Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Dunia baru di kota perantauan (No SARA)

Status
Please reply by conversation.
Selamat soree suhu2.....

Makasih yaa buat suhu2 yang udah setia dan sabar nungguin update berikutnya. Sorry banget nih updatenya telat. Belakangan ini ane bener2 sibuk sama kerjaan akhirnya ane nyicil dikit2 ceritanya. Kayaknya sampe beberapa minggu kedepan job ane lagi banyak banget jadi akan agak lama kalo update. Kalo lagi gak sibuk banget pasti ane sempetin kok buat ngerjain ini cerita. Doain aja yaa biar kerjaan ane lancar dan cepet selesai :beer:
Kalo emg lancar mudah2an malem ini bisa ane update, paling lambat besok pagi ane update.

Jangan lupa buat ramein terus ini cerita. Kasih komentar dan saran juga like nya biar ane makin semangat lanjutin ceritanya.

Akhir kata,
Stay tuned for next update!
 
Bahagia dan sedih bercmpir jd satu. Bahagia krn suhu adg banyak job. Sedih nya krn kita bakal lama bertemu kembali hiks hiks
 
Selamat malam netizen semprot yang penyabar....

Akhirnya cerita yang ane janjikan telah selesai dan siap dinikmati suhu2 semua. Makasih banyak atas dukungan dan pengertiannya. Jangan lupa untuk terus memberi saran dan likenya agar suhu bisa cepet2 update cerita berikutnya.

Akhir kata,
Selamat membaca dan tetap patuhi protokol kesehatan.



PART 4

191046056-309837560666476-8947937200031313103-n.jpg

SALWA

118539146-188418409359938-6845284734569044173-n.jpg

FITRI

123255847-269464544508239-7097434658377689783-n.jpg

MAYA

Pagi harinya aku terbangun dengan badan yang terasa segar. Disampingku Faza masih terlelap dalam tidurnya. Posisinya yang telentang membuatku harus bertumpu dengan tanganku agar dapat menatap wajahnya dengan jelas. Kuelus elus pipinya yang bersih tanpa jerawat itu dengan lembut. Mataku terus menatap wajahnya yang manis dan tampan meski dalam keadaan tertidur. Aku kembali mengingat kejadian semalam, pengalaman terindah sepanjang hidupku dipersembahkan oleh Faza. Aku merasa bersyukur bisa bersamanya. Dialah pacarku, begitu besar kasih sayang dan cintanya. Dengan perlahan kuhampiri bibirnya dan kukecup dengan penuh kasih sayang serta rasa syukur. Aku masih ingat kalau semalam Faza telah memberikan pengalaman terindah untukku. Sekarang giliranku yang memberikan rasa nikmat padanya.

Tanganku dengan perlahan merayap menuju penisnya yang masih tertidur seperti pemiliknya. Kuelus dan kuremas perlahan dengan harapan penisnya dapat terbangun. Lama kelamaan kurasakan penisnya itu mulai membesar akibat elusanku yang masih terhalang celananya. Kumasukkan tanganku ke dalam celananya hingga kini kugenggam penisnya yang sudah tegang sempurna. Dengan hati2 mulai kukocok dengan perlahan agar ia tidak terbangun. Aku pun memutuskan untuk membuka celananya agar aktivitasku dapat lebih leluasa. Untuk membuka celananya aku harus bangun terlebih dahulu. Kubuka dengan kedua tanganku hingga celananya terlepas tanpa kesulitan. Kini aku dapat melihat penisnya dengan jelas.

Tanganku kembali mengocok penisnya yang sedari tadi sudah tegang. Tidurnya kini mulai tidak tenang karena aku terus memainkan penisnya. Lama kelamaan kocokanku mulai kukencangkan dan keluarlah cairan bening dari ujung penisnya. Kusentuh cairan itu dan rasanya sedikit licin ditanganku. Tak lama kemudian Faza terbangun dari tidurnya. Dia tersenyum melihatku yang sedang mengocok penisnya.

Faza: "kamu nakal ya pagi2 udah ngocokin titit aku." Ucapnya dengan tersenyum.

Aku: "kan kamu yang ngajarin aku nakal." Balasku sambil tersenyum.

Kuhampiri wajahnya itu dan kita akhirnya berciuman. Meski dia baru bangun ciumannya begitu ganas padaku. Dia langsung menyusupkan lidahnya ke dalam mulutku.

Faza: "tangan kamu kering banget, basahin pake ludah kamu biar licin." Ucapnya meminta

Aku pun menuruti permintaannya. Kuludahi tanganku dan kembali mengocok penisnya. Kini kocokanku terasa lebih licin dan mudah kulakukan. Sambil mengocoknya kami kembali berciuman. Ada yang berbeda dari ciumannya saat ini. Ketika lidahnya masuk ke dalam mulutku ia memberikan air liurnya padaku. Aku pun membalas perbuatannya itu hingga air liur kami terkumpul cukup banyak. Bahkan beberapa ada yang keluar dari sela2 mulut kami dan menetes ke kasur. Ketika tanganku mulai kering kuludahi lagi tanganku, ternyata air liur yang terkumpul cukup banyak tadi berguna sebagai pelicin tanganku. Sekarang aku mengerti kenapa dia melakukan hal itu. Kami terus melakukannya terus secara berulang ulang.

Faza: "ahh enak banget kocokan kamu..." ucapnya di sela sela ciuman kami.

Aku: "kamu suka aku kocokin kayak gini?" Tanyaku yang masih mengocok penisnya.

Faza: "suka banget, kamu keliatan nakalnya." Ucapnya sambil tersenyum.

Aku: "kamu suka kalo aku nakal?" Tanyaku lagi mempercepat kocokanku.

Faza: "aahh iya... aku suka kalo kamu makin nakal kayak gini." Balasnya sambil mencium bibirku.

Aku: "kalo gitu, buat aku lebih nakal lagi dong biar kamu makin suka" Ucapku sambil tersenyum.

Lalu dia kembali mencium bibirku dengan beringas. Kocokanku juga makin cepat membuat ranjang ini bergoyang. Kemudian ia kembali melepas ciumannya

Faza: " coba sekarang mainin titit aku make mulut kamu." Ucapnya padaku.

Aku: "hah? Aku gak tau caranya gimana." Jawabku menolak permintaannya.

Faza: "caranya sama kayak kamu makan eskrim." Jelasnya padaku.

Aku: "tapi kan ini beda bukan eskrim." Balasku lagi tetap menolaknya.

Faza: "katanya kamu mau jadi lebih nakal, ayo coba dulu makanya." Ucapnya meyakinkanku

Ucapannya itu berhasil mengubah keputusanku. Dengan iming2 menjadi nakal, aku turuti keinginannya. Dia menyuruhku untuk berpindah posisi di antara kedua pahanya. Kutundukkan kepalaku ke arah penisnya dan terdiam karena bingung apa yang harus aku lakukan. Tau karna aku kebingungan, Faza akhirnya mengajariku cara melakukannya. Dia menyuruhku untuk menjilati seluruh penisnya, kulakukan sesuai dengan perintahnya. Seluruh permukaan penisnya kujilatu dengan cermat. Saat menjilat kepala penisnya dia mendesis keenakan, ekspresinya itu sangat aku sukai. Setelah semuanya sudah kujilati, dia menyuruhku untuk memasukkan penisnya ke mulutku. Kulakukan keinginannya itu sesuai arahannya, penisnya terasa penuh dimulutku. Setelahnya aku disuruh untuk menghisap hisap dan menaik turunkan kepalaku, dia mengingatkan agar tidak mengenai gigi. Dengan segera kulakukan perintahnya itu. Kunaik turunkan sambil mulutku menghisap hisap penisnya.

Mmpphh.... sllrppp... cllkk.... sllrppp...

Ekspresinya yang keenakan itu membuatku jadi makin semangat memainkan penisnya. Tangannya kini mulai mengelus elus kepalaku dengan lembut.

Faza: "ahhh enak sayang... kamu nakal banget... aku suka sama sepongan kamu..." ucapnya menikmati permainan mulutku.

Jadi ini yang dinamakan dengan 'sepong', sebuah kata yang diucapkan Maya saat itu. Aku merasa senang dengan ucapannya itu. Ucapannya yang menyebutku 'nakal' membuatku makin bergairah memainkan penisnya. Tangannya kini tidak hanya mengacak acak rambutku, melainkan juga menekan nekan kepalaku yang membuat penisnya jadi makin dalam masuk ke mulutku. Karena aksinya itu beberapa air liurku jadi menetes dari sela2 bibirku.

Slrrppp.... sllrrppp....sllrppp... mpppphh...

Kemudian dia melepas pegangannya sehingga aku dapat mengambil napas dahulu.

Aku: "fuaahh.... enaak sayang?" Tanyaku sambil mengocok ngocok penisnya.

Faza: "enak sayang, kamu cepet belajarnya. Sekarang mainin tetstis aku." Pujinya sambil menekan kepalaku ke arah testisnya.

Kumulai dengan jilatan pada testisnya dilanjutkan dengan memasukkannya ke mulutku. Kuhisap hisap bola testisnya itu seperti aku menghisap penisnya dengan tanganku yang tetap menghisap penisnya. Apa yang aku lakukan kini lagi2 membuat Faza merasa keenakan. Aku merasa sangat senang membuatnya jadi begini. Puas dengan memainkan testisnya, aku kini kembali menghisap penisnya. Tanganku juga ikut memainkan testisnya. Lama kelamaan aku mulai mahir dan menyukai aksiku ini. Tidak terasa vaginaku dibawah mulai lembab karena aksi nakalku. Ditambah lagi desahan2 Faza dan ekspresinya yang seksi membuatku makin bergairah.

Cukup lama aku memainkan penisnya pagi ini. Penisnya sudah sangat licin dan basah karena aku tidak berhenti memainkan penisnya. Air liurku juga terasa mengalir dari sela2 bibirku. Akhirnya kurasakan penis Faza terasa sangat mengembang.

Faza: "ahhh sayangg aku mau keluar.... aku mau keluarin di muka kamu." ucapnya terengah engah sambil menarik kepalaku.

Aku: "ahh.. keluarin sayang... keluarin aja di muka aku." Ucapku manja padanya.

Kini tanganku yang mengambil alih memainkan penisnya. Kukocok kocok dengan cepat dan lidahku menjilati ujung penisnya.

Croott....croottt....croooottt.....

Akhirnya sperma Faza keluar memenuhi wajahku. Dari ujung dagu hingga dahiku terkena spermanya.

Faza: "aahh... enak banget sayangg... makasih yaaa.." ucapnya sambil mengelus elus rambutku.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman di wajahku. Aku tidak berani membuka mulut maupun mata karena tertutup spermanya. Tanganku kemudian menyeka spermanya yang ada di mata dan mulutku. Saat membuka mata, kulihat wajah Faza yang tersenyum bahagia setelah menuntaskan nafsunya. Sisa2 sperma di wajahku juga kubersihkan dengan tangan sampai cukup bersih.

Faza: "kamu keliatan nakal banget mukanya penuh sperma gitu." Ucapnya masih tidak berhenti mengelus rambutku.

Aku: "iyaa nakal tapi jadi lengket nih muka aku." Ucapku sambil pura2 cemberut.

Faza: "eh tapi sperma bagus tau buat masker wajah kamu. Nanti kamu jadi makin glowing." Jelasnya sambil mengelus pipiku.

Aku: "yaudah nih buat kamu aja maskernya." Ucapku menjejali tangan yang bekas mengelap spermanya ke arah mukanya.

Faza: "ehh jangann... orang khusus buat cewe doang hahaha..." tolaknya menahan tanganku.

Setelah menuntaskan nafsu Faza, aku menuju kamar mandi untuk membersihkan wajah dan tanganku dari sisa sperma Faza. Sesampainya disana aku berkaca sedikit dan memikirkan ucapan Faza tadi tentang 'masker sperma'. Tanpa pikir panjang kuratakan kembali spermanya pada seluruh wajahku. Aromanya yang sedikit amis ini tidak menghentikanku meratakan spermanya. Mulai dari dahi, pipi, hidung, dagu, sampai rahang kuratakan spermanya yang ternyata cukup untuk menutupi seluruh wajahku. Sesudah rata, aku tersenyum sendiri dengan aksiku saat ini. Aku merasa sangat nakal dengan meratakan seluruh spermanya di wajahku. Ucapannya yang menyebutku 'nakal' bagaikan sebuah pujian di telingaku. Cukup lama aku berdiam diri di toilet, akhirnya aku membersihkan wajahku dengan air dan langsung menuju dapur.

Disana kulihat Faza sedang membuat sarapan untuk kami santap berdua. Sarapan kali ini cukup sederhana, yaitu roti bakar. Meski begitu aku tidak menghiraukan jenis makanannya, selama aku bersama Faza pasti aku akan senang. Selepas sarapan kami berdua kembali menuju kamar untuk mandi bersama. Saat ini kami sudah berada di toilet sedang menikmati siraman air hangat dari shower. Sama seperti semalam, kami menyabuni tubuh kami satu persatu hingga bersih. Setelah aktivitas bersih2 badan selesai, Faza kembali menciumku di bawah pancuran shower.

Cuuppp... cuupppp... cuuppp....

Kulingkarkan tanganku di lehernya sedangkan tangannya dilingkarkan ke pinggangku sehingga tubuh kami saling menempel. Kurasakan penisnya yang menempel di perutku saat ini sudah menegang kembali. Dengan sendirinya tanganku menuju penisnya tersebut dan mulai memainkannya. Faza juga tidak tinggal diam, tangannya kini mulai merabai vaginaku dan bermain main disana. Tangan kami saling merangsang satu sama lain. Alhasil mulut kami saling berbalas desahan di tengah ciuman kami.

Faza: "enak banget sayang... padahal baru belajar tadi kamu kocokin kontol aku, tapi kamu udah jago banget maininnya." Ucap Faza di sela2 ciuman kami.

Aku sedikit terkejut dengan ucapannya itu. Baru kali ini aku mendengar Faza berucap kasar seperti itu.

Aku: "ahhhh sayangg... aku juga keenakan vagina aku dimainin kamu." Balasku memuji kinjera Faza.

Faza: "bukan vagina sayang, tapi memek... coba kamu ulangin lagi ngomongnya" ucapnya lagi tepat di telingaku.

Aku sempat ragu untuk memenuhi keinginannya. Terus terang saja, sebelumnya aku tidak terbiasa bahkan tidak pernah mengucapkan hal2 kotor seperti itu. Namun ucapannya itu seperti menghipnotis pikiranku. Aku pun akhirnya menuruti keinginannya.

Aku: "iyaa sayaangg... memek akuu... enak banget memek aku dimainin kamu..." ucapku dengan suara yang mendesah desah.

Faza: "bagus... lama2 kamu jadi nakal ya sayang..." ucapnya lagi sambil mencium bibirku dengan ganas.

Entah kenapa aku jadi semakin bernafsu ketika mengucapkan kata kasar tersebut. Ditambah lagi dia berkata aku jadi semakin nakal karena bertutur kata kasar seperti tadi. Akibatnya kocokanku pada penisnya pun jadi makin kencang dan vaginaku jadi terasa semakin nikmat dimainkan olehnya.

Faza: "kamu suka ya kocokin kontol aku?" Tanyanya sambil mempercepat gesekan tangannya di vaginaku.

Aku: "aahhh iyaa aku suka...." jawabku keenakan.

Faza: "suka apa sayang?? Jawab yang jelas dong." Tanyanya lagi

Aku: "aaahhh sayangg.... iyaahh aku suka kocokin kontol kamuu....." jawabku tak lagi menahan rasa malu.

Faza: "uhhh sayang kamu nakal banget siihh... aku jadi makin horny deh..." ucapnya lagi memancing birahiku.

Aku: "iyaa akuu nakal.... aku cewe nakall..." ucapku membalas ucapannya.

Kini Faza mulai berjongkok tepat di depan vaginaku. Seperti yang sudah kuduga, ia mulai menjilati vaginaku dengan penuh nafsu. Jilatannya membuatku jadi mendesah desah keenakan. Kaki kananku ditempatkan dipundaknya memudahkan aksinya dalam merangsang vaginaku. Tanganku terus menerus menekan kepalanya dan meremas2 rambutnya.

Sllrpppp.... slrrppp... cuupp.... cuupp...


Aku: "ahhh enak banget sayangg... terus jilatin memek akuu... jangan berhentiii...." ucapku keenakan.

Tak lama kemudian aku merasa akan keluar lagi. Tidak seperti kemaren, aku terus menekan nekan kepalanya agar ia tetap menjilat.

Aku: "aahh sayaangg aku mau keluar.... ahhhh terushhh sayangghh... AAHHHHHH....."

Srrrrrr..... Srrrrr...... Srrrrrrrr.....

Akhirnya aku mengalami orgasmeku pagi ini. Tanganku masih terus menekan nekan kepalanya yang masih saja menjilati vaginaku. Kunikmati saat2 nikmat ini dengan kepala terdongak dan mata yang terpejam. Napasku sangat tidak beraturan dan selalu mengeluarkan desahan setiap menghembuskan napas. Akhirnya Faza berdiri melepas mulutnya dari vaginaku. Dia langsung mencium bibirku begitu ia berdiri. Kubalas ciumannya itu dengan penuh nafsu. Karena kedinginan akhirnya dimatikan shower sehingga yang terdengar sekarang hanya suara cumbuan kami.

Faza: "enak sayang?" Tanyanya sambil memainkan payudaraku.

Aku: "lemes banget tapi enak... makasih ya sayang..." balasku sambil mencium bibirnya.

Dengan sisa tenaga yang ada aku mulai merangsang penisnya yang masih berdiri tegak itu. Kemudian aku berjongkok tepat di depan kemaluannya. Dengan segera mulai kumasukkan penisnya ke dalam mulutku.

Faza: "aahh sayangg.... kamu pinter banget muasin aku..." ucapnya sambil mengelus elus kepalaku.

Faza: "kamu suka yaa sepongin kontol aku?" Tanyanya padaku yang masih menghisap penisnya.

Aku: "iyaa suka... aku suka sepongin kontol kamu." Balasku yang membuatnya tersenyum.

Faza: "kalo gitu sekarang kamu puasin kontol aku sampe pejunya keluar." Katanya sambil mengarahkan penisnya ke mulutku kembali.

Saat ini aku mula menghisap penisnya lagi. Kepalaku bergerak maju mundur merangsang penisnya. Di dalam mulut, lidahku juga ikut menari nari disana. Testisnya terkadang aku jilat dan hisapi yang membuat ia menahan geli. Aku suka ketika memainkan kepala penisnya dengan lidahku, ekspresinya benar2 memperlihatkan dirinya sangat puas dengan permainanku. Dia pun tak henti2nya memuji aksiku. Kata2nya yang menyebutku sebagai perempuan nakal membuatku semakin semangat memuaskan penisnya. Juga aku merasa senang ketika dia menyebutku sebagai perempuan nakal, seharusnya aku marah disebutnya seperti itu. Namun ketika dia mengucapkan kata tersebyt bagaikan sebuah pujian untukku.

Cukup lama aku mengoral penisnya. Segala macam teknik sudah aku keluarkan sejauh ini. Namun tetap saja spermanya belum kunjung keluar. Akhirnya kurasakan penisnya mulai berkedut kedut menandakan ia akan segera keluar.

Faza: "ahhh sayaangg aku mau keluar...." ucapnya merem melek.

Aku: "mau keluarin di muka aku lagi?" Tawarku sambil melepas dan mulai mengocok penisnya.

Faza: "iyaa di muka kamu..." ucapnya sambil meremas kepalaku.

Aku pun mendongakkan wajahku menunggu spermanya keluar. Ia menyuruh untuk membuka mulut dan menjulurkan lidahku keluar. Kini tangannya yang mengambil alih dalam mengocok penisnya.

Aku: "ayoo sayangg keluariinn... keluarin peju kamu di muka aku...." ucapku memancing nafsunya.

Faza: "aahhh sayanghh... aku keluarr..."

Crooott.... croottt... croooottt....

Akhirnya sperma Faza kembali membasahi wajahku. Kali ini ada beberapa spermanya yang masuk ke dalam mulutku. Sperma yang dikeluarkan sama banyaknya ketika sebelum sarapan tadi.

Faza: "bersihin kontol aku pake mulut kamu sayang." Perintahnya sambil mengarahkan penisnya ke mulutku.

Aku pun menuruti perintahnya. Kujilati setiap jengkal penisnya. Sambil nembersihkan penisnya, tangan Faza mulai meratakan spermanya yang ada di wajahku. Sisa2 sperma dari ujung penisnya juga kuhisap hisap dan kukumpulkan di dalam mulutku bersama dengan spermanya yang tadi masuk duluan. Kubersihkan sampai penisnya itu mengecil.

Faza: "tadi peju aku ada yang masuk ke mulut kamu ya" tanyanya yang kubalas dengan anggukan

Faza: "coba buka mulut kamu, kasih liat ke aku." Pintanya lagi yang kemudian kutunjukkan spermanya yang terkumpul di mulutku.

Faza: "sekarang kamu telen." Perintahnya lagi padaku, kutelan semua spermanya itu hingga tidak tersisa.

Faza: "pacar aku nakal banget sih." Ucapnya sambil membantuku berdiri.

Aku: "kan kamu yang ngajarin aku nakal." Balasku sambil tersenyum.

Setelah menuntaskan hasrat kami segera mengeringkan badan masing2 dengan handuk. Ketika keluar toilet aku tersadar kalau aku tidak ada baju ganti. Baju yang semalam aku kenakan pasti sudah kotor dan lecek karena permainan semalam. Akhirnya Faza pun menuju kamar orangtuanya mengambil pakaian untukku. Sesampainya kembali ke kamar, diberikannya sebuah kemeja lengkap dengan hijab untukku. Dia juga membawakan kemeja dan bra ku yang dilemparnya kemaren. Karena tidak ada daleman lagi, mau tidak mau aku harus memakai bra dan celana dalam yang semalam.

Setelah berpakaian aku sedikit berdandan di cermin. Ketika berkaca aku baru menyadari bahwa kemeja yang kupakai ukurannya lumayan sempit sehingga badanku jadi tercetak dengan jelas. Terlebih lagi kini payudaraku yang besar jadi makin terlihat jelas.

170592598-768896190497752-6594538951288149103-n.jpg

Aku: "yang, ada baju lain gak? Kemejanya yang ini kekecilan." Tanyaku sambil berkaca

Faza: "gak ada lagi itu doang yang gede. Lagian juga kan mama badannya lebih kecil dari kamu." Jelasnya padaku.

Aku: "tapi yang ini kekecilan sayang." Jawabku lagi sambil membetulkan hijabku.

Faza: "pas kok di badan kamu itu." Balasnya sambil melihat dan menilai pakaianku

Aku: "ihh liat aja itu payudara aku. Sampe nyeplak gitu kayak apaan tau." Jelasku lagi padanya."

Faza: "menurut aku malah bagus kamu pake baju itu. Kamu pake baju apa aja tetep keliatan cantik kok." Ucapnya menggombaliku

Aku: "apasiih pagi2 udah gombal aja deh." Balasku dengan tersipu malu.

Faza: "apalagi pake yang sekarang, gak cuman cantik tapi juga seksi." Jelasnya lagi dan kini dia mulai memelukku dari belakang.

Aku: "ihh pacarku mesum. Masa aku pake hijab gini dibilang seksi." Balasku sambil memegangi tangannya yang melingkar diperutku.

Faza: "abis toket kamu yang gede ini jadi keliatan banget. Aku suka kamu pake baju begini." Ucapnya lagi sambil meremas kedua payudaraku.

Aku: "ahh sayang jangan sekarang, nanti baju aku lecek lagi." Balasku menolak remasannya.

Tapi Faza tidak mendengarkan laranganku. Ia tetap meremas payudaraku dari luar kemeja. Karena keenakan akhirnya aku hanya bisa pasrah menerima perlakuannya. Kemudian ia memutar badanku hingga kami berhadapan dan kami mulai berciuman. Baru sebentar ciuman, Faza langsung melepasnya.

Faza: "kamu gak usah malu sayang, harusnya kamu bangga punya body bagus kayak begini. Apalagi gak semua cewe punya toket besar kayak kamu." Jelasnya lagi sambil meremas lembut payudaraku.

Aku: "ahhh iyaa sayang. Aku gak malu kok hehe..." balasku sambil mengecup bibirnya.

Kecupan tadi menutup perbincangan kami di kamar. Setelahnya kami menuju kampus bersama. Sesampainya di kampus suasana kelas sudah mulai ramai. Aku dan Faza memang tidak pernah duduk bersebelahan, dia pasti duduk bersama teman2nya sedangkan aku biasanya duduk bareng Maya. Kami juga melakukan itu karena hubungan kami masih menjadi rahasia, ditambah lagi kami juga tidak ingin terkesan 'bucin' karena selalu bersama. Tak lama kemudian Maya pun akhirnya datang dan duduk di sebelahku.

Maya: "Sal, lu kemaren kemana kok gak pulang?" Tanyanya yang membuatku terdiam

Sial. Aku lupa untuk menyiapkan jawaban ketika ditanya seperti itu. Aku sangat bingung harus menjawab apa.

Aku: "ehh ituu.... gue.... semalem itu..." jawabku terbata bata. Belum selesai aku menjawab tiba2 Maya kembali bertanya.

Maya: "lu nginep di tempatnya Faza ya?"

DEG

shit... apa yang harus aku jawab? Aku benar2 bingung harus menjawab apa.

Maya: "udahlah jujur aja sama gue. Lu semalem ditempatnya Faza kan?" Tanyanya lagi dengan sebuah senyuman seperti meledekku.

Aku: "hmm.. iya." Jawabku pelan dengan malu.

Maya: "HAHAHAA... UDAH GUE DUGAA..." teriaknya dengan tertawa sehingga seluruh kelas menengok ke arah kami.

Aku: "sstttt..... Maya! Jangan kenceng2 nanti yang lain denger." Ucapku dengan berbisik.

Maya: "udah ngapain aja lu semalem?" Tanyanya lagi begitu kepo dengan aktivitasku semalam.

Beruntungnya aku karena dosen segera masuk sehingga pertanyaan tadi tidak aku jawab. Sepanjang perkuliahan Maya tidak henti2nya menanyakan perihal semalam. Aku menjadi tidak konsentrasi dengan perkuliahan hari ini karena Maya.

Maya: "lu ngapain aja semalem?"

Aku: "sstt..."

Maya: "gak mungkin dong cuma diem2an doang."

Aku: "ssttt..."

Maya: "gue penasaran nih lu udah ngapain aja."

Aku: "ssttttt...."

Maya: "jangan2 lu udah ngentot ya sama dia?"

Aku: "May!" Balasku mempelototinya

Pak Jamal: "kalian berdua saya perhatiin asik ngobrol terus. Lagi ngobrolin apa?" Tanyanya menunjukku dan Maya.

Maya: "maaf Pak, saya gak begitu jelas dengerin suara Bapak dari belakang. Makanya saya nanya ke Salwa." Ucap Maya berbohong.

Pak Jamal: "yaudah kalo gitu. Besok kalo gak jelas kamu bisa duduk di depan, jangan di belakang lagi." Jelasnya lagi.

Maya: "ceritaa doongg..." lagi2 Maya masih bertanya padaku.

Aku: "yaudah nanti pas kelar kelas." Jawabku singkat.

Akhirnya Maya tidak lagi bertanya padaku dan aku bisa fokus kuliah. Selepas kuliah, aku dan Maya berjalan menuju kantin untuk makan siang. Setelah memesan makanan, Maya menagih janjiku untuk menceritakan kejadian semalam. Akhirnya kuceritakan dengan lengkap, termasuk ketika aku dan Faza saling memuaskan nafsu satu sama lain.

Maya: "hahahaha.... ya ampun Salwa..." tawanya setelah mendengar ceritaku.

Aku: "kok lu ketawa sih?" Tanyaku sambil menyantap makananku.

Maya: "gue gak nyangka lu bisa ngelakuin hal begitu. Bagus2, tandanya lu udah gede sekarang." Balasnya begitu bangga dengan prestasi mesumku.

Maya: "gimana rasanya, enakkan?"

Aku: "enak kok sotonya."

Maya: "bukan sotonya sayang, tapi semalem enak gak?" Tanya lagi sedikit kesal

Aku: "kirain sotonya. Menurut lu aja enak atau gak." Jawabku sekenanya.

Maya: "gue kira lu orangnya suci, ternyata pas tau begituan langsung ketagihan hahaha..." ucapnya lagi sambil tertawa.

Maya: "eh btw, baju lu beda hari ini. Dia yang pilihin ya?" Tanyanya lagi.

Aku: "iya, emang kenapa?" Ucapku balik bertanya.

Maya: "cocok di badan lu, pas gitu. Jadi keliatan menonjol hahaha... tapi gue suka kok sama penampilan lu sekarang." Pujinya padaku.

Ternyata benar apa yang dikatakan Faza padaku. Baju yang kukenakan tidaklah kekecilan, hanya saja aku yang terlalu malu menunjukkan 'kelebihan'ku. Apalagi Maya yang memujiku. Sebagai seorang model pastinya dia paham dengan baju2 yang cocok untuk dikenakan. Setelah Maya mengatakan hal tersebut aku jadi makin pede dengan penampilanku.

Aku: "May, lu jangan cerita2 ke Fitri ya. Gue takut nanti dia marah trus malah berantem deh." Mohonku pada Maya.

Maya: "tenang aja Sal, gue jaga kok rahasia lu." Ucapnya yang membuat hatiku tenang.

Maya: "tapi kalo misalnya dia emang temen lu harusnya dia bisa dong nerima kekurangan lu."

Aku: "gak gitu May. Dia tuh paling benci sama yang namanya mesum atau zina gitu. Pokoknya lu jangan cerita soal ini ke dia." Terangku lagi yang membuatnya mengangguk.

Maya: "kalo misalnya Fitri yang begitu, gimana? Apakah akan lu jauhin atau tetep lu temenin?" Tanyanya yang membuatku bingung.

Aku: "hmmm kalo itu... kayakya gue maapin deh. Tapikan tetep aja May, gue takut dia bakal musuhin gue." Jawabku yang masih tidak ingin rahasiaku terbongkar.

Maya: "yaudah, gue cuma mau tau pendapat lu doang kok. Tenang aja gue gak akan cerita ke siapa2 kok."

Setelah bercerita dan makan siang, kami kembali ke kelas untuk melanjutkan perkuliahan hari ini. Setelah bercerita aku merasa lega. Aku beruntung dapat berteman dengan Maya yang berpikiran terbuka. Apabila aku tidak berteman dengannya, mungkin aku akan terbebani sendiri dengan rahasiaku. Maya juga orangnya loyal dan menepati janjinya. Aku percaya rahasiaku aman bersamanya.

Bersambung...
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Selamat malam netizen semprot yang penyabar....

Akhirnya cerita yang ane janjikan telah selesai dan siap dinikmati suhu2 semua. Makasih banyak atas dukungan dan pengertiannya. Jangan lupa untuk terus memberi saran dan likenya agar suhu bisa cepet2 update cerita berikutnya.

Akhir kata,
Selamat membaca dan tetap patuhi protokol kesehatan.



PART 4

191046056-309837560666476-8947937200031313103-n.jpg

SALWA

118539146-188418409359938-6845284734569044173-n.jpg

FITRI

123255847-269464544508239-7097434658377689783-n.jpg

MAYA

Pagi harinya aku terbangun dengan badan yang terasa segar. Disampingku Faza masih terlelap dalam tidurnya. Posisinya yang telentang membuatku harus bertumpu dengan tanganku agar dapat menatap wajahnya dengan jelas. Kuelus elus pipinya yang bersih tanpa jerawat itu dengan lembut. Mataku terus menatap wajahnya yang manis dan tampan meski dalam keadaan tertidur. Aku kembali mengingat kejadian semalam, pengalaman terindah sepanjang hidupku dipersembahkan oleh Faza. Aku merasa bersyukur bisa bersamanya. Dialah pacarku, begitu besar kasih sayang dan cintanya. Dengan perlahan kuhampiri bibirnya dan kukecup dengan penuh kasih sayang serta rasa syukur. Aku masih ingat kalau semalam Faza telah memberikan pengalaman terindah untukku. Sekarang giliranku yang memberikan rasa nikmat padanya.

Tanganku dengan perlahan merayap menuju penisnya yang masih tertidur seperti pemiliknya. Kuelus dan kuremas perlahan dengan harapan penisnya dapat terbangun. Lama kelamaan kurasakan penisnya itu mulai membesar akibat elusanku yang masih terhalang celananya. Kumasukkan tanganku ke dalam celananya hingga kini kugenggam penisnya yang sudah tegang sempurna. Dengan hati2 mulai kukocok dengan perlahan agar ia tidak terbangun. Aku pun memutuskan untuk membuka celananya agar aktivitasku dapat lebih leluasa. Untuk membuka celananya aku harus bangun terlebih dahulu. Kubuka dengan kedua tanganku hingga celananya terlepas tanpa kesulitan. Kini aku dapat melihat penisnya dengan jelas.

Tanganku kembali mengocok penisnya yang sedari tadi sudah tegang. Tidurnya kini mulai tidak tenang karena aku terus memainkan penisnya. Lama kelamaan kocokanku mulai kukencangkan dan keluarlah cairan bening dari ujung penisnya. Kusentuh cairan itu dan rasanya sedikit licin ditanganku. Tak lama kemudian Faza terbangun dari tidurnya. Dia tersenyum melihatku yang sedang mengocok penisnya.

Faza: "kamu nakal ya pagi2 udah ngocokin titit aku." Ucapnya dengan tersenyum.

Aku: "kan kamu yang ngajarin aku nakal." Balasku sambil tersenyum.

Kuhampiri wajahnya itu dan kita akhirnya berciuman. Meski dia baru bangun ciumannya begitu ganas padaku. Dia langsung menyusupkan lidahnya ke dalam mulutku.

Faza: "tangan kamu kering banget, basahin pake ludah kamu biar licin." Ucapnya meminta

Aku pun menuruti permintaannya. Kuludahi tanganku dan kembali mengocok penisnya. Kini kocokanku terasa lebih licin dan mudah kulakukan. Sambil mengocoknya kami kembali berciuman. Ada yang berbeda dari ciumannya saat ini. Ketika lidahnya masuk ke dalam mulutku ia memberikan air liurnya padaku. Aku pun membalas perbuatannya itu hingga air liur kami terkumpul cukup banyak. Bahkan beberapa ada yang keluar dari sela2 mulut kami dan menetes ke kasur. Ketika tanganku mulai kering kuludahi lagi tanganku, ternyata air liur yang terkumpul cukup banyak tadi berguna sebagai pelicin tanganku. Sekarang aku mengerti kenapa dia melakukan hal itu. Kami terus melakukannya terus secara berulang ulang.

Faza: "ahh enak banget kocokan kamu..." ucapnya di sela sela ciuman kami.

Aku: "kamu suka aku kocokin kayak gini?" Tanyaku yang masih mengocok penisnya.

Faza: "suka banget, kamu keliatan nakalnya." Ucapnya sambil tersenyum.

Aku: "kamu suka kalo aku nakal?" Tanyaku lagi mempercepat kocokanku.

Faza: "aahh iya... aku suka kalo kamu makin nakal kayak gini." Balasnya sambil mencium bibirku.

Aku: "kalo gitu, buat aku lebih nakal lagi dong biar kamu makin suka" Ucapku sambil tersenyum.

Lalu dia kembali mencium bibirku dengan beringas. Kocokanku juga makin cepat membuat ranjang ini bergoyang. Kemudian ia kembali melepas ciumannya

Faza: " coba sekarang mainin titit aku make mulut kamu." Ucapnya padaku.

Aku: "hah? Aku gak tau caranya gimana." Jawabku menolak permintaannya.

Faza: "caranya sama kayak kamu makan eskrim." Jelasnya padaku.

Aku: "tapi kan ini beda bukan eskrim." Balasku lagi tetap menolaknya.

Faza: "katanya kamu mau jadi lebih nakal, ayo coba dulu makanya." Ucapnya meyakinkanku

Ucapannya itu berhasil mengubah keputusanku. Dengan iming2 menjadi nakal, aku turuti keinginannya. Dia menyuruhku untuk berpindah posisi di antara kedua pahanya. Kutundukkan kepalaku ke arah penisnya dan terdiam karena bingung apa yang harus aku lakukan. Tau karna aku kebingungan, Faza akhirnya mengajariku cara melakukannya. Dia menyuruhku untuk menjilati seluruh penisnya, kulakukan sesuai dengan perintahnya. Seluruh permukaan penisnya kujilatu dengan cermat. Saat menjilat kepala penisnya dia mendesis keenakan, ekspresinya itu sangat aku sukai. Setelah semuanya sudah kujilati, dia menyuruhku untuk memasukkan penisnya ke mulutku. Kulakukan keinginannya itu sesuai arahannya, penisnya terasa penuh dimulutku. Setelahnya aku disuruh untuk menghisap hisap dan menaik turunkan kepalaku, dia mengingatkan agar tidak mengenai gigi. Dengan segera kulakukan perintahnya itu. Kunaik turunkan sambil mulutku menghisap hisap penisnya.

Mmpphh.... sllrppp... cllkk.... sllrppp...

Ekspresinya yang keenakan itu membuatku jadi makin semangat memainkan penisnya. Tangannya kini mulai mengelus elus kepalaku dengan lembut.

Faza: "ahhh enak sayang... kamu nakal banget... aku suka sama sepongan kamu..." ucapnya menikmati permainan mulutku.

Jadi ini yang dinamakan dengan 'sepong', sebuah kata yang diucapkan Maya saat itu. Aku merasa senang dengan ucapannya itu. Ucapannya yang menyebutku 'nakal' membuatku makin bergairah memainkan penisnya. Tangannya kini tidak hanya mengacak acak rambutku, melainkan juga menekan nekan kepalaku yang membuat penisnya jadi makin dalam masuk ke mulutku. Karena aksinya itu beberapa air liurku jadi menetes dari sela2 bibirku.

Slrrppp.... sllrrppp....sllrppp... mpppphh...

Kemudian dia melepas pegangannya sehingga aku dapat mengambil napas dahulu.

Aku: "fuaahh.... enaak sayang?" Tanyaku sambil mengocok ngocok penisnya.

Faza: "enak sayang, kamu cepet belajarnya. Sekarang mainin tetstis aku." Pujinya sambil menekan kepalaku ke arah testisnya.

Kumulai dengan jilatan pada testisnya dilanjutkan dengan memasukkannya ke mulutku. Kuhisap hisap bola testisnya itu seperti aku menghisap penisnya dengan tanganku yang tetap menghisap penisnya. Apa yang aku lakukan kini lagi2 membuat Faza merasa keenakan. Aku merasa sangat senang membuatnya jadi begini. Puas dengan memainkan testisnya, aku kini kembali menghisap penisnya. Tanganku juga ikut memainkan testisnya. Lama kelamaan aku mulai mahir dan menyukai aksiku ini. Tidak terasa vaginaku dibawah mulai lembab karena aksi nakalku. Ditambah lagi desahan2 Faza dan ekspresinya yang seksi membuatku makin bergairah.

Cukup lama aku memainkan penisnya pagi ini. Penisnya sudah sangat licin dan basah karena aku tidak berhenti memainkan penisnya. Air liurku juga terasa mengalir dari sela2 bibirku. Akhirnya kurasakan penis Faza terasa sangat mengembang.

Faza: "ahhh sayangg aku mau keluar.... aku mau keluarin di muka kamu." ucapnya terengah engah sambil menarik kepalaku.

Aku: "ahh.. keluarin sayang... keluarin aja di muka aku." Ucapku manja padanya.

Kini tanganku yang mengambil alih memainkan penisnya. Kukocok kocok dengan cepat dan lidahku menjilati ujung penisnya.

Croott....croottt....croooottt.....

Akhirnya sperma Faza keluar memenuhi wajahku. Dari ujung dagu hingga dahiku terkena spermanya.

Faza: "aahh... enak banget sayangg... makasih yaaa.." ucapnya sambil mengelus elus rambutku.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman di wajahku. Aku tidak berani membuka mulut maupun mata karena tertutup spermanya. Tanganku kemudian menyeka spermanya yang ada di mata dan mulutku. Saat membuka mata, kulihat wajah Faza yang tersenyum bahagia setelah menuntaskan nafsunya. Sisa2 sperma di wajahku juga kubersihkan dengan tangan sampai cukup bersih.

Faza: "kamu keliatan nakal banget mukanya penuh sperma gitu." Ucapnya masih tidak berhenti mengelus rambutku.

Aku: "iyaa nakal tapi jadi lengket nih muka aku." Ucapku sambil pura2 cemberut.

Faza: "eh tapi sperma bagus tau buat masker wajah kamu. Nanti kamu jadi makin glowing." Jelasnya sambil mengelus pipiku.

Aku: "yaudah nih buat kamu aja maskernya." Ucapku menjejali tangan yang bekas mengelap spermanya ke arah mukanya.

Faza: "ehh jangann... orang khusus buat cewe doang hahaha..." tolaknya menahan tanganku.

Setelah menuntaskan nafsu Faza, aku menuju kamar mandi untuk membersihkan wajah dan tanganku dari sisa sperma Faza. Sesampainya disana aku berkaca sedikit dan memikirkan ucapan Faza tadi tentang 'masker sperma'. Tanpa pikir panjang kuratakan kembali spermanya pada seluruh wajahku. Aromanya yang sedikit amis ini tidak menghentikanku meratakan spermanya. Mulai dari dahi, pipi, hidung, dagu, sampai rahang kuratakan spermanya yang ternyata cukup untuk menutupi seluruh wajahku. Sesudah rata, aku tersenyum sendiri dengan aksiku saat ini. Aku merasa sangat nakal dengan meratakan seluruh spermanya di wajahku. Ucapannya yang menyebutku 'nakal' bagaikan sebuah pujian di telingaku. Cukup lama aku berdiam diri di toilet, akhirnya aku membersihkan wajahku dengan air dan langsung menuju dapur.

Disana kulihat Faza sedang membuat sarapan untuk kami santap berdua. Sarapan kali ini cukup sederhana, yaitu roti bakar. Meski begitu aku tidak menghiraukan jenis makanannya, selama aku bersama Faza pasti aku akan senang. Selepas sarapan kami berdua kembali menuju kamar untuk mandi bersama. Saat ini kami sudah berada di toilet sedang menikmati siraman air hangat dari shower. Sama seperti semalam, kami menyabuni tubuh kami satu persatu hingga bersih. Setelah aktivitas bersih2 badan selesai, Faza kembali menciumku di bawah pancuran shower.

Cuuppp... cuupppp... cuuppp....

Kulingkarkan tanganku di lehernya sedangkan tangannya dilingkarkan ke pinggangku sehingga tubuh kami saling menempel. Kurasakan penisnya yang menempel di perutku saat ini sudah menegang kembali. Dengan sendirinya tanganku menuju penisnya tersebut dan mulai memainkannya. Faza juga tidak tinggal diam, tangannya kini mulai merabai vaginaku dan bermain main disana. Tangan kami saling merangsang satu sama lain. Alhasil mulut kami saling berbalas desahan di tengah ciuman kami.

Faza: "enak banget sayang... padahal baru belajar tadi kamu kocokin kontol aku, tapi kamu udah jago banget maininnya." Ucap Faza di sela2 ciuman kami.

Aku sedikit terkejut dengan ucapannya itu. Baru kali ini aku mendengar Faza berucap kasar seperti itu.

Aku: "ahhhh sayangg... aku juga keenakan vagina aku dimainin kamu." Balasku memuji kinjera Faza.

Faza: "bukan vagina sayang, tapi memek... coba kamu ulangin lagi ngomongnya" ucapnya lagi tepat di telingaku.

Aku sempat ragu untuk memenuhi keinginannya. Terus terang saja, sebelumnya aku tidak terbiasa bahkan tidak pernah mengucapkan hal2 kotor seperti itu. Namun ucapannya itu seperti menghipnotis pikiranku. Aku pun akhirnya menuruti keinginannya.

Aku: "iyaa sayaangg... memek akuu... enak banget memek aku dimainin kamu..." ucapku dengan suara yang mendesah desah.

Faza: "bagus... lama2 kamu jadi nakal ya sayang..." ucapnya lagi sambil mencium bibirku dengan ganas.

Entah kenapa aku jadi semakin bernafsu ketika mengucapkan kata kasar tersebut. Ditambah lagi dia berkata aku jadi semakin nakal karena bertutur kata kasar seperti tadi. Akibatnya kocokanku pada penisnya pun jadi makin kencang dan vaginaku jadi terasa semakin nikmat dimainkan olehnya.

Faza: "kamu suka ya kocokin kontol aku?" Tanyanya sambil mempercepat gesekan tangannya di vaginaku.

Aku: "aahhh iyaa aku suka...." jawabku keenakan.

Faza: "suka apa sayang?? Jawab yang jelas dong." Tanyanya lagi

Aku: "aaahhh sayangg.... iyaahh aku suka kocokin kontol kamuu....." jawabku tak lagi menahan rasa malu.

Faza: "uhhh sayang kamu nakal banget siihh... aku jadi makin horny deh..." ucapnya lagi memancing birahiku.

Aku: "iyaa akuu nakal.... aku cewe nakall..." ucapku membalas ucapannya.

Kini Faza mulai berjongkok tepat di depan vaginaku. Seperti yang sudah kuduga, ia mulai menjilati vaginaku dengan penuh nafsu. Jilatannya membuatku jadi mendesah desah keenakan. Kaki kananku ditempatkan dipundaknya memudahkan aksinya dalam merangsang vaginaku. Tanganku terus menerus menekan kepalanya dan meremas2 rambutnya.

Sllrpppp.... slrrppp... cuupp.... cuupp...


Aku: "ahhh enak banget sayangg... terus jilatin memek akuu... jangan berhentiii...." ucapku keenakan.

Tak lama kemudian aku merasa akan keluar lagi. Tidak seperti kemaren, aku terus menekan nekan kepalanya agar ia tetap menjilat.

Aku: "aahh sayaangg aku mau keluar.... ahhhh terushhh sayangghh... AAHHHHHH....."

Srrrrrr..... Srrrrr...... Srrrrrrrr.....

Akhirnya aku mengalami orgasmeku pagi ini. Tanganku masih terus menekan nekan kepalanya yang masih saja menjilati vaginaku. Kunikmati saat2 nikmat ini dengan kepala terdongak dan mata yang terpejam. Napasku sangat tidak beraturan dan selalu mengeluarkan desahan setiap menghembuskan napas. Akhirnya Faza berdiri melepas mulutnya dari vaginaku. Dia langsung mencium bibirku begitu ia berdiri. Kubalas ciumannya itu dengan penuh nafsu. Karena kedinginan akhirnya dimatikan shower sehingga yang terdengar sekarang hanya suara cumbuan kami.

Faza: "enak sayang?" Tanyanya sambil memainkan payudaraku.

Aku: "lemes banget tapi enak... makasih ya sayang..." balasku sambil mencium bibirnya.

Dengan sisa tenaga yang ada aku mulai merangsang penisnya yang masih berdiri tegak itu. Kemudian aku berjongkok tepat di depan kemaluannya. Dengan segera mulai kumasukkan penisnya ke dalam mulutku.

Faza: "aahh sayangg.... kamu pinter banget muasin aku..." ucapnya sambil mengelus elus kepalaku.

Faza: "kamu suka yaa sepongin kontol aku?" Tanyanya padaku yang masih menghisap penisnya.

Aku: "iyaa suka... aku suka sepongin kontol kamu." Balasku yang membuatnya tersenyum.

Faza: "kalo gitu sekarang kamu puasin kontol aku sampe pejunya keluar." Katanya sambil mengarahkan penisnya ke mulutku kembali.

Saat ini aku mula menghisap penisnya lagi. Kepalaku bergerak maju mundur merangsang penisnya. Di dalam mulut, lidahku juga ikut menari nari disana. Testisnya terkadang aku jilat dan hisapi yang membuat ia menahan geli. Aku suka ketika memainkan kepala penisnya dengan lidahku, ekspresinya benar2 memperlihatkan dirinya sangat puas dengan permainanku. Dia pun tak henti2nya memuji aksiku. Kata2nya yang menyebutku sebagai perempuan nakal membuatku semakin semangat memuaskan penisnya. Juga aku merasa senang ketika dia menyebutku sebagai perempuan nakal, seharusnya aku marah disebutnya seperti itu. Namun ketika dia mengucapkan kata tersebyt bagaikan sebuah pujian untukku.

Cukup lama aku mengoral penisnya. Segala macam teknik sudah aku keluarkan sejauh ini. Namun tetap saja spermanya belum kunjung keluar. Akhirnya kurasakan penisnya mulai berkedut kedut menandakan ia akan segera keluar.

Faza: "ahhh sayaangg aku mau keluar...." ucapnya merem melek.

Aku: "mau keluarin di muka aku lagi?" Tawarku sambil melepas dan mulai mengocok penisnya.

Faza: "iyaa di muka kamu..." ucapnya sambil meremas kepalaku.

Aku pun mendongakkan wajahku menunggu spermanya keluar. Ia menyuruh untuk membuka mulut dan menjulurkan lidahku keluar. Kini tangannya yang mengambil alih dalam mengocok penisnya.

Aku: "ayoo sayangg keluariinn... keluarin peju kamu di muka aku...." ucapku memancing nafsunya.

Faza: "aahhh sayanghh... aku keluarr..."

Crooott.... croottt... croooottt....

Akhirnya sperma Faza kembali membasahi wajahku. Kali ini ada beberapa spermanya yang masuk ke dalam mulutku. Sperma yang dikeluarkan sama banyaknya ketika sebelum sarapan tadi.

Faza: "bersihin kontol aku pake mulut kamu sayang." Perintahnya sambil mengarahkan penisnya ke mulutku.

Aku pun menuruti perintahnya. Kujilati setiap jengkal penisnya. Sambil nembersihkan penisnya, tangan Faza mulai meratakan spermanya yang ada di wajahku. Sisa2 sperma dari ujung penisnya juga kuhisap hisap dan kukumpulkan di dalam mulutku bersama dengan spermanya yang tadi masuk duluan. Kubersihkan sampai penisnya itu mengecil.

Faza: "tadi peju aku ada yang masuk ke mulut kamu ya" tanyanya yang kubalas dengan anggukan

Faza: "coba buka mulut kamu, kasih liat ke aku." Pintanya lagi yang kemudian kutunjukkan spermanya yang terkumpul di mulutku.

Faza: "sekarang kamu telen." Perintahnya lagi padaku, kutelan semua spermanya itu hingga tidak tersisa.

Faza: "pacar aku nakal banget sih." Ucapnya sambil membantuku berdiri.

Aku: "kan kamu yang ngajarin aku nakal." Balasku sambil tersenyum.

Setelah menuntaskan hasrat kami segera mengeringkan badan masing2 dengan handuk. Ketika keluar toilet aku tersadar kalau aku tidak ada baju ganti. Baju yang semalam aku kenakan pasti sudah kotor dan lecek karena permainan semalam. Akhirnya Faza pun menuju kamar orangtuanya mengambil pakaian untukku. Sesampainya kembali ke kamar, diberikannya sebuah kemeja lengkap dengan hijab untukku. Dia juga membawakan kemeja dan bra ku yang dilemparnya kemaren. Karena tidak ada daleman lagi, mau tidak mau aku harus memakai bra dan celana dalam yang semalam.

Setelah berpakaian aku sedikit berdandan di cermin. Ketika berkaca aku baru menyadari bahwa kemeja yang kupakai ukurannya lumayan sempit sehingga badanku jadi tercetak dengan jelas. Terlebih lagi kini payudaraku yang besar jadi makin terlihat jelas.

170592598-768896190497752-6594538951288149103-n.jpg

Aku: "yang, ada baju lain gak? Kemejanya yang ini kekecilan." Tanyaku sambil berkaca

Faza: "gak ada lagi itu doang yang gede. Lagian juga kan mama badannya lebih kecil dari kamu." Jelasnya padaku.

Aku: "tapi yang ini kekecilan sayang." Jawabku lagi sambil membetulkan hijabku.

Faza: "pas kok di badan kamu itu." Balasnya sambil melihat dan menilai pakaianku

Aku: "ihh liat aja itu payudara aku. Sampe nyeplak gitu kayak apaan tau." Jelasku lagi padanya."

Faza: "menurut aku malah bagus kamu pake baju itu. Kamu pake baju apa aja tetep keliatan cantik kok." Ucapnya menggombaliku

Aku: "apasiih pagi2 udah gombal aja deh." Balasku dengan tersipu malu.

Faza: "apalagi pake yang sekarang, gak cuman cantik tapi juga seksi." Jelasnya lagi dan kini dia mulai memelukku dari belakang.

Aku: "ihh pacarku mesum. Masa aku pake hijab gini dibilang seksi." Balasku sambil memegangi tangannya yang melingkar diperutku.

Faza: "abis toket kamu yang gede ini jadi keliatan banget. Aku suka kamu pake baju begini." Ucapnya lagi sambil meremas kedua payudaraku.

Aku: "ahh sayang jangan sekarang, nanti baju aku lecek lagi." Balasku menolak remasannya.

Tapi Faza tidak mendengarkan laranganku. Ia tetap meremas payudaraku dari luar kemeja. Karena keenakan akhirnya aku hanya bisa pasrah menerima perlakuannya. Kemudian ia memutar badanku hingga kami berhadapan dan kami mulai berciuman. Baru sebentar ciuman, Faza langsung melepasnya.

Faza: "kamu gak usah malu sayang, harusnya kamu bangga punya body bagus kayak begini. Apalagi gak semua cewe punya toket besar kayak kamu." Jelasnya lagi sambil meremas lembut payudaraku.

Aku: "ahhh iyaa sayang. Aku gak malu kok hehe..." balasku sambil mengecup bibirnya.

Kecupan tadi menutup perbincangan kami di kamar. Setelahnya kami menuju kampus bersama. Sesampainya di kampus suasana kelas sudah mulai ramai. Aku dan Faza memang tidak pernah duduk bersebelahan, dia pasti duduk bersama teman2nya sedangkan aku biasanya duduk bareng Maya. Kami juga melakukan itu karena hubungan kami masih menjadi rahasia, ditambah lagi kami juga tidak ingin terkesan 'bucin' karena selalu bersama. Tak lama kemudian Maya pun akhirnya datang dan duduk di sebelahku.

Maya: "Sal, lu kemaren kemana kok gak pulang?" Tanyanya yang membuatku terdiam

Sial. Aku lupa untuk menyiapkan jawaban ketika ditanya seperti itu. Aku sangat bingung harus menjawab apa.

Aku: "ehh ituu.... gue.... semalem itu..." jawabku terbata bata. Belum selesai aku menjawab tiba2 Maya kembali bertanya.

Maya: "lu nginep di tempatnya Faza ya?"

DEG

shit... apa yang harus aku jawab? Aku benar2 bingung harus menjawab apa.

Maya: "udahlah jujur aja sama gue. Lu semalem ditempatnya Faza kan?" Tanyanya lagi dengan sebuah senyuman seperti meledekku.

Aku: "hmm.. iya." Jawabku pelan dengan malu.

Maya: "HAHAHAA... UDAH GUE DUGAA..." teriaknya dengan tertawa sehingga seluruh kelas menengok ke arah kami.

Aku: "sstttt..... Maya! Jangan kenceng2 nanti yang lain denger." Ucapku dengan berbisik.

Maya: "udah ngapain aja lu semalem?" Tanyanya lagi begitu kepo dengan aktivitasku semalam.

Beruntungnya aku karena dosen segera masuk sehingga pertanyaan tadi tidak aku jawab. Sepanjang perkuliahan Maya tidak henti2nya menanyakan perihal semalam. Aku menjadi tidak konsentrasi dengan perkuliahan hari ini karena Maya.

Maya: "lu ngapain aja semalem?"

Aku: "sstt..."

Maya: "gak mungkin dong cuma diem2an doang."

Aku: "ssttt..."

Maya: "gue penasaran nih lu udah ngapain aja."

Aku: "ssttttt...."

Maya: "jangan2 lu udah ngentot ya sama dia?"

Aku: "May!" Balasku mempelototinya

Pak Jamal: "kalian berdua saya perhatiin asik ngobrol terus. Lagi ngobrolin apa?" Tanyanya menunjukku dan Maya.

Maya: "maaf Pak, saya gak begitu jelas dengerin suara Bapak dari belakang. Makanya saya nanya ke Salwa." Ucap Maya berbohong.

Pak Jamal: "yaudah kalo gitu. Besok kalo gak jelas kamu bisa duduk di depan, jangan di belakang lagi." Jelasnya lagi.

Maya: "ceritaa doongg..." lagi2 Maya masih bertanya padaku.

Aku: "yaudah nanti pas kelar kelas." Jawabku singkat.

Akhirnya Maya tidak lagi bertanya padaku dan aku bisa fokus kuliah. Selepas kuliah, aku dan Maya berjalan menuju kantin untuk makan siang. Setelah memesan makanan, Maya menagih janjiku untuk menceritakan kejadian semalam. Akhirnya kuceritakan dengan lengkap, termasuk ketika aku dan Faza saling memuaskan nafsu satu sama lain.

Maya: "hahahaha.... ya ampun Salwa..." tawanya setelah mendengar ceritaku.

Aku: "kok lu ketawa sih?" Tanyaku sambil menyantap makananku.

Maya: "gue gak nyangka lu bisa ngelakuin hal begitu. Bagus2, tandanya lu udah gede sekarang." Balasnya begitu bangga dengan prestasi mesumku.

Maya: "gimana rasanya, enakkan?"

Aku: "enak kok sotonya."

Maya: "bukan sotonya sayang, tapi semalem enak gak?" Tanya lagi sedikit kesal

Aku: "kirain sotonya. Menurut lu aja enak atau gak." Jawabku sekenanya.

Maya: "gue kira lu orangnya suci, ternyata pas tau begituan langsung ketagihan hahaha..." ucapnya lagi sambil tertawa.

Maya: "eh btw, baju lu beda hari ini. Dia yang pilihin ya?" Tanyanya lagi.

Aku: "iya, emang kenapa?" Ucapku balik bertanya.

Maya: "cocok di badan lu, pas gitu. Jadi keliatan menonjol hahaha... tapi gue suka kok sama penampilan lu sekarang." Pujinya padaku.

Ternyata benar apa yang dikatakan Faza padaku. Baju yang kukenakan tidaklah kekecilan, hanya saja aku yang terlalu malu menunjukkan 'kelebihan'ku. Apalagi Maya yang memujiku. Sebagai seorang model pastinya dia paham dengan baju2 yang cocok untuk dikenakan. Setelah Maya mengatakan hal tersebut aku jadi makin pede dengan penampilanku.

Aku: "May, lu jangan cerita2 ke Fitri ya. Gue takut nanti dia marah trus malah berantem deh." Mohonku pada Maya.

Maya: "tenang aja Sal, gue jaga kok rahasia lu." Ucapnya yang membuat hatiku tenang.

Maya: "tapi kalo misalnya dia emang temen lu harusnya dia bisa dong nerima kekurangan lu."

Aku: "gak gitu May. Dia tuh paling benci sama yang namanya mesum atau zina gitu. Pokoknya lu jangan cerita soal ini ke dia." Terangku lagi yang membuatnya mengangguk.

Maya: "kalo misalnya Fitri yang begitu, gimana? Apakah akan lu jauhin atau tetep lu temenin?" Tanyanya yang membuatku bingung.

Aku: "hmmm kalo itu... kayakya gue maapin deh. Tapikan tetep aja May, gue takut dia bakal musuhin gue." Jawabku yang masih tidak ingin rahasiaku terbongkar.

Maya: "yaudah, gue cuma mau tau pendapat lu doang kok. Tenang aja gue gak akan cerita ke siapa2 kok."

Setelah bercerita dan makan siang, kami kembali ke kelas untuk melanjutkan perkuliahan hari ini. Setelah bercerita aku merasa lega. Aku beruntung dapat berteman dengan Maya yang berpikiran terbuka. Apabila aku tidak berteman dengannya, mungkin aku akan terbebani sendiri dengan rahasiaku. Maya juga orangnya loyal dan menepati janjinya. Aku percaya rahasiaku aman bersamanya.

Bersambung...
Binal perlahann... crottkan suhu
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd