Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Dunia baru di kota perantauan (No SARA)

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Siaang suhu2 semuaa...

Maaf yaa huu harus nunggu lama buat updatenyaa hehe... tapi tenang aja karna mudah2an nanti malem part berikutnya bisa ane update. Jadi tungguin aja yaa.

Ohh iya ane lupa ngucapin selamat idul adha buat suhu2 yang merayakan.

Udah itu aja ucapannya:Peace:

Sampai jumpa nanti malem hu....
siapp semangat hu
 
semangat ane huuu menunggu part selanjutnya
menyiapkan amunisi amunisi
 
Selamat malam suhu2 semuaa....

Sorry banget nih udah hampir 2 minggu ane gak upload cerita. Sesuai janji akan ada update part selanjutnya malam ini. Harapan ane semoga kalian tetep setia dan sabar untuk menunggu part2 yang berikutnya.

Jangan lupa buat selalu ramein ini cerita biar gak tenggelem hehe...

Akhir kata,
Selamat membaca dan selamat menikmati perpanjangan PPKM.




Part 5

191046056-309837560666476-8947937200031313103-n.jpg

SALWA

118539146-188418409359938-6845284734569044173-n.jpg

FITRI

123255847-269464544508239-7097434658377689783-n.jpg

MAYA

Sejak kepergian orangtua Faza ke luar kota, tiap pulang kuliah pasti aku selalu diajak Faza untuk ke rumahnya. Bedanya aku tidak menginap dan selalu diantar pulang ke rumah saat malam hari. Aktivitasku selama ini sama sekali tidak dicurigai oleh Fitri. Aku selalu beralasan sedang mengerjakan proyek untuk lomba nanti. Aku juga bilang kemaren senin aku menginap di tempat temanku dikarenakan memang proyeknya cukup berat. Maya yang sudah bersekongkol denganku mengikuti rencana ini dengan baik. Berkat bantuan Maya juga, Fitri menjadi percaya dengan alasanku. Meski begitu Maya juga sering mengingatkanku agar tidak terus2an berbohong pada Fitri. Dia meminta suatu saat aku harus berkata yang sebenarnya pada Fitri. Ia percaya jika seorang sahabat akan menerima kita apa adanya. Aku juga setuju dengannya, tapi untuk sekarang aku masih ragu untuk bercerita pada Fitri. Aku masih menunggu waktu yang tepat, entah kapan waktu itu akan tiba.

Siang ini aku berada di kontrakan bersama kedua sahabatku sedang makan siang. Karena hari ini hari Sabtu, nanti malam aku akan keluar bersama Faza untuk menonton bioskop. Rencananya malam ini juga aku akan menginap lagi di rumahnya.

"Sal, nanti sore gue sama Fitri mau jogging di gor, ada Bryan juga nanti. Lu mau ikut gak?" Ajak Maya sambil memakan makanannya

"Yaah gue udah ada janji sama Faza mau keluar nanti malem. Sekalian ngerjain proyek gue itu. Lain kali aja deh gue ikut." Balasku menolak ajakannya

"Mentang2 udah ada pacar sibuk mulu tiap malem mingguan." Tiba2 Fitri ikut menanggapi dengan bercanda

"Hehehe abisnya enak pacaran. Btw kok tumben kalian jogging?" Tanyaku kembali karena tidak biasanya Fitri mau diajak olahraga

"Udah dari lama sih mau jogging, cuma baru sempet sore ini Sal. Udah yuk ikut aja, ajak Faza sekalian." Jawab Fitri yang kali ini juga mengajakku

"Besok2 yaa gue ikut hehe..."

Tak lama kemudian kami telah menyelesaikan makan siang kami dan sempat mengobrol sebentar setelah makan. Karena mengantuk akhirnya aku putuskan untuk tidur siang di kamar sambil menunggu Faza menjemputku nanti malam.

Sore harinya aku terbangun karena ada yang menelponku, rupanya itu adalah Faza.

"Halo sayang kamu dimana? Aku udah otw nih bentar lagi sampe." Ucap Faza dari balik telpon

"Hah?? Sekarang masih jam 5 yang, filmnya kan mulai malem." Jawabku sambil melihat jam dinding

"Ya gapapa, aku udah gak sabar liat kecantikan kamu." Jawabnya menggombaliku

"Gombal mulu deh. Yakin mau liat kecantikan aku doang?" Tanyaku lagi memancingnya

"Sama keseksian kamu juga doong." Jawabnya tanpa ragu2 menyebut keinginannya

"Ihhh mesum. Punya pacar mesum melulu deh." Balasku dengan sedikit genit

"Biarin aja kan kamu juga suka. Oh iya nanti jangan lupa ya pake baju yang aku beliin kemaren." Ucapnya mengingatkan aku agar memakai baju pemberiannya

"Siap booss... yaudah aku mandi dulu yaa. Nanti kalo udah sampe tunggu di dalem aja." Ucapku sambil beranjak dari tempat tidur

"Gak mau mandi bareng?" Tanyanya memancingku

"Nanti yaa sayang mandi barengnya, udah dulu yaa dadaahh..." balasku sambil menutup telponnya

Setelah menutup telpon aku kemudian membuka lemariku mengambil baju pemberiannya yang masih terbungkus seperti hadiah. Dia melarangku untuk membukanya sampai ia menyuruhku untuk memakainya, katanya ini pakaian spesial untuk jalan nanti hihihi. Tidak ingin berlama lama, aku segera mengambil handuk untuk mandi. Saat keluar kamar kulihat Maya yang sedang berolahraga di ruang tengah. Aku sempat heran dengannya karena dia bilang akan jogging sore ini tapi malah olahraga di rumah. Karena olahraga di dalam rumah dia hanya mengenakan pakaian yang sangat terbuka.

images-8.jpg

"Gak jadi jogging May?" Tanyaku sambil melihatnya melakukan squat

"Bryan lagi ada job jadi gak bisa. Yaudah gue olahraga disini aja." Jawabnya terengah engah

"Trus Fitri mana? Gak ikut olahraga sama lu?" Tanyaku lagi padanya

"Tuh di kamar, katanya lagi nugas." Jawabnya sambil menunjuk ke arah kamar Fitri.

"Yaudah gue mau mandi dulu ya. Nanti Faza dateng kesini suruh masuk aja. Tapi lu pake baju dulu jangan telanjang kek gini." Ucapku sambil berjalan ke kamar mandi

"Tenang aja beb, nanti gue yang bukain pintunya." Jawabnya sambil tetap fokus berolahraga

Setelah memberitahu Maya, aku pun langsung ke kamar mandi. Singkat cerita aku telah selesai mandi dan kudengar dari arah ruang tamu ternyata Faza sudah tiba dan sedang mengobrol dengan Maya. Aku segera menuju kamar dan berpakaian karena tidak enak jika Faza harus menunggu terlalu lama. Di kamar aku langsung membuka hadiah dari Faza dengan perasaan senang. Kulihat dengan seksama baju yang ia berikan. Cukup simpel memang, hanya sebuah baju lengan panjang berwarna hitam polos. Meski terlihat sederhana aku sangat senang dengan pemberiannya itu. Dengan segera aku memakai baju itu, tak lupa aku juga berdandan sedikit di depan kaca. Saat berkaca aku sedikit memperhatikan baju pemberian Faza yang kukenakan sekarang. Baju ini begitu ketat sehingga membentuk lekuk tubuh bagian atasku.

20210726-220350.jpg

Awalnya aku sedikit ragu mengenakannya, namun ini merupakan keinginan Faza. Aku kembali teringat kata2 Faza bahwa aku tak perlu malu mengenakan pakaian seperti ini. Cukup lama aku berpikir, akhirnya kuputuskan tetap mengenakan baju ini. Lagi pula ini merupakan pemberiannya jadi harus aku pakai. Selesai berdandan aku segera keluar kamar dan menuju ruang tamu. Saat tiba di ruang tamu kulihat Faza sedang berbincang dengan Maya. Aku menyapa Faza dengan senyuman yang manis. Saat aku menolehkan pandanganku ke Maya, alangkah terkejutnya aku dengan pakaiannya. Ia masih mengenakan sport bra dan celana pendek disaat menjamu Faza!

"Eh tuan putri udah tiba." Ucap Maya sambil tersenyum ke arahku

"Maaf ya sayang nunggu lama hehe..." Ucapku sambil tetap tersenyuk ke arahnya

"Gapapa kok, udah siap? Yuk langsung berangkat." Ajaknya sambil berdiri dari duduknya

"Eh kamu duluan aja ke mobil, aku mau ngobrol bentar sama Maya." Ucapku lagi padanya

Faza pun menuruti keinginanku, setelahnya dia berpamitan dengan Maya dan segera menuju mobil. Sekilas kulihat penisnya terlihat menonjol dibalik celananya, mungkin daritadi dia sudah ereksi melihat tubuh Maya. Ia juga sempat membetulkan celananya sebelum ia pergi. Setelah ia pergi, aku langsung menarik Maya masuk ke ruang tengah.

"May kan gue bilang buat pake baju dulu sebelum bukain pintu." Ucapku sedikit berbisik

"Yaampun sorry banget May gue lupa. Tadi pas ada yang ngetok pintu langsung gue bukain, gue juga lupa kalo Faza yang bakalan dateng. Sorry banget ya, gue gak maksud apa2 kok." Ucapnya memohon maaf padaku.

"Hufftt... yaudah gapapa kok. Anggep aja rejeki dia bisa ngeliatin toket lu." Balasku pura2 ngambek

"Jadi lu ikhlas nih toket gue diliatin Faza? Hihihihi...." ucapnya lagi sambil membusungkan dadanya yang tak kalah besarnya dengan punyaku

"Gak! Awas aja nanti malem gue hajar Faza abis2an." Ucapku lagi mengancam Faza

"Nanti malem? Berarti nanti lu nginep disana?" Tanya Maya dengan senyuman yang agak mesuk

"Iya dong, nih gue udah bawa baju ganti." Balasku sambil menunjukkan isi tote bag ku

"Hmm ketagihan kan lu sama kontolnya hahaha..." ucap Maya dengan sedikit kencang

"Ssttt... nanti Fitri denger. Udah ah gue berangkat dulu yaa."

"okee hati2 ya beb."

Setelah berpamitan aku bergegas menyusul Faza di mobil. Tak menunggu lama Faza langsung menjalankan mobilnya menuju mall yang akan dituju. Sepanjang perjalanan dia selalu mengajakku ngobrol. Tapi aku mulai menyadari ada yang aneh dengannya. Sedari awal aku duduk hingga sekarang dia terus menatap ke arah dadaku. Aku agak malu dengan lirikan matanya itu.

"Kamu daritadi ngelirik aku mulu, ngeliatin apa sih?" Tanyaku dengan tersenyum

"Gak liatin apa2 kok, cuma kamu keliatan lebih cantik hari ini." Balasnya sambil sesekali menatapku, lebih tepatnya ke dadaku.

"Jadi kemaren2 aku gak cantik dong?" Jawabku pura2 ngambek sambil menggoyangkan badanku dengan manja.

"kamu setiap hari cantik tau, bedanya hari ini gak cuma cantik tapi..."

"Tapi apa?"

"Kamu lebih.... lebih keliatan seksi hehehe..." jawabnya to the point.

"Hah? seksi maksudnya gimana? Aku gak paham deh." Jawabku sambil sedikit menahan malu.

"Ituu... tetek kamu keliatan nonjol banget. Aku suka banget sama baju kamu yang sekarang." Ucapnya sambil tangan kirinya hinggap di payudaraku.

Aku sedikit kaget dengan serangannya yang tiba2 itu. Karena sudah terlanjur aku hanya bisa mengerang menerima serangannya itu.

"Aahh sayangg.... kamu mesum banget sih tiba2 remes tetek aku." Ucapku sambil menikmati remasan tangannya.

"Kamu suka kan aku mesumin gini?" Tanya nya lagi yang masih tetap meremas payudaraku.

"Gak kok siapa bilang aahh..." jawabku pura2 menahan nikmat

"Ah masa sih... jujur aja lagi yang" ucapnya lagi yang kini remasannya makin kencang

"Ahhh iyaa.... aku sukaa..." jawabku yang sudah tidak bisa menahan nikmat remasannya.

"Suka apa sayang? Ngomong yang jelas dong." Tanyanya lagi masih tetap meremas payudaraku.

"Aku suka dimesumin... ahhh Faza..." balasku lagi sambil memegang tangannya.

"Angkat baju kamu sayang." Ucapnya sambil mencoba mengangkat bajuku.

Kuputar badanku ke kanan sehingga aku menghadap kearahnya. Sambil senderan ke kursi aku angkat bajuku hingga kedua payudaraku terlihat olehnya.

"Begini?" Tanya ku sambil tersenyum nakal menanti tangannya bermain di payudaraku.

"Iyaa pinter..." balasnya sambil meremas dadaku.

Kusenderkan kepalaku menikmati remasannya. Tampak raut kepuasan dari wajah Faza. Dia begitu senang dapat memainkan payudaraku saat ini. Tidak hanya dia, aku juga ikut merasa senang dan nikmat diperlakukan seperti ini. Saat ini ia mulai membuka kaitan bra ku yang ada di depan sehingga payudaraku sudah terbebas dari halangan apapun. Sekarang Faza sudah dapat memainkan putingku dengan gerakan memilin dan mencubit cubit pelan.

"Aahhh sayangg... enak banget...." ucapku tak mampu menahan desahan kenikmatan.

Penisnya yang sudah mengeras sejak dia tiba di rumahku kini terlihat sangat menonjol. Aku pun tersenyum nakal melihat itu. Tidak adil rasanya jika hanya aku yang merasa keenakan. Tangan kiriku dengan nakal mulai membelai dan meremas penisnya. Faza pun mengerang keenakan dengan aksiku.

"Kesian titit kamu udah ngaceng gara2 ngeliat Maya hihihi..." ucapku sambil tetap meremas penisnya.

"Kok kamu tau?" Tanyanya menahan nikmat di penisnya.

"Keliatan tadi pas kamu berdiri mau ke mobil. Enak yaa udah dikasih pemandangan sama Maya eh sekarang dapet enak lagi dari aku." Balasku sambil tersenyum nakal.

Ketika akan membuka resletingnya ternyata kami sudah tiba di mall tujuan. Aku merasa kecewa karena belum sempat mengocok penisnya. Sebelum dia mengambil karcis mobil aku langsung membetulkan pakaianku seperti semula. Setelah mendapat parkir kami langsung turun dan masuk ke dalam mall. Begitu masuk ke dalam mall muncul perasaan tidak pede pada diriku. Untuk pertama kalinya aku mengenakan pakaian yang menonjolkan payudaraku di tempat yang ramai seperti ini. Sebelum menuju bioskop Faza mengajakku berkeliling mall dahulu. Setiap kali ada orang yang melihat ke arahku aku merasa minder dengan tatapan mereka. Faza akhirnya melihat kegelisahanku.

"Kamu kenapa yang?" Tanyanya sambil menggandeng tanganku

"Daritadi diliatin orang2 mulu yang. Kayaknya gara2 baju aku deh." Jawabku sambil merapatkan tubuhku ke lengannya.

"Gak usah malu sayang. Kamu harusnya bangga sama diri kamu. Orang2 itu kagum sama kelebihan yang kamu punya." Jelas Faza menenangkanku.

"Emang kelebihan aku apa?" Tanyaku menatap wajahnya dari samping.

"Kamu itu cantik ditambah body kamu itu bagus. Makanya semua orang pada ngeliatin kamu." jelasnya lagi sambil merangkul pinggangku.

"Setiap tatapan mereka itu sebenarnya memuji kecantikan tubuh kamu sayang. Mereka kagum dengan apa yang kamu punya." Ucapnya lagi diakhiri dengan kecupan di kepalaku.

Aku hanya dapat tersipu malu mendengar pujiannya. Dengan pujiannya itu aku jadi percaya diri dengan badanku. Rasa gelisah yang tadi sempat muncul perlahan memudar. Kini setiap tatapan pengunjung mall tidak lagi menggangguku. Bahkan aku menganggap mereka begitu takjub dan kagum melihat diriku seperti yang diucapkan Faza tadi. Semua yang berpapasan dengan kami matanya selalu mengarah padaku tidak peduli itu laki2 atau perempuan. Lama kelamaan perasaan gusar tadi kini tergantikan dengan perasaan bangga. Ya, aku sudah tidak malu lagi dengan tatapan maupun bisikan mereka yang membicarakan diriku.

Singkat cerita kami berdua sudah berada di bioskop. Posisi duduk kami yang berada di pojok atas jauh dari orang2. Aku dengan manja menyenderkan kepalaku pada pundaknya, sedangkan tangan Faza melingkari pinggangku. Kami saling menyuapi popcorn secara bergantian. Saat dia menyuapiku jari telunjuknya masuk ke dalam mulutku. Dia menyuruhku untuk mengemutnya seperti saat aku mengoral penisnya. Kuturuti permintaan nakalnya itu. Kupejamkan mataku sambil membayangkan sedang menghisap penisnya. Sekarang jari tengahnya ikut masuk sehingga aku sedang menghisap dua jari saat ini. Kupegang tangannya dan memaju mundurkan kepalaku dengan ritme yang tetap. Aku begitu menikmati memainkan jarinya dalam mulutku. Desahan2 Faza ditelingaku pun mulai terdengar membuatku makin larut menghisapi jarinya. Aktivitasku ini lama kelamaan membuat vaginaku terasa lembab.

"Kamu nafsu banget ngemutin jari aku." Ucapnya yang tidak kugubris, aku masih tetap mengemuti jarinya.

"Kamu nakal banget sayang. Bayangin kalo sekarang kamu lagi emut kontol aku." Ucapnya seolah olah menghipnotisku. Padahal sedari awal aku sudah membayangkan sedang mengemut penisnya.

Mmpphhh.... Mpphh.... Sllrrppp....

"Baguuss... kamu makin hari makin nakal... aku suka kamu begini terus..." Ucapnya membuat aku senang dan makin semangat mengemut jarinya. Aku tetap mengabaikannya dan masih fokus mengemut jarinya.

Saat sedang tenggelam dalam fantasiku, dia tiba2 menarik jarinya dari mulutku. Tangan kirinya yang merangkulku kini masuk ke dalam baju. Tangannya perlahan menuju payudaraku yang besar. Kini tangannya mulai meremas lembut payudaraku yanv masih terhalang bra. Tangan kanannya yang sudah masuk ke dalam bajuku juga mulai aktif memainkan payudaraku yang lain. Remasan di kedua payudaraku membuatku merasa keenakan. Untuk memudahkannya aku yang tadinya senderan pada kursi mengubah posisiku jadi membelakanginya. Posisiku kini sedikit miring dari layar bioskop. Aku hanya dapat merem melek menikmati permainannya. Bra ku diturunkan sehingga kini tangannya juga mulai memainkan putingku yang sensitif. Tanganku kugunakan untuk menutup mulutku menahan desahanku agar tidak kedengeran orang lain. Kupejamkan lagu mataku menikmati permainannya di payudaraku.

"Aahh sayangg... Kamu pinter banget remes toket aku...." ucapku dengan penuh nikmat.

"Kamu suka aku remes toketnya?" Tanyanya yang hanya kubalas dengan anggukan dan sebuah desahan.

"Kamu tau gak sih, pas kita jalan2 keliling mall banyak cowo2 yang ngeliatin kamu. Aku yakin mereka pasti ngaceng ngeliat toket kamu ini yang." Ucapnya membisikiku. Aku tidak mampu menjawab karena permainan tangannya itu.

"Sampe rumah mereka pasti coli ngebayangin kamu." Ucapnya lagi yang membuatku tiba2 memikirkan hal tersebut.

"Ahhh sayangg... jangan gitu..." ucapku sedikit mendesah.

"Abis kamu pake baju ketat gini, keliatan banget kamu itu cewe nakal." Ujarnya tepat ditelingaku. Deru nafasnya begitu terdengar membuatku makin bernafsu.

"Kan kamu yang minta aku pake baju ini yang." Jawabku memegang kepalanya yang berada di samping telingaku.

"Iya aku pengen kamu jadi cewe nakal. Kamu mau kan jadi nakal?" Tanyanya sambil meremas kedua payudaraku bersamaan.

"Aahhh.... gimana caranya jadi nakal?" Tanyaku begitu penasaran. Kemudian tangan kirinya bergerak dari payudara menuju vagina. Dengan sendirinya aku naikkan kaki kiriku sehingga aku sedikit mengangkang.

"Kamu gak boleh malu lagi nunjukkin kelebihan kamu. Kamu harus berani tampil nakal dan beda tiap kita jalan keluar." Ucapnya yabg hanya dapat kujawab dengan desahan dan anggukan. Kini tangannya menyelip masuk ke celanaku. Dia raba2 vaginaku dibalik celana dalamku.

"Memek kamu udah basah yang. Kamu sange ya?" Tanyanya mencoba membuka kancing celanaku.

"Iyaa aku udah sange... mainin memek aku pliis..." Balasku memohon sambil membuka kancing celanaku untuk membantunya. Setelah terbuka dia turunkan resletingnya. Kini tangannya dapat menyelinap masuk ke celana dalamku.

"As you wish babe." Jawabnya sambil mengelus vaginaku secara langsung.

Sekarang tangan kirinya mulai bermain main di vaginaku. Sedangkan tangan kanannya masib terus meremas payudara kananku. Tangan kiriku juga ikut bermain di payudara kiri dan yang kanan memegangi kepalanya yang bersender di pundakku. Desahan demi desahan kukeluarkan dengan pelan dan hati2 agar tidak menarik perhatian pengungjung lainnya. Mulut Faza terkadang mengeluarkan desahan dan meniup telingaku dengan lembut. Dia juga terkadang membisikkan kata2 yang membuatku makin terangsang.

Aku benar2 tidak menyangka dapat berbuat mesum di bioskop. Meskipun di tempat umum sama sekali tidak menyurutkan nafsuku. Aku tidak lagi peduli dimana kami berada sekarang. Juga aku tidak lagi fokus menonton tayangan film hari ini. Yang ada dipikiranku saat ini adalah rasa nikmat yang diberikan oleh Faza.

Aktivitas mesum kami terpaksa disudahi karena film yang ditayangkan sudah selesai. Sebetulnya aku masih berada dipuncak birahi sekarang. Mau tidak mau kami harus mengakhiri ini semua. Sebelum lampu bioskop dinyalakan kembali, aku sudah merapikan pakaianku sedia kala. Kami berjalan keluar bioskop bergandengan tangan seperti pasangan2 lainnya.

"Gimana sayang rasanya mesum dibioskop?" Tanya Faza berbisik ketika sudah keluar bioskop.

"Enak hehe... tapi aku belum puas tadi." Jawabku dengan nada manja.

"Belum puas kenapa?" Tanyanya kembali penasaran.

"Aku tadi belum keluar. Trus juga belum ngerasain kontol kamu." Jawabku berbisik di telinganya dengan nada menggoda. Jawabanku itu membuat penis Faza terlihat menegang.

"Hihihi.. baru gitu aja udah ngaceng kamu." Ledekku bersender pada pundaknya.

"Abis kamu nakal banget sayang, aku suka kamu jadi nakal begini." Ucapnya sambil merangkul pinggangku.

Selesai nonton bioskop Faza mengajakku makan dulu di restoran fast food. Aku disuruh Faza untuk mencari tempat duduk sedangkan dia memesan makanan. Sejak kami tiba di restoran ini aku merasa bahwa seluruh pengunjung restoran memperhatikanku. Dalam hati aku begitu senang dengan tatapan mereka, terutama ketika laki2 yang melihat ke arahku. Beberapa laki2 yang membawa pasangannya pun lebih memilih melihat ke arahku dibandingkan pacarnya sendiri. Yang benar2 menarik perhatianku adalah sekelompok anak laki2 yang daritadi memperhatikanku. Meski posisinya yang jauh dariku, aku yakin mereka sedang membicarakanku saat ini. Aku dapat berpikir seperti itu karena mereka berulang kali melirik ke arahku dan tersenyum senyum sendiri ke arahku. Aku yang biasanya risih ditatap seperti itu hanya membiarkan mereka menatap dan membicarakan aku. Sembari menunggu Faza datang aku sibuk bermain HP membiarkan mereka yang masih asik menatapku. Tak lama kemudian Faza tiba dengan membawa makanan dan mulai menyantapnya.

Singkat cerita kami telah selesai makan dan bersiap menuju mobil. Sesaat keluar dari mall ternyata jalanan dipenuhi oleh kendaraan menyebabkan jalanan menjadi macet.

"Kita abis ini kemana?" Tanyaku sambil melihat ke arahnya.

"Ke rumah aku, kamu jadi nginepkan?" Tanyanya

"Jadi dong, kan aku udah bawa baju hehehe." Jawabku dengan tawaan diakhir.

"Emang mau ngapain di rumah aku?" Tanyanya mencoba memancingku.

"Hmm... Mau tidur aja ah ngantuk." Jawabku berbohong

"Ah yakin mau tidur doang? Gak mau ngelakuin yang lain gitu." Tanyanya lagi kurang puas dengan jawabanku.

"Ngelakuin apa emangnya? Salwa gak tau mau ngapain." Jawabku pura2 polos

"Yaudah kalo mau tidur doang gapapa kok." Jawabnya dengan nada rendah.

"Ihhh emang ngelakuin apa? Kasih tau gaak?" Tanyaku dengan mata melotot padanya sambil mencubit lengannya.

"Aduuh duh... itu... ngelakuin yang enak2." Jawabnya sambil mengusap usap tangannya yang tadi kucubit.

"Enak2? Salwa gak ngerti deh. Tapi kayaknya seru." Balasku lagi dengan polosnya seperti anak kecil.

"Nanti kamu juga tau pas udah sampe rumah." Jawabnya tersenyum ke arahku.

"Yeeyy... jadi gak sabar sampe rumah kamu." Ucapku sambil bersender pada pundaknya

"Lucu banget sih kamu." Ujarnya seraya mencubit hidungku dengan gemas.

Singkat cerita kami sudah sampai di rumah Faza. Perjalanan yang harusnya singkat malah jadi semalaman karena macet. Aku dan Faza terduduk kelelahan merenggangkan kaki kami di sofa ruang keluarga sambil menonton TV. Sambil menonton aku bersandar pada tubuh Faza sambil memeluk lengannya. Karena haus aku pergi menuju dapur untuk minum dan membawakan teko berisi air dingin ke ruang keluarga.

"Makasih ya sayang." Ucap Faza tersenyum karena kutuangkan air minum untuknya.

"Sama2 sayang, nih minum dulu." Ujarku seraya memberikan minuman untuknya

Setelah dia minum aku kembali ke posisi bersandar seperti tadi. Kemudian aku teringat dengan kejadian di restoran tadi.

"Yang, masa tadi di restoran banyak yang liatin aku tau, sama kayak pas kita keliling mall tadi." Ucapku manja sambil melingkarkan tanganku pada dadanya.

"Trus perasaan kamu gimana?" Tanyanya mulai merangkul pundakku.

"Udah gak risih lagi. Malah aku pikir mereka itu kagum sama aku, kayak yang kamu bilang itu." Ceritaku lagi padanya.

"Pinter yaa pacar aku cepet belajarnya." Ucapnya sambil mengecup kepalaku.

"Emang aku secantik apasih sampe diliatin orang2?" Tanyaku pada Faza

"Kamu itu cantik banget sayang, apalagi sama penampilan kamu yang begini jadi tambah cantik." Jawabnya yang lagi2 memuji penampilanku.

"Emang bener ya kalo aku pake baju ini jadi keliatan seksi dan tambah nakal?" Tanyaku dengan penasaran.

"Iya, aku suka banget kamu pake baju ini, jadi tambah cantik, seksi trus nakal juga." Jawabnya dengan pujian lagi yang membuatku malu.

"Kan aku pake bajunya tertutup, trus seksinya darimana?" Tanyaku lagi.

"Kamu bisa jadi seksi dengan pake baju yang ketat2 sayang. Hijabnya tetep dipake tapi bajunya harus ketat, jadinya kamu nunjukin keseksian toket kamu." Jelasnya lagi. Tanpa sadar aku menggigit bibir bawahku mendengar penjelasannya

"Emang kamu beneran mau aku jadi cewe seksi dan nakal?" Tanyaku lagi sambil merabai bagian dada dan perutnya.

"Aku mau kamu jadi seksi dan nakal. Kamu mau kan?" Tanyanya sambil menarik tubuhku ke atas, jadinya aku duduk di pangkuannya berhadapan hadapan.

"Aku mau kalo itu mau kamu." Balasku seraya menggoyangkan pinggulku sambil tersenyum nakal.

"Berarti kalo aku pake baju ketat nanti semua cowo jadi nafsu dong sama aku?" Tanyaku menggodanya.

"Biarin aja, malah bagus kalo mereka nafsu sama kamu." Jawabnya dengan memegang pinggulku.

"Kok bagus sih?" Tanyaku heran dengan jawabannya.

"Itu artinya kamu cantik dan seksi. Aku suka pamerin kecantikan dan keseksian kamu depan orang2." Jawabnya yang kurasakan penisnya semakin mengembang.

"Kontol kamu udah keras banget. Kamu sange ya?" Tanyaku masih tetap menggoyangkan pinggulku.

"Aku jadi sange kalo kamu tingkahnya nakal gini." Balasnya seraya meremas pantatku.

"Toket kamu gede banget sayang." Ucapnya memandangi payudaraku.

"Kamu suka sama toket aku?" Tanyaku sambil membusungkan dadaku padanya.

"Iyaa, nafsuin banget toket kamu. Semua cowo pasti nafsu ngeliat toket kamu." Jawabnya yang mulai meremas payudaraku dari luar baju. Mendengar hal itu membuatku jadi tersipu malu.

"It's all yours." Ucapku sambil mengangkat bajuku keatas sehingga kedua payudaraku terpampang jelas di depannya.

Dengan wajah terseyum dia mulai menciumi payudaraku. Diturunkan bra ku sehingga dia bisa menikmati pentilku dengan leluasa. Aku dibuat keenakan oleh permainan lidahnya. Kukeluarkan desahan ******* yang membuat dia semakin bernafsu menjilati payudaraku.

"Aaahh enak sayaangg... aku suka kamu mainin toket aku..." Ujarku memuji tindakannya

Kupejamkan mata dengan tanganku yang tak henti2nya meremas dan menekan nekan kepalanya. Aku sungguh terbius dengan hisapan maupun jilatannya. Kuberikan goyangan terbaikku yang membakar birahinya. Goyanganku yang begitu sensual membuat penisnya semakin terasa mengeras di pangkuanku dan juga menggesek gesek vaginaku.

"Kontol kamu udah keras banget yang. Sini aku sepongin dulu." Ucapku seraya melepas kepalanya yang sedang menghisapi payudara kiriku.

Tanpa menunggu jawabannya, aku langsung bergerak turun dari pangkuannya dan berlutut di depan selangkangannya. Penisnya yang sudah ereksi itu terlihat menyembul dari balik celananya. Kuturunkan hingga paha celana jeans nya begitupun celana dalamnya sehingga kini aku dapat melihat langsung penisnya. Kuberikan senyuman nakalku padanya sebelum mulai memanjakannya.

"Udah keras banget sayang kontol kamu." Ucapku sambil mengocok penisnya.

"Gara2 kamu sih nakal, aku jadi ngaceng deh." Ujarnya terlihat menikmati kocokan tanganku.

"Kamu pengen banget ya aku jadi cewe nakal?" Tanyaku memprovokasinya.

"Iyaa aku jadi tambah sayang kalo kamu nakal." Balasnya lagi dengan raut wajah yang sudah sangat bernafsu.

"Kalo gitu aku jadi cewe nakal aja deh biar kamu makin sayang." Ucapku memberikan senyuman yang sensual untuknya. Saat aku akan membuka hijab, ternyata Faza menahan tanganku.

"Pake aja hijabnya, kamu keliatan lebih nakal kalo nyepong pake hijab." Ucapnya sambil mengelus pipiku.

Kugigit bibir bawahku sambil tersenyum mendengar permintaannya itu. Baru kali ini aku disuruh tetap mengenakan hijab ketika akan melakukan kegiatan mesum di rumahnya. Tak ingin berlama lama lagi, kumulai memanjakannya dengan sebuah kecupan di seluruh permukaan penisnya. Testisnya juga tak luput dari kecupan bibirku. Setelahnya kuberikan jilatan dari pangkal penis sampai lubang kencingnya. Kumainkan sedikit kepala penisnya dengan memutari lidahku disana. Kedua testisnya juga kujilati dengan penuh perasaan.

"Aahhh sayang, kamu pinter banget jilatinnya." Pujinya yang membuatku tersenyum.

Setelah seluruh permukaan penis dan testisnya telah kujilati hingga basah, selanjutnya masuk ke hidangan utama. Kubuka mulutku lebar2 dan memasukkan penisnya. Kunaik turunkan kepalaku dan kuberi hisapan2 maut yang membuatnya menggelinjang keenakan. Tangan kananku juga ikut mengocok penisnya. Sedang tangan kiri mengelus elus testisnya.

"Uhhh sayaangg... kamu makin jago sepongin kontol aku. Enak banget sepongan kamu sayang." Ucapnya memuji kinerjaku. Pujiannya itu memotivasiku untuk memberikan servis terbaikku.

Setelah cukup lama aku mengoral penisnya, Faza menyuruhku untuk telentang di sofa. Aku tau apa yang dia inginkan, aku langsung membuka celana beserta celana dalamku. Faza juga langsung membuka seluruh pakaian yang melekat padanya hingga bugil. Setelahnya aku langsung tiduran telentang dengan mengangkangkan kakiku lebar2.

"Puasin memek aku sayang, pliis..." ucapku manja sambil memainkan vaginaku dengan tanganku.

Tanpa basa basi Faza langsung menyambar vaginaku dengan buas. Dijilatinya seluruh permukaan vaginaku dengan lidahnya. Dia juga menjilati klistorisku dengan lihai.

"Enak banget sayaang... teruus jilatin itil akuu... iyaahh disituuu..." erangku sambil menekan nekan kepalanya.

Tak berhenti sampai disitu, jari tengah Faza kini mulai bergerak keluar masuk di dalam vaginaku. Beberapa hari belakangan ini Faza suka sekali memasukkan jarinya ke dalam vaginaku. Tidak hanya 1 jari, terkadang dia juga suka memasukkan 2 jari sekaligus kesana. Aku sendiri tidak menolak hal itu, selama itu memberiku kenikmatan maka aku rela melakukannya. Kombinasi jilatan dan permainan jarinya itu selalu sukses membuatku keenakan. Terkini, permainannya itu berhasil membuatku terhentak hentak di atas sofa ruang keluarga. Vaginaku yang sangat basah memudahkannya dalam memainkan jarinya. Ditambah Faza kadang meludahi vaginaku sehingga semakin mudah jarinya keluar masuk vaginaku. Semakin lama jarinya semakin cepat mengocok vaginaku. Lidahnya juga semakin intens merangsang klitorisku.

"Aahhh... aahhh... enak bangeet... masukkin 2 jarii kamu sayang...." pintaku padanya.

Dengan segera Faza mulai memasukkan kedua jemarinya ke vaginaku. Faza pun mulai mengocok vaginaku lagi dengan kecepatan yang sama. Dengan masuknya 2 jari itu memberikan rasa nikmat yang lebih. Vaginaku terasa penuh oleh 2 jarinya itu. Suasana yang makin panas membuatku jadi gerah. Aku membuka baju serta braku dan melemparnya ke sembarang tempat. Hijabku tetap aku pakai sesuai dengan keinginannya. Kocokan tangannya terasa semakin cepat setelah dia melihatku telanjang. Tak berselang lama aku merasa akan orgasme akibat permainannya.

"Ahhh sayaang aku mau keluar... aku mau keluar... ouuuhh...." ucapku dengan pinggul yang terhentak hentak.

Tiba2 Faza menghentikan seluruh aktivitasnya itu. Aku yang sedikit lagi akan orgasme sangat terkejut dia berhenti memainkan vaginaku.

"Sayaangg kok berhenti siih?? Aku dikit lagi mau keluar." Protesku yang hanya dibalas senyuman olehnya. Kemudian dia mendekatkan wajahnya ke wajahku hingga ia tepat berada diatasku. Kurasakan ujung penisnya digesek gesekkan ke lubang vaginaku. Perbuatannya itu membuatku mendesah menahan nikmat. Sambil menggesekkan penisnya ia berkata.

"Kamu mau keluar sayang?" Tanyanya dengan masih menggesekkan penisnya. Kubuka mataku dan menatap wajahnya dalam2.

"Iyaa aku mau keluar... puasin aku cepetan.." pintaku tak tahan dengan permainannya.

"Mau aku puasin gak pake kontol aku?" Tawarnya seraya memasukkan ujung penisnya ke bibir vaginaku.

"Kamu mau ngentotin aku sekarang?" Tanyaku yang langsung dibalas dengan anggukan.

Kupalingkan wajahku dari tatapannya. Dengan memejamkan mata aku berpikir terlebih dahulu. Banyak pertimbangan mengapa aku belum berani melepas keperawananku. Aku takut akan mengecewakan orangtuaku nanti jika dia tau akan hal ini. Aku takut jika akan mendapatkan dosa besar jika harus melakukan hal ini dengan selain suamiku. Aku takut kelak suamiku kecewa denganku karena gagal menjaga keperawananku. Aku takut hamil di luar nikah. Aku takut stigma negatif masyarakat jika perawanku hilang sebelum aku menikah. Aku takut, aku takut, dan aku takut.

Di lain sisi aku memang sedang dilanda birahi yang harus diselesaikan. Aku yang hampir orgasme tiba2 harus dibuat menggantung oleh Faza. Apa iya melepas keperawananku merupakan jalan satu2nya? Kata Maya awalnya memang sakit, tapi setelah itu aku akan merasakan nikmatnya bercinta. Saat ini juga Faza masih terus menggesekkan penisnya tepat di liang senggamaku. Faza juga membisikkan kata2 manisnya berusaha menaklukkan diriku. Semakin lama aku berpikir, nafsu birahiku semakin menggebu gebu ingin dituntaskan.

Argghh....

Aku sudah muak!

Harus aku putuskan sekarang!

"Do it babe." Ujarku seraya menggegam penisnya dan mengarahkannya ke vaginaku. Kutatap matanya dalam2 menunjukkan aku begitu yakin dengan keputusanku.

"Are you sure?" Tanyanya meyakinkan keputusanku. Kupegang tengkuk lehernya dan mencium bibirnya dengan mesra.

"I love you." Ucapnya membuat hatiku berbunga bunga. Aku tersenyum mendengar ucapannya itu.

"I love you too. Tapi pelan2 ya, aku takut ini sakit." Ujarku memohon padanya.

Tanganku melingkar pada lehernya. Mata kami bertemu satu sama lain. Kubuat diriku serileks mungkin.

Dengan perlahan dia mulai memasukkan kepala penisnya. Dia majukan lagi pinggulnya yang membuatku sedikit mendesah. Dia tarik penisnya dan dimasukkan lebih dalam lagi. Kegiatannya itu dia lakukan berulang kali. Semakin lama semakin dalam. Kupikir sudah semuanya masuk, namun aku salah. Tiba2 dengan satu hentakan pelan aku merasakan sebuah sakit di vaginaku.

"Ahhh sayangg... pelan2 sayangg..." ucapku ketika merasakan sakit.

Dia tusuk lebih dalam lagi. Lagi2 aku kembali menjerit kesakitan. Dia tarik lagi dan dia masukkan lagi. Meskipun dia lakukan ini dengan sangat perlahan tapi lama2 aku merasa kesakitan. Semakin dalam semakin sakit rasanya.

"Tahan ya sayang." Ucapnya mencoba untuk memasukkan lebih dalan lagi.

Dengan satu tusukkan dia masukkan semua penisnya. Pahanya sudah bersentuhan dengan pantatku. Aku teriak cukup kencang akibat perbuatannya.

"Mau aku udahin sayang?" Tanyanya menahan tusukannya.

"Lanjutin aja sayang." Jawabku dengan yakin.

Kurasakan rasa sakit dan perih di vaginaku, juga aku merasa ada yang mengalir keluar dari dalam sana. Rasanya begitu sesak di dalam vaginaku. Dia diamkan sejenak agar aku terbiasa dengan penisnya. Mata kami dari tadi masih saling bertatapan. Dengan pelan2 Faza mulai memompa penisnya di vaginaku. Dia juga memagut bibirku dengan lembut supaya aku bisa tenang. Kubalas pagutannya itu dengan lembut juga. Tangan Faza juga mulai memainkan payudaraku. Pelan tapi pasti.

Lama kelamaan aku mulai bisa menikmatinya. Rasa perih tadi mulai tergantikan dengan kenikmatan yang menjalar di seluruh tubuhku. Eranganku mulai terdengar menandakan aku menikmati perlakuannya. Tau akan hal itu, Faza menambah kecepatan pompaan penisnya.

"Ahh sayang enakk... kencengin lagi." ucapku sambil menciumi bibirnya.

Aku tidak menyangka kalau rasanya akan senikmat ini. Desahan kenikmatan sudah dapat kukeluarkan tanpa malu2. Faza juga makin semangat menggenjot vaginaku. Tak perlu waktu lama orgasmeku yang sempat tertunda akhirnya akan tiba.

"Sayaangg aku mau keluar... jangan berhenti sayang..." ucapku sedikit teriak.

"Keluarin aja sayang." Balasnya yang mulai melumat payudaraku. Mendapat serangan di payudaraku menambah kenikmatan yang kualami. Genjotannya semakin cepat dan dalam. Perlakuannya membuatku tidak tahan untuk mencapai orgasme.

"Aaahhh sayang aku keluaarr.. aahhh...."

Crrrrttt..... crrtt... crrtttt....

Badanku mengejang akibat orgasme ini. Penisnya didiamkan menancap dengan gagah di vaginaku. Genjotannya berhenti membiarkanku menikmati orgasme yang baru saja tiba. Rasanya sangat nikmat. Lebih nikmat dibandingkan hanya dengan menggunakan jari atau mulut Faza. Kuciumi dengan ganas bibir Faza sebagai tanda terimakasih. Tangannya juga ikut meremasi payudara kananku. Kudorong kepalanya menyudahi ciumannya.

PLAAKK....

Kutampar mukanya, dia terkejut dengan tamparanku.

"Kok kamu nampar aku?" Tanyanya keheranan

"Kamu jahat! Aku benci sama kamu!" Bentakku pada Faza. Raut wajahnya terlihat kaget dan keheranan.

"Kenapa baru sekarang!?" Tanyaku dengan nada tinggi yang benar2 membuatnya terdiam. Dia bingung harus menjawab apa. Wajahnya berpaling, tidak berani menatap mataku. Kupegang dagunya dan mengarahkan lagi wajahnya ke arahku

"Kenapa baru sekarang kalo rasanya seenak ini?" Tanyaku yang membuatnya benar2 bingung. Aku menahan tawa melihat ekspresinya yang lucu itu.

"Maksudnya?" Tanyanya benar2 kebingungan.

"Jadi kamu suka?" Tanyanya lagi memastikan. Kujawab dengan sebuah senyuman dan anggukan. Ekspresi wajanya seketika berubah menjadi senang. Dia langsung mencium bibirku lagi.

"Gimana akting aku? Jagokan hahaha..." tawaku puas berhasil mengerjainya.

"Dasar, aku udah takut kamu marah beneran tau." Protesnya dengan sedikit tertawa.

"Kenapa harus marah kalo rasanya enak." Ucapku lagi sambil memagut bibirnya. Penisnya yang tadi sempat mengecil kini terasa membesar lagi.

"Makasih ya sayang, sekarang giliran kamu yang harus keluar." Ucapku seraya menggoyangkan pinggulku pelan.

"Emang udah gak ngilu memek kamu?" Tanyanya yang mulai menggenjotku pelan.

"Udah gak sakit kok, sekarang ayo keluarin peju kamu." Ucapku lagi dengan memberikan ekspresi nakal.

Genjotannya kini bertambah cepat. Tak henti2nya dia menghisap payudaraku. Meskipun baru saja keluar tapi nafsuku sudah muncul kembali. Aku pun tidak henti2nya mengerang menikmati sodokan penisnya. Kombinasi sodokan dan hisapan pada payudaraku membuatku melayang layang. Dia juga memberikan cupangan pada payudaraku. Cukup banyak cupangan yang membekas memerah di payudaraku yang putih nan besar ini.

"Ahh memek kamu sempit banget sayang... enak banget rasanya memek kamu." Ujarnya memuji vaginaku.

"Kontool kamu juga enak...,aahh... penuh banget di memek aku..." balasku yang membuatnya makin beringas menggenjot penisnya.

"Aku suka kamu ngomong kontol gitu, aku jadi tambah nafsu." Ucapnya tersenyum mendengar perkataanku tadi.

"Aahhh... kamu suka aku ngomong kontol?" Tanyaku lagi

"Ahh iyaa... kamu jadi tambah nakal kalo ngomong gitu..." ucapnya menambah kecepatan genjotannya.

"Aaahhh... kontoolll... kontoolll... aku suka kontol kamu.... aahhhh" ucapku memprovokasinya.

"Ahhh sayang kamu nakal bangeeet..." ucapnya langsung mencium bibirku dengan ganas.

"Kamu suka aku entotin?" Tanyanya lagi

"Iyaahhh.... aku suka ngentoott... aku suka dientotin kamuuhh... aahh... ngentoott..." ucapku tanpa rasa malu.

Dengan ucapan2 kasar itu membuat Faza jadi makin bernafsu. Genjotannya jadi makin cepat dan dalam. Anehnya aku juga ikut menikmati berkata kasar seperti ini. Nafsuku jadi semakin bertambah jika aku berkata demikian.

Cukup lama Faza menggenjotku malam ini. Pada awalnya Faza yang memulai untuk mengeluarkan kata2 kasar. Lambat laun aku mulai mengikuti permainan katanya itu. Kata2 kasar ikut terlontar dari mulutku meladeni setiap ucapannya yang juga kasar. Faza jadi tambah bernafsu dan begitupun juga aku. Aku merasa sangat kotor dan menyukainya. Aku juga merasa sangat nakal saat ini. Apakah ini yang dinamakan menjadi cewe nakal? Apa iya ini yang Faza inginkan dariku? Jika iya, maka aku juga menikmatinya.

"Aahhh anjiingg... enak banget sih memek lu..." ucapnya kasar padaku.

"Bangsatthh.... memek gue suka banget dientot kontol lu..." balasku juga berucap kasar.

"Gak cuma memek lu yang kotor tapi mulut lu juga ikutan kotor anjiingg..." ucapannya yang menghinaku justru membuatku makin terbakar birahi

"Iyaahh mulutt gue kotoor... gue cewee kotoor... ahh ngentoott..." balasku mengiyakan hinaannya

"Hijab doang tapi aslinya demen ngentot... cewe berhijab macam apa lu tapi suka zina..." ujarnya membawa bawa hijabku.

"Bodo amat anjing sama zina.... yang penting gue puaass... yang penting ngentoot enakk... aahhh...." balasku tak kalah nakal. Tak perlu waktu lama, aku merasa akan orgasme lagi.

"Ahhh sayangghh.... aku mau keluar lagii... kencengin lagi kontol kamu..." mohonku padanya.

Faza pun menuruti permintaanku. Dia percepat genjotannya dan aku langsung orgasme

Crrrttt... crrrttt... crrrttt....

"Aahh gue keluar.... anjiingg enak bangeet..." Ucapku keenakan menikmati orgasme keduaku malam ini. Saat aku keluar Faza masih terus menggenjot tubuhku dengan semangat.

"Sayaangg aku juga mau keluar..." ucapnya langsung mencabut penisnya. Dia pun beranjak ke atas dan mengarahkan penisnya tepat ke mulutku. Dengan penuh nafsu kukocok kocok penisnya dengan tanganku dan lubang kencingnya kujilat jilati. Penisnya pun jadi berkedut kedut menandakan ia akan segera orgasme. Kubuka lebar2 mulutku dengan lidah menjulur keluar menunggu penis itu menembakkan spermanya

"Aahhh aku keluaarr..."

Crooot... crooott... crooott.. crooot....

Spermanya keluar di mulutku cukup banyak. Sebagian juga ada yang keluar hingga mengenai pipi dan dahiku. Kukocok kocok penisnya hingga tidak ada sperma yang tersisa. Kuhisapi juga kepala penisnya memastikan semua spermanya tidak terbuang sia2.

"Aahhh bangsaattt enak banget...." ucapnya sangat puas. Aku hanya tersenyum melihatnya begitu puas.

"Buka mulut kamu sayang." Pintanya dan langsung kutunjukan mulutku yang terdapat spermanya. Dia menyeka seluruh spermanya pada wajahku dan memasukkanya ke mulutku.

"Sekarang telen." Perintahnya lagi yang langsung kuturuti.

Glekkk... aahhh...

Kubuka lagi mulutku dan menjulurkan lidahku menunjukkan semua spermanya sudah kutelan.

"Baguus... kamu pinter banget sayang..." ujarnya sambil mengecup bibirku pelan.

Faza berdiri dan menuangkan minuman untukku. Aku bangkit duduk untuk meminum air pemberiannya. Dengan cepat aku langsung menghabisi air tersebut. Dia juga memberikan aku tisu untuk membersikan wajahku. Dia juga membersihkan vaginaku dari bekas cairan vagina dan darah.

"Makasih ya sayang. Aku seneng kamu yang ngambil perawan aku." Ucapku di sela sela minum.

"Sama2 sayang, aku juga seneng kok bisa ena2 bareng kamu hehe..." ucapnya dengan tawaan renyah.

"Aku gak nyangka kamu bisa seseksi dan senakal itu." Ucapnya memujiku

"Hehe... kamu suka kan?" Tanyaku tersenyum genit.

"Suka banget." Ucapnya seraya mencubit pipiku dengan gemas.

"Jadi aku udah nakal atau belum?" Tanyaku lagi menunggu validasi darinya.

"You are my naughty girl." Ujarnya sambil mengecup bibirku.

"Ralat, na'ukhti' girl. Karna kamu pake hijab jadi na'ukhti' girl hahaha..." Ucapnya dengan tawaan diakhir.

"Ihhh nakaall..." balasku samb mencubut perutnya.

Setelah bersetubuh tadi aku merasa sangat lelah dan mengantuk. Tanpa sadar akupun menguap di depannya.

"Kamu ngantuk? Yuk ke kamar kita tidur." Ajaknya sambil berdiri.

"Gendoong..." ucapku manja padanya.

Dia langsung menggendongku menuju kamarnya. Sesampainya di kamar kami langsung rebahan di kasur. Diantara kami tidak ada yang mengenakan pakaian saat ini. Udara kamar begitu dingin karena AC yang sudah dinyalakan membuat kami berselimut sambil berpelukan. Sebelum tidur kami bertatapan cukup lama. Kuberikan sebuah kecupan pelan di bibirnya.

"I love you." Ucapku tersenyum

"I love you too..." balasnya singkat dan aku langsung terlelap.

Bersambung...
 
Selamat malam suhu2 semuaa....

Sorry banget nih udah hampir 2 minggu ane gak upload cerita. Sesuai janji akan ada update part selanjutnya malam ini. Harapan ane semoga kalian tetep setia dan sabar untuk menunggu part2 yang berikutnya.

Jangan lupa buat selalu ramein ini cerita biar gak tenggelem hehe...

Akhir kata,
Selamat membaca dan selamat menikmati perpanjangan PPKM.




Part 5

191046056-309837560666476-8947937200031313103-n.jpg

SALWA

118539146-188418409359938-6845284734569044173-n.jpg

FITRI

123255847-269464544508239-7097434658377689783-n.jpg

MAYA

Sejak kepergian orangtua Faza ke luar kota, tiap pulang kuliah pasti aku selalu diajak Faza untuk ke rumahnya. Bedanya aku tidak menginap dan selalu diantar pulang ke rumah saat malam hari. Aktivitasku selama ini sama sekali tidak dicurigai oleh Fitri. Aku selalu beralasan sedang mengerjakan proyek untuk lomba nanti. Aku juga bilang kemaren senin aku menginap di tempat temanku dikarenakan memang proyeknya cukup berat. Maya yang sudah bersekongkol denganku mengikuti rencana ini dengan baik. Berkat bantuan Maya juga, Fitri menjadi percaya dengan alasanku. Meski begitu Maya juga sering mengingatkanku agar tidak terus2an berbohong pada Fitri. Dia meminta suatu saat aku harus berkata yang sebenarnya pada Fitri. Ia percaya jika seorang sahabat akan menerima kita apa adanya. Aku juga setuju dengannya, tapi untuk sekarang aku masih ragu untuk bercerita pada Fitri. Aku masih menunggu waktu yang tepat, entah kapan waktu itu akan tiba.

Siang ini aku berada di kontrakan bersama kedua sahabatku sedang makan siang. Karena hari ini hari Sabtu, nanti malam aku akan keluar bersama Faza untuk menonton bioskop. Rencananya malam ini juga aku akan menginap lagi di rumahnya.

"Sal, nanti sore gue sama Fitri mau jogging di gor, ada Bryan juga nanti. Lu mau ikut gak?" Ajak Maya sambil memakan makanannya

"Yaah gue udah ada janji sama Faza mau keluar nanti malem. Sekalian ngerjain proyek gue itu. Lain kali aja deh gue ikut." Balasku menolak ajakannya

"Mentang2 udah ada pacar sibuk mulu tiap malem mingguan." Tiba2 Fitri ikut menanggapi dengan bercanda

"Hehehe abisnya enak pacaran. Btw kok tumben kalian jogging?" Tanyaku kembali karena tidak biasanya Fitri mau diajak olahraga

"Udah dari lama sih mau jogging, cuma baru sempet sore ini Sal. Udah yuk ikut aja, ajak Faza sekalian." Jawab Fitri yang kali ini juga mengajakku

"Besok2 yaa gue ikut hehe..."

Tak lama kemudian kami telah menyelesaikan makan siang kami dan sempat mengobrol sebentar setelah makan. Karena mengantuk akhirnya aku putuskan untuk tidur siang di kamar sambil menunggu Faza menjemputku nanti malam.

Sore harinya aku terbangun karena ada yang menelponku, rupanya itu adalah Faza.

"Halo sayang kamu dimana? Aku udah otw nih bentar lagi sampe." Ucap Faza dari balik telpon

"Hah?? Sekarang masih jam 5 yang, filmnya kan mulai malem." Jawabku sambil melihat jam dinding

"Ya gapapa, aku udah gak sabar liat kecantikan kamu." Jawabnya menggombaliku

"Gombal mulu deh. Yakin mau liat kecantikan aku doang?" Tanyaku lagi memancingnya

"Sama keseksian kamu juga doong." Jawabnya tanpa ragu2 menyebut keinginannya

"Ihhh mesum. Punya pacar mesum melulu deh." Balasku dengan sedikit genit

"Biarin aja kan kamu juga suka. Oh iya nanti jangan lupa ya pake baju yang aku beliin kemaren." Ucapnya mengingatkan aku agar memakai baju pemberiannya

"Siap booss... yaudah aku mandi dulu yaa. Nanti kalo udah sampe tunggu di dalem aja." Ucapku sambil beranjak dari tempat tidur

"Gak mau mandi bareng?" Tanyanya memancingku

"Nanti yaa sayang mandi barengnya, udah dulu yaa dadaahh..." balasku sambil menutup telponnya

Setelah menutup telpon aku kemudian membuka lemariku mengambil baju pemberiannya yang masih terbungkus seperti hadiah. Dia melarangku untuk membukanya sampai ia menyuruhku untuk memakainya, katanya ini pakaian spesial untuk jalan nanti hihihi. Tidak ingin berlama lama, aku segera mengambil handuk untuk mandi. Saat keluar kamar kulihat Maya yang sedang berolahraga di ruang tengah. Aku sempat heran dengannya karena dia bilang akan jogging sore ini tapi malah olahraga di rumah. Karena olahraga di dalam rumah dia hanya mengenakan pakaian yang sangat terbuka.

images-8.jpg

"Gak jadi jogging May?" Tanyaku sambil melihatnya melakukan squat

"Bryan lagi ada job jadi gak bisa. Yaudah gue olahraga disini aja." Jawabnya terengah engah

"Trus Fitri mana? Gak ikut olahraga sama lu?" Tanyaku lagi padanya

"Tuh di kamar, katanya lagi nugas." Jawabnya sambil menunjuk ke arah kamar Fitri.

"Yaudah gue mau mandi dulu ya. Nanti Faza dateng kesini suruh masuk aja. Tapi lu pake baju dulu jangan telanjang kek gini." Ucapku sambil berjalan ke kamar mandi

"Tenang aja beb, nanti gue yang bukain pintunya." Jawabnya sambil tetap fokus berolahraga

Setelah memberitahu Maya, aku pun langsung ke kamar mandi. Singkat cerita aku telah selesai mandi dan kudengar dari arah ruang tamu ternyata Faza sudah tiba dan sedang mengobrol dengan Maya. Aku segera menuju kamar dan berpakaian karena tidak enak jika Faza harus menunggu terlalu lama. Di kamar aku langsung membuka hadiah dari Faza dengan perasaan senang. Kulihat dengan seksama baju yang ia berikan. Cukup simpel memang, hanya sebuah baju lengan panjang berwarna hitam polos. Meski terlihat sederhana aku sangat senang dengan pemberiannya itu. Dengan segera aku memakai baju itu, tak lupa aku juga berdandan sedikit di depan kaca. Saat berkaca aku sedikit memperhatikan baju pemberian Faza yang kukenakan sekarang. Baju ini begitu ketat sehingga membentuk lekuk tubuh bagian atasku.

20210726-220350.jpg

Awalnya aku sedikit ragu mengenakannya, namun ini merupakan keinginan Faza. Aku kembali teringat kata2 Faza bahwa aku tak perlu malu mengenakan pakaian seperti ini. Cukup lama aku berpikir, akhirnya kuputuskan tetap mengenakan baju ini. Lagi pula ini merupakan pemberiannya jadi harus aku pakai. Selesai berdandan aku segera keluar kamar dan menuju ruang tamu. Saat tiba di ruang tamu kulihat Faza sedang berbincang dengan Maya. Aku menyapa Faza dengan senyuman yang manis. Saat aku menolehkan pandanganku ke Maya, alangkah terkejutnya aku dengan pakaiannya. Ia masih mengenakan sport bra dan celana pendek disaat menjamu Faza!

"Eh tuan putri udah tiba." Ucap Maya sambil tersenyum ke arahku

"Maaf ya sayang nunggu lama hehe..." Ucapku sambil tetap tersenyuk ke arahnya

"Gapapa kok, udah siap? Yuk langsung berangkat." Ajaknya sambil berdiri dari duduknya

"Eh kamu duluan aja ke mobil, aku mau ngobrol bentar sama Maya." Ucapku lagi padanya

Faza pun menuruti keinginanku, setelahnya dia berpamitan dengan Maya dan segera menuju mobil. Sekilas kulihat penisnya terlihat menonjol dibalik celananya, mungkin daritadi dia sudah ereksi melihat tubuh Maya. Ia juga sempat membetulkan celananya sebelum ia pergi. Setelah ia pergi, aku langsung menarik Maya masuk ke ruang tengah.

"May kan gue bilang buat pake baju dulu sebelum bukain pintu." Ucapku sedikit berbisik

"Yaampun sorry banget May gue lupa. Tadi pas ada yang ngetok pintu langsung gue bukain, gue juga lupa kalo Faza yang bakalan dateng. Sorry banget ya, gue gak maksud apa2 kok." Ucapnya memohon maaf padaku.

"Hufftt... yaudah gapapa kok. Anggep aja rejeki dia bisa ngeliatin toket lu." Balasku pura2 ngambek

"Jadi lu ikhlas nih toket gue diliatin Faza? Hihihihi...." ucapnya lagi sambil membusungkan dadanya yang tak kalah besarnya dengan punyaku

"Gak! Awas aja nanti malem gue hajar Faza abis2an." Ucapku lagi mengancam Faza

"Nanti malem? Berarti nanti lu nginep disana?" Tanya Maya dengan senyuman yang agak mesuk

"Iya dong, nih gue udah bawa baju ganti." Balasku sambil menunjukkan isi tote bag ku

"Hmm ketagihan kan lu sama kontolnya hahaha..." ucap Maya dengan sedikit kencang

"Ssttt... nanti Fitri denger. Udah ah gue berangkat dulu yaa."

"okee hati2 ya beb."

Setelah berpamitan aku bergegas menyusul Faza di mobil. Tak menunggu lama Faza langsung menjalankan mobilnya menuju mall yang akan dituju. Sepanjang perjalanan dia selalu mengajakku ngobrol. Tapi aku mulai menyadari ada yang aneh dengannya. Sedari awal aku duduk hingga sekarang dia terus menatap ke arah dadaku. Aku agak malu dengan lirikan matanya itu.

"Kamu daritadi ngelirik aku mulu, ngeliatin apa sih?" Tanyaku dengan tersenyum

"Gak liatin apa2 kok, cuma kamu keliatan lebih cantik hari ini." Balasnya sambil sesekali menatapku, lebih tepatnya ke dadaku.

"Jadi kemaren2 aku gak cantik dong?" Jawabku pura2 ngambek sambil menggoyangkan badanku dengan manja.

"kamu setiap hari cantik tau, bedanya hari ini gak cuma cantik tapi..."

"Tapi apa?"

"Kamu lebih.... lebih keliatan seksi hehehe..." jawabnya to the point.

"Hah? seksi maksudnya gimana? Aku gak paham deh." Jawabku sambil sedikit menahan malu.

"Ituu... tetek kamu keliatan nonjol banget. Aku suka banget sama baju kamu yang sekarang." Ucapnya sambil tangan kirinya hinggap di payudaraku.

Aku sedikit kaget dengan serangannya yang tiba2 itu. Karena sudah terlanjur aku hanya bisa mengerang menerima serangannya itu.

"Aahh sayangg.... kamu mesum banget sih tiba2 remes tetek aku." Ucapku sambil menikmati remasan tangannya.

"Kamu suka kan aku mesumin gini?" Tanya nya lagi yang masih tetap meremas payudaraku.

"Gak kok siapa bilang aahh..." jawabku pura2 menahan nikmat

"Ah masa sih... jujur aja lagi yang" ucapnya lagi yang kini remasannya makin kencang

"Ahhh iyaa.... aku sukaa..." jawabku yang sudah tidak bisa menahan nikmat remasannya.

"Suka apa sayang? Ngomong yang jelas dong." Tanyanya lagi masih tetap meremas payudaraku.

"Aku suka dimesumin... ahhh Faza..." balasku lagi sambil memegang tangannya.

"Angkat baju kamu sayang." Ucapnya sambil mencoba mengangkat bajuku.

Kuputar badanku ke kanan sehingga aku menghadap kearahnya. Sambil senderan ke kursi aku angkat bajuku hingga kedua payudaraku terlihat olehnya.

"Begini?" Tanya ku sambil tersenyum nakal menanti tangannya bermain di payudaraku.

"Iyaa pinter..." balasnya sambil meremas dadaku.

Kusenderkan kepalaku menikmati remasannya. Tampak raut kepuasan dari wajah Faza. Dia begitu senang dapat memainkan payudaraku saat ini. Tidak hanya dia, aku juga ikut merasa senang dan nikmat diperlakukan seperti ini. Saat ini ia mulai membuka kaitan bra ku yang ada di depan sehingga payudaraku sudah terbebas dari halangan apapun. Sekarang Faza sudah dapat memainkan putingku dengan gerakan memilin dan mencubit cubit pelan.

"Aahhh sayangg... enak banget...." ucapku tak mampu menahan desahan kenikmatan.

Penisnya yang sudah mengeras sejak dia tiba di rumahku kini terlihat sangat menonjol. Aku pun tersenyum nakal melihat itu. Tidak adil rasanya jika hanya aku yang merasa keenakan. Tangan kiriku dengan nakal mulai membelai dan meremas penisnya. Faza pun mengerang keenakan dengan aksiku.

"Kesian titit kamu udah ngaceng gara2 ngeliat Maya hihihi..." ucapku sambil tetap meremas penisnya.

"Kok kamu tau?" Tanyanya menahan nikmat di penisnya.

"Keliatan tadi pas kamu berdiri mau ke mobil. Enak yaa udah dikasih pemandangan sama Maya eh sekarang dapet enak lagi dari aku." Balasku sambil tersenyum nakal.

Ketika akan membuka resletingnya ternyata kami sudah tiba di mall tujuan. Aku merasa kecewa karena belum sempat mengocok penisnya. Sebelum dia mengambil karcis mobil aku langsung membetulkan pakaianku seperti semula. Setelah mendapat parkir kami langsung turun dan masuk ke dalam mall. Begitu masuk ke dalam mall muncul perasaan tidak pede pada diriku. Untuk pertama kalinya aku mengenakan pakaian yang menonjolkan payudaraku di tempat yang ramai seperti ini. Sebelum menuju bioskop Faza mengajakku berkeliling mall dahulu. Setiap kali ada orang yang melihat ke arahku aku merasa minder dengan tatapan mereka. Faza akhirnya melihat kegelisahanku.

"Kamu kenapa yang?" Tanyanya sambil menggandeng tanganku

"Daritadi diliatin orang2 mulu yang. Kayaknya gara2 baju aku deh." Jawabku sambil merapatkan tubuhku ke lengannya.

"Gak usah malu sayang. Kamu harusnya bangga sama diri kamu. Orang2 itu kagum sama kelebihan yang kamu punya." Jelas Faza menenangkanku.

"Emang kelebihan aku apa?" Tanyaku menatap wajahnya dari samping.

"Kamu itu cantik ditambah body kamu itu bagus. Makanya semua orang pada ngeliatin kamu." jelasnya lagi sambil merangkul pinggangku.

"Setiap tatapan mereka itu sebenarnya memuji kecantikan tubuh kamu sayang. Mereka kagum dengan apa yang kamu punya." Ucapnya lagi diakhiri dengan kecupan di kepalaku.

Aku hanya dapat tersipu malu mendengar pujiannya. Dengan pujiannya itu aku jadi percaya diri dengan badanku. Rasa gelisah yang tadi sempat muncul perlahan memudar. Kini setiap tatapan pengunjung mall tidak lagi menggangguku. Bahkan aku menganggap mereka begitu takjub dan kagum melihat diriku seperti yang diucapkan Faza tadi. Semua yang berpapasan dengan kami matanya selalu mengarah padaku tidak peduli itu laki2 atau perempuan. Lama kelamaan perasaan gusar tadi kini tergantikan dengan perasaan bangga. Ya, aku sudah tidak malu lagi dengan tatapan maupun bisikan mereka yang membicarakan diriku.

Singkat cerita kami berdua sudah berada di bioskop. Posisi duduk kami yang berada di pojok atas jauh dari orang2. Aku dengan manja menyenderkan kepalaku pada pundaknya, sedangkan tangan Faza melingkari pinggangku. Kami saling menyuapi popcorn secara bergantian. Saat dia menyuapiku jari telunjuknya masuk ke dalam mulutku. Dia menyuruhku untuk mengemutnya seperti saat aku mengoral penisnya. Kuturuti permintaan nakalnya itu. Kupejamkan mataku sambil membayangkan sedang menghisap penisnya. Sekarang jari tengahnya ikut masuk sehingga aku sedang menghisap dua jari saat ini. Kupegang tangannya dan memaju mundurkan kepalaku dengan ritme yang tetap. Aku begitu menikmati memainkan jarinya dalam mulutku. Desahan2 Faza ditelingaku pun mulai terdengar membuatku makin larut menghisapi jarinya. Aktivitasku ini lama kelamaan membuat vaginaku terasa lembab.

"Kamu nafsu banget ngemutin jari aku." Ucapnya yang tidak kugubris, aku masih tetap mengemuti jarinya.

"Kamu nakal banget sayang. Bayangin kalo sekarang kamu lagi emut kontol aku." Ucapnya seolah olah menghipnotisku. Padahal sedari awal aku sudah membayangkan sedang mengemut penisnya.

Mmpphhh.... Mpphh.... Sllrrppp....

"Baguuss... kamu makin hari makin nakal... aku suka kamu begini terus..." Ucapnya membuat aku senang dan makin semangat mengemut jarinya. Aku tetap mengabaikannya dan masih fokus mengemut jarinya.

Saat sedang tenggelam dalam fantasiku, dia tiba2 menarik jarinya dari mulutku. Tangan kirinya yang merangkulku kini masuk ke dalam baju. Tangannya perlahan menuju payudaraku yang besar. Kini tangannya mulai meremas lembut payudaraku yanv masih terhalang bra. Tangan kanannya yang sudah masuk ke dalam bajuku juga mulai aktif memainkan payudaraku yang lain. Remasan di kedua payudaraku membuatku merasa keenakan. Untuk memudahkannya aku yang tadinya senderan pada kursi mengubah posisiku jadi membelakanginya. Posisiku kini sedikit miring dari layar bioskop. Aku hanya dapat merem melek menikmati permainannya. Bra ku diturunkan sehingga kini tangannya juga mulai memainkan putingku yang sensitif. Tanganku kugunakan untuk menutup mulutku menahan desahanku agar tidak kedengeran orang lain. Kupejamkan lagu mataku menikmati permainannya di payudaraku.

"Aahh sayangg... Kamu pinter banget remes toket aku...." ucapku dengan penuh nikmat.

"Kamu suka aku remes toketnya?" Tanyanya yang hanya kubalas dengan anggukan dan sebuah desahan.

"Kamu tau gak sih, pas kita jalan2 keliling mall banyak cowo2 yang ngeliatin kamu. Aku yakin mereka pasti ngaceng ngeliat toket kamu ini yang." Ucapnya membisikiku. Aku tidak mampu menjawab karena permainan tangannya itu.

"Sampe rumah mereka pasti coli ngebayangin kamu." Ucapnya lagi yang membuatku tiba2 memikirkan hal tersebut.

"Ahhh sayangg... jangan gitu..." ucapku sedikit mendesah.

"Abis kamu pake baju ketat gini, keliatan banget kamu itu cewe nakal." Ujarnya tepat ditelingaku. Deru nafasnya begitu terdengar membuatku makin bernafsu.

"Kan kamu yang minta aku pake baju ini yang." Jawabku memegang kepalanya yang berada di samping telingaku.

"Iya aku pengen kamu jadi cewe nakal. Kamu mau kan jadi nakal?" Tanyanya sambil meremas kedua payudaraku bersamaan.

"Aahhh.... gimana caranya jadi nakal?" Tanyaku begitu penasaran. Kemudian tangan kirinya bergerak dari payudara menuju vagina. Dengan sendirinya aku naikkan kaki kiriku sehingga aku sedikit mengangkang.

"Kamu gak boleh malu lagi nunjukkin kelebihan kamu. Kamu harus berani tampil nakal dan beda tiap kita jalan keluar." Ucapnya yabg hanya dapat kujawab dengan desahan dan anggukan. Kini tangannya menyelip masuk ke celanaku. Dia raba2 vaginaku dibalik celana dalamku.

"Memek kamu udah basah yang. Kamu sange ya?" Tanyanya mencoba membuka kancing celanaku.

"Iyaa aku udah sange... mainin memek aku pliis..." Balasku memohon sambil membuka kancing celanaku untuk membantunya. Setelah terbuka dia turunkan resletingnya. Kini tangannya dapat menyelinap masuk ke celana dalamku.

"As you wish babe." Jawabnya sambil mengelus vaginaku secara langsung.

Sekarang tangan kirinya mulai bermain main di vaginaku. Sedangkan tangan kanannya masib terus meremas payudara kananku. Tangan kiriku juga ikut bermain di payudara kiri dan yang kanan memegangi kepalanya yang bersender di pundakku. Desahan demi desahan kukeluarkan dengan pelan dan hati2 agar tidak menarik perhatian pengungjung lainnya. Mulut Faza terkadang mengeluarkan desahan dan meniup telingaku dengan lembut. Dia juga terkadang membisikkan kata2 yang membuatku makin terangsang.

Aku benar2 tidak menyangka dapat berbuat mesum di bioskop. Meskipun di tempat umum sama sekali tidak menyurutkan nafsuku. Aku tidak lagi peduli dimana kami berada sekarang. Juga aku tidak lagi fokus menonton tayangan film hari ini. Yang ada dipikiranku saat ini adalah rasa nikmat yang diberikan oleh Faza.

Aktivitas mesum kami terpaksa disudahi karena film yang ditayangkan sudah selesai. Sebetulnya aku masih berada dipuncak birahi sekarang. Mau tidak mau kami harus mengakhiri ini semua. Sebelum lampu bioskop dinyalakan kembali, aku sudah merapikan pakaianku sedia kala. Kami berjalan keluar bioskop bergandengan tangan seperti pasangan2 lainnya.

"Gimana sayang rasanya mesum dibioskop?" Tanya Faza berbisik ketika sudah keluar bioskop.

"Enak hehe... tapi aku belum puas tadi." Jawabku dengan nada manja.

"Belum puas kenapa?" Tanyanya kembali penasaran.

"Aku tadi belum keluar. Trus juga belum ngerasain kontol kamu." Jawabku berbisik di telinganya dengan nada menggoda. Jawabanku itu membuat penis Faza terlihat menegang.

"Hihihi.. baru gitu aja udah ngaceng kamu." Ledekku bersender pada pundaknya.

"Abis kamu nakal banget sayang, aku suka kamu jadi nakal begini." Ucapnya sambil merangkul pinggangku.

Selesai nonton bioskop Faza mengajakku makan dulu di restoran fast food. Aku disuruh Faza untuk mencari tempat duduk sedangkan dia memesan makanan. Sejak kami tiba di restoran ini aku merasa bahwa seluruh pengunjung restoran memperhatikanku. Dalam hati aku begitu senang dengan tatapan mereka, terutama ketika laki2 yang melihat ke arahku. Beberapa laki2 yang membawa pasangannya pun lebih memilih melihat ke arahku dibandingkan pacarnya sendiri. Yang benar2 menarik perhatianku adalah sekelompok anak laki2 yang daritadi memperhatikanku. Meski posisinya yang jauh dariku, aku yakin mereka sedang membicarakanku saat ini. Aku dapat berpikir seperti itu karena mereka berulang kali melirik ke arahku dan tersenyum senyum sendiri ke arahku. Aku yang biasanya risih ditatap seperti itu hanya membiarkan mereka menatap dan membicarakan aku. Sembari menunggu Faza datang aku sibuk bermain HP membiarkan mereka yang masih asik menatapku. Tak lama kemudian Faza tiba dengan membawa makanan dan mulai menyantapnya.

Singkat cerita kami telah selesai makan dan bersiap menuju mobil. Sesaat keluar dari mall ternyata jalanan dipenuhi oleh kendaraan menyebabkan jalanan menjadi macet.

"Kita abis ini kemana?" Tanyaku sambil melihat ke arahnya.

"Ke rumah aku, kamu jadi nginepkan?" Tanyanya

"Jadi dong, kan aku udah bawa baju hehehe." Jawabku dengan tawaan diakhir.

"Emang mau ngapain di rumah aku?" Tanyanya mencoba memancingku.

"Hmm... Mau tidur aja ah ngantuk." Jawabku berbohong

"Ah yakin mau tidur doang? Gak mau ngelakuin yang lain gitu." Tanyanya lagi kurang puas dengan jawabanku.

"Ngelakuin apa emangnya? Salwa gak tau mau ngapain." Jawabku pura2 polos

"Yaudah kalo mau tidur doang gapapa kok." Jawabnya dengan nada rendah.

"Ihhh emang ngelakuin apa? Kasih tau gaak?" Tanyaku dengan mata melotot padanya sambil mencubit lengannya.

"Aduuh duh... itu... ngelakuin yang enak2." Jawabnya sambil mengusap usap tangannya yang tadi kucubit.

"Enak2? Salwa gak ngerti deh. Tapi kayaknya seru." Balasku lagi dengan polosnya seperti anak kecil.

"Nanti kamu juga tau pas udah sampe rumah." Jawabnya tersenyum ke arahku.

"Yeeyy... jadi gak sabar sampe rumah kamu." Ucapku sambil bersender pada pundaknya

"Lucu banget sih kamu." Ujarnya seraya mencubit hidungku dengan gemas.

Singkat cerita kami sudah sampai di rumah Faza. Perjalanan yang harusnya singkat malah jadi semalaman karena macet. Aku dan Faza terduduk kelelahan merenggangkan kaki kami di sofa ruang keluarga sambil menonton TV. Sambil menonton aku bersandar pada tubuh Faza sambil memeluk lengannya. Karena haus aku pergi menuju dapur untuk minum dan membawakan teko berisi air dingin ke ruang keluarga.

"Makasih ya sayang." Ucap Faza tersenyum karena kutuangkan air minum untuknya.

"Sama2 sayang, nih minum dulu." Ujarku seraya memberikan minuman untuknya

Setelah dia minum aku kembali ke posisi bersandar seperti tadi. Kemudian aku teringat dengan kejadian di restoran tadi.

"Yang, masa tadi di restoran banyak yang liatin aku tau, sama kayak pas kita keliling mall tadi." Ucapku manja sambil melingkarkan tanganku pada dadanya.

"Trus perasaan kamu gimana?" Tanyanya mulai merangkul pundakku.

"Udah gak risih lagi. Malah aku pikir mereka itu kagum sama aku, kayak yang kamu bilang itu." Ceritaku lagi padanya.

"Pinter yaa pacar aku cepet belajarnya." Ucapnya sambil mengecup kepalaku.

"Emang aku secantik apasih sampe diliatin orang2?" Tanyaku pada Faza

"Kamu itu cantik banget sayang, apalagi sama penampilan kamu yang begini jadi tambah cantik." Jawabnya yang lagi2 memuji penampilanku.

"Emang bener ya kalo aku pake baju ini jadi keliatan seksi dan tambah nakal?" Tanyaku dengan penasaran.

"Iya, aku suka banget kamu pake baju ini, jadi tambah cantik, seksi trus nakal juga." Jawabnya dengan pujian lagi yang membuatku malu.

"Kan aku pake bajunya tertutup, trus seksinya darimana?" Tanyaku lagi.

"Kamu bisa jadi seksi dengan pake baju yang ketat2 sayang. Hijabnya tetep dipake tapi bajunya harus ketat, jadinya kamu nunjukin keseksian toket kamu." Jelasnya lagi. Tanpa sadar aku menggigit bibir bawahku mendengar penjelasannya

"Emang kamu beneran mau aku jadi cewe seksi dan nakal?" Tanyaku lagi sambil merabai bagian dada dan perutnya.

"Aku mau kamu jadi seksi dan nakal. Kamu mau kan?" Tanyanya sambil menarik tubuhku ke atas, jadinya aku duduk di pangkuannya berhadapan hadapan.

"Aku mau kalo itu mau kamu." Balasku seraya menggoyangkan pinggulku sambil tersenyum nakal.

"Berarti kalo aku pake baju ketat nanti semua cowo jadi nafsu dong sama aku?" Tanyaku menggodanya.

"Biarin aja, malah bagus kalo mereka nafsu sama kamu." Jawabnya dengan memegang pinggulku.

"Kok bagus sih?" Tanyaku heran dengan jawabannya.

"Itu artinya kamu cantik dan seksi. Aku suka pamerin kecantikan dan keseksian kamu depan orang2." Jawabnya yang kurasakan penisnya semakin mengembang.

"Kontol kamu udah keras banget. Kamu sange ya?" Tanyaku masih tetap menggoyangkan pinggulku.

"Aku jadi sange kalo kamu tingkahnya nakal gini." Balasnya seraya meremas pantatku.

"Toket kamu gede banget sayang." Ucapnya memandangi payudaraku.

"Kamu suka sama toket aku?" Tanyaku sambil membusungkan dadaku padanya.

"Iyaa, nafsuin banget toket kamu. Semua cowo pasti nafsu ngeliat toket kamu." Jawabnya yang mulai meremas payudaraku dari luar baju. Mendengar hal itu membuatku jadi tersipu malu.

"It's all yours." Ucapku sambil mengangkat bajuku keatas sehingga kedua payudaraku terpampang jelas di depannya.

Dengan wajah terseyum dia mulai menciumi payudaraku. Diturunkan bra ku sehingga dia bisa menikmati pentilku dengan leluasa. Aku dibuat keenakan oleh permainan lidahnya. Kukeluarkan desahan ******* yang membuat dia semakin bernafsu menjilati payudaraku.

"Aaahh enak sayaangg... aku suka kamu mainin toket aku..." Ujarku memuji tindakannya

Kupejamkan mata dengan tanganku yang tak henti2nya meremas dan menekan nekan kepalanya. Aku sungguh terbius dengan hisapan maupun jilatannya. Kuberikan goyangan terbaikku yang membakar birahinya. Goyanganku yang begitu sensual membuat penisnya semakin terasa mengeras di pangkuanku dan juga menggesek gesek vaginaku.

"Kontol kamu udah keras banget yang. Sini aku sepongin dulu." Ucapku seraya melepas kepalanya yang sedang menghisapi payudara kiriku.

Tanpa menunggu jawabannya, aku langsung bergerak turun dari pangkuannya dan berlutut di depan selangkangannya. Penisnya yang sudah ereksi itu terlihat menyembul dari balik celananya. Kuturunkan hingga paha celana jeans nya begitupun celana dalamnya sehingga kini aku dapat melihat langsung penisnya. Kuberikan senyuman nakalku padanya sebelum mulai memanjakannya.

"Udah keras banget sayang kontol kamu." Ucapku sambil mengocok penisnya.

"Gara2 kamu sih nakal, aku jadi ngaceng deh." Ujarnya terlihat menikmati kocokan tanganku.

"Kamu pengen banget ya aku jadi cewe nakal?" Tanyaku memprovokasinya.

"Iyaa aku jadi tambah sayang kalo kamu nakal." Balasnya lagi dengan raut wajah yang sudah sangat bernafsu.

"Kalo gitu aku jadi cewe nakal aja deh biar kamu makin sayang." Ucapku memberikan senyuman yang sensual untuknya. Saat aku akan membuka hijab, ternyata Faza menahan tanganku.

"Pake aja hijabnya, kamu keliatan lebih nakal kalo nyepong pake hijab." Ucapnya sambil mengelus pipiku.

Kugigit bibir bawahku sambil tersenyum mendengar permintaannya itu. Baru kali ini aku disuruh tetap mengenakan hijab ketika akan melakukan kegiatan mesum di rumahnya. Tak ingin berlama lama lagi, kumulai memanjakannya dengan sebuah kecupan di seluruh permukaan penisnya. Testisnya juga tak luput dari kecupan bibirku. Setelahnya kuberikan jilatan dari pangkal penis sampai lubang kencingnya. Kumainkan sedikit kepala penisnya dengan memutari lidahku disana. Kedua testisnya juga kujilati dengan penuh perasaan.

"Aahhh sayang, kamu pinter banget jilatinnya." Pujinya yang membuatku tersenyum.

Setelah seluruh permukaan penis dan testisnya telah kujilati hingga basah, selanjutnya masuk ke hidangan utama. Kubuka mulutku lebar2 dan memasukkan penisnya. Kunaik turunkan kepalaku dan kuberi hisapan2 maut yang membuatnya menggelinjang keenakan. Tangan kananku juga ikut mengocok penisnya. Sedang tangan kiri mengelus elus testisnya.

"Uhhh sayaangg... kamu makin jago sepongin kontol aku. Enak banget sepongan kamu sayang." Ucapnya memuji kinerjaku. Pujiannya itu memotivasiku untuk memberikan servis terbaikku.

Setelah cukup lama aku mengoral penisnya, Faza menyuruhku untuk telentang di sofa. Aku tau apa yang dia inginkan, aku langsung membuka celana beserta celana dalamku. Faza juga langsung membuka seluruh pakaian yang melekat padanya hingga bugil. Setelahnya aku langsung tiduran telentang dengan mengangkangkan kakiku lebar2.

"Puasin memek aku sayang, pliis..." ucapku manja sambil memainkan vaginaku dengan tanganku.

Tanpa basa basi Faza langsung menyambar vaginaku dengan buas. Dijilatinya seluruh permukaan vaginaku dengan lidahnya. Dia juga menjilati klistorisku dengan lihai.

"Enak banget sayaang... teruus jilatin itil akuu... iyaahh disituuu..." erangku sambil menekan nekan kepalanya.

Tak berhenti sampai disitu, jari tengah Faza kini mulai bergerak keluar masuk di dalam vaginaku. Beberapa hari belakangan ini Faza suka sekali memasukkan jarinya ke dalam vaginaku. Tidak hanya 1 jari, terkadang dia juga suka memasukkan 2 jari sekaligus kesana. Aku sendiri tidak menolak hal itu, selama itu memberiku kenikmatan maka aku rela melakukannya. Kombinasi jilatan dan permainan jarinya itu selalu sukses membuatku keenakan. Terkini, permainannya itu berhasil membuatku terhentak hentak di atas sofa ruang keluarga. Vaginaku yang sangat basah memudahkannya dalam memainkan jarinya. Ditambah Faza kadang meludahi vaginaku sehingga semakin mudah jarinya keluar masuk vaginaku. Semakin lama jarinya semakin cepat mengocok vaginaku. Lidahnya juga semakin intens merangsang klitorisku.

"Aahhh... aahhh... enak bangeet... masukkin 2 jarii kamu sayang...." pintaku padanya.

Dengan segera Faza mulai memasukkan kedua jemarinya ke vaginaku. Faza pun mulai mengocok vaginaku lagi dengan kecepatan yang sama. Dengan masuknya 2 jari itu memberikan rasa nikmat yang lebih. Vaginaku terasa penuh oleh 2 jarinya itu. Suasana yang makin panas membuatku jadi gerah. Aku membuka baju serta braku dan melemparnya ke sembarang tempat. Hijabku tetap aku pakai sesuai dengan keinginannya. Kocokan tangannya terasa semakin cepat setelah dia melihatku telanjang. Tak berselang lama aku merasa akan orgasme akibat permainannya.

"Ahhh sayaang aku mau keluar... aku mau keluar... ouuuhh...." ucapku dengan pinggul yang terhentak hentak.

Tiba2 Faza menghentikan seluruh aktivitasnya itu. Aku yang sedikit lagi akan orgasme sangat terkejut dia berhenti memainkan vaginaku.

"Sayaangg kok berhenti siih?? Aku dikit lagi mau keluar." Protesku yang hanya dibalas senyuman olehnya. Kemudian dia mendekatkan wajahnya ke wajahku hingga ia tepat berada diatasku. Kurasakan ujung penisnya digesek gesekkan ke lubang vaginaku. Perbuatannya itu membuatku mendesah menahan nikmat. Sambil menggesekkan penisnya ia berkata.

"Kamu mau keluar sayang?" Tanyanya dengan masih menggesekkan penisnya. Kubuka mataku dan menatap wajahnya dalam2.

"Iyaa aku mau keluar... puasin aku cepetan.." pintaku tak tahan dengan permainannya.

"Mau aku puasin gak pake kontol aku?" Tawarnya seraya memasukkan ujung penisnya ke bibir vaginaku.

"Kamu mau ngentotin aku sekarang?" Tanyaku yang langsung dibalas dengan anggukan.

Kupalingkan wajahku dari tatapannya. Dengan memejamkan mata aku berpikir terlebih dahulu. Banyak pertimbangan mengapa aku belum berani melepas keperawananku. Aku takut akan mengecewakan orangtuaku nanti jika dia tau akan hal ini. Aku takut jika akan mendapatkan dosa besar jika harus melakukan hal ini dengan selain suamiku. Aku takut kelak suamiku kecewa denganku karena gagal menjaga keperawananku. Aku takut hamil di luar nikah. Aku takut stigma negatif masyarakat jika perawanku hilang sebelum aku menikah. Aku takut, aku takut, dan aku takut.

Di lain sisi aku memang sedang dilanda birahi yang harus diselesaikan. Aku yang hampir orgasme tiba2 harus dibuat menggantung oleh Faza. Apa iya melepas keperawananku merupakan jalan satu2nya? Kata Maya awalnya memang sakit, tapi setelah itu aku akan merasakan nikmatnya bercinta. Saat ini juga Faza masih terus menggesekkan penisnya tepat di liang senggamaku. Faza juga membisikkan kata2 manisnya berusaha menaklukkan diriku. Semakin lama aku berpikir, nafsu birahiku semakin menggebu gebu ingin dituntaskan.

Argghh....

Aku sudah muak!

Harus aku putuskan sekarang!

"Do it babe." Ujarku seraya menggegam penisnya dan mengarahkannya ke vaginaku. Kutatap matanya dalam2 menunjukkan aku begitu yakin dengan keputusanku.

"Are you sure?" Tanyanya meyakinkan keputusanku. Kupegang tengkuk lehernya dan mencium bibirnya dengan mesra.

"I love you." Ucapnya membuat hatiku berbunga bunga. Aku tersenyum mendengar ucapannya itu.

"I love you too. Tapi pelan2 ya, aku takut ini sakit." Ujarku memohon padanya.

Tanganku melingkar pada lehernya. Mata kami bertemu satu sama lain. Kubuat diriku serileks mungkin.

Dengan perlahan dia mulai memasukkan kepala penisnya. Dia majukan lagi pinggulnya yang membuatku sedikit mendesah. Dia tarik penisnya dan dimasukkan lebih dalam lagi. Kegiatannya itu dia lakukan berulang kali. Semakin lama semakin dalam. Kupikir sudah semuanya masuk, namun aku salah. Tiba2 dengan satu hentakan pelan aku merasakan sebuah sakit di vaginaku.

"Ahhh sayangg... pelan2 sayangg..." ucapku ketika merasakan sakit.

Dia tusuk lebih dalam lagi. Lagi2 aku kembali menjerit kesakitan. Dia tarik lagi dan dia masukkan lagi. Meskipun dia lakukan ini dengan sangat perlahan tapi lama2 aku merasa kesakitan. Semakin dalam semakin sakit rasanya.

"Tahan ya sayang." Ucapnya mencoba untuk memasukkan lebih dalan lagi.

Dengan satu tusukkan dia masukkan semua penisnya. Pahanya sudah bersentuhan dengan pantatku. Aku teriak cukup kencang akibat perbuatannya.

"Mau aku udahin sayang?" Tanyanya menahan tusukannya.

"Lanjutin aja sayang." Jawabku dengan yakin.

Kurasakan rasa sakit dan perih di vaginaku, juga aku merasa ada yang mengalir keluar dari dalam sana. Rasanya begitu sesak di dalam vaginaku. Dia diamkan sejenak agar aku terbiasa dengan penisnya. Mata kami dari tadi masih saling bertatapan. Dengan pelan2 Faza mulai memompa penisnya di vaginaku. Dia juga memagut bibirku dengan lembut supaya aku bisa tenang. Kubalas pagutannya itu dengan lembut juga. Tangan Faza juga mulai memainkan payudaraku. Pelan tapi pasti.

Lama kelamaan aku mulai bisa menikmatinya. Rasa perih tadi mulai tergantikan dengan kenikmatan yang menjalar di seluruh tubuhku. Eranganku mulai terdengar menandakan aku menikmati perlakuannya. Tau akan hal itu, Faza menambah kecepatan pompaan penisnya.

"Ahh sayang enakk... kencengin lagi." ucapku sambil menciumi bibirnya.

Aku tidak menyangka kalau rasanya akan senikmat ini. Desahan kenikmatan sudah dapat kukeluarkan tanpa malu2. Faza juga makin semangat menggenjot vaginaku. Tak perlu waktu lama orgasmeku yang sempat tertunda akhirnya akan tiba.

"Sayaangg aku mau keluar... jangan berhenti sayang..." ucapku sedikit teriak.

"Keluarin aja sayang." Balasnya yang mulai melumat payudaraku. Mendapat serangan di payudaraku menambah kenikmatan yang kualami. Genjotannya semakin cepat dan dalam. Perlakuannya membuatku tidak tahan untuk mencapai orgasme.

"Aaahhh sayang aku keluaarr.. aahhh...."

Crrrrttt..... crrtt... crrtttt....

Badanku mengejang akibat orgasme ini. Penisnya didiamkan menancap dengan gagah di vaginaku. Genjotannya berhenti membiarkanku menikmati orgasme yang baru saja tiba. Rasanya sangat nikmat. Lebih nikmat dibandingkan hanya dengan menggunakan jari atau mulut Faza. Kuciumi dengan ganas bibir Faza sebagai tanda terimakasih. Tangannya juga ikut meremasi payudara kananku. Kudorong kepalanya menyudahi ciumannya.

PLAAKK....

Kutampar mukanya, dia terkejut dengan tamparanku.

"Kok kamu nampar aku?" Tanyanya keheranan

"Kamu jahat! Aku benci sama kamu!" Bentakku pada Faza. Raut wajahnya terlihat kaget dan keheranan.

"Kenapa baru sekarang!?" Tanyaku dengan nada tinggi yang benar2 membuatnya terdiam. Dia bingung harus menjawab apa. Wajahnya berpaling, tidak berani menatap mataku. Kupegang dagunya dan mengarahkan lagi wajahnya ke arahku

"Kenapa baru sekarang kalo rasanya seenak ini?" Tanyaku yang membuatnya benar2 bingung. Aku menahan tawa melihat ekspresinya yang lucu itu.

"Maksudnya?" Tanyanya benar2 kebingungan.

"Jadi kamu suka?" Tanyanya lagi memastikan. Kujawab dengan sebuah senyuman dan anggukan. Ekspresi wajanya seketika berubah menjadi senang. Dia langsung mencium bibirku lagi.

"Gimana akting aku? Jagokan hahaha..." tawaku puas berhasil mengerjainya.

"Dasar, aku udah takut kamu marah beneran tau." Protesnya dengan sedikit tertawa.

"Kenapa harus marah kalo rasanya enak." Ucapku lagi sambil memagut bibirnya. Penisnya yang tadi sempat mengecil kini terasa membesar lagi.

"Makasih ya sayang, sekarang giliran kamu yang harus keluar." Ucapku seraya menggoyangkan pinggulku pelan.

"Emang udah gak ngilu memek kamu?" Tanyanya yang mulai menggenjotku pelan.

"Udah gak sakit kok, sekarang ayo keluarin peju kamu." Ucapku lagi dengan memberikan ekspresi nakal.

Genjotannya kini bertambah cepat. Tak henti2nya dia menghisap payudaraku. Meskipun baru saja keluar tapi nafsuku sudah muncul kembali. Aku pun tidak henti2nya mengerang menikmati sodokan penisnya. Kombinasi sodokan dan hisapan pada payudaraku membuatku melayang layang. Dia juga memberikan cupangan pada payudaraku. Cukup banyak cupangan yang membekas memerah di payudaraku yang putih nan besar ini.

"Ahh memek kamu sempit banget sayang... enak banget rasanya memek kamu." Ujarnya memuji vaginaku.

"Kontool kamu juga enak...,aahh... penuh banget di memek aku..." balasku yang membuatnya makin beringas menggenjot penisnya.

"Aku suka kamu ngomong kontol gitu, aku jadi tambah nafsu." Ucapnya tersenyum mendengar perkataanku tadi.

"Aahhh... kamu suka aku ngomong kontol?" Tanyaku lagi

"Ahh iyaa... kamu jadi tambah nakal kalo ngomong gitu..." ucapnya menambah kecepatan genjotannya.

"Aaahhh... kontoolll... kontoolll... aku suka kontol kamu.... aahhhh" ucapku memprovokasinya.

"Ahhh sayang kamu nakal bangeeet..." ucapnya langsung mencium bibirku dengan ganas.

"Kamu suka aku entotin?" Tanyanya lagi

"Iyaahhh.... aku suka ngentoott... aku suka dientotin kamuuhh... aahh... ngentoott..." ucapku tanpa rasa malu.

Dengan ucapan2 kasar itu membuat Faza jadi makin bernafsu. Genjotannya jadi makin cepat dan dalam. Anehnya aku juga ikut menikmati berkata kasar seperti ini. Nafsuku jadi semakin bertambah jika aku berkata demikian.

Cukup lama Faza menggenjotku malam ini. Pada awalnya Faza yang memulai untuk mengeluarkan kata2 kasar. Lambat laun aku mulai mengikuti permainan katanya itu. Kata2 kasar ikut terlontar dari mulutku meladeni setiap ucapannya yang juga kasar. Faza jadi tambah bernafsu dan begitupun juga aku. Aku merasa sangat kotor dan menyukainya. Aku juga merasa sangat nakal saat ini. Apakah ini yang dinamakan menjadi cewe nakal? Apa iya ini yang Faza inginkan dariku? Jika iya, maka aku juga menikmatinya.

"Aahhh anjiingg... enak banget sih memek lu..." ucapnya kasar padaku.

"Bangsatthh.... memek gue suka banget dientot kontol lu..." balasku juga berucap kasar.

"Gak cuma memek lu yang kotor tapi mulut lu juga ikutan kotor anjiingg..." ucapannya yang menghinaku justru membuatku makin terbakar birahi

"Iyaahh mulutt gue kotoor... gue cewee kotoor... ahh ngentoott..." balasku mengiyakan hinaannya

"Hijab doang tapi aslinya demen ngentot... cewe berhijab macam apa lu tapi suka zina..." ujarnya membawa bawa hijabku.

"Bodo amat anjing sama zina.... yang penting gue puaass... yang penting ngentoot enakk... aahhh...." balasku tak kalah nakal. Tak perlu waktu lama, aku merasa akan orgasme lagi.

"Ahhh sayangghh.... aku mau keluar lagii... kencengin lagi kontol kamu..." mohonku padanya.

Faza pun menuruti permintaanku. Dia percepat genjotannya dan aku langsung orgasme

Crrrttt... crrrttt... crrrttt....

"Aahh gue keluar.... anjiingg enak bangeet..." Ucapku keenakan menikmati orgasme keduaku malam ini. Saat aku keluar Faza masih terus menggenjot tubuhku dengan semangat.

"Sayaangg aku juga mau keluar..." ucapnya langsung mencabut penisnya. Dia pun beranjak ke atas dan mengarahkan penisnya tepat ke mulutku. Dengan penuh nafsu kukocok kocok penisnya dengan tanganku dan lubang kencingnya kujilat jilati. Penisnya pun jadi berkedut kedut menandakan ia akan segera orgasme. Kubuka lebar2 mulutku dengan lidah menjulur keluar menunggu penis itu menembakkan spermanya

"Aahhh aku keluaarr..."

Crooot... crooott... crooott.. crooot....

Spermanya keluar di mulutku cukup banyak. Sebagian juga ada yang keluar hingga mengenai pipi dan dahiku. Kukocok kocok penisnya hingga tidak ada sperma yang tersisa. Kuhisapi juga kepala penisnya memastikan semua spermanya tidak terbuang sia2.

"Aahhh bangsaattt enak banget...." ucapnya sangat puas. Aku hanya tersenyum melihatnya begitu puas.

"Buka mulut kamu sayang." Pintanya dan langsung kutunjukan mulutku yang terdapat spermanya. Dia menyeka seluruh spermanya pada wajahku dan memasukkanya ke mulutku.

"Sekarang telen." Perintahnya lagi yang langsung kuturuti.

Glekkk... aahhh...

Kubuka lagi mulutku dan menjulurkan lidahku menunjukkan semua spermanya sudah kutelan.

"Baguus... kamu pinter banget sayang..." ujarnya sambil mengecup bibirku pelan.

Faza berdiri dan menuangkan minuman untukku. Aku bangkit duduk untuk meminum air pemberiannya. Dengan cepat aku langsung menghabisi air tersebut. Dia juga memberikan aku tisu untuk membersikan wajahku. Dia juga membersihkan vaginaku dari bekas cairan vagina dan darah.

"Makasih ya sayang. Aku seneng kamu yang ngambil perawan aku." Ucapku di sela sela minum.

"Sama2 sayang, aku juga seneng kok bisa ena2 bareng kamu hehe..." ucapnya dengan tawaan renyah.

"Aku gak nyangka kamu bisa seseksi dan senakal itu." Ucapnya memujiku

"Hehe... kamu suka kan?" Tanyaku tersenyum genit.

"Suka banget." Ucapnya seraya mencubit pipiku dengan gemas.

"Jadi aku udah nakal atau belum?" Tanyaku lagi menunggu validasi darinya.

"You are my naughty girl." Ujarnya sambil mengecup bibirku.

"Ralat, na'ukhti' girl. Karna kamu pake hijab jadi na'ukhti' girl hahaha..." Ucapnya dengan tawaan diakhir.

"Ihhh nakaall..." balasku samb mencubut perutnya.

Setelah bersetubuh tadi aku merasa sangat lelah dan mengantuk. Tanpa sadar akupun menguap di depannya.

"Kamu ngantuk? Yuk ke kamar kita tidur." Ajaknya sambil berdiri.

"Gendoong..." ucapku manja padanya.

Dia langsung menggendongku menuju kamarnya. Sesampainya di kamar kami langsung rebahan di kasur. Diantara kami tidak ada yang mengenakan pakaian saat ini. Udara kamar begitu dingin karena AC yang sudah dinyalakan membuat kami berselimut sambil berpelukan. Sebelum tidur kami bertatapan cukup lama. Kuberikan sebuah kecupan pelan di bibirnya.

"I love you." Ucapku tersenyum

"I love you too..." balasnya singkat dan aku langsung terlelap.

Bersambung...
Yang ditunggu tunggu
Mantap hu
 
Wah akhirnya dieksekusi juga. Nunggu semoga ada 3s sama Maya yg lebih pro, pasti seru tuh 🤤🤤
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd