlemah pada tubuh ku yang sangat sensitif)

Dina : Ennnaakkk paakkk… ngentot sama bapak enakk.. hah. hah. hah. (jawab ku dengan nafas yang berat)

Parmin : Mau lanjut lagi gak.. bapak belum keluar nihh… (Ajaknya lagi kepada ku)

Aku hanya menganggukkan kepala menandakan setuju untuk melanjutkan persetubuhan selanjutnya.

Parmin : Hahahaha ternyata wanita kalau udah dapat enak, malah minta lagi… mbak udah kayak lonte murahan.. hehehehehe (kata pak Parmin yang mulai mengangkangkan lagi paha ku dan mulai mengarahkan kontolnya kembali masuk kedalam liang memek ku)

Dina : Aaaahhhh…. OOouughhhh… Habis kontol baaa… baappaakkk nikmat bangett.. Dina relaaa kalau memek Dina disodok sama kontol bapakk.. Oooouuugghhhh… (ucap ku yang agak genis semakin membuat pak Parmin semakin nafsu kepada ku)

Seperti disambar petir, tubuh ku terasa tersengat bertegangan rendah yang langsung membuat tubuh ku kembali menggelijang karena dipenuhi oleh gairah dan nafsu. Apalagi saat ini pak Parmin mulai langsung menggerakkan pinggulnya yang membuat kontolnya kembali bergesekan yang meransang dinding memek ku. Aku tak bisa berhenti untuk mendesah menahan setiap tusukan yang begitu sangat bertenaga dari pak Parmin. Manerima sodokan – sodokan nikmat membuat nafas ku semakin memberat menikmati kontol pak Parmin yang keluar masuk didalam memek ku.

Parmin : Aaahhh…. Aaahhh…. Aaahhh….memek mu memang mantep mbakk… (desah pak Urip sambil tangannya memegang pinggang ku)

Dina : Aaahhh…. Ooouughh…. Aaahhh…. Ennnaakkk paakkk…. Aaahhh….Teruss paaakkk.. entotttt memek Dinaaa.. (pinta ku dengan penuh nafsu)

Hampir beberapa menit aku disetubuhi pak Parmin dalam posisi mengangkang, membuat pak Urip mulai mengangkat tubuh ku kembali sambil tetap kontolnya menancap di liang memek ku.

Parmin : Ayo mbaakk, balik badan dan nungging.. (pinta pak Parmin setelah puas menggenjot ku dalam posisi mengangkang)

Dina : Iyyaa paakkk… Mmmmpppphhh… (jawab ku agak sedikit malu – malu sampai membuat pipi ku memerah. Aku pun mulai membalikkan badan ku dan bertumpu ada tangan dan lutut ku diatas kasur lusuh pak Parmin.

“Aaahhh…. Ooouughh…. Aaahhh….” Desahan pak Parmin dengan mata terpejam saat kembali mendorong kontolnya masuk kedalam memek ku. Tanpa membuang waktu yang lama, pak Parmin langsung mulai menggempur memek ku. Pinggulnya pun maju mundur saat menggenjot memek ku, setiap genjotannya membuat susu ku yang tergantung bergoyang gondal – gandul.

Dina : Aaahhh…. Ooouughh…. Aaahhh…. Terusssinnnn paakkkk…. Aaahhh…. Ooouughh…. Aaahhh…. Nikmaattt baangeettt… (desah ku sampai merem melek menikmati)

“Aaahhh…. Ooouughh…. Aaahhh….nikmat sekali pakk… teruss sodokk memek Dina lebih kenceng.. Aaahhh…. Ooouughh…. Aaahhh….” Desah ku yang sudah tidak bisa menahan rasa nikmat sampai – sampai tangan kanan ku pun meremas payudara ku sendiri. Mendengar permintaan ku, pak Parmin pun langsung mempercepat genjotannya. Pllaakkk…. Pplaakkk… tangan pak Parmin tidak henti – hentinya menampar pantat ku dengan begitu kasar. Tentunya sodokan pak Parmin membuat ku semakin bergairah, remasan pada susu ku pun semakin ku perkuat.

Parmin : Aaahhhh… mbak mulai nakal yaaah. Aaahhh… mainin susu sendiri.. Sini tangannyaaa… hahaha (tawa pak Urip menarik kedua tangan ku kebelakang)

“Aaahhh…. Ooouughh…. Aaahhh…. Lepasin pakk.. Dina mau meremas susu Dinaa.. gateelll paaakkk… Aaahhh…. Ooouughh…. Aaahhh…. Dinaaa.. Diiinnaaa mau remaasss… Aaahhh…. Ooouughh…. Aaahhh….” Desah ku saat tubuh ku tertarik kebelakang membuat payudara ku semakin menjorok kedepan. Aku bisa merasakan tusukan pak Parmin semakin dalam dan semakin membuat sangat nikmat. “Aaahhh…. Ooouughh…. Aaahhh…. Terusss paaakkk… ennaakk bangeettt.. Aaahhh…. Ooouughh…. Aaahhh…. “jerit ku ditengah malam saat pak Parmin semakin dalam menggenjot memek ku sampai membuat kedua payudara ku semakin bergoyang semakin cepat.

Gempuran pak Parmin pada tubuh semakin membuat payudara ku bergoyang gondal – gandul mengikuto pergerakan kontol pak Parmin yang semakin kencang menyodok memek ku. Rasanya bergitu sangat nikmat sehingga hanya desahan yang keluar dari mulut ku tanpa kata.

Dina : Aaahhh…. Ooouughh…. Aaahhh…. Paakkkk… Dinaaa mau keluarrrr lagii…. Dinaa mauuuu keluaaarr… (desah ku lagi tak bisa menahan rasa nikmat yang ingin meledak dari dalam tubuh ku)

Parmin : Hakkhhhaakkkhhaakkk.. Ayyooo keluarkan mbaakkk… Keluarkan semuanyaaa jangan maluu maaluuu.. (ujar pak Parmin saat semakin cepat menggempur memek ku dengan kontolnya)

Dina : Aaahhh…. Ooouughh…. Aaahhh….terusss ennntoootttt… Sodokkk akuuuu sampaaaaiii mammpuuss paakkk.. Aaahhh…. Ooouughh…. Aaahhh…. Enaakk bangettt kontol baappaakkk.. (ujar ku yang semakin membuat pak Parmin tertawa melihat ku yang sudah takluk dengan nafsu dan kehilangan akal sehat)

Kontol pak Parmin terus menerus menyodok memek ku yang terus mengobok – ngobok ditengah nafsu yang semakin menerjang. Hujaman kontol pak Paarmin semakin kencang yang membuat ku akan mendapatkan orgasme ku selanjutnya.. “Aaahhh…. Ooouughh…. Aaahhh…. Teruusss paaakkk….. Aaahhh…. Ooouughh…. Aaahhh…. Dinaa mau keluarrr….” Ujar ku saat meminta pak Parmin meneruskan genjotanya. Namun apa yang aku inginkan malah tidak sesuai dengan yang aku harapkan, karena tiba – tiba pak Parmin langsung mencabut kontolnya. Yang membuat tubuh ku ambruk dan membalikkan tubuh ku. Tangan nakal pak Parmin pun dengan cepat langsung mendekap payudara ku yang tidak lagi bergoyang. Payudara kenyal ku tidak lagi berguncang karena pak Parmin sudah mencabut kontolnya dari memek ku. Aku yang merasa dipermaikan oleh pak Parmin karena gagal mendapatkan orgasme ku

Dina : Aaaahhhhkkkk ppaakkkk… kenapa dicabuttt… masukin lagiii… (desah ku yang sangat kesal karena hampir mendapatkan orgasme nya)

Parmin : Hakkhaakhaak.. nanggung yaa mbakkk.. hehehehe (ucap pak Parmin meledek ku) Mau langsung ngentot lagi atau gimana mbakk ?? (tanya pak Parmin kembali sambil terus menoel payudara ku yang sesekali diremasnya)

Dina : Mmmmpphhhh… langsung ajaa paakkk.. Dina udah gak tahan… entot Dina lagi.. entotttin yang cepat… (lirih ku yang sudah sangat terlanjur nafsu sehingga tidak lagi bisa mengendalikan akal sehat serta tubuh ku)

Parmin : Hahaha… udah siap dientot lagi yaa mbakkk… yukkk kita ngentot lagii…. (ucap pak Parmin yang mulai merebahkan tubuhnya sehingga kini kejantanannya semakin berdiri tegak seperti tongkat hitam.)

Dina : Ayuukk paakkk.. Dina udah gak sabar pengen ngerasain nikmatnya kontol bapak.. (ucap ku yang mulai bangkit dari kasur untuk berdiri mengangkang tepat diatas kontol pak Parmin)

Aku pun mulai menurunkan pantat ku untuk menduduki kontol pak Parmin. Tangan ku mulai mengarahkan kontolnya didepan bibir memek ku. Setelah posisinya pas aku mulai menurunkan kembali tubuh ku hingga kontol hitam itu mulai masuk dan terbenam di dalam memek ku

Parmin : Oouughhhhh mbaaakkk…. Mmmmppphhh….(desah pak Parmin yang merasakan ujung kontolnya sudah menyundul pintu rahim dalam memek ku)

Dina : Oouugghh.. baappaakkkk.. Aku bisa ngerasain hangatnya kontol baapaakkk…. Uugghhhhhh rasanyaaaa…. Eennaakk bangettt…. (desah ku sambil terus menurunkan ku hingga batang besar itu semakin membelah liang memek ku)

Parmin : Aaaahhh… mbaakkk .. memek mu memang mantepppp… (desah pak Parmin sambil memejamkan matanyaaa)

Dorongan tubuh ku yang sedang naik turun membuat kontol hitam, keras dan panjang milik pak Parmin semakin dalam masuk hingga titik paling dalam. Tentunya dalam kondisi aku yang berada diatas membuat kontol pak Parmin dapat semakin dalam masuk yang membuat ku kembali merasakan sakit. Tetapi rasa sakit mulai kembali hilang, karena gesekan – gesekan nikmat yang menggaruk dinding memek ku yang sudah mulai kembali sangat basah dan licin.

Aku pun mulai menggerakkan tubuh ku kembali naik dan turun yang mulai mengocok – ngocok kontol pak Parmin didalam memek ku. Jari jemari ku pun mulai menggengam jari pak Parmin sebagai pegangan untuk mempermudah tubuhku naik dan turun.

Dina : Aaaahhhhkkkk ppaakkkk aaahhh… Terussss… ennnaakkkk ngentt.. enak ngentott sama bapaakkk…. (desah ku dengan tubuh yang naik turun)

Parmin : Ooouughh…. Aaahhh…iyaaa mbaakk .. memeeekk mbakkk jugaa nikmatt… teruss goyangg mbakkk… bebaskan nafsu mu.. (ucap pak Parmin yang terus menerus menyemangati ku)

Walaupun malam ini bukan persetubuhan pertama ku, namun ini persetubuhan kali ini sungguh nikmat karena kontol besar pak Parmin tak henti – hentinya mengaduk lubang memek ku. Kini aku mulai menggoyangkan pinggul ku ke kanan dan kiri untuk memberikan variasi dengan maju dan mundur sambil menatap wajah pak Parmin. Tubuh ku pun semakin menggeliat membuat kocokan pada memek ku membuat kontol pak Parmin semakin berdenyut nikmat.

Dina : Kasih Dina rasa puass pakkk.. Ooouughh…. Aaahhh….(desah ku yang terus menggoda)

Parmin : Ahh.. Ooouughh…. Aaahhh…. Iyaa mbaakkk… bapak akan puasin mbaakkk… (desah pak Parmin yang kini tangannya bermain di payudara ku yang gondal gandul naik turun)

Payudara indah ku pun semakin terlihat menarik karena terus bergoyang gondal – gandul seiiring dengan gerakan tubuh ku. Nafsu yang terus memburu membuat pak Parmin tidak mampu menahan lagi. “Ooouughh…. Aaahhh…. Ayyoo kita ganti gayaa lagi mbaakkk.. bapak udah gak tahan pengen nyodok memek mbak lagii.. (ucap pak Parmin yang mulai membaringkan tubuh ku)

Parmin : Terimaaa ini mbaakkk… (desah pak Parmin saat kontolnya kembali masuk menggesek dinding memek ku yang sudah becek.)

Dina : Ooouughh…. Aaahhh…. Paaaakkk…. (desah ku hingga tubuh ku terdorong keatas)

Sangat bisa aku rasakan kalau tusukan pak Parmin kali ini sangat bertenaga yang membuat ku semakin kewalahan hingga merasakan nikmat yang sangat luar biasa. Sodokan pak Parmin pun semakin keras yang membuat tubuhnya terasa sangat panas dengan nafas yang terengah engah.

Parmin : Ooouughh…. Aaahhh….Mbaakkk… Ooouughh…. Aaahhh…. Siaap – siap mbakk. Bapaak.. Ooouughh…. Aaahhh…. Baappaakkk akan mempercepat… bapak akan menghujami rahim mu tanpa ampun… (desah pak Parmin sambil menundukkan tubuhnya, lalu tangannya memegangi tangan ku dan merentangkannya lebar – lebar..)

Dina : Aaacchhh…. Terusss paaakkk… terusss… Ooouughh…. Aaahhh…. Terusss… (desah ku yang semakin menikmati hentakan pak Parmin yang semakin cepat)

Goyangan pak Parmin membuat payudara ku bergetar kencang, mata ku pun memejam dan pasrah dengan kenikmatan. Pak Parmin pun semakin dalam menghujam memek ku dengan kontolnya..

Dina : Ooouughh…. Aaahhh…. Aaahhhh… cepaaattt paakkk…. Cepaattt… Aaahhhh… Dina udah gak kuat lagi… Dina mau keluarrr… Aaahhhh… Aaahhhh…(desah ku lagi karena kini aku merasakan kalau tubuh ku kembali menegang karena puncak dari nikmat ingin segera aku dapatkan setelah gagal sebelumnya)

Parmin : Aaahhhh… iyaaa mbaaakkk…baapppaakk jugaaaa. Aaahhhh… Aaahhhh…Rasakan iniiii…. (jerit pak Parmin ketika tangannyaa berpindah meremas payudara ku dengan kuatnya)

“Plokk… Plookkk…. Pplookkkk…” bunyi benturan yang semakin kencang ditengah persetubuhan yang semakin sangat liar. Wajah pak Parmin pun sudah sangat bernafsu menyetubuhi ku dengan ganas. Sodokan kan nya kini semakin kejam dan membabi buta. Erangan pun tidak bisa lagi aku tahan untuk melampiaskan perzinahan yang begitu nikmat ini. Nafas ku dan pak Parmin pun semakin memberat, mungkin ini adalah saatnya karena aku sudah tidak bisa menahan lebih lama lagi.

Parmin : Aaarrrgghhhh….. Aaahhhh… sampaaiii mbaakkkk… Heeennkkkkk…. (desah pak Parmin yang langsung mementokkan kontolnya sampai ke titik terdalam di liang memek ku)

Mentoknya kontol pak Parmin dalam memek ku membuat ku akhirnya bisa mengeluarkan orgasme ternikmat yang tidak lagi bisa ku bendung. “Aaahhhh…Baaappaaakkkk… Mmmmpppphhhh… Dinaaaaa saaammmppaaaaiii….” Desah ku yang akhirnya bisa mencapai orgasme yang tertahan.

“Ccccrrrrtttt… cccrrrttt…. Ccccrrttt..” Seiiring dengan keluarnya cairan pada memek ku, membuat tubuh ku mengejang. Sungguh rasa ternikmat bahkan lebih nikmat saat pak Parmin menyetubuhi ku lewat anus. Rasanya sungguh tidak bisa aku bayangkan lagi, saking nikmatnya tubuh ku pun mengejang merasakan sisa – sisa orgasme ku. Aku benar – benar sangat puas sampai tergeletak tak berdaya.

“Aaahhhh… rasakan ini mbaakkk… Ooouughhh…”desah pak Parmin yang buru – buru melepaskan kontolnya lalu mengarahkan ke payudara ku. “Aaahhhh… Aaahhhh… keluarrr’desah pak Parmin.. “Crrottt. Ccroottt…. Ccrroott..”

Beberapa kali semburan sperma menyembut memabasahi susu bulat ku, pak Parmin mengeluarkan sperma yang begitu sangat banyak. Lebih dari 5 kali semburan memenuhi susu ku yang menurut pak Parmin sangat indah. Tangan pak Parmin pun terus mengocok kontolnya sampai merem melek sambil terus berusaha menatap wajah ku. Terlihat dari wajahnya yang terengah – engah karena merasakan kepuasan ketiha berhasil mengambil perawan ku dan kini sedang menumpahkan sperma nya di payudara ku.

Parmin : Aaahhhh… puasss baaappaakkk mbaakkkk…. (ucapnya sambil mngelapkan ujung kontolnya di payudara ku dari sisa – sisa sperma yang berserakan)

Dina : Haahh.. Haahh… Haahh.. Iyaa paaakk.. Dinaaa jugaaa… (jawab ku yang terbaring sangat lemas setelah dihajar oleh pak Parmin)

Lalu pak Pamin pun ambruk disamping ku. Mata ku yang berat pun mulai memejam dan ingin menikmati sisa sisa kenikmatan dari persetubuhan terlarang. Hingga kami pun tertidur dalam keadaan telanjang dan penuh keringat.

Adzan subuh yang berkumandang membangun ku dari lelahnya persetubuhan semalam, aku bangkit dan duduk diatas kasur lusuh bekas pergumulan dengan pak Parmin. Lelehan sperma pak Parmin pada payudara ku belum lah mengering, masih basah dan lengket yang langsung aku bersihkan dengan tangan ku lalu aku lapkan di kasur pak Parmin.

Aku melihat pak Parmin yang masih tertidur dilantai tanpa alas dalam keadaan yang masih telanjang. Aku pun memungut kembali pakaian ku, seperti sebelumnya aku tidak menggunakan BH dan celana dalam ku yang akan ku tinggalan untuk pak Parmin. Aku melihat diri ku pada sebuah cermin di kamar pak Parmin, aku melihat tubuh telanjang ku yang saat ini sudah tidak perawan lagi.

Sekarang tubuh ku tidak lagi hanya untuk memuaskan pak Parmin, namun justru untuk memuaskan diri ku sendiri setelah hilangnya keperawanan ku oleh pak Parmin. Aku memang membutuhkan kenikmatan untuk melampiaskan nafsu yang sudah berada diubun – ubun. Aku pun meremas kedua payudara ku yang sedang keadaan sedang tiduran dengan kedua kaki yang mengangkang layak nya seorang pelacur yang sedang memberikan undangan gratis kepada seorang laki – laki untuk dapat menggagahinya.

“Paakkk entotin Dina lagi…. enttootiinn lagi…” ucap ku membantin sambil terus meremas payudara ku. Tubuhku pun bergoyang seperti cacing kepanasan. Sekarang nafsu ku sudah tidak tertahan lagi, aku menjadi seorang wanita yang buta akan rasa malu dan sungkan karena tanpa perintah lagi kini aku semakin berani memainkan puting payudara ku, meremas bongkahan pantat ku dan mengobel liang memek ku yang berusan saja direbut keperawanannya oleh pak Parmin yang sedang duduk mengamati tingkah gila ku yang terselimut nafsu.

“Oooooouuggghhh….. oouugghhhh.. ssshhhh… sssshhhhh…”desahku sambil mengelinjang keenakan karena tusukan pada vagina ku yang sudah sangat basah karena, jari jemari ku pun sesekali bermain dibagian bibir nya. Tangan kanan ku pun tidak henti – hentinya bermain di puting susu ku yang semakin lama semakin menambah nikmat yang luar biasa.

Parmin : Sungguh sangat binal kamu mbakk… (ucap pak Parmin sambil mengelengkan kepalanya dan tersenyum)

Tentunya ucapan pak Parmin membuat wajah ku menjadi memerah, nafas ku yang naik turun terengah dengan tubuh yang mengkilat karena keringat gairah seolah – olah memberihukan bahwa kini aku sudah berubah menjadi seorang wanita yang ingin mengejar syahwat dan birahi. Bukan lagi seorang wanita yang baik dan alim taat pada agama.

Jadi ku rasa ya sudahlah dan coba saja menikmati status baruku sebagai wanita yang sudah tidak lagi perawan. Dengan begitu aku bisa bebas ngentot yang nantinya dapat memuaskan birahiku yang semakin hari semakin tidak bisa dikendalikan lagi. Sekarang aku tidak perlu lagi menjaga image ku untuk menahan sange saat memek ku mulai terasa gatal karena adanya nafsu. Meskipun aku tahu bahwa zina adalah salah satu dosa besar yang dilarang didalam agamaku, tapi ya sudah lah toh semua sudah terjadi yang tak mungkin bisa aku sesali. Kuputuskan saja kalau aku akan menikmati dosa dari setiap zina yang akan terjadi berikut dan berikutnya. Aku sudah siap untuk menanggung seberapapun besar dosanya selama birahiku bisa terpuaskan. “Boleh kan Ayah dan Ibu? Hmm… Pasti Ayah dan Ibu gak memperbolehkan…” batin ku. Ya mana mungkin mereka ngebiarin anak gadis satu-satunya jadi rusak, terutama akhlak yang selama ini selalu diajarkan ilmu – ilma agama. Tapi aku tidak menyangka akan kehilangan keperawananku secepat ini sebelum aku menikah.

Salahku juga karena perangaiku yang semakin lacur dan tidak bisa mengontrol birahi. Aku yang dulunya adalah gadis baik-baik malah jadi semakin lacur dan gampang terangsang. Ajaran agama, norma dan rasa malu yang menjadi benteng diriku selama ini makin lama makin terkikis, hampir tidak bersisa sama sekali. “Tapi… inilah yang kumau bukan??” batin ku lagi.

Namun untuk kejadian aku kehilangan keperawanan kemaren ku pikir aku tidak perlu terlalu menyesalinya. Karena ya itu, aku justru merasa lega, seakan semua beban yang kurasakan saat masih perawan akhirnya lenyap. Aku sangat menyukai rasanya bersetubuh. Aku menyukai nikmatnya berzinah. Aku ketagihan. Aku penasaran hari-hari yang akan ku jalani setelah ini nantinya. Yang pasti aku akan dengan senang hati menjalaninya. Mungkin memang inilah aku yang sebenarnya. Ya.. inilah yang ku mau. Dan mulai saat ini aku akan melakukan apapun yang kumau. Meskipun itu adalah sebuah dosa.

Maaf kan Dina ya Ayah dan Ibu… Dina sudah tidak perawan lagi sekarang. Dina juga sudah mengkhianati kepercayaan Ayah dan Ibu. Dina tidak mengamalkan ajaran yang Ayah dan Ibu berikan selama ini dengan baik. Tapi tenang aja kok… Kalian tidak akan pernah tahu kalau Dina suka bikin dosa dibelakang kalian. Ayah dan Ibu juga tidak akan pernah tahu kalau Dina suka berbuat hal-hal yang selama ini kalian larang selama ini. Tenang aja Ayah dan Ibu, Dina akan selalu jadi anak perempuan yang baik kok di mata kalian. Setelah pakaian ku terpakai semua, aku pun berjalan keluar kamar dan membuka pintu rumah pak Parmin mengawasi keadaan. Merasa aman, aku pun mendorong motor ku keluar. Walaupun masih merasa ngilu pada memek ku, tapi aku mencoba bertahan untuk segera pulang. Tanpa membangunkan pak Parmin, aku pun kembali menutup pintu dan menyalakan motor ku untuk segera pulang. Selama perjalan pulang aku masih tidak mengira kalau akhirnya aku kehilangan keperawanan ku oleh laki – laki yang bukan suami ku, apa yang akan terjadi dengan hidup ku selanjutnya. Apapun itu yang aku inginkan adalah petualangan, aku ingin mencoba sesuatu yang baru tanpa ada batasan.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd