Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DUNIA IBU TIRI - Kisah Kedua Part 1

Part 2B





M
alam itu .... untuk pertama kalinya Mamie tidur seranjang denganku. Tentu saja bukan sekadar tidur biasa. Karena aku masih punya potensi untuk menidurinya lagi.

Setelah sama – sama puas, Mamie berkali – kali mencium bibirku. Lalu bertanya sambil mengusap – usap dadaku yang sudah berkeringat lagi, “Bagaimana perasaanmu sekarang ?”

“Aku ... aku bahagia sekali Mam. Karena sudah bisa memiliki Mamie ... “ sahutku sambil menumpangkan kakiku di atas paha Mamie.

Mamie mengusap usap punggungku seraya berucap, “Mamie makin sayang padamu. “

“Aku juga makin sayang sama Mamie, “ sahutku, “Bahkan aku mulai merasa Mamie sebagai bagian dari kehidupanku. “

Mamie memelukku sambil berkata, “Terima kasih Sayang. Tapi hubungan kita ini tak harus berdasarkan cinta. Karena meski pun Papa menceraikan mamie, kamu takkan bisa menikahi mamie secara sah. Karena seorang lelaki tidak boleh menikahi bekas istri ayahnya. Jadi, mungkin aku harus bisa menata perasaanku sendiri. Bahwa aku hanya bisa menikmati kehangatan Mamie, tanpa harus punya perasaan ingin memilikinya.

Lalu aku tertidur di dalam dekapan hangat Mamie.

Aku cukup nyenyak tertidur. Dan baru terbangun setelah Mamie berangkat mengajar. Lalu aku dikejutkan oleh bunyi call dari ... Papa ... !

Cepat kuterima panggilan dari Papa itu :

Aku : “Selamat pagi Pap. “

Papa : “Pagi apa ? Ini kan sudah jam duabelas lebih. Hahahaaa ... baru bangun ya ?”

Aku : “Iya Pap. Hari ini kan gak ada kuliah. Makanya aku terlambat bangun. “

Papa : “Iya gak apa – apa. Tapi hari ini kamu ada tugas nganterin Mamie ke bandara. “

Aku : “Ke bandara ?! Emangnya Mamie mau ke mana ?”

Papa : “Papa suruh Mamie ke Batam. Soalnya papa beli rumah di Batam. Duitnya punya Mamie. Makanya papa ingin dia lihat rumah yang sudah dibeli itu. Biar enak hatinya, karena duitnya punya dia. “

Aku : “Ogitu. Kapan jadwal terbangnya Pap ?”

Papa : “Nanti sore jam tiga take off-nya. “

Aku : “Wah ... berarti sekarang seharusnya Mamie udah berangkat ke bandara. Kalau jalannya macet bisa terlambat. “

Papa : “Iya. Sebentar lagi juga Mamie pulang. “

Aku : “Tiketnya sudah selesai Pap ?”

Papa : “Sudah. Tugasmu hanya mengantarkan Mamie ke bandara. “

Aku : “Siap Pap. “



Beberapa saat kemudian Mamie pulang. Langsung masuk ke dalam kamarnya. Aku pun mengikutinya dari belakang.

“Papa udah nelepon ?” tanya Mamie sambil membuka koper. Lalu memasukkan beberapa pakaian ke dalamnya.

“Udah, “ sahutku, “Mau berapa lama Mamie di Batam ?”

Mamie menatapku sambil tersenyum, “Paling lama juga seminggu Sayang. “

“Kebayang ... aku bakal kangen berat sama Mamie nanti, “ kataku sambil menunduk.

“Sabar ya Sayang, “ Mamie mengusap – usap rambutku. Lalu melanjutkan packing pakaiannya. “Mamie juga pasti kangen sama kamu. Tapi kan takkan lama mamie di Batam. “

“Mamie udah minta izin gak ngajar ?” tanyaku.

“Udah. Izinnya juga cuma dikasih seminggu. Ayo anterin mamie ke bandara. “

“Gak ganti pakaian dulu Mam ?”

“Gak usah. Takut terlambat. “

“Barangnya cuma koper ini ? “ tanyaku.

“Iya. Biar gak ribet. “

Lalu koper Mamie kuseret ke luar. Dan kumasukkan ke dalam bagasi mobil Papa. Lalu kuhidupkan mesin mobilnya. Supaya nanti mesinnya sudah panas ketika aku mengemudikannya ke bandara.

Lalu aku masuk ke dalam rumah lagi. Mamie tampak sudah benar – benar siap. Mengenakan gaun yang biasa dipakai setiap kali mengajar. Sambil menjinjing tas kecil yang selalu dibawanya kalau bepergian.

Tiba – tiba Mamie memeluk dan mencium bibirku dengan hangatnya. Aku pun memeluknya, sambil meremas – remas bokongnya.

“Ayo berangkat, “ kata Mamie setelah ciuman dan pelukan kami terlepas.

Sesaat kemudian aku sudah meluncurkan mobil Papa keluar dari pekarangan rumah. Dan Mamie sudah duduk di sebelah kiriku.

“Pasti nanti Mamie bakal habis – habisan sama Papa di Batam, “ kataku ketika mobil Papa sudah berada di atas jalan aspal.

“Aaahh ... habis – habisan gimana ? Papa sudah terbiasa cuma seminggu sekali nidurin mamie. Terkadang malah dua minggu sekali. Papa kan udah loyo, Lon, “ sahut Mamie.

“Tiap hari juga wajar. Mamie kan milik Papa. Aku sih cuma penumpang gelap, “ ucapku dengan nada sinis.

“Jangan merajuk gitu dong Sayang, “ Mamie meremas tangan kiriku, “Dalam prakteknya nanti, kamu akan jauh lebih sering wikwik sama mamie. Apalagi setelah Papa standby di Batam terus nanti. “

“Emangnya Papa mau standby di Batam ?” tanyaku.

“Iya. Makanya sekarang mamie harus ke Batam juga, untuk merundingkan hal itu. Sekalian untuk melihat keadaan rumah yang sudah dibeli sama Papa. “

“Untuk beli rumah itu, duit Mamie yang dipakai ya. “

“Papa udah ngomong masalah itu ?”

“Iya, tadi Papa bicara masalah yang membuat Mamie harus ke Batam. “

“Rumah itu memang dibeli sama duit mamie. Tentu saja rumahnya atas nama mamie. Makanya mamie juga harus menandatangani akte jual beli di notaris nanti. “

Aku cuma mengangguk – angguk. Aku memang sudah tahu kalau Mamie banyak duit. Karena Mamie mengajar di TK paling mahal di kotaku. Gaji Mamie lumayan besar. Ditambah lagi dengan rajinnya Mamie berbisnis permata dan alat kosmetik. Sehingga duit Mamie selalu banyak.

Jarak dari rumah ke bandara tidak jauh. Dalam tempo kurang dari setengah jam, mobil Papa sudah memasuki jalan menuju tempat drop out calon penumpang.

“Waktunya sudah mepet. Kamu gak usah turun dari mobil. Langsung pulang lagi aja Sayang, “ kata Mamie disusul dengan ciuman hangatnya di sepasang pipiku. “Ohya, tadi mamie udah transfer duit ke rekening tabunganmu. Untuk kebutuhan sehari – hari, selama mamie di Batam. “

“Iya. Terimakasih Mam, “ sahutku. Dan karena Mamie bilang jangan turun dari mobil, kupijat saja remote control untuk membuka tutup bagasi di belakang. Mamie pun mengeluarkan kopernya, lalu menutupkan kembali penutup bagasi. Dan melambaikan tangannya padaku.

Kubalas lambaian tangan Mamie sambil menggerakkan mobil perlahan, lalu keluar dari areal parkir bandara.

Dalam perjalanan pulang, aku baru teringat bahwa sejak bangun tidur tadi, aku belum makan sebutir nasi pun. Padahal kini sudah hampir jam 3 sore.

Karena itu aku membelokkan mobil ke pelataran parkir sebuah rumah makan Padang. Dan makan sekenyangnya di situ.

Beberapa saat berikutnya, aku sudah berada di belakang setir mobil Papa lagi. Menuju pulang, dengan perasaan yang berat. Berat melepaskan kepergian Mamie, walau pun hanya untuk seminggu saja.

Setibanya di rumah, aku langsung menuju kamarku. Melepaskan semua pakaianku, kecuali celana dalam yang kubiarkan tetap melekat di tempatnya. Lalu dengan hanya bercelana dalam aku merebahkan diri ke atas bed. Dengan perasaan hampa dan kehilangan.

Hmm ... seandainya Mamie ada di sampingku saat ini, pasti aku akan menyetubuhinya lagi seperti tadi malam. Tapi mungkin aku harus bersabar, menunggu sampai Mamie pulang seminggu lagi.

Untuk menenangkan diriku sendiri, kucoba mengatur pernafasanku. Kemudian tertidur dengan nyenyaknya.

Entah berapa lama aku tertidur sore itu.

Yang jelas, aku terbangun ketika merasakan sesuatu bergerak – gerak di atas celana dalamku. Tepat pada bagian yang menutupi kontolku.

Tadinya kupikir ada kucing yang tidur di atas celana dalamku. Tapi ketika aku membuka mataku, ternyata yang bergerak – gerak itu tangan seorang wanita tinggi gede. Tangan klakak Mamie yang biasa kupanggil Tante Lolo ... !

“Tan ... Tante Lolo ... masuk dari mana ?” tanyaku sambil duduk di samping Tante Lolo yang berbadan super large itu.

“Lewat garasi, “ sahut Tante Lolo “... setelah mengetuk – ngetuk pintu depan tidak dibuka. Untung pintu garasi tidak dikunci. Mamie-mu lagi ke Batam kan ?”

“Iya. Mamie yang ngasih tau ?”

“Betul, Mamiemu juga yang nyuruh tante nemenin kamu di sini sampai dia pulang nanti. Biar ada yang masak dan bersih – biersih rumah selama mamiemu di Batam. “

“Memangnya dibolehin sama Oom Baker ?” tanyaku.

“Oom Baker kan di Batam juga sama papamu. “

“Oooh ... Oom Baker kerjasama dengan Papa ?”

“Iya. “

“Jadi Tante mau berada di sini sampai Mamie pulang ?”

“Iya. Biar Delon gak usah masak sendiri. Gak usah bersih – bersih sendiri. Dan biar ada teman bobo nanti. Masih ingat waktu kamu masih kecil suka dimandiin dan ditemenin bobo sama tante ? “

“Heheheee ... iya Tante, aku masih ingat semuanya. Ohya ... serasa diingatin ... aku belum mandi Tante. Aku mau mandi dulu ya ... “

“Mau dimandiin kayak waktu masih kecil dahulu ?”

“Boleh. Tapi Tante harus mandi juga ya. “

“Iya. Biar kita bisa gantian nyabunin ya. “

“Iya Tante ... iyaaa ... , “ kataku sambil duluan melangkah ke kamar mandiku dengan penuh semangat..

Sebenarnya kehadiran Tante Lolo itu merupakan kejutan bagiku. Karena sebelum mendapatkan Mamie, aku sering juga dibikin penasaran oleh Tante Lolo ini. Sering aku bertanya – tanya dalam hati, seperti apa rasanya tubuh Tante Lolo yang tinggi gendut itu ?

Terutama aku penasaran seperti apa bentuk toketnya yang selalu membuat pakaiannya menggembung gede itu.

Selain daripada itu, mungkin Tante Lolo bisa kujadikan “obat”. Untuk menyamankan batinku yang sedang merasa kehilangan Mamie ini.

Di kamar mandi aku langsung melepaskan celana dalamku, sebagai satu – satunya benda yang melekat di badanku. Lalu dengan sengaja berdiri menghadap ke arah Tante Lolo. Untuk memamerkan kontolku yang sudah ngaceng berat ini.

Tante Lolo yang sedang melepaskan gaun panjangnya, tampak kaget setelah melihat kontolku yang sudah ngaceng berat ini. Lalu ketika ia masih berbeha dan bercelana dalam, tangannya menangkap kontolku sambil memekik tertahan, “ Delooon ... sejak kapan kontolmu jadi panjang gede gini ? Oooh ... kebayang enaknya kalau kontolmu ini dimainkan dalam memek tante ... “

Tante Lolo melepaskan kontolku, lalu melepaskan behanya. Dan muncullah sepasang toket yang ... aduhai ... bukan toge lagi itu sih ... gede sekali ... !

Melihat toket Tante Lolo yang seperti dua buah pepaya menggantung di dadanya, aku pun tak kuasa menahan hasrat lagi. Maka kupegang sepasang toket super gede itu sambil berkata, “Tante ... di dalam bokep pun aku gak pernah melihat toket segede ini ... wooow ... !”

“Jauh beda dengan toket mamiemu kan ?” cetus Tante Lolo sambil melepaskan celana dalamnya.

“Mamie ?! Gak tau to .. toket Mamie seperti apa ... “ sahutku berusaha merahasiakan apa yang telah terjadi bersama Mamie.

“Alaaa ... gak usah rahasia – rahasiaan lah, “ ucap Tante Lolo sambil menggantungkan pakaian dalamnya di kapstok kamar mandi, “Tante udah tau semuanya. Makanya tante disuruh ke sini juga, karena mamiemu yang menyuruh. Agar kamu gak merasa sedih ditinggalkan mamiemu ... “

Aku cuma bengong. Lalu berusaha untuk tersenyum.

“Waaah ... di kamar mandimu ini gak ada water heaternya ya, ” kata Tante Lolo sambil memegang keran shower.

“Kalau mau pakai air panas, di kamar mandi Mamie, “ kataku sambil memeluk pinggang Tante Lolo dari belakang.

“Kalau gitu di kamar mandi mamiemu aja mandinya yuk, “ kata Tante Lolo sambil memegang pergelangan tanganku. Lalu kami keluar dari kamarku, menuju kamar Mamie, dalam keadaan sama – sama telanjang bulat.

“Kita buka – bukaan aja ya. Jangan rahasia – rahasiaan, “ kata Tante Lolo setelah berada di dalam kamar mandi Mamie, “Kamu sudah berapa kali wikwik sama mamiemu ?”

“Baru ti ... tiga kali Tante, “ sahutku.

“Masa baru tiga kali ?”

“Kan keburu ada telepon dari Papa. “

“Oh iya ... kejadiannya kemaren ya. Jadi ceritanya kebujanganmu diberikan sama mamiemu kemaren ya ? “

“Iiii ... iya Tante, “ sahutku sambil memperhatikan bentuk tubuh Tante Lolo secara keseluruhan.

Bokong dan sepasang toket Tante Lolo memang luar biasa gedenya. Tapi perutnya tidak buncit. Pinggangnya tetap ramping. Sehingga aku tidak bisa menganggap Tante Lolo itu gendut. Karena perutnya kempis, pinggangnya pun ramping.

“Mendingan mandi dulu ya. Nanti setelah mandi, badan kita bersih dan segar. Lalu kita ena-ena. “

“Ena-ena apaan Tante ?” tanyaku.

“Ewean ... “ sahut Tante Lolo sambil mencubit perutku, “Kamu mau ngewe tante gak ?”

“Mau sih mau ... tapi kalau Mamie tau, marah gak ya ?”

“Tante kan ditugaskan untuk memuasi nafsu birahimu selama Mamie di Batam. “

“Berarti Mamie sudah mengijinkan kita begituan ?”

“Tante disuruh sama mamiemu. Bukan sekadar diijinkan lagi. “

Aku mengangguk – angguk perlahan. Hatiku pun berkata, Kalau benar Mamie menyuruh Tante Lolo untuk meladeni nafsu birahiku, berarti Mamie benar – benar sayang padaku ... !

Dan setelah shower memancarkan air hangat dari atas kepala kami, Tante Lolo benar – benar mulai menyabuni punggungku sambil berkata, “Kalau gak salah, sampai kamu berumur sepuluh tahun, tante masih suka mandiin kamu ya. “

“Iya, “ sahutku, “Sejak umurku sebelas tahun, Tante gak pernah mandiin aku lagi. “

“Karena saat itu kamu sudah bisa mandi sendiri, “ kata Tante Lolo sambil memutar tubuhku. Jadi berhadapan dengannya. Lalu ia menyabuni dadaku, perutku dan ... kontolku yang tetap ngaceng ini.

“Tapi saat itu kontolmu masih kecil. Dan gak pernah ngaceng seperti ini, “ kata Tante Lolo.

“Soalnya saat itu Tante gak pernah telanjang waktu mandiin aku, hihihiiiii ... “ sahutku sambil memberanikan diri mengusap – usap memek Tante Lolo yang berjembut sangat jarang dan pendek – pendek ini. “Tante rajin mencukur jembi ya ... “

“Iya ... bagaimana perasaanmu setelah menyentuh memek tante ?” tanyanya.

“Rasanya seperti bermimpi. Karena gak nyangka kalau aku bisa melihat dan memegang memek Tante seperti ini ... “ sahutku sambil membenamkan jari tengahku ke dalam celah memek kakak Mamie ini.

Tapi tanganku ditarik oleh Tante Lolo. “Jangan dicolok – colok gini. Nanti aja di kamarmu, boleh diapain juga. Biar enak melakukan apa pun kalau kita udah selesai mandinya, “ ucapnya.

Mungkin Tante Lolo hanya ingin “melakukannya” di atas bed. Bukan sambil berdiri di dalam kamar mandi Mamie ini.

Lalu Tante Lolo membelakangiku sambil berkata lagi, “Ini pertama kalinya kamu bakal mandiin tante ya Lon. “

“Iya Tante, “ sahutku sambil menyabuni punggung dan pantat semok Tante Lolo, “Usia Tante sama Mamie beda berapa tahun ?”

“Tante lebih tua lima tahun dari mamiemu. Kalau Tante Rien empat tahun lebih muda dari mamiemu, “ sahut Tante Lolo.

“Berarti sekarang Tante tigapuluhtujuh dan Tante Rien duapuluhdelapan tahun,“ kataku

“Iya.“

“Dan yang sudah punya anak baru Tante Rien ya. “

“Iya. Tante dan mamiemu sama – sama belum melahirkan. Jadi ... belum pernah mengeluarkan kepala bayi. Tapi siapa tau kamu bisa menghamili tante nanti. “

“Tapi kalau Tante hamil olehku, bagaimana dengan Oom Baker nanti ? Maksudku kalau Oom Baker curiga, bagaimana ?”

“Santai aja Lon. Soal Oom Baker, bagaimana tante aja. Pokoknya dijamin aman dan terkendali. Hihihiiii ... “

Memang baik Mamie mau pun Tante Lolo sama – sama punya suami yang jauh lebih tua. Jadi mungkin baik Papa mau pun Oom Baker sama – sama tidak produktif lagi.






 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd